Tugas Auditing PEMERIKSAAN KAS DAN SETAR
Tugas Auditing PEMERIKSAAN KAS DAN SETAR
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai kas dari bank adalah:
1. Kas kecil (Petty Cash) dalam rupiah maupun mata uang asing
2. Saldo rekening giro di bank
3. Bon sementara (I O U)
4. Bon-bon kas kecil yang belum direimbursed
5. Check tunai yang akan didepositokan
Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kas dan bank dalam neraca adalah
1. Deposito berjangka yang jatuh tempo lebih dari 3 bln (time deposit)
2. Check kosong dan check mundur
3. Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
4. Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik di dalam maupun di luar negeri, misalnya
karena dibekukan
Menurut PSAK no.2 (IAI:2002) kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
Setara kas (cash equivalent) : Investasi yang sifatnya sangat liquid, berjangka pendek dan yang dengan
cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang sangat
signifikan.
Cerukan ( bank overdraft) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan
Penaksiran Resiko. Identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relefan unutk mncapai
tujuannya, membentuk suatu dasar unutuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola. Resiko dapt
timbul/berubah karena keadaan berikut: perubahan dalam lingkungan operasi; personel bru; system
informasi yang baru/yang diperbaiki; teknologi baru; lini produk, produk atau aktivitas baru;
restrukturisasi korporasi; operasi luar negeri; standar akuntansi baru.
Aktivitas Pengendalian. Kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan
manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan
untuk menangulangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas sudah dilaksanakan. Umumya aktivitas
pengendalian berkaitan dengan: Review terhadap kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik,
dan pemisahan tugas.
Informasi dan Komunikasi. Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan yang
meliputi sistem akuntansi, terdiri dari metode dan catatan yang di bangun untuk mencatat, mengolah,
meringkas, dan melapokan transaksi entitas. Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman
tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan
keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tantang sistem informasi yang relefan
dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan bagi LK
Bagaimana transaksi tersebut dimulai
Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam LK yang tercakup dalam
pengolahan dan pelaporan transaksi.
Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukan
kedalam LK termasuk alat elektronik yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara
dan mengakses informasi
Pemantauan. Proses penentuan kualitas kinrja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini
mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.
Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara
terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan
audit atas L/K dapat digolongkan kedalam berbagai kelompok . salah satu cara penggolongan adalah
sebagai berikut:
Pengendalian Pengolahan Informasi
Banyak perusahaan sekarang menggunakan komponen untuk pengolahan infomasi umum dan terutama
informasi akuntansi . pengendalian pengolahan informasi dibagi menjadi dua:
1. Pengendalian Umum. Organisasi pusat pengelolaan data , prosedur dan standar untuk
perubahan program, pengembangan system dan pengoprasian fasilitas pengolahan data.
2. Pengendalain aplikasi. Dirancang untuk memenuhi persyaratan pengendalian khusus setiap
aplikasi. Tujuan pengendalian aplikasi:
Menjamin bahwa semua transaksi yang telah ditorisasi telah diproses sekali saja secara
lengkap
Menjamin bahwa data transaksi lengkap dan teliti
Menjamin bahwa pengelolaan transaksi benar dan sesuai dengan keadaan
Menjamin bahwa hasil pengolahan data dimanfaatkan untuk tujuan yang telah ditetapkan
Menjamin bahwa aplikasi dapat terus berfungsi
Pengendalian aplikasi terhadap pengolahan transaksi tertentu dikelompokan menjadi:
a. Prosedur otorisasi yang memadai
b. Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup
3. Pengecekan secara independent
4. Pemisahaan fungsi yang memadai
Struktur organisasi merupakan kerangka pembagian tugas kepada unit-unit organisasi yang dibentuk
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tugas didalam organisasi
didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:
Pemisahan fungsi penyimpanan aktiva dari fungsi akuntansi
Pemisahan fungsi otorissi transaksi dan fungsi penyimpanan aktiva yang bersangkutan
Pemisahan fungsi otorisasi dari fungsi organisasi
Tujuan pokok pemisahan fungsi ini adalah untuk mencegah dan untuk dapat dilakukannya deteksi
segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas yang dibebanan kepada seseorang
Untuk mencapai hal diatas audit intern melaksanakan kegiatan-kegiatan berikut ini:
Pemeriksaan dan penilaian terhadap efektifitas pengendalaian intern dan mendorong
penggunaan pengendalian intern yang efektif dengan biaya minimum.
Menentukan sampai seberapajauh pelaksanaan kebijakan manajemen puncak dipatuhi
Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi dari segala macam kerugian.
PENGUJIAN AUDIT
Tujuan Pengujian Secara Keseluruhan
Suatu program audit terdiri dari pengujian audit yang dirancang untuk memenuhi salah satu atau kedua
tujuan utama berikut:
- Pengujian pengendalian (test of control) menentukan efektivitas perancangan dan operasi
pengendalian internal.
- Pengujian substansi (substantive test) menentukan apakah ada salah saji angka yang material atau
pengungkapan dalam laporan keuangan.
Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang auditor harus melakukan tes
ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas/bank, untuk membuktikan apakah internal
control berjalan efektif atau tidak, Yang diambil sampel biasanya bukti penerimaan kas/bank dan bukti
pengeluaran kas/bank atau nomor check/giro. Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah
auditor tidak diperlukan mengadakan test ketaatan, tetapi langsung melakukan substantive test yang
diperluas. Karena biasanya jika tetap dilakukan compliance test, kesimpulan akhir tetap menyatakan
bahwa internal control lemah.
Setelah compliance test selesai dilakukan, auditor harus menarik kesimpulan akhir apakah internal
control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru dilakukan substantive test atas saldo kas/bank.
Prosedur audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit untuk substantive test,
begitu juga kertas kerja pemeriksaanya.
Jika klien telah menetapkan pengendalian internal yang baik, maka auditor bisa memutuskan untuk
membatasi pengujian substantif karena pengendalian internal klien tampaknya dapat mencegah atau
mendeteksi salah saji yang material. Hubungan ini adalah logis dan secara sederhana berarti bahwa jika
laporan keuangan kecil kemungkinannya mengandung salah saji yang material, maka auditor hanya
perlu melakukan pengujian substantif yang kurang mendalam ketimbang jika laporan keuangan
mengandung salah saji yang material.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik (pyshical examination) adalah aktivitas pengumpulan bukti fisik. Pemeriksaan ini
merupakan pengujian subtantif yang melibatkan penghitungan atau inspeksi atas aktiva berwujud
seperti kas, persediaan, pabrik dan peralatan. Sewaktu menghitung kas atau inventori atau
menginspeksi mesin baru, auditor menerapkan teknik pemeriksaan fisik. Teknik ini tidak dapat
diterapkan pada aktiva yang keberadaaannya dibuktikan melalui dokumentasi, seperti piutang usaha,
investasi.
Asersi audit utama dari pengujian pemeriksaan fisik adalah eksistensi (keberadaan). Akan tetapi, teknik
ini juga memberikan bukti mengenai penilaian, karena kuantitas terlibat secara langsung dalam
penentuan nilai sebagian besar aktiva. Selain itu, auditor kadang-kadang juga dapat memperoleh bukti
mengenai mutu atau kondisi aktiva melalui pemeriksaan fisik dan hal ini sangat mempengaruhi
penilaian. Asersi mengenai hak dan kewajiban hanya diuji melalui pemeriksaan fisik untuk mendukung
luas kepemilikkan aktiva. Asersi mengenai kelengkapan juga bisa diuji melalui pemeriksaan fisik di mana
item-item yang dihilangkan dari laporan keuangan bisa ditemukan. Sebagai contoh, selama pengujian
penghitungan persediaan auditor mungkin menemukan bahwa klien lalai memasukkan beberapa item
dalam penghitungan persediaan.
Konfirmasi
Asersi utama mengenai pengujian konfirmasi adalah eksistensi serta hak dan kewajiban. Teknik ini juga
dapat memberikan bukti mengenai penilaian atau alokasi kelengkapan serta penyajian dan
pengungkapan. Baik asersi mengenai eksistensi maupun kejadian serta hak dan kewajiban untuk kas dan
piutang usaha seringkali diuji dengan konfirmasi. Perhatikan bahwa konfirmasi terhadap piutang usaha
pelanggan saat ini tidak bisa diharapkan untuk memberikan bukti yang dapat diandalkan mengenai
kelengkapan, karena pelanggan cenderung tidak melaporkan kesalahan penetapan yang terlalu rendah
dalam akun mereka dan karena auditor biasanya memilih konfirmasi akun dengan saldo tercatat yang
lebih besar. Asersi mengenai penilaian atau alokasi untuk piutang usaha sebagian diuji melalui
konfirmasi, meskpun penilaian akun akan membutuhkan audit atas penyisihan piutang ragu-ragu. Ketika
auditor mengkonfirmasikan kas dengan pihak bank, formulir konfirmasi tersegut juga meminta informasi
tentang jaminan yang disajikan atas pinajaman. Jadi, teknik konfirmasi juga bisa memberikan bukti
tentang penyajian dan pengungkapan.
Penelusuran
Penelusuran (tracing) adalah mengikuti dokumen sumber hingga ke pencatatannya dalam catatatn
akuntansi. Seorang auditor melaksanakan prosedur ini dengan menyeleksi dokumen sumber, seperti
faktur penjualan atau laporan pengiriman dan menelusurinya melalui sistem akuntansi ke pencatatan
akhir dalam catatan akuntansi, seperti jurnal dan buku besar. Arah pengujian atas penelusuran adalah
kebalikan dari arah pengujian vouching. Karena itu, auditor seringkali menggunakan penelusuran untuk
menguji asersi mengenai kelengkapan.
Penelusuran dapat menguji kelengkapan karena auditor mengawalinya dengan dokumen sumber yang
harus bermuara pada transaksi atau jumlah yang tercatat dalam catatan akuntansi, auditor akan
mendapatkan bukti tentang apakah item telah tercatat atau tidak. Dokumen sumber yang tidak tercatat
menunjukkan kesalahan penyajian asersi mengenai kelengkapan.
Pelaksanaan Ulang
Teknik umum yang digunakan auditor untuk mendapatkan bukti adalah pelaksanaan ulang
(reperformance) dari aktivitas klien dalam proses akuntansi. Sebenarnya, auditor memperoleh bukti
tentang aktivitas klien dengan mengulangi aktivitas tersebut dan membandingkan hasilnya dengan hasil
klien. Karena teknik ini melibatkan pengulangan atas beberapa hal yang telah dilakukan klien, maka
teknik ini juga dapat digunakan baik sebagai pengujian pengendalian maupun pengujian substantif.
Pelaksanaan ulang dilakukan sebagai pengujian pengendalian ketika auditor melaksanakan kembali
prosedur pengendalian untuk menentukan apakan pekerjaan awal telah dilakukan secara efektif.
Sebagai contoh, jika auditor menghitung kembali sampel faktur yang telah dihitung dan diparaf oleh
klerk klien dan ditemukan adanya kesalahan, maka hal ini mengindikasikan bahwa pengendalian
berfungsi secara tidak memadai.
Observasi
Observasi (observation) berarti auditor menyaksikan aktivitas fisik klien. Sebagai contoh, auditor dapat
mengobservasi penghitungan persediaan klien untuk menilai tingkat kemahiran yang digunakan. Selain
itu, beberapa kebijakan dan prosedur pengendalian internal hanya dapat diverifikasi dengan obvservasi
karena pelaksanaan kegiatan ini tidak meninggalkan bukti dokumenter. Contoh dari pengendalian ini
meliputi pemisahan tugas yang tepat dan kompetensi personel.
Rekonsiliasi
Rekonsiliasi terutama mendukung asersi mengenai kelengkapan dan eksistensi atau kejadian. Dengan
merekonsiliasi dua catatan, auditor dapat menemukan item-item yang tidak dicatat dalam catatan klien.
Sebagai contoh, dalam suatu rekonsiliasi bank, auditor dapat mengidentifikasi pengeluaran kas yang
telah dicatat bank tetapi tidak dicatat oleh klien, yaitu kesalahan penyajian kelengkapan. Atau auditor
dapat menemukan bahwa pengeluaran kas dalam catatan akuntansi klien juga dicatat sebagai
pengeluaran oleh bank. Bukti ini mendukung kejadian dari transaksi pengeluaran kas yang dicatat pada
pembukuan klien.
Tanya Jawab
Teknik tanya jawab atau mengajukan pertanyaan (inquiry) digunakan secara ekstensif dalam audit.
Jawaban atas pertanyaan tersebut bisa dilakukan secara lisan atau tulisan. Karena manajemen klien dan
pegawai cukup mengetahui operasi dan pengendalian internal, maka auditor yang paling
berpengalaman pun akan mendapat keuntungan dari tanya jawab tersebut.
Inspeksi
Scanning adalah jenis inspeksi di mana auditor menelaah suatu dokumen tentang item-item yang tidak
biasa. Sebagai contoh, auditor bisa men-scan buku besar piutang usaha untuk menetukan eksistensi
setiap pelanggan yang memiliki saldo kredit besar yang harus direklasifikasi sebagai kewajiban.
Inspeksi juga dapat memberikan informasi bagi auditor sebagai dasar dalam melakukan pengujian audit
khusus, seperti inspeksi atas instrumen hutang untuk menentukan suku bunga guna menguji beban
bunga. Inspeksi juga bisa menambah informasi yang dicatat dalam catatan akuntansu, seperti
menentukan persetujuan atas akuisisi pabrik dan peralatan dengan menginspeksi notulen rapat dewan
direksi. Karena berbagai dokumen bisa diinspeksi oleh auditor, teknik inspeksi bisa memenuhi semua
asersi laporan keuangan.
Prosedur Analitis
Teknik prosedur analitis (analytical procedur) mencakup sejumlah prosedur tertentu yang bisa dipilih
auditor untuk dilaksanakan. Telah disebutkan sebelumnya dalam bab ini bahwa beberapa jenis
pengujian analitis yang umum dapat digunakan untuk menganalisis hubungan di antara data yang ada.
Auditor menggunakan teknik ini untuk menilai kelayakan data. Sebagai contoh, penghitungan rasio atau
kecenderungan tertentu dari informasi laporan keuangan bisa mengindikasikan kondisi tidak biasa yang
mendorong auditor untuk mencari bukti lebih jauh tentang item-item tertentu dalam laporan keuangan.
Karena hubungan tidak biasa di antara data itu dapat terjadi dengan beberapa alasan, maka prosedur
analitis memenuhi kelima asersi laporan keuangan.
1. Pengujian Analitik
Seperti telah dijelaskan di atas, pengujian ini dilakukan oleh auditor pada tahap awal proses audinya dan
pada tahap review menyeluruh terhadap hasil audit. Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara
mempelajari perbandingan dan hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pada tahap awal
proses audit, pengujian analitis dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis, klien
dan dalam menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Sebelum seorang auditor
melaksanakan audit secara rinci dan mendalam terhadap objek audit, ia harus memperoleh gambaran
yang menyeluruh mengenai perusahaan yang diaudit. Untuk itu, analisis ratio, analisis laba bruto,
analisis terhadap laporan keuangan perbandingan (comparative financial statements) merupkaan cara
yang umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatan gambaran menyeluruh dan secara garis besar
mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha klien.
2. Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian. Otorisasi dari pejabat yang berwenang merupakan salah
satu aktivitas pengendalian untuk mengawasi transaksi pembelian. Di samping auditor berkepentingan
terhadap frekuensi terjadinya pengendalian atas transaksi pembelian melalui otorisasi tersebut, dalam
pengujian pengendalian auditor juga menguji mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut.
Seringkali dalam melaksanakan suatu aktivitas, karyawan hanya melaksanakan aktivitas tersebut tanpa
mengetahui apa yang hendak dicapai dengan aktivitas pengendalian tersebut. Pelaksanaan suatu
aktivitas pengendalian dikatakan baik mutunya jika aktivitas tersebut dapat mencapai tujuan yang
hendak dicapai dengan melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
3. Pengujian Substantif
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan kemungkinan
terjadi karena kesalahan dalam:
a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
c. Ketidakkonsistensia dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
d. Ketidaktepatan pisah batas (cutoff) pencatatan transaksi
e. Perhitungan (penambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian)
f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi
g. Pencantuman pengungkapan (disclosure) unsur tertentu dalam laporan keuangan
Sebagai contoh, dalam pengujian substantif terhadap pendapatan penjualan (sale revenues), auditor
melakukan prosedur audit untuk menemukan:
1. Kemungkinan terjadinya kesalahan klien dalam menerapkan prinsip akuntansi berterima umum di
Indonesia, sehingga berakibat angka pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi menjadi lebih
rendah atau lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya
2. Adanya kemungkinan klien menyajikan informasi pendapatan penjualan yang tidak berdasarkan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, sehingga dapat mengakibatkan pemakain laporan
keuangan salah dalam membuat keputusan
3. Kemungkinan klien mengubah prinsip akuntansi yang digunakan dalam menyajikan angka pendapatan
penjualan dan tidak memberikan pengungkapan mengenai akibat perubahan penerapan prinsip
tersebut terhadap angka hasil laba bersih, sehingga hal ini dapat mengakibatkan tidak dapat
diperbandingkannya laporan keuangan klien tahun yang diaudit dengan laporan keuangan klien yang
disajikan dalam tahun sebelumnya.
4. Kemungkinan klien melakukan pisah batas (cut off) transaksi penjualan tidak tepat atau tidak
konsisten dengan yang digunakan dalam tahun sebelumnya. Misalnya transaksi penjualan tahun 20XX
dicatat oleh klien sebagai pendapatan penjualan tahun 20XX. Contoh lainnya adlaah dalam tahun yang
diaudit, klien menggunakan tangga 24 Desember sebagai tanggal pisah batas (cutoff) untuk memisahkan
transaksi penjualan tahun yang diaudit dengan tahun yang akan datang, sedangkan dalam tahun
sebelumnya klien menggunakan tanggal 31 Desember sebagai tanggal pisah batas. Hal ini akan berakibat
terhadap terjadinya kesalahan penyajian angka pendapatan penjualan dalam laporan laba-rugi.
5. Kemungkinan terjadinya kesalahan moneter dalam menyajikan angka pendapatan penjualan karena
terjadinya kesalahan pekerjaan klerikal (clerical works). Pengumpulan informasi penjualan mencakup
kegiatan menyalin informasi dari berbagai dokumen ke dalam jurnal: kegiatan menjumlah, mengurangi,
mengalikan dan membagi: kegiatan meringkas informasi dalam jurnal dan memindahkan jumlahnya
untuk di posting ke dalam akun-akun buku besar: kegiatan menyajikan informasi dalam laporan
keuangan. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan klerikal. Dalam pengujian substantif, auditor
melakukan prosedur audit untuk menemukan kesalahan moneter sebagai akibat dari kesalahan
pekerjaan klerikal ini
6. Kemungkinan tidak cukupnya pengungkapan dari klien yang seharusnya dicantumkan dalam laporan
keuangan yang dapat mengakibatkan pemakai lapora keuangan salah dalam mengambil keputusan.
Misalnya klien mengajikan angka pendapatan penjualan dalam tahun yang diaudit sebesar Rp.
500.000.000,-. Informasi tersebut misalnya disajikan oleh klien dalam laporan laba-rugi tanpa
pengungkapan lebih lanjut. Dari pengujian subtantif misalnya auditor menemukan informasi bahwa 75
% dari jumlah tersebut merupakan pendapatan penjualan klien dari transaksi penjualan produk kepada
anak perusahaannya. Karena sebagian besar angka pendapatan penjualan tersebut terjadi dari transaksi
antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (hubungan induk-anak perusahaan), maka
auditor harus mengusulkan kepada klien untuk menambahkan pengungkapan (disclosure) mengenai
informasi tersebut dalam laporan keuangan.