Pendahuluan
Agama Konghucu adalah agama monoteis, percaya hanya pada satu Tuhan,
yang biasa disebut Tian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang
Maha Kuasa).Tuhan dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkiarakan dan
ditetapkan. Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan
Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur
(Heng) ; Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan
Maha Abadi Hukumnya (Zhen). Banyak sekali bahwa Khonghucu berbicara
tentang Tuhan, ini dilihat dari beberapa banyak kitab-kitabnya.Umat
Khonghucu pun juga mengenal istilah Thian Li dan Thian Ming.
Thian Li
Thian adalah Tuhan Yang Maha Esa atau sesuatu yang absolut, yang mutlak
dab tidak dijadikan oleh siapa pun. Segala sesuatu yang ada dialam semesta
ini berjalan menurut hukum-hukumnya (Thien Li), istilah Thian Li ini
sebenernya bersumber pada pada pengertian Thian yang mengalami
penafsiran atau perluasan pada masa Neo-Konfusianisme. Jadi Thian Li itu
sendiri bukanlah nama lain dari Thian. Akan tetapi dekat dengan pengertian
firman Thian atau hukum-hukum dan peraturan yang bersumber dari Thian.
Thian Ming
Thian Ming dapat diartikan sebagai sesuatu yang telah dijadikan atau sesuatu
yang telah terjadi.Pangeran Chou pernah mengajarkan Thien Ming, yang
isinya bahwa Thien memberikan ketetapan kepada seseorang untuk
memimpin bangsa atau negara.Artinya bahwa seorang manusia harus
menjalankan tuga dan kewajibannya sesuai dengan kehendak Tuhan atau
Thian. Intinya yaitu melakukan kebajikan, bila seseorang tidak menjalankan
kebajikan tersebut maka ia kehilangan amanat dan tugas, artinya gagal dalam
kehidupan ini, dan sebaliknya bila menjalankan atau mengembangkan maka
ia dikatakan sebagai manusia yang berhasil dalam kehidupannya, yaitu
menjadi keharmonisan dalam hidupnya[3].
Pengertian dari Thian Li dan Thian Ming ini tidak jauh berbeda
artinya, Thian Ming lebih mengarahkan kepada perbuatan yang dilakukan
kepada manusia sesuai dengan amanat atau perintah dari Thian.Thian Li juga
bersifat perintah, tetapi masih bersifat umum, dan bersifat anjuran yang sudah
dilakukan manusi, dalam hal ini ada yang berhasil manjalankan peritah ini
namun ada juga yang tidak. Dalam arti tidak menjalanka perintah, yaitu tidak
menjalankan amanat yang berasal dari Thian tersebut.
B. Ajaran Tentang Keimanan
Penyebaran ajaran-ajaran Khong HU Cu dimulai tidak lama setelah dia
meninggal dunia.Setelah berkabung karena kematiannya pendirinya yaitu
Kong Fu Tze, para murid Kong Fu Tze menyebarkan dan masing-masing
menempuh jalannya sendiri-sendiri dalam melanjutkan pekerjaan penyebaran
agamanya.Akan tetapi akibat perbedaan-perbedaan yang semakin lama
semakin bertambah besar karena masing-masing mengembangkan system
pemikiran tersendiri, sesuai dengan kepentingan dan
keyakinannya.Khonghucu juga memiliki ajaran tentang keimanan, yang
terdapat dalam kitab SuSi.
Keimanan kaum Khong HU Cu (Konfusius) tidak lepas dari kitab suci agama
itu sendiri yang diyakini ditulis oleh Konfusius sendiri yaitu :
- Shu Ching, Buku tentang sejarah. Aslinya mengandung 100 dokumen
sejarah sejarah dinasti-dinasti kuno Cina dan mencakup suatu periode yang
dimulai dari abad ke-24 S.M. sampai abad 8 S.M. Konfusius dikatakan telah
menyusun dokumen-dokumen ini secara kronologis dan menulis kata
pengantarnya. Dokumen ini tercampur dengan ajaran-ajaran agama dan
moral.
- Shing Ching, yaitu buku tentang puisi, yaitu kumpulan sajak-sajak yang
popular yang ditulis lima ratus tahun pertama dari dinasti Chan.
- Yi Ching, Buku tentangperubahan-perubahan. Buku ini mengemukakan
system yang sangat fantastis menyangkut filsafat dan menjelaskan apa yang
disebut dengan prinsip Yin (wanita) dan Yang (pria).
- Li, Chi, buku tentang upacara-upacara. Konfusius menyetujui beberapa
upacara tradisional untuk mendisiplinkan rakyat dan membawakehalusan
budi, keagungan dan kesopanan kedalam tingkah laku sosial mereka.
- Yeo, buku tentang music. Pada zaman konfusius music berhubungan erat
dengan puisi, sehingga ketika ia menerbitkan sajak-sajak kuno ia juga
menyusun pasangannya berupa music untuk setiap sajak yang telah
diseleksinya.
- Chu`un Ch`ii, tentang sejarah musim semi dan musim rontok, yaitu catatan
kronologis tentang peristiwa-peristiwa di negri Lu mulai tahun pertama
pemerintahan pangeran Yiu (722 S.M) hingga tahun keempat belas dari
pemerintahan pangeran Ai (481 S.M).
Dalam agama Khong HU Cu ada yang disebut pengakuan Iman, diantaranya
ada delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama
Khonghucu:
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
– Sing Sien Hong Thian ( sepenuh iman percaya tehadap Tuhan Yang Maha
Esa).
– Bu Ji Bu Gi ( jangan mendua hati, jangan bimbang).
– Siang Tee Liem Li ( Tuhan Yang Maha Tinggi Besertamu).
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
– Sing Cun Khoat Til ( sepenuh iman menjunnung kebajikan).
– Bu Wan Hut Kai ( tiada jarak jauh tak terjangkau).
– Khik Hiang Thian Siem ( sungguh hati Tuhan merahmati).
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
– Sing Liep Bing-bing ( sepenuh iman menegakkan firman gemilang)
– Cun Siem Yang Sing ( jagalah hati, rawatlah watak seajati).
– Cik Tu Su Thian ( mengabdi Tuhan)
4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
– Sing Ti Kwi Sien ( sepenuh iman sadar adanya nyawa dan roh).
– Cien Siu Kwa Yok ( tekunlah membina diri, kurang keinginan).
– Hwat Kai Tiong Ciat (bila nafsu timbul, jagalah tetap terbatas tengah).
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
– Sin Yang Haw Su ( sepenuh iman merawat cinta berbakti).
– Liep Sien Hing Too ( tegakkan didi menempuh jalan suci).
– I Hian Hu Boo ( demi memuliakan Ayah Bunda).
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu
Duo)
– Sing Sun Bok Tok ( sepenuh iman mengikuti genta rohani).
– Ci Cun Ci Sing ( yang terjunjung, Nabi agung).
– Ing Poo Thian Bing ( yang dilindungi firman Tuhan).
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing
Shu)
– Sian Khiem Su Si ( sepenuh iman memuliakan SuSi).
– Thian He Tai King ( kitab suci besar dunia).
– Liep Bing Tai Pun ( pokok besar tegakkan firman).
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
– Sing Hing Tai Too ( sepeunuh iman menempuh jalan suci yang Agung).
– Su Ji Put Li ( sekejap pun tidak terpisah)
– Bu Kiong Ci Hiu ( tempat sentosa yang tanpa batas).[5]
Demikian delapan keimanan yang wajib diimani oleh penganut agama
Khonghucu. Konsep keimanan dalam agama Khonghucu ini tidaj jauh dari
keimanan seperti agama Islam, hanya yang berbeda hanya iman kepada
Qoda’ Dan Qodar, hari akhir, dan malaikat.
C. Ajaran Tentang Hidup Setelah Mati
Khonghucu tidak banyak berbicara banyak tentang hidup setelah mati, tapi ia
percaya akan keberadaan roh-roh, dan roh-roh yang berhubungan denga
keluarga, maka bagi keluarga anggotanya yang masih hidup harus
mempersembahkan korban kepadanya. Dalam sebuah korban yang disajikan
dalam sebuah pesta atau sejajian, karena bahwa roh-roh leluhur akan
menikmati sejajian itu. Manusia berdo’a pada nenek moyang atau para leluhur
mereka, karena itu dinamakan perbuatan anak lai-laki yang berbakti (Hau)
pada orang tua.Penyebahan kepada roh-roh hanya berlaku pada lingkungan
keluarga saja yang telah meninggal.Pemujaan arwah nenek moyang telah
merupakan tradisi bagi bangsa Tionghoa sejak masa sebelum Kung Fu
Tze.Tradisi tersebut dikukuhkan oleh Kong Fu Tze karena dipandangnya
suatu sumber azasi bai nilai-nilai lainnya.
“Layanan cinta kasih dan takzim kepada ibu-bapa sewaktu hidup. Dan
berduka cita srta berkabung sewaktu mereka meninggal dunia: sekaliannya
itu kewajiban asazi bagi yang hidup.” (SBE, 3 : 488).
Menurut kepercayaan, ibu-bapak yang telah meninggal tetap hidup
berkelanjutan dan tetap mengawasi turunannya.Perembahan makanan pada
waktu-waktu tertentu itu bukan bersifat korban tebusan, tetapi perlambang
santap bersama yang dipandang sakral.
Karakteristik umum dalam agama orang Cina pada masa Konfusius adalah
penyembahan leluhur.Penyembahan leluhur adalah pemujaan roh-roh orang
mati oleh kerabatnya yang masih hidup.Mereka percaya bahwa kelanjutan
kehidupan roh-roh leluhurnya tergantung dari perhatian yang diberikan oleh
para kerabatnya yang masih hidup.Mereka juga menyakini bahwa para roh
tersebut dapat mengendalikan peruntungan keluarga.
Jika keluarga menyediakan kebutuhan roh para leluhur, sebagai imbalannya,
roh para leluhur itu akan membawa hal-hal baik yang terjadi dalam kehidupan
keluarga. Namun, jika para leluhur diabaikan, diyakini bahwa semua hal yang
buruk akan menimpa keluarga. Akibatnya, orang yang hidup terkadang hidup
dalam ketakutan kepada mereka yang telah mati. Richard C. Bush
menyatakan:
Seorang Prof. Filsafat dari universitas Tsing Hua mengatakan bahwa yang
terpenting dalam upacara kematian ialah upacara berkabung artinya ketika
ibunya meninggal dunia, dia melakukan perkabungan selama 27 bulan, dan
dia juga melakukan pantangan selama masa berkabung misalkan seperti
tidak bersenag-senang dan dia mengisi berkabungnya mengisi hal-hal yang
bermanfaat menurut Khonghucu selama masa perkabungan untuk berkerja.
Hanya saja dia tidak memakai emas, tidak mengunjungi pesta dan tidak
mengadakan perayaan-perayaan dan Upacara penyajian korban, terutama
dari para leluhur[6].
“ Hwan Thi (salah seorang murid Khonghucu) bertanya tentang orang yang
bijaksana. Khonghucu menjawab, ia mengabdi kepada rakyat berdasarkan
kebenaran, ia juga menghormati kepada roh-roh tetapi dari jauh (dengan
hormat yang jauh) demikian orang yang bijaksana” (Lun Gi, Jilid VI: 22),
maksud ayat diatas bahwa orang yang berbakti tidak hanya berbakti kepada
rakyat berdasarkan kebenaran akan tetapi juga berbakti juga mengabdi
kepada roh, artinya bahwa umat Khonghucu juga mempercayai adanya
kehidupan setelah mati.
Dalam masyarakat Cina yang menganut paham konfucianisme, ide tentang
Tuhan dan kehidupan setelah mati tidak ditolak, dan juga tidak ditekankan
untuk diketahui.Dalam pikiran orang Cina langit dan kehidupan orang setelah
mati tidak begitu dibahas secara terperinci.Dalam trdisi orang Cina juga dalam
kehidupan sehari-hari terutama dalam upacara kematian, mereka
mempersembahkan berbagai korban untuk para leluhur atau para roh-roh
keluarganya. Supaya roh-roh tersebut mendapat ketenangan dialam surga.
[7] Mengingat kuatnya tradisi pandangan hidup rahaniah yang berlatar
belakang pada kepercayaan kepada ahal-hal ghaib itu. Maka dapat dikatakan
bahwa landasan hidup religius bangsa Cina adalah dalam bentuk pemujaan-
pemujaan terhadap para leluhur (nenek moyang) yang ada di langit dan alam
sekitarnya.
Roh-roh leluhur menempati suatu tempat penting dalam sanubari bangsa
Cina, karena leluhur yang telah meninggal dianggap masih melanjutkan
kehidupannya dalam lingkungan keluarga, maka dari itu arwanya dipuja oleh
keluarganya.Maka dari itu juga jenazah nenek moyang harus dikubur disekitar
tanah lingkungan milik keluarga yang bersangkutan. Lambang leluhurnya
dibuat dalam bentuk “papan arwah” yang ditulis nama leluhur mereka, dan
papannya di taruh di kuil. Akhirnya penghormatan kepada leluhur tersebut
senantiasa mengalami peningkatan yang lebih tinggi lagi yakni meningkatan
kearah penghormatan terhadap “langit” sehingga menimbulkan pandangan
adanya roh/dewa yang lebih agung, yang ada diatas roh-roh para
leluhurnya[8]. Nenek moyang yang sudah lama meninggal yang berdiam di
dilangit dinamakan (Ti) atas dasar perintah oleh nenek moyang lebih tinggi
(Shang Ti).
D. Kesimpulan
Khonghucu tidak pernah berbicara tentang Tuhan, atau ke ajaiban atau
masalah kekuatan. Tapi tidak ada keraguan- keraguan bahwa Khonghucu
percaya pada Tuhan dan ia adalah seorang monoteis yang etis, ia
menyatakan bahwa kehendak Tuhan telah dibukakan untuknya dan karena itu
misinya adalah membuat kehendak tersebut berlaku didunia ini. Dalam
Khonghucu sendiri istilah Tuhan disebut dengan Thian.Dalam kitab-kitab
agama Khonghucu terdapat banyak berbicara tentang Thian atau Tuhan
YME.Diantaranya terdapat dalam kitab She Cing (kitab puisi).Dalam kitab ini
banyak berbicara tentang Tuhan YME.Yang dalam umat Khonghucu disebut
dengan Thien dan Shang Ti.
Dalam kitab SuSi yang berhubungan dengan keimanan adalah :
Iman adalah jalan suci Thian
Iman itu dapat diperoleh kalau manusia dapat berbuat hal-hal yang
baik.
Untuk dapat menggembirakan orang tua.Manusia lebih dahulu
memenuhi dirinya dengan iman.
Berterima kasihlah kepada orang tua dan tetaplah mengingat jasa dan
kebaikan mereka, apa yang telah di berikan oleh orang tua di dalam mendidik
saat lahir hingga kita menjadi orang tua,tidak akan pernah terbayarkan. Orang
tua merupakan wakil Tian.
Latar Belakang
Hidup manusia dalam iman Ru Jiao (Agama Khonghucu) adalah sebuah
kelangsungan berkesinambungan dari pra ke pasca kehidupan di dunia ini.
Maka iman akan : datang dari-Nya da kembali kepada-Nya; Khalik Semesta
sebagai causa prima dan causa finalis (satya dan tepasarira = zhong shi)
segera; menjadi panggilan ibadah paling mendasar bagi umat Ru. Bila ini
dirangkai dengan iman di antara Tuhan dan manusia ada orang tua (leluhur),
maka hubungan manusia dengan leluhur adalah satu kesatuan yang
berpangkal dan berujung pada Tuhan Sang Maha Leluhur
Manusia.Memuliakan hubungan ini adalah bakti yang utama dan ini menjadi
pokok ajaran Ru Jiao.Sebetulnya secara "kemanusiaan" nya, manusia tak
terlepaskan dari perkara ini. Dalam sejarah manusia (di awal peradaban)
pemujaan leluhur (memang) lebih dulu dikenal sebelum para Nabi memberi
bimbingan kepada umat manusia pada iman akan Tuhan.
Dalam tulisan kali ini, masalah xiao (laku bakti) ini akan dibahas dari makna
dan fungsi meja abu (persembahyangan terhadap leluhur); karena luasnya
cakupan laku bakti maka pembahasan yang lain akan ditulis tersendiri;
penyajiannya lebih pada iman akan ke"hidup"an dengan aspeknya pada laku
bakti pasca berpulangnya leluhur. Sebuah pengantar (singkat!) tentu jauh dari
kelengkapan, tetapi sumber tetap mengangkat hal dasar dan penting dalam
persembahyangan leluhur, mungkin yang tertinggal adalah pernik-pernik dan
tata cara pelaksanaannya; hal-hal yang berkenaan dengan "kebiasaan"
masyarakat tentu banyak "kesamaan dan perbedaan" walau mungkin berakar
pada hal yang satu ini. Setidaknya yang utama adalah nilai iman dan makna
agamis yang menjadi semangat orang melakukan persembahyangan leluhur
bisa dihayati dengan benar.
2. Pembahasan
Hubungan Iman Dengan Bakti
Di dalam Li Ji Kitab Suci Kesusilaan XXIV/13, tersurat bahwasannya manusia
dijelmakan Tuhan malalui ayah bundanya, manusia memiliki daya hidup
nyawa dan roh (Gui Shen). Semangat (Qi) itulah perwujudan tentang adanya
Roh, kehidupan jasad (Po) itulah perwujudan tentang adanya nyawa.Bersatu
harmonisnya Nyawa dan Roh dalam kehidupan ini, itulah tujuan pengajaran
agama.
Semua yang dilahirkan (tumbuh), mesti mengalami kematian; yang mati itu
mesti kembali kepada tanah; inilah yang berkaitan dengan Nyawa.Semangat
itu mengembang naik ke atas, memancar diantar semerbaknya dupa, itulah
sari kehidupan, itulah kenyataan daripada Roh.
Nabi bersabda,”demikianlah seorang anak berbakti mengabdi/melayani orang
tuanya.di rumah sikapnya sungguh hormat, didalam merawatnya sungguh-
sungguh berusaha memberi kebahagiaan; saat orang tua sakit ,ia sungguh-
sungguh prihatin;di dalam berkabung,ia sungguh-sungguh bersedih;dan,di
dalam menyembahyanginya,ia melakukannya dengan sungguh-sungguh
hormat.orang yang dapat melaksanakan lima perkara ini,ia benar-benar boleh
dinamai melakukan pengabdian kepada orang tua” kitab Hau king X;Ikhtisar
Laku Bakti
Dalam ayat ini diajarkan 5 sikap laku bakti seorang anak dan bila kita dapat
melaksanakan ini kepada orang tua kita akan memberikan rasa bahagia,
karena inti dari laku bakti itu adalah melayani dan mengabdi kepada ayah
bunda , adapun kelima sikap tersebut sebagai berikut :
5 ikhtisar laku bakti ini merupakan wujud rasa pengabdian kepada orang tua
dan merupakan rasa balas budi seorang anak kepada orang tuanya.Rasa
balas budi adalah akar dari sikap laku bakti, bila rasa dan sikap balas budi ini
tidak ada dalam diri seorang anak bagaimana mungkin bisa melaksanakan
tindakan laku bakti.Bila dalam diri seorang anak tumbuh rasa balas budi
kepada orang tuanya, kesadaran ini akan menumbuhkan perilaku bakti.
Dalam kitab Lun Gie II: 7 , tersurat “ Nabi bersabda, “Sekarang yang
dikatakan laku bakti katanya asal dapat memelihara; tetapi anjing dan
kudapun dapat memberi pemeliharaan. Bila tidak disertai rasa HORMAT, apa
bedanya ?”
Pelajaran ini memberi kita petunjuk pelaksanaan yang jelas bagi seorang
anak ,jadi diharapkan sikapnya didalam berperilaku jangan beranggapan
bahwa asalkan kita dapat membalas budi kepada orang tua dengan
memberikan semua kebutuhan materi, beranggapan sudah berlaku bakti,
Tetapi bila tidak ada rasa hormat yang terwujud dalam tindak tanduk kita
kepada orang tua , apa bedanya dengan seekor anjing dan kuda ? Maka
pentinglah berlaku hormat kepada ayah bunda didalam rumah dan diluar
rumah.
Didalam perilaku bakti seorang anak kepada orang tuanya ketika meninggal
dunia terwujud dalam sikap berduka cita dengan rasa sedih, menangis tidak
meratap dan meraung-raung, tidak berpakaian indah dan mengenakan
perhiasan mewah, tutur katanya jujur tidak dibumbui, mendengar musik tidak
merasa senang dan memakan makanan lezat tidak dapat merasakannya.
Inilah sikap berduka cita yang diajar oleh Nabi Kongzi.
Genaplah perilaku bakti seorang anak kepada orang tuanya, ketika orang tua
kita hidup kita rawat dan layani dengan penuh kesusilaan dan sopan
santun,kita berikan kebahagian dengan menjaga nama baik orang tua dan
berbuat penuh kebaikan, ketika berpulang kita berduka cita sesuai kesusilaan
dan memakamkannya sesuai perintah agama, dan melaksanakan upacara
sembahyang sesuai dengan agama yang diimani orang tua, dan dilanjutkan
dengan memeriksa cita cita luhur orang tuanya untuk dilaksanakan sebagai
rasa bakti, disempurnakan dengan mengikuti jalan suci orang tuanya dan
tidak mengubahnya selamanya. Sungguh besar dan agung ajaran rasa bakti
ini.
3. Kesimpulan
Bakti (xiao) dalam agama Ru-Khonghucu merupakan pokok yang mendasari
manusia agar menjadi manusia yang ber Peri Cinta Kasih.Berbakti dimulai
dari dalam rumah, bahkan dari diri sendiri. Berbakti adalah proses mengasah
hati (ketulusan) yang harus dilalui untuk menjadi manusia yang penuh Cinta
Kasih. Maka dari itu saya berharap kita semua dapat melakukan dan
meneladani sikap laku bakti ini dan dapatlah dijadikan pedoman hidup kita,
dimana Nabi bersabda “ Sesungguhnya Laku Bakti itulah pokok kebajikan;
daripadanya ajaran agama berkembang.” Marilah kita camkan dan hayati
ajaran ini dan laksanakan perilaku bakti ini sehingga kebajikan kita
berkembang dan berkembang pulalah ajaran agama kita.
Hubungan antara Iman dan Sembahyang
Oleh: Dinnur Garista Wirawan
Latar belakang
Agama Konghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada penganutnya
bagaimana seseorang berbakti kepada Tian (Tuhan Yang Maha Esa), orang
tua, orang yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga mengajarkan tata cara
melakukan ibadah kepada Tian, Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain.
Umat Ji/Ru (Khonghucu) melakukan persembahyangan pada empat musim,
sebagaimana tercantum dalam kitab Lee Ki/Li Ji XXII. Sempurnanya
Persembahyangan. (24): Upacara sembahyang diselenggarakan pada
keempat musim. Upacara sembahyang pada musim Semi dinamai Yue.
Upacara sembahyang pada musim Panas disebut Di. Upacara sembahyang
pada musim Rontok dinamai Chang. Dan upacara sembahyang pada musim
Dingin disebut Zheng.Upacara sembahyang sembahyang Yue dan Di
mengungkapkan kebenaran sifat Yang (Positif, terang atau mengembang).
Upacara sembahyang Chang dan Zheng mengungkapkan kebenaran sifat Yin
(negatif, gelap, suram atau mengkerut).1
Landasan Teori
Menurut Xs, Tjhie Tjay Ing iman itu merupakan ungkapan kata, ungkapan
bathin dan tindakan nyata bagi seseorang. Mereka yang beriman tentu saja
kata-katanya, bathinnya dan perbuatannya satu bulat.
“….maka dalam berkata-kata selalu ingat akan perbuatan dan di dalam
berbuat selalu ingat-kata. Bukankah demikian ketulusan hati seorang Jun Zi
(seorang beriman ) ( Zhong Yong Bab XII : 4)
Dalam kitab Lee Ki/Li Ji XXII. Sempurnanya Persembahyangan.(12), tertulis:
Sesungguhnya, sembahyang /ibadah ialah yang terbesar dari semua hal. 2
Dlam kitab Lun Yu III:12 dikatakan “Pada waktu sembahyang kepada leluhur,
hayatilah akan kehadirannya dan waktu sembahyang kepada Tian - Thian
Yang Maha Rokh, hayatilah pula akan kehadiranNya”
Pembahasan
Iman dengan ibadah juga memiliki hubungan kausalitas (sebab akibat).
Kualitas iman seseorang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas ibadah orang
tersebut. Makin tinggi kualitas ibadah seseoarang Dan kuantitasnya akan
menambah dan mempertebal iman seseorang, makin mngurangi dan
mempertipis, bahkan dapat menghilangkan kualitas iman seseorang.
Dalam agama khonghucu per-sembahyangan dan peribadatan banyak
jenisnya dan ditekankan pentingnya sembahyang khususnya sembahyang
kepada leluhur.
Jenis-jenis kebaktian 3
Ada banyak macam dan jenis kebaktian yang wajib di lakukan oleh setiap
umat Konghucu. Beberapa diantaranya :
Jika melihat definisi iman dalam pandangan Xs. Thji Thay Ing, iman itu tidak
hanya diucapkan semata tapi diwujudkan dalam perbuatan. Sembahyang
merupakan perwujudan dari seorang umat terhadap kepercayaan yang ia
yakini.
Sama halnya dengan agama lain, misal agama Islam ke-imanan seseorang
itu hanya bisa dilihat dari tingkah laku perbuatannya. Dalam Islam
sembahyang atau yang lebih dikenal dengan sholat merupakan wujud dari
keimanan seseorang terhadap Tuhannya, semakin baik sholatnya semakin
baik pula tingkat keimanannya terhadap Tuhannya.
Kesimpulan
Seseorang yang telah beriman harus mengimplentasikan keimanannya
dengan beribadah atau sembahyang, Pelaksanaan sembahyang yang
dilandasi iman yang kuat memberikan dampak positif terhadap sikap dan
perilaku umat.
Dengan keimanan seseorang akan tunduk dan patuh kepada aturan-aturan
ajaran agama. Dengan demikian sesungguh-nyalah sangat erat hubungan
dan saling mempengaruhi antara iman dengan sembahyang