Kapak Perimbas
Fungsi dari kapak perimbas yaitu untuk merimbas kayu, memahat tulang, serta
digunakan sebagai senjata.
• Flakes
Digunakan sebagai alat pengupas makanan, berburu, menangkap ikan, mengumpulkan
ubi serta buah-buahan.
▪ Kepercayaan
• Animisme merupakan kepercayaan bahwa dalam setiap benda memiliki roh. Hal tersebut
dibuktikan dengan adanya tulang belulang manusia yang telah mati di dalam gua.
• Dinamisme merupakan kepercayaan bahwa setiap benda mempunyai kekuatan ghaib.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya menhir.
• Sementara pemujuaan terhadap nenek moyang merupakan kepercayaan bahwa setiap
orang yang meninggal akan menuju ke alam atau tempat yang lebih baik.
• Manusia paleolitikum yakin bahwa setiap kejadian disebabkan kemarahan nenek
moyang.
Zaman Mesolithikum
Ciri-Ciri
Hidup menetap, sebab telah memiliki tempat tinggal yang resmi seperti gua dan pantai.
Memiliki kemampuan bercocok tanam meski teknik yang digunakan masih sangat
sederhana.
Sudah mengenal atau bisa membuat kerajian gerabah.
Masih menerapkan sistem food gathering atau mengumpulkan makanan.
Alat yang digunakan hampir sama dengan zaman palaeolithikum, yakni alat yang terbuat
dari bahan batu dan teksturnya masih kasar.
Adanya sampah dapur yang disebut dengan kjoken mondinger.
Kepercayaan
Animisme
Dinamisme
Kebudayaan
Kebudayaan Tulang dari Sampung (Sampung Bone Culture)
Sebagian besar temuan dari zaman ini berupa tulang, sehingga para ahli arkeolog
menyebutnya sebagai sampung bone culture.
Kebudayaan Bacson-Hoabinh
Bacson hoabinh adalah kebudayaan yang ditemukan di dalam bukit kerang serta gua
yang berada di Indo-china, sumatera timur, serta melaka.
Disini juga ditemukan alat lain seperti batu giling.
Jika ada seseorang yang meninggal, peninggalan yang satu ini akan memposisikan
mayat dengan kondisi berjongkok. Serta mencatnya dengan warna merah.
Kebudayaan Toala
Sebagian besar dari kebudayaan Toala membuat alat yang berasal dari bahan batu
dengan bentuk menyerupai batu api berasal dari eropa. Sebagai contoh: kaleson, jaspis,
obsidian dan kapur.
Kebudayaan ini akan menguburkan orang yang meninggal di dalam gua dan pada saat
tulang mayat telah mengering akan diambil kembali dan diberikan kepada keluarganya
sebagai bentuk kenang-kenangan.
Zaman Neolithikum
Telah mampu bekerja sama dalam menebang hutan, membakar semak, menabur atau menanam
benih, memetik hasil ladang, mendirikan rumah, serta menyelenggarakan upacara.
Untuk mengatur kehidupan bersama, mereka juga memulai memilih peran untuk dijadikan
pemimpin (primus interpares atau yang utama dari sesamanya), yakni Ketua Suku/Ratu/Datuk.
Kerajinan
• Gerabah
Bahan dasar yang digunakan berupa tanah liat yang dicampur dengan pasir serta
teknik yang digunakan yakni teknik tangan dikombinasi teknik tatap sehingga hasil
gerabah masih kasar dan juga tebal.
• Anyam-anyaman
• Pakaian
Pakaian tersebut dibuat dari tenunan serat dari kulit kayu. Bahan yang digunakan
untuk membuat pakaian pada masa itu yaitu serat abaka (sejenis pisang) dan rumput
doyo.
• Perahu
Teknik yang digunakan untuk membuat perahu pada masa itu masih sangat
sederhana. Bahan yang digunakan berupa batang pohon, meranti, lanang,
dan kedondong.
➢ Kepercayaan mulai ditandai dengan adanya ilmu cara penguburan mayat.
➢ Mengenal kepercayaan upacara pemujaan terhadap arwah nenek moyang/para
leluhur.
➢ Para leluhur yang meninggal pada waktu itu dikuburkan dengan upacara
penguburan.
➢ Cara Penguburan
• Penguburan Langsung
❖ Cara peletakan mayat ada dua cara, yaitu membujur dan terlipat atau
meringkuk. Mayat selalu dibaringkan mengarah ke tempat roh/arwah para
leluhur (contohnya di puncak gunung).
❖ Penguburan seperti ini dapat kita jumpai di Anyer (Jawa Barat) dan di
Plawangan, Rembang (Jawa Tengah).
• Penguburan Tidak Langsung
❖ Penguburan dengan tekni ini biasanya diterapkan di daerah Melolo (Sumba),
Gilimanuk (Bali), Lesung Batu (Sumatra Selatan), dan Lomblen Flores (NTT).
❖ Cara penguburannya yakni awalnya mayat dikubur secara langsung di dalam
tanah tanpa diikuti dengan upacara tertentu.
❖ Setelah diperkirakan mayat telah berubah menjadi kerangka, makam kemudian
digali lagi. Kemudian kerangka tersebut dicuci serta diberi hematit pada
persendian lalu diletakkan dalam tempayan atau sarkofagus.
Zaman Logam
Ciri-Ciri
Kegiatan perdagangan berkembang semakin pesat
Mahir dalam pengolah logam
Kebudayaannya sudah semakin tinggi dan maju.
bidang pertanian yang sudah menggunakan sistem persawahan yang lebih efektif dan efisien
dari sistem ladang.
Sistem irigasi atau pengairan tidak selalu bergantung kepada hujan
Telah menguasai ilmu astronomi (untuk kepentingan pelayaran dan pertanian ).
Teknik pembuatan alat-alat pada zaman perunggu atau zaman prasejarah terdiri dari 2 cara
yaitu:
Teknik a cire perdue (cetakan lilin)
▪ Teknik bivalve disebut sebagai teknik setangkup dimana untuk membuat
perunggu dilakukan dengan cara menangkupkan dua bagian batu
kemudian diisi cairan logam.
Teknik bivalve (setangkap)
▪ Teknik A Cire Perdue disebut juga sebagai teknik cetak lilin dimana bahan
dasarnya berupa tanah liat dan lilin sebagai bahannya.
8. Asal Usul Nenek Moyang Indonesia
Melanesoid
Mereka tersebar di lautan pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur irian dan Benua
Australia.
Di kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua Barat, Ambon, Maluku Utara, dan Nusa
Tenggara Timur. Bersama dengan papua-Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia dan
Fiji, Vanuatu, mereka tergolong rumpun Melanesoid.
Pada mulanya kedatangan Bangsa Melanesoid di kepulauan Indonesia berawal saat zaman es
terakhir, yaitu tahun 70.000 SM. Pada saat itu kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika
suhu turun hingga mencapai kedinginan maksimal, air laut menjadi beku.
Permukaan laut menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan permukaan saat ini. Pada saat itulah
muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau itu memudahkan makhluk hidup berpindh dari
Asia menuju kawasan Oseania.
Bangsa Melanesoid melakukan perpindahan ke timur hingga ke Papua, selanjutnya ke benua
Australia, yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang tehubung dengan papua. Bangsa
Melanesoid saat itu hingga mencapai 100 ribu jiwa meliputi wilayah papua da Australia.
Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan paleolitikum.
Pada saat masa es berakhir dan air laut mulai nail lagi pada tahun 5000 S.M. Kepulauan papua
dan Benua Australia terpisah seperti yang dapat kita lihat saat ini. Pada saat itu jumlah penduduk
mencapai 0,25 juta dan pada tahun 500 S.M. mencapai 0,5 juta jiwa.
Asal mula bangsa Melanesia, yaitu proto Melanesia merupakan penduduk pribumidi jawa.
Mereka adalah manusia Wajak yang terbesar ke timur dan menduduki papua, seblum zaman es
berakhir dan sebelum kenaikan permukaan laut yang terjadi pada saat itu. Di papua manusia
Wajak hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai. Mereka hidup
dengan menagkap ikan di sungai dan meramu tumbuh-tumbuhan serta akar-akaran, serta berburu
di hutan belukar.
Tempat tinggal mereka berupa perkampungan-perkampungan yang terbuat dari bahan-bahan
yang ringan.
Bangsa proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa Melayu mereka yang belum sempat
mencapai kepulauan papua melakukan pencampuran dengan ras baru itu. Percampuran bangsa
Melayu dengan Melanesoid menghasilkan keturunan Malanesoid-Melayu saat ini mereka
merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
9. Proses Masuknya Agama
Hindu-Budha
Menurut para ahli sejarah, cara masuk dan proses penyebaran agama Hindu-Budha di
Indonesia terbagi menjadi 2, yaitu:
Masyarakat Berperan Pasif
Maksudnya adalah masyarakat Nusantara mempelajari agama Hindu dan Buddha
melalui masyarakat India dan China yang datang ke Nusantara.
Beberapa Teori yang ada
Teori Brahmana
Dikemukakan : Van Leur
▪ Kaum Brahmana diundang ke Nusantara karena ketertarikan raja yang
berkuasa dg ajaran Hindu dan Buddha
Teori Waisya
Dikemukakan : N.J. Krom
para pedagang yg beragama Hindu-Buddha penyebar utama agama tsb
▪ perdagangan pada jaman dahulu menggunakan jalur laut dan bergantung pada
angin, ketika para pedagang ini menetap di Nusantara, mereka memperkenalkan
agama dan kepercayaannya kepada masyarakat.
Teori Ksatria
Dikemukakan : C.C. Berg, Mookerij, J.C. Moens
Pada jaman masuknya Hindu-Buddha ke Nusantara, di daratan India dan China sedang
berlangsung perang saudara.
Raja-raja yang kalah peperangan melarikan diri ke Nusantara untuk berlindung.
Masyarakat Berperan Aktif
Masyarakat Nusantara belajar langsung ke India dan China untuk mempelajari agama
tersebut secara mendalam kemudian kembali ke Nusantara sebagai penyebar agama tersebut.
Beberapa Teori yang ada :
Teori Arus Balik
Dikemukakan : F.D.K Bosch
Perkembangan ajaran Hindu dan Buddha yang pesat di India kabarnya terdengar sampai
Nusantara dan kemudian menarik minat para kaum terpelajar Nusantara utk berguru ke
India
Teori Sudra
Dikemukakan : Van Faber
Para budak dari India dan China datang ke Nusantara karena dibawa oleh
pemiliknya atau karena mencari kehidupan yang lebih baik.
Pada saat mereka menetap di Nusantara, mereka berasimilasi dan berakulturasi
dengan penduduk sekitar.
▪ Penduduk yang awalnya memeluk Animisme dan Dinamisme, berganti memeluk
agama Hindu atau Buddha.
Islam
Ada beberapa teori
Teori Gujarat
Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para
pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka
kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak para pedagang dan
kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-
Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat.
Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel.
Teori Persia
Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam masuk ke
Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat. Persia
adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran.
Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad
ke 13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal
dari Persia. Selain itu, adanya beberapa kesamaan tradisi Indonesia
dengan Persia dianggap sebagai salah satu penguat.
Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa
dengan upacara peringatan bernama Tabuik/Tabut di beberapa wilayah
Sumatera (Khususnya Sumatera Barat dan Jambi).
Teori Cina
Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al
Qurtuby, mereka berpendapat bahwa sebenarnya kebudayaan Islam
masuk ke Nusantara melalui perantara masyarakat muslim China.
Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China
dari Kanton ke Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke
9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam ke Nusantara. Hal ini
dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak)
adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah
China, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang
pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.
Teori Mekkah
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung
oleh para musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan
Islam ke seluruh dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya
sebuah perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal
dengan nama Bandar Khalifah.
Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i.
Mahzab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang
terakhir adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera
Pasai seperti budaya Islam di Mesir. Teori inilah yang paling benyak
mendapat dukungan para tokoh seperti, Van Leur, Anthony H. Johns,
T.W Arnold, dan Buya Hamka.
10. Hasil Dan Nilai Budaya Manusia Praaksara Dan Pengaruhnya Pada Lingkungan Terdekat
Hasil Budaya
Kebudayaan Zaman Paleolithikum (Batu Tua)
Kebudayaan Pacitan
Alat berupa kapak genggam, serta alat serpih yang masih kasar, yang diperkirakan
hasil kebudayaan manusia jenis Meganthropus.
Kebudayaan Ngandong
Alat berupa peralatan yang terbuat dari tulang dan tanduk rusa, yang diperkirakan
sebagai alat penusuk, belati, atau mata tombak.
Kapak Lonjong
Alat dari batu yang diasash dan berbentuk lonjong seperti bulat telur
Banyak ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Sumbawa, Pulau Selayar, Pulau Roti.
Kebudayaan Megalithikum
Menhir
Menhir merupakan tiang atau tugu batu yang didirikan sebagai sarana dalam memuja
arwah nenek moyang.
Menhir banyak ditemukan di Sumatera Selatan, Kalimantan, dan Sulawesi Tengah.
Istilah Menhir ini diambil dari bahasa Keltik, yang berasal dari kata men yang berarti
"batu" dan hir yang berarti "panjang".
Dolmen
Dolmen merupakan bangunan yang berbentuk seperti meja batu, berkaki menhir
(menhir yang agak pendek).
Bangunan ini digunakan sebagai tempat sesaji dan pemujaan terhadap nenek moyang.
Bergungsi sebagai kuburan. Bangunan semacam ini dinamakan dengan pandusha.
Punden Berundak
Punden berundak merupakan bangunan dari batu yang disusun secara bertingkat.
Fungsi dari bangunan ini ialah sebagai pemujaan.
Punden berundak ditemukan di daerah Lebak Sibedug, Banten Selatan.
Arca
Arca merupakan patung yang dibuat dengan menyerupai dari bentuk manusia serta
binatang.
Binatang yang digambarkan, diantaranya seperti gajah, kerbau, kera, dan harimau.
Arca ini banyak ditemukan, antara lain seperti di Sumatera Selatan, Lampung, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur.
Bentuk arca manusia bersifat dinamis yang berarti wujud manusia dengan penampilan
dinamis seperti arca batu gajah.