Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROSES INDUSTRI KIMIA


“INDUSTRI POLIETILEN”

OLEH :
KELAS 2C-DIII

M. YUSRIL KHOIRUDIN (1731410140)


RISTANTI MAHARANI FAJRIN (1731410045)
TIANA ISMI NUR AULIYA (1731410117)

POLITEKNIK NEGERI MALANG


TEKNIK KIMIA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Polietilena atau yang lebih dikenal plastik adalah produk yang digunakan hampir
dalam semua bidang. Baik dalam rumah tangga sampai industri, pasti terdapat produk
polietilena atau plastik baik itu dalam bentuk tandon air, pipa peralon, maupun tempat
makan (tupperware).
Selain itu, bila kita menyelidiki kebutuhan plastik tiap tahunnya terus meningkat. Hal
itu wajar, mengingat gaya hidup manusia jaman sekarang yang banyak menggunakan
plastik dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Namun di Indonesia industri polietilena
belum mampu memenuhi permintaan pasar. Untuk memenuhi permintaan pasar
dilakukan kebijakan impor polietilena dari luar negeri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Permasalahan yang akan dibahas di makalah ini antara lain:
o Klasifikasi polietilena
o Apa pengertian polietilena dan bagaimana struktur molekulnya?
o Bagaimana karakteristik polietilena?
o Bagaimana reaksi pembentukan polietilena High pressure processes, The Philips
processes, dan Zigler processer ?
o Aplikasi
o Apa manfaat polietilena?

1.3 TUJUAN
Tujuan makalah ini adalah mengkaji Polietilena lebih dalam, proses pembentukannya
dan kegunaannya/ aplikasinya baik untuk kebutuhan umum maupun industri. Serta
menjawab rumusan masalah yang ada .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ETILENA
Etena atau etilena adalah senyawa alkena paling sederhana yang terdiri dari
empat atom hidrogen dan dua atom karbon yang terhubungkan oleh suatu ikatan
rangkap. Karena ikatan rangkap ini, etena disebut pula hidrokarbon tak jenuh atau
olefin. Etilena memiliki sifat tidak berwarna, mudah terbakar, dan sedikit wangi. Sifat
etilena ditentukan ikatan rangkapnya, yang reaksi utamanya adalah reaksi adisi
menghasilkan hidrokarbon jenuh dan turunannya atau polimer (Kirk & Othmer,
1977).

Gambar II.1 Struktur etilena


Etilena merupakan senyawa antara yang menjadi bahan baku berbagai produk
turunannya berdasarkan karakteristik reaksi. Etena juga dibentuk secara alami oleh
tumbuhan dan berperan sebagai hormon. Ia diketahui terutama merangsang
pematangan buah dan pembukaan kuncup bunga (Mc. Ketta, 1984).
Saat ini hampir seluruh etilena dibuat dari gas alam, etana, propana, dan
parafin lain yang berat serta fraksi minyak mentah, nafta, kerosin, dan gas oil.
Sejumlah kecil etilena didapat dari gas keluaran kilang (catalytic cracking).

2.2 POLIETILENA
Polietilena (PE) juga dikenal sebagai politena atau poli(metilene), adalah
polimer termoplastik. Disintesis secara kimia dari etilena, senyawa yang biasanya
terbuat dari minyak bumi atau gas alam. Monomernya adalah etilena (IUPAC: etena),
hidrokarbon gas dengan rumus C2H4 yang dapat dilihat sebagai sepasang kelompok
metilen (CH2=) terhubung satu sama lain. Polietilena merupakan molekul agak stabil
yang berpolimerisasi hanya pada kontak dengan katalis. Konversi ini sangat
eksotermik. Polietilena adalah termoplastik yang digunakan secara luas oleh
konsumen produk sebagai kantong plastik. Sekitar 60 juta ton plastik ini diproduksi
setiap tahunnya.
Polietilena merupakan polimer yang transparan, berwarna putih yang
mempunyai titik leleh bervariasi antara 110-137oC. Umumnya polietilena bersifat
resistan terhadap zat kimia. Pada suhu kamar, polietilena tidak larut dalam pelarut
organik dan anorganik. Polietilena dapat teroksidasi diudara pada temperatur tinggi
dengan sinar ultra violet. Struktur rantai polietilena dapat berupa linier, bercabang
atau berikatan silang (Billmeyer, 1984).
Polietilena adalah polimer yang termasuk golongan polyolefin dengan berat
molekul rata-rata (Mw) = 50.000-30.000 (Curlee, 1991). Secara kimia, polietilena
sangat lembap. Polimer ini tidak larut dalam pelarut apa pun pada suhu kamar, tetapi
mengembung oleh hidrokarbon dan tetraklorometana (karbon tetra klorida).
Polietilena tahan terhadap asam dan basa, tetapi dapat dirusak oleh asam nitrat pekat.
Polietilena tidak tahan terhadap cahaya dan oksigen (Cowd, 1991).

2.3 KLASIFIKASI POLIETILENA


Polietilena terdiri dari berbagai jenis berdasarkan kepadatan dan percabangan
molekul. Sifat mekanis dari polietilena bergantung pada tipe percabangan, struktur
kristal dan berat molekulnya.
a. Polietilena bermassa molekul sangat tinggi (Ultra high molecular weight
polyethylene / UHMWPE)
b. Polietilena berdensitas tinggi (High density polyethylene / HDPE)
c. Polietilena ''cross-linked'' (Cross-linked polyethylene / PEX atau XLPE)
d. Polietilena berdensitas menengah (Medium density polyethylene / MDPE)
e. Polietilena berdensitas rendah (Low density polyethylene / LDPE)
f. Polietilena linier berdensitas rendah (Linear low density polyethylene / LLDPE)
g. Polietilena berdensitas sangat rendah (Very low density polyethylene /VLDPE)
UHMWPE adalah polietilena dengan massa molekul sangat tinggi, hingga
jutaan. Biasanya berkisar antara 3.1 hingga 5.67 juta. Tingginya massa molekul
membuat plastik ini sangat kuat, namun mengakibatkan pembentukan rantai panjang
menjadi struktur kristal tidak efisien dan memiliki kepadatan lebih rendah dari pada
HDPE. UHMWPE bisa dibuat dengan teknologi katalis, dan katalis Ziegler adalah
yang paling umum. Karena ketahanannya terhadap penyobekan dan pemotongan serta
bahan kimia, jenis plastik ini memiliki aplikasi yang luas. UHMWPE digunakan
sebagai onderdil mesin pembawa kaleng dan botol, bagian yang bergerak dari mesin
pemutar, roda gigi, penyambung, pelindung sisi luar, bahan anti peluru, dan sebagai
implan pengganti bagian pinggang dan lutut dalam operasi.
HDPE dicirikan dengan densitas yang melebihi atau sama dengan 0.941
g/cm3. HDPE memiliki derajat rendah dalam percabangannya dan memiliki kekuatan
antar molekul yang sangat tinggi dan kekuatan tensil. HDPE bisa diproduksi dengan
katalis kromium/silika, katalis Ziegler-Natta, atau katalis metallocene. HDPE
digunakan sebagai bahan pembuat botol susu, botol/kemasan deterjen, kemasan
margarin, pipa air, dan tempat sampah.

Gambar II.2 Struktur rantai polietilena dan percabangan HDPE


PEX adalah polietilena dengan kepadatan menengah hingga tinggi yang
memiliki sambungan cross-link pada struktur polimernya. Sifat ketahanan terhadap
temperatur tingi meningkat seperti juga ketahanan terhadap bahan kimia.
MDPE dicirikan dengan densitas antara 0.926–0.940 g/cm3. MDPE bisa
diproduksi dengan katalis kromium/silika, katalis Ziegler-Natta, atau katalis
metallocene. MDPE memiliki ketahanan yang baik terhadap tekanan dan kejatuhan.
MDPE biasa digunakan pada pipa gas.
LDPE dicirikan dengan densitas 0.910–0.940 g/cm3. LDPE memiliki derajat
tinggi terhadap percabangan rantai panjang dan pendek, yang berarti tidak akan
berubah menjadi struktur kristal. Ini juga mengindikasikan bahwa LDPE memiliki
kekuatan antar molekul yang rendah. Ini mengakibatkan LDPE memiliki kekuatan
tensil yang rendah. LDPE diproduksi dengan polimerisasi radikal bebas.

Gambar II.3 Struktur percabangan LDPE


LLDPE dicirikan dengan densitas antara 0.915–0.925 g/cm3. LLDPE adalah
polimer linier dengan percabangan rantai pendek dengan jumlah yang cukup
signifikan. Umumnya dibuat dengan kopolimerisasi etilena dengan rantai pendek alfa-
olefin (1-butena, 1-heksena, 1-oktena, dan sebagainya). LLDPE memiliki kekuatan
tensil yanglebih tinggi dari LDPE, dan memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap
tekanan.

Gambar II.4 Struktur rantai Polietilena b. LDPE, c. LLDPE


VLDPE dcirikan dengan densitas 0.880–0.915 g/cm3. VLDPE adalah polimer
linier dengan tingkat percabangan rantai pendek yang sangat tinggi. Umumnya dibuat
dengan kopolimerisasi etilena dengan rantai pendek alfa-olefin.

2.4 STRUKTUR MOLEKUL


Polietilena merupakan hasil polimerisasi dari etena (C2H4), sehingga rumus
molekulnya (C2H4)

Gambar II.5 Rumus struktur polietilena


Berdasarkan densitas dan berat molekul penyusunnya, polietilena memiliki
tiga produk, yaitu :
1. Low Density Polyethylene (LDPE)
Densitas : 0,912 – 0,925 gr/cm3
Berat molekul : 10.000 – 15.000 gr/mol
2. Medium Density Polyethylene (MDPE)
Densitas : 0,925 – 0,94 gr/cm3
Berat molekul : 15.000 – 35.000 gr/mol
3. High Density Polyethylene (HDPE)
Densitas : 0,94 – 0,965 gr/cm3
Berat molekul : 35.000 – 100.000 gr/mol
2.5 KARAKTERISTIK POLIETILENA
Polietilena memiliki sifat – sifat yang dapat dibedakan dengan sifat – sifat
polimer lainnya. Sifat – sifat tersebut antara lain sifat fisika dan kimia. Berikut adalah
sifat – sifat fisika dari polietilena.
 Fase : Padat
 Warna : Putih
 Titik lebur kristal : 109 – 183oC
 Koefisien fraksi : 0,06 – 0,3
 Kristalinitas : 55 – 85%
 Kekuatan tarik : 1250 – 4100 psi
 Konduktivitas termal : 2,3 – 3,4 Btu in/hr ft2

Gambar II.6 Bentuk fisik polietilena


Selain sifat fisika yang telah dijabarkan, beberapa sifat kimia polietilena antara
lain :
1. Tidak larut dalam pelarut apa pun pada suhu kamar tetapi mengendap oleh
hidrokarbon dan karbon tetraklorida
2. Tahan terhadap asam dan basa
3. Dapat dirusak oleh asam sulfat pekat
4. Tidak tahan terhadap cahaya dan oksigen
5. Bila dipanasi secara kuat akan membentuk cross link yang diikuti dengan
pembelahan ikatan secara acak pada suhu lebih tinggi, tetapi dipolimerisasi tidak
terjadi
6. Larutan dari suspense polietilena dengan karbon tetraklorida pada suhu sekitar
60oC dapat direaksikan dengan Cl membentuk produk lunak dan kenyal.
Pemasukan atom Cl secara acak ke dalam rantai dapat menghancurkan kekristalan
polietilena
7. Polietilena termoplastik dapat diubah menjadi elastomer tervulkanisir yang
mengandung sekitar 30% Cl dan 1,5% belerang melalui pengklorosulfonan.
Vulkanisir pada umumnya dilakukan melalui pemanasan dengan oksida logam
tertentu. Hasil akhir berupa hipalon yang tahan terhadap bahan kimia dan cuaca
(Kirk Othmer, et al,1968)

2.6 REAKSI PEMBENTUKAN


Pada umumnya, semua polimer dibentuk dari proses polimerisasi. Begitu pula
dengan Polietilena, Polietilena dibentuk dari proses polimerisasi etena. Berikut adalah
proses pembentukan Polietilena.
Reaksi polimer adisi adalah reaksi yang sering dilakukan dalam pembentukan
Polietilena. Reaksi ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi.
1. Inisiasi
Untuk tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul
monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Bila kita nyatakan radikal
bebas yang terbentuk dari inisiator sebagai R’, dan molekul monomer dinyatakan
dengan CH2 = CH2.

Gambar II.7 Tahap inisiasi


2. Propagasi
Dalam tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer yang
terbentuk dalam tahap inisiasi. Bila proses dilanjutkan, akan terbentuk molekul
polimer yang besar, dimana ikatan rangkap C=C dalam monomer etilena akan
berubah menjadi ikatan tunggal C–C pada polimer polietilena.
Gambar II.8 Tahap propagasi
3. Terminasi
Terminasi dapat terjadi melalui reaksi antara radikal polimer yang sedang tumbuh
dengan radikal mula-mula yang terbentuk dari inisiator (R’) CH 2 – CH2 + R →
CH2 – CH2-R atau antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal
polimer lainnya, sehingga akan membentuk polimer dengan berat molekul tinggi
R-(CH2)n-CH2 + CH2-(CH2)n-R’ → R-(CH2)n-CH2CH2-(CH2)n-R’

2.7 PROSES PEMBUATAN POLIETILENA


1. High pressure porcess menghasilkan Low Density Polietilen. Polimerisasi
tekanan tinggi menghasilkan polietilen dengan banyak cabang, cabang cabang
terbentuk karena transfer rantai antar molekul selama proses polimerisasi.
Mekanisme untuk polimerisasi low density polietilen adalah polimerisasi radikal
bebas. Proses industri untuk produksi polietilena dengan proses dengan tekanan
tinggi dilakukan dengan cara polimerisasi radikal bebas, biasanya menggunakan
suhu lebih tinggi dari 200ºC dan tekanan 15.000-45.000psig. Polimerisasi radikal
bebas dilakukan pada keadaan adiabatik dalam reaktor otoklaf (autoclave)
dilengkapi dengan tabung jaket pendingin. Proses ini merupakan proses
polimerisasi tekanan tinggi dengan memanfaatkan oksigen sebagai katalis
(Malpass, 2010).
Etilena dengan kemurnian 99,95% diumpankan dalam reaktor otoklaf, dalam
reaktor ini terjadi proses polimerisasi pada suhu 212-572ºC dan tekanan 1.000-
3.000atm. Reaksi ini diawali dengan penambahan oksigen. Hasil yang keluar dari
reaktor otoklaf berupa campuran polimer dan monomer kemudian diumpankan
pada sebuah separator pada tekanan rendah, polietilena akan mengembun dan
etilena yang tidak bereaksi tetap berupa gas. Etilena sisa proses akan didaur ulang
ke kompresor utama untuk dicampur kembali sebelum direaksikan kembali ke
reaktor otoklaf. Setelah proses polimerisasi dan proses pemisahan katalis dari
produk selesai dilakukan, selanjutnya proses hilir akan menyelesaikan produk
polietilena mengenai penanganan dan proses akhirnya (Ludwig, 2001).

2. Diagram proses polietilen (proses Phillip)


Teknologi ini merupakan teknologi yang paling tua dalam pembuatan
polyethylene. Philips Petroleum Company telah mengembangkan proses slurry yang
efisien untuk memproduksi LLDPE. Reaktor dibangun menyerupai “large folder
loop” yang mengandung serangkaian pipa dengan diameter 0.5 sampai 1 meter.
Reaktor berbentuk double loop diisi dengan suatu pelarut ringan (biasanya
isobutene), dan mengelilingi loop dengan kecepatan tinggi secara kontinyu (Kirk
Othmer, et al. 1998). Reaktor double loop bekerja pada tekanan 3,5 MN/m2,
temperatur 85 sampai 100°C, dan waktu tinggal rata-rata adalah 1,5 jam. Katalis
chromium/titanium dipakai dalam teknologi ini (Alagoke, Olabisi: 1997). Katalis
disuspensikan oleh pelarut dan diumpankan ke dalam reaktor (Ulman’s encyclopedia,
1992). Aliran campuran mengandung ethylene dan comonomer (1-butene, 1-hexene,
1-oktene, atau 4-methyl-1-pentene), dikombinasikan dengan diluent hasil recycle dan
suspensi katalis, diumpankan ke dalam reaktor. Dalam reaktor tersebut kopolimer
etilen membentuk partikel-partikel yang tumbuh berlainan disekitar partikel katalis
(Kirk Othmer, et al. 1998).

Gambar II.9 Diagram proses polietilen (proses phillip)


Temperatur merupakan variabel operasi yang paling kritis dan harus selalu
dikontrol untuk menghindari terjadinya swelling (pengembangan) dari polimer.
Setelah melewati waktu tinggal antara 1.5 sampai 3 jam, resin mengendap secara
singkat dalam tahap pengendapan di tepi bawah loop dan dilepaskan menuju ke flash
tank. Akhirnya pelarut dan monomer yang terpisah masuk ke dalam sistem recovery
pelarut untuk pemurnian dan recycling (Kirk Othmer, et al. 1998).
a. Diagram proses polietilen (proses Ziegler)
Secara sederhana proses Ziegler Ata adalah sebagai berikut :

Gambar II.10 Proses zigler sederhana


Pertama masukkan pelarut hidrokarbon sebagai inert solvent kedalam reaktor.
Kemudian TiCl4 direaksikan dengan metal alkil pada suhu sekitar 120ᵒC, tekanan
dalam reakstor dipertahankan 20 atm. Selanjutnya gas etilen diinjeksikan ke reaktor,
hingga terjadi polimerisasi dengan hasil larutan kental (slurry polymer). Selanjutnya
polimer ditransfer kedalam tangki dekomposisi dimana katalisator sisa dinonaktivkan.
Berikutnya pelarut hidrokarbon dipisahkan untuk dimurnikan dan di daur ulang.
Polimer selanjutnya dikeringkan dan dikenakan proses ekstrusi hingga dipeoleh hasil
resin polimer padat. Secara lebih kompleks proses ziegler dapat dijelaskan pada
contoh struktur katalis Ziegler Natta dengan kombinasi Titanium(IV) Chloride (TiCl 4)
dan co-catalyst TEAL (Triethylalumunium) dapat dilihat pada gambar II.11
TiCl4 + Al(C2H5)3 → Katalis Ziegler Natta
Umpan berupa C2H4, C4H8, H2, dan N2 dialirkan menuju ke mix point (S-201) untuk
selanjutnya dialirkan ke reaktor fluidized bed (R-201). Pada N2, alirannya dibagi
menjadi 2 produk yaitu nitrogen bertekanan tinggi (NBT) dan nitrogen bertekanan rendah
(NBR). NBT digunakan sebagai carrier gas pada reaktor fluidized bed (R-201) yang
beroperasi pada 85oC dan 12 bar sedangkan NBR digunakan sebagai purger gas untuk
Product Purge Bin (V-301).
Gambar II.11 Proses zigler kompleks
Umpan yang dialirkan pada R-201 akan mengalami reaksi polimerisasi yang
akan menghasilkan resin LLDPE dengan tingkat konversi 10% setiap pass-nya.
Umpan yang tidak terkonversi disesuaikan kembali tekanannya agar sesuai dengan
tekanan operasi yang dibutuhkan untuk fluidisasi dalam R-201. Setelah itu, untuk
mempertahankan suhu operasi di dalam reaktor dipergunakan cycle gas cooler
(E201). Untuk menurunkan energi aktivasi reaksi, maka ditambahkan katalis TiCl 3
dan co-katalis Al(C2H5)3 (TEAL). Setelah terbentuk produk berupa resin LLDPE (500
- 900 μm), maka secara periodik dialirkan ke product chamber (V-201), lalu
diumpankan ke product blow tank (V-202) secara gravitasi. Kemudian, produk dari
V-202 dibawa ke product purge bin (R-301) yang beroperasi pada 100oC dan 1 atm.
Pada R-301, impuritis yang terbawa akan disingkirkan dengan N2 yang dialirkan pada
cone I dan katalis serta co-katalis dideaktivasi dengan hidrolisis menggunakan steam
yang dialirkan pada cone II, menurut reaksi :
2TiCl3 + 4H2O → 2TiO2 + 6HCl + H2
Al(C2H5)3 + 3H2O → Al(OH)3 + 3C2H6
Setelah itu, resin LLDPE dialirkan ke mixer (M-301) yang bersuhu 160oC.
Dengan suhu ini resin LLDPE akan meleleh. Lelehan ini akan dialirkan ke pelletizer
(PE-301). Pada PE-301, lelehan ini akan dibentuk menjadi pellet LLDPE, lalu
disalurkan ke gudang produk (V-304).
Impuritis yang berupa gas akan ter-purging keluar dari R-301 melalui filter.
Gas yang lolos melalui filter akan dialirkan ke scrubber (V-301) yang beroperasi pada
100oC dan 1 atm. Pada V-301 akan terjadi pelarutan HCl yang terdapat di dalam gas.
Ouput dari V-301 berupa larutan HCl akan ditampung di tangki HCl (V303). Ouput
dari scrubber yang lainnya akan dialirkan ke flash drum (V-302) yang beroperasi
pada 40oC dan 85 bar. Untuk selanjutnya, senyawa yang terkondensasi di V-302 akan
dipergunakan sebagai fuel boiler pada unit utilitas.
Etilen (C2H4), H2, dan N2 dialirkan ke kompresor dan ke-3 campuran tersebut
kemudian dicampurkan dengan comonomer (1-butena) ke cycle gas cooler. Tujuan
dari pengumpanan ke kompresor adalah untuk menaikkan tekanan sehingga dapat
menfluidisasi partikel di dalam reaktor dan cycle gas cooler digunakan untuk
mengatur suhu di dalam reaktor agar tetap stabil. Reaktor beroperasi pada 80oC dan
tekanan 1-2 Mpa. Untuk menurunkan energi aktivasi, maka ditambahkan katalis
Ziegler – Natta. Setelah terbentuk produk berupa serbuk (500 - 900 μm), maka secara
periodik dialirkan ke product chamber (sekaligus untuk menjaga kestabilan tinggi
standar isian), lalu diumpankan ke product blow tank.
Dengan blower, produk di bawa ke product purge bin dimana pengotor
LLDPE yang terbawa seperti etilen, N2, H2, dan comonomer disingkirkan dan katalis
dideaktivasi dengan hidrolisis menggunakan steam menurut reaksi :
Al(C2H5)3 + 3H2O → Al(OH)3 + C2H6
Setelah itu, LLDPE dinaikkan suhunya menjadi 150 – 230oC ke heater agar
meleleh sehingga dapat dibentuk pada pelleter. Etilen (C2H4), H2, dan N2 dialirkan
dari tangki penyimpanannya masing-masing (V-101,V-102, dan V-103) menuju ke
kompresornya agar sesuai dengan tekanan yang diinginkan. Pada N2, pemakaian
kompresor dibagi menjadi 2 untuk menghasilkan 2 produk yaitu nitrogen bertekanan
tinggi (NBT) dan nitrogen bertekanan rendah (NBR). NBT digunakan sebagai carrier
gas pada reaktor fluidization batch (R-201) yang beroperasi pada 80-100oC dan 1-2
MPa sedangkan NBR digunakan sebagai purger gas untuk Product Purge Bin (V-
301). Ke-3 senyawa kimia yang telah diumpankan ke alur 13 kemudian disesuaikan
kembali tekanannya agar sesuai dengan tekanan operasi yang dibutuhkan untuk
fluidisasi pada kompresor C-201. Setelah itu, diumpankan suhu operasi pada cycle
gas cooler E-201. Untuk menurunkan energi aktivasi reaksi, maka ditambahkan
katalis Ziegler – Natta. Setelah terbentuk produk berupa serbuk (500 - 900 μm), maka
secara periodik dialirkan ke product chamber (sekaligus untuk menjaga kestabilan
tinggi standar isian), lalu diumpankan ke product blow tank (V-202).
Dengan blower, produk dari product blow tank di bawa ke product purge bin
(V-301) dimana pengotor LLDPE yang terbawa seperti etilen, H 2, dan comonomer
disingkirkan dengan N2 dan katalis dideaktivasi dengan hidrolisis menggunakan steam
menurut reaksi :
Al(C2H5)3 + 3H2O → Al(OH)3 + C2H6
Proses penghilangan etilen, H2, dan comonomer terjadi pada cone I dari atas
dan proses deakivasi katalis terjadi pada cone II dari atas. Setelah itu, LLDPE
dinaikkan suhunya menjadi 150 – 230oC ke heater (M-301) agar meleleh sehingga
dapat dibentuk pada pelleter (P-301). Hasil pemisahan zat pengotor dengan LLDPE
masuk ke separator (V-302) untuk memisahkan hasil reaksi dari katalis dengan steam
dan hidrokarbon yang bercampur dengan H2 dan N2. Pemisahan ini dilanjutkan
dengan memisahkan H2 dan N2 dengan hidrokarbon. Hidrokarbon ini akan digunakan
sebagai bahan bakar boiler.

2.8 MANFAAT DAN APLIKASI POLIETILENA


Polietilena bermanfaat sebagai bahan dasar pembuatan plastik. Karena jenis
polietilena sangat banyak, maka dapat dihasilkan berbagai macam produk plastik,
contohnya LDPE dapat dimanfaatkan menjadi botol kemasan air mineral, MDPE
dapat dibuat menjadi Tupperware, dan HDPE dapat dimanfatkan menjadi pipa-pipa
pada pabrik. Selain itu polietilena berdensitas tinggi dapat dibuat menjadi tandon-
tandon untuk menyimpan bahan kimia. Tandon-tandon polietilena memiliki beberapa
kelebihan misalnya, tahan sinar UV, tahan cuaca ekstrim, dan installasi yang mudah.
Politilena dengan densitas rendah biasanya digunakan untuk lembaran tipis
pembungkus makanan, kantung-kantung plastik, jas hujan. Sedangkan untuk
polietilena yang memiliki densitas tinggi, polimernya lebih keras, namun mudah
dibentuk sehingga banyak dipakai sebagai alat dapur misalnya ember, panci, juga
untuk pelapis kawat dan kabel. Selain itu dapat juga digunakan sebagai bahan anti
peluru, botol susu, pipa gas, pipa air, kemasan deterjen, tempat sampah, roda gigi,
implan pengganti bagian pinggang dan lutut
Gambar II.12 Aplikasi polietilena
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Polietilena adalah suatu bahan yang termasuk dalam golongan polimer dan bahan
tersebut bersifat termoplastik. Dalam industri polietilena banyak digunakan sebagai
bahan baku pada industri kontainer, kawat atau kabel, botol, pipa, film,
semikonduktor serta, produk-produk lainnya yang terbuat dari plastik
2. Polietilena merupakan hasil polimerisasi dari etena (C2H4), sehingga rumus
molekulnya (C2H4)n.
3. Kegunaan Polietilena adalah sebagai bahan baku dalam industri plastik.
4. Hasil polietilena pada Zigler processes dan The Philips processes adalah LLDPE
sedangkan hasil pada High pressure processes adalah LDPE (low density polietylene)
5. Aplikasi polietilena yaitu Bahan anti peluru, Botol susu, Pipa gas, Pipa air, Kemasan
deterjen, Tempat sampah, Roda gigi, Implan pengganti bagian pinggang dan lutut dll.

Anda mungkin juga menyukai