Kelompok 8
Kelompok 8
Disusun Oleh :
Kelompok 8
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang memegang peranan
penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Fungsi dari rumah sakit
Dalam UU No. 23/1992 tentang kesehatan disebutkan berbagai sarana atau tempat untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang menangani khusus satu macam penyakit adalah
Rumah Sakit Khusus, diantaranya adalah Rumah Sakit Jiwa (Depkes 1991-1992).
meningkatkan status gizi pasien (Depkes 1990). Saat ini pelayanan gizi mulai dijadikan
tolok ukur mutu pelayanan di rumah sakit karena makanan merupakan kebutuhan dasar
manusia dan sangat dipercaya menjadi faktor pencegah dan membantu penyembuhan
suatu penyakit. Ruang lingkup kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit dibagi atas empat
kegiatan pokok yaitu :1) Asuhan gizi pasien rawat jalan 2) Asuhan gizi pasien rawat inap
rumah sakit bagi penderita rawat jalan dan penderita rawat inap, untuk memperoleh
makanan yang sesuai guna mencapai syarat gizi yang maksimal. Bentuk pelayanan gizi di
rumah sakit tergantung pada tipe rumah sakit dan macam pelayanan spesialistik yang
Bentuk pelayanan gizi yang paling umum terdapat di rumah sakit adalah
penyelenggaraan makanan bagi penderita yang dirawat di ruang rawat inap di rumah
sakit. Pelayanan gizi yang diberikan di rumah sakit disesuaikan dengan keadaan penderita
dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan
gizi penderita sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi penderita. Sering terjadi
kondisi klien/penderita semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Hal ini
diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi tubuh untuk perbaikan organ
tubuh. Laporan dari berbagai survei di rumah sakit membuktikan kejadian hospital
malnutrition dengan asuhan gizi yang tidak tepat sebagai faktor resiko(Prosiding ASDI
2005).
gizinya. Salah satu faktor penyebab terjadinya kurang gizi adalah kurangnya intake zat
gizi essensial karena makanan yang dikonsumsi tidak cukup, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Bila keadaan ini terjadi pada penderita yang dirawat di rumah sakit, selain
akan menurunkan status gizi penderita, juga akan memperpanjang hari rawat dan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunita Almatsier dibeberapa rumah sakit
umum di Jakarta tahun 1991 menunjukkan 20 60% penderita menderita kurang gizi
pada saat dirawat di rumah sakit. Berbagai faktor penyebab kurang gizi pada pasien yang
dirawat, diantaranya adalah asupan zat gizi yang kurang karena kondisi pasien, hilangnya
nafsu makan, faktor ekonomi, defresi (faktor stress), kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan lama dirawat yang dapat menimbulkan kebosanan terhadap makanan yang
disajikan. Untuk mencegah dan mempertahanankan keadaan gizi perlu adanya perhatian
serta monitoring status gizi dan asupan makanan oleh tim kesehatan.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya merupakan rumah
sakit milik Pemerintah Daerah Jawa Timur yang diklasifikasikan sebagai rumah sakit
Umum tipe A. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo juga merupakan rumah
mengenai jenis dan klasifikasi Rumah Sakit maka Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Dr. Soetomo merupakan Rumah sakit Umum (berdasarkan jenis pelayanan) dan Rumah
Kegiatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo, antara lain
(cacat badan dan jiwa) sesuai dengan peraturan perundangan. RSUD Dr. Soetomo juga
medis, melaksanakan sistem rujukan, usaha pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi tenaga
medis dan paramedis, serta sebagai tempat penelitian untuk pengembangan, serta
penyelenggaraan umum pelayanan rumah sakit yang pada tahun 2011 telah lulus
akreditasi Rumah Sakit Pendidikan ISO 9001:2008 untuk Manajemen Strukural RSUD
Dr. Soetomo. Pelaksanaan semua fungsi rumah sakit tersebut secara keseluruhan
Fasilitas pelayanan kesehatan yang dimiliki oleh RSUD Dr. Soetomo secara
umum antara lain pelayanan rawat darurat (IRD), pelayanan rawat jalan (IRJ),
pelayanan rawat inap (IRNA), pelayanan bedah terpadu (GBPT), pelayanan penunjang
diatur dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2008, yang
selanjutnya menjadi landasan dalam pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing bagian.
Surabaya ?
1.3. Tujuan
A. Tujuan umum
Untuk mengetahui proses pengolahan bahan makanan di rumah sakit Dr. Soetomo
Surabaya
B. Tujuan khusus
TINJAUAN PUSTAKA
yang sebaik-baiknya sesuai dengan keinginan konsumen dengan penggunaan dana material,
dan tenaga sehemat mungkin. Tiga faktor yang mempengaruhi efisiensi penyelenggaraan
makanan yaitu pengaturan tenaga, tata letak ruang kerja dan arus kerja.
makanan yang dikelola dengan prinsip kecepatan dan keakuratan, didukung oleh fasilitas
menyediakan makanan dalam jumlah besar dengan alas an tertentu. Sedangkan Depkes
(2003) menjelaskan bahwa penyelenggaraan makanan adalah rangkaian kegiatan mulai dari
rangka pencapaiana status yang optimal melalui pemberian makanan yang tepat dan
termasuk kegiatan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi bertujuan untuk mencapai status
kesehatan yang optimal melalui pemberian makan yang tepat (Rahmawati, 2011).
2.1. Tipe, Karakteristik Pelayanan Rumah Sakit
1. Cara sentralisasi
diadakan seperti luas tempat, peralatan, tenaga dan kesepian manajemen yang
menyeluruh.
pendistribusian dapat lebih intensif dan teliti, tidak akan dijumpai suara
keributan tenaga, alat ataupun bau makanan ke konsumen, serta makanan dapat
pendistribusian yang cukup luas untuk peralatan makanan dan alat makan,
diperlukan pegawai yang terampil dan terlatih untuk bekerja dengan teliti, cepat,
benar, dan rapi, ketidaksesuaian alat makan dan isi hidangan yang tersedia, serta
2. Cara desentralisasi
Cara pendistribusian desentralisasi biasa diterapkan di institusi yang
memiliki ruang makan atau unit-unit pelayanan yang berada pada lokasi yang
berbeda. Fokus kegiatan masih tetap berada di unit pembagian utama, kemudian
kepada konsumen.
lebih sedikit serta macam peralatan lebih murah dibandingkan cara sentralisasi.
kadang kualitas makanan dapat rusak, pelayanan makanan lebih lambat, biaya
pantry cukup tinggi, pengawasan sukar, kesulitan menata peralatan makan dan
makanan.
yaitu :
1. Swakelola
sampai evaluasi.
2. Out-Sourching
jasa boga atau catering. Out-sourching dibedakan menjadi dua kategori yaitu semi
3. Sistem kombinasi
sourching dipilih sebagai upaya memaksimalkan sumber daya yang ada dengan
jasaboga atau catering. Bisa berdasarkan kelas rawatnya, karena ada dua system
adalah untuk penyembuhan penyakit yang tidak jarang digunakan sebagai acuan
Menurut Depkes tahun 2007 dalam buku pedoman PPMRS (Pelayanan penyelenggaraan
makanan Rumah Sakit) tujuan dari penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah
untuk menyediakan makanan dengan kualitas yang baik dan jumlah sesuai kebutuhan
serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien atau konsumen yang membutuhkan.
mengubah (memasak) bahan pangan mentah menjadi makanan yang siap dimakan,
Tujuan pengolahan bahan pangan adalah mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi
bahan pangan, meningkatkan nilai cerna, meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa,
keempukan dan penampilan makanan, bebas dari organisme dan zat berbahaya untuk tubuh.
Pada prinsipnya pengolahan bahan pangan meliputi persiapan dan pemasakan bahan
pangan. Persiapan adalah suatu proses kegiatan dalam rangka menangani bahan pangan dan
bumbu sehingga siap atau layak untuk dilanjutkan dengan kegiatan pemasakan. Proses ini
dimulai dari saat dibeli atau diambil di ruang penyimpanan, kemudian disiangi, dicuci,
dipotong, diiris, digiling, ditumbuk, dibentuk, atau dicetak, dan diberi bumbu-bumbu sampai
Peraturan pemberian makanan rumah sakit adalah suatu pedoman yang ditetapkan
pimpinan rumah sakit sebagai salah satu acuan dalam memberikan pelayanan gizi pada
pasien dan karyawan yang memuat : pola makan sehari, nilai gizi yang mengacu pada buku
penuntun diet, standar makanan, jenis konsumen yang dilayani. Peraturan pemberian makan
Rumah Sakit ditetapkan sesuai dengan kondisi dan kemampuan Rumah Sakit.
Pengolahan bahan makanan adalah suatu kegiatan atau memasak bahan makanan
mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi.
Proses pemasakan pada institusi berbeda dengan pemasakan jumlah porsi sedikit. Pada
system penyelenggaraan makanan institusi, dimana bahan yang sudah dipersiapkan dalam
prsi banyak. Oleh karena itu, agar tercipta rasa hidangan dapat dipertahankan kualitasnya,
maka diperlukan tahap-tahap yang berbeda bila pemasakan dalah jumlah sedikit. Cita rasa
yang dimaksud disini adalah kualitas hidangan dilihat dari aspek penampilan dan rasa. Pada
proses pemasakan dalam jumlah besar diperlukan tahap-tahap agar bentuk bahan makanan
Tujuan:
Prasyarat:
bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman
untuk di konsumsi.
2) Membakar yaitu memasak bahan makanan langsung diatas bara api sampai kecoklatan
1) Merebus yaitu memasak dengan banyak air. Pada dasarnya ada 3 cara dalam merebus, yaitu:
Api besar untuk mendidihkan cairan dengan cepat dan untuk merebus sayuran.
Api kecil untuk membuat kaldu juga dipakai untuk masakan yang memerlukan waktu
lama.
kecoklatan.
Menyangrai : menumis tanpa minyak, biasa dilakukan untuk kacang, kedelai, dan
sebagainya.
Menumis : memasak dengan sedikit minyak atau margarine untuk membuat layu
Tujuan
4. penampilan makanan.
Prosedur Setelah dilakukan persiapan bahan makanan dilakukan pengolahan berdasarkan standar
resep.
1. Makanan diet
pemberian santan
pemberian garam
Setelah makanan diambil untuk makanan diet maka dilakukan pemberian gula dan tambahan
garam.
b) PEMBUATAN SUSU
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
1. Pembuatan susu maksimal 30 menit sebelum waktu minum susu yang telah ditentukan untuk
pasien.
2. Ahli gizi operasional katering memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker.
3. Ahli gizi operasional katering membersihkan permukaan meja yang akan digunakan untuk
menyiapkan susu.
4. Ahli gizi operasional katering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
6. Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang dapat berkontak
7. Ahli gizi operasional katering menyiapkan air panas ± 70ºC dan susu yang akan diseduh.
8. Ahli gizi operasional katering menuangkan air panas ke dalam gelas ukur sesuai volume
9. Ahli gizi operasional katering menuang bubuk susu sesuai takaran ke dalam gelas susu.
10. Ahli gizi operasional katering mengaduk susu hingga larut dalam air..
11. Ahli gizi operasional katering menutup susu dengan plastik wrap.
12. Ahli gizi operasional katering memberi label pada bagian atas plastik wrap.
13. Ahli gizi operasional katering membersihkan tempat pembuatan susu beserta peralatan susu.
14. Ahli gizi operasional katering mencuci peralatan susu dengan sabun cair.
15. Ahli gizi operasional katering menggunakan busa lembut untuk membersihkan bagian dalam
gelas ukur kemudian membilas peralatan susu dengan air bersih yang mengalir.
16. Susu yang siap dikonsumsi maksimal 15 menit diantar sebelum waktu minum susu yang
Pengertian
Kegiatan atau proses pembuatan sonde untuk pasien menggunakan formula komersial.
Tujuan
Kebijakan
1. Sonde dibuat dengan proses dan alat yang higienis.
3. Sonde dapat masuk ke lambung pasien melalui oral, pipa atau enteral (Naso Gastric Tube)
Prosedur
1. Pembuatan sonde maksimal 30 menit sebelum waktu minum sonde yang telah ditentukan
untuk pasien.
2. Ahli gizi operasional katering memakai Alat Pelindung Diri (APD) sepertin masker.
3. Ahli gizi operasional katering membersihkan permukaan meja yang akan digunakan untuk
4. Ahli gizi operasional katering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian
5. Ahli gizi operasional katering membilas peralatan sonde (saringan, gelas ukur, sendok dan
6. Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang dapat berkontak
7. Ahli gizi operasional katering menyiapkan air panas ± 70ºC dan susu enteral yang akan
diseduh.
9. ukur sesuai volume yang dibutuhkan kemudian tambahkan susu formula sesuai takaran.
10. Ahli gizi operasional katering mengaduk sonde hingga larut dalam air, menuang dan
11. Ahli gizi operasional katering menutup sonde dengan plastik wrap.
12. Ahli gizi operasional katering memberi label pada bagian atas plastik wrap.
13. Ahli gizi operasional katering membersihkan tempat pembuatan sonde beserta peralatan
sonde.
14. Ahli gizi operasional katering mencuci peralatan sonde dengan sabun cair.
15. Ahli gizi operasional katering menggunakan busa lembut untuk membersihkan bagian dalam
gelas ukur dan sikat botol untuk membersihkan gelas ukur agar sisa susu yang melekat bisa
dibersihkan
16. Ahli gizi operasional katering membilas peralatan sonde dengan air bersih yang mengalir.
17. Sonde yang siap dikonsumsi segera diberikan kepada pasien sesuai identitas label.
18. Sonde yang siap dikonsumsi maksimal 15 menit diantar sebelum waktu minum sonde yang
Pengertian
Tujuan
Kebijakan
3. Sonde dapat masuk ke lambung pasien melalui oral, pipa atau enteral (Naso Gastric Tube)
1. Pembuatan sonde maksimal 30 menit sebelum waktu minum sonde yang telah ditentukan
untuk pasien.
2. Ahli gizi operasional katering memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker.
3. Ahli gizi operasional katering membersihkan permukaan meja yang akan digunakan untuk
4. Ahli gizi operasional katering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, kemudian
5. Ahli gizi operasional katering membilas peralatan sonde (saringan, gelas ukur, sendok dan
6. Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang dapat berkontak
7. Ahli gizi operasional katering menyiapkan air panas ± 70ºC dan bahan formula rumah sakit
yang akan diseduh seperti susu skim, gula pasir, minyak sayur dan larutan elektrolit dengan
8. Ahli gizi operasional katering mencampur semua bahan formula hingga gula pasir mencair
kemudian menuang air panas ke dalam gelas ukur sesuai volume yang dibutuhkan.
9. Ahli gizi operasional katering mengaduk sonde hingga larut dalam air, menuang dan
10. Ahli gizi operasional katering menutup sonde dengan plastik wrap.
11. Ahli gizi operasional katering memberi label pada bagian atas plastik wrap.
12. Ahli gizi operasional katering membersihkan tempat pembuatan sonde beserta peralatan
sonde.
13. Ahli gizi operasional katering mencuci peralatan sonde dengan sabun cair.
14. Ahli gizi operasional katering menggunakan busa lembut untuk membersihkan bagian dalam
gelas ukur dan sikat botol untuk membersihkan gelas ukur agar sisa susu yang melekat bisa
dibersihkan
15. Ahli gizi operasional katering membilas peralatan sonde dengan air bersih yang mengalir.
16. Sonde yang siap dikonsumsi segera diberikan kepada pasien sesuai
18. Sonde yang siap dikonsumsi maksimal 15 menit diantar sebelum waktu minum sonde yang
HASIL PENGAMATAN
sistem swakelola secara sentralisasi, ruang pengolahan terbagi menjadi dua tempat yaitu
pengolahan umum dan pengolahan khusus, di Pengolahan umum dilakukan pemasakan untuk
makan karyawan, pasien kelas 123 dan pasien VIP keatas, pengolahan dilakukan oleh chef
dan petugas boga lain. Selain pasien, dokter dan karyawan serta penunggu pasien VIP
mendapatkan makan. Kepada tenaga kesehatan yang sedang melakukan jaga atau berada di
laboratorium, kadang akan diberikan susu milo kotak. Saat memasuki ruang pengolahan di RS
Dr.Soetomo yang pertama dilalui adalah pengolahan umum, kemudian pastry atau snack yang
berada dalam satu ruangan dengan pengolahan makananan biasa seteelah itu ruang pengolahan
Dalam ruang pengolahan umum ada pengolahan makanan pokok, sayur, lauk nabati,
lauk hewani, penyimpanan alat masak, ruang cuci alat masak. Pengolahan dilakukan dengan
alat alat yang berbeda, misalnya sayur ada bagian pertama bumbu, penumisan, dan bagian
rebus sayur. dan di ruang pengolahan khusus dilakukan pengolahan seperti bubur, sonde ,
formula, dll. Mereka juga punya shif, shif pagi siang dan sore. Seluruh pembuatan di
pengolahan khusus pemesanan sesuai pemeriksaan dan dari dokter dan hanya membuat sekali
dalam sehari tidak ada yang disimpan dikulkas. Biasanya petugas memasak sesuai jumlah
pemesanan kemudian dimasukkan dalam mangkok stainless setelah itu dibagi sesuai
kebutuhan tiap pasien. Tepung yang digunakan dalam pembuatan menu khusus yaitu tepung
maizena. Untuk pengoalahan menu ada yang dibikinkan dalam bentuk cair yang diletakkan
dalam cangkir yang berukuran, tapi ada juga dalam bentuk sachet yang biasanya hanya tinggal
diseduh dengan air oleh pasien sendiri atau dari perawatnya. Untuk pemasakan beras
menggunakan kompor PGA dengan dilengkapi rice cooker sebanyak 12 alat, 1 alat dapat
Standar porsi makanan cair dalam sekali penyajian ialah 2 irus/±250 gr. Standar porsi
makanan berdiet khusus 150 gr dan makanan biasa 200 gr. Dalam penyajian makanan khusus
terutama makanan dalam bentuk cair ada dua cara, yaitu pada makanan cair penuh disajikan
dengan menggunakan piring yang di plastik wrapping. Pada makanan cair jernih disajikan
bahan tambahan pangan seperti royko dan untuk vitsin tidak ditambahkan. Sebelum semua
makanan yang diolah didistribusikan dilakukan uji yang oleh satu orang ahli gizi untuk
mencicipi sedikit apakah tekstur,warna,bau,aroma sudah sesuai ,apabila ada tekstur masakan
Dalam memasuki ruang Pengolahan umum dan khusus harus menggonakan APD, ada 3
zona dalam penggunaan APD yaitu : zona merah yaitu menggunaka masker, penutup kepala,
celemek dan sarung tangan, zona kuning menggunakan masker, celemek dan penutup kepala,
sedangkan zona hijau hanya menggunakan celemek dan penutup kepala, untuk ruang
pengolahan menggunakan zona kuning dimana semua orang yang memasuki ruangan
pengolahan harus menggunakan masker, celemek,dan penutup kepala. Pada saat di ruang
pengolahan suhu disana sangat panas karena pada saat kunjungan di Surabaya sedang musim
kemarau dan proses pengolahan menambah panas suhu ruangan sehingga banyak karyawan
yang masih melepas pasang masker. Dan saat pemorsian bahan makanan terutama pada
Untuk proses pemasakan dimulai pada jam 07.30 sampai 09.15 wib kemudian
dilakukan pemorsian yang selesai pada jam 10.00 wib lalu dilakukan pengujian rasa oleh ahli
gizi. Lama pengolahan sayur tergantung waktu 15 sampai 20 menit kacang panjang dan
wortel. Lama pemasakan tahu 20 sampai 25 menit, tempe 15-20 menit dan pembuatan roti
1200c selama 20 menit. Untuk semua pengolahan di instalasi gizi dibuat berdasarkan standar
SOP yang dibuat langsung oleh pihak RS Dr.Soetomo, salah satunya SOP pembuatan sonde
ketogenik menggunakan 200 gr alpukat, 100 ml kara, 25 gr telur rebus dan air 300 ml dengan
cara diblender jadi satu dengan nilai gizi 900 kkal, protein 11 gr, lemak 90 gr, karbohidrat 11
gr. Pemasakan dalam jumlah banyak pemasakan dilakukan dalam ketel dan dalam jumlah
Alat-alat yang digunakan pada tahap pengolahan Di Rumah sakit Dr.Soetomo Surabaya
, yaitu :
1. Ketel uap digunakan untuk mengukus dan merebus, ketel uap juga digunakan
9. Wadah stainless digunakan untuk menaruh sayur yang sudah matang dan
10. Irus digunakan untuk mengaduk makanan cair dan digunakan untuk menakar
Semua alat makan di ruang pengolahan terbuat dari stainless, peralatan yang digunakan
oleh Rumah sakit Dr.Soetomo Surabaya sudah ada pembagiannya sesuai dengan bahan
makanannya. Seperti peralatan untuk memotong, pisau dan talenan sudah ada tersedia khusus
untuk bahan hewani, nabati, sayur-sayuran, ataupun buah-buahan. untuk alat-alat dibagian
pengolahan belum mempunyai patokan berapa lama alat-alat tersebut bisa digunakan namun,
dapat dilihat terlebih dahulu kondisi peralatan yang dipakai bagaimana, jika kondisi peralatan
sudah tidak dapat dipakai, dapat diganti dengan yang baru dengan lebih dulu melakukan
pelaporan dan pencatatan. Untuk alat-alat pengolahan elektronik jika terjadi kerusakan dapat
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari hasil Praktek Belajar Lapangan (PBL) di Rumah Sakit Dr. Soetomo dapat
simpulkan bahwa pengolahan dilakukan dengan sistem swakelola secara sentralisasi ruang
pengolahan terbagi menjadi dua tempat yaitu pengolahan umum dan pengolahan khusus,
terdapat pemakaian APD yang telah ditetapkan untuk memasuki ruang pengolahan.
Pengolahan umum ada pengolahan makanan pokok, sayur, lauk nabati, lauk hewani,
penyimpanan alat masak, ruang cuci alat masak. Pada pengolahan khusus dilakukan
pemasakan hanya sesuai pesanan dan tidak ada yang masuk kulkas.
Untuk proses pemasakan dimulai pada jam 07.30 sampai 09.15 wib kemudian
dilakukan pemorsian yang selesai pada jam 10.00 wib lalu dilakukan pengujian rasa oleh
ahli gizi. Semua alat makan di ruang pengolahan terbuat dari stainless, peralatan yang
digunakan oleh Rumah sakit Dr.Soetomo Surabaya sudah ada pembagiannya sesuai dengan
bahan makanannya.