Anda di halaman 1dari 17

Judul :

Upaya Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Kompetensi Memahami Dasar-Dasar


Elektronika Melalui Optimalisasi Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning) di Kelas X Teknik
Instalasi Tenaga Listrik  SMK Negeri 2 Sungai Penuh Tahun Pelajaran 2010-2010

 
BAB I
PENDAHULUAN
 

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah
pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa sehingga yang bersangkutan
mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya.
Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi siswa. Konsep
pendidikan tersebut terasa semakin penting ketika seseorang harus memasuki
kehidupan di masyarakat dan dunia kerja karena yang bersangkutan harus mampu
menerapkan apa yang dipelajari di sekolah untuk mengatasi problema yang dihadapi
dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan di SMK mengisyaratkan bahwa siswa sudah terlatih dalam mengatasi
problema yang dihadapi sehari-hari. Hal ini diwujudkan dalam hal
pelaksanaan pembelajaran praktek yang bersifat individual. Dengan pelaksanaan
praktek individual ini maka siswa secara tidak langsung belajar untuk mengatasi
permasalahan. Hal ini terjadi karena pelaksanaan praktek baik dinilai proses maupun
hasilnya sangat bergantung pada kreativitas siswa.
Untuk itulah maka pembelajaran di SMK khususnya program produktif sangat
menuntut tugas sebagai motivator dan inspirator bagi siswa. Dengan posisi ini, maka
guru dituntut pula untuk melaksanakan prosespembelajaran secara variatif. Guru yang
melaksanakan proses pembelajaran secara monoton akan ditinggalkan oleh siswa.
Karena proses pembelajaran seperti ini hanya akan membuat suasanapembelajaran
menjadi membosankan. Oleh karenanya  pelaksanaan pembelajaran harus mengacu
pada pendekatan pembelajaran yang tertuang dalam Kurikulum SMK.
Pendekatan pembelajaran yang dituntut di SMK adalah pembelajaran berbasis
kompetensi.
Dalam strategi pelaksanaan KTSP SMK 2009 tercantum dengan jelas
bahwa pembelajaran berbasis kompetensi harus menganut prinsip pembelajaran tuntas
(mastery learning) untuk dapat menguasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan
(knowledge), dan keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai dengan profesinya
seperti yang dituntut oleh suatu kompetensi.
Dengan mengacu pada pelaksanaan KTSP SMK 2009  ini, maka peneliti akan
melaksanakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran
Kompetensi Memahami Dasar-Dasar Elektronika Melalui Optimalisasi Pembelajaran
Tuntas (Mastery Learning) di Kelas X Teknik Instalasi Tenaga Listrik  SMK Negeri 2 Sungai
Penuh Tahun Pelajaran 2010-2010.”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah penelitian
sebagai berikut:
1.2.1  Apakah pembelajaran dengan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning)
dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran memahami dasar-dasar
elektronika?
1.2.2 Apakah pembelajaran tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan minat
siswa dalam pelaksanaanpembelajaran memahami dasar-dasar elektronika?
1.2.3 Apakah pembelajaran tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan
kemampuan penguasaan siswa terhadap kompetensi yang dituntut
pada pembelajaran memahami dasar-dasar elektronika?
 

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pemikiran pada latar belakang dan rumusan masalah diatas tujuan
penelitian ini adalah:
1.3.1 Meningkatkan efektivitas pembelajaran memahami dasar-dasar elektronika 
dengan prinsippembelajaran tuntas (mastery learning).
1.3.2 Meningkatkan minat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran memahami dasar-
dasar elektronika dengan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning)?
1.3.3 Meningkatkan kemampuan penguasaan siswa terhadap kompetensi yang
dituntut padapembelajaran memahami dasar-dasar elektronika
dengan pembelajaran tuntas (mastery learning).
 

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah:
1.4.1 Memberikan masukan untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif.
1.4.2 Memberikan masukan tentang pentingnya pembelajaran tuntas (mastery
learning) dalam proses pembelajaran di SMK.
1.4.3   Memberikan masukan tentang pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam penguasaan kompetensi kejuruan.
 

1.5 Hipotesis Penelitian


Dengan menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) dapat
meningkatkanefektifitas belajar siswa dan meningkatkan kemampuan penguasaan
siswa terhadap kompetensimemahami dasar-dasar elektronika di kelas X Teknik
Instalasi Tenaga Listrik.
 
 
 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
 
2.1    Sekolah Menengah Kejuruan
 
          Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbeda dengan Sekolah  Menengah Umum
(SMU) karena memiliki spesifikasi di bidang keterampilan kerja agar tamatannya siap
untuk dapat memasuki dunia kerja praksis. Oleh karena itu, ada hal mendasar yang
perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pendidikan di SMK, yaitu bagaimana agar
tamatan SMK memiliki keterampilan kerja yang berorientasi dan mampu memenuhi
kebutuhan pasar kerja. Jika kita menyimak Garis-garis Besar Program Pendidikan dan
Pelatihan (GBPP) Kurikulum SMK dan Buku Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SMK edisi
1999(Depdiknas : 1999), “Didalamnya bisa ditemukan beberapa prinsip dasar
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum, yaitu:

1. Kurikulum berbasis luas dan mendasar ( broad based curriculum)


2. Pembelajaran berbasis kompetensi (competency based curriculum)
3. Pembelajaran tuntas (mastery learning)
4. Berbasis ganda (dual based program)
5. Perkuatan kemampuan daya suai (adaptability) dan kemandirian pengembangan
diri tamatan.”
 
2.1.1 Kurikulum Berbasis Luas dan Mendasar

Pembelajaran berbasis luas dan mendasar (broad based curriculum) adalah


proses pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memahami dan menguasai konsep serta prinsip dasar keilmuan yang melandasi
suatu biodang keahlian, sehingga para peserta didik tidak hanya memahami dan
menguasai “apa” dan “bagaimana”       suatu pekerjaan dilaksanakan, akan tetapi
sampai pada tingkat pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa” suatu
pekerjaan dilaksanakan. Tujuan dari pembelajaran berbasis luas dan mendasar
adalah agar peserta didik memiliki dasar-dasar yang kuat untuk dapat
mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan
serta memiliki daya suai (adaptability). Dengan demikian lulusan SMK diharapkan
dapat mengikuti berbagai perubahan yang terjadi di dunia kerja.
 

2.1.2 Pembelajaran Berbasis Kompetensi


 
Pembelajaran berbasis kompetensi (competency Based Curriculum) adalah
suatu proses pembelajaran dengan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaiannya
yang mengacu pada penguasaan kompetensi (keahlian). Pembelajaran berbasis
kompetensi (keahlian) dimaksudkan agar segala upaya yang dilakukan dalam
proses pembelajaran benar-benar mengacu dan mengarahkan peserta didik untuk
mencapai penguasaan kompetensi yang diperlukan dan telah diprogramkan
bersama antara SMK dan institusi pasangannya (dunia usaha atau dunia industri).
 
2.1.3 Pembelajaran tuntas
 
Pembelajaran tuntas (mastery learning) diartikan sebagai suatu strategi
pembelajaran, dan keberhasilan peserta didik ditentukan oleh pencapaian tingkat
penguasaan minimal yang dipersyaratkan untuk dapat dinyatakan menguasai
(mastery). Peserta didik hanya boleh berpindah topik atau program apabila topic
atau program yang sedang dipelajarinya telah dikuasai secara tuntas, hingga paing
tidak memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan. Tujuan pembelajaran tuntas
adalah memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menguasai
bahan pelajaran dan mencapai kompetensi yang dipelajarinya dengan terstandar
melalui langkah-langkah pembelajaran secara bertahap, tuntas, dan utuh, sehingga
dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna (meaningful learning).

2.1.4 Pembelajaran Berbasis ganda

Pembelajaran berbasis ganda (dual based program) adalah


penyelenggaraan pendidikan dan latihan yang melibatkan kerjasama antara SMK
dengan institusi pasangannya (dunia usaha atau dunia industri) yaitu melalui
kegiatan Praktek Kerja Lapangan atau Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Melalui
pembelajaran berbasis ganda ini diharapkan tamatan SMK dapat meningkatkan
kemampuan keterampilannya dan mendapatkan pengalaman kerja sesuai dengan
bidangnya.
 
2.1.5 Perkuatan kemampuan daya suai dan kemandirian pengembangan diri tamatan
Maksud dari perkuatan kemampuan daya suai (adaptability) dan kemandirian
pengembangan diri tamatan dalam sebuah kurikulum adalah kurikulum harus
sesuai dengan tuntutan dunia kerja, atau mengikuti berbagai perubahan yang
terjadi di dunia kerja serta mengikuti kecenderungan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan
yang berlaku. Selain itu, para tamatan diarahkan ntuk memiliki kompetensi,
menguasai iptek, mampu menghasilkan produk unggul, serta memiliki keahlian
yang professional, produktif, dan mandiri.
Selain prinsip-prinsip di atas, penyelenggaraan pendidikan dan latihan SMK
dilandasi pula oleh “keterkaityan dan kesepadanan” yang berorientasi pada
peningkatan mutu dan relevansi. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan
tidak bisa hanya ditangani oleh sekolah, tetapi harus melibatkan pihak-pihak yang
terkait dengan dunia kerja, khususnya dunia usaha atau dunia industri termasuk
organisasi-organisasi yang ada di dunia usaha dan organsiasi keahlian.
 
 
2.2 Hakekat Efektifitas Pembelajaran

Keberhasilan pembelajaran  tidak  hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai
oleh siswa, tetapi juga dari segi proses pembelajarannya. Proses pembelajaran terjadi
ketika ada interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, karena
keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Efektifitas metode pembelajaran
merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu
proses pembelajaran
Efektivitas berarti berusaha untuk dapat mencapai sasaran yang telah
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, sesuai pula dengan rencana, baik
dalam penggunaan data, sarana, maupun waktunya atau berusahan melalui aktivitas
tertentu baik secara fisik maupun non fisik untuk memperoleh hasil yang maksimal baik
secara kuantitatif maupun kualitatif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah
“Sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa
hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini
efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah
dicanangkan.”
 Metode pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional khusus yang
dicanangkan lebih banyak tercapai. Menurut Purwadarminta (1994:32) menyatakan
bahwa:  “Di dalam pengajaran efektivitas berkenaan dengan pencapaian tujuan, dengan
demikian analisis tujuan merupakan kegiatan pertama dalam perencanaan pengajaran”.
Selanjutnya  Harry Firman (1987 : 24) menyatakan bahwa:
“Keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut : (1)
Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah
ditetapkan. (2) Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa
secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional. (3) Memiliki
sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas,


keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar
saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil
meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran
yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi
pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi
aktif, tingkat kesulitan padapenggunaan media, waktu serta teknik pemecahan masalah
yang ditempuh siswa dalam menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Aspek sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik
dan bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti
ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.
Kriteria keefektifan dalam penelitian ini mengacu pada: (1) Ketuntasan belajar,
pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah
siswa telah memperoleh nilai 70 dalam peningkatan hasil belajar (2) Model
pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik
hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal
dengan pemahaman setelah pembelajaran, (3) Model pembelajaran dikatakan efektif
jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa
menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang
lebih baik.
 
2.3 Kompetensi Memahami dasar-dasar elektronika

2.3.1  Hakekat Kompetensi

Kompetensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau


kemampuan sesorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. (Usman,
1999:4). Selanjutnya Aristo (2008) mengutip beberapa pendapat tentang kompetensi
yaitu :
1)         Mulyasa (2002) mengemukakan Kompetensi merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.
2)         Ashan (1981) mengemukakan bahwa kompetensi diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh
seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat
melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan
sebaik-baiknya.
3)         Finch & Crunkilton (1979), mengartikan kompetensi sebagai
penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
 Dalam materi pelatihan KTSP dijelaskan bahwa “Kompetensi adalah
kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak secara konsisten sebagai
perwujudan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa.”
(Depdiknas : 2008).
         Gordon dalam (Aristo, 2008) menjelaskan bahwa :
“Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep
kompetensi sebagai berikut: (1) Pengetahuan (knowledge) yaitu
kesadaran dalam bidang kognitif. (2) Pemahaman (understanding);
yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu. (3)
Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. (4) Nilai
(value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. (5) Sikap (attitude);
yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. (6) Minat (interest);
adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan.”
         Dari pengertian tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi adalah hasil
yang telah dicapai siswa melalui suatu kegiatan belajar sebagai perwujudan dari
pengetahuan, sikap dan keterampilan dengan kondisi yang diprasyaratkan. Berkaitan
dengan perumusan tersebut, maka kompetensi dapat dikenali melalui dari sejumlah
hasil belajar dan indikator yang dapat diukur dan diamati.
 
 
2.3.2 Kompetensi Memahami Dasar-Dasar Elektronika
 
       Memahami dasar-dasar elektronika adalah salah satu kompetensi yang harus
dicapai oleh siswa pada program keahlian Teknik Ketenagalistrikan. Pembelajaran
yang dilaksanakan pada kompetensi Memahami dasar-dasar elektronika tidak
terlepas dari tujuan pada program keahlian Teknik Ketenagalistrikan. Tujuan
program keahlian Teknik Ketenagalistrikan secara umum mengacu pada isi
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai tujuan
pendidikan nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan
peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan
program keahlian Teknik Ketenagalistrikan adalah membekali peserta didik dengan
keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten:
1.5.1    Bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan pekerjaan yang ada di
dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah dalam
bidang Teknik Ketenagalistrikan;
1.5.2    Memilih karir, berkompetisi, dan mengembangkan sikap profesional dalam
bidang Teknik Ketenagalistrikan.(Dikmenjur, 2008: 9)
  Standar kompetensi yang digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum
program keahlian Teknik Ketenagalistrikan adalah Standar Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia (SKKNI) pada bidang Intalasi Tenaga Listrik. Profil kompetensi
lulusan SMK terdiri dari kompetensi umum dan kompetensi kejuruan, yang
masing-masing telah memuat kompetensi kunci. Kompetensi umum mengacu
pada tujuan pendidikan nasional dan kecakapan hidup generik, sedangkan
kompetensi kejuruan mengacu pada SKKNI.
a. Kompetensi umum : Tuntutan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
meliputi: 1) beriman dan bertaqwa, 2) berakhlak mulia, 3) sehat, 4) cakap, 5)
kreatif, 6) mandiri, 7) demokratis, 8) tanggungjawab.
b. Tuntutan dunia kerja meliputi: 1) disiplin, 2) jujur
c.   Kompetensi Kejuruan Teknik Instalasi Tenaga Listrik
1) Memahami dasar-dasar elektronika
2) Memahami pengukuran komponen elektronika
3) Merawat peralatan rumah tangga listrik
4) Memperbaiki peralatan rumah tangga listrik
5) Memasang instalasi penerangan listrik bangunan sederhana
6) Memasang instalasi Tenaga Listrik Bangunan Sederhana
7) Memasang instalasi penerangan listrik bangunan bertingkat
8) Memasang instalasi tenaga listrik bangunan bertingkat
9) Memperbaiki motor listrik
10) Mengoperasikan sistem pengendali elektronik
11) Mengoperasikan peralatan pengendali daya tegangan rendah
12) Mengoperasikan sistem pengendali elektromagnetik
13) Memasang sistem pentanahan instalasi listrik
14) Merawat panel listrik dan switchgear(Diknas, 2009: 10)

        Kompetensi Memahami Dasar-Dasar Elektronika  merupakan salah satu dari


kompetensi kejuruan yang harus dikuasai oleh siswa, yang terbagi atas empat
kompetensi dasar yaitu :1)Memahami Konsep Dasar Elektronika, 2) Memahami
Simbol Komponen Elektronika, 3)Memahami Sifat Komponen Elektronika,
4) Menggambar Karakteristik Komponen Elektronika.Hasil belajar yang akan dicapai
setelah mempelajari kompetensi ini meliputi hasil belajar dari sisi kognitif, afektif
maupun psikomotorik.Dalam setiap kompetensi dasar berisi indikator yang dicapai
siswa, uraian materi, kegiatan pembelajaran, penilaian dan lembar kerja
siswa. Setelah belajar diharapkan siswa akan mempunyai kompetensi dalam
hal: Menyebutkan pengertian elektronika dengan benar, Mengidentifikasi struktur
atom dengan benar, Menyebutkan hukum-hukum dasar elektronika sesuai dengan
SOP, Menyebutkan simbol komponen elektronika dengan benar, Mengidentifikasi
simbol komponen elektronika pasif sesuai dengan SOP,Mengidentifikasi simbol
komponen elektronika aktif sesuai dengan SOP, Mengidentifikasi gambar bentuk
komponen elektronika sesuai dengan SOP, Menyebutkan pengertian komponen
elektronika pasif dengan benar, Menyebutkan sifat-sifat komponen elektronika pasif
sesuai dengan SOP, Menyebutkan peralatan gambar dengan benar, Menyebutkan
standarlisai gambar sesuai dengan SOP, Menggambar karakteristik komponen
elektronika sesuai dengan SOP. (Silabus TITL, 2010 :2)
 
2.4 Minat dan Prestasi Belajar
 
Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadianmanusia, dan
perubahan tersebut ditampakkkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan lain (Hakim, 2004:1). Secara
harfiah belajar mempunyai arti suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan atau sesuatu yang telah dipelajari
(Djamarah, 1991:21).
Dari definisi di atas, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa peningkatan
kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk
bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan orang itu dalam berbagai bidang.
Belajar adalah proses terjadinya perubahan tingkah laku individu. Oleh karena itu
terjadinya perubahan tingkah laku yang mengarah pada perubahan yang baik dapat
dikatakan sebagai sebuah prestasi belajar. Aktivitas belajar akan memberikan hasil
yang berupa terjadinya perubahan pada diri individu. Jika di dalam suatu proses
pembelajaran seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan
kuantitas kemampuan, dapat dikataka orang tersebut sebenarntya belum mengalami
proses pembelajaran atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses
pembelajaran.
Aktivitas belajar harus berorientasi pada tujuan. Tujuan yang ingin dicapai
dalam aktivitas belajar adalah terjadinya perubahan. Perubahan yang diharapkan dari
terjadinya aktivitas belajar ini adalah perkembangan diri individu seutuhnya.
Rumusan bahwa belajar dapat dikatakan sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga,
psikofisik menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang menyangkut
unsure cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Djamarah,
1991:21).

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar adalah:

1. Faktor internal, meliputi:


a. Faktor biologis (jasmaniah)
Faktor biologis meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan
fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Keadaan jasmani yang perlu
diperhatikan adalah: 1) kondisi fisik yang normal, 2) kondisi kesehatan fisik.
b. Faktor psikologis
        Faktor psikologis yang mempengaruhi keberhasilan belajar ini meliputi
segala hal yang berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Kondisi mental
yang dapat menunjang keberhasilan belajar adalah kondisi mental yang
mantap dan stabil.
c. Faktor eksternal
        Faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar individu itu
sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor
lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, dan faktor waktu.

          Benyamin S. Bloom membagi kawasan belajar yang mereka sebut sebagai


tujuan pendidikan menjadi tiga bagian yaitu kawasan kognitif, kawasasn afektif, dan
kawasan psikomotor. Prestasi belajar secara luas tentu meliputi ketiga
kawasan tujuan pendidikan tersebut. Walaupun demikian kita akan membatasi
prestasi belajar pada kawasan kognitif saja dengan penekanan pada bentuk prestasi
yang tertulis. Prestasi belajar mengandung  2 kata yang masing-masing mempunyai
pengertian. Oleh karena itu sebelum diartikan secara harfiah, maka harus
didefinisikan terlebih dahulu masing-masing kata.Prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes  atau angka nilai yang diberikan oleh guru (WJS.
Poerwadarminta, 1991:787).Prestasi belajar dapat juga diartikan sebagai hasil dari
suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun
kelompok (Djamarah, 1994:19).
         Dari beberapa uraian di atas, kemudian dapat diambil kesimpulan tentang
pengertian prestasi belajar. Prestasi adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas,
sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri
individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan pengertian sederhana prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh dari berupa kesan-kesan yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.
         Prestasi belajar membutuhkan suatu pengukuran tertentu untuk mengukur
tingkat keberhasilan belajar. Pengukuran ini yang kemudian dikenal dengan
nama Tes Prestasi Belajar.  Tes prestasi belajar dibedakan dari tes kemampuan lain
bila dilihat dari tujuannya, yaitu mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar.
Tujuan ini membawa keharusan dalam konstruksinya untuk selalu mengacu pada
perencanaan program belajar yang dituangkan dalam silabus mata
pelajaran.Sebagaimana halnya pada bentuk-bentuk tes yang lain, hakikat
penyelenggaraan tes sebenarnya adalah usaha-usaha menggali informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam pengambila keputusan. Dalam kaitannya dengan
tugas seseorang tenaga pengajar, tes prestasi belajar merupakan salah satu alat
pengukuran di bidang pendidikan yang sangat penting artinya sebagai sumber
informasi guna pengambilan keputusan (Azwar, 1996:9)Tes prestasi belajar berupa
tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap performansi maksimal subjek
dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal di kelas, tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan-ulangan
harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ujian akhir nasional.
 
2.5 Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)
 
2.5.1 Pengertian Pembelajaran Tuntas (Matery Learning)

Menurut Ahmadi (2005: 156) “Model Pembelajaran tuntas  pada mulanya


diperkenalkan oleh Bloom dan Carroll (1953).” Pembelajaran tuntas (mastery
learning) adalah prinsip pembelajaran yang dianut pada proses pembelajaran
berbasis kompetensi (competency based learning). Pembelajaran tuntas
dilaksanakan untuk menguasai sikap (attitude), ilmu pengetahuan (knowledge), dan
keterampilan (skills) agar dapat bekerja sesuai dengan profesinya yang dituntut oleh
suatu kompetensi (Dikmenjur, 2004:10).
Selanjutnya Depdiknas (2008:15) menyatakan bahwa “Pembelajaran tuntas
adalah sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran sesuai dengan waktu   yang diperlukan untuk setiap individu.” 
Sedangkan Ahmadi (2005:157) menyatakan “ Strategi Pembelajaran tuntas (mastery
learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan
menggunakan pendekatan kelompok (group base approach).”
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
tuntas adalah suatu starategi pembelajaran yang berorientasi kepada produktifitas
hasil belajar, yakni siswa menguasai materi pembelajaran secara tuntas, menyeluruh
dan utuh.
 
2.5.2 Prinsip Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)    
   
          Untuk dapat belajar secara tuntas, perlu dikembangkan prinsip
pembelajaran sebagai berikut:
1. Learning by doing (belajar melalui aktivitas/kegiatan nyata, yang
memberikan pengalaman belajar bermakna) yang dikembangkan menjadi
pembelajaran berbasis produksi.
2. Individual learning (pembelajaran dengan memperhatikan keunikan setiap
individu) yang dilaksanakan dengan system modular.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) diartikan sebagai suatu strategi
pembelajaran, dan keberhasilan peserta didik ditentukan oleh pencapaian
tingkat penguasaan minimal yang dipersyaratkan untuk dapat dinyatakan
menguasai (mastery). Peserta didik hanya boleh berpindah topik atau program
apabila topic atau program yang sedang dipelajarinya telah dikuasai secara
tuntas, hingga paing tidak memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan.
Tujuan pembelajaran tuntas adalah memberikan kesempatan kepada para
peserta didik untuk menguasai bahan pelajaran dan mencapai kompetensi yang
dipelajarinya dengan terstandar melalui langkah-langkah pembelajaran secara
bertahap, tuntas, dan utuh, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar
yang bermakna (meaningful learning).

Menurut Depdiknas (2008:15) “ Prinsip-prinsip pembelajaran Tuntas  adalah :

1. Asumsi dasar pembelajaran siswa adalah dapat belajar  pengetahuan/mata


pelajaran  esensial yang terdapat dalam kurikulum ketika pembelajaran
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian/topic-topik dan dipresentasikan secara
bertahap dapat berhasil dengan tuntas.
2. Sebelum memulai pembelajaran guru perlu melakukan tes, sehingga
mengetahui peta kompetensi dari peserta didik.  Untuk merencanakan
pembelajaran secara efektif dan efisien tes ini merupakan proses kritik dari
pembelajaran tuntas, sehingga memerlukan waktu untuk penilaian  dan
menganalisis data.
3.  Pembelajaran tuntas harus melihat kemampuan peserta didik satu persatu
karena keberhasilan peserta didik tidak akan sama, guru harus
mempersiapkan remedial dan pengayaan untuk ketuntasan dari keberhasilan
peserta didik.
4.  Guru harus melakukan test formatif  akan berguna apabila dilakukan secara
otentik, agar dapat menentukan tambahan pembelajaran yang diperlukan,
juga perlu dilakukan tes sumatif yang merupakan evaluasi final untuk
pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik
 
2.6 Kerangka Berpikir

Target yang diharapkan bisa dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
peningkatan hasil belajar siswa secara menyeluruh pada berbagai aspek kemampuan
siswa. Hasil yang dicapai diukur melalui evaluasi proses, hasil kerja siswa, penilaian
sikap, observasi, wawancara, dan lain-lain. Agar tujuan tersebut dicapai, maka dalam
penelitian ini dilakukan beberapa tahapan proses seperti diagram di bawah ini.

Diagram 1. Kerangka Berpikir

Guru
Belum menerapkan model pembelajaran  tuntas (mastery learning) pada proses
pembelajaran

Siswa
Hasil belajar siswa pada kompetensi dasar-dasar Elektronika  rendah

Menerapkan  model pembelajaran  tuntas (mastery learning) pada proses pembelajaran


 

SIKLUS I
Menerapkan model pembelajaran  tuntas (mastery learning) pada kelompok besar

Diduga melalui pembelajaran tuntas (matery learning)  dapat meningkatkan efektifitas


dan hasil belajar siswa pada kompetensi Memahami dasar-dasar Elektronika.

SIKLUS II
Menerapkan model pembelajaran tuntas (mastery learning) pada berkelompok kecil

KONDISI AWAL

TINDAKAN

KONDISI AKHIR
 
 
 
 

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
 
3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas X Teknik Instalasi Tenaga


Listrik SMK Negeri 2 Sungai Penuh dengan jumlah peserta didik 36 orang, karena
kelas tersebut tingkat kemampuannya rata-rata sedang dan peneliti  mengajar
dikelas tersebut.
 
3.1.2 Lokasi Penelitian

            Nama sekolah              : SMK Negeri 2 Sungai Penuh


             Alamat                         : Jl. Raya Kayu Aro KM. 03 Sungai Penuh
            Kecamatan                   : Pesisir Bukit
            Kabupaten/Kota          : Kota Sungai Penuh
            Provinsi                          : Jambi
            Telpon/ Fax                  : (0748) 21070/ (0748) 21070)
 
3.1.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini  direncanakan selama 3 (dua ) bulan yaitu pada bulan Januari
sampai dengan  bulan Maret 2011 tepatnya pada semester genap tahun pelajaran
2010/2011. Waktu penelitian ini  sesuai dengan program pembelajaran Kompetensi
Kejuruan Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL)  yang telah ditetapkan pada
Kurikulum Program Studi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) SMK Negeri
2 Sungai Penuh Semester Genap tahun pelajaran 2010/2011 dengan kompetensi
dasar yang diajarkan saat itu adalah Memahami Dasar-Dasar Elektronika.

3.2 Subjek Penelitian 

Subjek penelitian adalah siswa kelas X Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK
Negeri 2 Sungai Penuh dengan jumlah peserta didik 36 orang dengan tingkat
kemampuan  rata-rata sedang.
 
3.3 Sumber Data

Sumber data adalah siswa kelas X Teknik Instalasi Tenaga


Listrik tahun    pelajaran  2010/2011 dengan jumlah peserta didik 36 orang.
3.4 Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

3.4 1 Teknik Pengumpul Data

Teknik pengumpul data hasil belajar dalam penelitian ini dikumpulkan


dengan menggunakan teknik tes dalam bentuk tes tertulis yang dilaksanakan pada
akhir siklus 1 dan akhir siklus ke-2. Dan data hasil pengamatan dikumpulkan dengan
teknik pengamatan (observasi). Observasi memungkinkan untuk mengetahui
kesesuaian antara harapan dan kenyataan dari penelitian tindakan kelas. Observasi
dilaksanakan secara komprehensif dalam kelas. Aspek-aspek dalam pengamatan
meliputi: perilaku siswa waktu belajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam
presentasi dan diskusi. Sehingga dapat diketahui secara jelas bagaimana aktifitas
siswa selama proses pembelajaran.
 
3.4.2Alat Pengumpulan Data

                    Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah :


1. Tes
         Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan
dasar bagi penetapan skor angka. Dalam penelitian ini jenis tes yang digunakan
adalah adalah tes tertulis dalam bentuk soal pilihan ganda.Untuk mendapatkan
tes yang baik maka dilakukan langkah-langkah yaitu membuat kisi-kisi soal
tes dan menyusun soal tes sesuai dengan kisi-kisi soal tes
2. Lembar Penilaian Proses Belajar
            Lembar penilaian proses belajar dipergunakan untuk menilai peserta
didik dalam ulangan harian. Lembar penilaian ini berupa format-format
penilaian proses belajar mengajar.
3. Lembaran Observasi
            Lembar observasi digunakan untuk pengamatan kegiatan masing-masing
siswa selama proses pembelajaran berlangsung.  Dalam penyusunan lembar
observasi dilakukan langkah-langkah sebagai, yaitu: (1) Menentukan indikator-
indikator penilaian terhadap kegiatan siswayang diamati selama proses
pembelajaran berlangsung dan (2) Merancang lembar observasi yang akan
digunakan.
 
3.5      Validasi data

          Validasi diperlukan agar diperoleh data yang valid. Pada penelitian ini data yang
dikumpulkan adalah data hasil nilai ujian siklus I dan II dan data hasil pengamatan. Untuk
mendapatkan data nilai ujian yang valid maka disusun kisi-kisi soal dan soal test. Data
hasil pengamatan divalidasi melalui triangulasi sumber, yaitu data berasal dari siswa,
pengamat (observer) dan peneliti sendiri.
 

3.6 Analisis data

 Data dianalisis secara deskriptif komparatif yaitu mengemukakan fakta-fakta dan


temuan-temuan yang terjadi selama penelitian berlangsung dan membandingkan nilai
tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja. Analisis data bertujuan untuk melihat
apakah terdapat peningkatan hasil belajar. Dalam analisis nilai digunakan rumus :
      Rata-rata hitung :    
      Keterangan :      rata-rata  tes
                                  nilai peserta tes
                                  N = Banyak peserta tes

3.6 Prosedur Penelitian


 
3.6.1     Pra Penelitian Tindakan Kelas
 
Tahap pra penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengamati minat belajar
dan hasil belajar pada pembelajaran Dasar-dasar Elektronika  sebelum dilaksanakan
penelitian tindakan kelas. Tahap ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi masalah
yang ditemukan pada pelaksanaan pembelajaran Dasar-dasar Elektronika. Dengan
identifikasi masalah yang tepat, maka dapat dilaksanakan perencanaan penelitian
tindakan kelas yang tepat pula.Dengan perencanaan yang tepat diharapkan
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan hasil yang diinginkan
sesuai target.

3.6.2 Perencanaan Tindakan

Setelah dilaksanakan diidentifikasi masalah pada tahap pra penelitian


tindakan kelas, maka selanjutnya dilaksanakan tahap perencanaan tindakan kelas.
Tahapan perencanaan tindakan kelas sebagai berikut:
1.       Identifikasi masalah menemukan bahwa pada pelaksanaan pemelajaran
Dasar-dasar Elektronika Kompleks pada awal semester 1 ditemukan: 1)
rendahnya minat belajar  siswa yang ditunjukkan dari tingkat kehadiran,
sikap kerja, aktivitas penugasan, 2) rendahnya  hasil belajar siswa yang
ditunjukkan pada ketuntasan belajar.
2.       Menyiapkan strategi pembelajaran berupa pemelajaran tuntas (mastery
learning).
3.       Menyiapkan kelas yang akan diberi tindakan dengan memberikan
pengarahan dan motivasi tentang penelitian tindakan kelas dan pentingnya
pemelajaran tuntas (mastery learning).
4.       Menyiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana
pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, sistematikalaporan, jobsheet dan
Lembaran penilaian.
5.       Menyiapkan media dan sarana pembelajaran berupa Lap top (komputer),
Proyektor, simulator kelistrikan, Kabel-kabel, dan perangkat lainnya.
6.       Menyiapkan instrumen penelitian berupa  lembar pengamatan minat
siswa, lembar pengamatan aktivitas siswa, instrumen penilaian, dan laporan
praktek.
Tabel 1
 
JADWAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
 
Septemb Nopembe
N Oktober Keterang
Kegiatan Penelitian er r
o. an
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
                             
 Pra Penelitian
1.
Tindakan                          
2.  Pelaksanaan Putaran I                          
   a.  Perencanaan                          
 b.  Pelaksanaan
 
Tindakan                          
   c.  Pengamatan                          
   d.  Refleksi                          
 Pelaksanaan Putaran
3.
II                          
   a.  Perencanaan                          
 b.  Pelaksanaan
 
Tindakan                          
   c.  Pengamatan                          
   d.  Refleksi                          
 Pelaksanaan Putaran
4.
III                          
   a.  Perencanaan                          
 b.  Pelaksanaan
 
Tindakan                          
   c.  Pengamatan                          
   d.  Refleksi                          
5.  Penyusunan laporan                          

Anda mungkin juga menyukai