net/publication/305730602
AKUNTANSI BIAYA
CITATION READS
1 112,486
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
ENGARUH SOLVABILITAS, SEGMEN OPERASI, DAN REPUTASI KAP TERHADAP AUDIT DELAY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA View project
All content following this page was uploaded by Septian Bayu Kristanto on 31 July 2016.
AKUNTANSI BIAYA
Penulis : SOFIA PRIMA DEWI
: SEPTIAN BAYU KRISTANTO
ISBN : 978-602-7960-60-2
Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbitan (KDT)
ii
BAB 1 : KONSEP BIAYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebab berkat
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan buku Akuntansi Biaya yang merupakan
edisi perdana. Akuntansi biaya penting bagi para manajer untuk membuat
keputusan yang lebih baik karena akuntansi biaya menyediakan informasi yang
dibutuhkan oleh akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan.
Secara keseluruhan buku ini dibagi dalam tiga kelompok penyajian. Bagian
satu berisi Konsep dan Teori, Bagian dua Soal Latihan, dan Bagian tiga Jawaban
Soal Latihan. Bagian Konsep dan Teori menyajikan 12 bab yang dibuat lebih
ringkas dan jelas dengan tujuan untuk membantu mahasiswa agar lebih mudah
memahami topik-topik yang ada di masing-masing bab. Bagian Soal Latihan dan
Jawaban merupakan contoh soal dan cara penyelesaian dari kasus yang ada di
dalam soal latihan dan teori.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung memberikan bantuan dan dorongan dalam penulisan
buku ini. Buku ini menjadi lebih baik atas dukungan para kolega. Secara khusus
kami ingin mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di Universitas
Tarumanagara, Universitas Kristen Krida Wacana dan STIE Trisakti yang telah
memberikan tinjauan tertulis yang rinci dan atau komentar atas penulisan buku
ini.
Penulis berharap semoga buku ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan
para pembaca mengenai akuntansi biaya. Seperti pepatah “Tak ada gading yang
tak retak”, penulis menghargai kritik dan saran yang membangun dari pembaca
agar penerbitan edisi berikutnya akan lebih baik lagi.
iii
AKUNTANSI BIAYA
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................................................ v
v
AKUNTANSI BIAYA
vi
DAFTAR ISI
vii
AKUNTANSI BIAYA
BAGIAN SATU :
KONSEP DAN TEORI
viii
BAB
1
KONSEP BIAYA
1
AKUNTANSI BIAYA
D. ANGGARAN
Anggaran adalah pernyataan terkuantifikasi dan tertulis dari rencana manajemen.
Seluruh tingkatan manajemen sebaiknya terlibat dalam membuatnya. Anggaran
yang dapat dilaksanakan meningkatkan koordinasi dari pekerja, klarifikasi
kebijakan dan kristalisasi rencana. Anggaran tersebut juga menciptakan
kecocokan internal dan kebulatan suara atas tujuan di antara manajer dan pekerja
di bawahnya.
Anggaran memiliki peranan penting dalam mempengaruhi individu-
individu dan kelompok di setiap tingkatan proses manajemen, termasuk:
a) Menetapkan cita-cita.
b) Menginformasikan kepada individu-individu mengenai apa yang harus
2
BAB 1 : KONSEP BIAYA
F. OBJEK BIAYA
Suatu objek biaya (cost object) atau tujuan biaya (cost objective) didefinisikan
sebagai suatu item atau aktivitas dimana biaya akan diakumulasikan dan dihitung.
Berikut merupakan item-item dan aktivitas-aktivitas yang dapat menjadi objek
biaya: Produk, Batch dari unit-unit sejenis, Pesanan pelanggan, Lini produk,
Proses, Departemen/divisi, Kontrak/proyek, dan Tujuan strategis.
3
AKUNTANSI BIAYA
H. KLASIFIKASI BIAYA
Biaya (cost) tidak sama dengan beban (expense). Biaya adalah sumber daya yang
dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu. Beban adalah
biaya yang telah digunakan untuk memperoleh pendapatan. Semua beban adalah
biaya tapi tidak semua biaya adalah beban. Klasifikasi biaya sangat penting untuk
membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Konsep klasifikasi biaya adalah
penggunaan biaya yang berbeda untuk tujuan yang berbeda (different cost for
different purposes). Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada
hubungan antara biaya dengan hal-hal berikut:
a) Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa). Terdiri dari:
product cost/ total manufacturing cost dan period cost/ commercial expense.
b) Volume produksi. Terdiri dari: fixed cost, variable cost dan semivariable cost.
c) Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau sub divisi lain dari
manufaktur. Terdiri dari: direct cost dan indirect cost.
d) Periode akuntansi. Terdiri dari: capital expenditure dan revenue expenditure.
e) Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi. Terdiri dari: differential cost/
marginal cost/ incremental cost, out of pocket cost, sunk cost, opportunity cost,
unavoidable cost, avoidable cost, controllable cost dan uncontrollable cost.
4
BAB
2
PERILAKU BIAYA
A. KLASIFIKASI BIAYA
Keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya tergantung pada
pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dan aktivitas bisnis.
Studi dan analisis yang hati-hati atas dampak aktivitas bisnis atau biaya umumnya
akan menghasilkan klasifikasi tiap pengeluaran sebagai biaya tetap, biaya variabel
atau biaya semivariabel.
B. BIAYA TETAP
Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat
aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Meskipun beberapa jenis biaya tampak
sebagai biaya tetap, semua biaya sebenarnya bersifat variabel dalam jangka
panjang. Satu jenis biaya tertentu sebaiknya diklasifikasikan sebagai biaya tetap
hanya dalam rentang aktivitas yang terbatas. Rentang aktivitas yang terbatas
ini sering disebut rentang yang relevan (relevant range). Total biaya tetap akan
berubah di luar rentang aktivitas yang relevan.
Beberapa pengeluaran bersifat tetap karena kebijakan manajemen misalnya
tingkat iklan dan jumlah sumbangan sosial yang ditentukan oleh manajemen dan
tidak terkait langsung dengan aktivitas penjualan atau produksi. Pengeluaran yang
demikian kadang-kadang disebut sebagai beban tetap diskresioner (discretionary
fixed costs) atau biaya tetap terprogram (programmed fixed cost). Pengeluaran
yang membutuhkan suatu seri pembayaran selam jangka waktu yang lama
disebut biaya tetap terkait (committed fixed cost). Contohnya adalah beban bunga
atas utang jangka panjang dan sewa jangka panjang.
C. BIAYA VARIABEL
Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara
proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas bisnis dan menurun secara
proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas bisnis. Biaya variabel termasuk
biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa
tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang dan unit-unit yang
rusak. Biaya variabel biasanya dapat didefinisikan langsung dengan aktivitas yang
5
AKUNTANSI BIAYA
menimbulkan biaya. Dalam praktik, hubungan antar aktivitas bisnis dan biaya
variabel terkait biasanya dianggap linier yaitu total biaya variabel diasumsikan
meningkat dalam jumlah konstan untuk setiap satu unit peningkatan dalam
aktivitas bisnis, tetapi hubungan aktual jarang yang linier secara sempurna
sepanjang rentang aktivitas yang mungkin.
D. BIAYA SEMIVARIABEL
Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik
karakter-karakter dari biaya tetap maupun biaya variabel. Karakteristik
biaya semivariabel adalah biaya ini meningkat atau menurun sesuai dengan
peningkatan atau penurunan aktivitas bisnis namun tidak proporsional. Contoh
biaya tersebut adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan,
pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung dan lain-lain. Dua alasan
adanya karakteristik semivariabel pada beberapa jenis pengeluaran:
a) Pengaturan minimum mungkin diperlukan, atau kuantitas minimum dari
perlengkapan atau jasa mungkin perlu dikonsumsi untuk memelihara
kesiapan beroperasi. Di luar tingkat minimum biaya, yang biasanya tetap,
tambahan biaya bervariasi terhadap volume.
b) Klasifikasi akuntansi, berdasarkan objek pengeluaran atau fungsi, umumnya
pengelompokan biaya tetap dan biaya variabel bersama-sama. Misalnya, biaya
mesin uap yang digunakan untuk memanaskan ruangan, yang tergantung
pada kondisi cuaca dan mesin uap yang digunakan untuk proses produksi,
yang tergantung pada volume produksi, mungkin dibebankan ke perkiraan
yang sama, sehingga mengakibatkan tercampurnya biaya tetap dengan biaya
variabel pada perkiraan yang sama.
6
BAB 2 : PERILAKU BIAYA
7
AKUNTANSI BIAYA
b) Metode scattergraph
Dalam metode ini, biaya yang dianalisis disebut variabel dependen dan diplot
di garis vertikal atau yang disebut sumbu Y. Aktivitas yang terkait disebut
variabel independen yang diplot sepanjang garis horizontal yang disebut
sumbu X. Unsur variabel diperoleh dari trend yang diperlihatkan oleh
kebanyakan titik data sedangkan unsur tetap digambarkan sejajar dengan
garis dasar dari titik perpotongan pada sumbu Y.
Langkah-langkah menghitung biaya variabel dan biaya tetap dengan
menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Tentukan titik-titik aktivitas dengan biaya yang dikeluarkan.
(2) Ambil dua titik yang dapat membelah antara titik yang tinggi dengan
titik yang rendah.
(3) Hitung biaya tetap dan biaya variabel per unit.
Perhitungan biaya variabel dan biaya tetap menggunakan rumus yang
sama dengan metode titik tertinggi dan titik terendah. Kelebihan metode
ini adalah analisis cost behavior dihitung tidak hanya dengan dua titik
saja tetapi menggunakan semua data. Metode ini juga memungkinkan
inspeksi data secara visual untuk melihat apakah hubungan antara
biaya dengan aktivitas bersifat linear dan dapat mendeteksi adanya data
abnormal. Kekurangan metode ini adalah analisis cost behavior dapat
menjadi bias karena garis biaya yang digambar melalui plot data hanya
berdasarkan interpretasi visual.
c) Metode kuadrat terkecil (least squares)
Metode ini sering disebut analisis regresi. Metode ini menentukan secara
matematis garis yang paling sesuai atau garis regresi linier melalui sekelompok
titik, sehingga jumlah pengkuadratan deviasi dari setiap titik yang diplot di
atas atau di bawah garis regresi akan minimum atau nol.
Langkah-langkah menghitung biaya variabel dan biaya tetap dengan
menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:
(1) Menentukan biaya variabel dengan rumus:
∑( xi − x )( y i − y )
Biaya variabel per unit =
∑( xi − x )
2
8
BAB 2 : PERILAKU BIAYA
9
AKUNTANSI BIAYA
10
BAB
3
PERHITUNGAN DAN AKUMULASI BIAYA
11
AKUNTANSI BIAYA
12
BAB 3 : PERHITUNGAN DAN AKUMULASI BIAYA
13
AKUNTANSI BIAYA
C. SISTEM BIAYA
Biaya yang dialokasikan ke unit produksi bisa berupa biaya aktual (biaya historis)
maupun biaya standar. Dalam sistem biaya aktual atau biaya historis, informasi
dikumpulkan pada saat biaya terjadi dan biaya dicatat pada saat dikeluarkan
tetapi penyajian hasil operasi akan ditunda sampai semua operasi produksi untuk
periode akuntansi tersebut telah selesai dilakukan atau, dalam bisnis jasa, semua
jasa pada periode tersebut telah diserahkan.
Dalam sistem biaya standar, produk-produk, operasi-operasi dan proses-
proses dihitung biayanya berdasarkan jumlah sumber daya yang akan digunakan
dan harga dari sumber daya yang telah ditentukan sebelumnya. Biaya aktual
juga dicatat dan varians atau selisih antara biaya aktual dengan biaya standar
dikumpulkan di perkiraan yang terpisah.
Alokasi biaya ke unit produksi bisa saja memasukkan seluruh biaya
manufaktur (disebut perhitungan biaya penyerapan penuh atau full coting
atau absorption costing) atau hanya biaya manufaktur variabel saja (disebut
perhitungan biaya langsung atau direct costing atau variable costing). Dalam
perhitungan biaya penyerapan penuh, biaya yang dialokasikan ke unit produksi
mencakup semua biaya produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dalam perhitungan biaya langsung,
biaya yang dibebankan ke unit produksi hanya meliputi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang bersifat variabel sedangkan
biaya overhead pabrik yang bersifat tetap akan dibebankan sebagai biaya periode
(period cost) karena biaya tetap lebih erat hubungannya dengan berlalunya waktu.
Biaya overhead pabrik yang bersifat variabel dianggap sebagai biaya produk
14
BAB 3 : PERHITUNGAN DAN AKUMULASI BIAYA
D. AKUMULASI BIAYA
Peranan dasar dari beberapa sistem biaya adalah akumulasi biaya yang terdiri
atas identifikasi, pengukuran dan pencatatan informasi biaya dalam kategori-
kategori atau klasifikasi yang relevan. Akumulasi biaya (cost accumulation)
adalah kumpulan data biaya yang diorganisir dalam beberapa cara dengan
menggunakan sarana berupa sistem akuntansi. Setelah biaya diakumulasi,
manajer dibantu akuntan manajemen membebankan biaya ke objek biaya untuk
membantunya membuat keputusan strategis dan mengimplementasikan strategi.
Pembebanan biaya (cost assignment) meliputi menelusuri akumulasi biaya
yang mempunyai hubungan langsung dengan objek biaya dan mengalokasikan
akumulasi biaya yang mempunyai hubungan tidak langsung dengan objek
biaya. Istilah penelusuran biaya (cost tracing) digunakan untuk menggambarkan
pembebanan biaya langsung ke objek biaya tertentu. Istilah alokasi biaya (cost
allocation) digunakan untuk menggambarkan pembebanan biaya tidak langsung
ke objek biaya tertentu. Kalkulasi biaya yang digunakan untuk membebankan
biaya ke produk atau jasa adalah perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job
order costing), perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing) atau
dengan metode akumulasi biaya lainnya. Perhitungan biaya berdasarkan pesanan
dan perhitungan biaya berdasarkan proses akan dijelaskan pada pembahasan
selanjutnya.
Perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing) dan perhitungan
biaya berdasarkan proses (process costing) adalah dua metode akumulasi biaya
yang paling banyak digunakan, dan keduanya memiliki beberapa aspek yang
sama. Meskipun objek biaya final dari kedua metode ini adalah unit produksi,
kedua metode berbeda secara mendasar dalam pendekatannya atas penelusuran
biaya. Dalam perhitungan biaya berdasarkan pesanan, perhatian utamanya
adalah penelusuran besarnya biaya pada pekerjaan, tumpukan barang, partai
barang atau kontrak individual. Dalam perhitungan biaya berdasarkan proses,
perhatian utamanya adalah penelusuran besarnya biaya pada proses, pusat
15
AKUNTANSI BIAYA
E. JURNAL AKUNTANSI
Akuntansi biaya berkaitan dengan pencatatan dan pengukuran elemen biaya saat
sumber daya yang berhubungan mengalir melalui proses produksi. Berikut ini
akan dibahas beberapa jurnal yang terkait.
Akuntansi Untuk Bahan Baku:
Pada saat perolehan bahan baku:
Dr. Material xx
Cr. Cash xx
Cr. Account payable xx
Pada saat pembebanan/ pemakaian bahan baku:
Dr. Work in process xx
Dr. Factory overhead control xx
Cr. Material xx
Akuntansi Untuk Tenaga Kerja:
Pada saat perhitungan gaji:
Dr. Payroll xx
Cr. Accrued payroll xx
Pada saat pembayaran gaji:
Dr. Accrued payroll xx
Cr. Cash xx
Pada saat pembebanan/ distribusi gaji:
Dr. Work in process xx
Dr. Factory overhead control xx
Dr. Selling and marketing expense xx
Dr. General and administrative expense xx
Cr. Payroll xx
16
BAB 3 : PERHITUNGAN DAN AKUMULASI BIAYA
17
AKUNTANSI BIAYA
18
BAB
4
BIAYA BAHAN BAKU
19
AKUNTANSI BIAYA
20
BAB 4 : BIAYA BAHAN BAKU
21
AKUNTANSI BIAYA
22
BAB 4 : BIAYA BAHAN BAKU
23
selama setahun. Beberapa elemen yang mempengaruhi EOQ adalah
sebagai berikut:
a) Harga beli dan ongkos angkut.
b) Biaya pemesanan (ordering cost), merupakan biaya AKUNTANSI
yang BIAYA
terjadi
dalam rangka melaksanakan kegiatan pemesanan bahan.
c) Biaya penyimpanan (carrying cost), merupakan biaya yang terjadi
dalam rangka
c) Biaya penyimpanan melaksanakan
(carrying kegiatan penyimpanan
cost), merupakan bahan,
biaya yang terjadi antara
dalam
lain: biaya sewa
rangka melaksanakan gudang,
kegiatan biaya asuransi
penyimpanan bahan,bahan,
antara biaya administrasi
lain: biaya sewa
gudang, biaya
gudangasuransi bahan,
serta biaya biaya
atas administrasi
rusak gudang
dan usangnya serta biaya atas
bahan.
rusak d)
danKebutuhan
usangnya bahan.
bahan baku selama setahun.
d) Kebutuhan bahan baku selama setahun.
Rumus Rumus
EOQ: EOQ:
EOQ = 2 x RU x CO
CU x CC
Keterangan:
RU : Required unit (kebutuhan bahan baku setahun)
CO : Cost per order (biaya pemesanan per pesanan)
CU : Cost per unit (harga beli bahan baku25per unit)
CC : Carrying cost (biaya penyimpanan dan biasanya dinyatakan dalam
persentase)
Frekuensi pemesanan pembelian dalam satu tahun = RU / EOQ
Biaya pemesanan setahun = CO x RU / EOQ
Biaya penyimpanan/pemilikan setahun = EOQ / 2 x CU x CC
Persediaan rata-rata (average inventory) = EOQ / 2
Persediaan maksimum normal = EOQ + SS
Persediaan maksimum absolut = (EOQ + SS) + {(pemakaian maksimum –
pemakaian normal) x lead time}
Contoh perhitungan EOQ:
Selama tahun 2011 PT ABC menganggarkan penjualan sebanyak 8.500
unit. Persediaan barang jadi awal tahun sebesar 1.000 unit dan persediaan
barang jadi akhir tahun sebesar 500 unit. Unit produk jadi membutuhkan
3 unit bahan baku. Harga beli bahan baku per unit adalah Rp 10.000. Biaya
pemesanan per pesanan Rp 750.000. Biaya penyimpanan sebesar 10% dari
persediaan rata-rata per unit. Berapakah EOQ-nya?
Jawab:
Unit penjualan 8.500 unit
Persediaan barang jadi akhir 500 unit
9.000 unit
Persediaan barang jadi awal (1.000) unit
Unit produksi 8.000 unit
24
Unit penjualan 8.500 unit
Persediaan barang jadi akhir 500 unit
9.000 unit
BAB 4 : BIAYA BAHAN BAKUbarang jadi awal
Persediaan (1.000) unit
Unit produksi 8.000 unit
Kebutuhanbahan
Kebutuhan bahan adalah
adalah 24.000
24.000 unit
unit (3
(3 unit
unit bahan
bahan baku
baku xx8.000
8.000unit
unit
produksi)
produksi)
EOQ = 2 x 24.000 x Rp 750.000 = 6.000 unit
Rp 10.000 x 10% Bab 4. Biaya Bahan Baku
Pembelian
Pembelianyang
yangpaling
palingekonomis:
ekonomis:24.000
24.000unit / 6.000
unit unit
/ 6.000 = 4=kali
unit 4 kali
Berikut ini disajikan tabel perbandingan total biaya yang dikeluarkan
Berikut ini disajikan
untuk jumlah tabel perbandingan
unit pesanan total ribuan
tertentu (dalam biaya yang dikeluarkan untuk
Rupiah):
jumlah unit pesanan tertentu (dalam ribuan Rupiah):
Tabel 4.1. Perbandingan total biaya26yang dikeluarkan untuk jumlah unit
Tabel 4.1. Perbandingan total biaya yang dikeluarkan untuk jumlah unit
pesanan tertentu
pesanan tertentu
Unit 1.000 3.000 4.000 6.000 8.000 12.000 24.000
Pesanan 24x 8x 6x 4x 3x 2x 1x
Investasi 10.000 30.000 40.000 60.000 80.000 120.000 240.000
Investasi rata- 5.000 15.000 20.000 30.000 40.000 60.000 120.000
rata
Ordering cost 18.000 6.000 4.500 3.000 2.250 1.500 750
(750 x 4)
25
AKUNTANSI BIAYA
26
BAB
5
BIAYA TENAGA KERJA
27
AKUNTANSI BIAYA
dengan produksi dibedakan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya
tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung yaitu semua balas jasa
yang diberikan kepada semua pegawai bagian produksi yang biayanya secara
langsung dapat ditelusuri jejaknya ke masing-masing unit produksi, misalnya
gaji buruh pabrik rokok di bagian pelintingan. Biaya tenaga kerja tidak langsung
yaitu semua balas jasa yang diberikan kepada semua pegawai bagian produksi
yang biayanya tidak dapat ditelusuri jejaknya ke masing-masing unit produksi,
misalnya upah mandor pabrik dan gaji manajer pabrik.
Biaya tenaga kerja dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu gaji
dan upah reguler, premi lembur dan biaya-biaya yang berhubungan dengan
tenaga kerja. Tiga kegiatan dalam akuntansi biaya tenaga kerja yaitu:
a) Pencatatan waktu kerja.
Pencatatan waktu kerja merupakan pengumpulan data mengenai jumlah
jam kerja karyawan. Dokumen yang digunakan dalam pencatatan waktu
kerja yaitu kartu hadir yang digunakan untuk mencatat jumlah jam kerja
karyawan dalam satu hari dan kartu jam kerja yang dibuat setiap hari untuk
setiap karyawan menurut pekerjaan yang dilaksanakan.
b) Perhitungan jumlah gaji dan upah.
Perhitungan jumlah gaji dan upah merupakan tugas departemen personalia.
c) Alokasi biaya tenaga kerja.
Alokasi biaya tenaga kerja dibukukan atas dasar kartu hadir dan kartu jam
kerja yang merupakan dokumen sumber untuk mengalokasikan biaya tenaga
kerja kepada setiap pesanan, departemen atau produk.
28
BAB 5 : BIAYA TENAGA KERJA
29
AKUNTANSI BIAYA
30
BAB
6
BIAYA OVERHEAD PABRIK
31
AKUNTANSI BIAYA
32
BAB 6 : BIAYA OVERHEAD PABRIK
33
AKUNTANSI BIAYA
34
BAB 6 : BIAYA OVERHEAD PABRIK
35
tingkat aktivitas.
Jadi, setiap produk yang selesai dibuat dibebani biaya overhead pabrik sebesar
120% dari biaya bahan bakunya. Metode ini terbatas
Bab 6. penggunaannya
Biaya Overhead karena
Pabrik di
dalam banyak kasus tidak ada hubungan erat antara biaya bahan baku dari suatu
produk dan biaya overhead pabrik yang terjadi.
Estimasi biaya overhead pabrik dalam suatu periode
Biaya Tenaga Kerja Langsung x 100%
Estimasi biaya tenaga kerja langsung dalam periode yang bersangkutan
Babpembebanan,
Apabila biaya tenaga kerja langsung sebagai dasar 6. Biaya Overhead
makaPabrik
tarif
Bab 6. Biaya Overhead Pabrik
biaya overheaduntuk
Misalnya, pabrik tahun
dihitung dengan
yang menggunakan
akan rumusbiaya
datang estimasi sebagaioverhead
berikut:
pabrik sebesar Rp 300.000
Estimasi dan estimasi
biaya overhead biaya
pabrik dalam suatutenaga
periodekerja langsung
Estimasi biaya overhead pabrik dalam suatu periode x 100%
sebesar Rp 300.000. Tarif biaya overhead pabrik adalah:
x 100%
Estimasi biaya tenaga kerja langsung dalam periode yang bersangkutan
Estimasi biaya tenaga kerja langsung dalam Rp
periode yang bersangkutan
300.000
x 100% = 100%
Misalnya,
Misalnya, untukuntuktahunRp yangyang
300.000
tahun akan akandatangdatang
estimasi biaya overhead
estimasi pabrik
biaya overhead
Misalnya, untuk tahun yang akan datang estimasi biaya overhead
sebesar pabrik
Rp 300.000 dan estimasi
sebesar Rp 300.000 biayadan
tenaga kerja langsung
estimasi biaya tenagasebesar Rp 300.000.
kerja langsung
pabrik sebesarTarif
Rp biaya
300.000 dan estimasi
overhead pabrik biaya tenaga kerja langsung
adalah:
Setiap
sebesar Rppesanan
300.000.atau Tarifproduk yang menyerap
biaya overhead biaya tenaga kerja
pabrik adalah:
sebesar Rp 300.000. Tarif biaya overhead pabrik adalah:
langsung sebesar Rp 1 akan dibebani biaya overhead pabrik sebesar Rp
Rp 300.000
Rp 300.000 x 100% = 100%
1 pula. Adapun biaya
x 100% Rp tenaga
100% kerja langsung dihitung dengan
= 300.000
Rp 300.000
mengalikan jam kerja langsung yang digunakan untuk menyelesaikan
suatu
Setiappekerjaan
pesanan
Setiapataudenganproduk
pesanan tarif upah
yang
atau produk per yang
jam yang
menyerap biayaditentukan.
menyerap tenaga Semakin
kerja
biaya langsung
tenaga kerja
Setiap pesanan
banyak atau
jam produk
kerja yang
yang menyerap
digunakan, biaya tenaga
semakin kerja
besar biaya tenaga kerja
sebesar langsung
Rp 1 akansebesar
dibebani Rp biaya
1 akanoverhead
dibebanipabrik sebesar Rppabrik
biaya overhead 1 pula. Adapun
sebesar Rp
langsung sebesar
biayaRp 1 akankerja
tenaga
langsung dibebani
dan langsungbiayadihitung
semakin overhead
besar pabrik
dengan
pula sebesar
mengalikan
biaya Rp jampabrik
overhead kerja langsung
yang
1 pula. Adapun biaya tenaga kerja langsung dihitung dengan
1 pula. Adapun biaya tenaga
yangdibebankan.
digunakan untuk kerja ini langsung dihitung dengan
mengalikan jammenyelesaikan
Metode kerja langsungsuatu
mempunyai pekerjaan
beberapa
yang dengan
untuk tarif
kelemahan
digunakan antaraupah
lainper
menyelesaikan
mengalikan jam kerja
jam sebagai
yang langsung
ditentukan.
berikut: yang digunakan
Semakin banyak untuk
jam menyelesaikan
kerja yang digunakan, semakin besar
suatu pekerjaan dengan tarif upah per jam yang ditentukan. Semakin
suatu pekerjaan dengan
biayaa) tenaga tarif
Biayakerja upah per
langsung
overhead jam yang
dan semakin ditentukan.
besar Semakin
pula sebagai
biaya overhead pabrik yang
banyak jam kerjapabrik
yang harus dipandang
digunakan, semakin besar tambahan
biaya tenaga nilai
kerja
banyak jam kerja yang
dibebankan. digunakan,
produk. Metode
Nilai semakin
ini mempunyai
yang besar biaya
beberapa
ditempatkan tenaga kerja
kelemahan
seringkali antara
tidak lain
mempunyaisebagai
langsung dan semakin besar pula biaya overhead pabrik yang
langsung danberikut:
semakin besar yang
hubungan pulaerat biaya overhead pabrikkerja yang
dibebankan. Metode dengan biaya tenaga
ini mempunyai langsung, misalnya
beberapa kelemahan antara lain
dibebankan. Metode
a) Biaya ini mempunyai
overhead
biaya pabrik
penyusutan. beberapa
harus kelemahan
dipandang antara
sebagai lain nilai produk. Nilai
tambahan
sebagai berikut:
sebagai berikut: b) yang ditempatkan
Jumlah seringkali tidak mempunyai hubungan yang erat dengan
a) Biayabiaya
overhead tenaga kerja
pabrik mencakup
harus dipandangupah tenaga
sebagai kerja
tambahan darinilai
a) Biaya overhead pabrik
biaya tenaga
berbagai harus
kerja dipandang
langsung,
tingkatan sebagai
misalnya tambahan
biaya nilai
penyusutan.
produk. Nilai yang yang ada di dalam perusahaan,
ditempatkan seringkali sehingga dalam
tidak mempunyai
produk. Nilai yang
b) Jumlah metode ditempatkan
biaya tenaga
ini dapat seringkali
kerja mencakup tidak mempunyai
upah tenaga kerja dari berbagai
hubungan yangterjadi distribusi
erat dengan biayabeban
tenaga biaya
kerjaoverhead
langsung,pabrik
misalnya
hubungan yangtingkatan
erat dengan
kepada yang biaya
produkada ditenaga
dalam
secara kerja langsung,
perusahaan,
tidak tepat. misalnya
sehingga dalam metode ini dapat
biaya penyusutan.
terjadi distribusi beban biaya overhead pabrik kepada produk secara tidak
biaya penyusutan.
b) Jumlah biaya tenaga kerja mencakup upah tenaga kerja dari
b) Jumlah biaya Jam tepat.
tenaga
Tenaga kerjaKerjamencakup
Langsung upah tenaga kerja dari
berbagai tingkatan yang ada di dalam perusahaan, sehingga dalam
Jam Tenaga
berbagai tingkatan Kerja
yang adaLangsung
Apabila di
jam dalam
tenaga perusahaan,
kerja langsungsehingga dalam
metode ini dapat terjadi distribusisebagai
beban dasar
biaya pembebanan,
overhead pabrik
metode ini dapatApabila
maka terjadi
jam
tarif distribusi
tenaga
biaya overhead beban
kerja biaya
langsung
pabrik overhead
sebagai
dihitung pabrik
dasar
dengan pembebanan,
menggunakan maka
rumus tarif
kepada produk secara tidak tepat.
kepada produk
biaya secara
overhead tidak
sebagai berikut: tepat.
pabrik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Jam TenagaEstimasi biaya
Kerja overhead pabrik dalam suatu periode
Langsung
Jam Tenaga Kerja Langsung
Apabila jam tenaga
Estimasi jam kerja
tenagalangsung sebagai dasar pembebanan,
kerja langsung
Apabila jam tenaga kerja langsung sebagai dasar pembebanan,
maka tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus
maka tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan menggunakan rumus
Apabila estimasi
sebagai biaya overhead pabrik untuk tahun yang akan datang
berikut:
sebagai berikut:
sebesar Rp 300.000 dan
Estimasi jumlah
biaya jam pabrik
overhead kerja dalam
langsung periode 200.000 37
suatuditaksir
Estimasi biaya overhead pabrik dalam suatu periode
jam, maka tarif biaya overhead
Estimasi jampabrik
tenagaatas
kerjadasar jam kerja langsung
langsung
Estimasi jam tenaga kerja langsung
AKUNTANSI BIAYA
40
normal tidak akan berubah meskipun produk yang sesungguhn
berubah. Suatu konsep tarif berdasarkan aktivitas norm
BAB 6 : BIAYA OVERHEAD PABRIK
mengandaikan bahwa tarif tidak akan berubah meskipun fasilitas ya
ada dipakai pada aktivitas yang jauh lebih tinggi atau lebih renda
E. KAPASITAS NORMAL
Dengan menggunakan tarif pembebanan atas dasar kapasitas norm
Kapasitas normal merupakan pendekatan perencanaan dari pengawasan jangka
kemungkinan
panjang. akan terdapat
Kapasitas selisih
normal dapat diartikanjika dibandingkan
sebagai dengan bia
kemampuan perusahaan
untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang. Tarif yang
yang sesungguhnya
ditentukan atasterjadi. Apabila
dasar kapasitas terjadi
normal tidak selisih,
akan berubah lazimnya
meskipun produk dikatak
yang sesungguhnya berubah. Suatu konsep tarif berdasarkan aktivitas normal
biaya overhead pabrik lebih atau kurang
mengandaikan bahwa tarif tidak akan berubah meskipun fasilitas yang ada dipakai
dibebank
(over/underapplied
pada aktivitas factory overhead).
yang jauh lebih tinggi atau lebih rendah. Dengan menggunakan tarif
pembebanan atas dasar kapasitas normal, kemungkinan akan terdapat selisih jika
dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya terjadi. Apabila terjadi selisih,
lazimnya dikatakan biaya overhead pabrik lebih atau kurang dibebankan (over/
Contoh Anggaran Biaya Overhead Pabrik
underapplied factory overhead).
Berikut
Contohini disajikan
Anggaran contoh
Biaya Overhead anggaran biaya overhead
Pabrik pabrik
Berikut ini disajikan contoh anggaran biaya overhead pabrik PT Matraman
Matraman untuk tahun
untuk tahun 2011. 2011.
PT Matraman
Anggaran Biaya Overhead Pabrik Tahun 2011
(Pada kapasitas normal = 200.000 jam kerja langsung)
Keterangan Biaya Tetap Biaya Variabel Total
39
41
Dengan mengandaikan bahwa jam kerja langsung pada kapasitas
normal dipilih sebagai dasar pembebanan yaitu 200.000 jam kerja
langsung, maka tarif pembebanan biaya overhead pabrik untuk tahun
AKUNTANSI BIAYA
2011 kepada produk dihitung sebagai berikut:
Tarif biaya overhead pabrik = Rp 300.000 = Rp 1,5 per jam kerja
langsung 200.000
Dengan mengandaikan bahwa jam kerja langsung pada kapasitas normal
dipilih sebagai dasar pembebanan yaitu 200.000 jam kerja langsung, maka tarif
Tarif biaya overhead
pembebanan pabrikpabrik
biaya overhead di atas dapat
untuk dipecah
tahun 2011 menjadi dua yaitu
kepada produk dihitung
sebagai berikut:
tarif biaya overhead pabrik tetap dan tarif biaya overhead pabrik
variabel
Tarif biayasebagai pabrik = Rp 300.000
berikut:
overhead = Rp 1,5 per jam kerja langsung
200.000
Tarif biaya overhead pabrik tetap = Rp 125.000 = Rp 0, 625 per
jamTarif
kerjabiaya
langsung
overhead pabrik di atas dapat200.000
dipecah menjadi dua yaitu tarif
biaya overhead pabrik tetap dan tarif biaya overhead pabrik variabel sebagai
berikut:
Tarif biaya overhead pabrik variabel = Rp 175.000 = Rp 0,875 per jam
Rp 125.000
Tarif
kerjabiaya overhead pabrik tetap =
langsung = Rp 0, 625 per jam kerja
200.000
200.000
langsung
SELISIH Rp 175.000
Tarif biayaANTARA
overheadBIAYA
pabrik OVERHEAD
variabel = PABRIK YANG DIBEBANKAN
= Rp 0,875 per jam kerja
DAN SESUNGGUHNYA 200.000
langsung
Biaya overhead pabrik (BOP) yang dibebankan adalah biaya
F. SELISIH ANTARA BIAYA OVERHEAD PABRIK YANG
overhead pabrik yang
DIBEBANKAN DAN dibebankan
SESUNGGUHNYA kepada produk sebagai komponen
harga pokok.
Biaya Misalkan
overhead pabrikdalam
(BOP)tahun 2011 kapasitas
yang dibebankan adalahyang
biaya sesungguhnya
overhead pabrik
yang dibebankan kepada produk sebagai komponen harga
dicapai sebesar 190.000 jam kerja langsung sedangkan biaya overheadpokok. Misalkan
dalam
pabriktahun
yang2011 kapasitas yang
sesungguhnya sesungguhnya
terjadi sebesardicapai sebesar 190.000
Rp 292.000. jam kerja
Dari informasi
langsung sedangkan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi sebesar Rp
tersebut biaya overhead pabrik yang dibebankan pada tahun 2011
292.000. Dari informasi tersebut biaya overhead pabrik yang dibebankan pada
adalah2011
tahun Rp adalah
285.000Rp yaitu
285.000tarif
yaitubiaya overhead
tarif biaya pabrik
overhead perperjam
pabrik jamkerja
kerja
langsung dikalikan dengan jumlah jam kerja langsung sesungguhnya
langsung dikalikan dengan jumlah jam kerja langsung sesungguhnya (190.000
jam kerja langsung
(190.000 jam kerja@ langsung
Rp 1,5). @ Rp 1,5).
Selisih biaya overhead
Selisih pabrik yang
biaya overhead terjadiyang
pabrik pada terjadi
tahun 2011 adalah
pada tahunsebesar Rp
2011
7.000 (Rp 292.000 - Rp 285.000). Selisih Rp 7.000 ini disebut kurang
adalah sebesar Rp 7.000 (Rp 292.000 - Rp 285.000). Selisih Rp 7.000 ini dibebankan
(underapplied factory overhead).
disebut kurang dibebankan (underapplied factory overhead).
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang dibebankan adalah sebagai berikut:
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya adalah sebagai berikut:
40 42
ANALISIS SELISIH
Pada contoh di atas terdapat selisih antara biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya dengan biaya overhead pabrik yang
BAB 6 : BIAYA OVERHEAD PABRIK
dibebankan sebesar Rp 7.000 (kurang dibebankan). Biaya overhead
yang kurang dibebankan merupakan selisih tidak menguntungkan
(unfavorable).
G. ANALISIS Selisih
SELISIH yang tidak menguntungkan (rugi) ini dapat
dianalisis menjadi
Pada contoh dua selisih
di atas yaitu
terdapat selisih
selisih antaraanggaran (spending
biaya overhead pabrik variance)
yang
sesungguhnya
dan selisih dengan(idle
kapasitas biayacapacity
overhead pabrik yang dibebankan sebesar Rp 7.000
variance).
(kurang dibebankan). Biaya overhead yang kurang dibebankan merupakan
selisihSelisih anggaran adalah
tidak menguntungkan perbedaan
(unfavorable). Selisih yangantara biaya overhead
tidak menguntungkan
pabrik yang
(rugi) sesungguhnya
ini dapat terjadi
dianalisis menjadi duadengan biaya
selisih yaitu overhead
selisih anggaran pabrik
(spendingyang
variance) dan
dianggarkan kapasitas (idleyang
selisihkapasitas
pada capacity variance).Selisih kapasitas terjadi
dicapai.
karena Selisih anggaran adalah
dilampauinya atauperbedaan
tidak antara biaya overhead
terpakainya pabrik yangyang
kapasitas
sesungguhnya terjadi dengan biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada
dianggarkan.
kapasitas yang Selisih kapasitas
dicapai. adalahterjadi
Selisih kapasitas perbedaan antara biaya
karena dilampauinya atauoverhead
tidak
pabrik tetap yang
terpakainya dianggarkan
kapasitas yang dianggarkan.pada Selisih
kapasitas
kapasitasyang dicapai
adalah dengan
perbedaan
antara biaya overhead pabrik tetap yang dianggarkan
biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan. Analisis terhadap selisih pada kapasitas yang dicapai
dengan biaya overhead pabrik tetap yang dibebankan. Analisis terhadap selisih
biayabiaya
overhead overheadpabrik sebesar
pabrik sebesar Rp Rp7.0007.000 (unfavorable)
(unfavorable) di atas
di atas adalah adalah
sebagai
sebagai berikut:
berikut:
Selisih anggaran:
BOP-sesungguhnya Rp 292.000
BOP-dianggarkan pada kapasitas yang dicapai:
BOP-tetap Rp 125.000
BOP-variabel = 190.000 x Rp 0,875 = Rp 166.250
(Rp 291.250)
Selisih anggaran (unfavorable) Rp 750
Selisih kapasitas:
BOP-dianggarkan pada kapasitas yang dicapai: Rp 291.250
BOP-yang dibebankan:
BOP-tetap = 190.000 x Rp 0, 625 = Rp 118.750
BOP-variabel = 190.000 x Rp 0,875 = Rp 166.250
(Rp 285.000)
Selisih kapasitas (unfavorable) Rp 6.250
Selisih total (unfavorable) Rp 7.000
41
AKUNTANSI BIAYA
42
BAB 6 : BIAYA OVERHEAD PABRIK
AKUNTANSI BIAYA
Apakah selisih biaya overhead pabrik ditutup ke rekening ikhtisar laba
rugi, maka selisih tersebut akan tampak dalam laporan laba rugi seperti
berikut.
PT Matraman
Laporan Rugi Laba
Periode yang Berakhir 31 Desember 2011
Penjualan Rp 2.000.000
Harga pokok penjualan-estimasi 1.195.000
Selisih biaya overhead pabrik-kurang dibebankan 14.000
Harga pokok penjualan-sesungguhnya (1.209.000)
Laba kotor 791.000
Biaya penjualan dan pemasaran 175.000
Biaya administrasi dan umum 125.000
(300.000)
Laba bersih sebelum pajak Rp 491.000
44
BAB 6 : BIAYA OVERHEAD PABRIK
Departemen jasa: A B
c) c) Metode
Metode aljabar
aljabar (simultaneous
(simultaneous method/
method/ algebraic
algebraic method)method)
Dalammenggunakan
Dalam
metode metode teknik
ini aljabar.departemen
biaya-biaya
ini biaya-biaya departemen Pertama-tama,
jasa total biaya setiap
jasa didistribusikan
didistribusikan ke ke
departemen
departemen
departemen produksi jasa
produksi digambarkan
dan departemen
dan departemen dalam bentuk
jasa lainnya,
jasa lainnya, persamaan.
kecualikecuali
dirinya dirinya sendiri.
Bab 6. Biaya
Biaya
sendiri. departemen
Departemen
Biaya departemen jasa dialokasikan
produksi:
jasa dialokasikan I Overhead
secara
secara simultanPabrik
simultan dengan
dengan II menggunakan III
teknik aljabar. Pertama-tama, total biaya setiap departemen jasa digambarkan
dalam bentuk
menggunakan persamaan.
teknik aljabar. Pertama-tama, total biaya setiap
departemen jasa digambarkan dalam bentuk persamaan.
Departemen produksi: 48 I II III
Departemen jasa: A B
Departemen jasa: A B
Contoh soal:
PT Contoh
Contoh ABC soal:
soal: memiliki dua departemen produksi yaitu departemen
PT Pencampuran
ABC memiliki dua
PT ABC memiliki dandepartemen produksi
duadepartemen
departemen yaituyaitu
departemen
Penyelesaian.
produksi Untuk Pencampuran
departemen memproduksi
Pencampuran dan departemen Penyelesaian. Untuk memproduksi
dan departemen
barang Penyelesaian.
jadi, departemen Untuk memproduksi
produksi dibantu duabarang jadi, departemen
departemen jasa yaitu
barang jadi, departemen produksi dibantu dua departemen jasa yaitu
produksi
departemen dibantu dua departemen jasa yaitu departemen Y dan departemen
departemen Y dan Y dan departemen
departemen Z. Data yangZ.berhubungan
Data yangadalahberhubungan adalah
Z. Data yang berhubungan adalah sebagai berikut:
sebagai
sebagai berikut:
berikut:
Anggaran biaya overhead
Departemen pabrik sebelum Anggaran biayaJasa-Y
alokasi (Rp) overhead Jasa-Z
Departemen pabrik sebelum alokasi (Rp) Jasa-Y Jasa-Z
Produksi-Pencampuran 5.000.000 50% 40%
Produksi-Pencampuran
Produksi-Penyelesaian 4.000.000 5.000.000 40%
40% 50% 40%
Jasa-YProduksi-Penyelesaian 1.000.000 -4.000.000 20% 40% 40%
Jasa-Z 880.000 10% -
Jasa-Y 1.000.000 - 20%
10.880.000 100% 100%
Jasa-Z 880.000 10% -
10.880.000 100% 100%
Berdasarkan data di atas, tentukanlah total biaya overhead pabrik
untuk setiap departemen produksi dengan menggunakan metode
langsung,
46 bertahap dan aljabar.
Berdasarkan data di atas, tentukanlah total biaya overhead pabrik
untuk setiap departemen produksi dengan menggunakan metode
langsung, bertahap dan aljabar.
BAB 6 : BIAYA OVERHEAD PABRIK
Bab 6.
Berdasarkan data di atas, tentukanlah total biaya Biaya Overhead Pabrik
Baboverhead pabrik untuk
6. Biaya Overhead setiap
Pabrik
departemen produksi dengan menggunakan metode langsung, bertahap dan
aljabar.
Pembahasan:
Pembahasan:
Pembahasan:
1. Metode Langsung
1. 1.
Metode
Metode
Distribusi
Langsung
Langsung
Biaya Overhead Pabrik Departemen Jasa Menggunakan Metode Langsung
Distribusi Biaya Overhead Pabrik Departemen Jasa Menggunakan Metode Langsung
Departemen Produksi Departemen Jasa
Departemen Produksi Departemen Jasa
Total Pencampuran Penyelesaian Y Z
Total Pencampuran Penyelesaian Y Z
FOH sebelum 10.880.000 5.000.000 4.000.000 1.000.000 880.000
FOH sebelum 10.880.000 5.000.000 4.000.000 1.000.000 880.000
distribusi
distribusi
departemen jasa
departemen jasa
Distribusi dari:
Distribusi dari:
Departemen Y 555.556* 444.444 (1.000.000)
Departemen Y 555.556* 444.444 (1.000.000)
Departemen Z 440.000** 440.000 (880.000)
Departemen Z 440.000** 440.000 (880.000)
Total biaya 10.880.000 5.995.556 4.884.444 - -
Total biaya
overhead pabrik 10.880.000 5.995.556 4.884.444 - -
overhead pabrik
* 50/90 x Rp 1.000.000 untuk departemen pencampuran; 40/90 x Rp 1.000.000 untuk departemen penyelesaian.
* 50/90
** 40/80 xx Rp
Rp 1.000.000 untukdepartemen
880.000 untuk departemenpencampuran;
pencampuran; 40/90
40/80 x Rp
x Rp 1.000.000
880.000 untuk
untuk departemen
departemen penyelesaian.
penyelesaian.
** 40/80 x Rp 880.000 untuk departemen pencampuran; 40/80 x Rp 880.000 untuk departemen penyelesaian.
2. 2. MetodeBertahap
Metode Bertahap
2. Metode Bertahap
Distribusi Biaya Overhead Pabrik Departemen Jasa Menggunakan Metode Bertahap
Distribusi Biaya Overhead Pabrik Departemen Jasa Menggunakan Metode Bertahap
Departemen Produksi Departemen Jasa
Departemen Produksi Departemen Jasa
Total Pencampuran Penyelesaian Y Z
Total Pencampuran Penyelesaian Y Z
FOH sebelum 10.880.000 5.000.000 4.000.000 1.000.000 880.000
FOH sebelum
distribusi 10.880.000 5.000.000 4.000.000 1.000.000 880.000
distribusi jasa
departemen
departemen jasa
Distribusi dari:
Distribusi dari:
Departemen Y 500.000* 400.000 (1.000.000) 100.000
Departemen Y 500.000* 400.000 (1.000.000) 100.000
Departemen Z 490.000** 490.000 (980.000)
Departemen Z 490.000** 490.000 (980.000)
Total biaya 10.880.000 5.990.000 4.890.000 - -
Total biaya
overhead pabrik 10.880.000 5.990.000 4.890.000 - -
overhead pabrik
* 50/100 x Rp 1.000.000 untuk departemen pencampuran; 40/100 x Rp 1.000.000 untuk departemen
* 50/100 x 10/100
penyelesaian; Rp 1.000.000 untuk departemen
x Rp 1.000.000 pencampuran;
untuk departemen Z. 40/100 x Rp 1.000.000 untuk departemen
penyelesaian;
** 40/80 x Rp10/100
980.000x Rp 1.000.000
untuk untuk departemen
departemen Z.
produksi pencampuran; 40/80 x Rp 980.000 untuk departemen
** 40/80 x Rp
penyelesaian; Rp980.000
880.000 +untuk departemen
Rp 100.000 produksi pencampuran;
untuk departemen Z. 40/80 x Rp 980.000 untuk departemen
penyelesaian; Rp 880.000 + Rp 100.000 untuk departemen Z.
3. 3. Metode
MetodeAljabar/
Aljabar/ Simultan
Simultan
3. Metode Aljabar/ Simultan
Jika: Y = 1.000.000 + 0,2
Jika: Y = 1.000.000 + 0,2 Z Z
Jika: Y = 1.000.000 + 0,2 Z
Z Z= = 880.000 + 0,1
880.000 Y Y
+ 0,1
Maka: Z = 880.000 + 0,1 Y
Maka:
Maka:
Y Y==1.000.000
1.000.000+ +0,2 (880.000
0,2 (880.000+ 0,1 Y) Y)
+ 0,1
Y = 1.000.000
Y Y==1.000.000 + 0,2
+ 176.000 (880.000
+ 0,02 Y 0,1
+ Y)
1.000.000 + 176.000 + 0,02 Y
Y = 1.000.000 + 176.000 + 0,02 Y
0,98 Y = 1.176.000
0,98 Y = 1.176.000
Y = 1.200.000 47
Y = 1.200.000
AKUNTANSI BIAYA
48
BAB
7
ACTIVITY BASED COSTING DAN ACTIVITY
BASED MANAGEMENT
49
AKUNTANSI BIAYA
C. UNIT-LEVEL ACTIVITIES
Biaya tingkat unit (unit-level cost) adalah biaya yang meningkat saat satu unit
diproduksi. Biaya ini adalah satu-satunya biaya yang selalu dapat dibebankan
secara akurat proporsional terhadap volume. Contoh biaya tingkat unit meliputi
biaya listrik, jika mesin dengan tenaga listrik digunakan dalam memproduksi
setiap unit, biaya pemanasan jika setiap unit mengalami proses pemanasan
dan tenaga kerja inspeksi jika setiap unit memerlukan inspeksi. Biaya-biaya ini
murni variabel dan secara teori dapat diperlakukan sebagai biaya langsung tetapi
biasanya diperlakukan sebagai biaya tidak langsung. Secara teknik, bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung sesuai dengan definisi dari biaya tingkat unit,
tetapi karena ABCS adalah suatu sistem pembebanan biaya tidak langsung, maka
50
BAB 7 : ACTIVITY BASED COSTING DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT
pembebanan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung berada di luar
cakupan pembahasan ABCS.
Pemicu tingkat unit (unit-level driver) adalah ukuran aktivitas yang bervariasi
dengan jumlah unit yang diproduksi dan dijual. Semua pemicu tingkat unit adalah
proporsional terhadap unit output dan merupakan satu-satunya dasar alokasi
yang berkaitan dengan volume yang digunakan dalam ABCS. Pemicu di semua
tingkatan lain tidak harus proporsional terhadap volume. Contoh pemicu tingkat
unit adalah jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin,
berat bahan baku langsung, biaya bahan baku langsung, jumlah komponen bahan
baku, total biaya utama, total biaya langsung dan unit yang diproduksi. Semua
contoh tersebut juga digunakan sebagai dasar alokasi di sistem perhitungan biaya
tradisional (non ABCS).
D. BATCH-LEVEL ACTIVITIES
Tingkatan agregasi yang lebih tinggi berikutnya adalah batch. Biaya tingkat batch
(batch-level cost) adalah biaya yang disebabkan oleh jumlah batch yang diproduksi
dan dijual. Contoh biaya tingkat batch meliputi biaya persiapan dan kebanyakan
biaya penanganan bahan baku. Jika bahan baku dipesan dari pemasok untuk
batch tertentu, maka sebagian dari biaya pembelian, penerimaan dan inspeksi
barang masuk merupakan biaya tingkat batch. Jika unit pertama dari setiap batch
diinspeksi, maka biaya inspeksi dalam proses ini juga merupakan biaya tingkat
batch.
Biaya tingkat batch yang signifikan juga ada di luar fungsi produksi.
Misalnya, jika suatu produk tidak disimpan sebagai persediaan melainkan setiap
batch diproduksi untuk setiap pesanan pelanggan, maka biaya tingkat batch
memasukkan sebagian biaya pemasaran dan administratif. Contoh biaya ini
adalah biaya pemasaran dan biaya administratif yang terjadi guna memperoleh
dan memproses pesanan serta biaya administratif untuk akuntansi dan penagihan.
Perbedaan antara biaya tingkat batch dan biaya tingkat unit tidaklah hilang
apabila batch terdiri dari satu unit. Biaya tingkat batch masih merupakan biaya
yang tidak akan meningkat jika satu atau lebih unit ditambahkan ke batch
tersebut. Biaya tingkat batch dipengaruhi oleh jumlah batch dan tidak tergantung
pada jumlah unit. Memproduksi unit lain tidak berarti memerlukan batch lain.
Pemicu tingkat batch (product-level driver) adalah ukuran aktivitas yang
bervariasi dengan jumlah batch yang diproduksi dan dijual. Contoh pemicu
tingkat batch adalah persiapan, jam persiapan, pesanan produksi dan permintaan
bahan baku.
51
AKUNTANSI BIAYA
E. PRODUCT-SUSTAINING ACTIVITIES
Tingkatan berikutnya di atas batch adalah produk. Biaya tingkat produk (product-
level cost) adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda
yang dihasilkan. Biaya tersebut tidak harus dipengaruhi oleh produksi dan
penjualan satu batch atau satu unit lebih banyak. Contoh biaya tingkat produk
adalah biaya desain produk, pengembangan produk, pembuatan prototipe
dan teknik produksi. Jika pekerja memerlukan tambahan pelatihan sebelum
memproduksi suatu produk tertentu, atau jika beberapa mesin digunakan secara
eksklusif untuk satu produk, maka biaya dari peralatan dan mesin tersebut
adalah biaya tingkat produk. Jika bahan baku adalah unik untuk satu produk dan
tidak dipesan secara terpisah untuk setiap batch yang diproduksi, maka biaya
pembelian, penerimaan dan inspeksi bahan baku tersebut adalah biaya tingkat
produk. Suatu contoh biaya tingkat produk di bisnis jasa adalah biaya yang
dikeluarkan oleh satu firma konsultasi guna membeli software komputer baru
dalam rangka menyediakan suatu jenis jasa baru kepada klien.
Pemicu tingkat produk (product-level driver) adalah ukuran aktivitas yang
bervariasi dengan bermacam-macam jumlah produk yang diproduksi dan dijual.
Contoh pemicu tingkat produk adalah perubahan desain, jam desain dan jumlah
komponen berbeda yang diperlukan (disebut “jumlah dari nomor atau kode
komponen”).
F. FACILITIES-SUSTAINING ACTIVITIES
Beberapa tingkat biaya dan pemicu dapat terjadi di atas tingkat produk. Hal ini
termasuk tingkat lini produk, tingkat proses, tingkat departemen dan tingkat
pabrik. Hampir semua penerapan ABCS mengakui hanya salah satu dari
kategori-kategori tersebut yaitu tingkat pabrik. Biaya tingkat pabrik (plant-level
cost) adalah biaya memelihara kapasitas di lokasi produksi. Contoh biaya tingkat
pabrik adalah sewa, penyusutan, pajak properti dan asuransi untuk bangunan
pabrik.
Luas lantai yang ditempati seringkali disebut dengan pemicu tingkat pabrik
(plant-level driver) untuk membebankan biaya tingkat pabrik. Tetapi, hal ini
memperluas ide mengenai pemicu, karena jarang sekali terjadi bahwa luas
lantai yang digunakan untuk setiap produk atau unit dapat diidentifikasikan.
Perkecualian yang berarti ditemukan di beberapa pabrik yang dibagi dalam
beberapa sel kerja atau subpabrik.
Dalam kebanyakan kasus, pembebanan tingkat pabrik ke produk, batch
atau unit adalah suatu alokasi yang arbitrer. Bahkan dalam ABCS, biaya tingkat
pabrik seringkali dialokasikan ke output penggunaan dasar alokasi tingkat unit,
meskipun faktanya adalah bahwa biaya tingkat pabrik sangat berbeda dari biaya
52
BAB 7 : ACTIVITY BASED COSTING DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT
tingkat unit. Contoh biaya tingkat unit yang dipergunakan untuk mengalokasikan
biaya tingkat pabrik ke produk di ABCS adalah total biaya konversi (juga yang
disebut dengan nilai tambah), jumlah unit dan total biaya langsung.
53
AKUNTANSI BIAYA
serupa dalam hal hubungan logis antara biaya-biaya tersebut dengan pemicu
aktivitas, sementara hal yang sama tidak dapat dikatakan untuk kebanyakan
sistem perhitungan biaya tradisional.
Perbedaan lain antara ABCS dan sistem perhitungan biaya tradisional
adalah semua ABCS merupakan sistem perhitungan biaya dua tahap, sementara
sistem perhitungan biaya tradisional bisa merupakan sistem perhitungan biaya
satu atau dua tahap. Di tahap pertama dalam ABCS, tempat penampungan biaya
aktivitas dibentuk ketika biaya sumber daya dialokasikan ke aktivitas berdasarkan
pemicu sumber daya. Di tahap kedua, biaya aktivitas dialokasikan dari tempat
penampungan biaya aktivitas ke produk atau objek biaya final lainnya. Tetapi,
sistem perhitungan biaya tradisional menggunakan dua tahap hanya apabila jika
departemen atau pusat biaya lain dibuat. Biaya sumber daya dialokasikan ke pusat
biaya di tahap pertama, dan kemudian biaya dialokasikan dari pusat biaya ke
produk pada tahap kedua. Beberapa sistem perhitungan biaya tradisional hanya
terdiri dari satu tahap karena sistem tersebut tidak menggunakan pusat biaya
yang terpisah, tetapi tidak ada ABCS yang hanya terdiri dari satu tahap.
54
BAB 7 : ACTIVITY BASED COSTING DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT
55
AKUNTANSI BIAYA
Bab 7. ABC dan ABM
DUAL COMPANY
Ikhtisar dari Produksi Tahun Terakhir
Company memilih jam tenaga kerja langsung sebagai dasar alokasi untuk biaya
overhead pabrik lain-lain.
Tarif biaya overhead pabrik di ABCS sama seperti tarif biaya overhead pabrik
di sistem perhitungan biaya tradisional yaitu dapat berupa tarif aktual atau tarif
yang telah ditentukan sebelumnya. Tampilan di atas menggunakan biaya overhead
pabrik tahun lalu, atau dengan kata lain tarif ABCS yang dihitung adalah tarif
biaya overhead pabrik aktual. Untuk menggunakan ABCS dalam perhitungan
biaya produksi secara rutin pada tahun berjalan, tarif biasanya dihitung dari
jumlah yang diestimasikan untuk biaya overhead pabrik dan ukuran pemicu
atau dengan kata lain, tarif yang telah ditentukan sebelumnya yang digunakan.
Biaya total dan biaya per unit dari setiap produk menurut sistem perhitungan
biaya tradisional dapat dilihat dalam tampilan 7.2. dan menurut ABCS dapat
dilihat dalam tampilan 7.3.
DUAL COMPANY
Biaya Produksi dari Sistem Perhitungan Biaya Tradisional
Tarif biaya overhead pabrik: Rp 3.000.000 dibagi dengan 100.000 jam tenaga kerja
langsung
(JTKL) = Rp 30 per JTKL
Umum Khusus Total
Biaya ba han baku langsung Rp 980.000 Rp 30.000 Rp 1.010.000
Biaya tenaga kerja
langsung Rp 980.000 Rp 20.000 Rp 1.000.000
Biaya overhead pabrik:
Rp 30 x 98.000 JTKL Rp 2.940.000
Rp 30 x 2.000 JTKL Rp 60.000
Rp 3.000.000
Total biaya produksi Rp 4.900.000 Rp 110.000 Rp 5.010.000
Unit yang diproduksi 98.000 200
57
AKUNTANSI BIAYA
DUAL COMPANY
Biaya Produksi dari Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
Tarif biaya overhead pabrik:
Rp 800.000 biaya tingkat bacth dibagi dengan 80 persiapan (40 + 40) = Rp 10.000 per
persiapan
Rp 600.000 biaya tingkat produk dibagi dengan 20 perubahan desain (12 + 8) = Rp 30.000
per
perubahan desain
Rp 1.600.000 biaya overhead lain- lain dibagi dengan 100.000 jam tenaga kerja langsung
(JTKL) = Rp 16 per JTKL
Umum Khusus Total
Rp
Biaya ba han baku langsung Rp 980.000 Rp 30.000 1.010.000
Rp
Biaya tenaga kerja langsung Rp 980.000 Rp 20.000 1.000.000
Biaya overhead pabrik:
Rp 10.000 x 40 persiapan Rp 400.000
Rp 10.000 x 40 persiapan Rp 400.000
Rp
800.000
Rp 30.000 x 12 perubahan desain Rp 360.000
Rp 30.000 x 8 perubahan desain Rp 240.000
Rp
600.000
Rp 16 x 98.000 JTKL Rp 1.568.000
Rp 16 x 2.000 JTKL Rp 32.000
Rp
1.600.000
Rp
Total biaya produksi Rp 4.288.000 Rp 722.000 5.010.000
Unit yang diproduksi 98.000 200
Biaya per unit Rp 43,76 Rp 3.610
Tampilan 7.3.
58
BAB 7 : ACTIVITY BASED COSTING DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT
Poin penting mengenai perbedaan dalam biaya produksi yang dilaporkan oleh
kedua sistem adalah arah perbedaan yang dapat diprediksi. Jumlah perbedaan
biaya produksi antara kedua sistem dapat dijelaskan secara sistematis. Produk
Umum mewakili 98% dari volume yang diukur dalam jam tenaga kerja langsung
sehingga sistem perhitungan biaya tradisional membebankan 98% dari seluruh
biaya overhead pabrik ke produk tersebut, termasuk biaya tingkat bacth dan
biaya tingkat produk. Rincian aktivitas di tampilan 7.3. memperlihatkan bahwa
produk Umum hanya bertanggungjawab atas 50% aktivitas tingkat batch (40
dari 80 total persiapan) dan 60% aktivitas tingkat produk (12 dari 20 perubahan
desain). Akibatnya sistem perhitungan biaya tradisional membebankan terlalu
besar 48% (98%-50%) untuk biaya tingkat batch dan 38% (98%-60%) untuk biaya
tingkat produk. Biaya produk Umum yang dilaporkan oleh kedua sistem dapat
direkonsiliasi sebagai berikut:
Total Per Unit
Biaya produk Umum dari sistem perhitungan biaya
tradisional
Rp
(tampilan 7.2.)
(tampilan 7.2.) 4.900.000 Rp 50,00
Penyesuaian untuk:
Biaya tingkat batch yang dibebankan terlalu tinggi
Rp 800.000 x (98% -50%) (Rp 384.000)
Biaya tingkat produk yang dibebanka n terlalu tinggi
Rp 600.000 x (98% -60%) (Rp 228.000)
(Rp (Rp
Total penyesuaian 612.000) 6,24)
Rp
Biaya produk Umum dari ABCS (tampilan 7.3.) 4.288.000 Rp 43,76
59
AKUNTANSI BIAYA
60
BAB 7 : ACTIVITY BASED COSTING DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT
biaya dari setiap penampungan biaya aktivitas dengan total pemicu aktivitasnya.
Apakah biaya produk direvisi atau tidak, informasi ABCS memberikan wawasan
baru mengenai efisiensi proses.
Banyak sistem perhitungan biaya tradisional melaporkan biaya dari setiap
area tanggungjawab manajer untuk tujuan pengendalian dan evaluasi biaya.
Biaya-biaya ini dapat dibagi-bagi lagi ke dalam akun-akun seperti tenaga
kerja langsung, perlengkapan dan listrik. Sistem perhitungan biaya tradisional
juga menyediakan total biaya dari setiap pusat biaya untuk digunakan dalam
perhitungan biaya produk, namun sistem perhitungan biaya tradisional tidak
mengharuskan studi terinci mengenai bagaimana setiap tugas dilakukan dan juga
berapa mahal untuk melakukan tugas tersebut, tetapi justru hal-hal tersebut yang
diharuskan oleh ABCS. Ketika informasi tersedia bagi manajemen, informasi
tersebut mengungkapkan kesempatan untuk perbaikan.
Konsep ABCS didasarkan pada kenyataan bahwa pelanggan menginginkan
harga yang dibayarkan seimbang dengan value produk yang diperoleh. Kebutuhan
pelanggan yang selalu berubah menuntut manajemen selalu melakukan perbaikan
terhadap proses yang digunakan untuk menghasilkan customer value. Dengan
demikian manajemen harus melakukan perbaikan terus menerus terhadap
proses, produk atau jasa serta lingkungan terkait yang dapat meningkatkan
customer value. Secara umum ada empat cara dimana aktivitas dapat dikelola
guna mencapai perbaikan dalam proses:
a) Pengurangan aktivitas: Mengurangi waktu usaha atau usaha yang diperlukan
untuk melakukan aktivitas tersebut.
b) Penghilangan aktivitas: Menghilangkan aktivitas tersebut secara keseluruhan.
c) Pemilihan aktivitas: Memilih alternatif yang berbiaya rendah dari kelompok
alternatif desain.
d) Pengembangan aktivitas: Membuat perubahan yang mengijinkan
penggunaan aktivitas dengan produk lain untuk mencapai skala ekonomis.
Tujuan pengelolaan aktivitas adalah menghilangkan pemborosan atau
mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambah dengan tujuan meningkatkan
aktivitas yang bernilai tambah bagi perusahaan. Apabila terjadi inefisiensi yang
disebabkan oleh aktivitas yang tidak bernilai tambah maka usaha manajemen
akan sia-sia sebab sumber pemborosan adalah aktivitas yang tidak bernilai
tambah. Sumber pemborosan dalam perusahaan manufaktur adalah:
a) Pemborosan pada input seperti kelebihan persediaan, bahan yang tidak
terpakai karena usang atau rusak.
b) Pemborosan pada proses seperti scrap dan pekerjaan ulang dan proses yang
tidak efisien.
61
AKUNTANSI BIAYA
62
BAB
8
JOB ORDER COSTING
A. PENDAHULUAN
Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing atau job
costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah;
suatu pesanan adalah unit dari suatu produk yang dapat secara mudah dibedakan
dari unit lainnya. Hal ini berbeda dari sistem perhitungan biaya berdasarkan
proses dimana biaya produksi diakumulasikan untuk suatu operasi atau subdivisi
dari suatu perusahaan.
Untuk menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif, pesanan harus
dapat diidentifikasikan secara terpisah karena ada perbedaan penting dalam
biaya per unit suatu pesanan dengan pesanan lain. Perhitungan biaya berdasarkan
pesanan dapat diterapkan untuk pekerjaan berdasarkan pesanan pabrik, bengkel
dan tempat reparasi; pekerjaan konstruksi dan percetakan dan pekerjaan di
bidang jasa seperti firma medis, hukum, arsitek, akuntansi dan konsultasi.
Karakteristik job order costing adalah:
a) Kegiatan produksi dilakukan atas dasar pesanan, sehingga bentuk barang/
produk tergantung pada spesifikasi pesanan. Proses produksinya terputus-
putus, tergantung ada tidaknya pesanan yang diterima.
b) Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan sehingga perhitungan
total biaya produksi dihitung pada saat pesanan selesai. Biaya per unit adalah
dengan membagi total biaya produksi dengan total unit yang dipesan.
c) Pengumpulan biaya produksi dilakukan dengan membuat kartu harga pokok
pesanan (job order cost sheet) yang berfungsi sebagai buku pembantu biaya
yang memuat informasi umum seperti nama pemesan, jumlah dipesan,
tanggal pesanan dan tanggal diselesaikan, informasi biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka.
d) Penentuan harga pokok per unit produk dilakukan setelah produk pesanan
yang bersangkutan selesai dikerjakan dengan cara membagi harga pokok
produk pesanan dengan jumlah unit produk yang diselesaikan.
63
AKUNTANSI BIAYA
64
KARTU HARGA POKOK PESANAN
BAB 8 : JOB ORDER COSTING
65
AKUNTANSI BIAYA
Company membeli bahan baku secara kredit sebesar Rp 25.000 pada tanggal 5
Januari. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr. Material 25.000
Cr. Account payable 25.000
Kuantitas dan harga unit dari setiap pembelian dicatat dalam kartu catatan bahan
baku. Satu kartu digunakan untuk setiap jenis bahan baku. Kartu-kartu tersebut
berfungsi sebagai catatan persediaan perpetual dan merupakan buku besar
pembantu yang mendukung akun bahan baku. Kartu-kartu ini dan dokumen-
dokumen lain dapat berbentuk kertas ataupun elektronik.
Penggunaan Bahan Baku
Bahan baku langsung untuk setiap pesanan dikeluarkan ke pabrik berdasarkan
bukti permintaan bahan, yang merupakan dokumen yang disiapkan oleh
pembuat jadwal produksi atau personel lain, yang memberikan spesifikasi nomor
pesanan dan tipe serta jumlah bahan baku yang diperlukan. Satu kopi dari setiap
bukti permintaan bahan dikirim ke bagian gudang, yang menyimpan item yang
dimaksud. Kuantitas dan biaya dari setiap item dicatat dalam bukti permintaan
bahan dan di-posting ke kartu catatan bahan baku.
Aliran bahan baku langsung dari gudang ke pabrik dipertanggungjawabkan
sebagai transfer biaya dari bahan baku ke barang dalam proses. Seringkali ini
dilakukan dalam bentuk ikhtisar di akhir suatu bulan atau periode. Bahan baku
yang diminta di bulan Januari pada RnB Company terdiri atas: pesanan 5574
sebesar Rp 2.510, pesanan 5575 sebesar Rp 24.070 dan pesanan 5576 sebesar Rp
4.420. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr. Work in process 31.000
Cr. Material 31.000
Bukti permintaan bahan juga digunakan untuk mengeluarkan bahan baku
tidak langsung. Selama bulan Januari senilai Rp 6.000 bahan baku penolong
dikeluarkan dari gudang. Ayat jurnalnya adalah sebagai berikut:
Dr. Factory overhead control 6.000
Cr. Material 6.000
Informasi yang lebih tepat waktu dibutuhkan untuk menghitung biaya
produksi untuk kepentingan tagihan ke pelanggan. Permintaan bahan baku
dimasukkan ke dalam kartu harga pokok pesanan dalam jangka waktu
mingguan atau kurang. Dalam sistem akuntansi yang sangat terotomatisasi, bukti
permintaan bahan individual dapat dicatat secara elektronik dan data di kartu
harga pokok pesanan, buku pembantu overhead dan bahan baku dapat langsung
diperbaharui.
66
BAB 8 : JOB ORDER COSTING
67
AKUNTANSI BIAYA
68
BAB 8 : JOB ORDER COSTING
lama setelah banyak pesanan diselesaikan. Untuk alasan tersebut, biaya overhead
aktual tidak akan dapat dibebankan ke pesanan secara tepat waktu, sehingga
digunakanlah tarif overhead pabrik yang ditentukan di muka (predetermined
overhead rate), yang merupakan rasio dari estimasi total overhead pabrik terhadap
estimasi total dasar alokasi.
RnB Company telah menentukan bahwa hubungan yang paling erat dengan
biaya overhead pabrik adalah jam mesin. Estimasi total biaya overhead pabrik
setahun adalah sebesar Rp 300.000 dan estimasi jam mesin yang digunakan
setahun adalah 7.500 jam. Tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan di muka
sebesar Rp 40 per jam mesin (Rp 300.000 : 7.500 jam mesin). Jumlah overhead
pabrik yang dibebankan ke suatu pesanan disebut overhead pabrik yang
dibebankan (factory overhead applied), ditentukan dengan mengalikan Rp 40
dengan jam mesin yang digunakan untuk pesanan tersebut.
Overhead pabrik yang dibebankan ke semua pesanan yang dikerjakan selama
suatu periode didebit ke dalam barang dalam proses pada akhir periode. Dalam
catatan RnB Company 29,4 jam mesin untuk pesanan nomor 5574, 250,6 jam
mesin untuk pesanan nomor 5575 dan 50 jam mesin untuk pesanan nomor
5576 sehingga totalnya 330 jam mesin digunakan di bulan Januari. Oleh karena
itu overhead pabrik dibebankan sebesar Rp 13.200 (Rp 40 x 330 jam) ke dalam
barang dalam proses dan pengendali overhead pabrik dapat langsung dikredit
atau dengan menyertakan akun perantara ”Overhead Pabrik yang Dibebankan”.
Dr. Work in process 13.200
Cr. Factory overhead applied 13.200
Dr. Factory overhead applied 13.200
Dr. Underapplied factory overhead 2.245
Cr. Factory overhead control 15.445
Saldo debit sebesar Rp 2.245 di pengendali overhead pabrik mengindikasikan
overhead pabrik yang terjadi melebihi jumlah overhead pabrik yang dibebankan,
sehingga dapat disimpulkan overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah
sebesar Rp 2.245. Saldo overhead pabrik yang dibebankan terlalu rendah atau
terlalu tinggi akan diperhitungkan dalam ayat jurnal penutupan yaitu ke harga
pokok penjualan di akhir tahun.
Dr. Cost of goods sold 2.245
Cr. Underapplied factory overhead 2.245
Atau
Dr. Overapplied factory overhead xx
Cr. Cost of goods sold xx
69
AKUNTANSI BIAYA
70
BAB
9
JUST IN TIME DAN BACKFLUSHING
A. JUST IN TIME
Adalah filosofi yang berpusat pada pengurangan biaya melalui peniadaan
persediaan. Ide dasar just in time sangat sederhana yaitu membeli bahan jika
persediaan habis atau ada order dan berproduksi apabila ada permintaan.
Seluruh bahan baku dan komponen-komponen harus tersedia di tempat kerja
saat dibutuhkan. Produk juga harus selesai dan tersedia bagi pelanggan saat
dibutuhkan, dalam arti tidak terlalu cepat dan tidak terlambat. Dengan demikian
tidak ada storage cost dan carrying cost. Prinsip dasar just in time adalah
meningkatnya kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon
perubahan dengan meminimalkan pemborosan (wastes). Dalam menghilangkan
pemborosan diperlukan continuous improvement. Untuk itu dibutuhkan high
quality dan balanced workloads yaitu Total Quality Management (TQM). Empat
aspek pokok dalam konsep just in time adalah:
a) Mengeliminasi semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk
atau jasa. Aktivitas yang tidak bernilai tambah akan meningkatkan biaya
(pemakaian sumber-sumber ekonomi) yang tidak perlu.
b) Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan kualitas yang lebih tinggi.
c) Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan dalam
meningkatkan efisiensi kegiatan.
d) Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman
terhadap aktivitas yang bernilai tambah.
71
AKUNTANSI BIAYA
Just in time merupakan kasus khusus dari sebagian kecil Economic Order Quantity
(EOQ). Agar just in time berjalan seharusnya maka set up time harus singkat dan
alur produksi melalui beberapa work stations harus seragam. Konsentrasi just
in time adalah stockless production/ lean production/ zero inventory production.
Tujuan pengurangan persediaan menjadi nol hanya tercapai jika:
a) Low or insignificant set-up (or order) times and costs.
b) Lot sizes equal to one.
c) Minimum and almost instantaneous lead times.
d) Balanced and level workloads.
e) No interruptions due to stock-outs, poor quality, unscheduled equipment
downtimes, engineering changes or other unplanned changes.
Pengurangan tingkat persediaan juga mempengaruhi kecepatan proses
atau kecepatan dimana suatu unit dapat melalui sistem. Banyak perusahaan
menggunakan just in time hanya untuk menangani pembelian dalam persentase
yang kecil, alasannya:
a) The time and effort required to convert many suppliers to a just in time shipping
pattern.
b) The difficulty of obtaining shipping at a cost low enough to justify many small
deliveries.
c) The likelihood of occasional shipping delays if suppliers are hundreds of miles
away.
d) The frustrating tendency for a low-cost, allegedly noncritical part to become
critical when it does not arrive on time and an important customer’s order
cannot be finished because there is no safety stock.
B. JUST IN TIME DAN VELOCITY
Velocity adalah kecepatan proses dari unit-unit atau tugas-tugas yang diproses
dalam suatu sistem, yang akan berhubungan terbalik dengan throughtput time
(waktu pemrosesan). Velocity naik maka throughput time turun, begitu juga
sebaliknya. Keuntungan strategis dari meningkatkan kecepatan adalah untuk
mengurangi waktu yang dibutuhkan dalam memenuhi pesanan-pesanan produksi.
Keuntungan dari pengurangan barang dalam proses adalah total investasi dapat
dikurangi dan menghemat carrying costs. Velocity improvement dapat diperluas
ke depan (forward) untuk persediaan barang jadi dan pengirimannya. Velocity
improvement juga dapat diperluas ke belakang (backward) untuk persediaan
bahan baku, pembelian, desain produk, pengembangan dan penelitian.
Tujuan just in time adalah mengurangi total cycle time karena satu-satunya
waktu yang memberikan nilai tambah yang dapat ditambahkan ke produk adalah
pada saat diproses sedangkan moving time, waiting time dan inspection time tidak
72
BAB 9 : JUST IN TIME DAN BACKFLUSHING
memberikan nilai tambah melainkan hanya menambah cost, tidak seperti process
time yang memberikan nilai tambah. Dengan mengurangi total cycle time berarti
mengurangi biaya dan meningkatkan kompetisi.
73
AKUNTANSI BIAYA
empowerment. Jika seluruh pabrik diorganisir ke dalam just in time cells maka
akan meniadakan departemen produksi dan departemen jasa berarti mengurangi
facilities costs.
74
BAB 9 : JUST IN TIME DAN BACKFLUSHING
75
AKUNTANSI BIAYA
Contoh:
Contoh:
Sama seperti
Sama soalsoal
seperti di atas, hanya
di atas, sajasaja
hanya tidak adaada
tidak persediaan barang
persediaan jadi.
barang jadi.
Jurnal a-g
Jurnal a-gsama seperti
→ sama contoh
seperti soal
contoh di atas.
soal di atas.
h. Komponen biaya material dari barang yang telah selesai
dipindahkan dari raw and in process.
76 Dr. Cost of goods sold 404.500
Cr. Raw and in process 404.500
i. Tidak perlu, karena tidak ada persediaan barang jadi.
j. Saldo akhir persediaan ditetapkan dengan menyesuaikan komponen
JUST IN TIME DAN BACKFLUSHING
BAB 9 : Contoh:
Sama seperti soal di atas, hanya saja tidak ada persediaan barang jadi.
Jurnal a-g sama seperti contoh soal di atas.
h.
h. Komponen
Komponen biayabiaya material
materialdaridari
barangbarang yangselesai
yang telah telahdipindahkan
selesai
dipindahkan
dari raw anddari raw and in process.
in process.
Dr. Cost of goods sold
Dr. Cost of goods sold 404.500
404.500
Cr. Raw Cr. Raw
andand in process
in process 404.500
404.500
i.i. Tidak
Tidakperlu,
perlu,karena
karenatidak
tidakada
adapersediaan
persediaan barang
barang jadi.
jadi.
j. Saldo akhir persediaan ditetapkan dengan menyesuaikan
j. Saldo akhir persediaan ditetapkan dengan menyesuaikan komponen komponen
biayakonversi.
biaya konversi.
Dr. Raw
Dr. Raw andandininprocess
process 500 500
(1.400
(1.400--900)
900)
Cr. Cost Cr. Cost of goods
of goods soldsold 500
500
81
77
AKUNTANSI BIAYA
78
BAB
10
PROCESS COSTING
79
dihasilkan bersifat standar.
b) Biaya produksi dikumpulkan dan dicatat dalam setiap departemen
produksi yang dilalui untuk jangka waktu tertentu (umumnya satu
bulan). AKUNTANSI BIAYA
c) Harga pokok per unit produk dihitung dari harga pokok produk
selesai periode dibagi dengan unit produk selesai dalam periode
tersebut.
yang dilalui untuk jangka waktu tertentu (umumnya satu bulan).
d)c) Produk yang belum
Harga pokok selesai
per unit produkpada akhir periode
dihitung dicatat
dari harga pokok ke produk
dalam selesai
rekening persediaan
periode dibagi denganbarang dalam proses.
unit produk Dalamperiode
selesai dalam hal ini digunakan
tersebut.
d) istilah
Produk unit ekuivalen
yang belum yaitu
selesaiukuran untukperiode
pada akhir unit barang dalam
dicatat prosesrekening
ke dalam
persediaan
yang barang
disetarakan dalamunit
dengan proses.
yangDalam hal ini Tujuannya
telah selesai. digunakan agaristilah unit
ekuivalen yaitu
memudahkan ukuran untuk
perhitungan harga unit barang
pokok dalam
barang proses
dalam yangakhir
proses disetarakan
dengan unit yang telah selesai. Tujuannya agar memudahkan perhitungan
periode.
e) Padahargaakhir
pokokperiode
barang dalam
dibuat proses
laporanakhir periode.
harga pokok produksi untuk
e) setiap
Pada akhir periode dibuat
departemen laporaninformasi
yang berisi harga pokok produksiskedul
mengenai untuk setiap
kuantitas (laporan produksi), skedul biaya (pembebanan biaya),(laporan
departemen yang berisi informasi mengenai skedul kuantitas
produksi),
skedul skedul
alokasi biayabiaya (pembebanan
(perhitungan biaya),
biaya) yangskedul alokasi biaya
menyangkut
(perhitungan biaya) yang menyangkut pertanggungjawaban
pertanggungjawaban biaya yang telah dikeluarkan dan dibebankan biaya yang telah
dikeluarkan
pada danbarang
persediaan dibebankan
jadi danpada persediaan
persediaan barang
barang jadiproses.
dalam dan persediaan
barang dalam proses.
f) Pada umumnya barang jadi departemen satu menjadi bahan baku
f) Pada umumnya barang jadi departemen satu menjadi bahan baku departemen
departemen berikutnya sampai produk selesai.
berikutnya sampai produk selesai.
C. ALUR
ALUR FISIK PRODUKSI
FISIK PRODUKSI
Suatu produk dapat berpindah
Suatu produk di pabrik
dapat berpindah dengandengan
di pabrik tiga format alur fisik
tiga format produksi.
alur
Tigaproduksi.
fisik format alur
Tiga fisik produksi
format yang
alur fisik berkaitan
produksi yangdengan perhitungan
berkaitan dengan biaya
berdasarkanbiaya
perhitungan proses antara lain adalah:
berdasarkan proses antara lain adalah:
a) Aliran Produk Berurutan (Sequential
a) Aliran Produk Berurutan (Sequential Product ProductFlow)
Flow)
Yaitu
Yaitu proses
prosesproduksi melalui
produksi usahausaha
melalui yang bersambungan/ berurutan secara
yang bersambungan/
terus-menerus.
berurutan secara terus-menerus.
Contoh:
Contoh:perusahaan
perusahaangarmen/
garmen/ konveksi.
konveksi.
80
b) Aliran
b) Aliran Produk
Produk Paralel
Paralel (Parallel
(Parallel Product
Product Flow)
Flow)
Yaitu proses
Yaitu proses produksi
produksi melalui
melalui usaha
usaha dimana
dimana bagian/
bagian/ departemen
departemen
10 : PROCESS COSTINGtertentu dikerjakan secara bersama-sama, baru
BAB perusahaan
perusahaan tertentu dikerjakan secara bersama-sama, baru
kemudian digabung
kemudian digabung dalam
dalam satu
satu proses
proses berikutnya.
berikutnya.
Contoh: perusahaan
Contoh: perusahaan perakitan.
perakitan.
c)c) Aliran
c)
Aliran
Aliran Produk
Produk
Produk
Selektif
Selektif
Selektif
(Selective
(Selective
(Selective
Product
Product
Product
Flow)
Flow)
Flow)
Yaitu
Yaitu proses
proses produksi
produksi melalui
melaluiusaha
usahadimana produk
dimana suatusuatu
produk departemen
Yaitu proses produksi melalui usaha dimana produk suatu
mungkin ditransfer
departemen mungkin ke departemen
mungkin ditransfer
ditransfer keyang berbeda,
ke departemen tergantung
departemen yang pada
yang berbeda,
berbeda,hasil yang
departemen
diinginkan.
tergantung pada hasil
hasil yang
yang diinginkan.
diinginkan.
tergantung pada
Contoh:
Contoh: prosespemotongan
proses pemotonganhewan.
hewan.
Contoh: proses pemotongan hewan.
81
AKUNTANSI BIAYA
82
BAB 10 : PROCESS COSTING
83
AKUNTANSI BIAYA
84
BAB 10 : PROCESS COSTING
proses awal) = xx
Unit produk selesai - unit barang dalam proses awal = xx
Unit barang dalam proses akhir x tingkat penyelesaian
biaya overhead pabrik pada barang dalam proses akhir = xx +
= xx
Biaya per unit dihitung dengan cara membagi antara total biaya produksi
yang dikeluarkan periode ini (tidak termasuk biaya di persediaan awal)
Bab 10. Process Costing
dengan unit ekuivalen masing-masing elemen biaya produksi.
F. PENINGKATAN DALAM KUANTITAS PRODUKSI KETIKA
BAHAN BAKU
proses-proses DITAMBAHKAN
selanjutnya. Penambahan air soda merupakan
Dalam beberapa
peningkatan totalproses
volume produksi, penambahan
dari produk dalambahan
bentuk baku
cairmenyebabkan
yang harus
dipertanggungjawabkan. Peningkatan kuantitas produkproduksi
peningkatan dalam total volume atau unit produk. Misalnya, dalam cairan
minuman ringan (soft drink), sirup diproduksi di satu departemen sedangkan
menyerap biaya departemen
air soda ditambahkan sebelumnya
di proses-proses dengan
selanjutnya. total jumlah
Penambahan yang
air soda
sama.
merupakan peningkatan total volume dari produk dalam bentuk cair yang harus
Untuk mengilustrasikan
dipertanggungjawabkan. Peningkatanpembuatan
kuantitas produklaporan
cairan biaya
menyerapproduksi
biaya
departemen
dimana sebelumnyabahan
penambahan denganbaku
total meningkatkan
jumlah yang sama. total kuantitas produk,
asumsikan bahwa di departemen pencampuran produksi
Untuk mengilustrasikan pembuatan laporan biaya dari TridimanaColor
penambahan bahan baku meningkatkan total kuantitas produk, asumsikan
Company, pewarna cat diterima dari departemen pewarnaan dan
bahwa di departemen pencampuran dari Tri Color Company, pewarna cat
kemudian
diterima daridiencerkan dan dicampur
departemen pewarnaan dengan
dan kemudian lateks dan
diencerkan cair untuk
dicampur
menghasilkan cat.untuk
dengan lateks cair Data menghasilkan
produksi berikut ini tersedia
cat. Data produksi untuk
berikutdepartemen
ini tersedia
untuk departemen
pencampuran pencampuran
di bulan di bulan
April tahun April tahun 2013.
2013.
Jumlah galon di persediaan barang dalam proses awal 800
Jumlah galon yang diterima dari departemen pewarnaan 2.000
Jumlah galon lateks yang ditambahkan di departemen pencampuran 4.000
Jumlah galon yang ditransfer ke departemen pengalengan 5.800
Jumlah galon di persediaan barang dalam proses akhir 1.000
BiayaBiaya
per unit
per ekuivalen di departemen
unit ekuivalen di departemenpencampuran
pencampurandengan
dengan weighted
weighted
average method
average method ditentukan
ditentukansebagai berikut:
sebagai berikut:
Biaya per unit ekuivalen di departemen pencampuran dengan weighted
average method ditentukan sebagai berikut:
Asumsikan
Asumsikan bahwa
bahwa perusahaan
perusahaan menggunakan
menggunakan akun bukuakun
besar buku
umumbesar
yang
umum yang
terpisah terpisah
untuk
Asumsikan untukperusahaan
setiapbahwa setiap
departemen departemen
produksinya, makaproduksinya,
ayat jurnal
menggunakan akununtukmaka
buku ayat
mencatat
besar
transfer
jurnal
umumuntuk biaya dari
yang mencatatdepartemen pencampuran
transfer
terpisah untuk biaya
setiap ke departemen
dari departemen
departemen pengalengan
pencampuran
produksinya, adalah
maka ayatke
sebagai
departemen berikut:
jurnal untukpengalengan adalahbiaya
mencatat transfer sebagai
dariberikut:
departemen pencampuran ke
Dr. Work in process-canning department
departemen pengalengan adalah sebagai berikut: 37.700
Dr. WorkWork
Cr. in process-mixingdepartment
in process-canning department 37.700
37.700
Dr. Work
Cr.inWork
process-canning department
in process-mixing department 37.700 37.700
Cr. Work in process-mixing department 37.700
86
BAB 10 : PROCESS COSTING
87
AKUNTANSI BIAYA
Bab 10. Process Costing
Bab 10. Process Costing
pertama
Metode keluar pertama
masuk pertamamempunyai anggapanberbeda
keluar pertama bahwa dengan
biaya produksi
metode
pertama
periode keluar pertama
ini terlebih mempunyai anggapan bahwa biaya produksi
harga pokok rata-ratadahulu digunakan
tertimbang. untuk
Penentuan menyelesaikan
harga pokok produk produk
yang
periode ini
memperhitungkanterlebih dahulu
barang digunakan
dalam pada untuk
proses awal menyelesaikan produk
yang masih dalam proses awaldengan
bulan,metode masuk pertama
kemudian sisanya
yang masih dalam proses pada bahwa
awal biaya
bulan, kemudian sisanya
digunakan untuk menyelesaikan produk yang masuk proses terlebih
keluar pertama mempunyai anggapan produksi periode ini dalam
digunakan
dahulu untuk untuk
digunakan menyelesaikan
menyelesaikanproduk yang
produk masuk
yang masih proses
dalam dalam pada
proses
bulan sekarang. Oleh karena itu menurut metode masuk pertama keluar
bulan
awal sekarang. Oleh karena
bulan, kemudian sisanyaitudigunakan
menurut metode masuk pertamaproduk
untuk menyelesaikan keluar yang
pertama, tingkat penyelesaian barang dalam proses awal bulan
masuk proses
pertama, dalampenyelesaian
tingkat bulan sekarang. Oleh karena
barang dalam itu menurut
proses metode
awal bulan masuk
diperhitungkan
pertama keluar dalam
pertama, unit
tingkat ekuivalen.
penyelesaian Asumsi
barang tingkat
diperhitungkan dalam unit ekuivalen. Asumsi tingkat penyelesaianbulan
dalam penyelesaian
proses awal
persediaan
diperhitungkan
persediaan awal
awal adalah
dalam
adalah unit
40% 40% bahan
ekuivalen.
bahan dan
Asumsi
dan 70%70% konversi.
tingkat UnitUnit
penyelesaian
konversi. ekuivalen
persediaan
ekuivalen
awal adalah
untuk
untuk setiap40%
setiap bahan
elemen
elemen dandi70%
biaya
biaya di konversi. Unit
departemen
departemen ekuivalen adalah
pencampuran
pencampuran untuk setiap
adalah elemen
sebagai
sebagai
biaya di departemen pencampuran adalah sebagai berikut:
berikut:
berikut:
92
BAB 10 : PROCESS COSTING
%
Biaya Dipertanggungjawabkan Penye- Unit Biaya Total
Sebagai Berikut Unit lesaian Ekuivalen Per Unit Biaya
Ditransfer ke departemen pengalengan:
Dari persediaan awal Rp 3.395
Biaya yang masih harus diselesaikan:
Biaya departemen sebelumnya 800 0% 0 Rp 2,00 0
Bahan baku 800 60% 480 Rp 2,61 Rp 1.255
Tenaga kerja 800 30% 240 Rp 0,64 Rp 153
Overhead pabrik 800 30% 240 Rp 1,28 Rp 306
Rp 5.109
Dimulai dan diselesaikan selama periode
berjalan 5.000 100% 5.000 Rp 6,52 Rp 32.635
89
AKUNTANSI BIAYA
90
BAB
11
THE COST OF QUALITY
91
AKUNTANSI BIAYA
92
BAB 11 : THE COST OF QUALITY
93
AKUNTANSI BIAYA
namun inspeksi butuh biaya dan biaya inspeksi ini tidak memberikan nilai
tambah ke produk. Pendekatan yang terbaik untuk perbaikan mutu adalah
berkonsentrasi pada tindakan pencegahan yaitu mencari penyebab-penyebab
dari pemborosan dan inefisiensi, kemudian membuat rencana yang sistematis
untuk menghilangkan penyebab-penyebab tersebut. Fasilitas produksi harus
dirawat dan diatur sehingga efisien. Perawatan ini selain dapat mengoptimalkan
hasil juga dapat memperpanjang nilai masa manfaatnya.
Bahan baku sebaiknya bebas dari cacat dan jumlah yang diperlukan sebaiknya
tersedia saat dibutuhkan. Jumlah pergantian alat-alat yang diperlukan dalam
proses produksi sebaiknya diminimalkan dan proses produksi yang diperlukan
sebaiknya dipahami dengan baik sebelum produksi dimulai. Apabila pencegahan
adalah penting dalam membangun mutu, maka penilaian kinerja juga sama
pentingnya. Karyawan tidak hanya dilatih untuk melakukan tugasnya secara
lebih efisien, tetapi juga diberdayakan untuk mencari cara guna memperbaiki
mutu produk dan proses.
Inspeksi atas produksi guna mencari produk cacat juga penting, tetapi
diperlukan pendekatan secara dinamis yaitu dengan cara pengendalian proses
secara statistik guna memonitor mutu produk dan mengurangi variabilitasnya.
Pengendalian proses secara statistik adalah suatu metode untuk mengukur
dan memonitor variabilitas output selama proses produksi. Tingkat toleransi
dapat dinyatakan sebagai rentang output yang dapat diterima, dengan batas atas
dan batas bawah yang berkisar pada target tertentu atau rata-rata yang telah
ditentukan sebelumnya. Tujuan dari pengendalian proses secara statistik adalah
untuk menentukan kapan suatu proses harus dibetulkan. Tindakan korektif
tersebut dapat berupa hal yang sederhana seperti menyetel ulang mesin, tetapi
juga dapat berupa perbaikan atau pergantian mesin, atau bahkan desain ulang
suatu produk atau proses. Usaha-usaha perbaikan mutu harus diperluas ke
aktivitas-aktivitas pemasaran. Pengepakan, efektivitas iklan, metode penjualan,
citra produk, serta distribusi dan pengiriman produk harus dievaluasi dengan
tujuan untuk memperbaiki mutu dan layanan bagi pelanggan. Penilaian kerja
sebaiknya termasuk survei atas pelanggan saat ini untuk menentukan tingkat
kepuasan mereka terhadap produk.
Tidak ada cara yang instan untuk memperbaiki mutu. Perbaikan mutu secara
berkelanjutan dan terus-menerus memerlukan usaha konstan dari setiap orang
di dalam perusahaan. Inti dari konsep ini adalah gagasan bahwa kondisi ideal
bukanlah sesuatu absolut yang dapat diketahui, tetapi kondisi tersebut berubah
sebagai akibat dari usaha yang terus-menerus dari individu-individu yang
bekerjasama untuk memperbaiki produk. Proses perbaikan kualitas memerlukan
komitmen jangka panjang untuk perbaikan yang melibatkan secara seimbang
94
BAB 11 : THE COST OF QUALITY
95
AKUNTANSI BIAYA
bahan baku sisa tidak signifikan biasanya tidak dilakukan pencatatan sampai saat
penjualan.
a) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat ditutup ke ikhtisar laba
rugi dan ditampilkan sebagai penjualan bahan baku sisa atau pendapatan
lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai
berikut:
Dr. Kas/ Piutang usaha 500
Cr. Penjualan bahan baku sisa/ Pendapatan lain-lain 500
b) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke harga pokok
penjualan, sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke pendapatan
penjualan untuk periode tersebut. Mengurangi harga pokok penjualan
menyebabkan peningkatan laba untuk periode tersebut yang sama halnya
dengan melaporkan hasil penjualan tersebut sebagai penjualan bahan baku
sisa atau pendapatan lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku
sisa adalah sebagai berikut:
Dr. Kas/ Piutang usaha 500
Cr. Harga pokok penjualan 500
c) Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke pengendali
overhead pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead pabrik dalam periode
tersebut. Apabila menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan
sebelumnya untuk dibebankan pada masing-masing pesanan, maka nilai
realisasi bersih dari bahan baku sisa yang diperkirakan untuk periode
tersebut harus diestimasi dan dikurangkan dari estimasi biaya overhead
pabrik sebelum tarif biaya overhead pabrik dihitung. Apabila tidak dilakukan
maka tarif biaya overhead pabrik akan dibebankan terlalu tinggi. Ayat jurnal
pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:
Dr. Kas/ Piutang usaha 500
Cr. Pengendali overhead pabrik 500
d) Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke masing-masing pesanan,
jumlah yang direalisasi dari penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan
sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke pesanan tersebut.
Biaya bahan baku di kartu biaya pesanan dikurangi dengan nilai bahan baku
sisa. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:
Dr. Kas/ Piutang usaha 500
Cr. Barang dalam proses 500
Jika harga jual bahan baku sisa memiliki nilai yang signifikan, maka bahan
baku sisa akan dicatat sebagai ”Persediaan” dalam kartu persediaan pada
saat bahan baku sisa diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang
sampai menunggu untuk dijual. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku
sisa adalah sebagai berikut:
96
BAB 11 : THE COST OF QUALITY
97
AKUNTANSI BIAYA
98
BAB 11 : THE COST OF QUALITY
99
AKUNTANSI BIAYA
100
BAB 11 : THE COST OF QUALITY
Biaya per unit dihitung dengan cara membagi antara total biaya produksi
(biaya di persediaan awal dan biaya produksi yang dikeluarkan periode ini)
dengan unit ekuivalen masing-masing elemen biaya produksi.
Tri Color Company
Departemen Pencampuran
Laporan Biaya Produksi
untuk April 2013
Bahan Tenaga Overhead
Skedul Kuantitas Baku Kerja Pabrik Jumlah
Persediaan awal 800
Diterima dari departemen pewarnaan 2.000
Ditambah ke proses departemen pencampuran 5.000
7.800
Ditransfer
Ditranfer ke departemen pengalengan 5.800
Unit cacat 100% 100% 100% 1.000
Persediaan akhir 100% 50% 50% 1.000
7.800
Jurnal:
Dr. Work in process-canning department 32.777
Cr. Work in process-mixing department 32.777
Dr. Spoiled goods inventory 5.651
Cr. Work in process-mixing department 5.651
Menurut FIFO method unit ekuivalen dihitung dengan rumus:
Biaya bahan baku:
Unit barang dalam proses awal x (100% - tingkat penyelesaian
biaya bahan baku pada barang dalam proses awal) = xx
Unit produk selesai - unit barang dalam proses awal = xx
Unit barang dalam proses akhir x tingkat penyelesaian biaya
bahan baku pada barang dalam proses akhir = xx
Unit cacat x tingkat penyelesaian = xx +
= xx
Biaya tenaga kerja:
Unit barang dalam proses awal x (100% - tingkat penyelesaian
biaya tenaga kerja pada barang dalam proses awal) = xx
Unit produk selesai - unit barang dalam proses awal = xx
Unit barang dalam proses akhir x tingkat penyelesaian biaya
tenaga kerja pada barang dalam proses akhir = xx
Unit cacat x tingkat penyelesaian = xx +
= xx
Biaya overhead pabrik:
Unit barang dalam proses awal x (100% - tingkat penyelesaian
biaya overhead pabrik pada barang dalam proses awal) = xx
Unit produk selesai - unit barang dalam proses awal = xx
Unit barang dalam proses akhir x tingkat penyelesaian biaya
overhead pabrik pada barang dalam proses akhir = xx
Unit cacat x tingkat penyelesaian = xx +
= xx
102
BAB 11 : THE COST OF QUALITY
Biaya per unit dihitung dengan cara membagi antara total biaya produksi yang
dikeluarkan periode ini (tidak termasuk biaya di persediaan awal) dengan unit
ekuivalen masing-masing elemen biaya produksi.
Tri Color Company
Departemen Pencampuran
Laporan Biaya Produksi
untuk April 2013
Bahan Tenaga Overhead
Skedul Kuantitas Baku Kerja Pabrik Jumlah
Persediaan awal 40% 70% 70% 800
Diterima dari departemen pewarnaan 2.000
Ditambah ke proses departemen penca mpuran 5.000
7.800
Ditranfer ke departemen pengalengan 5.800
Unit cacat 100% 100% 100% 1.000
Persediaan akhir 100% 50% 50% 1.000
7.800
%
Biaya Dipertanggungjawabkan Penye- Unit Biaya Total
Sebagai Berikut Unit lesaian Ekuivalen Per Unit Biaya
Ditransfer ke departemen pengalengan:
Dari persediaan a wal Rp 3.395
Biaya yang masih harus diselesaikan:
Biaya departeme n sebelumnya 800 0% 0 Rp 1,7143 0
Bahan baku 800 60% 480 Rp 2,2647 Rp 1.087
Tenaga kerja 800 30% 240 Rp 0,5430 Rp 130
Overhead pabrik 800 30% 240 Rp 1,0860 Rp 261
Rp 4.873
Dimulai dan dise lesaikan selama periode 5.000 100% 5.000 Rp 5,6080 Rp 28.040
103
AKUNTANSI BIAYA
Jurnal:
Dr. Work in process-canning department 32.913
Cr. Work in process-mixing department 32.913
Dr. Spoiled goods inventory 5.608
Cr. Work in process-mixing department 5.608
Kecacatan yang Terjadi Akibat Kegagalan Eksternal (Normal)
Menurut weighted average method unit ekuivalen dihitung dengan rumus:
Biaya bahan baku:
Unit produk selesai = xx
Unit barang dalam proses akhir x tingkat penyelesaian biaya
bahan baku pada barang dalam proses akhir = xx +
= xx
Biaya tenaga kerja:
Unit produk selesai = xx
Unit barang dalam proses akhir x tingkat penyelesaian biaya
tenaga kerja pada barang dalam proses akhir = xx +
= xx
Biaya overhead pabrik:
Unit produk selesai = xx
Unit barang dalam proses akhir x tingkat penyelesaian biaya
overhead pabrik pada barang dalam proses akhir = xx +
= xx
Biaya per unit dihitung dengan cara membagi antara total biaya produksi
(biaya di persediaan awal dan biaya produksi yang dikeluarkan periode ini)
dengan unit ekuivalen masing-masing elemen biaya produksi.
Tri Color Company
Departemen Pencampuran
Laporan Biaya Produksi
untuk April 2013
Bahan Tenaga Overhead
Skedul Kuantitas Baku Kerja Pabrik Jumlah
Persediaan awal 800
Diterima dari departeme n pewarnaan 2.000
Ditambah ke proses departemen pencampuran 5.000
7.800
Ditranfer ke departemen pengalenga n 5.800
Unit cacat 100% 100% 100% 1.000
Persediaan akhir 100% 50% 50% 1.000
7.800
BABBiaya
11 : THEdiCOST
persediaan awal:
OF QUALITY
Biaya depart emen sebelumnya Rp 1.532
Bahan baku Rp 1.692
Tenaga kerja Rp 57
O verhead pabrik Rp 114
Total biaya di persediaan awal Rp 3.395
Biaya yang ditambahkan selama periode berj alan:
Biaya departeme n sebelumnya Rp 12.000 6.800 Rp 1,99
Bahan baku Rp 16.940 6.800 Rp 2,74
Tenaga kerja Rp 3.660 6.300 Rp 0,59
Overhead pabrik Rp 7.320 6.300 Rp 1,18
Total biaya yang ditambahkan sela ma periode berjalan Rp 39.920
Jurnal:
Dr. Work in process-canning department 37.700
Cr. Work in process-mixing department 37.700
105
Unit produk selesai = xx
Unit barang dalam proses akhir x tingkat penyelesaian
biaya overhead pabrik pada barang dalam proses akhir = xx
Unit cacat x tingkat penyelesaian AKUNTANSI
= xxBIAYA
+
= xx
Biaya per unit dihitung dengan cara membagi antara total biaya
produksiBiaya(biaya
per unit di persediaan
dihitung dengan caraawal danantara
membagi biaya produksi
total biaya yang
produksi
yang dikeluarkan
dikeluarkan periode
periode ini) ini (tidak termasuk
dengan biaya di persediaan
unit ekuivalen awal) dengan
masing-masing elemen
unitproduksi.
biaya ekuivalen masing-masing elemen biaya produksi.
Tri Color Company
Departemen Pencampuran
Laporan Biaya Produksi
untuk April 2013
Bahan Tenaga Overhead
Skedul Kuantitas Baku Kerja Pabrik Jumlah
Persediaan awal 800
Diterima dari departemen pewarnaan 2.000
Ditambah ke proses departemen pencampuran 5.000
7.800
Ditranfer ke departemen pengalengan 5.800
Unit cacat 100% 100% 100% 1.000
Persediaan akhir 100% 50% 50% 1.000
7.800
Jurnal:
Dr. Work in process-canning department 37.744
106
Cr. Work in process-mixing department 37.744
106
BAB
12
BY PRODUCTS DAN JOINT PRODUCTS
A. PENDAHULUAN
Suatu produk disebut produk utama (main product) apabila proses produksi
gabungan menghasilkan hanya satu produk dengan nilai penjualan lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai penjualan dari produk-produk lainnya. Suatu produk
disebut produk gabungan (joint product) apabila proses produksi gabungan
menghasilkan dua atau lebih produk dengan nilai penjualan lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai penjualan dari produk-produk lainnya. Suatu produk
disebut produk sampingan (by product) apabila produk-produk lainnya dari suatu
proses produksi gabungan memiliki nilai penjualan lebih rendah dibandingkan
dengan nilai penjualan sebagai produk utama atau produk gabungan. Contoh:
apabila kayu gelondongan diproses menjadi papan kayu dan kepingan kayu maka
papan kayu adalah produk utama dan kepingan kayu adalah produk sampingan.
Apabila kayu gelondongan diproses menjadi papan kayu halus, papan kayu dan
kepingan kayu maka papan kayu halus dan papan kayu adalah produk gabungan
sementara kepingan kayu adalah produk sampingan. Produk gabungan, produk
utama dan produk sampingan merupakan produk-produk berbeda yang
dihasilkan secara simultan melalui biaya gabungan (joint cost) dari serangkaian
proses produksi.
Joint cost tidak sama dengan biaya bersama (common cost). Joint cost timbul
apabila proses produksi menghasilkan dua atau lebih produk. Common cost timbul
apabila sejumlah produk dihasilkan dengan menggunakan sumber daya yang
tidak dapat dipisahkan, misalnya biaya set up untuk suatu batch yang meliputi
sejumlah produk. Biaya gabungan adalah biaya-biaya dari suatu proses produksi
yang menghasilkan beberapa produk secara bersamaan. Biaya gabungan yang
terjadi berupa satu jumlah total untuk semua produk yang tidak dapat dibagi dan
bukannya penjumlahan dari biaya individual masing-masing produk. Di dalam
biaya gabungan terdapat bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik. Biaya
gabungan terjadi sebelum titik pemisah (split off point). Suatu titik dalam proses
produksi gabungan dimana dua atau lebih produk mulai dapat diidentifikasi
secara terpisah menjadi masing-masing produk disebut titik pemisah. Pada titik
107
AKUNTANSI BIAYA
108
BAB 12 : BY PRODUCTS DAN JOINT PRODUCTS
tersebut akan dimasukkan ke dalam laporan laba rugi sebagai salah satu dari
empat kategori seperti metode pertama yang disebutkan di atas.
Dalam kategori kedua untuk menghitung biaya produk sampingan, sebagian
biaya produk gabungan dialokasikan ke produk sampingan. Alokasi biaya
gabungan seperti ini hampir sama dengan perlakuan terhadap produk gabungan.
Nilai persediaan didasarkan pada besarnya biaya gabungan yang dialokasikan
ditambah dengan biaya pemprosesan lebih lanjut setelah titik pemisah. Dalam
kategori ini, ada dua metode yang digunakan yaitu metode 3 yang merupakan
metode biaya penggantian (replacement cost method) dan metode 4 yaitu metode
nilai pasar, atau yang juga dikenal sebagai metode pembatalan atau pembalikkan
biaya (reversal cost method).
109
AKUNTANSI BIAYA
jual per unit. Untuk mengilustrasikan hal ini, asumsikan produk gabungan A,
B, C dan D diproduksi dengan biaya gabungan Rp 120.000. Kuantitas yang
diproduksi adalah A = 20.000 unit, B = 15.000 unit, C = 10.000 unit dan D =
15.000 unit. Produk A dijual seharga Rp 0,25, B seharga Rp 3, C seharga Rp 3,5
dan D seharga Rp 5. Harga ini merupakan harga pasar dari produk tersebut pada
titik pemisah. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa produk-produk tersebut
dapat dijual pada titik pemisah. Manajemen mungkin saja memutuskan bahwa
akan lebih menguntungkan jika produk tertentu diproses lebih lanjut sebelum
dijual, namun hal tersebut tidak akan mengubah penggunaan harga jual pada
titik pemisah sebagai dasar alokasi biaya gabungan. Berikut ini ilustrasi alokasi
biaya gabungan:
Harga pasar Rasio nilai
per unit Total produk Alokasi
Unit pada titik harga terhadap biaya
Produk produksi pemisah pasar harga pasar gabungan
A 20.000 Rp 0,25 Rp 5.000 3,125% Rp 3.750
B 15.000 3,00 45.000 28,125% 33.750
C 10.000 3,50 35.000 21,875% 26.250
D 15.000 5,00 75.000 46,875% 56.250
Total Rp 160.000 100,00% Rp 120.000
Hasil yang sama juga akan diperoleh apabila total biaya gabungan (Rp
120.000) dibagi dengan total harga pasar keempat produk (Rp 160.000). Rasio
yang dihasilkan sebesar 0,75 adalah rasio biaya gabungan dari setiap produk
terhadap harga pasarnya. Dengan mengalikan harga pasar dengan rasio tersebut,
maka biaya gabungan dialokasikan sama sebagaimana ditunjukkan di tabel
sebelumnya.
Berdasarkan metode harga pasar, setiap produk gabungan menghasilkan
persentase laba kotor yang sama, dengan asumsi unit dijual tanpa pemrosesan
lebih lanjut. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut dan asumsikan tidak ada
persediaan awal.
Total A B C D
Unit penjualan 52.000 18.000 12.000 8.000 14.000
Unit persediaan akhir 8.000 2.000 3.000 2.000 1.000
Penjualan Rp 138.500 Rp 4.500 Rp 36.000 Rp 28.000 Rp 70.000
Biaya produksi Rp 120.000 Rp 3.750 Rp 33.750 Rp 26.250 Rp 56.250
Dikurangi persediaan Rp 16.125 Rp 375* Rp 6.750 Rp 5.250 Rp 3.750
akhir
Harga pokok penjualan Rp 103.875 Rp 3.375 Rp 27.000 Rp 21.000 Rp 52.500
Laba kotor Rp 34.625 Rp 1.125 Rp 9.000 Rp 7.000 Rp 17.500
Persentase laba kotor 25% 25% 25% 25% 25%
110
BAB 12 : BY PRODUCTS DAN JOINT PRODUCTS
111
AKUNTANSI BIAYA
Total A B C D
Unit penjualan 52.000 18.000 12.000 8.000 14.000
Unit persediaan akhir 8.000 2.000 3.000 2.000 1.000
*) Total biaya produksi Rp 6.800 : 20.000 unit produksi = Rp 0,34 x 2.000 unit
di persediaan akhir = Rp 680
Dalam tabel berikut ini, laba kotor dikurangi dari harga jual untuk menentukan
total biaya produksi. Total biaya produksi kemudian dikurangi dengan biaya
pemrosesan lebih lanjut dari setiap produk untuk menentukan alokasi biaya
gabungan.
Total A B C D
Harga jual final Rp 250.000 Rp 10.000 Rp 75.000 Rp 45.000 Rp 120.000
Dikurangi laba kotor Rp 80.000 Rp 3.200 Rp 26.000 Rp 14.000 Rp 36.800
Total biaya produksi Rp 170.000 Rp 6.800 Rp 49.000 Rp 31.000 Rp 83.200
Biaya pemrosesan lebih lanjut Rp 50.000 Rp 2.000 Rp 10.000 Rp 10.000 Rp 28.000
Biaya gabungan Rp 120.000 Rp 4.800 Rp 39.000 Rp 21.000 Rp 55.200
112
BAB 12 : BY PRODUCTS DAN JOINT PRODUCTS
*Total biaya gabungan/ total rata-rata tertimbang = Rp 120.000/ 600.000 unit = Rp 0,2
per unit
Metode Unit Kuantitatif
Metode unit kuantitatif mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan satuan
pengukuran yang sama, misalnya pon, galon, ton atau meter persegi. Jika produk
gabungan tidak bisa diukur dalam satuan ukuran yang sama, maka ukuran
tersebut dikonversikan ke satuan yang sama. Misalnya, ketika arang diproduksi,
batu bara, benzol, amonia sulfat dan gas juga ikut diproduksi dan masing-masing
113
AKUNTANSI BIAYA
diukur dalam satuan yang berbeda. Tabel berikut ini mengilustrasikan metode
unit kuantitatif, menggunakan berat sebagai dasar alokasi biaya gabungan dengan
asumsi biaya batu bara adalah sebesar Rp 40 per ton.
Produk yang
diperoleh per ton D istribusi limbah Bobot produk yang
batu bara (dalam ke produk yang dihasilkan setelah Biaya per produk
Produk pon) dihasilkan revisi per ton batu bara
Arang 1.320,0 lbs 69,474 lbs* 1.389,474 lbs Rp 27,790**
Batu bara 120,0 6,316 126,316 2,526
Benzol 21,9 1,153 23,053 0,461
Amonia sulfat 26,0 1,368 27,368 0,547
Gas 412,1 21,689 433,789 8,676
Limbah (air) 100,0
Total 2.000,0 lbs 100,000 lbs Rp 40,000
114
BAB 12 : BY PRODUCTS DAN JOINT PRODUCTS
115
AKUNTANSI BIAYA
BAGIAN DUA :
SOAL LATIHAN
116
SOAL LATIHAN
A. PERILAKU BIAYA
SOAL 1
PT MUMU mengeluarkan biaya pemeliharaan untuk peralatan mesinnya
selama lima bulan pertama tahun 2011. Rentang yang relevan untuk jam mesin
adalah antara 1.500 jam sampai dengan 2.600 jam. Observasi yang dilakukan
memaparkan data sebagai berikut:
Bulan Jam mesin Biaya pemeliharaan
Januari 1.000 Rp 1.500.000
Februari 1.800 Rp 1.530.000
Maret 2.200 Rp 1.760.000
April 2.400 Rp 2.160.000
Mei 2.600 Rp 2.600.000
Diminta:
Hitunglah biaya tetap dan biaya variabel dengan menggunakan metode high and
low points, scattergraph dan least squares!
SOAL 2
Biaya PT MUMU pada beberapa level aktivitas yang berbeda:
Januari Februari Maret
Direct material (dasar
Rp 3.000.000 Rp 3.600.000 Rp 5.400.000
pembebanan: unit produksi)
Unit produksi 500 600 900
Direct labor (dasar
pembebanan: jam tenaga kerja 2.250.000 2.025.000 2.812.500
langsung)
Jam tenaga kerja langsung 5.000 4.500 6.250
Jumlah pembelian 10 20 30
117
AKUNTANSI BIAYA
Adapun jumlah produksi aktual yang terjadi pada bulan April 2011 adalah
sebanyak 1.250 unit, jumlah jam tenaga kerja langsung 6.750, jumlah pembelian
15 kali, jumlah set up 5 kali dan jumlah desain 3 kali.
Diminta:
a. Kelompokkan masing-masing biaya tersebut menjadi biaya tetap, variabel
dan semivariabel!
b. Pisahkan biaya semivariabel dengan metode high and low points,
scattergraph dan least squares!
c. Hitunglah besar setiap biaya tersebut sesuai dengan kondisi aktual pada
bulan April 2011!
118
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
SOAL 2
Berikut ini disajikan data dari PT MUMU pada bulan Maret 2011:
1. Dibeli bahan baku secara tunai sebesar Rp 60.000.000 dan secara kredit
sebesar Rp 40.000.000.
2. Bahan baku yang diminta selama bulan Maret untuk produksi sebesar Rp
35.000.000 dan untuk penggunaan tidak langsung sebesar Rp 15.000.000.
3. Terdapat gaji dan upah yang masih terhutang sebesar Rp 40.000.000 dan
akan dibayarkan.
4. Distribusi gaji dan upah adalah sebagai berikut: tenaga kerja langsung 60%,
tenaga kerja tidak langsung 20%, gaji bagian penjualan dan pemasaran 15%
serta gaji bagian umum dan administrasi 5%.
5. Biaya overhead pabrik terdiri atas penyusutan bangunan sebesar Rp 3.000.000
dan asuransi dibayar di muka sebesar Rp 500.000.
6. Biaya overhead pabrik lain-lain sebesar Rp 3.000.000 dimana 60% dibayar
secara tunai dan sisanya dikreditkan ke hutang usaha.
7. Diterima pelunasan piutang dari pelanggan sebesar Rp 25.000.000.
8. Membayar hutang usaha sebesar Rp 10.000.000.
9. Pembebanan biaya overhead pabrik sebesar Rp 26.400.000.
10. Unit yang telah selesai sebesar Rp 75.000.000 ditransfer ke barang jadi.
11. Penjualan sebesar Rp 120.000.000 dimana 30% diterima secara tunai dan
sisanya kredit. Laba kotor sebesar 60% dari harga pokok penjualan.
Diminta:
Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan selama bulan Maret 2011!
119
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 3
Data yang diperoleh dari PT MUMU untuk tahun 2011 (dalam Rupiah):
Sales 240.000.000
Work in process inventory, December 31 36.000.000
Work in process inventory, January 1 70.000.000
Selling and administrative expense 40.000.000
Income tax expense 500.000
Purchase of direct material 87.000.000
Direct material inventory, December 31 9.000.000
Direct material inventory, January 1 4.000.000
Direct labor 18.000.000
Insurance expense-factory 10.000.000
Depreciation expense-factory 14.000.000
Finished goods inventory, December 31 12.500.000
Finished goods inventory, January 1 18.500.000
Indirect material used 6.000.000
Indirect labor 8.000.000
Other manufacturing overhead 12.000.000
Diminta:
a. Buatlah schedule of cost of goods manufactured untuk tahun 2011!
b. Buatlah schedule cost of goods sold untuk tahun 2011!
c. Buatlah income statement untuk tahun 2011!
SOAL 4
Informasi PT MUMU selama bulan Juni 2011 adalah sebagai berikut:
1. Tanggal 7 Juni dilakukan pembelian bahan baku secara kredit
sebesar Rp 192.800.000 dan bahan baku penolong secara kredit sebesar Rp
33.700.000. Atas pembelian tersebut diberikan diskon 5% dan perusahaan
memanfaatkan diskon tersebut pada tanggal 8 Juni. Tanggal 15 Juni
terdapat bahan baku dan bahan baku penolong yang dikembalikan ke
pemasok masing-masing sebesar Rp 6.575.000 dan Rp 3.700.000. Biaya
angkut masuk bahan sebesar Rp 1.250.000 dimana Rp 250.000
diantaranya merupakan biaya angkut masuk untuk bahan baku penolong.
2. Biaya pekerja pabrik sebesar Rp 96.800.000 dimana 75% diantaranya
merupakan tenaga kerja langsung.
3. Biaya gaji bagian umum dan administrasi sebesar Rp 8.700.000. Biaya gaji
bagian penjualan dan pemasaran sebesar Rp 9.300.000.
4. Biaya listrik, air dan telepon sebesar Rp 7.200.000 dimana Rp 5.000.000
diantaranya dialokasikan untuk pabrik dan sisanya untuk kantor.
120
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
5. Penjualan yang terjadi selama bulan ini adalah Rp 294.000.000 dan perusahaan
menginginkan laba kotor sebesar 40% dari harga pokok penjualan.
6. Mesin pabrik yang diperoleh pada tanggal 1 Juni 2011 dengan harga Rp
150.000.000 mempunyai masa manfaat 5 tahun dan nilai sisa Rp 30.000.000.
Metode penyusutan garis lurus.
7. Biaya overhead pabrik lain-lain sebesar Rp 725.000 dan biaya komisi
penjualan sebesar Rp 13.200.000.
8. Saldo bahan baku awal sebesar Rp 36.970.000 dan saldo bahan baku akhir
sebesar Rp 21.000.000. Saldo bahan baku penolong akhir Rp 8.600.000 dan
saldo bahan baku penolong awal lebih kecil Rp 2.900.000 dari saldo bahan
baku penolong akhir. Saldo barang dalam proses awal sebesar Rp 96.800.000.
Saldo barang jadi awal adalah 30% dari saldo barang dalam proses awal
sedangkan saldo barang jadi akhir nilainya sama dengan saldo barang dalam
proses awal.
9. Perusahaan selalu melakukan penyesuaian tiap akhir bulan.
Diminta:
a. Susunlah laporan harga pokok produksi dan penjualan untuk bulan Juni
2011!
b. Hitunglah besarnya total beban operasi!
SOAL 5
Berikut adalah data PT MUMU selama bulan April 2011:
1. Pembelian bahan sebesar Rp 88.000.000 dimana Rp 28.000.000 diantaranya
merupakan pembelian bahan baku penolong. Syarat kredit adalah 3/10,
n/30. Dari bahan yang dibeli tersebut dikembalikan sebesar Rp 5.000.000
dimana untuk bahan baku sebesar Rp 4.500.000 dan sisanya untuk bahan
baku penolong.
2. Akibat kekurangan bahan baku penolong dalam proses produksi maka
dilakukan pembelian tambahan sebanyak Rp 2.000.000 dengan syarat kredit
3/10, n/30.
3. Biaya angkut masuk untuk bahan baku dan bahan baku penolong masing-
masing sebesar Rp 5.000.000 dan Rp 1.000.000 (FOB shipping point).
4. Pembayaran atas pembelian bahan baku dan bahan baku penolong dilakukan
dalam periode diskon.
5. Tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung dibayar dengan upah
sebesar Rp 80.000 per jam. Untuk bulan ini total jam kerja langsung sebesar
700 jam dan total jam kerja tidak langsung sebesar 150 jam.
6. Biaya gaji bagian keamanan pabrik sebesar Rp 5.000.000 dan biaya overhead
121
AKUNTANSI BIAYA
Informasi tambahan:
1. Saldo bahan baku 1 April 2011 adalah Rp 25.000.000.
2. Saldo awal bahan baku penolong adalah Rp 10.000.000 dan saldo akhir
bahan baku penolong adalah Rp 9.615.000.
3. Saldo barang dalam proses akhir adalah 65% dari saldo barang dalam proses
awal.
4. Saldo barang jadi awal adalah Rp 321.675.000.
Diminta:
a. Susunlah laporan harga pokok produksi dan penjualan untuk bulan April
2011!
b. Hitunglah besarnya beban komersial!
122
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
SOAL 6
Berikut adalah data persediaan PT MUMU:
1 Januari 2011 31 Januari 2011
Direct material Rp 178.000.000 Rp 86.500.000
Indirect material Rp 21.000.000 Rp 12.000.000
Finished goods Rp 99.000.000 Rp 75.770.000
Diminta:
a. Susunlah laporan harga pokok produksi dan penjualan untuk bulan Januari
2011!
b. Hitunglah saldo biaya overhead pabrik lain-lain!
123
AKUNTANSI BIAYA
Diminta hitunglah:
a. Kuantitas pemesanan yang paling ekonomis.
b. Persediaan penyanggah.
c. Titik pemesanan kembali.
d. Persediaan rata-rata.
e. Persediaan maksimum normal.
f. Persediaan maksimum absolut.
g. Frekuensi pemesanan.
h. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pemesanan.
i. Biaya pemesanan setahun.
j. Biaya penyimpanan setahun.
k. Grafik.
SOAL 2
Berikut adalah data PT MUMU yang menggunakan Economic Order Quantity:
1. Pemakaian maksimum per minggu adalah 4.000 unit, pemakaian minimum
per minggu adalah 2.000 unit dan pemakaian normal per minggu adalah
2.500 unit. Tenggang waktu yang dibutuhkan untuk pemesanan adalah 14
hari, dimana asumsi satu tahun adalah 50 minggu dan satu minggu adalah 7
hari.
2. Biaya satu kali pemesanan adalah Rp 100.000 dan biaya pemilikan sebesar
4% dari persediaan rata-rata.
3. Harga jual produk adalah Rp 1.000.000. Harga beli bahan baku per unit
adalah Rp 1.000.
124
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
Diminta hitunglah:
a. Kuantitas pemesanan yang paling ekonomis.
b. Persediaan pengaman.
c. Titik pemesanan kembali.
d. Persediaan rata-rata.
e. Persediaan maksimum absolut.
f. Biaya pemesanan setahun.
g. Biaya pemilikan setahun.
h. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pemesanan.
SOAL 3
PT MUMU yang menggunakan kain sebagai bahan utama dalam proses
produksinya menerapkan kuantitas pemesanan yang paling ekonomis. Informasi
selama tahun 2011:
1. Besarnya persediaan penyanggah adalah 1.000 meter.
2. Tingkat pemesanan kembali adalah ½ dari kuantitas pemesanan yang paling
ekonomis.
3. Persediaan maksimum absolut adalah 4.500 meter.
4. Pemakaian minimum per minggu adalah 150 meter.
5. Total biaya pemesanan dan biaya penyimpanan selama setahun pada saat
kuantitas pemesanan yang paling ekonomis adalah Rp 5.625.
6. Tenggang waktu pemesanan adalah 14 hari dimana asumsi satu tahun adalah
50 minggu dan satu minggu adalah 7 hari.
Diminta hitunglah:
a. Pemakaian maksimum per minggu.
b. Kebutuhan bahan baku selama setahun.
c. Biaya penyimpanan per meter per tahun.
d. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pemesanan.
e. Biaya untuk setiap kali pemesanan.
SOAL 4
Data PT MUMU yang menerapkan Economic Order Quantity selama tahun
2011:
1. Titik pemesanan kembali adalah 100 kg dan persediaan pengaman adalah 20 kg.
2. Tenggang waktu yang dibutuhkan untuk pemesanan adalah 1 minggu.
Asumsi satu tahun adalah 50 minggu.
3. Persediaan maksimum normal adalah 420 kg.
125
AKUNTANSI BIAYA
Diminta hitunglah:
a. Kuantitas pemesanan yang paling ekonomis.
b. Pemakaian normal per minggu dan pemakaian maksimum per minggu.
c. Frekuensi pemesanan.
d. Biaya pemesanan per pesanan.
e. Persediaan maksimum absolut.
SOAL 5
Total biaya penyimpanan dan biaya pemesanan PT MUMU pada tahun 2011
berjumlah Rp 792.000. Pemakaian normal per hari sebesar 200.000 kg. Pemakaian
maksimum per hari lebih besar 80.000 kg dari pemakaian minimum per hari.
Persediaan maksimum absolut sebesar 2.720.000 kg. Persediaan rata-rata sebesar
1.360.000 kg. Tenggang waktu yang dibutuhkan untuk pemesanan adalah 4 hari.
Berdasarkan kebijakan perusahaan, biaya penyimpanan bahan baku ditetapkan
sebesar 10% dari persediaan rata-rata. Produk yang dihasilkan dijual dengan
harga Rp 432 per unit. Asumsi satu tahun adalah 50 minggu dan satu minggu
adalah 6 hari.
Diminta hitunglah:
a. Pemakaian maksimum per hari.
b. Pemakaian minimum per hari.
c. Biaya pemesanan per pesanan.
d. Harga beli bahan baku per unit.
D. BIAYA TENAGA KERJA
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan per tanggal 25 Juni 2011,
diketahui total beban gaji yang harus dibayar pada tanggal 1 Juli 2011
adalah sebesar Rp 20.000.000 dengan tarif PPh 21 sebesar 5%. Perincian
gaji adalah sebagai berikut:
Untuk tenaga kerja langsung Rp 10.000.000
Untuk tenaga kerja tidak langsung Rp 5.000.000
Untuk bagian penjualan dan pemasaran Rp 2.500.000
Untuk bagian umum dan administrasi Rp 2.500.000
Diminta:
Buatlah jurnal yang diperlukan!
126
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
Diminta:
a. Susunlah laporan harga pokok produksi dan penjualan untuk bulan Januari
2011!
b. Hitunglah besarnya period cost!
127
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 2
PT MUMU mempunyai tiga departemen produksi yaitu Kwak, Kwek dan Kwik
serta tiga departemen jasa yaitu Tata, Tita dan Tuti. Anggaran biaya overhead
pabrik sebelum alokasi untuk masing-masing departemen selama tahun 2011
adalah sebagai berikut: departemen Kwak Rp 387.125.000, departemen Kwek Rp
265.700.000, departemen Kwik Rp 167.200.000, departemen Tata Rp 80.000.000,
departemen Tita Rp 60.000.000 dan departemen Tuti Rp 39.975.000.
Tabel alokasi biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:
Kwak Kwek Kwik Tata Tita Tuti
Tata 10% 45% 15% - 20% 10%
Tita 20% 20% 30% 20% - 10%
Tuti 40% 10% 10% 30% 10% -
Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode
langsung, bertahap dan aljabar!
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik
variabel untuk masing-masing departemen produksi!
SOAL 3
PT MUMU mempunyai dua departemen produksi yaitu Donald dan Deisy serta
tiga departemen jasa yaitu Kwak, Kwik dan Kwek. Berikut adalah anggaran biaya
overhead pabrik sebelum alokasi untuk masing-masing departemen beserta
alokasi biaya overhead pabrik selama tahun 2011:
Anggaran biaya
Departemen overhead pabrik Kwak Kwik Kwek
(Rp)
Donald 242.500.000 30% 20% 40%
Deisy 272.500.000 40% 50% 40%
Kwak 140.000.000 - 20% -
Kwik 175.000.000 - - 20%
Kwek 70.000.000 30% 10% -
128
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
Kapasitas normal departemen Donald adalah 100.000 jam dan kapasitas normal
departemen Deisy adalah 50.000 jam. Perbandingan tarif biaya overhead pabrik
tetap dan biaya overhead pabrik variabel adalah 2:3.
Diminta:
a. Buatlah tabel alokasi biaya overhead pabrik dengan menggunakan metode
langsung dan bertahap!
b. Hitunglah tarif biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik
variabel untuk masing-masing departemen produksi!
SOAL 4
PT MUMU memiliki dua departemen produksi yaitu Xenia dan Yahoo serta
tiga departemen jasa yaitu Alpha, Beta dan Gamma. Berikut adalah anggaran
biaya overhead pabrik sebelum alokasi untuk masing-masing departemen selama
tahun 2011:
Kapasitas normal
Departemen Anggaran biaya overhead pabrik (Rp)
(jam mesin)
Produksi:
Xenia 185.000 1.000
Yahoo 82.500 1.500
Jasa:
Alpha 18.000
Beta 29.160
Gamma 45.000
129
AKUNTANSI BIAYA
Diminta:
a. Hitunglah biaya produksi per unit untuk masing-masing produk dengan
menggunakan traditional costing dan activity based costing!
b. Rekonsiliasikan perbedaan total biaya produksi yang terjadi untuk produk
Baby Doll dan Big Jumbo!
SOAL 2
PT MUMU mempertimbangkan untuk menggunakan activity based costing.
Akuntan telah mengidentifikasikan indirect manufacturing cost ke dalam tiga
aktivitas yaitu:
130
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
Diminta:
a. Hitunglah biaya produksi per unit untuk masing-masing produk dengan
menggunakan traditional costing dan activity based costing!
b. Rekonsiliasikan perbedaan total biaya produksi yang terjadi untuk produk B!
SOAL 3
Tahun 2011 PT MUMU berencana untuk merubah sistem traditional costing
yang berdasarkan jam kerja langsung menjadi activity based costing. Perusahaan
menghasilkan dua produk yaitu Blue dan White. Aktivitas biaya overhead pabrik
lain-lain dialokasikan dengan menggunakan dasar jam kerja langsung. Produk
dihasilkan melalui tiga departemen dengan biaya overhead pabrik sebagai
berikut: departemen I sebesar Rp 22.000.000, departemen II sebesar Rp
18.000.000 dan departemen III sebesar Rp 35.000.000.
Data yang berhubungan dengan produk Blue:
1. Dibutuhkan bahan baku A sebanyak 3 kg untuk 2 unit produk.
2. Harga bahan baku A adalah Rp 4.800 per kg.
3. Persediaan awal sebanyak 1.800 unit, penjualan sebanyak 18.000 unit dan
persediaan akhir sebanyak ¼ dari persediaan awal.
4. Tiap satu jam kerja langsung dapat menghasilkan 4 unit produk.
5. Upah langsung per jam adalah Rp 6.000.
Data yang berhubungan dengan produk White:
1. Dibutuhkan bahan baku B sebanyak 5 kg untuk 2 unit produk.
2. Harga bahan baku B adalah Rp 2.500 per kg.
131
AKUNTANSI BIAYA
3. Persediaan awal sebanyak 1/3 dari unit produksi, penjualan sebanyak 12.000
unit dan persediaan akhir sebanyak 2/3 dari unit produksi.
4. Tiap satu jam kerja langsung dapat menghasilkan 9 unit produk.
5. Upah langsung per jam adalah Rp 6.600.
Diminta:
a. Hitunglah biaya produksi per unit untuk masing-masing produk dengan
menggunakan traditional costing dan activity based costing!
b. Rekonsiliasikan perbedaan total biaya produksi yang terjadi untuk produk
Blue!
SOAL 4
PT MUMU memproduksi dua macam produk yaitu X dan Y. Perusahaan sedang
merencanakan untuk mengganti sistem traditional costing yang berdasarkan
jam kerja langsung menjadi activity based costing. Informasi selama tahun 2011
adalah sebagai berikut:
1. Biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku adalah
sebesar Rp 110.000.000 dengan pengalokasian produk X dan produk Y adalah
6:5. Satu unit produk X memerlukan 2 kg bahan baku dan satu unit produk Y
memerlukan 4 kg bahan baku. Harga bahan baku untuk produk X adalah
Rp 3.000 per kg dan untuk produk Y adalah Rp 2.500 per kg.
2. Waktu yang diperlukan oleh tenaga kerja langsung untuk memproduksi satu
unit produk X dan satu unit produk Y masing-masing adalah 15 menit dan
30 menit. Tarif tenaga kerja langsung adalah Rp 25.000 per jam.
3. Total biaya overhead pabrik adalah Rp 95.000.000.
4. Berdasarkan activity based costing biaya overhead pabrik dialokasikan
ke berbagai aktivitas yaitu maintenance, set up dan design changes dengan
perbandingan 1:1:2 dari total biaya overhead pabrik yang dikeluarkan
perusahaan.
132
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
Diminta:
a. Hitunglah biaya produksi per unit untuk masing-masing produk dengan
menggunakan traditional costing dan activity based costing!
b. Rekonsiliasikan perbedaan total biaya produksi yang terjadi untuk produk
Juliet!
133
AKUNTANSI BIAYA
134
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
Diminta:
a. Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan selama bulan Agustus 2011 apabila
perusahaan menggunakan sistem pencatatan persediaan perpetual!
a. Hitunglah nilai persediaan akhir untuk bahan baku, bahan baku penolong,
barang dalam proses dan barang jadi!
b. Susunlah laporan harga pokok produksi dan penjualan untuk bulan Agustus
2011!
SOAL 2
PT MUMU adalah sebuah perusahaan manufaktur yang berproduksi berdasarkan
pada pesanan dari pelanggan. Data persediaan perusahaan pada akhir Juni 2011:
• Material:
Direct material 500 unit @ Rp 6.000
Indirect material 200 unit @ Rp 2.000
• Work in process (job 101):
Direct material Rp 4.500.000
Direct labor Rp 2.500.000
Factory overhead applied 120% dari tenaga kerja langsung
Transaksi yang terjadi pada bulan Juli 2011 adalah sebagai berikut:
1. Pembelian bahan baku sebanyak 2.000 unit @ Rp 6.500 dengan syarat kredit
2/10, n/30. Lima hari kemudian terjadi retur sebanyak 500 unit. Hutang
pembelian ini dilunasi dalam periode diskon.
2. Pembelian bahan baku penolong sebanyak 200 unit @ Rp 1.500 secara tunai.
3. Perusahaan menerima pesanan dari pelanggan yaitu job 102 dan job 103.
4. Pemakaian bahan langsung untuk job 101,102 dan 103 masing-masing
sebanyak 500, 800 dan 700 unit sedangkan untuk bahan baku penolong
masing-masing job secara berurutan adalah 100, 150 dan 150 unit. Metode
penilaian persediaan adalah dengan metode Average dan sistem pencatatan
persediaan adalah perpetual.
5. Gaji dan upah yang dibayarkan pada bulan ini adalah sebagai berikut: tenaga
kerja langsung sebesar Rp 4.000.000 dengan perbandingan alokasi untuk
job 101, 102 dan 103 adalah sebesar 2:3:3, tenaga kerja tidak langsung Rp
2.000.000, gaji bagian penjualan dan pemasaran Rp 1.500.000 serta gaji
bagian umum dan administrasi Rp 1.500.000.
6. Biaya overhead pabrik dibebankan ke masing-masing pekerjaan dengan tarif
sebesar 120% dari biaya tenaga kerja langsung.
7. Pada awal tahun 2011 perusahaan membayar biaya sewa untuk periode satu
tahun sebesar Rp 60.000.000. Biaya sewa ini dialokasikan 60% untuk kantor
dan sisanya untuk pabrik.
8. Seluruh job telah selesai dikerjakan. Job 101 diserahkan ke pelanggan secara
tunai dengan laba kotor 20% dari harga pokok penjualan sedangkan job 102
135
AKUNTANSI BIAYA
Diminta:
a. Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan selama bulan Juli 2011!
b. Hitunglah nilai persediaan akhir untuk bahan baku, bahan baku penolong,
barang dalam proses dan barang jadi!
c. Susunlah laporan harga pokok produksi dan penjualan untuk bulan Juli 2011!
SOAL 3
PT MUMU adalah perusahaan yang memproduksi sepatu atas dasar pesanan
pelanggan. Perusahaan mencatat persediaannya dengan sistem perpetual dan
metode penilaian yang digunakan adalah FIFO. Perkiraan buku besar PT MUMU
menunjukkan data persediaan per 31 Mei 2011:
• Direct material terdiri dari 500 unit bahan X @ Rp 15 dan 700 unit bahan
Y @ Rp 35
• Indirect material sebesar Rp 15.000
• Work in process:
Job 880 Job 890
Direct material Rp 32.500 Rp 25.000
Direct labor Rp 15.000 Rp 10.000
Factory overhead applied Rp 22.500 Rp 15.000
• Finished goods:
Job 850 1.000 unit @ Rp 125
Job 860 900 unit @ Rp 115
136
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
6. Biaya overhead pabrik rupa-rupa yang dibayar selama bulan ini sebesar Rp
35.000.
7. Biaya overhead pabrik dibebankan ke masing-masing pekerjaan dengan tarif
sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung.
8. Job 880 telah selesai dan diserahkan ke gudang barang jadi sedangkan job 850
diserahkan ke pelanggan dengan laba kotor sebesar 20% dari penjualan dan
dibayar dua bulan kemudian.
9. Kelebihan atau kekurangan pembebanan biaya overhead pabrik ditutup ke
COGS.
10. Perusahaan selalu melakukan penyesuaian setiap akhir bulan.
Diminta:
a. Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan selama bulan Juni 2011!
b. Hitunglah nilai persediaan akhir untuk bahan baku, bahan baku penolong,
barang dalam proses dan barang jadi!
c. Susunlah laporan harga pokok produksi dan penjualan untuk bulan Juni
2011!
SOAL 4
Data persediaan PT MUMU pada awal Maret 2011 adalah sebagai berikut:
• Direct material:
XY (3.000 unit) Rp 18.000.000
XZ (2.000 unit) Rp 10.000.000
• Work in process:
Job A Job B
Direct material Rp 3.000.000 Rp 2.500.000
Direct labor Rp 1.000.000 Rp 1.250.000
Factory overhead applied Rp 2.000.000 Rp 2.250.000
• Finished goods:
Produk X = 10.000 unit @ Rp 15.000
Transaksi yang terjadi selama bulan Maret 2011:
1. Pembelian bahan baku XY sebesar 7.000 unit @ Rp 8.000 secara kredit dan
bahan baku XZ sebesar 3.000 unit @ Rp 6.000 secara tunai. Pembelian bahan
baku penolong secara tunai sebesar 5.000 unit @ Rp 1.000.
2. Persediaan akhir bahan baku XY sebesar 2.000 unit dan pemakaian bahan
baku XZ sebesar 4.000 unit. Sistem pencatatan persediaan adalah perpetual
dan metode penilaian persediaan adalah Average. Pemakaian bahan baku
dialokasikan untuk job A = 40% dan sisanya untuk job B. Persediaan akhir
bahan baku penolong sebesar 3.000 unit.
3. Pembayaran gaji dan upah yang dilakukan selama bulan ini adalah Rp
100.000.000.
137
AKUNTANSI BIAYA
Diminta:
a. Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan selama bulan Maret 2011!
b. Susunlah laporan harga pokok produksi dan penjualan untuk bulan Maret
2011!
SOAL 5
Data persediaan PT MUMU pada awal tahun 2011 adalah sebagai berikut:
· Bahan terdiri dari bahan baku A (750 unit) sebesar Rp 562.500 dan bahan
baku B (200 unit) sebesar Rp 220.000 dan bahan baku penolong (150 unit)
sebesar Rp 81.000
138
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
139
AKUNTANSI BIAYA
H. BACKFLUSHING
SOAL 1
PT MUMU menggunakan sistem produksi just in time dengan siklus produksi
kurang dari dua hari. Pada tiap akhir bulan, seluruh persediaan dihitung, biaya
konversi diestimasi dan saldo persediaan disesuaikan. Berikut adalah data selama
bulan Juni 2011:
Saldo per 1 Juni 2011:
Raw and in process Rp 48.300 (termasuk biaya bahan baku Rp 46.230)
Finished goods Rp 391.000(termasuk estimasi biaya konversi Rp 197.800)
Supplies Rp 46.000
Saldo per 30 Juni 2011:
Raw and in process Rp 52.900 (termasuk estimasi biaya konversi Rp 3.220)
Finished goods Rp 400.200 (termasuk biaya bahan baku Rp 197.340)
Supplies Rp 11.000
140
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
konversi diestimasi dan saldo persediaan disesuaikan. Berikut adalah data selama
bulan September 2011:
Saldo per 1 September 2011:
Raw and in process Rp 75.000.000 (termasuk estimasi biaya konversi Rp
2.500.000).
Finished goods Rp 92.750.000 (termasuk biaya bahan baku Rp 90.000.000).
Supplies Rp 20.000.000
Saldo per 30 September 2011:
Raw and in process Rp 10.000.000 (termasuk biaya bahan baku Rp 8.500.000).
Finished goods Rp 115.000.000 (termasuk estimasi bi. konversi Rp 5.000.000).
Supplies Rp 15.000.000
Diminta:
Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan selama bulan September 2011!
SOAL 3
PT MUMU yang bergerak di bidang perangkaian bunga menggunakan backflush
costing. Sejumlah rangkaian bunga setiap harinya dikirim ke toko untuk dijual
langsung kepada konsumen. Pembelian bunga segar yang dilakukan dalam bulan
141
AKUNTANSI BIAYA
Keterangan tambahan:
1. Pembelian bunga segar dilakukan secara kredit. Satu ikat terdiri dari 20
tangkai bunga.
2. Tidak ada diskon untuk pembelian yang dilakukan karena harga beli tersebut
sudah disepakati bersama antara perusahaan dengan pihak pemasok.
3. Bunga yang dikirim adalah bunga-bunga yang segar dan dalam kondisi baik
sehingga di bulan ini tidak terjadi pengembalian bunga yang dibeli.
4. Besarnya ongkos angkut adalah Rp 25.000 untuk setiap dilakukan pembelian
(syarat FOB destination point).
Berikut adalah data persediaan barang jadi:
Jenis Harga jual Persediaan
Persediaan awal Total penjualan
rangkaian per unit akhir
Rangkaian Rp 132.500.000 Rp 105.000.000
Rp 156.250.000 Rp 250.000
bunga standar (530 unit) (420 unit)
Rangkaian Rp 82.875.000 Rp 60.125.000
Rp 97.500.000 Rp 325.000
bunga deluxe (255 unit) (185 unit)
Satu rangkaian bunga standar dapat dibuat dalam waktu 30 menit sedangkan
untuk membuat satu rangkaian bunga deluxe membutuhkan waktu ¾ jam. Upah
tenaga kerja langsung adalah Rp 37.500 per jam dan dibayar tunai di bulan ini.
Biaya overhead pabrik yang dibayar tunai di bulan April 2011 adalah Rp 8.000.000.
Informasi tambahan:
1. Saldo raw and in process per 30 April 2011 adalah Rp 420.000.000.
2. Perbandingan biaya bahan baku dan estimasi biaya konversi dalam semua
saldo persediaan baik awal maupun akhir adalah sama yaitu 3:2.
3. Jumlah yang di-backflush dari bahan baku yang terjual ke harga pokok
penjualan adalah Rp 950.100.000.
142
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
Diminta:
a. Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan selama bulan April 2011!
b. Hitunglah nilai raw and in process pada tanggal 1 April 2011!
I. PROCESS COSTING
SOAL 1
PT MUMU adalah sebuah perusahaan manufaktur yang berproduksi melalui
dua departemennya yaitu departemen Friends dan departemen Ster. Departemen
Friends menggunakan metode Average sedangkan departemen Ster menggunakan
metode FIFO sebagai metode perhitungan biayanya. Data mengenai unit produksi
pada kedua departemen tersebut selama bulan Juni 2011 adalah sebagai berikut:
Departemen
Departemen Ster
Friends
Unit in beginning inventory 5.000 10.000
Unit started in process in departemen
25.000
Friends
Unit transferred to departemen Ster 20.000
Unit received from departemen
20.000
Friends
Unit transferred to finished goods
25.000
inventory
Unit in ending inventory 5.000 5.000
Departemen
Departemen Ster
Friends
Biaya persediaan awal:
Biaya dari departemen
- 5.000.000
sebelumnya
Bahan baku 3.500.000 9.000.000
Tenaga kerja 3.800.000 7.000.000
143
AKUNTANSI BIAYA
144
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
bulan April adalah bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik masing-masing
sebesar 75% dari biaya persediaan awalnya. Departemen ini menggunakan
metode Average.
Diminta:
a. Buatlah laporan biaya produksi untuk tiap departemen!
b. Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan untuk kedua departemen selama
bulan April 2011!
SOAL 3
PT MUMU menghasilkan produk melalui dua departemen yaitu departemen
A dan B. Data mengenai unit produksi dan biaya di departemen A selama bulan
Maret 2011 adalah sebagai berikut: unit persediaan awal 15.000 unit (100%
bahan, 60% upah dan 80% overhead pabrik), unit dimulai dalam proses 20.000
unit, unit yang ditransfer ke departemen B 25.000 unit, unit persediaan akhir
6.000 unit (70% bahan, 50% konversi) dan terdapat unit yang rusak dimana
80%-nya terjadi akibat kesalahan karyawan (80% bahan, 60% upah dan 40%
overhead pabrik). Diketahui biaya persediaan awal: bahan baku Rp 47.472.000,
tenaga kerja Rp 20.408.000 dan overhead pabrik Rp 12.000.000. Biaya yang
ditambahkan selama periode ini adalah bahan baku Rp 63.688.000, tenaga
kerja Rp 54.392.000 dan overhead pabrik Rp 17.280.000.
Diminta:
a. Buatlah laporan biaya produksi untuk departemen A dengan menggunakan
metode Average!
b. Buatlah laporan biaya produksi untuk departemen A dengan menggunakan
metode FIFO!
c. Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan selama bulan Maret 2011!
SOAL 1
PT MUMU memproduksi secara massal kemeja melalui dua departemen yaitu
departemen Cutting dan departemen Finishing. Pada departemen Finishing
terdapat persediaan awal sebesar 2.000 unit serta ditambahkan pula 1.000 unit
untuk diproses. Unit persediaan akhir sebesar 1.000 unit (100% bahan dan 90%
konversi). Departemen ini menghasilkan barang jadi sebanyak 9.000 unit tetapi
hanya 90% yang ditransfer ke persediaan barang jadi. Pada akhir proses, diketahui
terdapat unit yang rusak sebanyak 2.000 unit akibat kegagalan internal namun
145
AKUNTANSI BIAYA
sebanyak 1.000 unit yang rusak ini masih dapat dijual secara kredit dengan
harga Rp 3.000 per unit. Biaya yang ditambahkan ke departemen Finishing
selama bulan Juli 2011 adalah biaya dari departemen sebelumnya Rp 14.385.000,
bahan baku Rp 20.000.000, tenaga kerja Rp 5.925.000 dan overhead pabrik Rp
12.375.000. Biaya persediaan awal untuk departemen Finishing adalah biaya dari
departemen sebelumnya Rp 3.615.000, bahan baku Rp 4.000.000, tenaga kerja
Rp 3.000.000 dan overhead pabrik Rp 2.500.000.
Diminta:
a. Buatlah laporan biaya produksi untuk departemen Finishing dengan metode
Average!
b. Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan selama bulan Juli 2011!
SOAL 2
PT MUMU bergerak di bidang pengalengan daging beku dan menerapkan process
costing dalam proses produksinya. Perusahaan memiliki dua departemen yaitu
departemen Blending dan departemen Canning. Berikut adalah data selama
bulan Januari 2011 untuk departemen Canning:
1. Persediaan awal sebesar 2.000 unit (60% bahan dan 40% konversi), unit
yang ditransfer ke persediaan barang jadi adalah 6.000, unit persediaan akhir
sebesar 1.200 (50% bahan, 30% upah dan 10% overhead pabrik) dan unit
yang diterima dari departemen sebelumnya sebesar 3.000. Terdapat unit yang
ditambahkan dalam proses sebesar 3.200 unit.
2. Biaya persediaan awal terdiri dari departemen sebelumnya Rp 9.884.000,
bahan baku Rp 2.006.000, tenaga kerja Rp 870.000 dan overhead pabrik Rp
660.000. Biaya yang ditambahkan pada periode ini terdiri dari bahan baku
Rp 9.920.000, tenaga kerja Rp 5.805.600 dan overhead pabrik Rp 3.823.600.
Biaya per unit untuk departemen sebelumnya sebesar Rp 1.960.
3. Selama bulan ini terdapat barang yang rusak akibat kegagalan internal dan
baru diketahui pada akhir proses, namun barang yang rusak ini masih dapat
dijual secara tunai dengan harga Rp 2.000 per unit.
Diminta:
a. Buatlah laporan biaya produksi untuk departemen Canning dengan metode
FIFO!
b. Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan selama bulan Januari 2011!
SOAL 3
PT MUMU memproduksi produknya melalui dua departemen yaitu departemen
X dan departemen Y. Berikut adalah data perusahaan selama bulan April 2011:
Departemen X
146
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
Diminta:
a. Buatlah laporan biaya produksi untuk kedua departemen jika departemen
X menggunakan metode Average dan departemen Y menggunakan metode
FIFO!
b. Buatlah seluruh jurnal yang diperlukan untuk kedua departemen selama
bulan April 2011!
K. BY PRODUCTS DAN JOINT PRODUCTS
SOAL 1
PT MUMU memproduksi dua produk utama yaitu Gober dan Untung serta dua
produk sampingan yaitu Donald dan Deasy. Semua produk diproduksi bersama-
147
AKUNTANSI BIAYA
sama di departemen I. Agar dapat dijual di pasar maka Gober harus diproses lebih
lanjut di departemen II, Untung di departemen III dan Donald di departemen IV
sedangkan Deasy tidak memerlukan pemrosesan lebih lanjut. Data selama tahun
2011 adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku yang digunakan sebanyak Rp 800.000.000 dimana 70% dari bahan
baku tersebut dimasukkan di departemen I, 20% dimasukkan di departemen
II dan sisanya dimasukkan di departemen III.
2. Tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan jumlah jam kerja yang
digunakan oleh masing-masing departemen yaitu departemen I 50.000 jam,
departemen II 35.000 jam, departemen III 15.000 jam dan departemen IV
10.000 jam. Total biaya tenaga kerja langsung untuk semua departemen
adalah Rp 440.000.000.
3. Biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk setiap departemen adalah
sebesar 120% dari biaya tenaga kerja langsung.
4. Tidak ada barang dalam proses awal dan barang dalam proses akhir.
5. Produk Donald dijual dengan laba operasi Rp 1.000 per unit dan beban
operasi Rp 680 per unit. Produk Deasy dijual dengan laba operasi Rp 750 per
unit dan beban operasi Rp 400 per unit.
6. Data persediaan barang jadi adalah sebagai berikut:
Penjualan Persediaan Persediaan Total penjualan
Produk
(unit) awal (unit) akhir (unit) (Rp)
Gober 150.000 30.000 40.000 2.400.000.000
Untung 160.000 25.000 20.000 2.000.000.000
Donald 100.000 - - 400.000.000
Deasy 50.000 - - 150.000.000
Diminta:
a. Hitunglah alokasi joint cost untuk produk sampingan dengan menggunakan
reversal cost method dan untuk produk utama dengan menggunakan
hypothetical market value method!
b. Hitunglah laba (rugi) kotor per unit untuk masing-masing produk utama!
c. Hitunglah nilai persediaan akhir dan total laba (rugi) kotor untuk masing-
masing produk utama!
SOAL 2
PT MUMU memproduksi dua produk utama yaitu Man dan Girl serta satu produk
sampingan yaitu Little. Semua produk diproduksi bersama-sama di departemen
I. Agar dapat dijual di pasar maka Man harus diproses lebih lanjut di departemen
II, Girl di departemen III sedangkan Little tidak memerlukan pemrosesan lebih
lanjut. Data selama tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1. Bahan baku awal sebesar 150.000 kg @ Rp 6.000, pembelian sebanyak 75.000
148
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
kg @ Rp 7.125 dan persediaan akhir sebesar 90.000 kg. Sebanyak 70% bahan
baku dimasukkan di departemen I, 20% dimasukkan di departemen II dan
sisanya dimasukkan di departemen III. Metode penilaian persediaan adalah
FIFO.
2. Tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan jumlah jam kerja yang
digunakan oleh masing-masing departemen yaitu departemen I 20.000 jam,
departemen II 25.000 jam dan departemen III 35.000 jam. Tarif biaya tenaga
kerja langsung adalah Rp 9.000 per jam.
3. Biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk setiap departemen adalah
sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung.
4. Tidak ada barang dalam proses awal dan barang dalam proses akhir.
5. Data persediaan barang jadi adalah sebagai berikut:
Diminta:
a. Hitunglah alokasi joint cost untuk produk sampingan dengan menggunakan
reversal cost method dan untuk produk utama dengan menggunakan
hypothetical market value method!
b. Hitunglah laba (rugi) kotor per unit untuk masing-masing produk utama!
c. Hitunglah nilai persediaan akhir dan total laba (rugi) kotor untuk masing-
masing produk utama!
SOAL 3
PT MUMU memproduksi dua produk utama yaitu Alpha dan Betha serta
satu produk sampingan yaitu Gamma. Ketiga produk tersebut diproses secara
bersama-sama di departemen A, kemudian proses lanjutan untuk Alpha dan
Betha masing-masing dilakukan di departemen B dan C sedangkan untuk
produk sampingan diproses di departemen D. Data selama tahun 2011 adalah
sebagai berikut:
1. Data bahan baku adalah persediaan awal 4.000 unit @ Rp 2.500, pembelian
pertama 7.500 unit @ Rp 2.800, pembelian kedua 6.000 unit @ Rp 2.750.
Seluruh bahan baku dimasukkan di departemen A, dimana total yang dipakai
sebesar 12.500 unit. Persediaan dinilai dengan menggunakan metode FIFO.
149
AKUNTANSI BIAYA
2. Total jam kerja langsung yang terpakai adalah 7.000 jam dengan tarif Rp
4.000 per jam kerja langsung. Perbandingan pemakaian jam kerja langsung
untuk masing-masing departemen A, B, C dan D adalah 5:4:3:2.
3. Biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk setiap departemen adalah
sebesar 120% dari total biaya tenaga kerja langsung masing-masing
departemen.
4. Tidak ada barang dalam proses awal dan barang dalam proses akhir.
5. Data persediaan barang jadi adalah sebagai berikut:
Produk sampingan dapat dijual dengan laba operasi sebesar 5% dari penjualan.
Beban operasi sebesar Rp 1.000.000.
Diminta:
a. Hitunglah alokasi joint cost untuk produk sampingan dengan menggunakan
reversal cost method dan untuk produk utama dengan menggunakan
hypothetical market value method!
b. Hitunglah nilai persediaan akhir dan total laba (rugi) kotor untuk masing-
masing produk utama!
Soal 4
PT MUMU memproduksi dua produk utama yaitu Bule dan Blacky serta satu
produk sampingan yaitu Jabrik. Ketiga produk tersebut diproduksi secara
bersama-sama di departemen A. Agar dapat dijual di pasar produk Bule harus
diproses lebih lanjut di departemen B, produk Blacky diproses lebih lanjut di
departemen C dan produk Jabrik diproses lebih lanjut di departemen D. Data
selama tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1. Data bahan baku adalah persediaan awal 150.000 kg @ Rp 7.000, pembelian I
sebanyak 100.000 kg @ Rp 8.000 dan pembelian II sebanyak 150.000 kg
@ Rp 9.000. Persediaan akhir sebanyak 290.000 kg. Di departemen A bahan
baku dimasukkan sebanyak 70%, di departemen B sebanyak 20% dan sisanya
di departemen C. Metode penilaian persediaan adalah Average.
2. Biaya tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan jumlah pemakaian
jam kerja di masing-masing departemen. Pemakaian jam kerja pada setiap
150
BAGIAN DUA : SOAL LATIHAN
Diminta:
Hitunglah alokasi joint cost untuk produk sampingan dengan menggunakan
reversal cost method dan untuk produk utama dengan menggunakan hypothetical
market value method!
151
AKUNTANSI BIAYA
BAGIAN TIGA :
JAWABAN SOAL LATIHAN
152
JAWABAN SOAL LATIHAN
A. PERILAKU BIAYA
SOAL 1
Metode high and low points:
High: 2.600.000 = a + b 2.600
Low : 1.500.000 = a + b 1.000
1.100.000 = b 1.600
b = 687,5 => Biaya variabel per jam mesin
2.600.000 = a + (687,5 x 2.600)
a = 812.500 => Biaya tetap
SOAL 2
a. Biaya tetap adalah depreciation expense-machine
Biaya variabel adalah direct material, direct labor dan material handling
Biaya semivariabel adalah inspection, set up dan design changes
153
AKUNTANSI BIAYA
b. Inspection:
Metode high and low points:
High: 1.250.000 = a + b 900
Low : 750.000 = a + b 500
500.000 = b 400
b = 1.250 => Biaya variabel per unit produksi
1.250.000 = a + (1.250 x 900)
a = 125.000 => Biaya tetap
Metode least squares:
x = 667
y = 970.833
n xi yi (xi-x) (yi-y) (xi-x) (yi-y) (xi-x)2
1 500 750.000 (167) (220.833) 36.879.111 27.889
2 600 912.500 (67) (58.333) 3.908.311 4.489
3 900 1.250.000 234 279.166 65.324.844 54.756
Total 2.000 2.912.500 0 0 106.112.266 87.134
154
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
y = a + bx
983.333 = a + (163.025 x 5,33)
a = 113.866 => Biaya tetap
Design changes:
Metode high and low points:
High: 1.750.000 = a + b 5
Low : 850.000 = a + b 2
900.000 = b 3
b = 300.000 => Biaya variabel per desain
1.750.000 = a + (300.000 x 5)
a = 250.000 => Biaya tetap
c. Total biaya:
Direct material = 1.250 x 6.000 = 7.500.000
Direct labor = 6.750 x 450 = 3.037.500
Material handling = 15 x 150.000 = 2.250.000
Inspection = 158.963 + (1.250 x 1.217,81) = 1.681.226
Set up = 113.866 + (5 x 163.025) = 928.991
Design changes = 249.670 + (3 x 304.635) = 1.163.575
Depreciation expense-machine = 375.000
Total biaya = 16.936.292
155
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 2
1. Direct material 100.000.000
Cash 60.000.000
Account payable 40.000.000
2. Work in process 35.000.000
Direct material 35.000.000
Factory overhead control 15.000.000
Indiret material 15.000.000
3. Payroll 40.000.000
Accrued payroll 40.000.000
Accrued payroll 40.000.000
Cash 40.000.000
4. Work in process 24.000.000
Factory overhead control 8.000.000
Selling and marketing expense 6.000.000
General and administrative expense 2.000.000
Payroll 40.000.000
5. Factory overhead control 3.500.000
Accumulated depreciation 3.000.000
Prepaid insurance 500.000
6. Factory overhead control 3.000.000
Cash 1.800.000
Account payable 1.200.000
7. Cash 25.000.000
Account receivable 25.000.000
8. Account payable 10.000.000
Cash 10.000.000
9. Work in process 26.400.000
Factory overhead applied 26.400.000
10. Finished goods 75.000.000
Work in process 75.000.000
11. Cash 36.000.000
Account receivable 84.000.000
156
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
Sales 120.000.000
Cost of goods sold 75.000.000
Finished goods 75.000.000
12. Factory overhead applied 26.400.000
Underapplied factory overhead 3.100.000
Factory overhead control 29.500.000
Cost of goods sold 3.100.000
Underapplied factory overhead 3.100.000
SOAL 3
a dan b.
PT MUMU
COGM and COGS Statement
For The Period Ended December, 31, 2011
Direct material, beginning 4.000.000
Net purchase 87.000.000
Direct material available for used 91.000.000
Direct material, ending (9.000.000)
Direct material used 82.000.000
Direct labor 18.000.000
Manufacturing overhead:
Depreciation expense-factory 14.000.000
Other manufacturing overhead 12.000.000
Insurance expense-factory 10.000.000
Indirect labor 8.000.000
Indirect material 6.000.000
Total manufacturing overhead 50.000.000
Total manufacturing cost 150.000.000
Work in process, beginning 70.000.000
Work in process, ending (36.000.000)
Cost of goods manufactured 184.000.000
Finished goods, beginning 8.500.000
Finished goods, ending (12.500.000)
Cost of goods sold 190.000.000
157
AKUNTANSI BIAYA
c.
PT MUMU
Income Statement
For The Period Ended December, 31, 2011
Sales 240.000.000
Cost of goods sold (190.000.000)
Gross profit 50.000.000
Selling and administrative expense (40.000.000)
Income from operation 10.000.000
Income tax expense (500.000)
Income before tax 9.500.000
SOAL 4
a.
PT MUMU
COGM and COGS Statement
For The Period Ended June, 30, 2011
Direct material, beginning 36.970.000
Net purchase:
Purchase 192.800.000
Purchase return (6.575.000)
Purchase discount (9.640.000)
Net purchase 176.585.000
Freight in 1.000.000
Cost of goods purchased 177.585.000
Cost of goods available for used 214.555.000
Direct material, ending (21.000.000)
Direct material used 193.555.000
Direct labor 72.600.000
Manufacturing overhead:
Indirect material, beginning 5.700.000
Net purchase:
Purchase 33.700.000
Purchase return (3.700.000)
Purchase discount (1.685.000)
Net purchase 28.315.000
Freight in 250.000
Cost of goods purchased 28.565.000
Cost of goods available for used 34.265.000
Indirect material, ending (8.600.000)
Indirect material used 25.665.000
Indirect labor 24.200.000
Utilities expense 5.000.000
158
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
b.
Total operating expense:
Selling commission expense 13.200.000
Selling and marketing salaries expense 9.300.000
General and administrative salaries expense 8.700.000
Utilities expense 2.200.000
Total operating expense 33.400.000
SOAL 5
a.
PT MUMU
COGM and COGS Statement
For The Period Ended April, 30, 2011
Direct material, beginning 25.000.000
Net purchase:Purchase 60.000.000
Purchase return (4.500.000)
Purchase discount (1.665.000)
Net purchase 53.835.000
Freight in 5.000.000
Cost of goods purchased 58.835.000
Cost of goods available for used 83.835.000
Direct material, ending (36.500.000)
Direct material used 47.335.000
Direct labor 56.000.000
Manufacturing overhead:
Indirect material, beginning 10.000.000
Net purchase:
Purchase 30.000.000
Purchase return (500.000)
Purchase discount (885.000)
Net purchase 28.615.000
159
AKUNTANSI BIAYA
Freight in 1.000.000
Cost of goods purchased 29.615.000
Cost of goods available for used 39.615.000
Indirect material, ending (9.615.000)
Indirect material used 30.000.000
Indirect labor 12.000.000
Security salaries-factory 5.000.000
Other manufacturing overhead 2.500.000
Insurance expense-factory 1.000.000
Depreciation expense-factory 1.000.000
Rent expense-factory 1.000.000
Total manufacturing overhead 52.500.000
Total manufacturing cost 155.835.000
Work in process, beginning 250.000.000
Work in process, ending (162.500.000)
Cost of goods manufactured 243.335.000
Finished goods, beginning 321.675.000
Finished goods, ending (183.412.000)
Cost of goods sold 381.598.000
b.
Commercial expense:
Selling commission expense 14.500.000
Selling and marketing salaries expense 10.000.000
General and administrative salaries expense 8.000.000
Rent expense 2.000.000
Miscellaneous selling and marketing salaries expense 1.750.000
Miscellaneous general and administrative salaries expense 1.250.000
Depreciation expense 550.000
Insurance expense 250.000
Total commercial expense 38.300.000
160
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
SOAL 6
a.
PT MUMU
COGM and COGS Statement
For The Period Ended January, 31, 2011
Direct material, beginning 178.000.000
Net purchase:
Purchase 80.000.000
Purchase return (3.000.000)
Purchase discount (2.400.000)
Net purchase 74.600.000
Cost of goods available for used 252.600.000
Direct material, ending (86.500.000)
Direct material used 166.100.000
Direct labor 75.400.000
Manufacturing overhead:
Indirect material, beginning 21.000.000
Net purchase:
Purchase 13.500.000
Purchase discount (270.000)
Net purchase 13.230.000
Cost of goods available for used 34.230.000
Indirect material, ending (12.000.000)
Indirect material used 22.230.000
Indirect labor 7.540.000
Depreciation expense-factory 4.000.000
Insurance expense-factory 1.000.000
Other manufacturing overhead 500.000
Total manufacturing overhead 35.270.000
Total manufacturing cost 276.770.000
Work in process, beginning 200.000.000
Work in process, ending (100.000.000)
Cost of goods manufactured 376.770.000
Finished goods, beginning 99.000.000
Finished goods, ending (75.770.000)
Cost of goods sold 400.000.000
161
Bagian 3. Jawaban Soal Latihan
AKUNTANSI BIAYA
BIAYA BAHAN BAKU
3.750 x 2%
BIAYA BAHAN BAKU
SOAL 1 = 320.000
SOAL 1 b. Persediaan penyanggah = (3.600 - 3.200) x 6 = 2.400
a. a. Kuantitas
Kuantitas pemesananyang
pemesanan yangpaling
palingekonomis
ekonomis = = 2 x 960.000 x 4.000.000
a. Kuantitas
a. pemesanan
Kuantitas yang
pemesanan paling
yang ekonomis
paling ekonomis== 2 x (2.500 x 50) x 100.000
1.000 x 4%
= 25.0001.000 x 4%
b. Persediaan pengaman = (4.000 - 2.500) x 2 = 3.000
= 25.000
= 25.000
c. Titik pemesanan kembali = (2.500 x 2) + 3.000 = 8.000
d. b. Persediaan
b. pengaman
Persediaan pengaman = (4.000=- (4.000
2.500)
Persediaan rata-rata = (25.000 / 2) + 3.000 = 15.500 x- 2.500)
2 = 3.000x 2 = 3.000
e. c. Persediaan
Titik pemesanan kembali = (2.500 x 2)
c. Titik pemesanan kembali = (2.500 x 2) + 3.000 = 8.000
maksimum absolut = (25.000 + +
3.000)3.000
+ = 8.000- 2.000)
((2.500
d. Persediaan
x 2) = 29.000
d. pemesananrata-rata
Persediaan = (25.000 =/ 2)
rata-rata (25.000
+ 3.000/ 2) + 3.000 = 15.500
= 15.500
f.
e. Biaya
Persediaan maksimumsetahun = 100.000 x (125.000 / 25.000) =
absolut = (25.000+3.000)+((2.500-2.000)x2)
e. Persediaan maksimum absolut = (25.000 + 3.000) + ((2.500 - 2.000)
500.000
g.
Biaya pemilikan setahun = 25.000=/29.000
x 2) = 29.000 2 x 1.000 x 4% = 500.000
h. f. Waktu
Biayayang
pemesanan setahun
dibutuhkan satu
untuk = 100.000 x (125.000= /50
kali pemesanan 25.000) = 500.000
/ 5 = 10
f. Biaya pemesanan setahun = 100.000 x (125.000 / 25.000) =
g. Biaya pemilikan setahun = 25.000 / 2 x 1.000 x 4% = 500.000
SOAL 3 500.000
h. Waktu yang dibutuhkan untuk satu kali pemesanan = 50 / 5 = 10
EOQ = 2g.ROP
Biaya pemilikan setahun = 25.000 / 2 x 1.000 x 4% = 500.000
ROP = (pemakaian normal x LT) + SS
ROPSOAL h.
3 Waktu
= 2 pemakaian
yang dibutuhkan untuk satu kali pemesanan = 50 / 5 = 10
normal + 1.000
Jika EOQ = 2 ROP maka:
EOQ = 2 ROP
ROP SOAL =3 (pemakaian normal x LT) + SS
ROP EOQ ==22ROP
pemakaian normal 178+ 1.000
Jika EOQ
ROP ==(pemakaian
2 ROP maka:
normal x LT) + SS
EOQ ROP
==22pemakaian
x (2 pemakaian
normal normal
+ 1.000 + 1.000)
EOQ Jika
EOQ= 4=pemakaian normal
2 ROP maka: + 2.000
Misal pemakaian normal = pn maka:
PMA = (EOQ + SS) + ((pemakaian normal-pemakaian minimum) x LT)
4.500 = (4 pn + 2.000 + 1.000) + ((pn - 150) x 2)
4.500 = 4 pn + 3.000 + 2 pn - 300178
1.800 = 6 pn
162
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
pn = 300
ROP = (2 x 300) + 1.000 = 1.600
EOQ = 2 ROP
EOQ = 2 x 1.600 = 3.200
SS = (pemakaian maksimum - pemakaian normal) x LT
1.000 = (pemakaian maksimum - 300) x 2
SOAL 4
a. Kuantitas pemesanan yang paling ekonomis = 400
PMN = EOQ + SS
420 = EOQ + 20
EOQ = 400
b. Pemakaian normal per minggu = 80 dan pemakaian maksimum per minggu
= 100
ROP = (pemakaian normal x LT) + SS
100 = (pemakaian normal x 1) + 20
Pemakaian normal = 80
SS = (pemakaian maksimum - pemakaian normal) x LT
20 = (pemakaian maksimum - 80) x 1
Pemakaian maksimum = 100
c. Frekuensi pemesanan = 10
Ru = 50 x 80 = 4.000
Frekuensi pemesanan = 4.000 / 400 = 10
d. Biaya pemesanan per pesanan = 400
TOC = Co x FP
4.000 = Co x 10
Co = 400
163
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 5
Misal pemakaian minimum = y
Pemakaian maksimum = 80.000 + y
SS = (pemakaian maksimum - pemakaian normal) x LT
= (pemakaian maksimum - 200.000) x 4
= (80.000 + y - 200.000) x 4
= (-120.000 + y) x 4
= - 480.000 + 4 y
PMA = (EOQ + SS)+ ((pemakaian normal - pemakaian minimum) x LT)
2.720.000 = (EOQ - 480.000 + 4 y) + ((200.000 - y) x 4)
2.720.000 = (EOQ - 480.000 + 4 y + 800.000 - 4 y
2.720.000 = EOQ + 320.000
EOQ = 2.400.000
Persediaan rata-rata = EOQ / 2 + SS
1.360.000 = 2.400.000 / 2 + SS
SS = 160.000
Jika SS = - 480.000 + 4 y maka:
160.000 = - 480.000 + 4 y
y = 160.000
a. Pemakaian maksimum per hari = 80.000 + 160.000 = 240.000
b. Pemakaian minimum per hari = 160.000
c. Biaya pemesanan per pesanan = 15.840
FP = Ru / EOQ
FP = (200.000 x 300) / 2.400.000 = 60.000.000 / 2.400.000 = 25
TOC = Co x FP
792.000 / 2 = Co x 25
396.000 = Co x 25
Co = 15.840
d. Harga beli bahan baku per unit = 3,3
TCC = EOQ / 2 x Cu x Cc
792.000 / 2 = 2.400.000 / 2 x Cu x 10%
396.000 = 1.200.000 x Cu x 10%
Cu = 3,3
164
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
SOAL 1
a.
PT MUMU
COGM and COGS Statement
For The Period Ended January, 31, 2011
Direct material, beginning 10.000.000
Net purchase:
Purchase 18.000.000
Purchase discount (360.000)
Net purchase 17.640.000
Cost of goods available for used 27.640.000
Direct material, ending (6.875.000)
Direct material used 20.765.000
Direct labor 39.235.000
Manufacturing overhead applied 41.679.000
Estimated total manufacturing cost 101.679.000
Work in process, beginning 25.700.000
Work in process, ending (12.379.000)
Estimated cost of goods manufactured 115.000.000
Finished goods, beginning 30.000.000
Finished goods, ending (18.041.000)
Estimated cost of goods sold 126.959.000
Overapplied factory overhead (5.709.000)
Cost of goods sold 21.250.000
165
AKUNTANSI BIAYA
Manufacturing overhead:
Indirect labor 12.670.000
Indirect material used 10.800.000
Depreciation expense-machine 5.000.000
Insurance expense-factory 4.000.000
Other manufacturing overhead 2.000.000
Utilities expense 1.500.000
Total manufacturing overhead 35.970.000
Manufacturing overhead applied 41.679.000
Overapplied factory overhead (5.709.000)
b.
Period cost:
Selling salaries expense 8.750.000
General and administrative salaries expense 6.500.000
Commission expense 5.505.000
Depreciation expense-machine 1.500.000
Utilities expense 1.025.000
Total period cost 23.280.000
SOAL 2
a dan b.
Metode langsung:
Production Department Service Department
Description
Kwak Kwek Kwik Tata Tita Tuti
FOH before
387.125.000 265.700.000 167.200.000 80.000.000 60.000.000 39.975.000
allocation
Allocation:
11.428.571 51.428.571 17.142.858
Tata = 10 / 70 x = 45 / 70 x = 15 / 70 x (80.000.000) - -
80.000.000 80.000.000 80.000.000
17.142.857 17.142.857 25.714.286
Tita = 20 / 70 x = 20 / 70 x = 30 / 70 x - (60.000.000) -
60.000.000 60.000.000 60.000.000
26.650.000 6.662.500 6.662.500
Tuti = 40 / 60 x = 10 / 60 x = 10 / 60 x - - (39.975.000)
39.975.000 39.975.000 39.975.000
FOH after
442.346.428 340.933.928 216.719.644 0 0 0
allocation
Normal
100.000 75.000 50.000
capacity
FOH rate 4.423,46 4.545,79 4.334,39
166
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
Metode bertahap:
Production Department Service Department
Description
Kwak Kwek Kwik Tata Tita Tuti
FOH before 387.125.000 265.700.000 167.200.000 80.000.000 60.000.000 39.975.000
allocation
Allocation:
8.000.000 36.000.000 12.000.000 16.000.000 8.000.000
Tata = 10 / 100 x = 45 / 100 x = 15 /100 x (80.000.000) = 20 / 100 x = 10 / 100 x
80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000 80.000.000
19.000.000 19.000.000 28.500.000 9.500.000
Tita = 20 / 80 x = 20 / 80 x = 30 / 80 x - (76.000.000) = 10 / 80 x
76.000.000 76.000.000 76.000.000 76.000.000
38.316.666 9.579.167 9.579.167
Tuti = 40 / 60 x = 10 / 60 x = 10 / 60 x - - (57.475.000)
57.475.000 57.475.000 57.475.000
FOH after 452.441.666 330.279.167 217.279.167 0 0 0
allocation
Normal 100.000 75.000 50.000
capacity
FOH rate 4.524,42 4.403,72 4.345,58
FOH fixed 1.809,77 1.761,49 1.738,23
rate (2/5)
FOH
variable 2.714,65 2.642,23 2.607,35
rate (3/5)
Metode aljabar:
Persamaan aljabar:
0 = 80.000.000 - Tata + 0,2 Tita + 0,3 Tuti
0 = 60.000.000 + 0,2 Tata - Tita + 0,1 Tuti
0 = 39.975.000 + 0,1 Tata + 0,1 Tita - Tuti
Dari persamaan di atas diperoleh Tata = 116.000.000, Tita = 89.250.000 dan Tuti
= 60.500.000
167
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 3
a dan b.
Metode langsung:
Production Department Service Department
Description
Donald Deisy Kwak Kwik Kwek
FOH before
242.500.000 272.500.000 140.000.000 175.000.000 70.000.000
allocation
Allocation:
60.000.000 80.000.000
Kwak = 30 / 70 x = 40 / 70 x (140.000.000) - -
140.000.000 140.000.000
50.000.000 125.000.000
Kwik = 20 / 70 x = 50 / 70 x - (175.000.000) -
175.000.000 175.000.000
168
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
35.000.000 35.000.000
Kwek = 40 / 80 x = 40 / 80 x - - (70.000.000)
70.000.000 70.000.000
FOH after
387.500.000 512.500.000 0 0 0
allocation
Normal capacity 100.000 50.000
FOH rate 3.875 10.250
FOH fixed rate
1.550 4.100
(2/5)
FOH variable
2.325 6.150
rate (3/5)
Metode bertahap:
Production Department Service Department
Description
Donald Deisy Kwak Kwik Kwek
FOH before
allocation 242.500.000 272.500.000 140.000.000 175.000.000 70.000.000
Allocation:
35.000.000 87.500.000 35.000.000 17.500.000
Kwik = 20 / 100 x = 50 / 100 x = 20 / 100 x (175.000.000) = 10 / 100 x
175.000.000 175.000.000 175.000.000 175.000.000
52.500.000 70.000.000 52.500.000
Kwak = 30 / 100 x = 40 / 100 x (175.000.000) - = 30 / 100 x
175.000.000 175.000.000 175.000.000
70.000.000 70.000.000
Kwek = 40 / 80 x = 40 / 80 x - - (140.000.000)
140.000.000 140.000.000
FOH after
allocation 400.000.000 500.000.000 0 0 0
Normal
capacity 100.000 50.000
FOH rate 4.000 10.000
FOH fixed
rate (2/5) 1.600 4.000
FOH variable
rate (3/5) 2.400 6.000
169
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 4
a dan b.
Metode aljabar:
Persamaan aljabar:
0 = 18.000 - Alpha + 0,1 Beta + 0,1 Gamma
0 = 29.160 + 0,2 Alpha - Beta + 0,1 Gamma
0 = 45.000 + 0,2 Alpha - Gamma
Dari persamaan di atas diperoleh Alpha = 27.000, Beta = 39.600 dan Gamma =
50.400
Production Department Service Department
Description Xenia Yahoo Alpha Beta Gamma
FOH before
allocation 185.000 82.500 18.000 29.160 45.000
Allocation:
Alpha 9.450 6.750 5.400 5.400
(27.000)
= 35% x = 25% x = 20% x = 20% x
27.000 27.000 27.000 27.000
Beta 19.800 15.840 3.960
= 50% x = 40% x = 10% x (39.600) -
39.600 39.600 39.600
Gamma 17.640 22.680 5.040 5.040
= 35% x = 45% x = 10% x = 10% x (50.400)
50.400 50.400 50.400 50.400
FOH after
allocation 231.890 127.770 0 0 0
Normal capacity
1.000 1.500
FOH rate 231,89 85,18
FOH fixed rate
(3/5) 139,13 51,11
FOH variable
rate (2/5) 92,76 34,07
170
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
b.
Baby Doll
Total production cost according to traditional costing 101.000.000
Understatement of machine set up cost
(20 / 50 - 10.000 / 40.000) x 45.000.000 6.750.000
Understatement of design changes cost
(3.000 / 10.000 - 10.000 / 40.000) x 35.000.000 1.750.000
Total production cost according to activity based costing 109.500.000
Big Jumbo
Total production cost according to traditional costing 165.000.000
Overstatement of machine set up cost
171
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 2
a.
Traditional costing:
Produk A Produk B Produk C
Direct material 25.000 50.000 125.000
Direct labor 4.000 1.000 3.000
Factory overhead
4.000 / 8.000 x 44.000 22.000
1.000 / 8.000 x 44.000 5.500
3.000 / 8.000 x 44.000 16.500
Total production cost 51.000 56.500 144.500
Unit production 1.000 2.000 2.500
Cost per unit 51 28,25 57,80
Engineering
13 / 20 x 20.000 13.000
5 / 20 x 20.000 5.000
2 / 20 x 20.000 2.000
Power
50.000 / 400.000 x 16.000 2.000
200.000 / 400.000 x 16.000 8.000
150.000 / 400.000 x 16.000 6.000
Total production cost 45.000 66.000 141.000
Unit production 1.000 2.000 2.500
Cost per unit 45 33 56,40
172
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
b.
Produk B
Total production cost according to traditional costing 56.500
Understatement of materials handling cost
(50.000 / 200.000 - 1.000 / 8.000) x 8.000 1.000
Understatement of engineering cost
(5 / 20 - 1.000 / 8.000) x 20.000 2.500
Understatement of power cost
(200.000 / 400.000 - 1.000 / 8.000) x 16.000 6.000
Total production cost according to activity based costing 66.000
SOAL 3
a.
Produksi:
Blue = 18.000 + (1 / 4 x 1.800) - 1.800 = 16.650
White
x = 12.000 + 2/3x - 1/3 x
x = 18.000
Traditional costing:
Blue White
Direct material
24.975 x 4.800 119.880.000
45.000 x 2.500 112.500.000
Direct labor
4.162,5 x 6.000 24.975.000
2.000 x 6.600 13.200.000
Factory overhead
4.162,5 / 6.162,5 x 75.000.000 50.659.229
2.000 / 6.162,5 x 75.000.000 24.340.771
Total production cost 195.514.229 50.040.771
Unit production 16.650 18.000
Cost per unit 11.742,60 8.335,60
Blue White
Direct material
24.975 x 4.800 119.880.000
45.000 x 2.500 112.500.000
173
AKUNTANSI BIAYA
Direct labor
4.162,5 x 6.000 24.975.000
2.000 x 6.600 13.200.000
Factory overhead:
Machine set up
30 / 60 x 20.050.000 10.025.000
30 / 60 x 20.050.000 10.025.000
Design changes
15 / 40 x 29.950.000 11.231.250
25 / 40 x 29.950.000 18.718.750
Other factory overhead
4.162,5 / 6.162,5 x 25.000.000 16.886.410
2.000 / 6.162,5 x 25.000.000 8.113.590
Total production cost 182.997.660 162.557.340
Unit production 16.650 18.000
Cost per unit 10.991 9.030,96
b.
Blue
Total production cost according to traditional costing 195.514.229
Overstatement of machine set up cost
(30 / 60 - 4.162,5 / 6.162,5) x 20.050.000 (3.517.901)
Overstatement of engineering cost
(15 / 40 - 4.162,5 / 6.162,5) x 29.950.000 (8.998.668)
Total production cost according to activity based costing 182.997.660
SOAL 4
a.
Traditional costing:
Produk X Produk Y
Direct material
10.000 x 2 x 3.000 60.000.000
5.000 x 4 x 2.500 50.000.000
Direct labor
2.500 x 25.000 62.500.000
2.500 x 25.000 62.500.000
Factory overhead
2.500 / 5.000 x 95.000.000 47.500.000
2.500 / 5.000 x 95.000.000 47.500.000
Total production cost 170.000.000 160.000.000
Unit production 10.000 5.000
Cost per unit 17.000 32.000
174
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
b.
Produk X
Total production cost according to traditional costing 170.000.000
Overstatement of maintenance cost
(a - 2.500 / 5.000 x 23.750.000)a = 0,4 (2.375.000)
Overstatement of set up cost
(b - 2.500 / 5.000 x 23.750.000)b = 0,45 (1.187.500)
Understatement of design changes cost
(c - 2.500 / 5.000 x 47.500.000) c = 0,58 3.800.000
Total production cost according to activity based costing 170.237.500
Produk Y
Total production cost according to traditional costing 160.000.000
Understatement of maintenance cost(0,6 - 0,5) x 23.750.000 2.375.000
Understatement of set up cost (0,55 - 0,5) x 23.750.000 1.187.500
Overstatement of design changes cost(0,42 - 0,5) x 47.500.000 (3.800.000)
Total production cost according to activity based costing 159.762.500
175
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 5
a.
Traditional costing:
Romeo Juliet
Direct material
8.000 x 2.500 x 50% 10.000.000
8.000 x 2.500 x 50% 10.000.000
Direct labor
800 x 5.000 4.000.000
1.000 x 5.000 5.000.000
Factory overhead
800 / 1.800 x 18.000.000 8.000.000
1.000 / 1.800 x 18.000.000 10.000.000
Total production cost 22.000.000 25.000.000
Unit production 4.000 4.000
Cost per unit 5.500 6.250
b.
176
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
Juliet
Total production cost according to traditional costing 25.000.000
Overstatement of set up cost(3 / 6 - 1.000 / 1.800) x 6.300.000 (300.000)
Overstatement of maintenance cost
(2 / 5 - 1.000 / 1.800) x 4.500.000 (700.000)
Understatement of inspection cost
(3 / 4 - 1.000 / 1.800) x 5.400.000 1.050.000
Overstatement of other factory overhead cost
(1 / 2 - 1.000 / 1.800) x 1.800.000 (100.000)
Total production cost according to activity based costing 24.900.000
G. JOB ORDER COSTING
SOAL 1
1. Direct material 34.500.000
Account payable 34.500.000
= (7.600 x 3.750) + (2.500 x 2.400)
Indirect material 12.875.000
Cash 12.875.000
= 10.300 x 1.250
2. Work in process 27.425.000
Direct material 27.425.000
Note:
Bahan XY = (5.500 x 3.600) + (100 x 3.750) = 20.175.000
Bahan XZ = (2.900 x 2.500) = 7.250.000
= 27.425.000
Job 81 = 35% x 27.425.000 = 9.598.750
Job 82 = 65% x 27.425.000 = 17.826.250
Factory overhead control 10.625.000
Indirect material 10.625.000
= (5.600 + 2.900) x 1.250
3. Payroll 88.000.000
Cash 88.000.000
4. Work in process 38.000.000
Factory overhead control 20.500.000
Selling and marketing salaries expense 15.500.000
General and administrative salaries expense 14.000.000
Payroll 88.000.000
Note:
Job 81 = 30% x 38.000.000 = 11.400.000
Job 82 = 70% x 38.000.000 = 26.600.000
5. Factory overhead control 6.550.000
Cash 6.550.000
6. Factory overhead control 5.000.000
177
AKUNTANSI BIAYA
178
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
PT MUMU
COGM and COGS Statement
For The Period Ended August, 31, 2011
Direct material, beginning 27.300.000
Net purchase 34.500.000
Cost of goods available for used 61.800.000
Direct material, ending (34.375.000)
Direct material used 27.425.000
Direct labor 38.000.000
Manufacturing overhead applied 45.600.000
Estimated total manufacturing cost 111.025.000
Work in process, beginning 14.350.000
Work in process, ending (0)
Estimated cost of goods manufactured 125.375.000
Finished goods, beginning 401.500.000
Finished goods, ending (210.750.000)
Estimated cost of goods sold 316.125.000
Overapplied factory overhead (1.215.000)
Cost of goods sold 314.910.000
SOAL 2
1. Direct material 13.000.000
Account payable 13.000.000
= 2.000 x 6.500
Acoount payable 3.250.000
Direct material 3.250.000
= 500 x 6.500
Account payable = 13.000.000 - 3.250.000 9.750.000
Direct material = 2% x 9.750.000 195.000
Cash = 98% x 9.750.000 9.555.000
2. Indirect material 300.000
Cash 300.000
= 200 x 1.500
3. No entry
4. Work in process 12.555.000
Direct material 12.555.000
Note:
Cost per unit = 12.555.000 / 2.000 = 6.277,5
Job 101 = 500 x 6.277,5 = 3.138.750
Job 102 = 800 x 6.277,5 =
5.022.000
Job 103 = 700 x 6.277,5 = 4.394.250
Factory overhead control 700.000
Indirect material 700.000
179
AKUNTANSI BIAYA
180
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
Work in process =0
Finished goods:
Job 102 = 8.322.000
Job 103 = 7.694.250
Total = 16.016.250
c.
PT MUMU
COGM and COGS Statement
For The Period Ended July, 31, 2011
Direct material, beginning 3.000.000
Net purchase:
Purchase 13.000.000
Purchase return (3.250.000)
Purchase discount (195.000)
Net purchase 9.555.000
Cost of goods available for used 12.555.000
Direct material, ending (0)
Direct material used 12.555.000
Direct labor 4.000.000
Manufacturing overhead applied 4.800.000
Estimated total manufacturing cost 21.355.000
Work in process, beginning 10.000.000
Work in process, ending (0)
Estimated cost of goods manufactured 31.355.000
Finished goods, beginning 0
Finished goods, ending (16.016.250)
Estimated cost of goods sold 15.338.750
Overapplied factory overhead (200.000)
Cost of goods sold 15.138.750
SOAL 3
1. Direct material 350.000
Cash = 20% x 350.000 70.000
Account payable = 80% x 350.000 280.000
= 350.000 = (3.000 x 16) + (5.000 x 18) + (5.300 x 40)
181
AKUNTANSI BIAYA
182
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
= 100 / 80 x 125.000
Cost of goods sold 125.000
Finished goods 125.000
= 1.000 x 125
9. Factory overhead applied 292.500
Factory overhead control 200.000
Overapplied factory overhead 92.500
Overapplied factory overhead 92.500
Cost of goods sold 92.500
c.
PT MUMU
COGM and COGS Statement
For The Period Ended July, 31, 2011
Direct material, beginning 32.000
Net purchase 350.000
Cost of goods available for used 382.000
Direct material, ending (46.000)
Direct material used 36.000
Direct labor 195.000
Manufacturing overhead applied 292.500
Estimated total manufacturing cost 823.500
Work in process, beginning 120.000
Work in process, ending (610.875)
Estimated cost of goods manufactured 332.625
Finished goods, beginning 228.500
Finished goods, ending (436.125)
Estimated cost of goods sold 125.000
Overapplied factory overhead (92.500)
183
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 4
1. Direct material 56.000.000
Account payable 56.000.000
= 7.000 x 8.000
Direct material 18.000.000
Cash 18.000.000
= 3.000 x 6.000
Indirect material 5.000.000
Cash 5.000.000
= 5.000 x 1.000
2. Work in process 81.600.000
Direct material 81.600.000
Note:
Cost per unit:
XY= 74.000.000 / 10.000 = 7.400
XZ = 28.000.000 / 5.000 = 5.600
Direct material used = (8.000 x 7.400) + (4.000 x 5.600) = 81.600.000
Job A = 40% x 81.600.000 = 32.640.000
Job B = 60% x 81.600.000 = 48.960.000
Factory overhead control 2.000.000
Indirect material 2.000.000
= 2.000 x 1.000
3. Payroll 100.000.000
Cash 100.000.000
4. Work in process 50.000.000
Factory overhead control 30.000.000
Selling and marketing salaries expense 15.000.000
General and administrative salaries expense 5.000.000
Payroll 100.000.000
Note:
Job A = 60% x 50.000.000 = 30.000.000
Job B = 40% x 50.000.000 = 20.000.000
5. Factory overhead control 25.000.000
Cash 25.000.000
6. Factory overhead control 5.000.000
Accumulated depreciation 5.000.000
7. Work in process 60.000.000
Factory overhead applied 60.000.000
= 120% x 50.000.000
Note:
Job A = 60% x 60.000.000 = 36.000.000
Job B = 40% x 60.000.000 = 24.000.000
184
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
b.
PT MUMU
COGM and COGS Statement
For The Period Ended March, 31, 2011
Direct material, beginning 28.000.000
Net purchase 74.000.000
Cost of goods available for used 102.000.000
Direct material, ending (20.400.000)
Direct material used 81.600.000
Direct labor 50.000.000
Manufacturing overhead applied 60.000.000
Estimated total manufacturing cost 191.600.000
Work in process, beginning 12.000.000
Work in process, ending (104.640.000)
Estimated cost of goods manufactured 98.960.000
Finished goods, beginning 150.000.000
Finished goods, ending (99.584.000)
Estimated cost of goods sold 149.376.000
Underapplied factory overhead 3.200.000
Cost of goods sold 152.576.000
185
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 5
1. Direct material 735.000
Account payable 735.000
= (250 x 840) + (500 x 1.050)
Indirect material 187.500
Cash 187.500
= 300 x 625
Direct material 86.400
Cash 86.400
= 120 x 720
Indirect material 20.000
Account payable 20.000
= 40 x 500
2. Work in process 1.278.100
Direct material 1.278.100
Note:
Bahan A = (750 x 750) + (190 x 840) = 722.100
Bahan B = (200 x 1.100) + (320 x 1.050) = 556.000
= 1.278.100
Job 031 = 40% x 1.278.100 = 511.240
Job 032 = 60% x 1.278.100 = 766.860
Factory overhead control 162.250
Indirect material 162.250
= (150 x 540) + (130 x 625)
3. Payroll 4.000.000
Cash 4.000.000
Work in process 1.600.000
Factory overhead control 1.120.000
Selling and marketing salaries expense 880.000
General and administrative salaries expense 400.000
Payroll 4.000.000
Note:
Job 031 = 45% x 1.600.000 = 720.000
Job 032 = 70% x 1.600.000 = 880.000
4. Work in process 1.120.000
Factory overhead applied 1.120.000
= 70% x 1.600.000
Note:
Job 031 = 45% x 1.120.000 = 504.000
Job 032 = 55% x 1.120.000 = 616.000
5. Factory overhead control 350.000
Depreciation expense-building 200.000
Accumulated depreciation 550.000
186
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
187
AKUNTANSI BIAYA
188
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
SOAL 2
Raw and in process beginning = 75.000.000 terdiri dari bahan = 72.500.000 dan
estimasi biaya konversi = 2.500.000
Raw and in process ending = 10.000.000 terdiri dari bahan = 8.500.000 dan
estimasi biaya konversi = 1.500.000
Finished goods beginning = 92.750.000 terdiri dari bahan = 90.000.000 dan
estimasi biaya konversi = 2.750.000
Finished goods ending = 115.000.000 terdiri dari bahan = 110.000.000 dan
estimasi biaya konversi = 5.000.000
189
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 3
Orchid = 8 x 35.000 = 280.000 tangkai
Jika satu ikat terdiri dari 20 tangkai maka 280.000 tangkai = 14.000 ikat
Rose = 12 x 27.500 = 330.000 tangkai
Jika satu ikat terdiri dari 20 tangkai maka 330.000 tangkai = 16.500 ikat
Tulip = 10 x 56.800 = 568.000 tangkai
Jika satu ikat terdiri dari 20 tangkai maka 568.000 tangkai = 28.400 ikat
Pembelian:
Orchid = 14.000 x 18.000 = 252.000.000
Rose = 16.500 x 20.000 = 330.000.000
Tulip = 28.400 x 12.000 = 340.800.000
Total pembelian = 922.800.000
Penjualan rangkaian bunga standar = 156.250.000 / 250.000 = 625 unit
Penjualan rangkaian bunga deluxe = 97.500.000 / 325.000 = 300 unit
Produksi = Penjualan + Persediaan akhir – Persediaan awal
Produksi rangkaian bunga standar = 625 + 420 - 530 = 515 unit
Produksi rangkaian bunga deluxe = 300 + 185 - 255 = 230 unit
Biaya tenaga kerja:
Rangkaian bunga standar = 515 x 30 / 60 x 37.500 = 9.656.250
Rangkaian bunga deluxe = 230 x 45 / 60 x 37.500 = 6.468.750
Total biaya tenaga kerja = 16.125.000
Raw and in process beginning = ? terdiri dari bahan = ? dan estimasi
�������������������
biaya�����
kon-
versi = ?
Raw and in process ending = 420.000.000 terdiri dari bahan = 252.000.000 dan
estimasi biaya konversi = 168.000.000
Finished goods beginning = 215.375.000 terdiri dari bahan = 129.225.000 dan
estimasi biaya konversi = 86.150.000
Finished goods ending = 165.125.000 terdiri dari bahan = 99.075.000 dan �����
esti-
masi biaya konversi = 66.050.000
a.
1. Raw and in process 922.800.000
Account payable 922.800.000
2. Payroll 16.125.000
Cash 16.125.000
Cost of goods sold 16.125.000
Payroll 16.125.000
3. Factory overhead control 8.000.000
Cash 8.000.000
Cost of goods sold 8.000.000
Factory overhead control 8.000.000
4. Finished goods 919.950.000
Raw and in process 919.950.000
= b + 922.800.000 - 252.000.000
190
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
b = 249.150.000
5. Cost of goods sold 950.100.000
Finished goods 950.100.000
= 129.225.000 + a - 99.075.000
a = 919.950.000
6. Raw and in process = 168.000.000 - 166.100.000 1.900.000
Cost of goods sold 18.200.000
Finished goods = 86.150.000 - 66.050.000 20.100.000
b. Nilai raw and in process pada tanggal 1 April 2011:
249.150.000 x 5 / 3 = 415.250.000 terdiri dari bahan = 3 / 5 x 415.250.000 =
249.150.000 dan estimasi biaya konversi = 2 / 5 x 415.250.000 = 166.100.000
I PROCESS COSTING
SOAL 1
a.
PT MUMU
Friends Department
Metode Average Cost of Production Report
For June 30, 2011
Quantity Schedule Material Labor FOH Quantity
Beginning inventory 5.000
Started in process this period 25.000
30.000
Transferred to Ster department 20.000
Ending inventory 100% 80% 80% 5.000
Lost in the process 100% 80% 80% 5.000
30.000
Cost Charged to The Department Total Cost Equivalent Unit Unit Cost
Beginning inventory:
Materials 3.500.000
Labor 3.800.000
FOH 4.000.000
Total cost in beginning inventory 11.300.000
Added during the current period:
Materials 19.000.000 30.000 750
Labor 13.000.000 28.000 600
FOH 10.000.000 28.000 500
Total cost added during the current period 42.000.000
Total cost charged to the department 53.300.000 1.850
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost Total Cost
Transferred to Ster department 20.000 100% 20.000 1.850 37.000.000
Spoilage charged to FOH control:
Materials 5.000 100% 5.000 750 3.750.000
Labor 5.000 80% 4.000 600 2.400.000
FOH 5.000 80% 4.000 500 2.000.000
8.150.000
Work In Process, ending inventory:
Materials 5.000 100% 5.000 750 3.750.000
Labor 5.000 80% 4.000 600 2.400.000
FOH 5.000 80% 4.000 500 2.000.000
8.150.000
Total cost accounted for as follows 53.300.000
191
AKUNTANSI BIAYA
Equivalent unit:
Material = 20.000 + (5.000 x 100%) + (5.000 x 100%) = 30.000
Labor = 20.000 + (5.000 x 80%) + (5.000 x 80%) = 28.000
FOH = 20.000 + (5.000 x 80%) + (5.000 x 80%) = 28.000
b.
Work in process 42.000.000
Material 19.000.000
Payroll 13.000.000
Factory overhead applied 10.000.000
Work in process 37.000.000
Work in process 37.000.000
Factory overhead control 8.150.000
Work in process 8.150.000
PT MUMU
Ster Department
Metode FIFO Cost of Production Report
For June 30, 2011
Quantity Schedule Material Labor FOH Quantity
Beginning inventory 80% 20% 20% 10.000
Received from Friends department 20.000
30.000
Transferred to finished goods inventory 25.000
Ending inventory 100% 70% 70% 5.000
30.000
Cost Charged to The Department Total Cost Equivalent Unit Unit Cost
Beginning inventory:
Cost from preceeding deparment 5.000.000
Materials 9.000.000
Labor 7.000.000
FOH 7.000.000
Total cost in beginning inventory 28.000.000
Added during the current period:
Cost from preceeding deparment 37.000.000 20.000 1.850
Materials 22.000.000 22.000 1.000
Labor 26.500.000 26.500 1.000
FOH 26.500.000 26.500 1.000
Total cost added during the current period 112.000.000
Total cost charged to the department 140.000.000 4.850
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost Total Cost
Transferred to finished goods inventory:
From beginning inventory: 28.000.000
Cost to completed this period:
Materials 10.000 20% 2.000 1.000 2.000.000
Labor 10.000 80% 8.000 1.000 8.000.000
192
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
Equivalent unit:
Cost from preceeding department = (25.000 - 10.000) + (10.000 x 0%) + (5.000 x
100%) = 20.000
Material = (25.000 - 10.000) + (10.000 x 20%) + (5.000 x 100%) = 22.000
Labor = (25.000 - 10.000) + (10.000 x 80%) + (5.000 x 70%) = 26.500
FOH = (25.000 - 10.000) + (10.000 x 80%) + (5.000 x 70%) = 26.500
b.
Work in process 75.000.000
Material 22.000.000
Payroll 26.500.000
Factory overhead applied 26.500.000
Finished goods 118.750.000
Work in process 118.750.000
SOAL 2
a.
PT MUMU
One Department
Metode FIFO Cost of Production Report
For April 30, 2011
Quantity Schedule Material Labor FOH Quantity
Beginning inventory 80% 60% 60% 10.000
Started in process this period 40.000
50.000
Transferred to Two department 36.000
Finished but not yet transferred 9.000
Ending inventory 80% 75% 50% 5.000
50.000
Cost Charged to The Department Total Cost Equivalent Unit Unit Cost
Beginning inventory:
Materials 45.000.000
Labor 56.500.000
FOH 55.020.000
Total cost in beginninginventory 156.520.000
Added during the current period:
Materials 82.000.000 41.000 2.000
Labor 68.400.000 42.750 1.600
FOH 63.080.000 41.500 1.520
Total cost added during the current period 213.480.000
Total cost charged to the department 370.000.000 5.120
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost Total Cost
Transferred to Two department:
From beginning inventory: 156.520.000
Cost to completed this period:
Materials 10.000 20% 2.000 2.000 4.000.000
Labor 10.000 40% 4.000 1.600 6.400.000
193
AKUNTANSI BIAYA
Equivalent unit:
Material = (36.000 - 10.000) + (10.000 x 20%) + 9.000 + (5.000 x 80%) = 41.000
Labor = (36.000 - 10.000) + (10.000 x 40%) + 9.000 + (5.000 x 75%) = 42.750
FOH = (36.000 - 10.000) + (10.000 x 40%) + 9.000 + (5.000 x 50%) = 41.500
b.
Work in process 213.480.000
Material 82.000.000
Payroll 68.400.000
Factory overhead applied 63.080.000
Work in process 306.120.000
Work in process 306.120.000
PT MUMU
Two Department
Metode Average Cost of Production Report
For April 30, 2011
Quantity Schedule Material Labor FOH Quantity
Beginning inventory 19.000
Received from One department 36.000
Added in the process 12.000
67.000
Transferred to finished goods inventory 43.000
Ending inventory 75% 50% 50% 22.000
Lost in the process 100% 100% 100% 2.000
67.000
Cost Charged to The Department Total Cost Equivalent Unit Unit Cost
Beginning inventory:
Cost from preceeding department 83.280.000
Materials 121.000.000
Labor 132.000.000
FOH 66.000.000
Total cost in beginning inventory 402.280.000
Added during the current period:
Cost from preceeding department 306.120.000 66.000 5.900
Materials 90.750.000 60.500 3.500
Labor 99.000.000 55.000 4.200
FOH 49.500.000 55.000 2.100
Total cost added during the current period 545.370.000
Total cost charged to the department 947.650.000 15.700
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost Total Cost
Transferred to finished good
inventory 43.000 100% 43.000 15.700 675.100.000
Spoilage charged to FOH control:
Cost from preceeding
department 1.000 100% 1.000 5.900 5.900.000
Materials 1.000 100% 1.000 3.500 3.500.000
Labor 1.000 100% 1.000 4.200 4.200.000
FOH 1.000 100% 1.000 2.100 2.100.000
15.700.000
Work In Process, ending inventory:
Cost from preceeding
department 22.000 100% 22.000 5.900 129.800.000
Materials 22.000 75% 16.500 3.500 57.750.000
Labor 22.000 50% 11.000 4.200 46.200.000
FOH 22.000 50% 11.000 2.100 23.100.000
256.850.000
Total cost accounted for as follows 947.650.000
194
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
Equivalent unit:
Cost from preceeding department = 43.000 + (22.000 x 100%) + (1.000 x 100%)
= 66.000
Material = 43.000 + (22.000 x 75%) + (1.000 x 100%) = 60.500
Labor = 43.000 + (22.000 x 50%) + (1.000 x 100%) = 55.000
FOH = 43.000 + (22.000 x 50%) + (1.000 x 100%) = 55.000
b.
Work in process 239.250.000
Material 90.750.000
Payroll 99.000.000
Factory overhead applied 49.500.000
Finished goods 675.100.000
Work in process 675.100.000
Factory overhead control 15.700.000
Work in process 15.700.000
SOAL 3
a.
PT MUMU
A Department
Metode Average Cost of Production Report
For March 31, 2011
Quantity Schedule Material Labor FOH Quantity
Beginning inventory 15.000
Started in process this period 20.000
35.000
Transferred to B department 25.000
Ending inventory 70% 50% 50% 6.000
Lost in the process 80% 60% 40% 4.000
35.000
Cost Charged to The Department Total Cost Equivalent Unit Unit Cost
Beginning inventory:
Materials 47.472.000
Labor 20.408.000
FOH 12.000.000
Total cost in beginning inventory 79.880.000
Added during the current period:
Materials 63.688.000 31.760 3.500
Labor 54.392.000 29.920 2.500
FOH 17.280.000 29.280 1.000
Total cost added during the current period 135.360.000
Total cost charged to the department 215.240.000 7.000
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost Total Cost
Transferred to B department 25.000 100% 25.000 7.000 175.000.000
Spoilage charged to FOH control:
Materials 3.200 80% 2.560 3.500 8.960.000
Labor 3.200 60% 1.920 2.500 4.800.000
FOH 3.200 40% 1.280 1.000 1.280.000
15.040.000
Work In Process, ending inventory:
Materials 6.000 70% 4.200 3.500 14.700.000
Labor 6.000 50% 3.000 2.500 7.500.000
FOH 6.000 50% 3.000 1.000 3.000.000
25.200.000
Total cost accounted for as follows 215.240.000
195
AKUNTANSI BIAYA
Equivalent unit:
Material = 25.000 + (6.000 x 70%) + (3.200 x 80%) = 31.760
Labor = 25.000 + (6.000 x 50%) + (3.200 x 60%) = 29.920
FOH = 25.000 + (6.000 x 50%) + (3.200 x 40%) = 29.280
b.
Work in process 135.360.000
Material 63.688.000
Payroll 54.392.000
Factory overhead applied 17.280.000
Work in process 175.000.000
Work in process 175.000.000
Factory overhead control 15.040.000
Work in process 15.040.000
PT MUMU
B Department
Metode FIFO Cost of Production Report
For March 31, 2011
Quantity Schedule Material Labor FOH Quantity
Beginning inventory 100% 60% 80% 15.000
Started in process this period 20.000
35.000
Transferred to B department 25.000
Ending inventory 70% 50% 50% 6.000
Lost in process 80% 60% 40% 4.000
35.000
Cost Charged to The Department Total Cost Equivalent Unit Unit Cost
Beginning inventory:
Materials 47.472.000
Labor 20.408.000
FOH 12.000.000
Total cost in beginning inventory 79.880.000
Added during the current period:
Materials 63.688.000 16.760 3.800
Labor 54.392.000 20.920 2.600
FOH 17.280.000 17.280 1.000
Total cost added during the current period 135.360.000
Total cost charged to the department 215.240.000 7.400
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost Total Cost
Transferred to B department:
From beginning inventory: 79.880.000
Cost to completed this period:
Materials 15.000 0% 0 3.800 0
Labor 15.000 40% 6.000 2.600 15.600.000
FOH 15.000 20% 3.000 1.000 3.000.000
98.480.000
Started and completed this period 10.000 100% 10.000 7.400 74.000.000
Total cost transferred to Two department 172.480.000
Spoilage charged to FOH control:
Materials 3.200 80% 2.560 3.800 9.728.000
Labor 3.200 60% 1.920 2.600 4.992.000
FOH 3.200 40% 1.280 1.000 1.280.000
16.000.000 15.040.000
Work In Process, ending inventory:
Materials 6.000 70% 4.200 3.800 15.960.000
Labor 6.000 50% 3.000 2.600 7.800.000
FOH 6.000 50% 3.000 1.000 3.000.000
26.760.000
Total cost accounted for as follows 215.240.000
196
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
Equivalent unit:
Material = (25.000 - 15.000) + (15.000 x 0%) + (6.000 x 70%) + (3.200 x 80%) =
16.760
Labor = (25.000 - 15.000) + (15.000 x 40%) + (6.000 x 50%) + (3.200 x 60%) =
20.920
FOH = (25.000 - 15.000) + (15.000 x 20%) + (6.000 x 50%) + (3.200 x 40%) =
17.280
b.
Work in process 135.360.000
Material 63.688.000
Payroll 54.392.000
Factory overhead applied 17.280.000
Finished goods 172.480.000
Work in process 172.480.000
Factory overhead control 16.000.000
Work in process 16.000.000
J. THE COST OF QUALITY
SOAL 1
a.
PT MUMU
Finishing Department
Metode Average Cost of Production Report
For July 31, 2011
Quantity Schedule Material Labor FOH Quantity
Beginning inventory 2.000
Received from Cutting department 9.000
Added in the process 1.000
12.000
Transferred to finished goods inventory 8.100
Finished but not yet transferred 900
Ending inventory 100% 90% 90% 1.000
Lost in the process 100% 100% 100% 2.000
12.000
Cost Charged to The Department Total Cost Equivalent Unit Unit Cost
Beginning inventory:
Cost from preceeding
department 3.615.000
Materials 4.000.000
Labor 3.000.000
FOH 2.500.000
Total cost in beginning inventory 13.115.000
Added during the current period:
Cost from preceeding
department 14.385.000 12.000 1.500
Materials 20.000.000 12.000 2.000
Labor 5.925.000 11.900 750
FOH 12.375.000 11.900 1.250
Total cost added during the current period 52.685.000
Total cost charged to the department 65.800.000 5.500
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost Total Cost
Transferred to finished goods 197
inventory 8.100 100% 8.100 5.500 44.550.000
Finished but not yet
transferred 900 100% 900 5.500 4.950.000
Transferred to spoiled goods
inventory 1.000 100% 1.000 3.000 3.000.000
Total cost in beginning inventory 13.115.000
Added during the current period:
Cost from preceeding
department 14.385.000 12.000 1.500
Materials 20.000.000 12.000 2.000
Labor 5.925.000 11.900 AKUNTANSI
750 BIAYA
FOH 12.375.000 11.900 1.250
Total cost added during the current period 52.685.000
Total cost charged to the department 65.800.000 5.500
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost Total Cost
Transferred to finished goods
inventory 8.100 100% 8.100 5.500 44.550.000
Finished but not yet
transferred 900 100% 900 5.500 4.950.000
Transferred to spoiled goods
inventory 1.000 100% 1.000 3.000 3.000.000
Spoilage charged to FOH control:
Cost of spoiled unit 2.000 100% 2.000 5.500 11.000.000
Less salvage value of spoiled
unit 1.000 (3.000) (3.000.000)
8.000.000
Work In Process, ending inventory:
CFPD 1.000 100% 1.000 1.500 1.500.000
Materials 1.000 100% 1.000 2.000 2.000.000
Labor 1.000 90% 900 750 675.000
FOH 1.000 90% 900 1.250 1.125.000
5.300.000
Equivalent unit:
Cost from preceeding department = 8.100 + 900 + (1.000 x 100%) + (2.000 x
100%) = 12.000
Material = 8.100 + 900 + (1.000 x 100%) + (2.000 x 100%) = 12.000
Labor = 8.100 + 900 + (1.000 x 90%) + (2.000 x 100%) = 11.900
FOH = 8.100 + 900 + (1.000 x 90%) + (2.000 x 100%) = 11.900
b.
Work in process 38.300.000
Material 20.000.000
Payroll 5.925.000
Factory overhead applied 12.375.000
Finished goods 44.550.000
Work in process 44.550.000
Spoiled good inventory 3.000.000
Work in process 3.000.000
Factory overhead control 8.000.000
Work in process 8.000.000
Account receivable 3.000.000
Spoiled goods inventory 3.000.000
198
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
SOAL 2
a.
PT MUMU
Canning Department
Metode FIFO Cost of Production Report
For January 31, 2011
Quantity Schedule Material Labor FOH Quantity
Beginning inventory 60% 40% 40% 2.000
Received from Blending department 3.000
Added in the process 3.200
8.200
Transferred to finished goods inventory 6.000
Ending inventory 50% 30% 10% 1.200
Lost in the process 100% 100% 100% 1.000
8.200
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost
Transferred to finished goods inventory:
From beginning inventory: 13.420.000
Cost to completed this period:
Materials 2.000 40% 800 1.550 1.240.000
Labor 2.000 60% 1.200 885 1.062.000
FOH 2.000 60% 1.200 605 726.000
16.448.000
Started and completed this
period 4.000 100% 4.000 5.000 20.000.000
Total cost transferred to finished goods inventory 36.448.000
Transferred to spoiled goods
inventory 1.000 100% 1.000 2.000 2.000.000
Spoilage charged to FOH control:
Cost of spoiled unit 1.000 100% 1.000 5.000 5.000.000
Less salvage value of spoiled
unit 1.000 (2.000) (2.000.000)
3.000.000
Work In Process, ending inventory:
Equivalent unit:
Cost from preceeding department = (6.000 - 2.000) + (2.000 x 0%) + (1.200 x 100
%) + (1.000 x 100%) = 6.200
199
AKUNTANSI BIAYA
b.
Work in process 19.549.200
Material 9.920.000
Payroll 5.805.600
Factory overhead applied 3.823.600
Finished goods 36.448.000
Work in process 36.448.000
Spoiled good inventory 2.000.000
Work in process 2.000.000
Factory overhead control 3.000.000
Work in process 3.000.000
Cash 2.000.000
Spoiled goods inventory 2.000.000
SOAL 3
a.
Misal ending inventory = y
0,5 y + y + (200 / 0,05) = 13.000
0,5 y + y + 4.000 = 13.000
y = 6.000
Transferred to Y department + Finished but not yet transferred = 0,5 y
Transferred to Y department + Finished but not yet transferred = 0,5 x 6.000
Transferred to Y department + Finished but not yet transferred = 3.000
Transferred to Y department = 1/ 3 x 3.000 = 1.000
Finished but not yet transferred = 2 / 3 x 3.000 = 2.000
PT MUMU
X Department
Metode Average Cost of Production Report
For April 30, 2011
Quantity Schedule Material Labor FOH Quantity
Beginning inventory 200
Started in process this period 12.800
13.000
Transferred to Y department 1.000
Finished but not yet transferred 2.000
Ending inventory 80% 60% 50% 6.000
Lost in the process 100% 100% 100% 4.000
13.000
Cost Charged to The Department Total Cost Equivalent Unit Unit Cost
Beginning inventory:
Materials 4.095.000
Labor 2.000.000
FOH 820.000
200
Total cost in beginning inventory 6.915.000
Added during the current period:
Materials 3.705.000 7.800 1.000
Labor 2.950.000 6.600 750
FOH 4.880.000 6.000 950
Beginning inventory 200
Started in process this period 12.800
13.000
Transferred to Y department 1.000
Finished but not yet transferred 2.000
EndingTIGA
BAGIAN inventory
: JAWABAN SOAL LATIHAN 80% 60% 50% 6.000
Lost in the process 100% 100% 100% 4.000
13.000
Cost Charged to The Department Total Cost Equivalent Unit Unit Cost
Beginning inventory:
Materials 4.095.000
Labor 2.000.000
FOH 820.000
Total cost in beginning inventory 6.915.000
Added during the current period:
Materials 3.705.000 7.800 1.000
Labor 2.950.000 6.600 750
FOH 4.880.000 6.000 950
Total cost added during the current period 11.535.000
Total cost charged to the department 18.450.000 2.700
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost Total Cost
Transferred to Y department 1.000 100% 1.000 2.700 2.700.000
Finished but not yet transferred 2.000 100% 2.000 2.700 5.400.000
Work In Process, ending inventory:
Materials 6.000 80% 4.800 1.000 4.800.000
Labor 6.000 60% 3.600 750 2.700.000
FOH 6.000 50% 3.000 950 2.850.000
10.350.000
Total cost accounted for as follows 18.450.000
Equivalent unit:
Material = 1.000 + 2.000 + (6.000 x 80%) = 7.800
Labor = 1.000 + 2.000 + (6.000 x 60%) = 6.600
FOH = 1.000 + 2.000 + (6.000 x 50%) = 6.000
b.
Work in process 11.535.000
Material 3.705.000
Payroll 2.950.000
Factory overhead applied 4.880.000
Work in process 2.700.000
Work in process 2.700.000
201
AKUNTANSI BIAYA
PT MUMU
Y Department
Metode FIFO Cost of Production Report
For January 31, 2011
Quantity Schedule Material Labor FOH Quantity
Beginning inventory 80% 60% 50% 4.000
Received from X department 1.000
Added in the process 8.000
13.000
Transferred to finished goods inventory 5.000
Finished but not yet transferred 1.000
Ending inventory 80% 60% 50% 6.000
Lost in the process 50% 30% 30% 1.000
13.000
%
Cost Accounted for As Follows Unit completed EU Unit Cost
Transferred to finished goods inventory:
From beginning inventory: 20.597.000
Cost to completed this period:
Materials 4.000 20% 800 980 784.000
Labor 4.000 40% 1.600 750 1.200.000
FOH 4.000 50% 2.000 970 1.940.000
24.521.000
Started and completed this
period 1.000 100% 1.000 3.000 3.000.000
Total cost transferred to finished goods inventory 27.521.000
Finished but not yet transferred 1.000 100% 1.000 3.000 3.000.000
Transferred to spoiled goods
inventory 1.000 100% 1.000 750 750.000
Spoilage charged to FOH control:
Cost of spoiled unit
CFPD 1.000 100% 1.000 300 300.000
Materials 1.000 50% 500 980 490.000
Equivalent unit:
Cost from preceeding department = (5.000 - 4.000) + (4.000 x 0%) + 1.000 +
(6.000 x 100 %) + (1.000 x 100%) = 9.000
Material = (5.000 - 4.000) + (4.000 x 20%) + 1.000 + (6.000 x 80 %) + (1.000 x
50%) = 8.100
Labor = (5.000 - 4.000) + (4.000 x 40%) + 1.000 + (6.000 x 60 %) + (1.000 x
202
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
30%) = 7.500
FOH = (5.000 - 4.000) + (4.000 x 50%) + 1.000 + (6.000 x 50 %) + (1.000 x
30%) = 7.300
b.
Work in process 20.644.000
Material 7.938.000
Payroll 5.625.000
Factory overhead applied 7.081.000
Finished goods 27.521.000
Work in process 27.521.000
Spoiled good inventory 750.000
Work in process 750.000
Factory overhead control 556.000
Work in process 556.000
Cash 750.000
Spoiled goods inventory 750.000
Donald:
Sales = 400.000.000
Processing cost = 88.000.000
Allocation of joint cost = 144.000.000
Total production cost = (232.000.000)
Gross profit = 168.000.000
Operating expense = 100.000 x 680 = (68.000.000)
Operating income = 100.000 x 1.000 = 100.000.000
203
AKUNTANSI BIAYA
Deasy:
Sales = 150.000.000
Processing cost = 0
Allocation of joint cost = 92.500.000
Total production cost = (92.500.000)
Gross profit = 57.500.000
Operating expense = 50.000 x 400 = (20.000.000)
Operating income = 50.000 x 750 = 37.500.000
Produksi:
Gober = 150.000 + 40.000 - 30.000 = 160.000
Untung = 160.000 + 20.000 - 25.000 = 155.000
Harga
Biaya
Unit pasar Harga pasar
Produk Harga pasar final pemrosesan
produksi final hipotetis
lebih lanjut
per unit
Gober 160.000 16.000 2.560.000.000 468.000.000 2.092.000.000
Untung 155.000 12.500 1.937.500.000 212.000.000 1.725.500.000
3.817.500.000
c.
Total laba kotor:
Gober = 10.460 x 150.000 = 1.569.000.000
Untung = 8.906 x 160.000 = 1.424.960.000
204
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
SOAL 2
a.
Direct material used = 135.000 x 6.000 = 810.000.000
Departemen I Departemen II Departemen III
70% x 810.000.000 20% x 810.000.000 10% x 810.000.000
Direct material
= 567.000.000 = 162.000.000 = 81.000.000
20.000 x 9.000 25.000 x 9.000 35.000 x 9.000
Direct labor
= 180.000.000 = 225.000.000 = 315.000.000
150% x 180.000.000 150% x 225.000.000 150% x 315.000.000
Factory overhead
= 270.000.000 = 337.500.000 = 472.500.000
Total 1.017.000.000 724.500.000 868.500.000
Little:
Sales = 105.000 x 3.000 = 315.000.000
Processing cost = 0
Allocation of joint cost = 23.625.000
Total production cost = (23.625.000)
Gross profit = 291.375.000
Operating expense = 105.000 x 1.275 = (133.875.000)
Operating income = 105.000 x 1.500 = 157.500.000
Produksi:
Man = 190.000 + 60.000 - 40.000 = 210.000
Girl = 150.000 + 45.000 - 30.000 = 165.000
Harga pasar Biaya
Unit Harga pasar Harga pasar
Produk final per pemrosesan
produksi final hipotetis
unit lebih lanjut
3.687.000.000
205
AKUNTANSI BIAYA
b.
Laba kotor per unit:
Man = 11.000 - 5.484 = 5.516
Girl = 18.000 - 8.695 = 9.305
c.
Total laba kotor:
Man = 5.516 x 190.000 = 1.048.040.000
Girl = 9.305 x 150.000 = 1.395.750.000
SOAL 3
Direct material used = (4.000 x 2.500) + (7.500 x 2.800) + (1.000 x 2.750) =
33.750.000
Departemen Departemen
Departemen I Departemen II
III IV
Direct
33.750.000 - - -
material
Direct labor
5 / 14 x 4 / 14 x 3 / 14 x 2 / 14 x
= 7.000 x
28.000.000 28.000.000 28.000.000 28.000.000
4.000 =
= 10.000.000 = 8.000.000 = 6.000.000 = 4.000.000
28.000.000
120% x 120% x 120% x 120% x
Factory
10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000
overhead
= 12.000.000 = 9.600.000 = 7.200.000 = 4.800.000
Total 55.750.000 17.600.000 13.200.000 8.800.000
Gamma:
206
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
Produksi:
Alpha = 10.000 + 4.000 - 2.000 = 12.000
Betha = 12.000 + 5.000 - 7.000 = 10.000
Harga Biaya
Unit Harga pasar Harga pasar
Produk pasar final pemrosesan
produksi final hipotetis
per unit lebih lanjut
Alpha 12.000 6.000 72.000.000 17.600.000 54.400.000
b.
Laba kotor per unit:
Alpha = 6.000 - 3.733 = 2.267
Betha = 5.000 - 3.160 = 1.840
c.
Total laba kotor:
Alpha = 2.267 x 10.000 = 22.670.000
Betha = 1.840 x 12.000 = 22.080.000
207
AKUNTANSI BIAYA
SOAL 4
Cost per unit = 3.200.000.000 / 400.000 = 8.000
Direct material used = 110.000 x 8.000 = 880.000.000
Departemen A Departemen B Departemen C Departemen D
70% x 20% x 10% x
Direct
880.000.000 880.000.000 880.000.000 -
material
= 616.000.000 = 176.000.000 = 88.000.000
Direct labor
(tarif =
160.000 x 2.000 50.000 x 2.000 20.000 x 2.000 20.000 x 2.000
500.000.000
= 320.000.000 = 100.000.000 = 40.000.000 = 40.000.000
/ 250.000 =
2.000)
150% x 150% x 150% x 150% x
Factory
320.000.000 100.000.000 40.000.000 40.000.000
overhead
= 480.000.000 = 150.000.000 = 60.000.000 = 60.000.000
Total 1.416.000.000 426.000.000 188.000.000 100.000.000
Jabrik:
Sales = 60.000 x 20.000 = 1.200.000.000
Processing cost = 100.000.000
Allocation of joint cost = 416.000.000
Total production cost = (516.000.000)
Gross profit = 684.000.000
Operating expense = 60.000 x 8.000 = (480.000.000)
Operating income = 60.000 x 3.400 = 204.000.000
Produksi:
Bule = 117.380 + 140.000 - 65.000 = 192.380
Blacky = 181.350 + 25.000 - 50.000 = 156.350
208
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
Harga Biaya
Unit Harga pasar Harga pasar
Produk pasar final pemrosesan
produksi final hipotetis
per unit lebih lanjut
18.386.000.000
209
AKUNTANSI BIAYA
210
BAGIAN TIGA : JAWABAN SOAL LATIHAN
DAFTAR PUSTAKA
Blocher, E.J., Stout, D.E., dan Cokins, G. 2010. Cost Management: A Strategic
Emphasis, 5th edition. US: McGraw-Hill
Carter, W.K. 2006. Cost Accounting, 14th edition. US: Thomson
Dunia, F.A., dan Wasilah. 2009. Akuntansi Biaya, edisi 2. Jakarta: Salemba Empat
Hansen, D.R., dan Mowen, M.M. 2007. Managerial Accounting, 8th edition. US:
Thomson
Horngren, C.T., Datar, S.M., dan Rajan, M.V. 2012. Cost Accounting: A Managerial
Emphasis, 14th edition. US: Pearson
VanderBeck, E.J. 2010. Principles of Cost Accounting, 15th edition. US: Cengage
211
AKUNTANSI BIAYA
TENTANG PENULIS
212