Anda di halaman 1dari 18

A.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

a. Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat


Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), umumnya disebut Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) adalah salah satu lembaga tinggi negara dalam sistemketatanegaraan In
donesia yang merupakan lembaga perwakilan rakyat. DPR terdiri atas anggota partai
politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum.

b. Sejarah Dewan Perwakilan Rakyat


Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan
Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad.Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda
mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia.Pergantian penjajahan
dari Belanda kepada Jepang mengakibatkan keberadaan Volksraad secara otomatis
tidak diakui lagi, dan bangsa Indonesia memasuki masa perjuangan Kemerdekaan.
Sejarah DPR RI dimulai sejak dibentuknya Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
oleh Presiden pada tanggal 29 Agustus 1945 (12 hari setelah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia) di Gedung Kesenian, Pasar Baru Jakarta. Tanggal
peresmian KNIP (29 Agustus 1945) dijadikan sebagai TANGGAL dan HARI LAHIR
DPR RI. Dalam Sidang KNIP yang pertama telah menyusun pimpinan sebagai
berikut:

a. Ketua : Mr. Kasman Singodimedjo


b. Wakil Ketua I : Mr. Sutardjo Kartohadikusumo
c. Wakil Ketua II : Mr. J. Latuharhary
d. Wakil Ketua III : Adam Malik
c. Syarat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Syarat Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia menurut UU No 7


tahun 2017 tentang Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai berikut:

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


2. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri.
3. Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak pidana
korupsi dan tindak pidana berat lainnya.
4. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
5. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
6. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa
laporan kekayaan penyelenggara negara.
7. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara
badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan
negara.
8. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan.
9. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
10. Terdaftar sebagai Pemilih.
11. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melaksanakan kewajiban
membayar pajak selama 5 tahun terakhir yang dibuktikan dengan Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
12. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.
13. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
14. Berusia sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun.
15. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
16. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk
organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam G.30.S/PKI.
17. Memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan negara
Republik Indonesia.

d. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat

DPR mempunyai fungsi yaitu legislasi, anggaran, dan pengawasan yang dijalankan
dalam kerangka representasi rakyat.

1. Legislasi

Fungsi Legislasi dilaksanakan untuk membentuk undang-undang bersama


presiden saja.

2. Anggaran

Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau


tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN
yang diajukan oleh Presiden.

3. Pengawasan

Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-


undang dan APBN.

e. Hak Dewan Perwakilan Rakyat

DPR mempunyai beberapa hak, yaitu; hak interpelasi, hak angket, hak imunitas, dan
hak menyatakan pendapat.

1. Hak Interpelasi

Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada Pemerintah
mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Hak Angket

Hak angket adalah hak DPR menjelaskan pelaksanaan suatu undang-undang


dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

3. Hak Imunitas

Hak imunitas adalah kekebalan hukum di mana setiap anggota DPR tidak dapat
dituntut di hadapan dan di luar pengadilan karena pernyataan,
pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-
rapat DPR, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode
etik.

4. Hak Menyatakan Pendapat

Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat atas:

a. Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di tanah
air atau di dunia internasional
b. Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket
c. Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran
hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela, dan/atau Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden.

f. Hak Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Anggota DPR mempunyai hak:

a. mengajukan usul rancangan undang-undang


b. mengajukan pertanyaan
c. menyampaikan usul dan pendapat
d. memilih dan dipilih
e. membela diri
f. imunitas
g. protokoler
h. keuangan dan administrative

g. Kewajiban Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Anggota DPR mempunyai kewajiban:

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila


b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan menaati peraturan perundangundangan
c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia
d. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan
e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat
f. menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara
g. menaati tata tertib dan kode etik
h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain
i. menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara
berkala
j. menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat
k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen
di daerah pemilihannya

h. Larangan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Anggota DPR tidak boleh merangkap jabatan sebagai pejabat negara lainnya,
hakim pada badan peradilan, pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri, pegawai
pada BUMN/BUMD atau badan lain yang anggarannya bersumber dari
APBN/APBD. Anggota DPR juga tidak boleh melakukan pekerjaan sebagai
pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik, konsultan,
advokat/pengacara, notaris, dokter praktik dan pekerjaan lain yang ada
hubungannya dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPR.
i. Penyidikan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Jika anggota DPR diduga melakukan perbuatan pidana, pemanggilan,


permintaan keterangan, dan penyidikannya harus mendapat persetujuan tertulis
dari Presiden. Ketentuan ini tidak berlaku apabila anggota DPR melakukan tindak
pidana korupsi dan terorisme serta tertangkap tangan.

j. Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat

Sekretariat Jenderal DPR-RI merupakan unsur penunjang DPR, yang


berkedududukan sebagai Kesekretariatan Lembaga Negara yang dipimpin oleh
seorang Sekretaris Jenderal dan dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada Pimpinan DPR. Sekretaris Jenderal diangkat dan diberhentikan dengan
Keputusan Presiden atas usul Pimpinan DPR. Sekretariat Jenderal DPR RI
personelnya terdiri atas Pegawai Negeri Sipil. Susunan organisasi dan tata kerja
Sekretaris Jenderal ditetapkan dengan keputusan Presiden. Sekretaris Jenderal
dibantu oleh seorang Wakil Sekretaris Jenderal dan beberapa Deputi Sekretaris
Jenderal yang diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas usul Pimpinan DPR.
DPR dapat mengangkat sejumlah pakar/ahli sesuai dengan kebutuhan, dan dalam
melaksanakan tugasnya Sekretariat Jenderal dapat membentuk Tim Asistensi.
Sekretaris Jenderal DPR-RI saat ini dijabat oleh Indra Iskandar.
B. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

a. Pengertian Majelis Permusyawaratan Rakyat

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia atau cukup


disebut Majelis Permusyawaratan Rakyat (disingkat MPR-RI atau MPR) adalah
lembaga legislatif bikameral yang merupakan salah satu lembaga tinggi
negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Setelah amandemen UUD 1945,
anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan DPD. Sebelum Reformasi, MPR
merupakan lembaga tertinggi negara. MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima
tahun di ibu kota negara.

b. Sejarah Singkat Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sejak 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memulai sejarahnya sebagai sebuah


bangsa yang masih muda dalam menyusun pemerintahan, politik, dan administrasi
negaranya. Landasan berpijaknya adalah ideologi Pancasila yang diciptakan oleh
bangsa Indonesia sendiri beberapa minggu sebelumnya dari penggalian serta
perkembangan budaya masyarakat Indonesia dan sebuah Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pra Amendemen yang baru ditetapkan
keesokan harinya pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (pra Amendemen) tersebut mengatur berbagai macam lembaga
negara dari Lembaga Tertinggi Negara hingga Lembaga Tinggi Negara. Konsepsi
penyelenggaraan negara yang demokratis oleh lembaga-lembaga negara tersebut
sebagai perwujudan dari sila keempat yang mengedepankan prinsip demokrasi
perwakilan dituangkan secara utuh didalamnya. Kehendak untuk
mengejawantahkan aspirasi rakyat dalam sistem perwakilan, untuk pertama
kalinya dilontarkan oleh Bung Karno, pada pidatonya tanggal 1 Juni 1945.
Muhammad Yamin juga mengemukakan perlunya prinsip kerakyatan dalam
konsepsi penyelenggaraan negara. Begitu pula dengan Soepomo yang
mengutarakan idenya akan Indonesia merdeka dengan prinsip musyawarah
dengan istilah Badan Permusyawaratan. Ide ini didasari oleh prinsip
kekeluargaan, dimana setiap anggota keluarga dapat memberikan pendapatnya.
Dalam rapat Panitia Perancang Undang-Undang Dasar, Soepomo menyampaikan
bahwa ‘’Badan Permusyawaratan’’ berubah menjadi ‘’Majelis Permusyawaratan
Rakyat’’ dengan anggapan bahwa majelis ini merupakan penjelmaan seluruh
rakyat Indonesia, yang mana anggotanya terdiri atas seluruh wakil rakyat, seluruh
wakil daerah, dan seluruh wakil golongan. Konsepsi Majelis Permusyawaratan
Rakyat inilah yang akhirnya ditetapkan dalam Sidang PPKI pada acara
pengesahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (pra
Amendemen).

c. Tugas dan Wewenang Majelis Permusyawaratan Rakyat

a. Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar

MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam mengubah Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, anggota MPR tidak dapat
mengusulkan pengubahan terhadap Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 diajukan oleh sekurangkurangnya 1/3 (satu pertiga) dari jumlah
anggota MPR. Setiap usul pengubahan diajukan secara tertulis dengan
menunjukkan secara jelas pasal yang diusulkan diubah beserta alasannya.

Usul pengubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 diajukan kepada pimpinan MPR. Setelah menerima usul pengubahan,
pimpinan MPR memeriksa kelengkapan persyaratannya, yaitu jumlah
pengusul dan pasal yang diusulkan diubah yang disertai alasan pengubahan
yang paling lama dilakukan selama 30 (tiga puluh) hari sejak usul diterima
pimpinan MPR. Dalam pemeriksaan, pimpinan MPR mengadakan rapat
dengan pimpinan fraksi dan pimpinan Kelompok Anggota MPR untuk
membahas kelengkapan persyaratan.

Jika usul pengubahan tidak memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan


MPR memberitahukan penolakan usul pengubahan secara tertulis kepada
pihak pengusul beserta alasannya. Namun, jika pengubahan dinyatakan oleh
pimpinan MPR memenuhi kelengkapan persyaratan, pimpinan MPR wajib
menyelenggarakan sidang paripurna MPR paling lambat 60 (enam puluh) hari.
Anggota MPR menerima salinan usul pengubahan yang telah memenuhi
kelengkapan persyaratan paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
dilaksanakan sidang paripurna MPR.

Sidang paripurna MPR dapat memutuskan pengubahan pasal Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan persetujuan sekurang-
kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah anggota ditambah 1 (satu)
anggota.

b. Melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum

MPR melantik Presiden dan Wakil Presiden hasil pemilihan umum dalam
sidang paripurna MPR. Sebelum reformasi, MPR yang merupakan lembaga
tertinggi negara memiliki kewenangan untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden dengan suara terbanyak, namun sejak reformasi bergulir,
kewenangan itu dicabut sendiri oleh MPR. Perubahan kewenangan tersebut
diputuskan dalam Sidang Paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia ke-7 (lanjutan 2) tanggal 09 November 2001, yang
memutuskan bahwa Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh
rakyat, Pasal 6A ayat (1).

c. Memutuskan usul DPR untuk memberhentikan Presiden dan/atau Wakil


Presiden dalam masa jabatannya

MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden


dalam masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
diusulkan oleh DPR. MPR wajib menyelenggarakan sidang paripurna MPR
untuk memutuskan usul DPR mengenai pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden pada masa jabatannya paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak
MPR menerima usul. Usul DPR harus dilengkapi dengan putusan Mahkamah
Konstitusi bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan
pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela dan/atau
terbukti bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. Keputusan MPR terhadap usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden diambil dalam sidang
paripurna MPR yang dihadiri sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari
jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari
jumlah anggota yang hadir.

d. Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden

Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan


kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden
sampai berakhir masa jabatannya. Jika terjadi kekosongan jabatan Presiden,
MPR segera menyelenggarakan sidang paripurna MPR untuk melantik Wakil
Presiden menjadi Presiden. Dalam hal MPR tidak dapat mengadakan sidang,
Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-sungguh
di hadapan rapat paripurna DPR. Dalam hal DPR tidak dapat mengadakan
rapat,Presiden bersumpah menurut agama atau berjanji dengan sungguh-
sungguh di hadapan pimpinan MPR dengan disaksikan oleh pimpinan
Mahkamah Agung

e. Memilih Wakil Presiden

Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden, MPR menyelenggarakan


sidang paripurna dalam waktu paling lambat 60 (enam puluh) hari untuk
memilih Wakil Presiden dari 2 (dua) calon yang diusulkan oleh Presiden
apabila terjadi kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatannya.

f. Memilih Presiden dan Wakil Presiden

Apabila Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan,


atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan, MPR menyelenggarakan sidang paripurna paling lambat 30 (tiga
puluh) hari untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, dari 2 (dua) pasangan
calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya
meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya, sampai berakhir masa jabatannya. Dalam hal Presiden dan Wakil
Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas
kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri
Pertahanan secara bersama-sama.

d. Keanggotaan Majelis Permusyawaratan Rakyat

MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui
pemilihan umum. Keanggotaan MPR diresmikan dengan keputusan Presiden.
Sebelum reformasi, MPR terdiri atas anggota DPR, utusan daerah, dan utusan
golongan, menurut aturan yang ditetapkan undang-undang. Jumlah anggota MPR
periode 2009–2014 adalah 692 orang yang terdiri atas 560 Anggota DPR dan 132
anggota DPD. Masa jabatan anggota MPR adalah 5 tahun, dan berakhir
bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan sumpah/janji.
Anggota MPR sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji secara
bersama-sama yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang
paripurna MPR. Anggota MPR yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji
secara bersama-sama, mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan
MPR.

e. Hak dan Kewajiban Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat

Hak anggota

a. Mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945.
b. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan.
c. Memilih dan dipilih.
d. Membela diri.
e. Imunitas.
f. Protokoler.
g. Keuangan dan administratif.

Kewajiban anggota

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila.


b. Melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan menaati peraturan perundang-undangan.
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
golongan.
e. Melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.

f. Alat Kelengkapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

Alat kelengkapan MPR terdiri atas; Pimpinan dan Panitia Ad Hoc.

Pimpinan

Pimpinan MPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua yang berasal dari anggota DPR
dan 4 (empat) orang wakil ketua yang terdiri atas 2 (dua) orang wakil ketua
berasal dari anggota DPR dan 2 (dua) orang wakil ketua berasal dari anggota
DPD, yang ditetapkan dalam sidang paripurna MPR. Namun pada periode 2014 -
2019 pemilihan pimpinan MPR dilaksanakan dengan mengajukan 2 paket yang
di usung oleh dua koalisi besar (KMP dan KIH) dengan struktur terdiri 4 orang
dari DPR dan 1 orang dari DPD.

Panitia Ad Hoc

Panitia ad hoc MPR terdiri atas pimpinan MPR dan paling sedikit 5% (lima
persen) dari jumlah anggota dan paling banyak 10% (sepuluh persen) dari jumlah
anggota yang susunannya mencerminkan unsur DPR dan unsur DPD secara
proporsional dari setiap fraksi dan Kelompok Anggota MPR.

g. Persidangan Majelis Permusyawaratan Rakyat

MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun di ibu kota negara.

Sidang MPR sah apabila dihadiri:

a. sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR
untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
b. sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan
menetapkan UUD
c. sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang lainnya
d. Putusan MPR sah apabila disetujui:

e. sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk memutus
usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
f. sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk
memutus perkara lainnya.

Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu


diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai hasil yang
mufakat.

h. Siding istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sidang Istimewa MPR adalah sidang yang diselenggarakan Majelis


Permusyawaratan Rakyat Indonesia atas permintaan Dewan Perwakilan
Rakyat atau Sidang Tahunan Majelis untuk meminta dan menilai
pertanggungjawaban Presiden atas pelaksaan putusan Majelis.[1] Sidang ini
diadakan jika presiden dianggap melanggar Undang-Undang Dasar 1945 dan
menyimpang dari GBHN, yang kemudian pertanggungjawabannya akan dilakukan
dalam Sidang Istimewa, yang biasanya mengarah kepada upaya pemakzulan.
Setelah berlakunya UU 27 Tahun 2009 pasal 184 ayat 4 tentang MPR, DPR, DPD,
dan DPRD, pemakzulan baru sah jika disetujui tigaperempat anggota MPR, tetapi
kemudian syarat tersebut dibatalkan kembali oleh Mahkamah Konstitusi.

i. Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan Rakyat

Sekretariat Jenderal Majelis Permusyawaratan (disingkat Setjen MPR)


adalah aparatur pemerintah yang berbentuk Kesekretariatan Lembaga Negara.
Setjen MPR dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal yang berada di bawah
MPR dan bertanggung jawab kepada Pimpinan MPR.
C. DEWAN PERWAKILAN DAERAH

a. Pengertian Dewan Perwakilan Daerah

Dewan Perwakilan Daerah (disingkat  DPD), sebelum 2004 disebut Utusan


Daerah, adalah lembaga tingg negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang
anggotanya merupakan perwakilan dari setiap provinsi yang dipilih
melalui pemilihan umum. Adapun, anggota DPD RI biasa disebut senator.

b. Sejarah Singkat Dewan Perwakilan Daerah

Dewan Perwakilan Daerah merupakan bentuk perwujudan lembaga


perwakilan daerah di Indonesia. Lembaga perwakilan daerah, atau biasa disebut
majelis tinggi (upper house) secara internasional, telah ada sejak lama di
Indonesia. Sebelum DPD dibentuk, telah terdapat lembaga Senat RIS, yang
mewakili 16 negara bagian RIS. Pada saat yang bersamaan, di Negara Indonesia
Timur, terdapat pula Senat Sementara NIT yang mewakili 13 provinsi dalam NIT.
Setelah RIS dan NIT dibubarkan, Senat pun ditiadakan, sehingga tidak ada lagi
majelis tinggi/lembaga yang merepresentasikan kepentingan daerah di Indonesia.
Kemudian, pada tahun 1959, setelah diberlakukannya dekrit presiden dan
kembalinya Indonesia pada UUD 1945, Presiden Soekarno membentuk lembaga
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara, yang didalamnya terdapat kelompok
Utusan Daerah. Kelompok ini terdiri dari wakil-wakil provinsi yang dipilih oleh
DPRD Provinsi. Kelompok Utusan Daerah akan tetap bertahan hingga tahun
2004, hingga digantikan oleh DPD.
c. Persyaratan Anggota Dewan Perwakilan Daerah

Syarat Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia menurut UU No 7


tahun 2017 tentang Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai berikut:

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa


b. Warga Negara Indonesia sejak kelahirannya dan tidak pernah menerima
kewarganegaraan lain karena kehendaknya sendiri
c. Tidak pernah mengkhianati negara, serta tidak pernah melakukan tindak
pidana korupsi dan tindak pidana berat lainnya
d. Mampu secara rohani dan jasmani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban
sebagai Presiden dan Wakil Presiden
e. Bertempat tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
f. Telah melaporkan kekayaannya kepada instansi yang berwenang memeriksa
laporan kekayaan penyelenggara negara
g. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau secara
badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan
negara
h. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan
i. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela
j. Terdaftar sebagai Pemilih
k. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah melaksanakan
kewajiban membayar pajak selama 5 tahun terakhir yang dibuktikan dengan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
l. Setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945
m. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
n. Berusia sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun
o. Berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah
Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat
p. Bukan bekas anggota organisasi terlarang Partai Komunis Indonesia, termasuk
organisasi massanya, atau bukan orang yang terlibat langsung dalam
G.30.S/PKI
q. Memiliki visi, misi, dan program dalam melaksanakan pemerintahan negara
Republik Indonesia

d. Fungsi Dewan Perwakilan Daerah

Berdasarkan Pasal 248 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014,


fungsi DPD adalah:

a. pengajuan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,


hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah kepada
DPR;
b. ikut dalam pembahasan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah
c. pemberian pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang tentang
anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang
berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama
d. pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah,
pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama.

e. Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah


Pimpinan Sementara

Sebelum pimpinan tetap dilantik, DPD mengangkat pimpinan sementara untuk


memimpin sidang paripurna DPD dan pemilihan ketua dan wakil ketua DPD.
Pimpinan sementara terdiri dari ketua dan wakil ketua sementara DPD, dimana
ketua sementara merupakan anggota DPD tertua, sedangkan wakil ketua sementara
merupakan anggota DPD termuda. Jika anggota tertua atau termuda berhalangan
untuk hadir, maka posisi tersebut bisa digantikan oleh anggota tertua atau termuda
berikutnya.

Pimpinan Tetap

Pimpinan tetap DPD terdiri dari seorang ketua dan beberapa wakil ketua.

f. Kekebalan Hukum Dewan Perwakilan Rakyat

Anggota DPD tidak dapat dituntut di hadapan pengadilan karena pernyataan,


pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam rapat-
rapat DPD, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib dan kode etik
masing-masing lembaga. Ketentuan tersebut tidak berlaku jika anggota yang
bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk
dirahasiakan atau hal-hal mengenai pengumuman rahasia negara.

g. Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Daerah

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPD, dibentuk Sekretariat


Jenderal DPD yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden, dan personelnya terdiri
atas Pegawai Negeri Sipil. Sekretariat Jenderal DPD dipimpin seorang Sekretaris
Jenderal yang diangkat dan diberhentikan dengan Keputusan Presiden atas usul
Pimpinan DPD.
MAKALAH
KAPITA SELEKTA HUKUM TATA NEGARA
TENTANG LEMBAGA LEGISLATIF
(MPR,DPR,DPD)

DISUSUN OLEH KELOMPOK III

ANGGOTA :

ARJUN TIFANIE (181319067)

BAYU ICHWANUL F (181319057)

NOPITA SARI (181319028)

DOSEN PEMBIMBING : SUNARKO,S.H.,M.H.

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM RAHMANIYAH


SEKAYU

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Anda mungkin juga menyukai