1
C. Klasifikasi Kehamilan Ektopik
1. Kehamilan tuba
a) Intertesial
b) Isthimus
c) Ampula
d) Fimbrial
2. Kehamilan Ovarial.
3. Kehamilan abdominal
a) Primer
b) Sekunder
4. Kehamilan tuba ovarial.
5. Kehamilan intraligamenter
6. Kehamilan servikal.
( Sofian, 2012)
2
D. Patofisiologi/WOC
PROSES Tumbuh di
PEMBUAHAN saluran tuba
Faktor predisposisi
kehamilan ektopik Hasil konsepsi Abortus kedalam Rupture dinding
mati dini lumen tuba tuba
1. Faktor tuba
2. Faktor uterus
3. Faktor ovum spontan
4. Faktor hormonal Terjadi Terjadi perdarahan
keterlambatan karena pembukaan
haid pembuluh darah Trauma ringan koetus
oleh vili kuriahs dari pemeriksaan
vagina
pelepasan
Terjadi perdarahan
Ansietas
Darah berkumpul di
kavum doglas
membentuk
hematokal 3
retrouterina
E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya
ruptur. Ciri khas dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan pervaginam.
Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluahan amenorrhea dan
nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan
ektopik. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat vasomotor,berupa vertigo atau sinkop;
nausea, payudara terasa penuh, fatigue,nyeri abdomen bagian bawah, dan dispareuni. Dapat juga
ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram
yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau
massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala kehamilan ektopik harus dibedakan dengan
appendicitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium, Pada pemeriksaan
vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan ,kavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukan gejala kehamilan muda, seperti nyeri diperut bagian
bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek. Nyeri merupakan
keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai
perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan pervaginam
menunjukan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan
ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrha karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya.
F. Pemeriksaan Diagnistic
1. Laboratorium
a. Hemaktokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
b. Sel darah putih
Sangat bervariasi dan jarang terlihat adanya leukositosit. Leoukosite 15.000/mm3. Laju
endp darah meningkat.
2. Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif. Pada
kehamilan interauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari,
2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningklatan titer serial hCGyang
abnormal,dan1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal.
Kadar hormone yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik.
4
3. Pemeriksaan ultrosonografi(USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari Rahim
seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang,
baik di Rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG:
a) Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri.
b) Adanya kantung kehamilan diluar kavum uteri.
c) Adanya massa komplek di rongga panggul.
G. Penatalaksanaan
penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalah laporatomi. Dalam tindakan demikian,
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.
5
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan
yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar dari pada obat-obatan.
Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan sudah di tegakkan, terapi definitive adalah pembedahan dengan
cara sebagai berikut:
1) Laparotomi: eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan
keluar dari luka insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
2) Laparoskop: untuk mengamati tuba falopi dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisab keluar tuba.
6
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG
setiap minggu sampai negative. Bila perlu lakukan “second look operation”.
8
kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan
adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon
yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik.
A. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
9
dan output dalam 24
jam
2 Nyeri akut b/d Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen nyeeri
agen cedera perawatan 2x24
jam , nyeri pada O: 1. Obsevasi adanya petunjuk
fisik (ruptur
klien dapat teratasi. nonverbal mengenai
tuba falopi, ketidaknyamanan.
pendarahan Kriteria Hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri
1. tanda-tanda vital dalam secara komprehensif
intraperitonial)
batas normal termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
2. tidak meringis atau
frekuensi, kualitas.
menunjukan raut muka 2. Monitor penerimaan
yang kesakitan. pasien tentang manajemen
nyeri.
Pain control
N: 1. Kaji faktor yang
3. J
mempengaruhi respon
elaskan faktor penyebab
nyeri.
nyeri.
2. Kontrol lingkungan yang
4. G
dapat mempengaruhi nyeri.
unakan tindakan
3. Pilih dan lakukan
pencegahan
penanganan nyeri
5. G
( farmakologi,
unakan tindakan
nonfarmakologi dan
analgesic.
interpersonal).
6. L
4. Berikan analgesik untuk
aporkan perubahan
mengurangi nyeri
gejala nyeri ke perawat
E: 1. Ajarkan teknik
nonfarmakologi.
3. Ajarkan prinsip-prinsip
nonfarmakologi
C: 1. Kolaborasi dengan
pasien,keluarga dan tim
kesehatan lain untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri,sesuai kebutuhan.
10
2. Kolaborasi ddengan dokter
jika tindakan tidak berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
11
Nurjannah, Intansari. Tumanggor, Roxsana Devi. 2013. NIC-NOC edisi 5-6
Yogyakarta; Elsevier
Sofian, Amru. 2012. Obstetri Sosial Edisi 3 Jilid 1&2. Jakarta: EGC
12