Anda di halaman 1dari 10

Komunikasi terapeutik pada pasien di IGD

milaputri17.blogspot.com/2017/12/komunikasi-terapeutik-pada-pasien-di-igd.html

Makalah komk
Komunikasi terapeutik pada pasien di IGD

Di susun Oleh :

Kelompok 6
16 B
Ayu anggraeni (16010054)
Diah ayu Amelia A. D (16010058)
Effendi (16010061)
Firdausil jannah devi (16010065)
Mila putri mastura (16010077)
Neneng hariati putri (16010081)
Rozana putri (16010084)
Yuka crimson yanti (16010096)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2016/2017

Kata pengantar

Penyusun mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KOMUNIKASI
TERAPEUTIK PADA PASIEN DI IGD" untuk memenuhi tugas mata kuliah komunikasi
dengan baik kami mengucapkan terima kasih kepada kepada teman teman mahasiswa
yang telah berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa berman'aat bagi pembaca pada
umumnya dan penyusun pada khususnya. seperti pepatah yang mengungkapkan bahwa
“Tiada gading yang tak retak" demikian pula dengan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu kami selaku mahasisiwa
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca terutama dosen pembimbing mata kuliah
komunikasi Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.

Jember, 5 november 2017

Penyusun

Daftar isi
COVER i
KATA PENGANTAR ii

1/10
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang 1
1.2 rumusan masalah 1
1.3 tujuan masalah ………………………………………………………………………..2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 pengertian komunikasi terapeutik 3
2.2 komunikasi gawat darurat 4
2.3 Tujuan komunikasi 7
2.4 Teknik komunikasi 7
2.5 prinsip komunikasi 8
2.6 fase fase komunikasi 8
BAB III. NASKAH DIALOG
3.1 Dialog 10
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan 13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk memberikan informasi yang
akurat dan membina hubungan saling percaya dengan klien sehingga klien akan
merasa puas dengan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Pada pasien gawat
darurat perlu memperhatikan tehnik-tehnik dan tahapan baku komunikasi terapeutik
yang baik dan benar.Komunikasi terapeutik merupakan cara yang efektif untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia dan bermanfaat dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit, sehingga komunikasi harus dikembangkan secara terus –
menerus ( Kariyo, 1998 ). Hubungan antara perawat dan klien yang terapeutik bisa
terwujud dengan adanya interaksi yang terapeutik antar keduanya, interaksi tersebut
harus dilakukan sesuai dengan tahapan – tahapan baku interaksi terapeutik perawat
klien, tahapan itu adalah tahap pre orientasi, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap
terminasi ( Stuart and Sunden.1998 ). Pelayanan kesehatan menggunakan komunikasi
yang langsung seperti pelayanan kesehatan, Rumah Sakit merupakan tempat untuk
mendapatkan pelayanan baik yang bersifat medik maupun keperawatan.
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan
semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu
melakukan komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan
gambaran situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn
kecemasan dan memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan
2/10
puas ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang
diberikan petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta
komunikasi terpeutik yang baik.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari gawat darurat ?
2. Apa saja konsep dasar keperawtan gawat darurat ?
3. Apa yang dimaksud dengan SPGDT ?
4. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat ?
5. Bagaimana tehknik komunikasi pada gawat darurat ?
6. Apa rinsip-prinsip komunikasi gawat darurat ?
1.3 Tujuan masalah
1. Apa pengertian dari gawat darurat ?
2. Apa saja konsep dasar keperawtan gawat darurat ?
3. Apa yang dimaksud dengan SPGDT ?
4. Apa tujuan komunikasi pada gawat darurat ?
5. Bagaimana tehknik komunikasi pada gawat darurat ?
6. Apa rinsip-prinsip komunikasi gawat darurat ?

BAB II.TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian komunikasi terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat klien yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi perilaku pasien.
Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan
pengalaman dengan menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien
berubah ke arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi
terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang cukup dan
memahami tentang dirinya.
Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (Stuart dan Sundeen, 1987,
hal. 111) karena :
a. Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam
proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan
pikiran.
b. Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain. Berarti, keberhasilan
intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena proses keperawatan
ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang normal.
c. Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik tidak
mungkin dicapai tanpa komunikasi.
2.1.1 Komunikasi Terapeutik dalam Perawatan.
a. Pengkajian (Purwanto, Heri, 1994)
1. Menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi.
2. Mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi.
3. Mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
4. Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
5. Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan
bisa realistik.
3/10
6. Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang sesuai.
7. Mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi yang
dibutuhkan.
b. Diagnosa keperawatan (Potter & Perry, 1999)
1. Analisa tertulis dari penemuan pengkajian.
2. Sesi perencanaan tim kesehatan.
3. Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda implementasi.
4. Membuat rujukan.
c. Rencana tujuan (Purwanto, Heri,1994)
1. Rencana asuhan tertulis (Potter & Perry, 1999).
2. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
3. Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
4. Meningkatkan harga diri pasien.
5. Memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
6. Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
d. Implementasi (Purwanto, Heri, 1994)
1. Memperkenalkan diri kepada pasien.
2. Memulai interaksi dangan pasien.
3. Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
4. Menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.
5. Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.
e. Evaluasi (Purwanto, Heri, 1994)
1. Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi
kebutuhan sendiri.
2. Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
3. Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.
2.2 Komunikasi Gawat darurat
Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut (UU no 44 tahun
2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya mendadak mengakibatkan
seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan / pertolongan segera dalam arti
pertolongan secara cermat, tepat dan cepat. Apabila tidak mendapatkan pertolongan
semacam itu maka korban akan mati atau cacat / kehilangan anggota tubuhnya seumur
hidup.
2.2.1 Kosep dasar keperawatan gawat darurat
a. Klien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya Mis:Sumbatan Jalan Napas atau distress nafas, Luka Tusuk
dada/perut dengan shock dan sesak, hipotensi / shock.
b. Pasien Gawat Darurat
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan label merah. Misalnya AMI
4/10
(Acut Miocart Infac).
c. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat. Bisanya
di lambangkan dengan label Biru. Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.

d. Pasien Darurat Tidak Gawat


Pasien akibat musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan
anggota badannya. Bisanya di lambangkan dengan label kuning. Misalnya : pasien
Vulnus Lateratum tanpa pendarahan.
e. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat
Pasien yang tidak mengalami kegawatan dan kedaruratan. Bisanya di lambangkan
dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk, pilek.
f. Pasien Meninggal
Label hitam ( Pasien sudah meninggal, merupakan prioritas terakhir. Adapun petugas
triage di lakukan oleh dokter atau perawat senior yang berpengalaman dan petugas
triage juga bertanggung jawab dalam operasi,pengawasan penerimaan pasien dan
daerah ruang tunggu.
2.2.2 SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu)
SPGDT (sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) adalah suatu sistem pelayanan
penderita gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit,pelayanan di
rumah sakit dan pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respon
cepat yang menekankan time saving is life saving. yang melibatkan pelayanan oleh
masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, pelayanan ambulan gawat
darurat dan sistem komunikasi.
a. Fase pra rumah sakit
Fase pelayanan pra rumah sakit adalah pelayanan kepada penderita gawat darurat yang
melibatkat masyarakat atau orang awam dan petugas kesehatan. Pada umunya yang
pertma yang menemukan pendrita gawat darurat di tempat musibah adalah masyarakat
ynag dikenl oleh orang awam. Oleh karena bermanfaat bila orang awam diberi dan
dilatih pengetahuan dan keterampilan penanggulanganan gawat darurat. Komunikasi
ynag dilkukan pada fase pra rumah sakit yaitu dengan meyakin warga bahwa seorang
perawat, mengecek kesadaran korban dengan menmanggil nama korban, menghubungi
organisasi gawat darurat terdekat untuk pertolongan lanjut ke rumah sakit. Contoh : di
jalan terjadi kecelakaan kemudian penderita gawat darurat ditolong masyarakat yang
telah mendapatkan pelatihan untuk gawat darurat, warga tadi menolong penderita
gawat darurat mengamankan korban di tempat yang lebih aman, melakukan
pertolongan di tempat kejadian seperti menolong menghentikan pendarahan,
kemudian melaporkan korban ke organisasi pelayanan kegwatdaruratan terdekat,
pengangkutan untuk pertolongan lanjut dari tempat kejadian ke rumah sakit.
b. Fase pelayanan rumah sakit
Fase pelayanan rumah sakit adalah fase pelayanan yang melibatkan tenagan kesehatn
yang dilakukan di dalam rumh sakit seperti pertolonga di unit gawat darurat.
Komunikasi yang dilakukan pada tahap ini sama dengan komunikasi terapeutik, tetapi
dalam hal ini tindakan yang cepat dan tepat lebih utama dilakuka kepada korban.
Contoh : ada korban kecelakaan yang menglami pendarahan masuk ke UGD, perawat
5/10
menayakan identitas klien kemudian melakukan pemasangan infus untuk menganti
cairan yang keluar, dengan menjelaskan tujuan pemasangan infus dengan sigkat dan
jelas.
c. Pelayanan antar rumah sakit ( rujukan )
Fase pelayanan antar rumah sakit ( rujukan ) adalah fase pelayanan yang melibatkan
petugas kesehatan dengan petugas kesehatan rumah sakit lain atau rumah sakit satu
dengan rumah sakit yang lain sebagai rujukan. Tindakan ini dilakukan apabila korban
membutuhkan penanganan lebih lanjut tetapi rumah sakit yang pertama tidak bisa
memberi pertolonan sehinga dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa menanggani krban
sebut.
Contoh : korban kecelakaan parah di bawa ke salah satu rumah sakit tetap dirumhsakit
tersebut tidak terdapat peralatan yng harus digunakan segera untuk pertolongan,
kemudian rumahsakit tersebut menghubungi rumah sakit lain yang lebih cepat
menganani , setelah itu pasien di kirim ke rumah sakit yang telah di hubungi tadi.
2.3 Tujuan komunikasi pada gawat darurat
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerjasama
antar perawat dan klien melalui hubungan perawat dan klien. Perawat berusaha
mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi
tindakan yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994). Tujuan komunikasi
terapeutik pada klien gawat darurat menciptakan kepercayaan antara perawat dengan
klien yang mengalami kondidi kritis atau gawat darurat dalam melakakan tindakan,
sehingga klien cepat tertolong dan tidak terjadi hal yang fatal.
2.4 Tehknik komunikasi pada gawat darurat

2.4.1 Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh klien
dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan memandang kearah
klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang menunjukkan keingintahuan,
dan menganggukkan kepala pada saat berbicara tentang hal yang dirasakan penting
atau memerlukan ummpan balik. Teknik dimaksudkan untuk memberikan rasa aman
kepada klien dalam mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
2.4.2 Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk mendengarkan orang
lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan. Dalam hal ini sebaiknya perawat
tidak menunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan.
Selama klien berbicara sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk
menunjukkan sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam
merespon pembicaraan klien.
2.4.3 Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap komunikasi dapat
berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan indikasi bahwa perawat
mengikuti pembicaraan klien.

2.4.4 Klarifikasi
6/10
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan untuk
meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan dengan pentingnya
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan. Klarifikasi diperlukan untuk
memperoleh kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi
2.4.5 Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui
bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang
didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh klien. Dengan demikian akan
menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih baik dan terfokus pada permasalahan
yang sedang dibicarakan

2.5 Prinsip komunikasi gawat darurat


2.5.1 Ciptakan lingkungan terapeutik dengan menunjukan prilaku dan sikap
a. Caring ( sikap pengasuhan yang ditnjukan peduli dan selalu ingin memberikan
bantuan)
b. Acceptance (menerima pasien apa adanya)
c. Respect (hormatati keyakinan pasien apa adanya)
d. Empaty (merasakan perasaan pasien)
e. Trust (memberi kepercayaan)
f. Integrity (berpegang pd prinsip profesional yang kokoh)
g. Identifikasikan bantuan yang diperlukan
h. Terapkan teknik komunikasi: terfokus, bertanya, dan validasi
i. Bahasa yang mudah dimengerti
j. Pastikan hubungan profesional dimengerti oleh pasien/keluarga
k. Motivasi dan hargai pendapat & respon klien
l. Hindari: menyalahkan, memojokkan, dan memberikan sebutan yang negatif.
2.6 Fase fase dalam komunikasi gawat darurat
2.6.1 Fase komunikasi terapeutik terdiri dari 4 fase, yaitu
1. Fase Pra-Interaksi
Fase pra-interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Perawat
mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya sehingga kesadaran dan kesiapan
perawat untuk melakukan hubungan dengan klien dapat dipertanggungjawabkan. Pra-
interaksi :
a. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan sendiri.
b. Analisa kekuatan-kelemahan professional.
c. Dapatkan data tentang klien jika mungkin.
d. Rencanakan pertemuan pertama.
2. Fase Orientasi
Tahap dimana seorang perawat menggali keluhan-keluhan yang dirasakan oleh klien
atau pasien dengan tanda dan gejala yang lain untuk memperkuat diagnosa
keperawatan. Fase orientasi terdiri dari:
a. Pengenalan
b. Persetujuan Komunikasi
c. Program Orientasi yang meliputi :
7/10
1. Penentuan batas hubungan
2. Pengidentifikasian masalah
3. Mengkaji tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien
4. Mengkaji apa yang diharapkan
3. Fase Kerja
Fase kerja ini perawat mengimplementasikan rencana keperawatan yang dibuat pada
tahap orientasi, perawat juga membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatan
kemandirian dan tanggungjawab diri sendiri.
4. Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan tentang
kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan. Dan juga berfungsi untuk
mengantisipasi masalah yang akan timbul. Pada tahap ini interaksi akan diakhiri.

BAB III. NASKAH DIALOG


3.1 Dialog
3.1.1 pra interaksi
Suatu hari seorang pria berumur 37 tahun mengalami kecelakan sepeda motor dan
mengalami patah tulang dibagian betis. Oleh kerabatnya dibawa kerumah sakit untuk
segera diberi tindakan medis.
3.1.2 Oientasi
Setelah keluarga dari pasien sudah menyelesaikan administrasi perawat datang ke
ruang unit gawat darurat dan setelah dokter melakukan penanganan segera pada
ektremitas bagian bawah yang fraktuer perawat melakukan pemeriksaan ulang pada
pasien
Perawat : “selamat pagi pak.”
Pasien : “pagi juga sus.”
Perawat : “perkenalkan saya perawat wiwik yang bertugas pada pagi ini, maaf dengan
bapak siapa?”
Pasien : “bapak andika sus.”
Perawat : “biasanya dipanggil bapak apa ya?”
Pasien : “pak dika aja sus.”
Perawat : “baiklah pak dika, gimana kondisi pagi ini? Apa ada yang dikeluhkan?”
Pasien : “saya merasa nyeri pada bagiann kaki saya yang patah.”
Perawat : “selain itu ada keluhan lain?”
Pasien : “tidak itu saja ners”
3.1.3 Fase kerja
Suster : baik l bapak saya akan memeriksa keadaan bapak,yang mana saya akan
memeriksa tekanan darah bapak,suhu badan bapak,sama deyutan nadi bapak
Pasien : Iya sus
Suster : oke,bapak yuda lebih nyaman di periksa posisi berbaring atau posisi duduk
bapak?
Pasien : Duduk aja suster dan (suster pun menaikkan sandaran pada bapak yuda)
Suster : Baik bapak maaf ya bapak (suter memeriksa tekanan darah,suhu
tubuh,detakan jantung pasien)
Suster : Alahamdulillah pemeriksaan nya udah selesai bapak dan (suster
8/10
mengembalikan posisi pasien yuda dengan posisi berbaring)
Pasien : Trimakasi suster izza
Suster : Iya bapak, sekarang saya akan menyebutkan hasil pemeriksaannya bapak,
Tekanan darah : (normal) 110per 80
Suhu tubuh : 36
Denyut nadi : 70x permenit
Pasien : Alhamdulillah terimakasi suster
Suster : sama-sama bapak ini telah menjadi kewajiban dan tugas kami bapak sebagai
suster,
Pasien : iya suster
Perawat : Oya, karna bapak disini baru datang, saya disini akan mengorientasikan pada
bapak dan keluarga mengenai peraturan dan fasilitas yang ada di ruangan ini.
Tujuannya untuk menjaga kenyamanan bapak. Apa bapak bersedia?”
Perawat : “sebelumnya, saya akan membaca peraturan untuk ruangan ini terlebih
dahulu, pertama mengenai jam kunjung,di rumah sakit ini, jam kunjung dibatasi, karna
untuk menjaga kenyamanan klien. Jam kunjung pagi dari jam 09.00-11.00, jam
kunjung sore dari jam 14.00-17.00, pengunjung yang boleh masuk maksimal 2orang,
jadi apabila ada kerabat atau keluarga bapak yang berkunjung lebih dari 2orang, telah
disediakan ruang tunggu didepan ruangan untuk bergantian menjenguk. Sebelum
dilanjutkan ada yang ingin ditanyakan?”
Pasien : “nggak ada sus.”
Perawat :“baiklah kalau begitu, kita lanjut ya pak. Selanjutnya saya akan
mengorientasikan lingkungan dan fasilitas yang ada diruangan ini. tempat tidur ini bisa
dinaikkan bagian atas dan bawahnya, ini ada pemutarnya yang sebelah kanan untuk
menaikkan bagian kaki dan yang kiri untuk menaikkan bagian kepala. disebelah kanan
tempat tidur ada lemari kecil,disana nanti bisa dipakai untuk menyimpan pakaian ganti
untuk bapak dan ibu, dibagian kiri dekat pintu ada kamar mandi,jadi nanti bapak bisa
mandi atau buang air disana, diatas tempat tidur ada bell,jika bapak membutuhkan
sesuatu atau jika pada keadaan darurat silahkan menekan bell. Oya buk, diruangan ini
juga tidak diperkrnankan merokok, dan mohon bantuannya untuk menjaga kebersihan
ruangan ini untuk kenyamanan bersama ya pak.”

3.1.4 Terminasi
Perawat : “ Bagaimana ada yang ingin ditanyakan bapak?”
Pasien : ”tidak ada sus, sudah cukup jelas.”
Perawat: baiklah bapak tugas saya sudah selesai,apa bila bapak membutuhkan sesuatu
bapak bisa menghubungi kami dengan cara memencet tombol yang berwana hijau tepat
di atas kepala bapak.
Pasien: iya ners
Perawat : bapak istirahat saja dahulu, nanti 10 menit lagi dokter akan kesini untuk
memeriksa keadaan bapak.”
Pasien : “iya ners.
Perawat : “saya permisi dulu pak, terimakasih ata kerjasamanya.
Pasien : “iya ners, terimakasih juga.

9/10
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi yang dilakukan kepada pasien yang dalam kondisi gawat darurat yaitu
dengan komunikasi seperti komunikasi terapiotik lain, tetapi dalam hal ini yang lebih
di utamakan dalam mengatasi gawat darurat adalah tindakan yang akan diberikan
kepada pasien harus lebih cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, Mukharipah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik
Keperawatan.Bandung : PT Refika Aditama
http://elista-sunshine.blogspot.com/2012/01/komunikasi-terapeutik-pada-lansia.html
file:///C:/Users/USER/Downloads/224-451-3-PB.pdf

www.stikesdrsoebandi.ac.id

10/10

Anda mungkin juga menyukai