Pasal 1
1. Organisasi ini bernama GERAKAN BAKTI CENDANA dengan kependekan kata GBC
2. GERAKAN BAKTI CENDANA didirikan pada tanggal 28 Oktober 2018
3. Dewan Pimpinan Pusat GERAKAN BAKTI CENDANA berkedudukan di Ibu Kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia
4. Wilayah organisasi GERAKAN BAKTI CENDANA meliputi seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan sebagian wilayah Luar Negeri.
Pasal 2
Pasal 3
JATI DIRI
GERAKAN BAKTI CENDANA adalah organisasi bersifat Nasionalis, bekerja untuk membela
kepentingan rakyat yang dilandasi dengan nilai-nilai moral dan agama serta memperhatikan
aspek humanisme, nasionalisme dan pluralisme.
Pasal 4
Maksud dan Tujuan dibentuknya organisasi GERAKAN BAKTI CENDANA adalah menciptakan
rasa kebersamaan dan rasa memiliki dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa demi menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
mencerdaskan kehidupan bangsa serta menggali dan melestarikan seluruh potensi yang ada
guna mempercepat tercapainya tujuan pambangunan nasional yaitu masyarakat Indonesia yang
adil, makmur dan sejahtera disegala aspek kehidupan.
Pasal 5
USAHA
Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas GERAKAN BAKTI CENDANA melakukan
berbagai usaha sebagai berikut :
1. Menjalin dan mempererat hubungan silaturahmi antara anggota dan pengurus pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
2. Peningkatan pendapatan masyarakat melalui pengembangan program ekonomi
kerakyatan
3. Menggali dan memanfaatkan berbagai potensi pembangunan baik dalam aspek
pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam, Ekonomi, Sosial, Budaya
dan Lingkungan..
4. Melaksanakan Misi Kemanusiaan untuk membantu korbann bencana alam.
5. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Keimanan, Kesadaran Hukum dan Bela Negara.
6. Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan bagi anggota dan pengurus serta masyarakat luas
pada umumnya.
7. Meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan pemerintah, swasta, organisasi
kemasyarakatan / LSM atau organisasi professional lainnya.
8. Usaha lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan sesuai dengan tujuan organisasi.
Pasal 6
KEANGGOTAAN
1. Anggota GERAKAN BAKTI CENDANA adalah Warga Negara Indonesia yang telah
memenuhi persyaratan dan kriteria sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, terdiri dari :
1.1. Anggota Biasa
1.2. Anggota Fungsional
1.3. Anggota Kehormatan
2. Mekanisme keanggotaan diatur dalam Anggaran Rumah Tanggga GERAKAN BAKTI
CENDANA.
Pasal 7
Hak dan Kewajiban anggota diatur dalam Anggaran Rumah Tangga GERAKAN BAKTI CENDANA.
Pasal 8
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 9
KEPENGURUSAN
Pasal 10
Pasal 11
SUMBER KEUANGAN
Sumber Keuangan GERAKAN BAKTI CENDANA didapat dari berbagai sumber antara lain, Iuran
Anggota, usaha-usaha yang dikelola oleh GERAKAN BAKTI CENDANA, sumbangan-sumbangan
lain yang halal dan tidak mengikat serta tidak melanggar hukum.
Pasal 13
ATRIBUT
Pasal 14
PERUBAHAN
Pasal 15
PEMBUBARAN ORGANISASI
ATURAN TAMBAHAN
Hal – hal lain yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga.
Pasal 17
PENUTUP
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada Tanggal : 19 MARET 2019
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian Umum
1. Organisasi GERAKAN BAKTI CENDANA dibentuk dan didirikan oleh BENNY SADIKIN
dengan tekad untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
2. GERAKAN BAKTI CENDANA adalah organisasi sosial kemasyarakatan yang
independen yang tidak terkait secara struktural dengan berbagai organisasi
kemasyarakatan, sosial, politik atau pemerintahan.
3. Kepengurusan GERAKAN BAKTI CENDANA mencakup seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dari tingkat Provinsi, Kotamadya / Kabupaten,
Kecamatan atau jika diperlukan sampai ke tingkat Desa atau Kelurahan.
Pasal 2
Sifat Organisasi
BAB II
KEANGGOTAAN
Pasal 3
Persyaratan
Persyaratan dan kriteria yang ditetapkan untuk menjadi anggota GERAKAN BAKTI CENDANA
adalah sebagai berikut :
Pasal 4
Jenis Keanggotaan
1. Anggota Biasa adalah mereka yang telah mendaftar dan mematuhi persyaratan dan
kriteria sebagaimana pasal 3 untuk menjadi anggota dan telah diterima menjadi
anggota GERAKAN BAKTI CENDANA.
2. Anggota Fungsional adalah para aktivis atau Penggurus GERAKAN BAKTI CENDANA
dari tingkat Dewan Pimpinan Pusat ( DPP ) sampai tingkat Kecamatan ( KORCAM )
dan Desa / Kelurahan ( KORDES ) jika sudah terbentuk.
3. Anggota Kehormatan adalah anggota yang ditetapkan oleh rapat pleno
kepenganisasi, hak memilih dan dipilih urusannya sesuai tingkatannya baik
perorangan atau organisasi yang memiliki kepedulian tinggi atau telah berjasa
terhadap kemajuan dan perkembangan GERAKAN BAKTI CENDANA.
Pasal 6
Hak Anggota
Pasal 7
Kewajiban Anggota
1. Menjaga nama baik dan citra organisasi GERAKAN BAKTI CENDANA dan Pribadi.
2. Melaksanakan Tujuan, Fungsi dan Kebijakan organisasi GERAKAN BAKTI CENDANA.
3. Mentaati peraaturan dan keputusan organisasi yang telah ditetapkan organisasi
GERAKAN BAKTI CENDANA.
4. Menjunjung tinggi disiplin organisasi GERAKAN BAKTI CENDANA.
5. Menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh organisasi GERAKAN BAKTI CENDANA
dengan penuh tanggung jawab.
6. Memiliki loyalitas dan dedikasi.
Pasal 8
Sanksi
Berakhirnya Keanggotaan
1. Permintaan sendiri
2. Dipecat karena melanggar Peraturan Organisasi GERAKAN BAKTI CENDANA.
3. Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia.
4. Meninggal dunia.
Pasal 10
KEORGANISASIAN
PASAL 11
Keorganisasian
Pasal 12
Pembekuan Pengurus
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
1. Tata cara pemilihan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat ditetapkan dalam Musyawaran
Nasional.
2. Pengurus Dewan Pimpinan Pusat, setelah dipilih oleh Musyawarah Nasional,
mengucapkan sumpah / janji didepan Musyawarah Nasional.
3. Apabila terdapat pengurus Dewan Pimpinan Pusat yang terkena sanksi organisasi
Gerakan Bakti Cendana sebagai mana tercantum dalam Anggaran Rumah Tangga ini,
pelaksanaan pembebas – tugasannya dilakukan oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan
Pusat Gerakan Bakti Cendana. Pembebas – tugasan tersebut dilaporkan dan
dipertanggung jawabkan dalam Musyawarah Nasional berikutnya.
4. Apabila terjadi kekosongan kepengurusan dalam Dewan Pimpinan Pusat, Ketua Umum
Pimpinan Pusat menunjuk penggantinya melalui Rapat Harian Pengurus Dewan
Pimpinan Pusat dan dipertanggung jawabkan dalam Musyawarah Nasional berikutnya.
5. Untuk kelengkapan organisasi, Dewan Pimpinan Pusat membentuk :
a. Sekretariat Organisasi Gerakan Bakti Cendana.
b. Lembaga lain yang dianggap perlu.
7. Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Bakti Cendana
secara bersama-sama bertanggung jawab kedalam dan keluar untuk dan atas nama
organisasi Gerakan Bakti Cendana, kecuali terhadap hal-hal tertentu yang diberikan
Musyawarah Nasional, wewenang dan tanggung jawab khusus kepada Ketua Umum
Dewan Pimpinan Pusat.
8. Yang dimaksud dengan wewenang khusus kepada Ketua Umum DPP, Gerakan Bakti
Cendana adalah wewenang untuk melalukan langkah organisasi dan tindakan tertentu
yang luar biasa dalam rangka mempertahan Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Pancasila, UUD 1945 dan eksistensi organisasi Gerakan Bakti Cendana yang
dipertanggung jawabkan dalam Musyawarah Nasional.
Pasal 19
Koordinator Wilayah
Koordinator Daerah
Pasal 21
Koordinator Cabang
BAB IV
PERMUSYAWARATAN
Pasal 22
Musyawarah Nasional
2. Sidang Musyawarah Nasional dibukan dan dipimpin Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat
atau salah satu Ketua yang ditunjuk Ketua Umum, untuk pengesahan susunan acara,
pengesahan tata tertib, pemilihan pimpinan sidangdari dan oleh peserta Musyawarah
Nasional, yang selanjutnya Musyawarah Nasional dipimpin oleh pimpinan sidang terpilih
untuk memimpin persidangnya sesuai susunan acara yang telah disetujui.
3. Materi Musyawarah Nasional dibuat oleh Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gerakan
Bakti Cendana, yang telah diterima oleh peserta Musyawarah Nasional selambat-
lambatnya 1 (satu) minggu sebelum musyawarah Nasional dimulai.
4. Waktu dan tempat Musyawarah Nasional ditetapkan oleh Ketua Umum DPP GBC.
7. Utusan Wilayah yang berasal dari Pengurus Koordinator Wilayah yang membawa
mandat tertulis dari Ketua Korwil.
8. Utusan Daerah yang berasal dari Pengurus Koordinator Daerah yang membawa mandate
tertulis dari Ketua Korda.
9. Masing-masing utusan Korwil mengirim sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anggota
utusan dan Korda mengirim sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang anggota utusan Wilayah
dan utusan Daerah.
10. Semua peserta Musyawarah Nasional mempunyai hak bicara.
11. Yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Nasional adalah utusan Wilayah dan
Cabang mempunyai hak suara 1 (satu). Suara untuk setiap utusan Wilayah dan Korda.
12. Musyawarah Nasional, dinyatakan sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 ( dua
per tiga ) dari Jumlah Pengurus Koordinator Wilayah dan Koordinator Cabang yang
sudah disahkan.
Pasal 23
Musyawarah Wilayah
a. Utusan Daerah.
b. Pengurus Badang Usaha /Badan Otonom
c. Anggota Dewan Pembina Wilayah
d. Anggota Dewan Penasehat Wilayah
e. Undangan lainnya yang ditentukan oleh Ketua Korwil sebagai peninjau.
7. Utusan Daerah berasal dari Pengurus Korda yang membawa mandat tertulis dari Ketua
Koordinator Daerah.
8. Masing-masing utusan Ketua Korda mengirim sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
anggota utusan.
9. Semua peserta Musyawarah Wilayah mempunyai hak bicara.
10. Yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Wilayah adalah utusan Daerah yang
mempunyai hak suara 1 (satu) suara untuk setiap utusan Daerah.
11. Musyawarah Wilayah dinyatakan sah apabila sekurang-kurang 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah Korda yang sudah disahkan.
Pasal 24
Musyawarah Daerah
f. Utusan Cabang.
g. Pengurus Badang Usaha /Badan Otonom
h. Anggota Dewan Pembina Daerah
i. Anggota Dewan Penasehat Daerah
j. Undangan lainnya yang ditentukan oleh Ketua Korda sebagai peninjau.
7. Utusan Cabnag berasal dari Pengurus Korcab yang membawa mandat tertulis dari Ketua
Koordinator Cabang.
8. Masing-masing utusan Ketua Korcab mengirim sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
anggota utusan.
9. Semua peserta Musyawarah Daerah mempunyai hak bicara.
10. Yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Daerah adalah utusan Cabang yang
mempunyai hak suara 1 (satu) suara untuk setiap utusan Cabang.
11. Musyawarah Daerah dinyatakan sah apabila sekurang-kurang 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah Korcam yang sudah disahkan.
Pasal 25
Musyawarah Cabang
k. Utusan Desa.
l. Pengurus Badang Usaha /Badan Otonom
m. Anggota Dewan Pembina Cabang
n. Anggota Dewan Penasehat Cabang
o. Undangan lainnya yang ditentukan oleh Ketua Korcab sebagai peninjau.
7. Utusan Desa berasal dari Pengurus Kordes yang membawa mandat tertulis dari Ketua
Koordinator Desa.
8. Masing-masing utusan Ketua Kordes mengirim sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang
anggota utusan.
9. Semua peserta Musyawarah Cabang mempunyai hak bicara.
10. Yang memiliki hak suara dalam Musyawarah Cabang adalah utusan Desa yang
mempunyai hak suara 1 (satu) suara untuk setiap utusan Desa.
11. Musyawarah Cabang dinyatakan sah apabila sekurang-kurang 2/3 (dua per tiga) dari
jumlah Kordes yang sudah disahkan.
Pasal 26
Rapat Koordinasi
1. Rapat Koordinasi Nasional disingkat Rakornas diselenggarakan oleh DPP Gerakan Bakti
Cendana.
2. Rakornas adalah rapat kerja yang diselenggarakan oleh DPP GBC, yang dihadiri oleh
Korwil dan Korda.
3. Rakornas diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu periode
kepengurusan.
4. Korwil, Korda, Korcam dapat menyelenggarakan Rakor dimasing-masing tingkatan
organisasi yang waktu pelaksanaan, tugas, wewenangnya dianggap sama dengan Rapat
Koordinasi Nasional.
Pasal 27
1. Musyawarah Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama dengan musyawarah sesuai
timgkat organisasi.
2. Musyawarah Luar Biasa diadakan jika organisasi menghadapi masalah yang luar biasa
dan atas permintaan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota sesuai tingkatan
organisasi setelah mendapat saran dari Dewan Penasehat dan Struktur satu tingkat
diatasnya.
3. Musyawarah Luar Biasa dianggap sah bila dihadiri oleh 2/3 dari jumlah anggota sesuai
dengan tingkatan organisasi yang telah disahkan.
BAB V
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 28
Peserta utusan atau yang ditetapkan dalam Musyawarah pada semua tingkatan mempunyai
hak suara dan hak bicara kecuali peninjau dan undangan hanya memiliki hak bicara.
Pasal 29
1. Musyawarah pada semua tingkatan dinyatakan sah ( Qourum ) apabila dihadiri oleh
lebih dari setengah jumlah peserta yang sudah ditetapkan atau hadir.
2. Apabila tidak terpenuhi maka ditunda atau ditangguhkan untuk beberapa waktu
maksimal 2 (dua) jam, kalau dalam masa tenggang waktu tersebut juga tidak terpenuhi,
maka atas persetujuan seluruh peserta yang hadir musyawarah tersebut dinyatakan sah.
Pasal 30
Pengambil Keputusan
1. Semua Keputusan sidang/rapat disemua tingkatan diambil atas dasar musyawarah untuk
mencapai mufakat.
2. Apabila tidak tercapai mufakat, keputusan diambil dengan suara terbanyak (voting).
3. Pengambil keputusan dengan voting seperti dimaksud ayat (2) pasal (30) dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Keputusan diambil dengan suara terbanyak, dianggap sah apabila didukung oleh
separuh lebih satu dari jumlah suara yang hadir.
b. Pemungutan suara mengenai orang harus dilakukan dengan cara tertulis/tertutup,
kecuali kalau Rapat menentukan lain.
c. Apabila pada pemungutan suara, jumlah suara yang setuju dan tidak setuju sama
banyaknya, diadakan pengulangan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali.
d. Apabila hasil pemungutan suara ulang, jumlah suara yang setuju tetap sama
jumlahnya,maka sidang / rapat organisasi Gerakan Bakti Cendana tidak mengambil
keputusan apapun.
4. Apabila terjadi deadlock maka pengambilan keputusan ditentukan oleh Pendiri atas
saran atau petunjuk Pembina Gerakan Bakti Cendana.
BAB VI
Pasal 31
Pembina
1. Gerakan Bakti Cendana memiliki Enam ( 6 ) orang Pembina ditingkat Pusat disebut
Dewan Pembina Gerakan Bakti Cendana.
2. Pembina berungsi mengayomi dan membina organisasi sehingga dapat berkembang dan
mampu mewujudkan tujuan berdirinya Gerakan Bakti Cendana dengan memberikan
masukan, arahan serta petunjuk dan keputusan yang diambil sudah bersifat final dan
mengikat.
Pasal 32
Dewan Penasehat
Pasal 33
Pendiri
1. Pandiri adalah orang pertama kali menggagas dan mencetuskan ide berdirinya
organisasi Gerakan Bakti Cendana.
2. Pendiri berfungsi untuk mengambil keputusan yang bersiafat final apabila terjadi
kebuntuan dalam penyelesaian masalah dalam organisasi, setelah berkoordinasi
dengan Pembina Gerakan Bakti Cendana.
BAB VII
KEUANGAN ORGANISASI
Pasal 34
Keuangan Organisasi
1. Besarnya uang pangkal dan iuran sebagai mana dimaksud dalam Anggaran Dasar, cara
pemungutan, pengaturan dan pengelolaan ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
2. Keuangan organisasi Gerakan Bakti Cendana, disusun dalam bentuk Anggaran
Pendapatan dan Belanja Organisasi Tahunan untuk tiap tingkatan organisasi.
3. Pertanggung jawaban pengelolaan keuangan dan kekayaan organisasi disampaikan
setiap akhir masa jabatan, bersamaan dengan penyampaian pertanggungjawaban
pengurus pada masing-masing tingkatan organisasi.
4. Komposisi pembagian uang dari anggota kepada semua tingkatan organisasi Dewan
Pimpinan Pusat Gerakan Bakti Cendana.
5. Pengelolaan keuangan organisasi Gerakan Bakti Cendana dilakukan dengan transparan
dan melibatkan auditor independen untuk melakukan untuk melakukan pemeriksaan
laporan keuangan tahunan.
BAB VIII
Pasal 35
1. Organisasi Gerakan Bakti Cendana dapat membentuk Badan Usaha sebagai salah satu
upaya untuk membantu pendanaan organisasi dalam rangka pelaksanaan bebagai
progam kerja.
2. Badan otonom :
a. Jika dibutuhkan Gerakan Bakti Cendana dapat membentuk Badan Otonom.
b. Badan Otonom adalah kepanjangan tangan Gerakan Bakti Cendana.
c. Mekanisme kerja Badan otonom adalah mengembangkan program yang seluas-
luasnya sesuai bidang masing-masing dengan melakukan konsultasi, koordinasi dan
harmonisasi dengan Gerakan Bakti Cendana.
d. Menjalin dan membina hubungan kerja sama dengan berbagai instansi
permerintahan, swasta atau professional, organisasi kemasyarakatan dan organisasi
sosial yang sah.
3. Membentuk menjalin dan membina hubungan sebagaimana dimaksud Pasal 2 point (d)
dilakukan dalam rangka pelaksanaan program kerja.
4. Badan Otonom dan Badang Usaha wajib melaporkan kegiatannya paling kurang 1 (satu)
tahun sekali.
5. Mekanisme hubungan Gerakan Bakti Cendana dengan badan otonom atau Badan Usaha
diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi.
BAB IX
Pasal 36
Pasal 37
Reff.
Bergerak, Berbakti
Bersama Gerakan Bakti Cendana
Bergerak, Berbakti
Bersama Seluruh Rakyat Indonesia 2 x
Pasal 38
Atribut Lainnya
BAB X
ATURAN PERALIHAN
Pasal 39
Aturan Peralian
BAB XI
PENUTUP
Pasal 40
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini akan diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Organisasi Gerakan Bakti Cendana.
2. Anggaran Rumah Tangga ini hanya dapat dirubah oleh Musyawarah Nasional.
3. Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 19 Maret 2019
Dewan Pimpinan Pusat
Gerakan Bakti Cendana