Pembimbing:
dr. Muttaqien Pramudigdo, Sp.S
Oleh:
Rizkia Nauvalina
G4A018022
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Rizkia Nauvalina
G4A018022
Text Book Reading ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu
prasyarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian SMF Ilmu Penyakit Saraf
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Sedangkan lobus otak yang mempunyai peran dalam pengaturan fungsi kognitif
meliputi:
1. Lobus frontalis, berperan mengatur motorik, kepribadian, perilaku, bahasa,
memori, orientasi spasial, belajar asosiatif, daya analisa dan sintesis.
2. Lobus parietalis, berperan dalam fungsi membaca, persepsi, dan visuospasial.
Lobus ini menerima stimuli sensorik dari berbagai modalitas seperti input
visual, auditorik, dan taktil dari area asosiasi sekunder.
3. Lobus temporalis, berperan dalam mengatur fungsi pendengaran, penglihatan,
emosi, memori, dan kategorisasi benda-benda.
4. Visuospasial
Kemampuan visuospasial adalah kemampuan konstruksional seperti
menggambar atau meniru berbagai macam gambar (misalnya lingkaran atau
kubus) dan juga menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam
kemampuan konstruksi, lobus parietal terutama hemisfer kanan ialah yang
paling berperan dominan. Menggambar jam sering digunakan untuk skrining
kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana keduanya berkaitan
dengan gangguan di lobus frontal dan parietal.
5. Fungsi Eksekutif
Fungsi eksekutif dari otak dapat didefinisikan sebagai suatu proses
kompleks seseorang dalam memecahkan suatu masalah atau persoalan baru.
Proses ini meliputi kesadaran akan keberadaan suatu masalah, dapat
mengevaluasi, menganalisa serta memecahkan atau mencari jalan keluar dari
persoalan tersebut.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap fungsi kognitif, khususnya pada
memori seseorang. Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa ukuran
amigdala dan thalamus yang dimiliki oleh pria lebih besar dibandingkan
perempuan sedangkan untuk ukuran hipokampus, perempuan memiliki ukuran
yang lebih besar dibanding pria. Pada perempuan juga ditemukan jumlah
reseptor estrogen di hipokampus dan androgen di amigdala yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pria. Hal ini menyimpulkan bahwa jenis kelamin
perempuan cenderung memiliki kemampuan memori verbal yang lebih baik dan
pria memiliki kemampuan memori spasial yang lebih baik. Penelitian lain juga
mengungkapkan bahwa perempuan memiliki resiko lebih tinggi mengalami
gangguan fungsi kognitif dikarenanakan adanya penurunan hormon estrogen
saat mengalami menopause.
4. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit yang diderita seseorang tentunya mempunyai pengaruh
terhadap fungsi kognitif. Seperti pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2)
memiliki resiko yang lebih tinggi terhadap gangguan kognitif. Hal ini juga
berkaitan dengan adanya penyakit gangguan vaskular (Umegaki H, 2014).
Faktor resiko dari gangguan vaskular lainnya seperti obesitas, merokok,
hipertensi juga meningkatkan penurunan kognitif. Kelompok usia muda (18-30
tahun) dengan adanya gangguan vaskular juga menjadi salah satu faktof resiko
penurunan fungsi kognitif. Adanya kelainan otak atau trauma otak juga menjadi
salah satu penyebab terjadi penurunan fungsi kognitif, baik pada kelompok usia
dewasa muda maupun dewasa tua. Paparan stres jangka panjang juga diyakini
sebagai salah satu penyebab terjadi penurunan fungsi kognitif dikarenakan stres
berhubungan dengan penurunan volume hipokampus dan region orbito-frontal
otak yang juga akan meningkatkan apoptosis neuron.
5. Riwayat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap fungsi
kognitif dikarenakan selama menjalani proses pendidikan, tentunya seseorang
mempelajari hal baru yang menyebabkan terbentuknya ingatan baru yang
masuk pada hipokampus dan menyebabkan tersimpannya informasi atau
pembelajaran baru tersebut sebagai memori jangka panjang yang akhirnya akan
permanen disimpan oleh otak (Guyton, 2008).
Pertanyaan meliputi :
Orientasi
(1) Tanyalah tanggal, bulan dan tahun. Kemudian tanyalah juga hari dan
musim. Satu angka untuk tiap jawaban yang benar.
(2) Tanyalah berturut-turut sebagai berikut: "Dapatkah Anda menyebut nama
rumah sakit/institusi ini?" Kemudian tanyalah lantai/ tingkat/nomor; kota,
kabupaten dan provinsi tempat rumah sakit/ institusi tersebut terletak.
Registrasi
Tanyalah responden bila Saudara dapat menguji ingatannya. Katakan 3 nama
benda yang satu sama lain tidak ada kaitan, dengan terang dan perlahan, kira-
kira 1 detik untuk tiap nama benda. Sesudah menyebut ketiga nama benda
tersebut, mintalah responden mengulangnya. Pengulangan penyebutan ketiga
nama benda tersebut yang pertama kali diberi skor 0-3. Bila responden tidak
dapat menyebutnya dengan benar, ulanglah sampai responden dapat
melakukannya. Jumlah maksimal pengulangan 6 kali. Bila responden masih
tidak dapat menghapalnya, maka fungsi mengingat di bawah tidak dapat diukur
secara bermakna.
Atensi dan Kalkulasi
Mintalah responden menghitung selang 7 mulai dari 100 ke bawah.
Hentikanlah setelah 5 kali pengurangan (93, 86, 79, 72, 65). Hitunglah skor
dari jumlah jawaban yang benar.
Bila responden tidak dapat melakukan hal ini, mintalah responden untuk
mengeja kata "dunia" dari akhir ke awal. Skor dihitung dari jumlah huruf
dalam urutan terbalik yang benar. Contoh: ainud = 5, aiund = 3.
Mengingat
Tanyalah responden apakah responden dapat mengingat dan menyebut 3 nama
benda yang sebelumnya telah diminta padanya untuk dihapal. Skor antara 0-3.
Bahasa
Penamaan: Perlihatkan pada responden arloji dan tanyalah padanya nama
benda tersebut. Ulangi untuk pensil. Skor antara 0-2.
Pengulangan: Mintalah responden mengulang kalimat tersebut setelah Saudara
mengucapkannya. Percobaan pengulangan tersebut hanya boleh 1 kali. Skor 0
atau 1.
Perintah 3 tahap: Berilah responden selembar kertas putih dan berikan perintah
3 tahap tersebut. Skor 1 angka untuk tiap tahap yang dilaksanakan dengan
benar.
Membaca: Pada selembar kertas kosong, tulislah dengan huruf balok:
"PEJAMKAN MATA ANDA". Huruf-huruf tersebut harus cukup besar bagi
responden, sehingga terlihat dengan jelas. Mintalah responden untuk
membacanya dan melaksanakan perintah tersebut. Skor 1 angka hanya jika
responden memejamkan matanya.
Menulis: Berilah pasien sepotong kertas kosong dan mintalah responden
menulis sebuah kalimat untuk Saudara. Jangan mendiktekan kalimat, karena
hal ini harus dikerjakan responden dengan spontan. Kalimat tersebut haras
mengandung subyek, kata kerja dan mempunyai arti. Tata bahasa dan tanda
baca yang benar tidak perlu diperhatikan.
Meniru: Pada sepotong kertas yang bersih, gambarlah 2 segi lima yang
berpotongan, panjang tiap sisi 2,5 cm (berikan contoh gambar sesuai ukuran)
dan mintalah responden untuk menirunya setepat mungkin. Ke 10 sudut harus
tergambar dan 2 sudut harus berpotongan untuk memperoleh skor 1 angka.
Gelombang dan putaran dapat diabaikan.
Nilailah tingkat kesadaran responden pada garis aksis, dari sadar penuh pada
ujung kiri sampai dengan koma pada ujung kanan.
Interpretasi :
Dalam melakukan interpretasi hasil penilaian MMSE maka perlu
mempertimbangkan tingkat pendidikan dan kesadaran pasien.
Secara umum (sederhana) pengelompokkan fungsi kognitif global dengan
instrumen MMSE dapat dikelompokkan sebagai berikut
Skor 0-10 : fungsi kognitif global buruk
Agrell, B. & Dehun, O. 1998. Review: The Clock Drawing Test. Age and Ageing
27(1): 399-403
Galvin, JD; C.M. Roe, PhD; K.K. Powlishta, PhD; M.A. Coats, RN, MSN; S.J.
Muich, RN, MSN; E. Grant, PhD; J.P. Miller; M. Storandt, PhD; and J.C. Morris,
MD. 2005. “The AD8: A Brief Informant Interview to Detect Dementia”.
Neurology 65(2):559-563
Guyton; Arthur C; John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hamidah, 2011. Perbedaaan Kognitif Penderita Diffuse Injury Grade II dengan
Pemberian Latihan Fisik Awal dan Latihan Fisik Standar. Semarang: Tesis.
Universitas Diponegoro
Husein, N; Lumempouw, S; Ramli, Y; Herqutanto. 2010. “Uji Validitas dan
Reliabilitas Butir Pemeriksaan dengan Montreal Cognitive Assessment Versi
Indonesia (MoCA-INA) untuk Skrining Gangguan Fungsi Kognitif”. Neurona
27(4):1-13
Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik edisi ke-3. Jakarta:
EGC.
Oktivia, W & Fuadi, I. 2019. “Perbandingan Mini Mental State Examination
(MMSE) dan Clock Drawing Test (CDT) untuk Mendeteksi Disfungsi Kognitif
pada Cedera Otak Traumatik Ringan dan Sedang”. JNI 8(2): 90–8
Panentu, D & Irfan, M. 2013. “Uji Validitas dan Reliabilitas Butir Pemeriksaan
dengan Montreal Cognitive Assessment Versi Indonesia (MoCA-INA) pada Insan
Pasca Stroke Fase Recovery”. Jurnal Fisioterapi 13(1): 55-67
PERDOSSI. Pedoman Neurobehavior. Jakarta. 2008
Snell, Richard. 2007. Anatomi Klinik, Edisi 9. Jakarta: EGC