Anda di halaman 1dari 6

1.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) adalah lembaga


legislatif yang merupakan bagian dari sistem ketatanegaraan Indonesia. DPR
memiliki beberapa fungsi utama, antara lain:
 Pembentukan Undang-Undang: Salah satu fungsi utama DPR adalah
membentuk undang-undang. Anggota DPR memiliki hak untuk
mengajukan, membahas, dan mengesahkan rancangan undang-undang
(RUU) dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, sosial, politik, dan
keamanan.
 Pengawasan Pemerintah: DPR memiliki peran dalam mengawasi kinerja
pemerintah, termasuk kebijakan yang diimplementasikan oleh eksekutif.
Melalui mekanisme pertanyaan, interpelasi, dan hak angket, DPR dapat
mengevaluasi dan mengkritisi kebijakan pemerintah.
 Anggaran Negara: DPR memiliki kewenangan untuk menyetujui
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang
diajukan oleh pemerintah. Proses ini melibatkan pembahasan dan
persetujuan terhadap alokasi anggaran untuk berbagai sektor dan program
pemerintah.
 Perwakilan Rakyat: DPR adalah wakil rakyat yang dipilih melalui
pemilihan umum. Oleh karena itu, DPR diharapkan mewakili kepentingan
dan aspirasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan dan pengambilan
keputusan di tingkat nasional.
 Hubungan Internasional: DPR juga terlibat dalam hubungan internasional
melalui delegasi-delegasinya di forum-forum internasional. DPR dapat
menjalin kerja sama, membangun hubungan, dan membahas isu-isu
internasional dengan lembaga legislatif negara-negara lain.
Dengan menjalankan fungsi-fungsi tersebut, DPR diharapkan dapat
berkontribusi pada pembangunan dan kemajuan negara, sekaligus menjaga
keseimbangan kekuasaan dalam sistem pemerintahan Indonesia.
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) memiliki beberapa hak yang penting dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia. Berikut adalah tiga hak DPR secara singkat:
 Hak Membuat Undang-Undang (Inisiatif Legislatif): Anggota DPR
memiliki hak untuk mengajukan rancangan undang-undang (RUU) sebagai
usulan legislasi. Hal ini memungkinkan DPR berperan aktif dalam
pembentukan hukum dan kebijakan di tingkat nasional.
 Hak Menyetujui Anggaran Negara: DPR memiliki kewenangan untuk
menyetujui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) yang diajukan oleh pemerintah. Proses ini melibatkan
pembahasan dan persetujuan terhadap alokasi anggaran untuk berbagai
keperluan negara.
 Hak Pengawasan (Oversight): DPR memiliki hak untuk mengawasi kinerja
pemerintah. Melalui pertanyaan, interpelasi, dan hak angket, anggota DPR
dapat mengevaluasi kebijakan pemerintah, menyoroti masalah, dan
memastikan akuntabilitas eksekutif terhadap rakyat.

3. Hak Imunitas : Hak imunitas memberikan perlindungan hukum kepada


anggota DPR dari tuntutan hukum terkait dengan pendapat atau suara yang
diucapkan, atau tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan tugasnya sebagai
anggota DPR. Imunitas tersebut bertujuan untuk memastikan kebebasan
berbicara dan berpendapat tanpa takut akan tindakan hukum.
Hak Protokoler : Hak protokoler memberikan anggota DPR status dan
perlakuan khusus dalam konteks acara-acara resmi dan kunjungan ke luar
negeri. Ini mencakup hak-hak seperti tempat duduk yang diatur, penggunaan
lambang kehormatan, serta pengakuan dan penghormatan dalam pertemuan
atau acara resmi lainnya.
Hak Keuangan dan Administrasi : Hak keuangan mencakup tunjangan, gaji,
dan fasilitas lainnya yang diberikan kepada anggota DPR untuk mendukung
pelaksanaan tugasnya. Hak administrasi berkaitan dengan fasilitas dan
dukungan administratif yang diberikan kepada anggota DPR, termasuk kantor,
staf, dan sarana penunjang lainnya agar mereka dapat menjalankan tugas
legislatifnya dengan efektif. Hak-hak ini bertujuan untuk mendukung kinerja
anggota DPR dan memastikan kemandirian mereka dalam melaksanakan tugas-
tugasnya sebagai perwakilan rakyat.

4. Fraksi adalah kelompok anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang


memiliki kesamaan pandangan atau kepentingan politik. Anggota DPR yang
berasal dari partai politik yang sama atau memiliki kesamaan ideologi dapat
membentuk fraksi untuk mengkoordinasikan sikap dan tindakan dalam
pengambilan keputusan di DPR. Pada pemilihan legislatif Indonesia tahun
2019, beberapa partai politik yang meraih kursi di DPR dan membentuk fraksi
antara lain:
1. Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
2. Fraksi Partai Golkar
3. Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
4. Fraksi Partai NasDem
5. Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
6. Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN)
7. Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
8. Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
9. Fraksi Partai Demokrat

5. Alat kelengkapan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah bagian-bagian yang


mendukung kelancaran dan efektivitas kerja DPR dalam menjalankan tugas-
tugasnya. Berikut adalah beberapa alat kelengkapan DPR:
 Badan Akuntabilitas MPR, DPR, DPD, dan DPRD (BA-MPD):
Bertanggung jawab atas pengawasan internal terhadap kinerja anggota dan
badan di DPR.
 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK): Melakukan pemeriksaan terhadap
keuangan negara, termasuk penggunaan anggaran oleh DPR.
 Badan Urusan Rumah Tangga (BURT): Menangani urusan administratif
dan keuangan internal DPR, termasuk fasilitas dan pelayanan untuk anggota
DPR.
 Badan Legislasi (Baleg): Memiliki peran penting dalam menyusun dan
mengkoordinasikan pembahasan RUU (Rancangan Undang-Undang) di
DPR.
 Badan Anggaran (Banggar): Menangani perumusan dan pembahasan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
 Badan Musyawarah (Bamus): Bertugas merumuskan agenda dan tata tertib
sidang DPR.
 Badan Keahlian (Bakenal): Menyediakan pengetahuan teknis dan keilmuan
kepada anggota DPR dalam pembahasan RUU.
 Badan Kehormatan (BK): Menangani etika dan tata krama anggota DPR
serta menerima pengaduan terkait perilaku anggota DPR.
 Badan Kerjasama Antar-Parlemen (BKSAP): Menangani hubungan dan
kerjasama antara DPR dengan parlemen negara lain.
 Badan Hubungan Masyarakat (BHMN): Bertanggung jawab atas hubungan
masyarakat dan komunikasi publik DPR.
Alat kelengkapan ini membantu DPR dalam menjalankan fungsinya sebagai
lembaga legislatif dan pengawasan di tingkat nasional.

6. Badan Kehormatan (BK) DPR memiliki tugas dan fungsi yang berkaitan
dengan etika dan perilaku anggota DPR. Beberapa tugas dari Badan
Kehormatan Dewan antara lain:

 Menetapkan Kode Etik: BK DPR bertanggung jawab untuk menetapkan dan


mengawasi penerapan Kode Etik Anggota DPR. Kode Etik ini memberikan
pedoman terkait perilaku dan etika yang diharapkan dari anggota DPR
dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka.
 Menerima Pengaduan dan Menangani Pelanggaran Etika: BK menerima
pengaduan terkait dugaan pelanggaran etika oleh anggota DPR. Mereka
memiliki kewenangan untuk menyelidiki dan menangani kasus-kasus
pelanggaran etika tersebut sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
 Memberikan Sanksi Etika: Jika setelah penyelidikan ditemukan adanya
pelanggaran etika, BK dapat memberikan sanksi kepada anggota DPR yang
bersangkutan. Sanksi tersebut dapat berupa teguran, peringatan, atau sanksi
lainnya sesuai dengan tingkat pelanggaran dan aturan yang berlaku.
 Mempertahankan Integritas DPR: BK berperan dalam menjaga dan
mempertahankan integritas anggota DPR serta meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga legislatif.
 Menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan Etika: BK dapat
menyelenggarakan program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan
pemahaman anggota DPR tentang prinsip-prinsip etika yang harus
dijunjung tinggi dalam menjalankan tugasnya.
Melalui tugas-tugas tersebut, Badan Kehormatan DPR berperan dalam
memastikan bahwa anggota DPR menjalankan tugas mereka dengan etika yang
tinggi dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Hal ini juga bertujuan untuk
memelihara martabat lembaga legislatif dan kepercayaan masyarakat terhadap
wakil-wakil rakyat.

7. Pada DPR Indonesia, jumlah komisi dan sebaran tugasnya dapat berubah
tergantung pada keputusan dan perubahan yang terjadi. Sebagai informasi
hingga pengetahuan saya pada Januari 2022, berikut adalah beberapa komisi di
DPR dan sebaran tugas masing-masing:
 Komisi I: Bidang Luar Negeri, Pertahanan, Informasi, dan Komunikasi.
 Komisi II: Bidang Dalam Negeri, Agraria, Perhubungan, Perencanaan
Pembangunan, dan Otonomi Daerah.
 Komisi III: Bidang Hukum, HAM, Keamanan, dan Penegakan Hukum.
 Komisi IV: Bidang Energi, Riset, Teknologi, dan Lingkungan Hidup.
 Komisi V: Bidang Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil
Menengah, Investasi, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
 Komisi VI: Bidang Perdagangan, Perindustrian, Investasi, Koperasi, dan
Usaha Kecil Menengah.
 Komisi VII: Bidang Energi, Sumber Daya Mineral, Riset, Teknologi, dan
Lingkungan Hidup.
 Komisi VIII: Bidang Agama, Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan.
 Komisi IX: Bidang Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Pemberdayaan
Masyarakat.
 Komisi X: Bidang Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata, dan Kesenian.
 Komisi XI: Bidang Keuangan dan Perencanaan Pembangunan.
 Komisi XII: Bidang Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan, dan
Perikanan.
 Komisi XIII: Bidang Industri, Perdagangan, Investasi, Koperasi, dan Usaha
Kecil Menengah.
 Komisi IX: Bidang Kesehatan, Ketenagakerjaan, dan Pemberdayaan
Masyarakat.
 Komisi XV: Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

8. Pengecualian Naskah Akademik


 Rancangan undang-undang yang bersifat darurat atau mendesak.
 Rancangan undang-undang yang bersifat teknis atau administratif, seperti
perubahan nama, pembentukan, penghapusan, atau pemecahan daerah.
 Rancangan undang-undang yang bersifat penyesuaian atau penyempurnaan
terhadap undang-undang yang sudah ada, seperti perubahan kedua atas
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Anda mungkin juga menyukai