Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK


A. Definisi kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik adalah kehamilan pertumbuhan sel telur yang telah dibuahi
tetapi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri dan akibatnya tumbuh
diluar rongga rahim. Termasuk dalam kehamilan ektopik ialah kehamilan tuba,
kehamilan ovarial, kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal dan kehamilan
abdominal primer atau sekunder. (Sarwono, 2011)

B. Etiologi Kehamilan Ektopik


Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula tidak, atau belum,
diketahui. Ada beberapa penyebab kehamilan ektopik:
1. Faktor uterus
a) Tumor rahim yang menekan tuba
b) Uterus hipoplastis
2. Faktor tuba
a) Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing.
b) Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk.
c) Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba.
d) Operasi dan strerilisasi tuba yang tidak sempurna.
e) Endometriosis tuba.
f) Divertikel tuba dan kelainan kongenita lainnya.
g) Perlekatan peritubal dan lekukan tuba.
h) Tumor lain menekan tuba.
i) Lumen kembar dan sempit.
3. Faktor ovum
a) Migrasi eksternal dari ovum.
b) Perlekatan membran granulosa.
c) Rapid cell devision.
d) Migrasi internal ovum.
4. Faktor hormonal
Pemakaian pil KB yang hanya mengandung progesterone dan mengakibatkan gerakan
tuba melambat.
5. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabula tumbuh terlalu cepat atau tembuh dengan ukuran besar maka zigot akan
tersendat dalam perjalanan pada saat melalui tuba, dan tumbuh disaluran tuba.
6. Faktor lain
a) Pemakaian IUD terjadi peradangan.
b) Faktor umur.
c) Faktor perokok.

1
C. Klasifikasi Kehamilan Ektopik
1. Kehamilan tuba
a) Intertesial
b) Isthimus
c) Ampula
d) Fimbrial
2. Kehamilan Ovarial.
3. Kehamilan abdominal
a) Primer
b) Sekunder
4. Kehamilan tuba ovarial.
5. Kehamilan intraligamenter
6. Kehamilan servikal.
( Sofian, 2012)

2
D. Patofisiologi/WOC

PROSES Tumbuh di
PEMBUAHAN saluran tuba

Faktor predisposisi
kehamilan ektopik Hasil konsepsi Abortus kedalam Rupture dinding
mati dini lumen tuba tuba
1. Faktor tuba
2. Faktor uterus
3. Faktor ovum spontan
4. Faktor hormonal Terjadi Terjadi perdarahan
keterlambatan karena pembukaan
haid pembuluh darah Trauma ringan koetus
oleh vili kuriahs dari pemeriksaan
vagina

pelepasan
Terjadi perdarahan

Pelepasan tidak Pelepasan


sempurna sempurna

Perdarahan terus Resiko syok


operasi
menerus hipovolemi
berlangsung

Ansietas

Kurangnya Resiko infeksi Tuba membesar


volume cariran dan kebiruan
(hepatosalping)

nyeri Mengalir ke rongga


perut melaluimostium
tuba

Darah berkumpul di
kavum doglas
membentuk
hematokal 3
retrouterina
E. Manifestasi klinis
Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya
ruptur. Ciri khas dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan pervaginam.
Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluahan amenorrhea dan
nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan
ektopik. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat vasomotor,berupa vertigo atau sinkop;
nausea, payudara terasa penuh, fatigue,nyeri abdomen bagian bawah, dan dispareuni. Dapat juga
ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram
yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau
massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala kehamilan ektopik harus dibedakan dengan
appendicitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium, Pada pemeriksaan
vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan ,kavum douglas menonjol dan nyeri pada perabaan.
Pada umumnya pasien menunjukan gejala kehamilan muda, seperti nyeri diperut bagian
bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek. Nyeri merupakan
keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai
perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok. Perdarahan pervaginam
menunjukan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan
ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrha karena kematian janin terjadi
sebelum haid berikutnya.

F. Pemeriksaan Diagnistic
1. Laboratorium
a. Hemaktokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
b. Sel darah putih
Sangat bervariasi dan jarang terlihat adanya leukositosit. Leoukosite 15.000/mm3. Laju
endp darah meningkat.
2. Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG positif. Pada
kehamilan interauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari,
2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningklatan titer serial hCGyang
abnormal,dan1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal.
Kadar hormone yang rendah menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik.

4
3. Pemeriksaan ultrosonografi(USG). Pemeriksaan ini dapat menggambarkan isi dari Rahim
seorang wanita. Pemeriksaan USG dapat melihat dimana lokasi kehamilan seseorang,
baik di Rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di tempat lain.
USG:
a) Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri.
b) Adanya kantung kehamilan diluar kavum uteri.
c) Adanya massa komplek di rongga panggul.

G. Penatalaksanaan

penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalah laporatomi. Dalam tindakan demikian,
beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.

1) Kondisi ibu pada saat itu.


2) Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
3) Lokasi kehamilan ektropik.
4) Kondisi anatomis organ pelvis.
5) Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
6) Kemampuan teknologi fertilisasi in vitro setempat.

Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada


kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan konservatif. Apakah kondisi ibu buruk,
misalnya dalam keadaan syok, lebih baik dilakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan
ektropik di pars ampularis tuba yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan
kemoterapi untung menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan
adalah methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi

5
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan
yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar dari pada obat-obatan.
Apabila memungkinkan, akan dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan sudah di tegakkan, terapi definitive adalah pembedahan dengan
cara sebagai berikut:
1) Laparotomi: eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan
keluar dari luka insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
2) Laparoskop: untuk mengamati tuba falopi dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi
superior dan kantung kehamilan dihisab keluar tuba.

Operasi laparoskopik: salfingostomi


Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar β-hCG rendah
maka dapat diberikan ijneksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan
bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate
50mg/m3 intramuskular.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan
2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila:
1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadarβ-hCG
Kontraindikasi pemberian methrotexade:
1. Laktasi
2. Status imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah

6
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG
setiap minggu sampai negative. Bila perlu lakukan “second look operation”.

H. Asuhan keperawatan kehamilan ektopik


1. Pengkajian
a. Anamnesis dan gejala klinis
 Riwayat terlambat haid
 Gejala dan tanda kehamilan muda
 Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
 Terdapat aminore
 Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
 Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
b. Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
Mulut : bibir pucat
Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
Ekstremitas : dingin
 Palpasi
Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada UK, nyeri
tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
Genetalia       : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
 Auskultasi
Abdomen            : bising usus (+), DJJ (-)
 Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +
7
c. Pemeriksaan fisik umum
 Pasien tampak anemis dan sakit
 Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa.
 Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
 Daerah ujung (ekstremitas) dingin
 Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya
tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan
dan nyeri lepas dinding abdomen.
 Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
 Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah, nyeri
saat perabaan.
d. Pemeriksaan khusus
 Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
 Kavum douglas menonjol dan nyeri
 Mungkin tersa tumor di samping uterus
 Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
 Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada
uteris kanan dan kiri.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan air seni dapat dilakukan untuk mengetahui kehamilan seseorang,
sedangkan untuk mengetahui kehamilan ektopik seorang dokter dapat melakukan:
Laboratorium
 Hematokrit
Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi.
 Sel darah putih
Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Leoukosite
15.000/mm3.  Laju endap darah meningkat.
 Tes kehamilan
Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan β-hCG
positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar β-hCG meningkat 2

8
kali lipat setiap dua hari, 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan
adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya
menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. Kadar hormon
yang rendah  menunjukkan adanya suatu masalah seperti kehamilan
ektopik.

A. Diagnosa Keperawatan
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:

1. kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan ditandai dengan


perdarahan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (ruptur tuba falopi, pendarahan
intraperitonial)
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan kurang pemahaman atau tidak
mengenal sumber-sumber informasi.
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
B. Intervensi keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1 Kekurangan Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen cairan
volume cairan perawatan 1x24 jam O: 1. monitor tanda- tanda vital
klien kekurangan 2. Monitor status nutrisi
b/d kehilangan
volume pada klien 3. Monitor status dehidrasi
cairan aktif dapat teratasi. 4. Monitor makanan dan
ditandai cairan yang masuk
Kriteria hasil N: 1. Berikan cairan IV sesuai
dengan
1. Tekanan darah kebutuhan
perdarahan. kembali normal 2. Atur kemungkinan transfusi
2. Denyut nadi radial E: 1. Motivasi keluarga untuk
tidak terganggu memberikan pasien makan
3. Kadar hematoktrit C: 1. Konsultasikan dengan
kembali normal dokter jika tanda dan gejala
4. Turgor kulit kembali keseimbangan cairan
normal memburuk
5. Keseimbangan intake

9
dan output dalam 24
jam
2 Nyeri akut b/d Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen nyeeri
agen cedera perawatan 2x24
jam , nyeri pada O: 1. Obsevasi adanya petunjuk
fisik (ruptur
klien dapat teratasi. nonverbal mengenai
tuba falopi, ketidaknyamanan.
pendarahan Kriteria Hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri
1. tanda-tanda vital dalam secara komprehensif
intraperitonial)
batas normal termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
2. tidak meringis atau
frekuensi, kualitas.
menunjukan raut muka 2. Monitor penerimaan
yang kesakitan. pasien tentang manajemen
nyeri.

Pain control
N: 1. Kaji faktor yang
3. J
mempengaruhi respon
elaskan faktor penyebab
nyeri.
nyeri.
2. Kontrol lingkungan yang
4. G
dapat mempengaruhi nyeri.
unakan tindakan
3. Pilih dan lakukan
pencegahan
penanganan nyeri
5. G
( farmakologi,
unakan tindakan
nonfarmakologi dan
analgesic.
interpersonal).
6. L
4. Berikan analgesik untuk
aporkan perubahan
mengurangi nyeri
gejala nyeri ke perawat
E: 1. Ajarkan teknik
nonfarmakologi.
3. Ajarkan prinsip-prinsip
nonfarmakologi

C: 1. Kolaborasi dengan
pasien,keluarga dan tim
kesehatan lain untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri,sesuai kebutuhan.

10
2. Kolaborasi ddengan dokter
jika tindakan tidak berhasil.

3 Risiko infeksi Tujuan : Setelah dilakukan Kontrol infeksi


b/d prosedur perawatan 2x24 O: 1. Monitor tanda dan gejala
jam , klien infeksi sistemik.
invasive.
mengetahui 2. Monitor kerentanan infeksi
penyebab risiko N: 1. Cuci tangan sebelum dan
infeksi. sesudah tindakan.
2.gunakan sarung tangan
Kriteria Hasil: sebagai alat pelindung.
1. mencari informasi 3. Bersihkan lingkungan
terkait kontrol infeksi setelah pakai pasien
2. mengidentifikasi 4. Berikan antibiotik jika perlu
faktor resiko infeksi 5. Dorong untuk pasien
3. memonitor faktor di beristirahat.
lingkungan tang E: 1. Instruksikan pasien untuk
berhubungan dengan minum antibiotic sesuai resep
resiko infeksi yang diberikan.
4. mengetahui 2.ajarkan cara menghindari
konsekuensi terkait infeksi
infeksi 3. Anjurkan pengunjung
5. mengindentifikasi mencuci tanganpada saat
tanda dan gejala memasuki dan
infeksi meninggalkna ruangan
pasien
C: Kolaborasi bersama dokter jika
terjadi infeksi

DAFTAR PUSTAKA

11
Nurjannah, Intansari. Tumanggor, Roxsana Devi. 2013. NIC-NOC edisi 5-6
Yogyakarta; Elsevier

Sofian, Amru. 2012. Obstetri Sosial Edisi 3 Jilid 1&2. Jakarta: EGC

Wiknjoastro, Hanifa. 2011. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina


Pustaka

12

Anda mungkin juga menyukai