Anda di halaman 1dari 11

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN PENCATATAN AKUNTANSI PADA USAHA BATIK


GRIYA AMIRAH DI JALAN KEDINDING TENGAH 1/19 I KOTA
SURABAYA

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester


BAHASA INDONESIA

Dosen Pengampu :
Siti Rumilah, M.Pd

Disusun Oleh :
Muhammad Zainal Muttaqin (G92218085)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batik adalah seni gambar diatas kain untuk pakaian yang dibuat dengan berbagai teknik.

Kata batik berasal dari bahasa jawa yang berarti menulis. Teknik membatik telah dikenal sejak

ribuan tahun silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal-usul batik.

UKM Griya Amirah ini memproduksi beberapa jenis batik, yaitu batik tulis, batik

jumputan, dan shibori. Batik tulis adalah jenis yang dihasilkan melalui pemberian malam pada

kain dengan menggunakan alat yang bernama canting. Batik jumputan adalah batik yang

dikerjakan dengan cara ikat celup, diikat dengan tali kemudian dicelup dengan warna. Shibori

merupakan kesenian dari Jepang, dimana sebuah pola pada kain diciptakan melalui proses

pencelupan pada pewarna. Dasarnya pembuatan shibori mirip seperti membatik, di mana

beberapa bagian kain dilindungi agar tidak terkena pewarna. Sehingga hasil akhirnya

memberikan pola sesuai dengan bagian yang diwarnai dan dilindungi.

Informasi akuntansi mempunyai peranan penting untuk mencapai keberhasilan usaha,

termasuk bagi usaha kecil. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang sangat baik bagi

pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan

pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Penyediaan informasi akuntansi bagi usaha

kecil juga diperlukan khususnya untuk akses subsidi pemerintah dan akses tambahan modal bagi

usaha kecil dari kreditur (bank). Kewajiban penyelenggaraan akuntansi bagi usaha kecil

sebenarnya telah tersirat dalam Undang-undang usaha kecil no. 9 tahun 1995 dalam Undang-

undang perpajakan. Pemerintah maupun komunitas akuntansi telah menegaskan pentingnya

pencatatan dan penyelenggaraan akuntansi bagi usaha kecil.


Berdasarkan latar belakang tersebut penulis dapat menentukan judul “Penerapan

Pencatatan Akuntansi Pada Usaha Batik Griya Amirah di Jalan Kedinding Tengah 1/19 i Kota

Surabaya”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan pencatatan akuntansi pada usaha batik griya amirah di jalan kedinding

tengah 1/19 i kota Surabaya?

2. Bagaimana dampaknya setelah mengetahui penerapan pencatatan yang benar?

1.3 Tujuan

1. Membantu pembaca untuk belajar dan membuka bisnis usaha kecil dan menengah dalam

memahami penerapan sistem akuntansi, karena penerapan sistem akuntansi sangat penting untuk

membantu proses berjalannya suatu usaha kecil dan menengah.

2. Mengetahui sistem pencatatan akuntansi pada usaha batik griya amirah di jalan kedinding

tengah 1/19 i kota Surabaya .

1.4 Manfaat

1. Dapat digunakan sebagai masukan bagi para pelaku usaha kecil khususnya usaha pengrajin

batik untuk menerapkan sistem akuntansi di dalam sebuah bisnisnya dan dapat membantu dalam

pembuatan laporan keuangan yang berguna sebagai dasar pengambilan keputusan usaha yang di

jalankan.

2. Kita dapat memahami atau memperdalam ilmu pengetahuan yang telah di dapat dalam

sebelumnya di perkuliahan dan sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya, khususnya penelitian

yang berkaitan dengan sistem akuntansi UKM .


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi

Secara umum, akuntansi didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan

kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan

(Warren,2006). Menurut Kieso (2007) akuntansi dapat didefinisikan secara tepat dengan menjelaskan

tiga karakteristik penting dari akuntansi, yaitu (1) pengidentifikasian, pengukuran, dan

pengkomunikasian informasi keuangan tentang (2) entitas ekonomi kepada (3) pihak yang

berkepentingan.

Menurut Carl S. Warren, James M. Reeve dan Philip E. Fees (2006) Akuntansi merupakan

sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai

aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah sistem informasi yang

menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas dan kondisi

perusahaan.

2.2 Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012) Laporan keuangan dalam Standar Akuntansi

Keuangan terdiri dari 5 (lima) yaitu: neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal, laporan

arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan-laporan tersebut mempunyai fungsi masing-

masing yang berguna untuk memberikan informasi mengenai posisi bisnis suatu usaha.

Neraca merupakan sebuah laporan yang berisi daftar mengenai aset, kewajiban, dan modal pemilik

pada tanggal tertentu. Pada umumnya tanggal pada neraca menggunakan hari pada akhir bulan atau

akhir tahun. (Warren, 2006).


Laporan Laba Rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode tertentu,

misal sebulan atau setahun. Laporan ini melaporkan tentang pendapatan dan beban selama periode

waktu tertentu berdasarkan konsep penandingan atau matching concept yaitu dengan

membandingkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut.

Laporan ini juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang disebut dengan

keuntungan bersih atau juga sebaliknya, jika beban lebih besar dari pada pendapatan disebut rugi

bersih. (Warren, 2006).

Laporan Perubahan modal suatu ikhtisar mengenai perubahan pada modal pemilik yang telah

terjadi selama periode waktu tertentu seperti pada bulanan maupun tahunan. Laporan ini dibuat

setelah laporan laba rugi karena laporan laba rugi ikut muncul pada laporan ini. (Warren, 2006).

Laporan Arus Kas adalah laporan yang menggambarkan arus kas masuk dan arus kas keluar

atau setara kas. Laporan Arus Kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai

untuk mengevaluasi perubahan dalam Aset bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas

dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka

adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.

2.3 Usaha Kecil dan Menengah

UKM adalah jenis usaha yang paling banyak jumlahnya di Indonesia, tetapi sampai saat

ini batasan mengenai usaha kecil di Indonesia masih beragam. Pengertian kecil didalam usaha

kecil bersifat relatif, sehingga perlu ada batasannya, yang dapat menimbulkan definisi-definisi

usaha kecil dari beberapa segi. Menurut (M.Tohar,1999:2) definisi usaha kecil dari berbagai segi

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan Total Asset


Berdasarkan total asset, pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki kekayaan bersih paling

banyak Rp 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

membuka usaha.

b. Berdasarkan Total Penjualan Bersih Per Tahun

Berdasarkan hal ini pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki hasil total penjualan bersih

per tahun paling banyak Rp 1.000.000.000 ( satu miliar rupiah).

c. Berdasarkan Status Kepemilikan

Dari segi ini, didefinisikan bahwa pengusaha kecil adalah usaha berbentuk perseorangan, bisa

berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang didalamnya termasuk koperasi.

2.3.1 Keragaman Pengertian UKM

1. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998

Pengertian Usaha Kecil Menengah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang

usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk

mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

2. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

Pengertian Usaha Kecil Menengah: Berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan

entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah

merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

3. Berdasarkan Keputuasan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994

Pengertian Usaha Kecil Menengah: Didefinisikan sebagai perorangan atau badan usaha yang

telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai penjualan atau omset per tahun setinggi-

tingginya Rp 600.000.000 atau asset atau aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah

dan bangunan yang ditempati) terdiri dari :


a. Bidang usaha ( Fa, CV, PT, dan koperasi )

b. Perorangan ( Pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak, nelayan,

perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa )

4. Menurut UU No 20 Tahun 2008

Pengertian Usaha Kecil Menengah: Undang undang tersebut membagi kedalam dua pengertian

yakni: Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (duamilyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu,

yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai

berikut :

1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan adalah penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif terhadap proses

pencatatan akuntansi yang standar akuntansi yang berlaku pada pelaku UKM usaha batik Griya

Amirah.

3.2 Waktu dan Tempat

Pada tanggal 11 Juni 2019 bertempat di kediaman Ibu Amyratuz Zahra. Kedinding Tengah

1/19i Surabaya.

3.3 Data dan Sampel Penelitian

Data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

penelitian berupa hasil wawancara terhadap pelaku usaha UMKM yang berada di Kampung Baru,

Kabupaten Malang, Jawa Timur.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa wawancara. Mengajukan

beberapa pertanyaan yang menyangkut dengan rumusan masalah penelitian.

3.5 Data Responden

Nama lengkap : Amiyratuz Zahra

Alamat : Jl Kedinding Tengah 1/19i, Kota Surabaya, Jawa Timur

Nomor telepon : 082139852153

3.6 Tahapan Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada proses pencatatan akuntansi sesuai dengan standar akuntansi

untuk UKM. Dengan demikian penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan :

1. Mengidentifikasi pelaku UKM yang akan menjadi objek penelitian melalui instansi terkait.

2. Menyusun dan melakukan pengujian instrumen penelitian.

3. Mengumpulkan data melalui wawancara dengan responden


4. Verifikasi dan mengolah data penelitian

5. Menganalisis data serta menyimpulkan sesuai tujuan penelitian.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Profil Objek

Objek yang diambil dalam penelitian ini adalah pelaku usaha pengrajin batik yang ada di

Surabaya. Griya Amirah adalah sebuah usaha kecil yang bergerak di bidang pengrajin batik

yang berdiri sejak tahun 2012. Griya Amirah bukan hanya membuat dan menjual batik disini

juga menawarkan pelatihan membatik bagi yang ingin belajar membatik.

4.2 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap salah satu pelaku usaha bengkel las adalah

responden tidak menerapkan pencatatan akuntansi, responden hanya menyimpan bukti transaksi

penjualan dan pembelian saja. Alasan responden belum menerapkan pencatatan akuntansi dalam

usahanya adalah ia beranggapan bahwa pengetahuannya yang terbatas mengenai akuntansi

menjadikannya menganggap menerapkan siklus akuntansi kedalam usaha mereka adalah hal

yang rumit dan sulit.

Responden hanya mencatatnya ke dalam buku catatan biasa yang hanya ada pemasukan

dan pengeluaran, tidak seperti pencatatan akuntansi yang benar. Dalam sistem penjualannya

responden menerima pembayaran dari konsumen disaat barangnya sudah jadi. Pencatatan seperti

itupun hanya diingat saja, responden akan mencatat jika barang permintaan sudah jadi dan
responden sudah menerima uang pelunasan. Biaya gaji karyawan tidak sering dicatat karena

menurutnya biaya gaji karyawan tidak mengalami perubahan yang signifikan setiap bulannya

sehingga ia mudah menginat dan dikarenakan jumlah karyawan yang sedikit. Selama ini

responden mengetahui adanya laba atau rugi diperoleh dari selisih antara harga jual dan harga

beli. Jika selisih dari harga jual dan harga beli positif menunjukkan laba, jika selisih harga jual

dan harga beli negatif menunjukkan rugi. Kalau ada laba berarti modal bertambah dan kalau rugi

maka modal berkurang.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian responden tidak menerapkan pembukuan atau pencatatan

akuntansi. Responden hanya mengumpulkan bukti nota dan kuitansi dari pembelian dan penjualan

dan mencatatnya di buku biasa. Oleh sebab itu, dibutuhkannya pelatihan dan pembinaan akuntansi

yang berguna untuk mengetahui kondisi keuangan usahanya.

Menurut responden dengan diterapkannya pencatatan akuntansi yang benar membuat

responden merasa lebih mudah mengetahui berapa laba dari hasil penjualan batik. Responden juga

merasa terbantu dengan pencatatan yang benar daripada biasanya yang hanya melakukan pencatatan

pada buku biasa.

Menurut pengakuan responden, responden mengharapkan adanya pelatihan mengenai

akuntansi dan berharap ada bantuan sosialisasi dari pihak terkait terutama dalam hal pembukuan

agar para pelaku yang ada di sekitarnya mampu menerapkannya dan mengembangkan usaha

mereka.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengusaha pengrajin batik masih belum menerapkan pencatatan akuntansi, hanya menyimpan

bukti nota dan kuitansi, dan menulisnya di buku catatan biasa.

2. Sampai saat ini belum adanya pelatihan maupun pembinaan tentang pencatatan akuntansi yang

berguna untuk mengetahui kondisi keuangan dan keuntungan usahanya.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang diberikan sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Diharapkan dalam waktu dekat diadakan pelatihan dan pembinaan tentang pencatatan akuntansi

bagi pelaku UKM secara berkelanjutan oleh pemerintah setempat khususnya dari Dinas UKM serta

dari Universitas yang terkait.

2. Setelah dilakukan pelatihan dan pembinaan, maka hendaknya dilakukan pengawasan secara

menyeluruh, sampai pelaku dari UKM pengrajin tersebut hingga usahanya berkembang besar dari

keadaan semula.

Anda mungkin juga menyukai