Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH DENGAN LUKA BAKAR

Laporan Asuhan Keperawatan Ini Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan


Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:

SITI NOVA ANISAH


19175047

KEPANITRAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ABULYATAMA
TAHUN 2020

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS DENGAN


BATU GINJAL DI KELAS DARING PROGRAM PROFESI NERS – FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA TAHUN 2020
PEMBIMBING KLINIK (CI) PEMBIMBING AKADEMIK

Ns. Nuri Nazari,M.Kep Ns. Syarifah Masthura M.Kes

NIP. NIDK.

KOORDINATOR STASE

Ns. RiyanMulfianda, M.Kep


NIDN. 1310109001
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TUBERCULOSIS PARU

I.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH TUBERKULOSIS PARU

Laporan Asuhan Keperawatan Ini Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh:

SITI NOVA ANISAH

19175047
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS DENGAN
BATU GINJAL DI KELAS DARING PROGRAM PROFESI NERS – FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA TAHUN 2020

PEMBIMBING KLINIK (CI) PEMBIMBING AKADEMIK

Ns. Nuri Nazari, M.Kep Ns.Syarifah Masthura,M.Kes

NIP. NIDK.

KOORDINATOR STASE

Ns. RiyanMulfianda, M.Kep

NIDN. 1310109001
1. Pengertian Tuberkulosis Paru

Tuberculosis paru adalah penykit menular langsung yang disebabkan oleh kuman

Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar kuman Tuberkulosis

menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman

tersebut berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam

pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA) dan

cepat mati jika terpapar sinar matahari langsung namun dapat bertahan hidup beberapa

jam di tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin, 2012).

Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai paru- paru

yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini ditularkan oleh droplet

nucleus, droplet yang ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk,

bersin, berbicara atau bernyanyi (Priscilla, 2012).

2. ETIOLOGI TUBERKULOSIS PARU

Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang yang berukuran

dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar komponen M.

tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap

asam serta sangat tahan dengan zat kimia dan factor fisik. Mikroorganisme ini adalah

bersifat aerob yaitu menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M.

tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru


yang dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi. Daerah tersebut menjadi daerah

yang kondusif untuk penyakit Tuberkulosis (Somantri, 2008).

Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan

bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu berada

dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari tidurnya dan

menjadikan tuberculosis aktif kembali. Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi

pada saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru

melalui saluran nafas (droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer

(ghon) selanjutnya menyerang kelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer

kompleks (ranke), keduanya ini dinamakan tuberculosis primer, yang dalam

perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberculosis paru primer,

peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil

mikobakterium. Tuberculosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun.

Sedangkan yang disebut tuberculosis post primer (reinfection) adalah peradangan

jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk

kekebalan spesifik terhadap basil tersebut (Abdul, 2013).

3. PATOFISIOLOGI TUBERKULOSIS PARU

Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari penderita

penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit

tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang tertular

(terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja yang sama.

Penyebaran penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia menderita sakit

tuberculosis. Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang

10
dihasilkan dari batuk dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1 - 2 jam tergantung

ada atau tidaknya sinar matahari serta kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam

suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan

berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan

masuk ke system pernapasan dan terdampar pada dinding system pernapasan. Droplet

besar akan terdampar pada saluran pernapasan bagian atas, sedangkan droplet kecil

akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak ada predileksi lokasi terdamparnya

droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil tuberculosis akan membentuk suatu focus

infeksi primer berupa tempat pembiakan basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita

akan memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui

sirkulasi, yang pertama terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak

untuk merangsang macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah kuman

tergantung pada jumlah macrophage. Karena fungsi dari macrofage adalah membunuh

kuman atau basil apabila prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan

sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya

menurun pada saat itu maka kuman tersebut akan bersarang di dalam jaringan paru-

paru dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel lama-

kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan

timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut dikeluarkan

saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk

darah (hemaptoe). (Djojodibroto, 2014).


4. TANDA DAN GEJALA TUBERKULOSIS PARU

Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yang artinya suatu penyakit yang

mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum

seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas

sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik (Muttaqin, 2012).

Gejala klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu gejala

respiratorik dan gejala sistemik :

a. Gejala Respiratorik, meliputi :

1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi

karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk

radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah

timbul peradangan kemudian menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih

dari 3 minggu. Keadaan yang selanjutnya adalah batuk darah (hemoptoe) karena

terdapat pembuluh darah yang pecah.

2) Batuk darah
Pada saat baruk darah yang dikeluarkan yaitu dahak bervariasi, mungkin tampak

berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah

sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya

batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Gejala klinis

Haemoptoe :

Kita harus memastikan bahwa perdarahan tersebut dari nasofaring dengan cara

membedakan ciri-ciri sebagai berikut :


a) Batuk darah

(1) Darah dibatukkan dengan rasa panas ditenggorokkan.

(2) Darah berbuih bercampur udara.

(3) Darah segar berwarna merah muda.

(4) Darah bersifat alkalis.

(5) Anemia kadang-kadang terjadi.

(6) Benzidin test negative.

b) Muntah darah

(1) Darah dimuntahkan dengan rasa mual.

(2) Darah bercampur sisa makanan.

(3) Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung.

(4) Darah bersifat asam.

(5) Anemia sering terjadi.

(6) Benzidin test positif.

c) Epistaksis

(1) Darah menetes dari hidung.

(2) Batuk pelan kadang keluar.

(3) Darah berwarna merah segar.

(4) Darah bersifat alkalis.

(5) Anemia jarang terjadi.

3) Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana infiltrasinya

sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan apabila


terjadi kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai

seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-lain.

4) Nyeri dada
Nyeri dada pada Tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritic yang ringan.

Gejala nyeri dada ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.

b. Gejala Sistemik, meliputi :

1) Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Namun kadang-kadang panas

bahkan dapat mencapai 40-41ºC. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh

penderita dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk. Demam

merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore hari dan malam hari

mirip dengan deman influenza, hilang timbul dan semakin lama semakin panjang

serangannya sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.

2) Gejala sistemik lain


Gejala sistemik lainnya adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan

serta malaise (gejala malaise sering ditemukan berupa : tidak nafsu makan, sakit kepala,

meriang, nyeri otot, dll). Timbulnya gejala ini biasanya berangsur- angsur dalam

beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi penampilan akut dengan batuk, panas,

sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia (naga, S ,

2012).

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU

Kondisi social ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan faktor toksis pada

manusia merupakan faktor penting dari penyebab penyakit tuberculosis yaitu


sebagai berikut (Naga, 2014) :

a. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan sangat berpengaruh dalam penularan penyakit Tuberkulosis

yaitu kaitannya dengan kondisi rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, serta

lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk. Semua faktor tersebut dapat

memudahkan penularan penyakit tuberculosis.

b. Faktor social ekonomi


Pendapatan keluarga juga sangat mempengaruhi penularan penyakit tuberculosis

karena dengan pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup dengan layak

seperti tidak mampu mengkonsumsi makanan yang bergizi dan memenuhi syarat-syarat

kesehatan.

c. Status gizi
Kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan lain-lain (malnutrisi), akan

mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang, sehingga rentan terhadap berbagai

penyakit termasuk tertular penyakit tuberculosis paru. Keadaan ini merupakan faktor

penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-

anak.

d. Umur
Penyakit tuberculosis paru ditemukan pada usia muda atau usia produktif, dewasa,

maupun lansia karena pada usia produuktif orang yang melakukan kegiatan aktif tanpa

menjaga kesehatan berisiko lebih mudah terserang tuberkulosis. Dewasa ini, dengan

terjadinya transisi demografi akan menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi

lebih tinggi. Pada usia lanjut atau lebih dari 55 tahun, system
imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit

termasuk penularan penyakit tuberculosis.

e. Jenis kelamin
Menurut WHO penyakit tuberculosis lebih banyak di derita oleh laki-laki dari pada

perempuan, hal ini dikarenakan pada laki-laki lebih banyak merokok dan minum alcohol

yang dapat menurunkan system pertahanan tubuh, sehingga wajar jika perokok dan

peminum beralkohol sering disebut agen dari penyakit tuberculosis paru.

6. PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjangkitnya penyakit

tuberculosis paru. Pencegahan-pencegahan berikut dapat dilakukan oleh penderitaa,

masyarakat, maupun petuhas kesehatan (Naga, 2014) :

a. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan menutup

mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak sembarangan tempat.

b. Bagi masyarakat, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan

meningkatkan ketahanan terhadap bayi yaitu dengan memberikan vaksinasi

BCG.

c. Bagi petugas kesehatan, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan

penyuluhan tentang penyakit tuberculosis, yang meliputi gejala, bahaya dan

akibat yang ditimbulkannya terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya.

d. Petugas kesehatan juga harus melaukan pengisolasian dan pemeriksaan

terhadap orang-orang yang terinfeksi, atau dengan memberikan pengobatan

khusus kepada penderita tuberculosis ini. Pengobatan dengan cara menginap

di rumah sakit hanya dilakukan oleh penderita dengan katagori berat dan

memerlukan
pengembangan program pengobatannya, sehingga tidak dikehendaki pengobatan

jalan.

e. Pencegahan penularan juga dapat dicegah dengan melakukan desinfeksi,

seperti cuci tangan, kebersihan rumah yang ketat, perhatiah khusus

terhadapmuntahan atau ludah anggota keluarga yang terjangkit penyakit

tuberculosis (piring, tempat tidur, pakaian) dan menyediakan ventilasi rumah

dan sinar matahari yang cukup.

f. Melakukan imunisasi pada orang-orang yang melakukan kontak langsung

dengan penderita, seperti keluarga perawat, dokter, petugas kesehatan dan

orang lain yang terindikasi, dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang

positif tertular.

g. Melakukan penyelidikan terhadap orang-orang yang terindikasi. Perlu

dilakukan Tes Tuberkulin bagi seluruh anggota keluarga. Apabila cara ini

menunjukkan hasil negative, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan delama 3

bulan dan perlu penyelidikan intensif.

h. Dilakukan pengobatan khusus. Pada penderita dengan TBC aktif diperlukan

pengobatan yang tepat, yaitu obat-obatan kombinasi yang telah ditetapkan

oleh dokter untuk diminum dengan tekun dan teratur, selama 6-12 bulan.

Perlu diwaspadai adanya resisten terhadap obat-obat, maka dilakukan

pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.

7. PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU

a. Farmakologi

1) Tujuan Pengobatan Tuberkulosis


Tujuan pengobatan pada penderita Tuberkulosis paru selain untuk menyembuhkan

atau mengobati penderita juga dapat mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau

resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai penularan.

Panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket yaitu

dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan

(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket obat untuk satu pasien dalam satu

masa pengobatan. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) mempunyai beberapa keuntungan

dalam pengobatan TB yaitu (Departemen Kesehatan, 2011):

a) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin

efektifitas obat dan mengurangi efek samping.

b) Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan resiko terjadinya

resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.

c) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat

menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien.

2) Obat-obat anti Tuberkulois

a) Obat-obat primer
Obat-obatan ini paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi dapat

menimbulkan resistensi dengan cepat bila digunakan sebagai obat tunggal. Oleh karena

itu, terapi ini selalu dilakukan dengan kombinasi dari 2-4 macam obat untuk kuman

tuberculosis yang sensitif. Berikut obat anti tuberculosis yang termasuk obat-obat primer

adalah (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI), 2017) :

(1) Isoniazid
Isoniazid (INH) merupakan devirat asam isonikotinat yang berkhasiat untuk obat

tuberculosis yang paling kuat terhadap Mycobacterium tuberculosis (dalam fase istirahat)

dan bersifat bakterisid terhadap basil yang tumbuh pesat. Efek samping dari isoniazid

adalah mual, muntah, demam, hiperglikemia, dan neuritis optic.

(2) Rifampisin
Rifampisin adalah sebuah golongan obat antibiotic yang banyak dipakai untuk

menanggulangi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Rifampisin menghambat

pertumbuhan bakteri dengan menghambat sistesis protein terutama pada tahap

transkripsi. Efek samping dari rifampisin adalah gangguang saluran cerna, terjadi

gangguan sindrim influenza, gangguan respirasi, warna kemerahan pada urine, dan

udem.

(3) Pirazinamid

Pirazinamid adalah obat antibiotic yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri

Tuberkulosis dan bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Indikasi dari

pirazinamid adalah tuberkulsis dalam kombinasi dengan obat lain. Efek samping dari

pirazinamid adalah anoreksia, icterus, anemia, mual, muntah, dan gagal hati.

(4) Etambutol
Etambutol adalah obat antibiotic yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri

tuberculosis di dalam tubuh. Indikasi dari etabutanol adalah tuberculosis dalam kombinasi

dengan obat lain. Efek samping penurunan tajam penglihatan pada kedua mata,

penurunan terhadap kontras sensitivitas warna serta gangguan lapang pandang.


(5) Streptomisin

Streptomisin adalah antibiotic yang dihasilkan oleh jamur tanah disebut

Streptomyces griseus yang dapat digunakan untuk mengatasi sejumlah infeksi seperti

tuberculosis untuk menghambat pertumbuhan mikroba. Saat ini streptomisin semakin

jarang digunakan kecuali untuk kasus resistensi. Efek samping dari streptomisin adalah

gangguang fungsi ginjal, gangguan pendengaran, dan kemerahan pada kulit.

(6) Obat-obat sekunder


Obat-obatan sekunder diberikan untuk tuberculosis yang disebabkan oleh kuman

yang resisten atau bila obat primer menimbulkan efek samping yang tidak dapat

ditoleransi. Berikut yang termasuk obat sekunder adalah kaproemisin, sikliserin,

macrolide generasi baru (asotromisin dan klaritromisin), quinolone dan protionamid.

3) Pengobatan tuberculosis diberikan dalam 2 tahap, yaitu :

a) Tahap intensif (2-3 bulan)


Pada tahap intensif (awal) penderita mendapatkan obat setiap hari dan diawasi

langsung unutuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT, terutama

rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya

penderita yang menularkan penyakit menjadi tidak menularkan penyakit dalam kurun

waktu 2 minggu. Sebagian besar penderita Tuberkulosis BTA positif menjadi BTA

negative (konversi) pada akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahap

intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.

b) Tahap lanjutan (4-7 bulan)


Pada tahap lanjutan penderita mendapatkan jenis obat lebih sedikit namun dalam

jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting untuk membunuh kuman

persisten (dormant) sehingga dapat mencegah terjadinya kekambuhan. Panduan obat

yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang

digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisipn, INH, Pirasinamid,

Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin,

Kuinolon, Makrolode, dan Amoksisilin + Asan Klavulanat, derivate Rifampisin/INH.

b. Terapi Komplementer

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai

pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain

diluar pengobatan medis (Budhi Purwanto, 2013). Modalitas penyembuhan adalah

metode penyembuhan yang digunakan bersama dengan pengibatan berbasis obat dan

tindakan pembedahan sebagai upaya pemenuhan pelayanan holistic. Titik akupresur ini

dilakukan peijatan setiap titiknya minimal 3 menit. Berikut yaitu titik akupresur untuk

mengurangi batuk berdahak pada penderita penyakit tuberculosis sebagai berikut :

1) Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 3 jari di bawah jari kaki,

di sela-sela antara jari tengah dan jari manis

2) Titik refleksi paru-paru ditemukan pada telapak kaki 2 jari di bawah jari-jari

kaki, di sela-sela antara ibu jari dan jari telunjuk

3) Titik refleksi tenggorokkan pada punggung kaki di antara sela-sela ibu jari

dan jari telujuk


4) Titik refleksi tenggorokan ditemukan pada telapak tangan di sela-sela jari

telunjuk dan jari tengah

5) Titik refleksi untuk meredakan batuk yang berada di telapak tangan bagian 2

jari dibawah ibu jari

6) Titik refleksi untuk meredakan batuk pada dibawah tulang tengkorak kepala,

tulang tengah punggung leher kiri dan kanan, dan di sebelah tulang belikat

atas sebelah kanan dan kiri.

B. KONSEP KETIDAKPATUHAN PENGOBATAN

1. Pengertian Ketidakpatuhan Pengobatan

Ketidakpatuhan merupakan perilaku individu dan atau pemberi asuhan tidak

mengikuti sesuai dengan rencana perawatan atau pengobatan yang disepakati dengan

tenaga kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan atau pengobatan tidak efektif

(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Menurut (Bulechek, 2015) ketidakpatuhan adalah perilaku individu dan pemberi

asuhan yang tidak sesuai dengan rencana promosi kesehatan atau terapeutik yang

ditetapkan oleh individu (dan atau keluarga dan atau komunitas) serta professional

pelayanan kesehatan. Perilaku pemberian asuhan atau individu yang tidak mematuhi

ketetapan, rencana promosi kesehatan atau terapeutik secara keseluruhan atau

sebagian tidak efektif.

2. PENYEBAB KETIDAKPATUHAN TERHADAP PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERCULOSIS

Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) penyebab ketidakpatuhan yaitu

a. Disabilitas (misalnya penurunan daya ingat, deficit sensorik/motoric)


b. Efek samping program perawatan/pengobatan

c. Beban pembiayaan program perawatan/pengobatan

d. Lingkungan tidak terapeutik

e. Program terapi kompleks dan/atau lama

f. Hambatan mengakses pelayanan kesehatan (misalnya gangguan mobilisasi,

asalah transportasi, ketiadaan orang merawat anak di rumah, cuaca tidak

menentu

g. Program terapi tidak ditanggung asuransi

h. Ketidakadekuatan pemahaman (sekunder akibat deficit kognitif, kecemasan,

gangguan penglihatan/pendengaran, kelelahan, kurang motivasi)

3. KETIDAKPATUHAN PROGRAM PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS

Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman

tuberculosis (Mycobacterium Tuberkulosis) yang menyerang paru-paru atau organ lain.

Kuman ini menyebar di udara melalui percikan droplet dari batuk dan bersin- bersin.

Penderita yang sudah dinyatakan positif menderita tuberculosis dengan pemeriksaan

BTA (+) maka akan dilanjutkan dengan pengobatan lengkap dalam jangka waktu yang

cukup lama. Sering kali penderita merasakan bosan dalam menjalankan program

pengobatan tersebut. Selain itu penderita yang dengan keluhan atau gejala penyakit

setelah menjalani pengobatan 1-2 bukan atau lebih, keluhannya akan segera berkurang

atau hilang sehingga pasien akan merasa sudah sembuh dan malas untuk melanjutkan

pengobatan kembali. Dari hal tersebut dapat dinyatakan bahwa penderita tersebut tidak

patuh terhadap program pengobatan yang sudah direncanakan oleh tenaga kesehatan.

Akibat dari hal tersebut yaitu terjadi kegagalan dalam pengobatan atau drop out,

resistensi obat, mengikuti


program pengobatan ulang dan peningkatan biaya untuk pengobatan. Oleh karena itu

sangat diperlukan seorang PMO yang bertugas untuk mengawasi pasien tuberculosis

agar menelan obat secara teratur sampai pengobatan selesai, mengingatkan pasien

untuk melakukan pemeriksaan dahak kembali pada waktu yang sudah ditentukan.

4. FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN TERHADAP

PENGOBATAN PADA PASIEN TUBERCULOSIS

Factor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam pengobatan

digolongkan menjadi 4 bagian menurut (Niven, 2012) antara lain :

a. Pemahaman tentang instruksi

Seseorang bisa berperilaku tidak patuh terhadap istruksi jika terjadi salah paham

terhadap instruksi yang diberikan. Ditemukan sekitar 60% responden yang diwawancara

setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan padanya.

Hal ini diakibatkan oleh kegagalan professional kesehatan dalam memberikan informasi

yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang

harus diingat penderita.

b. Kualitas interaksi
Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien merupakan bagian

yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.

c. Isolasi social dan keluarga


Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan nilai

keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan keyakinan dan nilai

kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang

dapat mereka terima.


d. Keyakinan, sikap, dan kepribadian

Becker dalam (Niven, 2012) telah membuat suatu usulan bahwa model keyakinan

kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan. mereka menggunakan

model ini dalam sebuah penelitian untuk memperkirakan ketidakpatuhan terhadap

ketentuan pasien hemodialisa kronis, 50 orang gagal ginjal kronis tahap akhir yang harus

mematuhi pengobatan yang kompleks, meliputi diet, pembatasan cairan, pengobatan dan

analisa. Mereka diwawancarai tentang keyakinan kesehatan mereka menggunakan suatu

model dan menemukan bahwa pengukuran dari tiap-tiap model tersebut sangat berguna

sebagai peramal dari kepatuhan terhadap pengobatan.

5. TANDA DAN GEJALA KETIDAKPATUHAN TERHADAP PENGOBATAN PADA TUBERCULOSIS

Berikut merupakan gejala dan tanda mayor pada ketidakpatuhan terhadap

pengobatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) :

Subjektif :

1) Klien menolak menjalani perawatan/pengobatan

2) Klien menolak mengikuti anjuran

Objektif :

1) Perilaku tidak mengikuti program perawatan/pengobatan

2) Perilaku tidak menjalankan anjuran

a. Gejala dan tanda minor Subjektif :

(tidak tersedia)

Objektif :

1) Tampak tanda/gejala penyakit/masalah kesehatan masih ada atau meningkat


2) Tampak komplikasi penyakit/masalah kesehatan menetap atau meningkat

6. DAMPAK DARI KETIDAKPATUHAN TERHADAP PROGRAM PENGOBATAN PADA

TUBERKULOSIS

Dampak dari ketidakpatuhan terhadap pengobatan pada penyakit tuberculosis

yaitu sangat berpengaruh pada program pengobatan OAT (Obat Anti Tuberkulosis),

kesembuhan menjadi terhambat, peningkatan biaya karena putus obat, Drop Out atau

kegagalan dalam pengobatan yang sering terjadi karena lamanya proses pengobatan

untuk penyakit Tuberkulosis yang menyebabkan penderita harus mengikuti ulang

program pengobatan dan Resistensi Obat.

7. HASIL UKUR KETIDAKPATUHAN TERHADAP PROGRAM PENGOBATAN

Dalam penelitian ini menggunakan pengukuran kuisioner skala Guttman. Skala

pengukuran ini akan didapatkan jawaban yang tegas yaitu ya atau tidak, benar atau

salah, pernah atau tidak pernah, positif atau negatif, dan lain-lain. Bila pertanyaan yang

jawaban benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Hasil pengukuran skor dikoversikan

dalam presentase maka dapat dijabarkan untuk jawaban benar skor 1 = 1 x 100% =

100%, dan salah diberi skor 0 = 0 x 100% = 0% (Nursalam, 2017). Hasil ukur yang

digunakan pada Ketidakpatuhan terhadap Program Pengobatan pada pasien

Tuberkuloisis dapat diklasifikasi sebagai berikut:

a. Kepatuhan dalam pengobatan sangat baik (jika skor 81-100 %)

b. Kepauhan dalam pengobatan baik (jika skor 61-80 %)

c. Kepatuhan dalam pengobatan cukup (jika skor 41-60 %)

d. Kepatuhan dalam pengobatan kurang (jika skor 21-40 %)

e. Kepatuhan dalam pengobatan sangat kurang (jika skor < 20 %)


C. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS DENGAN

KETIDAKPATUHAN PENGOBATAN

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data, verifikasi serta

komunikasi data yang mengenai pasien secara sistematis. Pada fase ini meliputi

pengumpulan data dari sumber primer (pasien), sekunder (keluarga pasien, tenaga

kesehtana), dan analisis data sebagai dasar perumusan diagnose keperawatan (Kozier,

B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, 2010). Fokus pengkajian keperawatan pada kasus

Tuberkulosis paru (Abdul, 2013) :

A. DATA PASIEN

Penyakit tuberculosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai

dewasa dengan perbandingan hampir sama anatar laki-laki dengan perempuan. Penyakit

ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat

kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim.

Tuberculosis pada anak dapat terjadi di usia berapapun, namun usia yang paling umum

apada usia dalah antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru

(extrapulmonary) disbanding TB paru-paru yaitu dengan perbandingan 3:1. Tuberculosis

luar paru-paru adalah tuberculosis berat yang terutama ditemukan pada usia < 3 tahun.

Angka kejadian atau prevalensi TB paru-paru pada usia 5-12 tahun ckup rendah,

kemudian meningkat setelah usia remaja dimana TB paru-paru menyerupai kasus pada

pasien dewasa.

B. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan yang sering muncul antara lain :


1) Demam : subfebris, febris (40-41º) biasanya hilang timbul.

2) Batuk : biasanya terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini terjadi

untuk membuang atau mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk

kering sampai dengan batuk purulent (menghasilkan sputum).

3) Sesak nafas : terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru-paru.

4) Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai

ke pleura sehingga menimbulkan pleuritic.

5) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, sakit kepala,

nyeri otot, dan keringat malam.

6) Sianosis, sesak nafas, kolaps : merupakan gejala atelectasis. Bagian dada

pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang

sakit. Pada foto thoraks, pada sisi yang sakit tampak bayangan hitam dan

diafragma menunjol ke atas.

7) Perlu ditanya dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini

muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan namun merupakan

penyakit infeksi menular.

C. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA :

1) Pernah menderita batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.

2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh.

3) Pernah berobat namun tidak teratur.

4) Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.

5) Daya tahan tubuh yang menurun.

6) Riwayat vaksinasi yang tidak tertaur.


D. RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA :

1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.

2) Jenis, warna, dosis obat yang diminum

3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakit.

4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

E. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI :

1) Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja dan jumlah

penghasilan.

2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan

bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah

berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama

dan biaya yang banyak, masalah tentang masa depan atau pekerjaan pasien,

tidak bersemangat dan putus harapan.

F. FACTOR PENDUKUNG

1) Riwayat lingkungan.

2) Pola hidup : nutrisi, kebiasaan merokok, minum alcohol, pola istirahat

dan tidur, kebersihan diri.

3) Tingkat pengetahuan atau pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit

TBC, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Kultur sputum : mikobakterium tuberculosis positif pada tahap akhir penyakit.


2) Tes tuberculin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi

dalam 48-72 jam).

3) Foto thorax : infiltrasi lesi awal pada area paru atas. Pada tahap ini tampak

gambaran bercak-bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas. Dapat

kavitasi bayangan, berupa cincin. Pada klasifikasi tampak bayangan bercak-

bercak padat dengan densitas tinggi.

4) Bronchografi : untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena

TB paru.

5) Darah : peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).

6) Spirometry : penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

H. PEMERIKSAAN FISIK

1) Pada tahap dini sulit diketahui.

2) Ronchi basah, kasar, nyaring.

3) Hipersonor/tympani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi

memberikan suara umforik.

4) Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi intercostal, dan fibrosis.

5) Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memverikan suara pekak).

II. I. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

1) Pola aktivitas dan istirahat


Subjektif : rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak nafas (nafas pendek), sulit

tidur, demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.

Objektif : takikardi, takipnea/dyspnea saat kerja, irritable, sesak (tahap lanjut ; infiltrasi

radang sampai setengah paru), demam subfebris (40-41 ºC)


yang terjadi hilang timbul.

2) Pola nutrisi
Subjektif :anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan. Objektif :

turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

3) Respirasi
Subjektif : batuk produktif/non produktif, sesak nafas, sakit dada.

Objektif : mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mucoid kuning

atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi

basah, kasar di daerah apeks paru, takipnea (penyakit luas atau fibrosis

parenkim paru pleural), sesak nafas, pengembangan pernafasan tidak

simetris (effusi pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),

deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

4) Rasa nyaman/nyeri

Subjektif : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Objektif : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul

bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

5) Integritas ego
Subjektif : faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.

Objektif : menyangkal (selama tahan dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2. DIAGNOSE KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan adalah tahap kedua dalam proses keperawatan dimana

merupakan penialain klinis terhadap kondisi individu, keluarga, atau komunitas baik yang

bersifat actual, resiko, atau masih merupakan gejala. Diagnose


keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung actual maupun

potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Penilaian ini berdasarkan pada hasil

analisis data pengkajian dengan cara berpikir kritis. Diagnosa yang ditegakkan dalam

masalah ini ialah ketidakpatuhan pengobatan (Debora, 2017). Berikut diagnosa yang

terkait dengan penyakit tuberculosis adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru

c. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi

d. Deficit pengetahuan keluarga tentang kondisi, pengobatan, pencegahan,

berhubungan dengan tidak ada yang menerangkan

e. Deficit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan factor psikologis

f. Risiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun, fungsi silia

menurun, secret yang menetap

g. Keidakpatuhan Program Pengobatan berhubungan dengan program

terapi kompleks dan atau lama

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi atau perencanaan adalah tahap ketiga dari proses keperawatan. Intervensi

keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan

pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang

diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia

(SLKI) adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penentuan luaran

keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan

etis (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018). Ada empat elemen
penting yang harus diperhatikan pada saat membuat perencanaan keperawatan yaitu

membuat prioritas, menetapkan tujuan dan membuat kriteria hasil (Moorhead, 2015).

Merencanakan intervensi keperawatan yang akan diberikan (termasuk tindakan mandiri

dan kolabirasi dengan tenaga kesehatan lainnya), dan melakukan pendokumentasian

(Bulechek, 2015).

Tabel 1
Intervensi Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Tubercolusis dengan
Ketidakpatuhan Pengobatan di Wilayah Kerja UPT
Kesmas Sukawati 1 Tahun 2019

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


( SLKI ) ( SIKI )
1 2 3
Ketidakpatuhan Program Setelah diberikan asuhan 1. Dukungan kepatuhan
Pengobatan merupakan keperawatan selama 5 kali program pengobatan
perilaku individu tidak kunjungan dalam 45 menit a. Observasi
mengikuti sesuai dengan diharapkan tingkat 1) Identifikasi kepatuhan
rencana perawatan atau kepatuhan pasien meningkat menjalani program
pengobatan yang dengan kriteria hasil : pengobatan
disepakati dengan tenaga Perilaku patuh : b. Terapeutik
kesehatan, sehingga pengobatan yang 1) Buatkan jadwal
menyebabkan hasil disarankan pendamping keluarga
perawatan atau a. Partisipasi dalam untuk menemani klien
pengobatan tidak efektif. keputusan perawatan dalam menjalani
kesehatan program pengobatan
b. Klien mengonsumsi obat 2) Libatkan keluarga
sesuai interval yang sudah untuk mendukung
ditentukan program pengobatan
c. Klien patuh dalam yang di jalani
pengobatan sesuai dengan 3) Awasi jumlah dan
yang diresepkan penggunaan obat
1 2 3
d. Menggunakan layanan c. Edukasi
kesehatan sesuai dengan 1) Informasikan program
kebutuhan pengobatan yang harus
dijalani
2) Informasikan manfaat
yang akan diperoleh
jika teratur menjalani
program pengobatan
3) Ajarkan klien dan
keluarga melakukan
konsultasi ke
pelayanan kesehatan
terdekat
2. Edukasi penyakit
a. Berikan pendidikan
kesehatan mengenai
penyakit tuberculosis
Ajarkan pencegahan
penularan penyakit
tuberculosis dengan
menggunakan masker
untuk menutupi mulut
dan hidung dan
ingatkan klien untuk
berludah pada
tempatnya
3. Edukasi efek samping obat
a. Jelaskan tujuan obat
yang diberikan
pemberian obat yang
sudah diresepkan
b. Jelaskan dosis, cara
1 2 3
pemakaian, waktu dan
lamanya pemberian
obat
c. Jelaskan indokasi dan
kontraindikasi obat
yang dikonsumsi

(Sumber : Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018 & Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

4. IMPLEMENTASI

Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini muncul

jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Implementasi terdiri atas

melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus

yang digunakan untuk melaksanakan intervensi. Tindakan yang dilakukan mungkin

sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan.

Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas dimana aplikasi

yang akan dilakukan pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu

dan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien (Debora, 2017).

5. EVALUASI

Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini perawat

membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah

ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasiseluruhnya, hanya

sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses berkelanjutan

yaitu proses yang digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi klien untuk

mengetahui (1) kesesuaian tindakan keperawatan,


(2) perbaikan tindakan keperawatan, (3) kebutuhan klien saat ini, (4) perlunya dirujuk

pada tempat kesehatan lain, dan (5) apakah perlu menyusun ulang priorotas diagnose

supaya kebutuhan klien bisa terpenuhi. Selain digunakan untuk mengevaluasi tindakan

keperawatan yang sudah dilakukan, evaluasi juga digunakan untuk memeriksa sumua

proses keperawatan (Debora, 2017).

Evaluasi keperawatan terhadap pasien tuberculosis dengan masalah

ketidakpatuhan program pengobatan diantaranya :

a. Pasien melakukan pengobatan sesuai dengan yang sudah diresepkan

b. Pasien mengonsumsi obat sesuai interval yang ditentukan

c. Pasien mematuhi pengobatan dengan berpartisipasi dalam terapi yang

diberikan

d. Pasien dan keluarga mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pemberi

pelayanan kesehatan
PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

ALAMAT : Jl. Blang Bintang Lama Km. 8,5 Telp 21569 Lampoh Keudee Aceh Besar – 23372

Nama Mahasiswa : Siti nova anisah

NIM :19175047

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal MRS : Jam Masuk :10.00


Tanggal Pengkajian : No. RM :

Jam Pengkajian :15.00 Diagnosa Masuk : nyeri di bagian dada

Hari rawat ke :2

IDENTITAS

1. Nama Pasien : Tn.S


2. Umur : 55 tahun
3. Suku/ Bangsa: Aceh :
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan :
7. Alamat : Banda Aceh

KELUHAN UTAMA

1. Keluhan utama:
Pasien masuk dengan keluhan lemas,sesak nafas,mengeluh nyeri dada pada saat batuk,pasien
juga mengatakan batuknya keluar dahak.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Pernah dirawat : ya tidak kapan :…… diagnosa :…………


2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis……………………
Riwayat kontrol : .............................
Riwayat penggunaan obat :..............

3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis……………………

Makanan ya tidak jenis……………………

Lain-lain ya tidak jenis……………………

4. Riwayat operasi: ya tidak


- Kapan : ……………………
- Jenis operasi : ……………………

5. Lain-lain:
........................................................................................................................................................
...................................

........................................................................................................................................................
........................................................................................................................................................
......................................................................

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Ya tidak

- Jenis :
…………………........................................................................................................................
.............
- Genogram:
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Perilaku sebelum sakit yang mempengaruhi kesehatan:

Alkohol ya tidak keterangan……….....................

Merokok ya tidak

keterangan…………………….........................................................

Obat ya tidak

keterangan…..............................................................………………

Olah raga ya tidak

keterangan…..........................................................…………………

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda tanda vital


S : 36,8oC N : 84x/m T D : 110/80 mmHg RR : 28x/m

Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma


2. Sistem Pernafasan (B1)
a. RR:x/m
b. Keluhan: sesak nyeri waktu nafas orthopnea
Batuk Ada produktif tidak produktif

Sekret Ada Konsistensi :......................

Warna: tidak ada Bau :..................................

c. Penggunaan otot bantu nafas:


Masalah Keperawatan :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
....................................................................
d. PCH ya tidak
e. Irama nafas teratur tidak teratur
f. Pleural Friction
rub:.....................................................................................................................
g. Pola nafas Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Biot
h. Suara nafas Cracles Ronki Wheezing
i. Alat bantu napas ya tidak

Jenis................................................ Flow..............lpm

j. Penggunaan WSD:
- Jenis : .....................................................................................................................
............................................
- Jumlah cairan
: .................................................................................................................................
.................
- Undulasi :......................................................................................................................
.............................
- Tekanan : .....................................................................................................................
.............................

k. Tracheostomy: ya tidak
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
....................................................................
l. Lain-lain:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......................................................................................................
................................................................................................................................................
..................................

3. Sistem Kardio vaskuler (B2)


a. TD : 110/80 mmHg Masalah Keperawatan :
b. N : 84x/menit
c. Keluhan nyeri dada: ya tidak
P :.Batuk menetap..................................................................
Q :Seperti tertusuk-tusuk...................................................................
R :..Dada.................................................................
S :Skala nyeri 5...................................................................
T :..timbul kadang-kadang saat batuk.................................................................
d. Irama jantung: reguler ireguler
e. Suara jantung: normal (S1/S2 tunggal) murmur
gallop lain-lain.....

f. Ictus
Cordis: ...................................................................................................................................
..........................
g. CRT :.............detik
h. Akral: hangat kering merah basah pucat
panas dingin
i. Sikulasi perifer: normal menurun
j. JVP :.................................
k. CVP :.................................
l. CTR :.................................
m. ECG & Interpretasinya:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
............................................................
n. Lain-lain :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................

4. Sistem Persyarafan (B3)


Masalah Keperawatan :
a. GCS : .15.................................................
b. Refleks fisiologis patella triceps biceps
c. Refleks patologis babinsky brudzinsky kernig
Lain-lain

d. Keluhan pusing ya tidak


P :...................................................................
Q :...................................................................

R :...................................................................

S :...................................................................

T :...................................................................

e. Pemeriksaan saraf kranial:


N1 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N2 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N3 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N4 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N5 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N6 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N7 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N8 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N9 : normal tidak Ket.: ……..............................................................
N10: normal tidak Ket.: ……..............................................................
N11: normal tidak Ket.: ……..............................................................
N12: normal tidak Ket.: ……..............................................................

f. Pupil anisokor isokor Diameter: ……/......


g. Sclera anikterus ikterus
h. Konjunctiva ananemis anemis
Isitrahat/Tidur :8 Jam/Hari Gangguan tidur : ada
i. Lain-lain:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
..........................

5. Sistem perkemihan (B4) Masalah Keperawatan


a. Kebersihan genetalia: Bersih Kotor
b. Sekret: Ada Tidak
c. Ulkus: Ada Tidak
d. Kebersihan meatus uretra: Bersih Kotor
e.Keluhan kencing: Ada Tidak
Bila ada, jelaskan:
e. Kemampuan berkemih:
Spontan alat bantu,
sebutkan: .................................................................................................
Jenis :..........................................
Ukuran :............................................
Hari ke :..........................................
f. Produksi urine : ………….. ml/jam
Warna : kuning
Bau : menyengat
g. Kandung kemih : Membesar ya tidak
h. Nyeri tekan ya tidak
i. Intake cairan oral : …1000…… cc/hari parenteral : ……… cc/hari
j. Balance cairan:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......................................................................................................

j. Lain-lain:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
............................................................................
..........................
6. Sistem pencernaan (B5)
Masalah Keperawatan :
a. TB : 165 BB : 60 kg
b. IMT :............... Interpretasi :................................

c. Mulut: bersih kotor berbau


d. Membran mukosa: lembab kering stomatitis
e. Tenggorokan:
sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
f. Abdomen: tegang kembung ascites
g. Nyeri tekan: ya tidak
h. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada tidak
- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
i. Peristaltik:10x/menit
j. BAB: 3x/hari Terakhir tanggal : ............................................................................
k. Konsistensi: keras lunak cair lendir/darah
l. Diet: padat lunak cair
m. Diet Khusus: tidak ada
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
....................................................................
n. Nafsu makan: baik menurun Frekuensi:2x/hari
o. Porsi makan: habis tidak Keterangan:mual dan muntah
p. Lain-lain:
q. Abdomen :
Inspeksi : datar,tidak ada ancietas,tampak luka bakar bagian bawah memanjang
ukuran 15x3 cm ( derajat 3 )
Palpasi : bentuk,turgor kulit menurun ≥ 2 detik
Perkusi : sonor.

Nyeri di bagian abdomen bawah :


P:
Q:
R:
S:
T:
7. Sistem Penglihatan
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan :

OD OS
Visus
Palpebra
Conjunctiva
Kornea
BMD
Pupil
Iris
Lensa
TIO

b. Keluhan nyeri ya tidak


P :...................................................................

Q :...................................................................

R :...................................................................

S :...................................................................

T :...................................................................

c. Luka operasi: ada tidak


Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
d. Pemeriksaan penunjang lain : .........................
e. Lain-lain :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......................................................................................................

8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan :

OD OS
Aurcicula
MAE
Membran
Tymphani
Rinne
Weber
Swabach

b. Tes Audiometri
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
..........................
................................................................................................................................................
..................................

c. Keluhan nyeri ya tidak


P :...................................................................

Q :...................................................................

R :...................................................................

S :...................................................................

T :...................................................................

d. Luka operasi: ada tidak


Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
e. Alat bantu dengar: .........................
f. Lain-lain :
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......................................................................................................
8. Sistem muskuloskeletal (B6)
a. Pergerakan sendi: bebas terbatas
b. Kekuatan otot: Masalah Keperawatan :

c. Kelainan ekstremitas: ya tidak


d. Kelainan tulang belakang: ya tidak
Frankel: ................................................................................
e. Fraktur: ya tidak
- Jenis :...................
f. Traksi: ya tidak
- Jenis :...................
- Beban :...................
- Lama pemasangan :...................
g. Penggunaan spalk/gips: ya tidak
h. Keluhan nyeri:ya tidak
P :...................................................................
Q :...................................................................
R :...................................................................
S :...................................................................
T :...................................................................
i. Sirkulasi perifer: ..............................................
j. Kompartemen syndrome ya tidak
k. Kulit: ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi
l. Turgor baik kurang jelek
m. Luka operasi: ada tidak
Tanggal operasi :................
Jenis operasi :................
Lokasi :................
Keadaan :................
Drain : ada tidak
- Jumlah :...................
- Warna :...................
- Kondisi area sekitar insersi :...................
n. ROM : .................................................

o. Cardinal Sign : ................................................


p. Lain-lain:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......................................................................................................

10. Sistem Integumen


a. Penilaian resiko decubitus
Aspek Yang Kriteria Penilaian Nilai
Dinilai 1 2 3 4

Persepsi Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak Ada 4


Sensori Sepenuhnya Terbatas Ringan Gangguan

Kelembaban Terus Sangat Kadang2 Jarang 3


Menerus Lembab Basah Basah
Basah

Aktifitas Bedfast Chairfast Kadang2 Lebih Sering 3


Jalan jalan
Mobilisasi Immobile Sangat Keterbatasan Tidak Ada 3
Sepenuhnya Terbatas Ringan Keterbatasan

Nutrisi Sangat Kemungkinan Adekuat Sangat Baik 3


Buruk Tidak
Adekuat

Gesekan & Bermasalah Potensial Tidak 3


Pergeseran Bermasalah Menimbulka
n Masalah

NOTE: Pasien dengan nilai total < 16 maka dapat Total Nilai 19
dikatakan bahwa pasien beresiko mengalami dekubisus
(pressure ulcers)
(15 or 16 = low risk, 13 or 14 = moderate risk, 12 or less
= high risk)

b. Warna
Masalah Keperawatan :
c. Pitting edema: +/- grade:................
d. Ekskoriasis: ya tidak
e. Psoriasis: ya tidak
f. Pruritus: ya tidak
g. Urtikaria: ya tidak
h. Lain-lain:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......................................................................................................

11. Sistem Endokrin


Masalah Keperawatan :
Pembesaran tyroid: ya tidak
a. Pembesaran kelenjar getah bening: ya tidak
b. Hipoglikemia: ya tidak
c. Hiperglikemia: ya tidak
d. Kondisi kaki DM
- Luka gangren ya tidak
Jenis ................................................................................................................
- Lama luka ...............................................................................................
- Warna ...............................................................................................
- Luas luka ...............................................................................................
- Kedalaman ...............................................................................................
- Kulit kaki ...............................................................................................
- Kuku kaki ...............................................................................................
- Telapak kaki ...............................................................................................
- Jari kaki ...............................................................................................
- Infeksi ya tidak
- Riwayat luka sebelumya ya Jika ya:
- Tahun :
- Jenis Luka :
- Lokasi :
- Riwayat amputasi sebelumya ya tidak
Jika ya:
Masalah keperawatan :
- Tahun :
- Lokasi :
f. ABI : ....................................................
g. Lain-lain:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
......................................................................................................
1. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

a. Persepsi klien terhadap penyakitnya:

Masalah Keperawatan :

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya


Murung/diam gelisah tegang marah/menangis

c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga


d. Gangguan konsep diri: tidak ada
.......................................................................................................................................................
....................................
.......................................................................................................................................................
....................................
.......................................................................................................................................................
....................................
e. Lain-lain:
.......................................................................................................................................................
....................................

.......................................................................................................................................................
....................................

...........................................................................................................................................

Masalah Keperawatan :
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN

Jelaskan :

klien mengatakan mandi 2 kali sehari, menggosok gigi dua kali sehari

dan keramas seminggu 2 kali.

2. PENGKAJIAN SPIRITUAL

a. Kebiasaan beribadah
- Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
- Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah

b. Bantuan yang diperlukan pasien untuk memenuhi kebutuhan beribadah:

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG , dll)

LABORATORIUM :

1.Analisa cairan pleura : -rivalta + sel limfosit,glukosa rendah

2.Pemeriksaan histopatologis jaringan

3.Pemeriksaan darah : LED meningkat proses aktif

4.Uji tuberkulin : bermakna bila konversi.

RADIOLOGI :

1.Foto thoraks PA

2. Foto lateral

3.top lardotik

4.CT Scan,foto thoraks pada TB : Multiform.


RESUME KASUS
Seorang laki-laki berinsial Tn S berumur 55 tahun datang ke rumah sakit saat di kaji
keluhan pasien badan terasa lemas,sesak nafas,batuk berdahak,saat di lakukan pengkajian
pasien mengatakan terasa sakit dan nyeri dada pada saat batuk,pasien mengatakan batuknya
berdahak,dan sesak nafas,pasien juga mengatakan sulit tidur karna sering terbangun karena
batuk,badannya terasa lemas TTV : 110/70 mmHg S : 36 C,N : 84x/menit RR :
28x/menit,sekret kental.
Judgment resume
Diagnose keperawatan ditegakkan berdasarkan data-data hasil pengkajian dan analisa data
mulai dari menetapkan masalah,penyebab,dan data-data yang mendukung.diangosa yang
dapat ditegakkan pada kasus di atas diagnose pertama adalah Bersihan jalan nafas tidak
efektif ditandai dengan pasien mengatakan batuk berdahak,pasien mengatakan sesak
nafas,auskultasi creakles pada percabangan bronkus,TTV : TD : 110/70 mmHg,S : 36 C ,N :
84x/menit,RR : 28x/menit,secret kental.Diagnosa kedua Nyeri di tandai dengan dengan
pasien mengatakan nyeri dada pada saat batuk,pengkajian nyeri P: batuk menetap, Q :
menusuk, R : dada, S : 5, T : Timbul kadang-kadang pada saat batuk,objektif pasien
meringis kesakitan,TTV : 110/70 mmHg, S : 36 C ,N : 74x/menit,RR : 28x/menit BTA
positif.diagnosa ketiga Gangguan pola tidur di tandai dengan pasien mengeluh sulit
tidur,sering terbangun dari tidur karena batuk,merasa sesak nafas,pasien mengatakan batuk
berdahak,pasien mengatakan kurang puas saat tidur dan tidur kurang lebih 5-6 jam dalam
sehari,kantong mata bawah hitam,konjungtiva anemis.

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

ANALISIS DATA

Hari/
Tgl/ DATA MASALAH
Jam
1 DS : Bersihan jalan nafas tidak
 Pasien mengatakan batuknya berdahak. efektif
 Pasien mengatakan merasa sesak.

DO:
 Nafas pendek,auskultasi : creakles pada
percabangan bronkus.
 Sekret kental.
 TTV : TD : 110/70 mmHg
S : 36 C
N : 84x/menit
RR : 28X/Menit

2 Ds : pasien mengeluh nyeri dada pada saat Nyeri


batuk.
Pengkajian nyeri :
P : batuk menetap
Q : seperti tertusuk-tusuk
R : dada
S : skala nyeri 5
T : timbul kadang-kadang saat batuk.

DS :
Gangguan pola tidur
Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak dan
sering terbangun karena batuk,pasien
mengatakan batuknya berdahak,pasien juga
mengatakan sesak nafas,pasien tidur kurang
lebih 6-7 jam sehari tidur siang 1 jam.

DO : kantong mata bawah hitam,konjung tiva


anemis

DS :
 Kulit tampak kemerahan keabua abuan
sedikit tampak cairan =18% derajat 3
PROGRAM PROFESI NERS
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN

TANGGAL: .................................

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif


b. Nyeri
c. Gangguan pola tidur
RENCANA INTERVENSI

Hari/ DIAGNOSIS NOC NIC


No.
Tgl/ Jam KEPERAWATAN (Nursing Outcome Classification) (Nursing Intervention Classification)
1. Bersihan jalan nafas tidak Tujuan :  Observasi TTV
efektif Setelah dilakukan tindakan  Observasi kemampuan mengeluarkan secret dan batuk
keperawatan kepada pasien slama 3 secara efektif.
x 24 jam diharapkan kebersihan  Monitor adanya sumbatan jalan nafas
jalan nafas tidak efektifan bias  Monitor adanya produksi dahak yang berlebihan
teratasi,dapat berkurang dengan  Atur posisi pasien,posisi semi fowler
kriteria hasil :  Ajarkan batuk efektif
1.pasien mengatakan batuk nya  Anjurkan pasien untuk banhyak minum air hangat
berkurang.  Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam
2.frekuensi nafas 20x/menit pemberian inhalasi nebulizer.
2. Nyeri Tujuan :  Kaji tingkat Nyeri ( PQRST )
Setelah dilakukan tindakan  Kaji intensitas nyeri,lokasi nyeri,karakteristik
keperawatan pada pasien selama nyeri,dan lamanya nyeri.
3x24 jam nyeri hilang dan dapat  Ajarkan tekhnik relaksasi distraksi dan nafas dalam
berkurang.  Pantau TTV
Kriteria hasil yang di harapkan:  Atur posisi pasien senyaman mungkin.
1.pasien tidak meringis  Anjurkan pasien untuk banyak istirahat.
2.pasien tampak rileks  Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat atnti
3.Skala nyeri berkurang dari 5-1 nyeri.
4.Pasien dapat mengontrol nyeri
dengan teknik relaksasi nafas dalam.

 Kaji kebutuhan tidur pasien setiap hari.


Gangguan pola tidur
 Ciptakan lingkungan yang nyaman
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan kepada pasien slama 3  Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum
tidur
x 24 jam diharapkan Gangguan pola
tidur bisa teratasi,dengan kriteria  Anjurkan pasien untuk istirahat
hasil yang di harapakan :
 Jelaskan pentingnya istirahat yang adekuat
1.Jumlah jam tidur dalam batas
 Diskusiakn dengan pasien dan keluarga pasien
normal 6-8 jam/hari.
tentang dukungan untuk meningkatkan tidur pasien
2.Pola tidur nyenyak dan dalam
 Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian
batas normal
makanan yang mengandung protein.
3.Perasaan segar sesudah tidur atau
istirahat.
4.Mampu mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan kualitas tidur.

Anda mungkin juga menyukai