Anda di halaman 1dari 20

Agama Khong Hu chu

Pendahuluan

Umat Khonghucu selain menyakini


empat kitab (SuSi) juga menyakini kitab yang lain (Ngo King) sebagai
landasan dari ajaran-ajaran dari Khonghucu, dari kitab-kitab tersebut juga
memuat ajaran tentang Tuhan, keimanan, hidup setelah mati dan juga
memuat ajaran—ajaran tentang manusia, alam semesta dan hubungan antara
anak dan bapak, serta antara raja dan bawahannya.
Pada makalah ini akan dibahas mengenai masalah tentang ajaran atau
doktrin yang dikembangkan dalam agama Khong Hu Cu, berikut penjelasan-
penjelasan yang akan di paparkan pada bab-bab terkait.
Ajaran Tentang Tuhan
Dalam Agama kongfutzu, atau biasa dibunyikan dengan Khong Hu Cu, di
kaitkan dengan nama pendiri agama ini yaitu Kung Fu Tze (551-479 SM). Ada
yang menilai bahwa ajaran Kung Fu Tze bukanlah suatu agama melainkan
hanyalah ajaran tentang nilai-nilai (Ethika) saja, karena Kung Fu Tzu sendiri
menghindarkan diri untuk berbicara tentang alam gaib. bahwa sistem ajaran
Kung Fu Tzu itu mengenal pengakuan terhadap kodrat Maha Agung
(Supreme Being), serta mempercayai pemujaan terhadap arwah Nenek
Moyang (Ancetors-Worship), juga mengajarkan tata tertib Kebaktian. dengan
landasan inilah seiring perkembangan zaman ajaran Kung Fu Tze termasuk
kepada ajaran keagamaan[1]. Pada suatu saat Khonghucu ditanya, dia tidak
pernah berbicara tentang Tuhan, atau ke ajaiban atau masalah kekuatan.
Tapi tidak ada keraguan- keraguan bahwa Khonghucu percaya pada Tuhan
dan ia adalah seorang monoteis yang etis, ia menyatakan bahwa kehendak
Tuhan telah dibukakan untuknya dan karena itu misinya adalah membuat
kehendak tersebut berlaku didunia ini. Dalam Khonghucu sendiri istilah Tuhan
disebut dengan Thian.Dalam kitab-kitab agama Khonghucu terdapat banyak
berbicara tentang Thian atau Tuhan YME.Diantaranya terdapat dalam kitab
She Cing (kitab puisi).Dalam kitab ini banyak berbicara tentang Tuhan
YME.Yang dalam umat Khonghucu disebut dengan Thien dan Shang Ti. Ada
sebuah syair dari kitab She Cing tersebut yaitu :
“ kekuasaan dan bimbingan dari Thian (Tuhan YME) sangat luas dan dalam
hal ini diluar jangkauan suara, sentuhan, atau penciuman” (She Cing IV Wen
Wang 1/7).
“ Oh, betapa besarnya Shang Ti (Tuhan Yang Maha Kuasa), berkahnya
tercurahkan kebumi, dengan pandangan yang menyeluruh dengan perhatian
yang seksama mengatur segala makhluk didunia agar hidup dalam
berkecukupan (She Cing IV Wen Wang VII/I).”
Syair diatas, ditulis jauh sebelum Khonghucu lahir, menurut perkiraan para
ahli sejarah, Syair-syair tersebut ditulis kira-kira 1000 tahun sebelum kelahiran
Khonghucu atau sekitar tahun 1550 SM. Dari syair diatas bahwa dapat
dikatakan bahwa karya-karya klasik yang ditulis 1000 tahun sebelum
kelahiran Khonghucu tersebut, sudah mengenal konsep Tuhan yang mereka
kenal dengan Thien dan Shang Ti. Istilah Tuhan paling jumpai dalam kitab Su
Cing dan She Cing, bahkan beberapa kali diulang kata Thien dan Shang Ti,
didalam kitab tersebut istilah Thien dijumpai sebanyak 85 kali dan istilah
Shang Ti dijumpai sebanyak 336 kali. Ini menunjukan bahwa umat Khonghucu
juga memiliki konsep theistik. Atau sebelum Khonghucu lahir punsudah
memiliki konsep Tuhan sendiri, mereka gambarkan konsep Tuhan sebagai
suatu zat maha tinggi yang bisa mengatur kehidupan manusia dibumi ini atau
sebagai zat yang menciptakan adanya alam ini.[2]

Agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada satu Tuhan,
yang biasa disebut Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang
Maha Kuasa).Tuhan dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkiarakan dan
ditetapkan. Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan
Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur
(Heng) ; Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan
Maha Abadi Hukumnya (Zhen). Banyak sekali bahwa Khonghucu berbicara
tentang Tuhan, ini dilihat dari beberapa banyak kitab-kitabnya.Umat
Khonghucu pun juga mengenal istilah Thian Li dan Thian Ming.

Thian Li
Thian adalah Tuhan Yang Maha Esa atau sesuatu yang absolut, yang mutlak
dab tidak dijadikan oleh siapa pun. Segala sesuatu yang ada dialam semesta
ini berjalan menurut hukum-hukumnya (Thien Li), istilah Thian Li ini
sebenernya bersumber pada pada pengertian Thian yang mengalami
penafsiran atau perluasan pada masa Neo-Konfusianisme. Jadi Thian Li itu
sendiri bukanlah nama lain dari Thian. Akan tetapi dekat dengan pengertian
firman Thian atau hukum-hukum dan peraturan yang bersumber dari Thian.
Thian Ming
Thian Ming dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dijadikan atau sesuatu
yang telah terjadi.Pangeran Chou pernah mengajarkan Thien Ming, yang
isinya bahwa Thien memberikan ketetapan kepada seseorang untuk
memimpin bangsa atau negara.Artinya bahwa seorang manusia harus
menjalankan tuga dan kewajibannya sesuai dengan kehendak Tuhan atau
Thian. Intinya yaitu melakukan kebajikan, bila seseorang tidak menjalankan
kebajikan tersebut maka ia kehilangan amanat dan tugas, artinya gagal dalam
kehidupan ini, dan sebaliknya bila menjalankan atau mengembangkan maka
ia dikatakan sebagai manusia yang berhasil dalam kehidupannya, yaitu
menjadi keharmonisan dalam hidupnya[3].
                  Pengertian dari Thian Li dan Thian Ming ini tidak jauh berbeda
artinya, Thian Ming lebih mengarahkan kepada perbuatan yang dilakukan
kepada manusia sesuai dengan amanat atau perintah dari Thian.Thian Li juga
bersifat perintah, tetapi masih bersifat umum, dan bersifat anjuran yang sudah
dilakukan manusi, dalam hal ini ada yang berhasil manjalankan peritah ini
namun ada juga yang tidak.  Dalam arti tidak menjalanka perintah, yaitu tidak
menjalankan amanat  yang berasal dari Thian tersebut.
 
B.   Ajaran Tentang Keimanan
 Penyebaran ajaran-ajaran Khong HU Cu dimulai tidak lama setelah dia
meninggal dunia.Setelah berkabung karena kematiannya pendirinya yaitu
Kong Fu Tze, para murid Kong Fu Tze menyebarkan dan masing-masing
menempuh jalannya sendiri-sendiri dalam melanjutkan pekerjaan penyebaran
agamanya.Akan tetapi akibat perbedaan-perbedaan yang semakin lama
semakin bertambah besar karena masing-masing mengembangkan system
pemikiran tersendiri, sesuai dengan kepentingan dan
keyakinannya.Khonghucu juga memiliki ajaran tentang keimanan, yang
terdapat dalam kitab SuSi.
Keimanan kaum Khong HU Cu (Konfusius) tidak lepas dari kitab suci agama
itu sendiri yang diyakini ditulis oleh Konfusius sendiri yaitu :
- Shu Ching, Buku tentang sejarah. Aslinya mengandung 100 dokumen
sejarah sejarah dinasti-dinasti kuno Cina dan mencakup suatu periode yang
dimulai dari abad ke-24 S.M. sampai abad 8 S.M. Konfusius dikatakan telah
menyusun dokumen-dokumen ini secara kronologis dan menulis kata
pengantarnya. Dokumen ini tercampur dengan ajaran-ajaran agama dan
moral.
- Shing Ching, yaitu buku tentang puisi, yaitu kumpulan sajak-sajak yang
popular yang ditulis lima ratus tahun pertama dari dinasti Chan.
- Yi Ching, Buku tentangperubahan-perubahan. Buku ini mengemukakan
system yang sangat fantastis menyangkut filsafat dan menjelaskan apa yang
disebut dengan prinsip Yin (wanita) dan Yang (pria).
- Li, Chi, buku tentang upacara-upacara. Konfusius menyetujui beberapa
upacara tradisional untuk mendisiplinkan rakyat dan membawakehalusan
budi, keagungan dan kesopanan kedalam tingkah laku sosial mereka.
- Yeo, buku tentang music. Pada zaman konfusius music berhubungan erat
dengan puisi, sehingga ketika ia menerbitkan sajak-sajak kuno ia juga
menyusun pasangannya berupa music untuk setiap sajak yang telah
diseleksinya.
- Chu`un Ch`ii, tentang sejarah musim semi dan musim rontok, yaitu catatan
kronologis tentang peristiwa-peristiwa di negri Lu mulai tahun pertama
pemerintahan pangeran Yiu (722 S.M) hingga tahun keempat belas dari
pemerintahan pangeran Ai (481 S.M).
Dalam agama Khong HU Cu ada yang disebut pengakuan Iman, diantaranya
ada delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama
Khonghucu:
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
– Sing Sien Hong Thian ( sepenuh iman percaya tehadap Tuhan Yang Maha
Esa).
– Bu Ji  Bu Gi ( jangan mendua hati, jangan bimbang).
– Siang Tee Liem Li ( Tuhan Yang Maha Tinggi Besertamu).
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
– Sing Cun Khoat Til ( sepenuh iman menjunnung kebajikan).
– Bu Wan Hut Kai ( tiada jarak jauh tak terjangkau).
– Khik Hiang Thian Siem ( sungguh hati Tuhan merahmati).
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
– Sing Liep Bing-bing ( sepenuh iman menegakkan firman gemilang)
– Cun Siem Yang Sing ( jagalah hati, rawatlah watak seajati).
– Cik Tu Su Thian ( mengabdi Tuhan)
4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
– Sing Ti Kwi Sien ( sepenuh iman sadar adanya nyawa dan roh).
– Cien Siu Kwa Yok ( tekunlah membina diri, kurang keinginan).
– Hwat Kai Tiong Ciat (bila nafsu timbul, jagalah tetap terbatas tengah).
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
– Sin Yang Haw Su ( sepenuh iman merawat cinta berbakti).
– Liep Sien Hing Too ( tegakkan didi menempuh jalan suci).
– I Hian Hu Boo ( demi memuliakan Ayah Bunda).
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu
Duo)
– Sing Sun Bok Tok ( sepenuh iman mengikuti genta rohani).
– Ci Cun Ci Sing ( yang terjunjung, Nabi agung).
– Ing Poo Thian Bing ( yang dilindungi firman Tuhan).
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing
Shu)
– Sian Khiem Su Si ( sepenuh iman memuliakan SuSi).
– Thian He Tai King ( kitab suci besar dunia).
– Liep Bing Tai Pun ( pokok besar tegakkan firman).
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
– Sing Hing Tai Too ( sepeunuh iman menempuh jalan suci yang Agung).
– Su Ji Put Li ( sekejap pun tidak terpisah)
– Bu Kiong Ci Hiu ( tempat sentosa yang tanpa batas).[5]
 Demikian delapan keimanan yang wajib diimani oleh penganut agama
Khonghucu. Konsep keimanan dalam agama Khonghucu ini tidaj jauh dari
keimanan seperti agama Islam, hanya yang berbeda hanya iman kepada
Qoda’ Dan Qodar, hari akhir, dan malaikat.
C.   Ajaran Tentang Hidup Setelah Mati
Khonghucu tidak banyak berbicara banyak tentang hidup setelah mati, tapi ia
percaya akan keberadaan roh-roh, dan roh-roh yang berhubungan denga
keluarga, maka bagi keluarga anggotanya yang masih hidup harus
mempersembahkan korban kepadanya. Dalam sebuah korban yang disajikan
dalam sebuah pesta atau sejajian, karena bahwa roh-roh leluhur akan
menikmati sejajian itu. Manusia berdo’a pada nenek moyang atau para leluhur
mereka, karena itu dinamakan perbuatan anak lai-laki yang berbakti (Hau)
pada orang tua.Penyebahan kepada roh-roh hanya berlaku pada lingkungan
keluarga saja yang telah meninggal.Pemujaan arwah nenek moyang telah
merupakan tradisi bagi bangsa Tionghoa sejak masa sebelum Kung Fu
Tze.Tradisi tersebut dikukuhkan oleh Kong Fu Tze karena dipandangnya
suatu sumber azasi bai nilai-nilai lainnya.
“Layanan cinta kasih dan takzim kepada ibu-bapa sewaktu hidup. Dan
berduka cita srta berkabung sewaktu mereka meninggal dunia: sekaliannya
itu kewajiban asazi bagi yang hidup.” (SBE, 3 : 488).
Menurut kepercayaan, ibu-bapak yang telah meninggal tetap hidup
berkelanjutan dan tetap mengawasi turunannya.Perembahan makanan pada
waktu-waktu tertentu itu bukan bersifat korban tebusan, tetapi perlambang
santap bersama yang dipandang sakral.

Karakteristik umum dalam agama orang Cina pada masa Konfusius adalah
penyembahan leluhur.Penyembahan leluhur adalah pemujaan roh-roh orang
mati oleh kerabatnya yang masih hidup.Mereka percaya bahwa kelanjutan
kehidupan roh-roh leluhurnya tergantung dari perhatian yang diberikan oleh
para kerabatnya yang masih hidup.Mereka juga menyakini bahwa para roh
tersebut dapat mengendalikan peruntungan keluarga.
Jika keluarga menyediakan kebutuhan roh para leluhur, sebagai imbalannya,
roh para leluhur itu akan membawa hal-hal baik yang terjadi dalam kehidupan
keluarga. Namun, jika para leluhur diabaikan, diyakini bahwa semua hal yang
buruk akan menimpa keluarga. Akibatnya, orang yang hidup terkadang hidup
dalam ketakutan kepada mereka yang telah mati. Richard C. Bush
menyatakan:

“Penyembahan leluhur oleh keluarga kerajaan dan rakyat jelata


mengungkapkan beberapa alasan mengapa mereka melakukannya. Mereka
ingin para leluhur dapat hidup di luar kubur, menjalani hidup sama seperti
bagaimana mereka hidup di bumi; oleh karena itu, yang masih hidup mencoba
untuk memberikan apapun yang sekiranya diperlukan. Alasan kedua adalah
bahwa jika mereka tidak diberi makanan, senjata, dan perlengkapan yang
diperlukan untuk bertahan hidup di luar sana, para leluhur dapat mendatangi
mereka sebagai hantu dan membawa masalah bagi yang hidup. Hingga kini,
orang Cina merayakan “Festival Hantu Lapar”, menaruh makanan dan anggur
di depan rumah untuk memuaskan roh leluhur atau hantu yang tidak
diperhatikan keturunannya yang kemudian menghantui. Motif ketiga adalah
untuk memberitahu para leluhur apa yang terjadi pada masa kini, dengan
harapan para roh leluhur itu, entah bagaimana caranya, mengetahui bahwa
semuanya baik-baik saja sehingga mereka dapat hidup dengan damai. Dan
alasan terakhir, pemujaan roh leluhur menunjukkan harapan bahwa para
leluhur akan memberkati keluarga yang masih hidup, dengan anak-anak,
kemakmuran, keharmonisan, dan segala yang berharga. (Richard C. Bush,
The Story of Religion in China, Niles, IL: Argus Communication, 1977, hal. 2)” 
Upacara kematian dalam agama Khonghucu dapat diartikan sebagai proses
pengurusannya yang diikuti dengan berbagai upacara penghormatan yang
dilakukan oleh keluarga dan para umat Khonghucu yang ikut dalam upacara
tsb. Dalam ajaran Khonghucu proses penguburan ada yang tidak memakai
peti dan penguburannya tidak terlalu mendalam, maka tidak heran mayat
yang dikubur akan menimbulkan bau tak sedap. Ini adalah tradisi yang buruk
bagi agama Khonghucu, maka ajaran ini dihilangkan.Dan setiap penguburan
ketika ibunya, itu dianggap seperti isteri-isteri pembesar, membawa mayatnya
kegunung Hong San dan dikuburkan disebelah kuburan ayahnya.Tradisi
secara sebelah-menyembelah ini masih dilakukan oleh orang cina yang
menganut agama Khonghucu di Indonesia.Karena menurut Khonghucu
manusia ialah makhluk utama, maka mesti tubuhnya tidak bernafas lagi kita
tetap menghormatinya.

Seorang Prof. Filsafat dari universitas Tsing Hua mengatakan bahwa yang
terpenting dalam upacara kematian ialah upacara berkabung  artinya ketika
ibunya meninggal dunia, dia melakukan perkabungan selama 27 bulan, dan
dia juga melakukan pantangan selama masa berkabung misalkan seperti
tidak bersenag-senang dan dia mengisi berkabungnya mengisi hal-hal yang
bermanfaat menurut Khonghucu selama masa perkabungan untuk berkerja.
Hanya saja dia tidak memakai emas, tidak mengunjungi pesta dan tidak
mengadakan perayaan-perayaan dan Upacara penyajian korban,  terutama
dari para leluhur[6].

Dalam kitab SuSi tidak banyak kita jumpai ungkapan-ungkapan Khonghucu


tentang roh-roh.Meskipun demikian, bukan berarti Khonghucu tidak percaya
tentang dunia setelah kematian, bagi dia mengenal kematian dapat diketahui
setelah dia mengalami kehidupan.

“ Hwan Thi (salah seorang murid Khonghucu) bertanya tentang orang yang
bijaksana. Khonghucu menjawab, ia mengabdi kepada rakyat berdasarkan
kebenaran, ia juga menghormati kepada roh-roh tetapi dari jauh (dengan
hormat yang jauh) demikian orang yang bijaksana” (Lun Gi, Jilid VI: 22),
maksud ayat diatas bahwa orang yang berbakti tidak hanya berbakti kepada
rakyat berdasarkan kebenaran akan tetapi  juga berbakti juga mengabdi
kepada roh, artinya bahwa umat Khonghucu juga mempercayai adanya
kehidupan setelah mati.
Dalam masyarakat Cina yang menganut paham konfucianisme, ide tentang
Tuhan dan kehidupan setelah mati tidak ditolak, dan juga tidak ditekankan
untuk diketahui.Dalam pikiran orang Cina langit dan kehidupan orang setelah
mati tidak begitu dibahas secara terperinci.Dalam trdisi orang Cina juga dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam upacara kematian, mereka
mempersembahkan berbagai korban untuk para leluhur atau para roh-roh
keluarganya. Supaya roh-roh tersebut mendapat ketenangan dialam surga.
[7]      Mengingat kuatnya tradisi pandangan hidup rahaniah yang berlatar
belakang pada kepercayaan kepada ahal-hal ghaib itu. Maka dapat dikatakan
bahwa landasan hidup religius bangsa Cina adalah dalam bentuk pemujaan-
pemujaan terhadap para leluhur (nenek moyang) yang ada di langit dan alam
sekitarnya.
Roh-roh leluhur menempati suatu tempat penting dalam sanubari bangsa
Cina, karena leluhur yang telah meninggal dianggap masih melanjutkan
kehidupannya dalam lingkungan keluarga, maka dari itu arwanya dipuja oleh
keluarganya.Maka dari itu juga jenazah nenek moyang harus dikubur disekitar
tanah lingkungan milik keluarga yang bersangkutan. Lambang leluhurnya
dibuat dalam bentuk  “papan arwah”  yang ditulis nama leluhur mereka, dan
papannya di taruh di kuil. Akhirnya penghormatan kepada leluhur tersebut
senantiasa mengalami peningkatan yang lebih tinggi lagi yakni meningkatan
kearah penghormatan terhadap “langit” sehingga menimbulkan pandangan
adanya roh/dewa yang lebih agung, yang ada diatas roh-roh para
leluhurnya[8]. Nenek moyang yang sudah lama meninggal yang berdiam di
dilangit dinamakan (Ti) atas dasar perintah oleh nenek moyang lebih tinggi
(Shang Ti).

Untuk membuktikan bahwa Khonghucu benar-benar telah mengajarkan


kehidupan setelah mati, Hiksu Tjhie Thay Ing yang didapat dari kitab-kitabnya,
sebagai berikut : “ semangat atau jiwa rohani (khi) itulah perwujudan tentang
adanya roh (sien), kehidupan jasad (phik) itulah adanya perwujudan tentang
adanya nyawa/jiwa badani (kui). Bersatu dengan harmonisnya nyawa dan roh
dalam kehidupan ini adalah tujuan pengajaran agama.Semua dilahirkan
tumbuh berkembang pasti mengalami kematian, yang mati berpulang kepada
tanah, ini yang berkaitan dengan nyawa atau jiwa badani.Semangat jiwa
rohani itu naik keatas, memancarkan cemerlang (seolah) diantara
semerbaknya bau dupa, itulah sari beratus benda dan makhluk, itulah
pernyataan adanya roh.” (Lee Ki XXIV:13)[9]

D. Kesimpulan
Khonghucu tidak pernah berbicara tentang Tuhan, atau ke ajaiban atau
masalah kekuatan. Tapi tidak ada keraguan- keraguan bahwa Khonghucu
percaya pada Tuhan dan ia adalah seorang monoteis yang etis, ia
menyatakan bahwa kehendak Tuhan telah dibukakan untuknya dan karena itu
misinya adalah membuat kehendak tersebut berlaku didunia ini. Dalam
Khonghucu sendiri istilah Tuhan disebut dengan Thian.Dalam kitab-kitab
agama Khonghucu terdapat banyak berbicara tentang Thian atau Tuhan
YME.Diantaranya terdapat dalam kitab She Cing (kitab puisi).Dalam kitab ini
banyak berbicara tentang Tuhan YME.Yang dalam umat Khonghucu disebut
dengan Thien dan Shang Ti.
Dalam kitab SuSi yang berhubungan dengan keimanan adalah :
 Iman adalah jalan suci Thian

 Iman berfungsi menggerakan hati manusia kearah lebih baik.

 Iman itu dapat diperoleh kalau manusia dapat berbuat hal-hal yang
baik.
 Untuk dapat menggembirakan orang tua.Manusia lebih dahulu
memenuhi dirinya dengan iman.

Untuk lebih jelasnya agama Khonghucu berbicara tentang kehidupan setelah


mati, itu bisa dilihat dari berbagai banyak kitab-kitab Ngo King dan SuSi, dan
Khonghucu bukan berbicara tentang kehidupan setelah mati, hanya
sederhana mungkin gambaran tentang eskatologi, akan tetapi untuk
mebuktikannya, bahwa Khonghucu juga berbicara tentang roh-roh para
leluhur mereka yang telah meninggal. Akan tetapi penjelasan ini hanya
sedikit, tidak jelas apakah roh-roh nenek moyang itu di neraka atau disurga,
dan apa itu surga dan neraka dalam pandangan Khonghucu secara detail.
Maka dari itu dalam perkataan Khonghucu seperti dikatakan hidup setelah
mati, ia harus mengenal apa itu hidup, dan dilalui oleh kehidupan terlebih
dahulu.

Hubungan laku bhakti dalam


keimanan Khong fu chu
Latar Belakang

Dengan dasar keimanan agama


khonghucu, maka diturunkanlah ajaran moral dan etika yang langsung
menyangkut perilaku di dalam penghidupan yang bersifat praktis. Dalam hal
ini wajib dicamkan bahwa,batapapun  indah,praktis dan bermanfaatnya ajaran
itu,tanpa dasar keimanan yang kuat,maka akan menjadi dangkal dan
gersang .Banyak orang mempelajari dan melihat Agama khonghucu hanya
dari segi moral dan etika saja yang bersifat praktis tanpa mau melihat dari
segi keimanannya. Jelas cara yang demikian itu tidaklah tepat dari kebenaran.
Sesungguhnya ajaran moral dan etika itu adalah hanya sekedar penjabaran
dari pada keimanan keimanan Konfusiani. Karena itu bila dipetikkan dari
beberapa ajaran moral dan etika Konfusiani,perlu disadari bahwa semuanya
itu tidak dapat dilepaskan, bahkan berpadu erat dengan dasar-dasar
keimanan Agama Khonghucu.

Era modernisasi dan globalisasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu


pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat membuat masyarakat
memandang sebelah mata terhadap pendidikan klasik. Kebenaran tetaplah
kebenaran,karena kebenaran tidak lekang dari waktu. Kebenaran ibarat
matahari meskipun keberadaannya sudah dari zaman dulu.

Hubungan antar-manusia yang harmonis selalu didasarkan pada prinsip


kebajikan atau budi pekerti luhur. Meskipun sangat beragam, hubungan
antara manusia dapat dikelompokan dalam lima kelompok besar ,
sebagaimana tertulis dalam kitab Meng Zi: tentang hubungan kemanusiaan:
antara orang tua dan anak ada kasih : antara pemimpin dengan pembantu
ada kebenaran, antara suami dan istri ada pembagian tugas ; antara yang tua
dengan yang muda ada penegertian tentang kedudukan masing-
masing,antara kawan dengan sahabat ada sifat dapat dipercaya. ( Meng Zi.III
A:4/8). Hubungan kemanusiaan harus dimulai dari diri sendiri,sebab”
Sesungguhnya pokok dasar dunia itu ada pada Negara,pokok dasar Negara
itu ada pada rumah tangga, dan pokok dasar rumah tangga itu ada pada diri
sendiri,( Meng ZI,IV A:5 ). Diri yang terbina menjadi dasar dalam membangun
hubungan kemanusiaan. Setiap orang apapun kedudukannya memiliki
kewajiban pokok untuk membina diri, seperti tertulis dalam kitab Da Xue :
maka dari raja sampai rakyat jelata mempunyai satu kewajiban yang
sama,yaitu mengutamakan pembinaan diri sebagai pokok (Da Xue. Bab 
Utama pasal ;6)

Keimanan dan Laku Bakti dalam agama Khonghucu 


1.  Menyenangkan hati orang tua
Orang tua sudah berbuat sangat banyak untuk kepentingan anak. Maka
sangat layaklah kiranya kalau kita berusaha untuk membalasnya, dengan
melayani orang tua. Semua itu mesti dilakukan dengan ikhlas, sungguh-
sungguh, dan dengan sepenuh hati. Seperti yang terdapat pada Kitab Li Ji. I
A: II: ½ sebagai berikut “ Adalah kesusilaan semua anak manusia. Pada
musim dingin berupaya menghangatkan,dan pada musim panas berusaha
menyejukan.Menjelang senja wajib membereskan segala sesuatunya dan
pada pagi hari wajib menanyakan kesehatan orang tuanya; didalam pergaulan
dengan orang-orang mengupayakan tidak sampai berebut “
2. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani
Orang tua akan sangat cemas dan kwatir bila kita sakit,terluka atau badan kita
kumuh serta tidak terawatt. Oleh karena itu  kita harus menjaga kesehatan
jasmani. Secara jasmani kita mendapatkan hidup dari orang tua. Tumbuh,
rambut dan kulit diterima dari - ayah bunda .ini adalah warisan yang sangat
berarga dari mereka, maka sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga da
merawatnya sehingga tidak luka dan rusak. Orang tua juga akan malu apabila
tingkah laku kita tidak baik. Prilaku yang baik ini menunjukan moralitas yang
sehat. Perbuatan baik yang dimaksud harus dilakukan sampai akhir hayat.  
3.  Merawat Orang Tua yang Sakit
Orang tua dalam merawat kita kadang-kadang sampai melupakan kebutuhan
dan kesehatannya sendiri. Kadang-kadang kita mendapati orang tua kita
sedang sakit, dimana beliau butuh perhatian dan kasih sayang dari anaknya
yang tulus dan sungguh-sungguh. Kita harus melayani dengan segala dan
upaya untu mengobati orang tua. Kita harus menjaganya dan merawat
mereka  dengan baik tanpa menggerutu. Seperti yang di katakana oleh Meng
Zi “ Memelihara masa hidup orang tua itu belum cukup dinamai pekerjaan
besar. Hanya segenap (pengabdian) untuk mengantar kewafatannya barulah
dinamai pekerjaan besar “ ( Meng Zi. IV B:13)

“Bila ayah bunda melakukan kesalahan (anak) harus dengan menurukan


nafas,meramahkan wajah, dan dengan suara yang lembutmengungkapkan
sanggahannya. Bila sanggahan itu tidak dapat masuk,(anak itu) harus lebih
meningkatkan rasa hormatnya dan meningkatkan rasa baktinya,dan bila
orang tua itu Nampak gembira, sanggahan itu boleh diulang. Bila orang tua itu
tidak dapat menerima dengan gembira,bahkan ia melakukan perbuatan dosa
terhadap para tetangga dan orang-orang sekampung, anak harus dengan
keras melakukan sanggahan. Bila ayah-bunda menjadi marah dan kian tidak
gembira, dan memukul anak itu sehingga mengalirkan darah, anak itu tidak
berani menjadi marah dan menyesal, bahkan kian meningkatkan rasa hormat
dan rasa baktinya “
Laku Bakti Nabi Sun

1. Wan Zhang bertanya “ Sun ketika mengerjakan sawah, sering


menangis dan berseru kepada Tuhan Yang Maha Esa . Mengapakah ia
menangis dan berseru demikian ? Meng Zi menjawab “Ia menyesali diri

2. Wan Zhang berkata,”Kalau dicintai ayah bunda, dalam kegembiraan
tidak boleh melupakan diri,kalau dibenci ayah bunda meskipun harus
bersusah payah,tidak boleh menyesalinya. Mengapakah Sun
menyesal ? “ Chang Xi pernah bertanya kepada Gong Ming Gao. Hai
Sun mengerjakan sawah, saya telah mendengar penjelasan dengan
mengerti,tetapi hal ia menangis dan berseru kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih serta ayah bundanya,saya belum dapat mengerti. “ Gong Ming
Gao berkata.”Sungguh engkau tidak akan mudah mengerti. Menurut
Gong Ming Gao , hati seorang anak yang berbakti sungguh berat kalau
sampai tidak mendapatkan cinta orang tuanya. Sun tentu berpikir “Aku
dengan sekuat tenaga membajak sawah ,inilah wajar bagiseorang anak.
Tetapi kalau ayah dan bunda sampai tidak mencintai diriku,orang
macam apakah aku ini ?     
3. Setelah raja (Yao) menyuruh 9 orang putera dan 2 orang puterinya
beserta para pembantunya menyediakan lembu, kambing dan gudang-
gudang harta untuk melayani Sun ditengah sawah, para siswa  di dunia
juga datang kepadanya. Raja menginginkan ia membantu mengatur
dunia untuk kemudian mewariskan tahta kepadanya,tetapi karena belum
dapat bersesuaian dengan ayah-bundanya. Ia masih merasa seorang
miskin yang tidak mempunyai tempat kediaman untuk pulang. (Shi
Jing.1.12)
4. Disukai oleh para siswa di dunia adalah keinginan setiap orang;tetapi
hal itu belum dapat meredakan kesedihannya. Keelokan wajah adalah
keinginan setiap orang. Ia telah beristrikan kedua orang puteri raja
(Yao), tetapi hal itu belum juga meredakan kesedihannya. Kekayaan
adalah keinginan setiap orang,ia sudah memiliki kekayaan di dunia ini,
tetapi hal itu tidak cukup pula meredakan kesedihannya. Kedudukan
tinggi ialah keinginan setiap orang, kedudukan sudah sebagai raja,tetapi
hal itu belum cukup juga untuk meredakan kesedihannya. Disukai para
siswa,beristri elok,kaya dan berkedudukan tinggi ternyata semuanya itu
belum dapat meredakan kesedihannya,karena menurut ia hanya setelah
dapat bersesuaian dengan ayah-bunda, baharulah dapat lepas dari
kesedihan.
5. Biasanya orang pada waktu muda selalu terkenang kepada ayah-
bundanya,setelah mengenal keelokan wajah,ia rindu kepada kekasihnya
, setelah beranak istri, ia terkenang kepada anak-istrinya , dan setelah
memangku jabatannya terkenang kepada rajanya, bahkan kalau tidak
mendapatkan raja yan mau menerimanya, ia dengan penuh nafsu
mengusahakan. Tetapi orang yang besar rasa Baktinya, sepanjang
hidupnya akan tetap terkenang kepada ayah-bundanya. Dalam usia 50
tahun masih terkenang kepada ayah-bundanya,hal itu kulihat nyata
pada diri Sun Agung “ (Meng Zi VA:1-5 ).

Berterima kasihlah kepada orang tua dan tetaplah mengingat jasa dan
kebaikan mereka, apa  yang telah di berikan oleh orang tua di dalam mendidik
saat lahir hingga kita menjadi orang tua,tidak akan pernah terbayarkan. Orang
tua merupakan wakil Tian.

Hubungan antara Iman dan Bhakti


1. Pendahuluan

Latar Belakang
Hidup manusia dalam iman Ru Jiao (Agama Khonghucu) adalah sebuah
kelangsungan berkesinambungan dari pra ke pasca kehidupan di dunia ini.
Maka iman akan : datang dari-Nya da kembali kepada-Nya; Khalik Semesta
sebagai causa prima dan causa finalis (satya dan tepasarira = zhong shi)
segera; menjadi panggilan ibadah paling mendasar bagi umat Ru. Bila ini
dirangkai dengan iman di antara Tuhan dan manusia ada orang tua (leluhur),
maka hubungan manusia dengan leluhur adalah satu kesatuan yang
berpangkal dan berujung pada Tuhan Sang Maha Leluhur
Manusia.Memuliakan hubungan ini adalah bakti yang utama dan ini menjadi
pokok ajaran Ru Jiao.Sebetulnya secara "kemanusiaan" nya, manusia tak
terlepaskan dari perkara ini. Dalam sejarah manusia (di awal peradaban)
pemujaan leluhur (memang) lebih dulu dikenal sebelum para Nabi memberi
bimbingan kepada umat manusia pada iman akan Tuhan.

Dalam tulisan kali ini, masalah xiao (laku bakti) ini akan dibahas dari makna
dan fungsi meja abu (persembahyangan terhadap leluhur); karena luasnya
cakupan laku bakti maka pembahasan yang lain akan ditulis tersendiri;
penyajiannya lebih pada iman akan ke"hidup"an dengan aspeknya pada laku
bakti pasca berpulangnya leluhur. Sebuah pengantar (singkat!) tentu jauh dari
kelengkapan, tetapi sumber tetap mengangkat hal dasar dan penting dalam
persembahyangan leluhur, mungkin yang tertinggal adalah pernik-pernik dan
tata cara pelaksanaannya; hal-hal yang berkenaan dengan "kebiasaan"
masyarakat tentu banyak "kesamaan dan perbedaan" walau mungkin berakar
pada hal yang satu ini. Setidaknya yang utama adalah nilai iman dan makna
agamis yang menjadi semangat orang melakukan persembahyangan leluhur
bisa dihayati dengan benar.

Kata Xiao (Bakti) pernah sangat mendominasi khasanah kehidupan


manusia.Sebutan anak Bu Xiao (tidak berbakti) merupakan suatu ‘mantera’
terburuk yang diucapkan oleh orang tua kepada anaknya. Seiring perjalanan
waktu, kata (dan perbuatan) Bakti seakan memudar seiring derap
perkembangan jaman, yang diikuti oleh pergeseran nilai-nilai. Makna Bakti
mendapat tantangan yang luar biasa.Istilah Bakti atau tidak berbakti seakan
menjadi perbendaharaan kuno dalam kosa kata jaman modern.
Nabi bersabda, “Seorang muda, di rumah hendaklah berlaku Bakti, di luar
hendaklah bersikap Rendah Hati, hati-hati sehingga dapat dipercaya,
menaruh cinta kepada masyarakat dan berhubungan erat dengan orang yang
berperi cinta kasih. Bila telah melakukan hal ini dan masih mempunyai
kelebihan tenaga, gunakanlah untuk mempelajari kitab-
kita.” http://www.spocjournal.com/religi/362-awal-dan-akhir-laku-bakti-dalam-
pandangan-agama-khonghucu-sebuah-renungan.html - Disini Nabi hendak
memberi pesan kepada kita (orang muda) 4 modal permulaan dalam
menempuh Dao, yaitu sikap kita di dalam rumah (Bakti), sikap kita di luar
rumah (rendah hati), lingkungan yang dipilih (bergaul dengan orang yang
berperi Cinta Kasih), dan mempelajari kitab-kitab.Youzi berkata, “Seorang
yang dapat berlaku Bakti dan Rendah Hati, tetapi suka menentang atasan,
sungguh jarang terjadi; tidak suka menetang atasan, tetapi suka mengacau,
ini belum pernah terjadi. 2. Maka seorang Junzi mengutamakan pokok, sebab
setelah pokok itu tegak, Daoakan tumbuh. Laku Bakti dan Rendah Hati itulah
pokok peri Cinta Kasih.” http://www.spocjournal.com/religi/362-awal-dan-akhir-
laku-bakti-dalam-pandangan-agama-khonghucu-sebuah-renungan.html
- Terlihat disini, Xiao atau Bakti bagi umat Ru-Khonghucu merupakan hal
paling dasar yang mesti dilakukan. Dengan kita melaksanakan Xiao (Bakti),
kita menapaki Ren Dao(Jalan Suci Manusia) untuk harmonis dengan Tian
Dao(Jalan Suci Tian). Agama Ru-Khonghucu selalu mengajarkan kita
mengutamakan pokok dan membelakangkan yang ujung. Sebab kalau pokok
itu kacau, bagaimana akan tercipta keharmonisan? Mencapai yang jauh
dimulai dari dekat, yang tinggi dimulai dari yang rendah. Dengan urut-urutan
seperti ini tentu saja kehidupan kita akan selaras dengan Dao.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis akan berusaha
untuk merumuskan dan mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara iman dengan bakti?
2. Bagaimana memuliakan iman dan bakti kepada leluhur?
3. Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Mengetahui  hubungan antara iman dengan bakti.


2. Mengetahui  caramemuliakan iman dan bakti kepada leluhur.
3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari pembuatan makalah ini yaitu menambah


wawasan atau pengetahuan penulis dan pembaca mengenai keimanan dan
bakti umat Khonghucu.Iman di antara Tuhan dan manusia ada orang tua
(leluhur), maka hubungan manusia dengan leluhur adalah satu kesatuan yang
berpangkal dan berujung pada Tuhan Sang Maha Leluhur Manusia.Serta
bakti kepada orang tua dan leluhur.

2. Pembahasan
Hubungan Iman Dengan Bakti
Di dalam Li Ji Kitab Suci Kesusilaan XXIV/13, tersurat bahwasannya manusia
dijelmakan Tuhan malalui ayah bundanya, manusia memiliki daya hidup
nyawa dan roh (Gui Shen). Semangat (Qi) itulah perwujudan tentang adanya
Roh, kehidupan jasad (Po) itulah perwujudan tentang adanya nyawa.Bersatu
harmonisnya Nyawa dan Roh dalam kehidupan ini, itulah tujuan pengajaran
agama.

Semua yang dilahirkan (tumbuh), mesti mengalami kematian; yang mati itu
mesti kembali kepada tanah; inilah yang berkaitan dengan Nyawa.Semangat
itu mengembang naik ke atas, memancar diantar semerbaknya dupa, itulah
sari kehidupan, itulah kenyataan daripada Roh.
Nabi bersabda,”demikianlah seorang anak berbakti mengabdi/melayani orang
tuanya.di rumah sikapnya sungguh hormat, didalam merawatnya sungguh-
sungguh berusaha memberi kebahagiaan; saat orang tua sakit ,ia sungguh-
sungguh prihatin;di dalam berkabung,ia sungguh-sungguh bersedih;dan,di
dalam menyembahyanginya,ia melakukannya dengan sungguh-sungguh
hormat.orang yang dapat melaksanakan lima perkara ini,ia benar-benar boleh
dinamai melakukan pengabdian kepada orang tua” kitab Hau king X;Ikhtisar
Laku Bakti

Dalam ayat ini diajarkan 5 sikap laku bakti seorang anak dan bila kita dapat
melaksanakan ini kepada orang tua kita akan memberikan rasa bahagia,
karena inti dari laku bakti itu adalah melayani dan mengabdi kepada ayah
bunda , adapun kelima sikap tersebut sebagai berikut :

1. Didalam rumah melaksanakan sikap hormat kepada ayah bunda .


2.  Merawat orang tua dengan sungguh sungguh dan memberi
kebahagian.
3.  Ketika ayah dan bunda sedang sakit bersikap prihatin.
4.  Ketika orang tua meninggal dan didalam masa berkabung terceminlah
rasa sedih.
5. Didalam bersembahyang dilakukan dengan sungguh sungguh hormat.

5 ikhtisar laku bakti ini merupakan wujud rasa pengabdian kepada orang tua
dan merupakan rasa balas budi seorang anak kepada orang tuanya.Rasa
balas budi adalah akar dari sikap laku bakti, bila rasa dan sikap balas budi ini
tidak ada dalam diri seorang anak bagaimana mungkin bisa melaksanakan
tindakan laku bakti.Bila dalam diri seorang anak tumbuh rasa balas budi
kepada orang tuanya, kesadaran ini akan menumbuhkan perilaku bakti.

Dalam kitab Lun Gie II: 7 , tersurat “ Nabi bersabda, “Sekarang yang
dikatakan laku bakti katanya asal dapat memelihara; tetapi anjing dan
kudapun dapat memberi pemeliharaan. Bila tidak disertai rasa HORMAT, apa
bedanya ?”

Pelajaran ini memberi kita petunjuk pelaksanaan yang jelas bagi seorang
anak ,jadi diharapkan sikapnya didalam berperilaku jangan beranggapan
bahwa asalkan kita dapat membalas budi kepada orang tua dengan
memberikan semua kebutuhan materi, beranggapan sudah berlaku bakti,
Tetapi bila tidak ada rasa hormat yang terwujud dalam tindak tanduk kita
kepada orang tua , apa bedanya dengan seekor anjing dan kuda ? Maka
pentinglah berlaku hormat kepada ayah bunda didalam rumah dan diluar
rumah.

Memuliakan Iman dan Bakti Kepada Leluhur


Dalam Ru Jiao, konsep memuliakan hubungan atau bakti (xiao) menjadi
pokok ajaran agama (suo wei xiao ye, zhong zhi ben jiao yue xiao, Li Ji Bk
XXIV dan fu xiao, de zhi ben ye,jiao zhi suo you sheng ye, Xiao Jing Bab I/4);
Laku bakti itu pokok dari segala perjalanan agama dan sesungguhnya laku
bakti itu adalah pokok kebajikan, dari sinilah agama berkembang; bila disimak
dari bangunan huruf Jiao (agama) yang terdiri dari radikal Xiao (bakti) dan
wen (kitab dan ajaran), maka jelaslah prikehidupan beragama sesungguhnya
tak lepas dari masalah yang satu ini.
Berbakti kepada Tuhan dengan berbakti kepada orang tua adalah sebuah
"urutan" kodrati manusia. Bersembahyang kepada Tuhan dan leluhur adalah
rangkaian ibadah yang ditetapkan dari dan untuk Nya; ini menyangkut makna
suci kehidupan dan kematian, meliputi dunia akhirat dan pangkal ujung
manusia;dan persembahyangan terhadap leluhur ada dalam artian ini. Dalam
tulisan kali ini, masalah xiao (laku bakti) ini akan dibahas dari makna dan
fungsi meja abu (persembahyangan terhadap leluhur); karena luasnya
cakupan laku bakti maka pembahasan yang lain akan ditulis tersendiri;
penyajiannya lebih pada iman akan ke"hidup"an dengan aspeknya pada laku
bakti pasca berpulangnya leluhur.

Didalam perilaku bakti seorang anak kepada orang tuanya ketika meninggal
dunia terwujud dalam sikap berduka cita dengan rasa sedih, menangis tidak
meratap dan meraung-raung, tidak berpakaian indah dan mengenakan
perhiasan mewah, tutur katanya jujur tidak dibumbui, mendengar musik tidak
merasa senang dan memakan makanan lezat tidak dapat merasakannya.
Inilah sikap berduka cita yang diajar oleh Nabi Kongzi.

“Nabi menjawab,” Pada saat hidup layanilah sesuai dengan kesusilaan,ketika


meninggal dunia makamkanlah sesuai dengan kesusilaan, dan
sembahyangilah sesuai dengan kesusilaan” Sabda suci (Lun Gie) ,bab II,5;3.

Genaplah perilaku bakti seorang anak kepada orang tuanya, ketika orang tua
kita hidup kita rawat dan layani dengan penuh kesusilaan dan sopan
santun,kita berikan kebahagian dengan menjaga nama baik orang tua dan
berbuat penuh kebaikan, ketika berpulang kita berduka cita sesuai kesusilaan
dan memakamkannya sesuai perintah agama, dan melaksanakan upacara
sembahyang sesuai dengan agama yang diimani orang tua, dan dilanjutkan
dengan memeriksa cita cita luhur orang tuanya untuk dilaksanakan sebagai
rasa bakti, disempurnakan dengan mengikuti jalan suci orang tuanya dan
tidak mengubahnya selamanya. Sungguh besar dan agung ajaran rasa bakti
ini.  
3. Kesimpulan
Bakti (xiao) dalam agama Ru-Khonghucu merupakan pokok yang mendasari
manusia agar menjadi manusia yang ber Peri Cinta Kasih.Berbakti dimulai
dari dalam rumah, bahkan dari diri sendiri. Berbakti adalah proses mengasah
hati (ketulusan) yang harus dilalui untuk menjadi manusia yang penuh Cinta
Kasih. Maka dari itu saya berharap kita semua dapat melakukan dan
meneladani sikap laku bakti ini dan dapatlah dijadikan pedoman hidup kita,
dimana Nabi bersabda “ Sesungguhnya Laku Bakti itulah pokok kebajikan;
daripadanya ajaran agama berkembang.” Marilah kita camkan dan hayati
ajaran ini dan laksanakan perilaku bakti ini sehingga kebajikan kita
berkembang dan berkembang pulalah ajaran agama kita.
Hubungan antara Iman dan Sembahyang
Oleh: Dinnur Garista Wirawan

Latar belakang
Agama Konghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada penganutnya
bagaimana seseorang berbakti  kepada Tian (Tuhan Yang Maha Esa), orang
tua, orang yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga mengajarkan tata cara
melakukan ibadah kepada Tian, Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain.
Umat Ji/Ru (Khonghucu) melakukan persembahyangan pada empat musim,
sebagaimana tercantum dalam kitab Lee Ki/Li Ji XXII. Sempurnanya
Persembahyangan. (24): Upacara sembahyang diselenggarakan pada
keempat musim. Upacara sembahyang pada musim Semi dinamai Yue.
Upacara sembahyang pada musim Panas disebut Di. Upacara sembahyang
pada musim Rontok dinamai Chang. Dan upacara sembahyang pada musim
Dingin disebut Zheng.Upacara sembahyang sembahyang Yue dan Di
mengungkapkan kebenaran sifat Yang (Positif, terang atau mengembang).
Upacara sembahyang Chang dan Zheng mengungkapkan kebenaran sifat Yin
(negatif, gelap, suram atau mengkerut).1

Hidup Manusia dalam Iman Ru Jiao (agama Khinghucu) adalah Sebuah


kelangsungan bersinambungan dari pra ke pasca kehidupan di dunia ini.
Maka iman akan datang dari-Nya dan kembali Kepada-Nya; Khalik Semesta
sebagai causa prima dan causa finalis (satya dan tepasarira) segera ; menjadi
panggilan ibadah paling mendasar bagi umat Ru.

Landasan Teori
Menurut Xs, Tjhie Tjay Ing iman itu merupakan ungkapan kata, ungkapan
bathin dan tindakan nyata bagi seseorang. Mereka yang beriman tentu saja
kata-katanya, bathinnya dan perbuatannya satu bulat.
“….maka dalam berkata-kata selalu ingat akan perbuatan dan di dalam
berbuat selalu ingat-kata. Bukankah demikian ketulusan hati seorang Jun Zi
(seorang beriman ) ( Zhong Yong Bab XII : 4)
Dalam kitab Lee Ki/Li Ji XXII. Sempurnanya Persembahyangan.(12), tertulis:
Sesungguhnya, sembahyang /ibadah ialah yang terbesar dari semua hal. 2
Dlam kitab Lun Yu III:12 dikatakan “Pada waktu sembahyang kepada leluhur,
hayatilah akan kehadirannya dan waktu sembahyang kepada Tian - Thian
Yang Maha Rokh, hayatilah pula akan kehadiranNya”
Pembahasan
Iman dengan ibadah juga memiliki hubungan kausalitas (sebab akibat).
Kualitas iman seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang
tersebut. Makin tinggi kualitas ibadah seseoarang  Dan kuantitasnya akan
menambah dan mempertebal iman seseorang, makin mngurangi dan
mempertipis, bahkan dapat menghilangkan kualitas iman seseorang.
Dalam agama khonghucu per-sembahyangan dan peribadatan banyak
jenisnya dan ditekankan pentingnya sembahyang khususnya sembahyang
kepada leluhur.
Jenis-jenis kebaktian 3 
Ada banyak macam dan jenis kebaktian yang wajib di lakukan oleh setiap
umat Konghucu. Beberapa diantaranya :

A.    Melakukan Bakti Kepada Thian;

1. Sembahyang mengucap syukur tiap pagi, sore, saat menerima rezeki


(makanan).
Umat Khonghucu setiap pagi hari, sore, dan saat menerima rezeki
(makan) melakukan sembahyang kepada Thian. Sembahyang ini
mereka lakukan di depan meja sembahyang (altar) yang terdapat di
rumahnya. Umumnya meja sembahyang ini di letakan di ruang tamu ,
sehingga bila berkunjung ke rumah umat Khonghucu, kita akan selalu
dapat melihat bentuk meja sembahyang tersebut.
2. Sembahyang atau Thian Hio tiap tanggal 1 dan 15 pada penanggalan
bulan/lunar (Imlek).
Pada tanggal-tanggal tersebut setiap bulannya, umat Khonghucu juga
melakukan sembahyang di depan altar keluarga di rumah dan bisa juga
dilakukan di tempat ibadah umum (Litang). Orang yang memelihara abu
membakar dupa dihadapan abu atau papan arwah leluhurnya, dan juga
di hadapan patung dewa yang dipuja dalam rumahnya. Upacara ini
mereka lakukan pada pagi hari dan petang.
3. Sembahyang besar pada hari-hari kemuliaan Thian, yaitu:
a. Sembahyang malam penutupan tahun/malam
menjelang Gwan Tan.
b. Sembahyang King Thi Kong, tanggal 8 menjelang tanggal
9 Cia Gwee (bulan pertama).
c. Sembahyang saat Siang Gwan atau Cap Go Meh, 15 Cia
Gwee(bulan pertama).
d. Sembahyang hari Tangcik (hari di mana letak matahari
tepat di atas garis balik 23,5 Lintang Selatan, yakni tepat tanggal
22 Desember), yang dilakukan pada tanggal 22 Des.

B.    Melakukan Bakti pada Nabi

o Peringatan hari lahir nabi (Khonghucu), tanggal 27-8 Imlek/Ci


Sing Tan.
o Peringatan hari wafat nabi, tanggal 18-2/Ci Sing Ki Sien.
o Peringatan hari genta rohani/Bok Tok (genta yang dibuat dari
logam dan dipukul dengan pemukul yang terbuat dari kayu), setiap tanggal 22
Desember.

C.    Melakukan Bakti untuk Para Suci

 Hari Twan Yang, tanggal 5-5 Imlek. Twan artinya lurus, terkemuka,


terang, dan Yang artinya sifat positif atau matahari. Twan Yang artinya pada
saat matahari memancarkan cahaya paling keras.
 Sembahyang Tiong Chiu, tanggal 15-8 Imlek. Tanggal 15 bulan 8 Imlek
adalah saat bulan purnama dipertengahan musim rntok (musim
gugur/autumn) di belahan bumi utara. Pada saat itu cuaca baik dan bulan
nampak sangat cemerlang. Pada saat itu juga para petani sibuk dan gembira
karena berada di tengah musim panen. Pada saat bulan purnama itu
dilakukan sembahyang Hok Tik Cing Sien (malaikat bumi) untuk
mengungkapkan pernyataan syukur.
 Hari He Gwan, tanggal 15-10 Imlek. He Gwan diartikan sebagai
pernyataan terakhir dalam satu tahun akan maha kasih Tuhan. Pada saatHe
Gwan ini dilakukan sembahyang besar bagi malaikat Bumi (ok Tik Cing Sien)
yang merupakan lambing semesta alam ciptaan Tuhan
Dalam ajaran iman agama Khonghucu, ditekankan bahwa pokok dari
kebajikan adalah laku bakti (hau). Adapun Laku Bakti itu dimulai dengan
mengabdi kepada orang tua, selanjutnya mengabdi kepada pemimpin dan
akhirnya menegakkan diri.
Dalam struktur tata cara pelaksanaan sembahyang untuk leluhur, doa tidak
langsung diarahkan kepada leluhur, tetapi lebih dulu memanjatkan doa
kepada Tuhan. Tuhan yang diimani adalah Tuhan yang melampaui segala
keberadaan yang ada. Tuhan Pencipta Semesta. Keberadaan Tuhan yang
sedemikian dilambangkan dengan berdoa menghadap pintu ke luar atau
jendela.

Jika  melihat definisi iman dalam pandangan Xs. Thji Thay Ing, iman itu tidak
hanya diucapkan semata tapi diwujudkan dalam perbuatan. Sembahyang
merupakan perwujudan dari seorang umat terhadap kepercayaan yang ia
yakini.
Sama halnya dengan agama lain, misal agama Islam ke-imanan seseorang
itu hanya bisa dilihat dari tingkah laku perbuatannya. Dalam Islam
sembahyang atau yang lebih dikenal dengan sholat merupakan wujud dari
keimanan seseorang terhadap Tuhannya, semakin baik sholatnya semakin
baik pula tingkat keimanannya terhadap Tuhannya.

Kesimpulan
Seseorang yang telah beriman harus mengimplentasikan keimanannya
dengan beribadah atau sembahyang, Pelaksanaan sembahyang yang
dilandasi iman yang kuat memberikan dampak positif terhadap sikap dan
perilaku umat. 
Dengan keimanan seseorang akan tunduk dan patuh kepada aturan-aturan
ajaran agama. Dengan demikian sesungguh-nyalah sangat erat hubungan
dan saling mempengaruhi antara iman dengan sembahyang   

Anda mungkin juga menyukai