Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PEMIKIRAN POLITIK BARAT

“ PEMIKIRAN POLITIK ARISTOTELES “

DISUSUN OLEH :

NAMA : Reski Erik Sandi


NIM : E041191020

PRODI ILMU POLITIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi saya petunjuk dan pertolongan sehingga
saya dapat menyusun makalah ini. Dan tak lupa shalawat beriring salam saya sampaikan
kepada Baginda Nabi Muhammad SAW junjungan alam yang telah membawa kita umatnya
dari alam kegelapan kepada alam ilmu pengetahuan yang kita rasakan saat ini.

Di dalam makalah ini akan membahas tentang “ Pemikiran Politik Aristoteles “ sebagai salah
satu filsafat politik barat.

Saya hanya berharap, apa yang saya tulis disini dapat bermanfaat bagi kita semua. Tidak lupa
juga,ucapan terima kasih kepada semua pihak maupun sumber bacaan yang telah membantu
saya menyelesaikan makalah ini. Saya sadar betul, bahwa apa yang saya tulis masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini dan hanya kepada Allah
kita berlindung dan memohon ampun.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi ............................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan .............................................................................................................1
a. Latar Belakang .................................................................................................1
b. Rumusan Masalah ............................................................................................1
c. Tujuan ..............................................................................................................1
Bab II Pembahasan.............................................................................................................2
a. Riwayat Hidup Aristoteles ...............................................................................5
b. Pemikiran Politik Aristoteles Mengenai Negara Ideal .....................................3
c. Pemikiran Politik Aristoteles Mengenai Manusia sebagai Zoon
.Politicon...........................................................................................................4
d. Pemikiran Politik Aristoteles Mengenai Warga Negara yang Baik ……….....6
Bab III Penutup..................................................................................................................13
a. Kesimpulan ......................................................................................................9
b. Saran ................................................................................................................9
Daftar Pustaka ..................................................................................................................1

ii
BAB I
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Khasanah Ilmu Pengetahuan dunia diwarnai oleh kemunculan “Ilmu Politik” sebagai
ilmu yang pada awalnya mempelajari tentang masyarakat dan negara. Yunani adalah
sebuah sejarah tentang negara dan pemikiran yang memberi kontribusi besar kepada
tumbuh kembangnya Ilmu Politik dan Pemerintahan. Pemikiran politik berkembang
pada abad sebelum Masehi dimana kala itu pemikir dan filsuf menambah kekayaan
intelektual dunia dengan gagasan-gagasan dan konsepsi-konsepsi tentang negara ideal.
Diantara pemikir Politik yang memiliki kontribusi besar terhadap Ilmu Politik,
khususnya rumusan negara yang ideal adalah Plato dan Aristoteles.
Konsepsi negara ideal yang pertama-tama digagas oleh dua filsuf besar ini, sampai
saat ini tetap menjadi pegangan penting dalam melakukan analisis-analisis politik.
Konsep negara kota berangkat dari sejarah kota-kota tua, atau kota-kota kuno di era
Yunani- Romawi yang menjadi pusat-pusat pemerintahan atau pusat politik dimasa
lalu. Tipikal menarik dari masyarakat dimasa lalu adalah kesukaannya akan berdialog,
membicarakan tentang negara dan mendiskusikan sistem-sistem yang cocok untuk
mensejahterakan
rakyat, termasuk akar pemikiran tentang sistem demokrasi.
Selanjutnya konsep yang dituangkannya ialah konsep bahwa manusia yang disebut
sebagai zoon politicon dan konsep warga negara yang baik. Penjelasan lebih lanjut akan
dibahas di dalam makalah ini.

b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup dari seorang filsuf Aristoteles ?
2. Bagaimana negara ideal dan bentuk pemerintahan yang baik sebagai bentuk konsep
pemikiran politik Aristoteles ?
3. Bagaimana konsep manusia menurut pemikiran Aristoteles ?
4. Bagaimana warga negara yang baik menurut konsep pemikiran politik Aristoteles
?

c. Tujuan
1. Untuk menjelaskan riwayat hidup dari filsuf Aristoteles
2. Untuk menjelaskan negara ideal dan bentuk pemerintahan yang baik menurut
Aristoteles
3. Untuk menjelaskan konsep manusia menurut Aristoteles
4. Untuk menjelaskan warga negara yang baik menurut Aristoteles

1
BAB II
PEMBAHASAN

a. Riwayat Hidup Filsuf Aristoteles


Aristoteles dilahirkan di kota Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Tharacia, Macedonia
tengah tahun 384 SM. Ayahnya yang bernama Nicomacus adalah seorang tabib pribadi
Raja Amyntas III dari Macedonia1. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 15 tahun.
Karena itu, ia kemudian di asuh oleh pamannya yang bernama Proxenus. Pada usia 17
tahun Aristoteles pergi ke Athena belajar di Akademi Plato dan menjadi murid Plato.
Kemudian ia diangkat menjadi seorang guru selama 20 tahun di akademi tersebut. Di
bawah asuhan Plato dia menanamkan minat dalam hal spekulasi filosofis. Aristoteles
merupakan orang pertama di dunia yang dapat membuktikan bahwa bumi bulat.
Pembuktian yang dilakukannya dengan jalan melihat gerhana. Sepuluh jenis kata yang
dikenal orang saat ini dengan kata benda, kata sifat, kata benda dan sebagainya,
merupakan pembagian kata menurut pemikirannya.

Meninggalnya Plato pada tahun 347 SM, kemudian Aristoteles meninggalkan Athena
dan mengembara selama 12 tahun. Dalam jenjang waktu itu, ia mendirikan akademi di
Assus dan menikah dengan Phytias yang tak lama kemudian meninggal, ia lalu menikah
lagi dengan Herpyllis yang kemudian memberikan ia seorang anak laki-laki yang
akhirnya ia beri nama Nicomacus seperti ayahnya. Pada tahun-tahun berikutnya ia juga
mendirikan akademi Mytilele.

Di tahun 335 SM, sesudah Alexander naik tahta kerajaan, Aristoteles kembali ke
Athena dan mendirikan semacam akademi di Lyceum. Di sinilah selama 12 tahun ia
memberikan kuliah, berpikir, mengadakan riset dan experimen serta membuat catatan-
catatan dengan tekun dan cermat. Dalam masa kepemimpinannya, Alexander Agung
tidak meminta nasehat kepada berkas gurunya, tetapi ia berbaik hati menyediakan dana
bagi Aristoteles untuk melakukan riset dan experimen.

Walaupun begitu, hubungan Aristoteles dengan Alexander Agung diliputi oleh


berbagai macam polemik. Aristoteles menolak secara prinsipil cara kediktatoran
Alexander, apalagi ketika Alexander menghukum mati sepupu Aristoteles dengan
tuduhan pengkhianatan. Alexander memandang Aristoteles terlalu demokratis hingga
ia memiliki dan sangat dipercaya oleh orang-orang Athena, sehingga Alexander
mengurungkan niatnya. Kemudian Alexander meninggal pada tahun 323 SM dan
golongan anti Macedonia memegang tampuk kekuasaan di Athena. Aristoteles didakwa
kurang ajar kepada dewa dikarenakan penelitian-penelitian yang ia lakukan. Karena
takut dibunuh orang Yunani yang membenci pengikut Alexander, Aristoteles akhirnya
melarikan diri ke Chalcis. Satu tahun setelah pelariannya ke kota itu, tepat pada tahun
322 SM, Aristoteles meninggal pada usia 62 tahun.

1
Kees Bertens, Sejarah Filsuf Yunani, Op. Cit., hal, 154-156

2
b. Negara Ideal dan Bentuk Pemerintahan yang Baik menurut Aristoteles
Dalam pemikiran filsafat Plato, ada garis yang menghubungkan persamaan di antara
pemikiran Aristoteles, yaitu sebuah negara tidak bisa dilepaskan dari individu yang
mempunyai kualitas moral baik. Hal ini bisa dilihat bagaimana perhatiannya terhadap
keadilan, kebijaksanaan dan nilai moral lainnya tidak bisa dilepaskan dalam
pembahasan mereka mengenai kehidupan manusia dalam politik. Price menjelaskan “
Plato followed his teacher Socrates into ethic by way of a question that remained
central in greek thought “2. Hal yang sama juga dilakukan oleh Aristoteles.3 Walaupun
penjelasan mengenai negara dan moral Aristoteles sedikit berbeda dengan
pendahulunya, permasalahan yang dijelaskannya memperlihatkan sebuah keterkaitan
antara manusia dan etika dan bagaimana hubungan antara manusia dan moral hingga
terbentuknya sebuah “ negara “ merupakan sebuah bagian yang tersatukan.

Menurut Aristoteles negara adalah sebuah komunitas yang dibentuk untuk sebuah
kebaikan. Sistem keilmuan politik ( political science ) mulai terbentuk dalam kajian
Aristoteles seperti ketika Aristoteles membedakan model negara.4
Kewarganegaraan menurut Aristoteles pun dikaji apakah warga negara terjadi secara
alami atau memang ada kesepakatan awal yang dibuat. Negara tak lain terbentuk
sebagai sebuah komposisi antara rakyat dan pengaturnya. 5 Aristoteles memandang
bahwa setiap polis ( negara ) merupakan persekutuan hidup.

Aristoteles mau menegaskan bahwa negara bukan semata sebagai sarana saja seperti
dalam pandangan kaum Sofis. Negara baginya, merupakan persekutuan hidup yang
menunjukkan adanya suatu keterhubungan yang bersifat organik antara warga negara
satu dengan lainnya. Dengan kata lain negara adalah suatu organisme. Ada saling
keterhubungan antar bagian-bagian dalam organisme tersebut. Negara merupakan
persekutuan hidup politik yang berada di jenjang yang paling tinggi dan paling
berdaulat di antara seluruh bentuk persekutuan hidup yang ada.

Negara yang ideal bagi Aristoteles adalah keputusan tidak dibuat secara pribadi
melainkan secara kolektif. Tetapi, kekuasaan tersebut di pegang golongan menengah
yang tidak di pegang golongan miskin atau kaya. Berarti, bentuk negara yang ideal di
tengah-tengah antara oligarki dengan demokrasi dan serta seluruh penguasa harus
takluk kepada hukum.

2
A.W Price. “ Plato : Ethics and Politic “. C.C. W. Taylor (Ed). Routledge History of Philosophy : From the
Beginning to Plato. ( London: Routledge, 1997 ), 366.
3
Ibid. Dalam karyanya Nichomacean Ethics dan Politic, Aristoteles mempunyai formulasi yang berbeda
mengenai ide-ide moral dari pendahulunya, Plato. Namun, perhatiannya terhadap moral tetap menjadi
karakteristik pemikiran filsafat yang bersambung dari pendahulunya.
4
Penyebutan untuk pemimpin negara saling berkaitan satu sama lain, seperti raja atau pemimpin negara, hal
ini dapat dlihat dalam Republik. Plato lebih menggunakan istilah king-philosopher untuk menyebut pemimpin
Negara
5
Aristotle. Politic ( Book III ).p.v

3
Dalam penegasan Aristoteles “negara bukan hanya syarat fisik, namun juga sesuatu
yang akan diperjuangkan oleh karakter manusia, meski tidak sempurna, secara khusus
dan melawan dengan berbagai keadaan. Dengan demikian, negara adalah fakta empirik
prilaku manusia bukan hanya postulat moral semata.” “Setiap negara merupakan suatu
komunitas dari berbagai jenis dan setiap komunitas ada dengan suatu pandangan
mengenai kebaikan; sebab kemanusiaan selalu bertindak untuk mencapai apa yang
mereka anggap baik. Namun, jika semua komunitas bertujuan untuk kebaikan , negara
atau komunitas politik yang merupakan komunitas tertinggi dan mencakup yang lain
bertujuan pada kebaikan dalam derajat yang lebih tinggi dibandingkan yang lain pada
kebaikan tertinggi.” Karenanya, negara dianggap ideal dan memuaskan secara etika
yang menjadi syarat bagi perkembangan manusia secara utuh. Sebagaimana dalam
pembukaan Politics, diungkapkan Aristoteles:

“Konstitusi yang terbaik bagi kebanyakan negara dan kehidupan yang terbaik bagi
kebanyakan manusia, dengan tidak menganggap standar kebijakan yang berada diatas
manusia yang hebat, atau pendidikan yang dihadiahkan oleh alam dan keadaan atau
negara ideal yang hanya merupakan aspirasi semata, namun dengan
mempertimbangkan kehidupan yang disitu mayoritas bisa berbagi dan bentuk
pemerintahan yang bisa dicapai oleh negara pada umumnya.”

Pemerintahan yang baik menurut Aristoteles dapat dilihat pada kepatuhan warga
terhadap hukum dan baiknya hukum yang mereka patuhi. Di sisi lain warga juga dapat
mematuhi hukum yang tidak baik.6 Pemerataan yang terpusat pada banyaknya jumlah
kelas menengah akan memberikan prinsip pemerintahan berdasarkan konstitusi yang
baik. Oleh karena itu, Aristoteles meluaskan pemahaman demokrasi tidak sebatas pada
seberapa banyak jumlah orang yang menguasai kekuasaan, tetapi lebih kepada kualitas-
kualitas pelaksanaan pemerintahan itu sendiri.

c. Konsep Manusia Zoon Politicon menurut Aristoteles


Kemunculan negara tidak bisa dipisahkan dari watak politik manusia. Manusia menurut
Aristoteles adalah zoon politicon, makhluk yang berpolitik. Karena watak alamiahnya
demikian, negara dibutuhkan sebagai sarana untuk aktualisasi watak manusia itu. Di
lain pihak, Aristo- teles menganalogikan negara sebagai organisme tubuh. Negara lahir,
dalam bentuknya yang sederhana (primitif), kemudian ber- kembang menjadi kuat dan
dewasa, setelah itu hancur, tenggelam dalam sejarah. Komponen-komponen negara
adalah desa-desa terdiri dari unit-unit keluarga. Keluarga adalah unit perseku- tuan
terendah sedangkan yang tertinggi adalah negara. Formasi negata terjadi dalam proses
perkembangan persekutuan hidup sesuai dengan kodratnya. Negara terbentuk karena
adanya manusia saling membutuhkan. Kebutuhan hidup tidak bisa terpenuhi secara
sempurna apabila manusia tidak saling membutuhkan. Manusia bukanlah makhluk
yang bisa hidup tanpa manusia lain. Itu sebabnya dalam kehidupan kemasy selalu
terjadi hubungan saling ketergantungan antara individu dalam masyarakat. Bila negara

6
Ibid.p.viii

4
bersifat organis maka semua warga negara berkewajiban memiliki tanggung jawab
memelihara persatuan dan kesatuan scrta keutuhan negara dan memelihara keamanan.
dan negara akan

Aristoteles menunjukkan bahwa ativitas politis dengan seluruh aktivitas kehidupan


manusia. Dalam hal tersebut dituntut peran serta warga negara dalam kegiatan polis.
Bagi Aristoteles, polis merupakan komunitas politik yang dikonstruksikan dalam ruang
relasi antara yang satu dan yang lain. Karena alasan tersebut, Aristoteles memberikan
batasan tentang manusia sebagai makhluk politik atau zoon politicon.7

Manusia menurut kodratnya merupakan zoon politicon atau makhluk yang hidup dalam
polis.8 Manusia selalu membutuhkan satu sama lain. Hal tersebut tidak terjadi secara
kebetulan melainkan terjadi secara alamiah. Hanya manusia yang dapat hidup dalam
polis.

Semua manusia yang hidup dalam polis adalah makhluk politik karena dengan
kemampuan akalnya yang rasional mampu mempertimbangkan dan memutuskan dari
tindakan-tindakannya. Jelas baginya bahwa manusia hanya menjadi manusia apabila
hidup dalam negara atau polis.

Sebagai makhluk politik, manusia secara alamiah cocok dengan kehidupan di sebuah
polis. Manusia memiliki kecenderungam untuk hidup bersama dan mengembangkan
kemampuannya. Dari awal manusia memiliki dorongan politis yang menggerakkan
mereka ke arah kehidupan bersama. Kecenderungan ini ada pada semua manusia sejak
lahir. Baginya politik itu cetusan kesempurnaan kodrat sosialis, rasionalitas sekaligus
moralitas manusia. Yang dimaksud disini mengenai kesempurnaan yaitu
kemanusiawian. Untuk menjadi manusia yang lebih manusiawi, harus perlu
mengintegrasikan dirinya dalam tata kelola hidup bersama. Tata kelola bersama
merupakan keseluruhan kodrat manusia. Artinya bahwa untuk menjadi manusia yang
manusiawi harus menginteragrasikan dirinya dalam tata kelola hidup bersama. 9
Manusia dengan segala kesanggupannya ketika dia mencapai tujuan utamanya (
kebahagiaan bersama ) dalam polis, martabatnya menjadi lebih tinggi dari segala
makhluk lain. Oleh karena itu, polis harus ditata dengan bijaksana sehingga kehidupan
yang baik dapat diwujudkan dan kebahagiaan sebagai cita-cita dapat tercapai.

7
Ungkapan yang dilontarkan oleh Aristoteles ( zoon politicon ) ini diterjemahkan dalam terminologi modern
yakni “ manusia adalah makhluk sosial “ atau manusia adalah makhluk yang selalu hidup bermasyarakat. Ibid.
8
Ibid.
9
Armada Riyanto, Berfilsafat Politik,Yogyakarta, 2011, hlm 15.

5
Kegiatan berpolitik adalah khas manusia. Aristoteles melihat bahwa berpolitik
merupakan puncak kesosialan manusia dan kesosialan merupakan ciri khas manusia.
Sebagai makhluk sosial, manusia tentu segala hidup berhubungan dengan komunitas
dalam kebersamaan.10

Tidak ada satu pun manusia yang hidup tanpa komunitas. Identitasnya sebagai manusia,
termasuk kediriannya, pun diberikan oleh komunitas tempat ia hidup dan berkembang.
Ada hubungan timbal balik antara manusia dan komunitasnya. Di satu sisi, manusia
menciptakan komunitasnya. Disisi lain, ia pun diciptakan oleh komunitasnya. Dengan
demikian, dorongan untuk menciptakan tata politik, yakni sebagai manusia politis atau
zoon politicon adalah kodrat alamiah manusia.

d. Konsep Warga Negara menurut Aristoteles


Menurut Aristoteles, negara adalah lembaga politik yang paling berdaulat, sebagi
pemilik kekuasaan tertinggi jika menjaga tujuan didirikannya, yaitu mensejahterakan
seluruh warga negara, serta memanusiakan manusia. Negara dalam pemikiran
Aristoteles adalah pemilik kedaulatan tertinggi atas kesatuan manusia, sehingga
memiliki kekuasaan

yang mutlak dan absolut demi mencipakan kesejahteraan untuk warga negaranyaBagi
Aristoteles, warga negara merupakan orang yang seara aktif ikut mengambil bagian
dalam kegiatan hidup bernegara, yaitu orang yang bisa berperan sebagai orang yang
diperintah dan orang yang bisa berperan sebagai yang memerintah. Orang yang
memerintah dan diperintah sewaktu-waktu akan mengalami pergantian peran.

Setiap warga negara dituntut untuk bertanggung jawab dalam aktivitas-aktivitas publik.
Warga negara yang bertanggung jawab adalah warga negara yang baik. Warga negara
yang baik adalah warga negara yang memiliki keutamaan atau kebajikan. Seorang
warga negara harus memiliki kemampuan untuk memerintah dan diperintah dengan
baik. 11 Bagi Aristoteles, sebagai warga negara harus berperan aktif ikut mengambil
bagian dalam kegiatan hidup bernegara. Warga negara diharapkan untuk sanggup
memainkan peran dalam kehidupan bernegara baik menjadi pemimpin atau dipimpin.

Peran dan fungsi setiap warga negara berbeda-beda. Aristoteles menggambarkan warga
negara bagaikan para pelaut yang sedang bertugas di sebuah kapal. Dalam tugas
pelaksanaan mereka, ada yang bertindak sebagai jurumudi, pendayung, pengawas dan
lain-lain. Meskipun, mereka berbeda fungsi dan peranan, ada satu tujuan bersama yang
hendak dicapai yakni bertanggung jawab atas keselamatan pelayanan kapal.12

10
Franz Magnis Suseno, Menjadi Manusia Belajar dari Aristoteles, Kanisius, Yogyakarta, 2009, hlm 30.
11
Aristotle, The Politics,Op.Cit.,181.
12
J.H.Rapar,Filsafat Politik Aristotele,Op,Cit.,74

6
Sebagai warga negara yang hidup dalam sebuah negara perlu merealisasian secara
penuh potensinya. Dengan kata lain, karena manusia secara alamiah politis, mereka
dapat memenuhi potensi alamiahnya dan menjadi bahagia hanya dengan menjadi
anggota omunitas politis dan berperan secara aktif di dalamnya. Lewat peran serta
dalam berpolitik, manusia memanfaatkan kemampuan distingtifnya yakni akal budi dan
berbicara.13

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara akan selalu terjadi hubungan saling
tergantung antar individu dalam masyarakat. Masyarakat sebagai warga negara
mengambil bagian dalam aktivitas-aktivitas publi, seperti mengatur urasan komunitas
dan bagaimana pemerintah harus dibentuk dan kekuasaan politik dilaksanakan.

Bagi Aristoteles, politik tidak hanya mencakup aktivitas politik saja, tetapi semua ini
kehidupan sosial. Dia mau menunjukkan pentingnya warga negara berperan aktif dalam
politik untuk membangun sebuah tatanan negara demi mencapai kesejahteraan
bersama.

Semua warga negara diharapkan berperan akitf dan wajib terlibat dalam semua kegiatan
bernegara. Terlibat dalam berfikir dan berefleksi bersama, dalam perdebatan rasional
dan bertindak berdasarkan kesadaran kritis bersama. Secara kodrati semua orang
terdorong untuk menyelesaikan masalah secara bersama, maka tidak pantas kalau
warga negara hanya menjadi objek penentuan beberapa elite. Aristoteles berharap perlu
peran serta warga dalam urusan masyarakat, dimana dimensi-dimensi yang terbuka
baginya, tanpa tidak mengesampingkan dimensi apa pun. Mereka yang tidak langsung
berpolitik tetap diharapkan memperhatikan apa yang terjadi dalam masyarakat dengan
penuh tanggung jawab.14

Warga negara dalam kehidupan polis harus berperan aktif secara keseluruhan. Peran
warga negara dalam pemerintahan menjadi sangat fundamental dalam sistem
demokrasi Athena sebelum Aristoteles menulis bukunya The Politics. Ciri khas
pemerintahan demokrasi adalah oleh rakyat dan untuk rakyat, serta hak yang sama bagi
semua warga negara untuk memerintah dan diperintah. Seorang warga negara berhak
berperan aktif dalam fungsi yudisial dan jabatan-jabatan publik.

Peran warga negara dalam politik sangat bergantung pada pemahaman dan penilaian
orang akan arti dan makna sebuah aktivitas politik. Pada jaman modern ini peran warga
negara dalam politik hanya merupakan salah satu dari sekian banyak aktivitas lain
seperti agama, ekonomi, sosial dan budaya yang berlangsung dalam sebuah negara.

13
Yosep Kladu Koten, Partisipasi Politik Sebuah Analisis Atas Etika Politik Aristoteles, Op. Cit.,11.
14
Franz Magnis Suseno, Menjadi Manusia Belajar dari Aristoteles, Op.Cit.,31.

7
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Aristoteles merupakan seorang filsuf yunani yang juga merupakan murid dari seorang
filsuf Plato. Maka dari itu, pemikiran-pemikirannya kebanyakan mirip dengan
pemikiran Plato. Hanya saja pemikiran politik Aristoteles lebih spesifik ke pemikiran
yang mengarah ke beberapa cabang ilmu salah satunya tentang politik dan kenegaraan

Pemikiran politik Aristoteles yang saya uraikan tadi yaitu pemikirannya tentang negara
ideal ialah keputusan tidak dibuat secara pribadi melainkan secara kolektif. Adapun
pemikiran politik yang ia utarakan selanjutnya ialah bahwa manusia merupakan zoon
politicon atau makhluk yang berpolitik. Selain itu pemikiran terakhir yang saya
utarakan yaitu pemikiran Aristoteles mengenai warga negara yang baik yaitu yang ikut
serta dan berperan aktif dalam kegiatan perpolitikan.

b. Saran
Saran saya sebagai penulis makalah ini bahwa pandangan Aristoteles seperti
membentuk negara ideal dan zoon politicon bisa saja kita terapkan di negara kesatuan
republik Indonesia namun tidak terlepas dari nilai nilai Pancasila dan UUD NRI tahun
1945

8
DAFTAR PUSTAKA

Dini Anggraeni Saputri “ Aristoteles; Biografi dan Pemikiran “ ( hlm 1- 6 )

Heywood Andrew.2014.Politik Edisi Keempat.Yogyakarta:Pustaka Belajar ( Sumber Buku )

Fitri Nofia.2015, Plato dan Aristoteles, sebuah pemikiran Yunani kuno. Depok: universitas
Indonesia (makalah)

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/9234/6/BAB%20III.pdf

Suhelmi Ahmad.2001.Pmikiran Politik Jakarta; Gramedia pustaka utama (e-book)

Anda mungkin juga menyukai