Anda di halaman 1dari 5

OPTIMALISASI HAK INISIATIF DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) 1

Oleh :

Prof. Dr. I Gde Pantja Astawa, S.H.,M.H.


Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) selain sebagai institusi yang

merepresentasikan prinsip kedaulatan rakyat (Demokrasi) adalah juga merupakan

bagian atau unsur dari satuan pemerintahan daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota).

Sebagai representasi dari prinsip kaedaulatan rakyat dan juga dalam rangka

melaksanakan otonomi daerah, DPRD memiliki fungsi, tugas-wewenang dan hak-hak

yang diatur baik dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah dan Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (lebih dikenal sebagai UU MD3).

Berdasarkan kedua undang-undang tersebut, DPRD memiliki fungsi legislasi,

pengawasan dan fungsi anggaran. Untuk melaksanakan fungsi tersebut, kedua

undang-undang tersebut menentukan apa yang menjadi tugas wewenangnya.

Sementara itu kepada anggota Dewan diberikan sejumlah hak, yaitu ;

1. Hak Mengajukan Rancangan Perda yang lebih dikenal sebagai Hak Inisiatif;

2. Hak Mengajukan Pertanyaan;

3. Hak Menyampaikan Usul dan Pendapat;

4. Hak Memilih dan Dipilih;

1
Makalah disampaikan pada acara Pembekalan Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Barat dan
DPRD Kabupaten/Kota Se-Jawa Barat pada hari sabtu,23 Agustus 2014 bertempat di Grand Paradise Hotel
Lembang Bandung.
5. Hak Membela diri;

6. Hak Imunitas;

7. Hak Protokoler; dan

8. Hak Keuangan dan Administratif.

Khusus mengenai hak Inisiatif atau hak untuk mengajukan usul Rancangan Peraturan

daerah (Raperda) merupakan salah satu hak yang dimiliki oleh anggota DPRD untuk

melaksanakart fungsinya dafam bidang legislasi. Karena kekuasaan legislasi DPRD

merupakan inti kedaulatan rakyat, maka semua badan perwakilan rakyat (DPR RI,

DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota) mempunyai Hak Inisiatif. Pertanyaan

yang muncul kemudian adalah, apakah Hak Inisiatif yang dimiliki oleh badan perwakilan

rakyat (khususnya DPRD Kabupaten/Kota) sudah terlaksana dalam praktek?

Pengamatan atas kinerja Dewan memperlihatkan bahwa pada umumnya Hak Inisiatif

yang dimiliki oleh Dewan tidak ataupun belum dapat dilaksanakan dalam praktek. Hal

itu sekurang–kurangnya dapat dilihat dari dua sisi :

Pertama, dari sisi Pemerintah Daerah (yang seringkali mengambil prakarsa dalam

pengajuan usul Raperda), efektivitas penggunaan Hak inisiatif disebabkan

antara lain :

a. Sebagai pihak yang merumuskan kebijakan dan menjalankan roda

pemerintahan, pemegang kekuasaan eksekutif baerah mengetahui

dan mengalami secara lebih konkret berbagai kebutuhan akan

perlunya Perda untuk menjalankan kebijakan dan penyelenggaraan

pemerintahan daerah;
b. Eksekutif Daerah lebih mempunyai kesempatan untuk

mendapatkan tenaga-tenaga dengan keahlian khusus untuk

menyusun Raperda yang mengatur bidang-bidang tertentu dan

kompleks;

c. Tata kerja Eksekutif daerah memungkinkan keputusan diambil lebih

cepat dibandingkan dengan DPRD yang bersifat kolegial.

Kedua, dari sisi DPRD, kesulitan penggunaan ataupun pelaksanaan Hak Inisiatif

disebabkan antara lain :

a. Sifat keanggotaan dan tugas-tugas yang diemban mendorong

keanggotaan Dewan menjadi generalis sehingga tidak begitu

mudah merumuskan berbagal Raperda yang kadang-kadang

begitu spesifik dan kompleks substansinya;

b. Forum DPRD bersifat kolegial, segala keputusan hanya dapat

dicapai melalui tata cara yang mencerminkan kolegialitas sehingga

membutuhkan waktu lebih panjang;

c. Kesiapan individual anggota belum merata, balk yang berkenaan

dengan penguasaan materi dan wawasan maupun pengalaman

parlementer yang akan menunjang tugas-tugas mereka;

d. Kadang-kadang ada pula sikap “terlalu mempercayakan kepada

Pemerintah daerah”, sehingga peran Pemerintah Daerah yang

selalu menonjol.
Kesenjangan ataupun kekurangan di atas dapat diatasi dengan berbagai cara,

sekaligus sebagai upaya untuk mengoptimalkan Hak Inisiatif Dewan dalam

pembentukan Perda. Adapaun cara-cara ataupun upaya-upaya yang dimaksud antara

lain sebagai berikut :

Pertama, perlu mengoptimalkan kinerja Badan Legislasi sebagai salah satu alat

kelengkapan Dewan sebagai konsekuensi dari fungsi Legislasi yang

dimiliki oleh DPRD. Jika fungsi Anggaran yang dimiliki Dewan didukung

dan dilaksanakan oleh Badan Anggaran yang merupakan aiat

kelengkapan Dewan, demikian pula fungsi Pengawasan di back up oleh

alat kelengkapan Dewan yang lain seperti Komisi-Komisi dan atau Panitia

Khusus, maka sudah semestinya Fungsi Legislasi didukung oleh Badan

Legislasi sebagai alat kelengkapan Dewan ;

Kedua, dalam mempersiapkan pembentukan Raperda yang dilakukan oleh Badan

Legislasi, perlu pelembagaan dan keterlibatan Staf Ahli DPRD, baik yang

bersifat tetap maupun insidental ;

Ketiga, rumusan Tata Tertib Dewan harus disusun sedemikian rupa sehingga hak

anggota atau hak DPRD dapat dilaksanakan dengan tata cara yang lebih

sederhana, efektif, dan efisien ;

Keempat, sistem dengar pendapat umum (public hearing) tidak hanya pada saat

membahas Raperda atau karena suatu keadaan tertentu, tetapi diadakan

secara teratur untuk memperoleh masukan mengenai jalannya

pemerintahan ;
Kelima, meningkatkan peran individual anggota Dewan tanpa mengurangi

kewajiban untuk memperhatikan kebijakan partai atau fraksinya. Hak

berbeda pandangan secara individual harus dijamin dan dilindungi. Cara-

cara ini akan lebih meningkatkan sense of responsibility dan

accountability anggota Dewan dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Bandung, 23 Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai