Anda di halaman 1dari 126

Mata Pelajaran Agribisnis Ternak Ruminansia

Sekolah Menengah Kejuruan


Bidang Agribisnis dan Agroteknologi

Kelompok Kompetensi
Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH

Penulis:
Ir. Sunarno, MP.

Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan 2016
1 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Guru sebagai tenaga profesional merupakan bagian integral dari organisasi


pendidikan di sekolah secara menyeluruh. Agar organisasi pendidikan
tersebut mampu menghadapi perubahan diperlukan adanya
pengembangkan sekolah sebagai sebuah organisasi pembelajar dan guru
secara individu maupun secara bersama-sama dengan masyarakat
seprofesinya harus didorong untuk menjadi bagian dari organisasi
pembelajar melalui keterlibatannya secara sadar dan sukarela serta terus
menerus dalam berbagai kegiatan belajar guna mengembangkan
profesionalismenya.

Guru sebagai tenaga profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan


yang sangat penting dalam mencapai visi pendidikan 2025 yaitu
menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Karena itu, profesi guru
harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat
sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Konsekuensi dari guru sebagai profesi adalah
pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB).

PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan


kendaraan utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan
berkaitan dengan keberhasilan peserta didik. PKB mendorong guru untuk
memelihara dan meningkatkan standar mereka secara keseluruhan
berkaitan dengan pekerjaannya sebagai profesi, yang mencakup
peningkatkan dan perluasan pengetahuan dan keterampilannya serta
membangun kualitas pribadi yang dibutuhkan di dalam kehidupan
profesionalnya.

Sebagai bentuk aktualisasi tugas guru sebagai tenaga profesional, maka


pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional sebagaimana

2 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan memfasilitasi guru untuk dapat mengembangkan
keprofesiannya secara berkelanjutan.

Melalui kegiatan PKB diharapkan akan terwujud guru yang profesional,


memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat dan tuntas, serta
memiliki kepribadian yang matang, kuat dan seimbang sehingga diharapkan
mampu membangkitkan minat peserta didik terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui penyajian layanan pendidikan yang bermutu.

Salah satu komponen kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


(PKB) adalah pengembangan diri. Kegiatan pengembangan diri terdiri dari
diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru untuk mencapai dan/atau
meningkatkan kompetensi profesi guru yang mencakup kompetensi
pedagogis, kepribadian, sosial, dan profesional sebagaimana yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.

Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, dalam rangka peningkatan


kompetensi profesi guru maka perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan PKB
Guru, dan modul Diklat PKB Guru Pembelajar “Anatomi Fisiologi Ternak
Ruminansia dan K3LH ini disusun sebagai bagian dari perangkat
pendidikan dan pelatihan yang dimaksud.

B. TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini peserta diklat diharapkan mampu


meningkatkan kompetensinya yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap secara utuh, mengenai materi Anatomi dan Fisiologi
Ternak Ruminansia, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta
Lingkungan Hidup (LH).

3 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


C. PETA KOMPETENSI

MODUL GURU PEMBELAJAR POTENSI,


TINGKAHLAKU DAN PENANGANAN TERNAK
RUMINANSIA

MODUL GURU PEMBELAJAR ANATOMI


FISIOLOGI TERNAK RUMINANSIA DAN K3LH

MODUL GURU PEMBELAJAR TEKNOLOGI


REPRODUKSI DAN PEMBIBITAN TERNAK
RUMINANSIA

MODUL GURU PEMBELAJAR PERKANDANGAN


DAN PEMELIHARAAN TERNAK RUMINANSIA

MODUL GURU PEMBELAJAR PEMBERIAN PAKAN


DAN PEMBUATAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA

MODUL GURU PEMBELAJAR


AGRIBISNIS HIJAUAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA
TERNAK
RUMINANSIA
MODUL GURU PEMBELAJAR PEMERAHAN DAN
KESEHATAN TERNAK RUMINANSIA

MODUL GURU PEMBELAJAR PEMANENAN DAN


EVALUASI HASIL PRODUKSI TERNAK
RUMINANSIA

MODUL GURU PEMBELAJAR PENGOLAHAN HASIL


DAN LIMBAH TERNAK RUMINANSIA

MODUL GURU PEMBELAJAR


PENGELOLAAN USAHA TERNAK RUMINANSIA

4 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


D. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Modul Diklat Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan


(PKB) Guru Pembelajar Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan
K3LH ini meliputi materi Anatomi dan Fisiologi Ternak Ruminansia dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Lingkungan Hidup (LH).

Materi Anatomi dan Fisiologi Ternak Ruminansia mencakup organ eksterior


ternak ruminansia, sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi,
sistem reproduksi, dan sistem endokrin pada ternak ruminansia.

Materi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mencakup konsep


keselamatan dan kesehatan kerja, sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, prosedur keselamatan dan kesehatan kerja dan
pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) serta lingkungan hidup (LH).

E. SARAN CARA PENGGUNAAN MODUL

1. Lakukan dan biasakan selalu berdoa sebelum dan sesudah


melaksanakan kegiatan.
2. Bacalah dan pahamilah modul ini secara mandiri (perorangan),
berurutan mulai dari kata pengantar sampai pada huruf E pada bab
pendahuluan.
3. Jika ada yang kurang jelas tanyakan kepada fasilitator anda.
4. Untuk memudahkan belajar anda dalam menguasai kompetensi ini,
maka pada setiap kegiatan pembelajaran baca secara cermat judul
kegiatan pembelajaran, tujuan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensinya. Baca uraian materinya, baca dan lakukan aktivitas
pembelajarannya secara runut, selesaikan latihan, tugas dan lembar
kerja.
5. Lakukan aktivitas nomor 3 baik secara individu maupun kelompok
sesuai dengan perintah yang menyertai latihan, tugas dan lembar kerja
yang ada.
6. Untuk memperdalam penguasaan materi, selanjutnya anda disarankan
untuk membaca rangkuman kemudian melakukan umpan balik dan
tindak lanjut

5 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


7. Cocokkan hasil jawaban lembar latihan yang telah anda kerjakan
dengan kunci jawaban.
8. Jika anda telah selesai melakukan seluruh kegiatan pembelajaran,
kerjakan lembar evaluasi.
9. Modul ini merupakan salah satu sumber belajar dalam pelaksanaan
diklat. Oleh karena itu, untuk melengkapi dan meningkatkan pencapaian
kompetensi anda, gunakan sumber – sumber belajar lainnya yang
relevan seperti buku dan literatur lainnya serta internet.

6 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


KEGIATAN PEMBELAJARAN

Kegiatan Pembelajaran 1.
ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK RUMINANSIA

A. TUJUAN

Setelah mempelajari materi ini melalui aktivitas membaca, curah pendapat,


diskusi dan praktik, peserta diklat diharapkan mampu menerapkan konsep
prinsip dan prosedur tentang anatomi dan fisiologi dalam budidaya ternak
ruminansia dengan teliti, jujur dan bertanggung jawab.

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI

1. Menerapkan teori anatomi dan fisiologi dalam budidaya ternak


ruminansia
2. Menerapkan teori anatomi dan fisiologi dalam kegiatan seleksi ternak
3. Menerapkan teori anatomi dan fisiologi dalam kegiatan pemberian
pakan ternak ruminansia
4. Menerapkan teori anatomi dan fisiologi dalam kegiatan reproduksi
ternak
5. Menerapkan teori anatomi dan fisiologi untuk kegiatan kesehatan ternak

C. URAIAN MATERI

1. ORGAN EKSTERIOR TERNAK RUMINANSIA

a. Pengertian Anatomi dan Fisiologi

Anatomi adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur tubuh


mahluk hidup. Jadi pada dasarnya mempelajari anatomi adalah
mempelajari struktur tubuh. Sedangkan fisiologi merupakan ilmu
yang mempelajari fungsi bagian-bagian tubuh secara lengkap
mencakup proses-proses biokimia dan biofisika.

7 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Ilmu anatomi dan ilmu fisiologi dapat dapat berdiri sendiri-sendiri,
namun kedua ilmu tersebut senantiasa saling berkaitan dan tidak
terpisah sama sekali dalam mempelajari tubuh hewan secara
keseluruhan yang mencakup struktur tubuh dan fungsinya.

b. Peristilahan dalam Ilmu Anatomi dan Fisiologi

Untuk mempermudah dalam mempelajari anatomi ternak diperlukan


pola penunjuk lokasi bagian tubuh dan posisi organ yang berupa
pembagian bidang – bidang pada tubuh ternak. Dengan kata lain
tubuh ternak dapat dibagi menjadi bidang - bidang sebagai berikut:

1) Bidang median, merupakan bidang khayal yang melewati tubuh


dengan arah kraniokaudal, membagi tubuh menjadi bagian
kanan dan kiri sama besar. Contoh: Karkas sapi dapat dibagi
menjadi dua bagian oleh bidang median.
2) Bidang transfersal, merupakan bidang khayal yang terletak
tegak lurus dengan bidang median dan membagi tubuh menjadi
bagian kranial dan kaudal.
3) Bidang frontal, merupakan bidang khayal yang letaknya tegak
lurus dengan bidang median dan bidang transfersal, yang
membagi tubuh hewan menjadi dorsal dan bagian ventral.
4) Bidang sagital, bidang khayal yang letaknya sejajar dengan
bidang median. Bidang median disebut juga bidang Mid-sagital.

c. Bagian – Bagian Tubuh Ekaterior Ternak Ruminansia

1) Nama – Nama Bagian Tubuh


Keberhasilan kegiatan usaha ternak ruminansia salah satunya
ditentukan oleh faktor bibit. Bibit yang baik selain dapat dipilih
berdasarkan silsilahnya juga dapat dipilih berdasarkan bentuk
eksteriornya. Oleh sebab itu, untuk dapat menilai bagian dan
bentuk tubuh eksteriornya harus memiliki pengetahuan dan
mengenal nama bagian-bagian tubuh ternak tersebut dengan
baik. Berikut ini disajikan nama dan lokasi bagian – bagian
tubuh eksterior sapi:

8 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Gambar 1.1 : Bagian-bagian tubuh eksterior sapi perah
Sumber : .............................................................

Keterangan:

1. hoof / kuku 21. poll / pangkal tanduk


2. pastern / tumit 22. forehead / dahi
3. dewclaw / mata kaki 23. bridge of nose/
jembatan hidung
4. switch / bulu ekor 24. muzzle / moncong
5. hock 25. jaw / rahang
6. ambing depan / rear 26. throat / kerongkongan/
udder tenggorokan
7. flank / panggul 27. point of shoulder / bahu
8. thigh / paha belakang 28. dewlap
9. tail / ekor 29. point of elbow / siku
10. pin bone / tulang kemudi 30. brisket / punggung
11. tail head / pangkal ekor 31. chest floor / alas dada
12. thurl / pangkal paha 32. knee / lutut
13. hip / pinggul 33. milk well
14. barrel 34. milk vein / vena ambing
15. ribs / rusuk 35. fore udder / ambing
bagian depan
16. crops 36. teats / puting susu
17. withers / pundak 37. rump / bokong
18. heart girth 38. loin / pinggang
19. neck / leher 39. chine / tulang belakang
20. horn / tanduk

9 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


2) Ukuran – Ukuran Bagian Tubuh
Selain mengenal nama bagian-bagian tubuh sapi dan
lokasinya, diperlukan juga ukuran-ukuran beberapa bagian
tubuh. Ukuran-ukuran bagian tubuh tersebut diperlukan dalam
rangka melakukan Judging (penilaian). Berikut adalah contoh
ukuran-ukuran tubuh sapi yang biasa digunakan untuk
melakukan judging:
a) Tinggi kemudi. Diukur dari bagian tertinggi kemudi ke
tanah mengikuti garis tegak lurus.
b) Tinggi punggung. Diukur dari bagian punggung tertinggi ke
tanah mengikuti garis tegak lurus.
c) Tinggi pundak. Jarak titik pundak sampai ke tanah.
d) Lebar dada. Jarak antara sendi bahu kiri dan kanan
caranya dengan menarik garis horizontal antara tepi luar
sendi bahu kiri dan kanan atau antara rusuk kiri dan rusuk
kanan yang diukur dibelakang tulang belikat.
e) Panjang badan ternak. Jarak antara muka pangkal paha
(bahu) sampai tulang tepis (tulang duduk).
f) Dalam dada. Jarak antara tulang tertinggi pundak dan
tulang dada diukur dibelakang siku.
g) Lingkar dada. Diukur dengan pita ukur persis dibelakang
siku.
h) Panjang kepala. Jarak dari puncak kepala sampai ke
daging gigi seri.
i) Lebar dahi atas. Jarak antara pangkal tanduk atas.
j) Lebar dahi dalam. Jarak antara kedua lingkungan tulang
mata.

d. Menilai Bibit Ternak Ruminansia


Menilai bibit ternak ruminansia dengan memperhatikan kondisi
fisiknya dapat meramalkan tingkat produksi ternak tersebut.
Penilaian ini juga merupakan alat bantu pelaksanaan program
seleksi dalam rangka perbaikan mutu genetik.

10 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Penilaian dilakukan dengan cara pengamatan terhadap kondisi dan
postur tubuh sapi. Pengamatan harus dilandasi pengetahuan,
ketrampilan, dan rasa percaya diri, sehingga penilaian dapat
dilakukan secara akurat, dapat membandingkan antara kondisi
ternak yang ideal dengan kondisi ternak yang dinilai. Berikut ini
contoh penilaian kondisi fisik ternak ruminansia:

1) Menilai Bibit Sapi Perah


Menilai sapi perah bertujuan untuk memilih bibit yang ideal.
Berdasarkan hasil penilaian dapat meramalkan prestasi
produksi susu, lemak susu, sekaligus menilai tingkat kemurnian
bangsa. Penilaian yang dimaksud meliputi beberapa aspek:

a) Penampilan Umum Sapi Perah (General Appearance)


Merupakan imbangan dari bagian-bagian tubuh ternak,
dengan cara membandingkan bentuk-bentuk suatu bagian,
tubuh dan letak bagian tersebut dengan bentuk yang
umum. Penampilan umum ini memberikan gambaran
tentang karakteristik bangsa serta sifat kebetinaannya.
Seekor sapi perah betina yang sedang berproduksi harus
memperlihatkan penampilan secara umum yang serasi /
harmonis, diantaranya badan dan sistem mamae yang
berimbang, ambing yang simetris, kapasitas perut yang
besar, serta garis atas badan yang lurus dan panjang
sebagai gambaran kemampuan menyusui dalam jangka
panjang dan prestasi produksi susu yang tinggi. Kondisi
bagian-bagian tubuh tersebut diantaranya:

(1) Kepala halus, menunjukkan karakteristik ternak perah.


Kepala atraktif dengan lubang hidung yang besar,
menggambarkan banyaknya udara yang bisa dihirup
melalui pernapasannya. Mata tajam, telinga berukuran
sedang serta memperlihatkan sifat kebetinaan.
(2) Bahu (shoulder) kuat namun tidak kasar serta rata
dengan tubuh. Sapi dengan bahu yang tidak rata

11 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


menandakan kurang kuat dalam menyangga tubuh
sapi bagian depan.
(3) Pundak (withers) tajam melebihi bagian atas
punggung. Hal ini menandakan tidak adanya lemak
dan sering kali diindikasikan sebagai penghasil susu
yang baik. Kulit tipis, lepas, dan lentur.
(4) Punggung lurus dan kuat. Punggung yang lemah
menandakan lemahnya tubuh secara umum.
(5) Bokong (Rump) dan pangkal paha (Thurl) panjang dan
kuat untuk menahan tubuh dan ambing. Kapasitas
tulang pinggul (hips) dan tulang duduk (pin bones)
lebih besar sehingga mudah dalam beranak. Ekor
ramping dan pangkal ekor berpadu rapi pada bokong.
(6) Kaki lurus, kuat, dan cukup lebar untuk menyangga
ambing yang lebih besar, serta memiliki sudut yang
tepat untuk melangkah.

b) Sifat Perah (Dairy Character)


Merupakan bentuk badan sapi perah yang ideal,
menggambarkan kemampuan produksi susu yang tinggi.
Gambaran tentang sifat perah tersebut diantaranya:
(1) Tubuhnya luas ke belakang seperti baji atau gergaji
(2) Sistem dan bentuk perambingannya baik dan bentuk
puting simetris
(3) Daging cukup, tidak terlalu kurus, tetapi juga tidak
terlalu gemuk.
(4) Efisiensi pakan yang dialihkan untuk produksi susu
tinggi
(5) Sifatnya baik dan jinak

c) Kapasitas Badan (Body Capacity)


Kapasitas badan ini diantaranya berkaitan dengan ukuran
perut yang dalam, lebar dan panjang yang ditopang
dengan kuat oleh tulang rusuk yang tangguh dengan

12 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


lingkar dada yang besar. Kapasitas badan memberikan
gambaran tentang kemampuannya untuk menampung
pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi susu.
Kapasitas badan memberikan gambaran tentang
kemampuan produksi susu yang tinggi. Mengacu pada
kapasitas yang berhubungan dengan kerangka tubuh. Sapi
dengan body capacity yang bagus memiliki lingkar dada
dan lingkar perut yang luas. Saat menilai ternak ada tiga
dimensi yang perlu diperhatikan yaitu panjang badan, lebar
dada dan dalam dada.

d) Sistem Mamae
Sistem mamae yang besar, melekat dengan mantap sehingga
bisa bertahan lama ketika disusui. Ambingnya besar, lunak
dan lentur yang menunjukkan kelenjar susu aktif dalam
jumlah banyak. Namun sebaiknya tidak mengandung jaringan
yang non produktif yang dapat membatasi ruang jaringan
sekresi susu untuk memproduksi susu. Jaringan tersebut
dapat dikenali dengan melihat perubahan bentuk ambing
yang nyata setelah pemerahan.
Ambing belakang (rear udder) harus tinggi dan lebar.
Kuartir depan harus seimbang dengan kuartir belakang.
Puting harus seragam ukurannya. Tepat melekat pada
ambing sehingga memudahkan pemerahan.

2) Menilai Bibit Sapi Potong


Sebagaimana pada ternak sapi perah, menilai sapi potong
bertujuan untuk memilih bibit yang ideal. Berdasarkan hasil
penilaian dapat meramalkan prestasi, sesuai dengan
karakteristiknya sebagai sapi penghasil daging, sekaligus
menilai tingkat kemurnian bangsa, sebagai alat bantu
pelaksanaan program seleksi ternak dalam rangka perbaikan
mutu genetik kelompok ternak sapi potong. Penilaian yang
dimaksud mencakup beberapa aspek:

13 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


a) Konstitusi Tubuh
Merupakan imbangan dari bagian-bagian tubuh ternak,
dengan cara membandingkan bentuk dan letak dari suatu
bagian tubuh, dibandingakan dengan bentuk yang umum,
serta membandingkan hubungannya dengan bagian lain.
Hal ini harus memberikan gambaran yang harmonis agar
dapat menunjukkan prestasi produksi yang optimum.

b) Morfologi Tubuh
Merupakan bentuk umum seekor ternak dikaitkan dengan
tujuan pemeliharaan. Bentuk umum “sapi pedaging”.
Berikut adalah ciri-ciri morfologi tubuh sapi potong:

(1) Tubuh dalam, besar, bentuk persegi empat seperti


balok, badan bagian muka, tengah dan belakang
tumbuh sama kuat, garis badan atas dan bawah
sejajar.
(2) Kulit tebal
(3) Keadaan daging kuat dan padat sehingga keadaan
badannya bulat berisi.
(4) Kaki pendek,
(5) Laju pertumbuhannya cepat

c) Kondisi Tubuh
Merupakan keadaan sehat atau tidaknya, gemuk atau
kurusnya, cacat tubuh (cacat genetik maupun cacat
mekanik), termasuk cacat tersembunyi. Cacat genetik
adalah cacat yang terjadi akibat faktor genetik misalnya
testisnya hanya satu, lambung hanya satu dan sebagainya.
Cacat mekanik adalah cacat tubuh yang disebabkan
karena faktor luar, antara lain kanibalisme, kaki pincang,
kulit luka dan sebagainya.

d) Temperamen
Merupakan sikap atau tingkah laku alami dari seekor
ternak, sekaligus menyangkut kemungkinan ada atau

14 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


tidaknya penyakit atau cacat tubuh pada seekor ternak.
Perbedaan temperamen menyebabkan perbedaan dalam
mengelola ternak tersebut supaya ternak mampu
memberikan produksi secara maksimal.

e) Ukuran – Ukuran Bagian Tubuh Ternak


Sebagaimana telah dijelaskan didepan bahwa ukuran –
ukuran tubuh ternak berguna dalam melakukan Judging.
Ukuran bagian – bagian tubuh tersebut menggambarkan
kualitas seekar sapi yang dapat digunakan unruk
memperkirakan tingkat produktivitasnya. Ukuran - ukuran
tubuh sapi yang dimaksud meliputi tinggi gumba, tinggi
kemudi. tinggi punggung, tinggi pundak, tinggi pangkal
ekor, lebar dada, lebar pangkal paha, panjang badan,
dalam dada, lingkar dada, panjang kepala, dan lebar dahi.

3) Menilai Bibit Domba /Kambing


Aspek penting yang harus diperhatikan dalam memilih bibit
domba/kambing baik pejantan maupun induk antara lain harus
sehat, tampak bersemangat, aktif bergerak, kepala selalu
tegak, mata bercahaya, pertumbuhan bagus, rambut dan bulu-
bulunya mengkilap, dan bebas dari cacat tubuh yang bersifat
menurun. Berikut ini kriteria pemilihan calon induk maupun
pejantan berdasarkan penampilan fisiknya:

a) Calon yang dipilih adalah yang memiliki bentuk tubuh


bagus, seimbang, dan tidak cacat. Hal yang penting adalah
kesesuaian ketentuan (umur, warna kulit, tinggi badan,
keadaan gigi, dan berat badan) dengan kriteria atau
persyaratan mutu bibit yang berlaku.

b) Karakter yang baik terlihat dari ekspresi muka yang cerah,


tenang, dan pandangan mata yang berseri. Kambing jantan
yang baik sifatnya agresif dan tidak ada kelainan pada alat
kelaminnya. Kambing betina yang baik bertingkah laku
normal dengan sifat keibuan.

15 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


c) Bentuk tubuh normal dan bagian belakang tubuh tampak
berat. Hal ini merupakan tanda bahwa kambing itu mampu
mendukung berat air susu.

d) Dilihat dari bentuk tubuh.


(1) Dari arah depan: tubuh terlihat besar, kaki lurus, dan
jarak antar kakinya lebar.
(2) Dari samping: tubuh terlihat tinggi, panjang, dan
dalam. Punggung lurus dan bentuk tubuh terlihat
persegi panjang.
(3) Dari arah belakang: tubuh terlihat besar, serta kaki
belakang berantara lebar dan kuat, tulang rusuk
berkembang sehingga dada terlihat luas dan
perkembangan daging baik.

e) Khusus kambing betina, bentuk ambingnya besar, rasanya


lembut kalau dipegang, dan mudah dilipat-lipat. Bulu yang
tumbuh di sekitar ambing lembut dan halus. Di bawah kulit
ambing terlihat urat-urat pembuluh darah dan kulit
ambingnya mengisut. Puting susu bergantung pada
ambing serta bentuknya simetris dan ukurannya cukup
besar. Sifatnya keibuan, gerak-geriknya ramah, jinak, serta
mampu melahirkan anak kembar.

f) Khusus kambing jantan, tubuhnya besar dan kuat, buah


zakar panjang, dan sifat kejantanannya terlihat nyata.
Calon induk jantan berasal dari induk betina yang beranak
dua atau lebih agar dapat menurunkan anak kembar.

2. SISTEM PENCERNAAN

a. Organ Pencernaan

1) Mulut
Mulut digunakan terutama untuk menggiling pakan serta
mencampurnya dengan air liur (saliva), serta berperan dalam

16 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


mekanisme prehensik (menggigit). Bagian dari mulut terdiri
dari gigi, lidah serta bibir, pipi, rahang dan langit-langit mulut.

a) Gigi
Berdasarkan jenisnya gigi dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu gigi pemotong atau pengoyak (gigi taring dan
gigi seri) dan gigi penggiling (premolar dan molar).
Setiap jenis ternak mengalami pergantian gigi dari gigi
susu diganti dengan gigi tetap. Gigi susu (desiduous)
adalah gigi yang muncul pertama kali dan akan digantikan
dengan gigi tetap. Ternak ruminansia memiliki susunan gigi
yang berbeda dengan ternak lainnya. Berikut contoh
susunan gigi susu dan gigi tetap pada sapi:

Susunan gigi susu:

3 0 0 0 0 3 Rahang atas
P C I I DC P Jenis gigi
3 0 4 4 0 3 Rahang bawah

Susunan gigi tetap:

3 3 0 0 0 0 3 3 Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah

Keterangan:
D = desiduous = gigi susu
I = insisivus = gigi seri
C = caninus = gigi taring
P = premolar = geraham depan
M = molar = geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa pada


susunan gigi susu dimulai dengan huruf D = desiduous
(gigi susu), untuk membedakan dengan susunan gigi
tetapnya. Pada sapi (ternak ruminansia) tidak terdapat gigi
susu molar. Gigi molar hanya terdapat sebagai gigi tetap.

17 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Sapi tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring,
tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan
dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk
mengunyah pakan berserat.

b) Lidah
Lidah tersusun atas suatu masa otot yang tertutup oleh
membran mukosa. Ternak mempergunakan lidah sebagai
organ untuk membantu proses menggigit dan mengunyah
pakan.

c) Bibir, pipi, rahang dan langit-langit mulut.


Bibir ternak kambing dan domba bersifat lunak dan
fleksibel, berperan membantu dalam pengambilan pakan.
Sedangkan bibir pada sapi lebih bersifat keras dan kurang
fleksibel sehingga hanya berperan untuk menutup mulut.

Pipi merupakan suatu struktur otot yang tertutup kulit dan


bagian dalamnya terselimuti oleh membran mukosa. Pipi
berperan membantu lidah dalam menempatkan pakan
diantara gigi-gigi pada saat mengunyah.

Rahang, ditutupi oleh otot-otot yang kuat, salah satunya


adalah otot pterigoit, yang berperan dalam gerakan
menggiling makanan dengan cara menjulurkan rahang dan
menggerakkannya dari sisi ke sisi.

Langit – langit mulut terdiri dari dua macam, yaitu langit –


langit keras yang membentuk rongga mulut sampai ke arah
dorsal ke bagian yang lunak yang memisahkan antara
mulut dan nasofarinks.

2) Farink
Farinks merupakan saluran umum, baik untuk lewatnya pakan
ataupun udara. Dilapisi oleh membran mukosa dan dikelilingi
oleh otot-otot. Beberapa saluran yang menuju farinks adalah
mulut, dua lubang hidung kaudal, dua saluran eustasian
(telinga), esophagus dan larinks. Pakan dari mulut masuk ke

18 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


farinks, kemudian didorong masuk ke dalam esophagus melalui
kontraksi otot-otot faringeal. Selama periode ini secara reflek
larinks akan tertutup.

3) Esophagus
Esophagus merupakan kelanjutan langsung dari farinks.
Merupakan suatu saluran musculer yang membentang dari
farinks menuju ke perut. Dinding esophagus terdiri dari dua
lapis yang saling melintas miring, kemudian spiral dan akhirnya
membentuk lapis sirkuler. Esophagus pada sapi bentuknya
pendek dan lebar serta lebih mampu berdilatasi (membesar).

4) Lambung
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan vital pada
ternak ruminansia. Pada lambung terjadi pencernaan secara
fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik. Pencernaan
fermentatif membutuhkan bantuan mikroba, terutama pakan
dengan kandungan selulosa dan hemiselulosa yang tinggi.
Pencernaan hidrolitik membutuhkan bantuan enzim.

Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu, retikulum,


rumen, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang
bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan
abomasum 7-8%.

Gambar 1.2. : Organ Pencernaan pada Sapi

19 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


a) Retikulum
Bagian dalam dari retikulum diselaputi membran mukosa
yang mengandung “intersecting ridge” yang membagi
permukaan bagian dalam retikulum menjadi permukaan
yang menyerupai sarang lebah, sehingga retikulum sering
disebut sebagai perut jala atau hardware stomach,
honeycomb (rumah lebah), waterbag, atau pace setter.

b) Rumen
Pada sapi dewasa rumen merupakan bagian yang
mempunyai proporsi yang tinggi dibandingkan dengan
proporsi bagian lainnya. Rumen terletak di rongga
abdominal bagian kiri. Rumen disebut juga paunch atau
ruang fermentasi. Rumen disebut juga dengan perut
beludru, karena pada permukaan rumen terdapat papilla
dan papillae. Pada retikulum dan rumen terjadi pencernaan
secara fermentatif, karena pada bagian tersebut terdapat
mikroba dalam jumlah milyaran.

Pakan dari kerongkongan akan masuk rumen yang


berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang
tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida,
dan fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang
dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu

c) Omasum
Omasum sering juga disebut dengan perut buku, karena
permukaannya berbuku-buku. Derajat keasaman (pH)
omasum berkisar antara 5,2 sampai 6,5. Antara omasum
dan abomasum terdapat lubang yang disebut omaso
abomasal orifice, dan disinilah terdapat susunan lipatan
membran mukosa yang disebut “vela terminalia” yang
berfungsi untuk mencegah pakan yang sudah masuk ke
abomasum kembali menuju ke omasum.

20 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


d) Abomasum
Abomasum disebut juga perut sejati. pH pada abomasum
asam yaitu berkisar antara 2 sampai 4,1. Abomasum
terletak dibagian kanan bawah dan jika kondisi tiba-tiba
menjadi sangat asam, maka abomasum dapat berpindah
kesebelah kiri. Bagian terminal dari abomasum terdapat
”pilorus”, merupakan suatu spinter (penebalan serabut otot)
pada pertautan antara abomasum dengan usus.
Permukaan abomasum dilapisi oleh mukosa yang
berfungsi melindungi dinding sel tercerna oleh enzim yang
dihasilkan abomasum. Sel-sel mukosa menghasilkan
pepsinogen dan sel parietal menghasilkan HCl.
Pepsinogen bereaksi dengan HCl membentuk pepsin.

5) Usus Halus
Usus halus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa
mencapai 40 meter. Hal itu dipengaruhi oleh pakannya yang
sebagian besar terdiri dari serat (selulosa). Usus halus terbagi
menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ilium.

Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus dan


terikat pada mesentri yang pendek yaitu mesoduodenum.
Mesentri adalah suatu lipatan dari peritoneum yang mendukung
usus dan melekatkannya ke dinding abdominal bagian dorsal.
Peritoneum adalah membran serosa yang menyelimuti seluruh
rongga abdominal dan menutupi seluruh organ viceral di dalam
rongga perut.

Jejenum dengan jelas dapat dipisahkan dengan duodenum.


Sedangkan antara jejenum dengan ileum, keduanya tidak ada
batas yang jelas. Ilium merupakan bagian akhir dari usus halus
dan berbatasan dengan usus besar. Batas antara usus halus
dan usus besar disebut osteum iliale.

6) Usus Besar
Usus besar terdiri dari sekum yang merupakan suatu kantong
buntu, kolon dan berakhir pada rektum. Sekum pada ternak
21 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH
pemakan tumbuhan (herbivora) lebih besar dibandingkan
dengan sekum pada ternak pemakan daging (karnivora). Hal itu
karena pakan herbivora bervolume besar dan proses
pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume
pakannya kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.

e. Organ Assesoris Pencernaan

1) Glandula Saliva
Glandula saliva terdiri dari 2 kelompok besar yaitu glandula
saliva utama yang terdiri dari 3 pasang glandula yaitu parotid,
mandibular dan sublingual, dan glandula saliva minor yang
terdiri dari labial, bukal, lingual, dan palatin serta zigomatik.

Glandula saliva parotid terletak ventral dari telinga dalam,


glandula saliva mandibular atau glandula saliva sub maxilaris
terletak pada posisi ventral terhadap glandula saliva parotid
persis pada posisi caudal terhadap rahang, sedangkan
glandula saliva sublingual terletak agak dalam terhadap
membran mukosa sepanjang sisi ventral dari permukaan lateral
lidah di dekat dasar mulut.

Berdasarkan getah yang dihasilkan glandula saliva dibedakan


menjadi 3 macam yaitu Glandula serosa (menghasilkan cairan
jernih), glandula mukosa (menghasilkan cairan kental untuk
melindungi permukaan membran mukosa), dan glandula
campuran menghasilkan keduanya baik mukosa maupun
serosa. Pada ternak ruminansia glandula saliva hanya
menghasilkan getah saliva, tidak mengandung enzim amilase.

2) Pankreas
Sebagai kelenjar endokrin pankreas mensekresikan hormon
insulin dan glukagon. Sedangkan sebagai kelenjar eksokrin

pancreas menghasilkan Na3 HCO3 dan cairan yang diperlukan


bagi proses pencernaan di dalam usus halus, yaitu “pancreatic
juice”. Cairan ini selanjutnya mengalir ke dalam duodenum
melalui saluran pankreas (pancreatic duct). Dari pankreas ini

22 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


disekresikan 5 macam enzim. Beberapa enzim dari pancreas
disimpan dan disekresikan dalam bentuk inaktif dan menjadi
aktif pada saat berada di dalam saluran pencernaan.
Tripsinogen adalah enzim proteolitic yang diaktifkan di dalam
usus halus oleh enzim enterokinase yang dihasilkan oleh
dinding usus halus. Tripsinogen diaktifkan menjadi tripsin.
Kemudian tripsin mengaktifkan kimotripsinogen menjadi
kimotripsin. Enzim nuclease, amilase dan lipase disekresikan
dalam bentuk aktif.

3) Hati
Secara fisiologis hati memiliki beberapa fungsi antara lain
Sekresi empedu, Detoksifikasi senyawa racun dalam tubuh,
Metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak, Penyimpanan
vitamin, Penyimpanan karbohidrat, dan Destruksi sel darah
merah

Salah satu peranan terpenting dari hati dalam proses


pencernaan adalah menghasilkan getah empedu yang
disalurkan ke dalam duodenum melalui dua buah saluran.
Warna kehijauan dari getah empedu merupakan hasil akhir dari
destruksi sel darah merah yaitu biliverdin dan bilirubin. Getah
tersebut disimpan di dalam kantong empedu (gallblader).
Pakan yang masuk ke duodenum akan memacu kantong
empedu untuk mengeluarkan getah empedu ke dalam
duodenum dan membantu pencernaan dan penyerapan lemak.

f. Pencernaan Pakan

1) Prensip Pencenaan

Prinsip pencernaan pada ternak ruminansia ada tiga macam:

a) Pencernaan secara mekanik (fisik);


Pencernaan mekanis lebih banyak dilakukan di dalam
mulut dengan cara dipotong dengan menggunakan gigi seri
dan dikunyah dengan menggunakan gigi geraham

23 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


b) Pencernaan secara kimiawi (enzimatik);
Pencernaan secara kimia dilakukan oleh enzim
pencernaan. Enzim- enzim tersebut dihasilkan oleh:

(1) kelenjar saliva di mulut;


(2) enzim yang dihasilkan oleh lambung
(3) enzim dari pankreas;
(4) getah empedu dari hati; dan
(5) enzim dari usus halus.

c) Pencernaan secara mikrobiologik


Pencernaan mikrobiologik terjadi di dalam lambung, sekum
dan kolon.

2) Proses Pencernaan
Dengan menggunakan organ-organ seperti bibir, gigi, lidah, pipi
dan rahang pakan dimasukkan ke dalam mulut. Gerakan
memasukkan pakan ke dalam mulut tersebut dinamakan
prehansi, dan organ yang berperan dalam proses pemasukan
pakan ke dalam mulut disebut dengan organ yang bersifat
prehensil.

Setelah pakan masuk ke dalam mulut mengalami mastikasi


(chewing) atau pengunyahan. Proses mastikasi biasanya
segera mengikuti proses prehensi. Proses mastikasi ini terjadi
secara reflek ketika ada pakan masuk ke dalam mulut.

Pakan di dalam mulut akan dicampur dengan getah saliva.


Pada ternak ruminansia saliva juga berguna untuk
mempertahankan konsistensi cairan rumen, membantu
menetralkan asam yang dibentuk mikroorganisme, dan
mencegah timbulnya gelembung udara atau buih (frothing).

Sekresi getah saliva merupakan kerja reflek yang dalam


keadaan normal dirangsang oleh adanya pakan di dalam mulut.
Reflek salivasi terjadi bukan hanya karena ada pakan di dalam

24 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


mulut, tetapi juga penglihatan, penciuman, dan pikiran atas
suatu jenis pakan tertentu.

Jenis saliva yang disekresikan berkaitan dengan tingkat


kekeringan pakannya. Jika ada pakan kering di dalam mulut
maka saliva yang disekresikan bersifat encer dan dalam jumlah
banyak. Jika pakannya basah maka saliva yang disekresikan
bersifat kental untuk melumasi pakan agar mudah ditelan.
Proses penelanan disebut diglutisi.

Tahap bergeraknya pakan melalui mulut ini berada di bawah


kontrol kehendak. Setelah mengalami pelumasan dan
pengunyahan di dalam mulut pakan akan didorong masuk ke
dalam farink. Dari dalam farink pakan akan masuk ke dalam
esophagus dengan bantuan gerakan peristaltik.

Dari esophagus pakan masuk ke dalam retikulum dan


selanjutnya masuk ke rumen. Dari rumen, pakan akan
diteruskan ke retikulum dan di tempat ini pakan akan dibentuk
menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus).
Bolus akan dimuntahkan kembali ke esophagus dan
selanjutnya masuk kembali ke mulut untuk dikunyah kedua kali
dan ditelan kembali. Proses ini disebut dengan ruminasi. Jadi
ruminasi adalah proses yang memungkinkan seekor ternak
untuk: merumput dan makan cepat, kemudian mengunyah
(mastikasi), mencampur dengan saliva (salivasi), menelan
(diglutisi), mengeluarkan kembali ke dalam mulut
(regurgitasi), mengunyah kembali (remastikasi),
pencampuran dengan saliva (resalivasi), dan menelan kembali
(rediglutisi)

Setelah mengalami pengunyahan kembali, pakan akan ditelan


kembali untuk diteruskan ke omasum. Permukaan omasum
berbentuk buku-buku, sehingga memiliki permukaan yang
sangat luas, dan disinilah sebagian air diserap. Akhirnya bolus
akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya

25 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara
kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa)
akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi,
bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat
rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicerna
untuk menjadi sumber protein bagi ternak ruminansia. Dengan
demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial
seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang
menjadi bahan baku pembentukan susu pada sapi. Nah, inilah
alasan mengapa hanya dengan memakan rumput, sapi dapat
menghasilkan susu yang bermanfaat bagi manusia.

Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya


berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi
juga dapat menghasilkan biogas yang berupa CH4 yang dapat
digunakan sebagai sumber energi alternatif. Tidak tertutup
kemungkinan bakteri yang ada di sekum sebagian akan keluar
dari tubuh ternak bersama feses (tinja), sehingga di dalam
feses ternak yang mengandung bahan organik akan diuraikan
dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).

a) Pencernaan Karbohidrat
Setelah pakan memasuki duodenum maka getah
pankreatik dikeluarkan dari pankreas ke dalam duodenum.
Pada waktu yang bersamaan, garam empedu dikeluarkan
pula kedalam duodenum. Garam empedu menetralisir
keasaman isi usus di daerah tersebut dan menghasilkan
keadaan yang alkalis.
Salah satu enzim pencernaan dari pankreas adalah
amilase yang memecah pati kedalam disakarida dan gula-
gula kompleks. Apabila digesta melalui usus kecil maka
sukrase dan enzim-enzim yang memecah gula lainnya
yang dikeluarkan di daerah ini selanjutnya menghidrolisir
atau mencerna senyawa-senyawa gula ke dalam gula-gula

26 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


sederhana, terutama glukosa. Gula-gula sederhana adalah
hasil akhir dari pencernaan karbohidrat.

b) Pencernaan Lemak
Garam empedu mengemulsikan lemak dalam duodenum.
Lemak berbentuk emulsi tersebut kemudian oleh enzim
lipase dipecah menjadi asam lemak dan gliserol, yang
merupakan hasil akhir pencernaan lemak.

c) Pencernaan Protein
Campuran pepsin hidrokhlorik memecah sebagian protein
ke dalam bagian-bagian yang lebih sederhana seperti
proteosa dan pepton. Di dalam duodenum tripsin memecah
sebagian proteosa dan pepton menjadi bentuk yang lebih
sederhana, yaitu asam amino. Erepsin yang dikeluarkan ke
dalam usus halus melengkapi pencernaan hasil
pemecahan protein ke dalam asam-asam amino. Zat-zat
tersebut merupakan hasil akhir pencernaan protein.

3) Hubungan antara jenis pakan dengan konsumsi pakan,


palatabilitas dan proses ruminasi.

Proses ruminasi tergantung jenis pakan yang dikonsumsi.


Proses ruminasi dapat berjalan dengan optimal jika tersedia
pakan kasar yang cukup. Bagi ternak ruminansia ruminasi
merupakan proses fisiologis yang sangat penting karena
dengan proses ruminasi akan terjadi keseimbangan dalam
proses pencernaannya.

Pemberian pakan hijauan (misalnya rumput gajah) yang masih


utuh (tidak dicacah), disatu sisi akan meningkatkan proses
ruminasi, namun demikian konsumsi pakannya akan menurun,
karena sapi akan memilih bagian rumput yang lebih lunak dan
bonggol rumpuat tidak akan dimakan. Jika rumput dicacah
terlalu kecil < 1 cm, dapat meningkatkan palatabilitas dan
konsumsi pakan, namun dapat menyebabkan proses ruminasi

27 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


menurun dan kecernaan pakan menurun, karena laju digesta
meninggalkan rumen lebih cepat, dan berpotensi menyebabkan
asidosis dan kembung.

Demikian juga jika pemberian pakan lebih banyak dalam


bentuk konsentrat atau hanya diberi pakan konsentrat, maka
dapat menurunkan proses ruminasi dan kecernaannya
menurun karena laju digesta meninggalkan rumen lebh cepat,
dan berpotensi terjadinya asidosis dan kembung.

3. SISTEM SIRKULASI TERNAK RUMINANSIA

a. Organ Sistem Sirkulasi

Sistem sirkulasi atau sistem transportasi adalah struktur khusus dari


tubuh yang bertugas mentranspor berbagai macam zat seperti
makanan, gas respiratori dan sisa metabolisme. Sistem sirkulasi ini
diperlukan untuk menjamin adanya pergerakan cairan beserta
sejumlah besar zat yang terlarut didalamnya ke seluruh tubuh.

Secara garis besar, sistem sirkulasi memiliki empat fungsi berikut:


1) Menjamin/memastikan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan
nutrisi dan oksigen, serta pembuangan zat sisa metabolisme
dari tubuh dengan segera
2) Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh
3) Mengatur keseimbangan asam dan basa
4) Berperan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman.

Sistem transportasi atau sistem sirkulasi disusun atas tiga


komponen utama, yaitu :
1) jantung,
2) pembuluh darah (mulai dari pembuluh arteri, vena, arteriol,
venula hingga jaringan kapiler) dan
3) cairan tubuh yang beredar (bersirkulasi).

28 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Jantung berfungsi sebagai pompa penggerak cairan, sedangkan
pembuluh berfungsi sebagai saluran cairan yang akan beredar ke
seluruh tubuh. Cairan yang dimaksud adalah darah.

Pada tubuh hewan mamalia, termasuk ruminansia, darah beredar


dalam sistem pembuluh yang tertutup, didorong oleh kekuatan yang
berasal dari hasil kerja jantung. Sebagai motor penggerak, jantung
bekerja dengan melakukan gerakan memompa secara terus
menerus sehingga tekanan dalam pembuluh dapat dipertahankan
tetap tinggi. Hasilnya, darah yang keluar dari pembuluh akan segera
masuk kembali ke jantung dengan cepat. Selain itu, darah akan
mengalir dalam pembuluh secara langsung ke setiap sel tubuh. Hal
ini menjamin adanya pasokan sari makanan dan oksigen dalam
jumlah memadai ke tiap sel sehingga proses metabolisme dapat
berlangsung secara normal.

1) Jantung

Jantung adalah suatu struktur muskular berongga, terletak di


daerah dada, berbentuk menyerupai kerucut dan terbungkus
selaput perikardium. Perikardium ádalah suatu kantung serosa
tertutup rapat yang hanya berisi sedikit cairan guna pelumasan.
Jantung mengalami invaginasi ke dalam perikardium seperti
ibaratnya kita menyarangkan kepalan tangan pada balon. Hal
demikian ini melahirkan dua lapis perikardium, yaitu
perikardium viseral (epikardium) dan perikardium perietal. Lapis
perietal bersambung dengan lapis viseral pada bagian dasar
jantung dan dikuatkan dengan lapis fibrosa superfisal, ditutup
oleh pleura mediastinal.

29 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Gambar 1.3. : Lapisan Dinding Jantung

Dinding jantung terdiri atas tiga lapis:

1) Epikardium: lapis viseral perikardium


2) Endokardium: suatu lapis sel-sel endotial squamosa
sederhana yang melapisi rongga-rongga jantung, menutupi
katup jantung, dan bersambungan dengan lapis dalam dari
pembuluh darah
3) Miokardium terdiri atas otot jantung, yang disebut juga otot
serat lintang involunter.

Jantung memiliki empat rongga, terdiri dari dua serambi yang


berdinding tipis serta dua bilik yang dindingnya lebih tebal.
Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong
darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung terbagi menjadi
bagian kanan dan kiri. Masing-masing bagian terdiri atas:
a) Atrium: menerima curahan darah dari vena besar
b) Ventrikel: memompa darah dari jantung melalui sebuah
arteri besar

Gambar 1.4. : Struktur Jantung

Antara atrium dan ventrikel dari tiap sisi terdapat suatu katup
besar disebut katup atrioventrikular (katup A-V). Katup A-V
sebelah kiri disebut katup bikuspid dan sebelah kanan disebut
katup trikuspid. Katup semilunar aortik: katup yang terletak

30 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


pada pertautan ventrikel kiri dengan aorta. Katup semilunar
pulmoner: katup yang terletak pada pertautan antara arteri
pulmoner dengan ventrikel kanan. Tiap katup semilunar
berfungsi mencegah agar darah tidak kembali ke ventrikel yang
bersangkutan ketika ventrikel itu mengalami relaksasi

2) Pembuluh Darah
Pembuluh darah ádalah saluran khusus untuk mengalirkan
darah. yang beredar ke seluruh tubuh. Pembuluh-pembuluh
darah dibedakan atas arteri dan vena. Arteri ádalah pembuluh
yang berfungsi untuk mengangkut darah yang keluar dari
jantung. Vena ádalah pembuluh darah yang berfungsi
membawa darah dari jaringan kembali ke jantung.

3) Cairan Tubuh
Cairan tubuh yang dimaksud disini adalah darah. Darah
tersusun atas sel darah dan plasma. Sel darah mencakup
eritrosit, leukosit dan trombosit. Plasma darah mengandung
sekitar 90% air dan berbagai zat terlarut/tersuspensi di
dalamnya, yaitu:
a) Proterin plasma, yaitu albumin, globulin dan fibrinogen
b) Sari makanan yaitu glukosa, monosakarida, asam amino
dan lipid
c) Bahan untuk dibuang dari tubuh, antara lain urea dan
senyawa nitrogen
d) Berbagai ion, misalnya natrium, kalium, klor, fosfat,
kalsium, sulfat dan senyawa bikarbonat
e) Hormon, gas respiratori, vitamin dan enzim.

Fungsi darah adalah untuk mengedarkan O 2 dan mengeluarkan

CO2 dari sel tubuh, absorbsi nutrisi dari saluran pencernaan dan
mengedarkan ke seluruh tubuh, mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, mengedarkan hormon, mangatur cairan tubuh dan
melawan bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

31 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


4) Limpa
Limpa merupakan organ yang penting. Organ ini terletak pada
rongga perut. Di dalam limpa sel darah merah dan sel darah
putih dibentuk dan limpa bertindak sebagai penyimpan sel
darah merah. Limpa berbentuk lonjong, berwarna merah coklat
dan kenyal. Organ ini penting bagi tubuh karena peranannya
dalam membentuk sel yang bertanggung jawab terhadap
produksi antibodi atau terhadap reaksi immunoglobi yang lain.

b. Mekanisme Sirkulasi Darah Pada Ruminansia


1) Sistem peredaran darah kecil (sirkulasi pulmoner):
Ventrikel dexter (kanan) → arteri pulmonalis → pulmo → vena
pulmonalis → atrium sinister

2) Sistem peredaran darah besar (sirkulasi sistemik):


Ventrikel sinister (kiri) → aorta → arteri → pembuluh kapiler
yang meliputi arteriole dan venula → vena cava superior dan
vena cava inferior → sistema porta hepatica → atrium dexter.

Gambar 1.5. : Skema Peredaran Darah

4. SISTEM RESPIRASI TERNAK RUMINANSIA

a. Organ Respirasi

32 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Pernapasan adalah proses pertukaran zat dari oksigen yang diambil
dari udara oleh paru – paru, yang setelah mengalami proses
biokimiawi di dalam jaringan tubuh, dibebaskan lagi ke alam bebas
dalam bentuk karbon dioksida. Pertukaran antara oksigen dari udara
bebas dengan karbondioksida yang berasal dari kapiler darah yang
terjadi di paru paru dinamakan pernapasan eksternal. Sedangkan
pertukaran antara oksigen dengan karbondioksida yang terjadi
antara kapiler darah dan jaringan disebut pernapasan internal. Yang
dimaksud sistem respirasi atau sistem pernapasan disini adalah
sistem respirasi yang hanya melibatkan struktur-struktur yang
terlibat dalam pertukaran gas antara darah dengan lingkungannya.
Tidak membicarakan sistem respirasi selluler. Oleh karena itu
sistem respirasi disini lebih tepat disebut dengan sistem pulmoner.

Sistem respirasi erat kaitannya dengan penyediaan oksigen untuk


tubuh. Oksigen merupakan salah satu dari kebutuhan – kebutuhan
yang sangat vital bagi tubuh. Seekor ternak bisa bertahan beberapa
hari tanpa pakan, atau bisa bertahan beberapa hari tanpa air. Tapi
tidak bisa bertahan tanpa oksigen hanya beberapa menit saja.

Sistem respirasi atau sistem pernapasan memiliki dua fungsi utama,


yaitu untuk memasok oksigen ke dalam darah serta mengambil
karbondioksida dari dalam darah. Fungsi lainnya adalah: (1)
membantu pengaturan keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh,
(2) membantu pengendalian suhu tubuh, (3) eliminasi air, dan (4)
fonasi (pembentukan suara)

Sistem respirasi pada ternak ruminansia terdiri dari paru dan


saluran yang memungkinkan udara dapat mencapai atau
meninggalkan paru. Saluran yang dimaksud adalah: nostril, rongga
hidung, farinks, larinks dan trakea.

1) Nostril
Nostril / nare / lubang hidung adalah bukaan eksternal untuk
lewatnya udara. Setiap jenis ternak ruminansia ukuran dan

33 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


bentuk nosril sangat bervariasi. Kulit yang mengelilingi nostril
bersambungan dan membentuk bagian dari moncong.

Moncong terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang berambut


dan bagian yang tidak berambut. Bagian moncong yang
berambut banyak mengandung kelenjar minyak (glandula
sebacea) dan kelenjar keringat (glandula sudorifera). Bagian
moncong yang tidak berambut tidak mengandung kelenjar
lemak tapi banyak mengandung kelenjar karingat. Bagian
moncong ini disebut dengan planum nasale.

2) Rongga hidung
Rongga hidung atau rongga nasal, terpisah dari mulut oleh
langit-langit keras dan langit – langit lunak rongga mulut.
Rongga hidung di bagi menjadi dua bagian oleh suatu septum
cartilage median. Tiap bagian dari rongga hidung berhubungan
dengan nostril dari sisi yang sama ke arah rostral dan dengan
farinks ke arah kaudal melalui nares posterior (koanae).
Rongga hidung dilapisi oleh membran mukosa, yang menutupi
sejumlah konkae yang menyerupai skrol (tulang turbinat) yang
terletak pada dinding lateral dari rongga hidung. Terdapat dua
konkae utama yaitu konkae dorsal dan konkae ventral dan satu
seri tulang etmoturbinat. Fungsi membran mukosa, yaitu:
a) menghangatkan udara yang dihisap
b) mengandung ujung-ujung sensoris dari syaraf olfaktoris
yang merupakan media untuk indera penciuman

3) Sinus
Sinus adalah rongga – rongga yang berisi udara yang terdapat
pada tulang-tulang kranial tertentu pada rongga hidung. Sinus-
sinus tersebut memiliki saluran menuju ke rongga hidung.
Semua jenis ternak memiliki beberapa sinus diantaranya sinus
maksilar, frontal, sfenoidal, dan palatin. Khusus pada sapi dan
domba memiliki sinus tambahan yaitu sinus lakrimal yang
terdapat pada tulang lakaromal. Pada pelaksanaan dehorning
terhadap sapi dewasa umumnya akan menjadikan sinus frontal
34 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH
terbuka yang berlanjut ke inti tanduk. Sinus yang terbuka
tersebut menjadi peka terhadap infeksi apabila ada benda
asing yang masuk. Infeksi tersebut dinamakan sinusitis.

4) Farinks
Farinks merupakan saluran bersama bagi udara dan pakan.
Dalam keadaan normal udara tidak dapat dihirup bersamaan
dengan pakan yang sedang ditelan. Terdapat beberapa
saluran/lubang bukaan yang menuju ke farinks meliputi dua
lubang kaudal (dari rongga nasal), dua tuba eustasian
(auditoris) dari telinga bagian tengah, mulut, larinks, dan
esophagus
Farinks dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian nasal
berkaitan dengan rongga nasal, bagian oral yang berkaitan
dengan mulut, dan bagian laringeal yang berkaitan dengan
larinks.

5) Larinks (kotak bunyi)


Struktur dasar larinks dibentuk dari lima buah kartilago (tulang
rawan), yaitu kartilago epiglotik, kartilago tiroid, kartilago
aritenoid (dua buah), dan kartilago sirkoid.

Larinks memiliki beberapa fungsi yaitu mengontrol proses


ekspirasi dan inspirasi, mencegah inhalasi benda-benda asing,
dan pembentukan bunyi.

6) Trakea
Trakea merupakan saluran kelanjutan dari larinks, menyerupai
tabung yang tak dapat mengempis. Strukturnya terbentuk oleh
suatu seri cincin kartilago yang berdekatan dan tersusun
sampai ke arah kaudal, kemudian terbagi menjadi 2 bronki
utama. Satu Bronki untuk setiap paru. Setiap bronki utama
bercabang-cabang makin kecil dan yang paling kecil disebut
bronkiol.

35 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Bronkiol dibedakan menjadi 3 macam, yaitu bronkiol
intralobular, bronkiol terminal dan bronkiol respiratoris.Setiap
bronkiol serpiratoris bercabang menjadi ductus alveolar dan
berakhir pada kantong alveolar yang yang terdiri dari banyak
alveoli. Alveoli merupakan bagian terkecil dan paling akhir dari
saluran udara.

Kapiler darah yang menghubungkan antara pembuluh nadi


terkecil (arteriol) pada paru – paru dan vena terkecil (venula)
pada paru – paru berkaitan erat dengan dinding alveolar,
sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran antara CO2 dan
dan O2.

7) Paru
Paru adalah suatu struktur yang menyerupai kerucut, dengan
dasarnya yang menempel pada sisi kranial diafragma. Paru
terbagi secara tidak sempurna menjadi lobus – lobus. Paru
sebelah kiri terbagi menjadi lobus cranial (apical), lobus tengah
(kardiak), dan lobus kaudal (diafragmatik). Paru sebelah kanan
disamping terdiri dari tiga lobus juga memiliki lobus intermedia.

Gambar 1.6. : Paru-paru mamalia

b. Mekanika Respirasi

1) Proses Respirasi
Organ respirasi menyediakan jalan yang memungkinkan
masuknya udara dari luar untuk mencapai bagian yang paling
kecil dari paru – paru yaitu alveolus. Membran tipis dari dinding

36 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


alveolus dan kapiler darah memudahkan terjadinya pergerakan
oksigen ke dalam darah dan karbondioksida ke udara alveolat.
Pertukaran antara oksigen dan karbondioksida ini dinamakan
respirasi eksternal. Sedangkan respirasi internal adalah apabila
oksigen dari dalam darah berdifusi menuju ke jaringan untuk
oksidasi seluler dan karbondioksida yang dihasilkan berdifusi
ke dalam darah.

Respirasi eksternal tergantung pada pergerakan udara ke dan


dari paru paru. Respirasi ekternal dibedakan menjadi dua
macam, yaitu inspirasi dan ekspirasi.
a) Inspirasi: terjadinya arus udara masuk yang disebabkan
membesarnya paru akibat pembesaran rongga toraks.
Pembesaran rongga toraks disebabkan adanya kontraksi
diafragma dan beberapa jenis otot lainnya yang berperan
dalam respirasi. Diafragma adalah suatu struktur yang
berbentuk kubah, dengan bagian konveks mengarah ke
cranial dalam toraks. Kontraksi otot diafragma mendorong
abdomen ke arah kaudal, sehingga meningkatkan panjang
volume toraks.
b) Ekspirasi: gerakan udara keluar dari dalam paru, terjadi
apabila volume toraks mengecil. Bersifat pasif, karena
tendensi dari struktur-struktur elastis untuk kembali ke
bentuk dan lokasinya yang normal.

2) Tipe Pernapasan
a) Tipe pernapasan costal (toraksik): yang banyak bergerak
adalah dinding dada atau tulang rusuk. Pernapasan terjadi
jika lebih banyak udara yg diperlukan dari pada yg
dihasikan dari gerakan diafragma.
b) Tipe pernapasan abdominal: Yang banyak bergerak adalah
dinding perut. Kontraksi diafragma menghasilkan gerakan
yang kelihatan dari abdomen; terjadi selama pernafasan
biasa yang

37 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


c) Tipe pernapasan kostoabdominal,
Jika terjadi pergantian gerakan dinding dada dan dinding
perut. Tipe pernapasan costoabdominal adalah tipe yang
normal adalah tipe.

Jika tipe pernapasan abdominal lebih menonjol, kemungkinan


ada kelainan atau penyakit di daerah dada. Jika tipe
pernapasan costal yang lebih menonjol, kemungkiban ada
kelainan atau penyakit di daerah abdomen (perut).

Selain tipe pernapasan di atas, berikut ini beberapa istilah yang


berkaitan dengan pernapasan, antara lain.
a) Eupnea, artinya pernafasan tenang yang normal.
b) Dyspnea, artinya pernafasan yang sulit.
c) Apnea, artinya ketiadaan atau berhentinya pernafasan.
d) Hiperkapnea, adalah meningkatnya kedalaman atau laju
pernafasan, atau keduanya.
e) Polipnea, artinya pernafasan yang cepat dan dangkal.

Tabel 1.1 : Rata-Rata Frekuensi atau Kecepatan


Respirasi Mahluk Hidup Per Menit dalam
Keadaan Istirahat

Jenis Ternak / Hewan Rata-rata


frekuensi respirasi /menit
kuda 12
sapi 20
manusia 12
sapi perah 30
kucing 26
domba 19

3) Kapasitas dan volume udara


Berikut ini tentang istilah – istilah yang berkaitan dengan
kapasitas dan volume udara pada proses pernapasan.
a) Volume tidal (VT), yaitu volume udara yang dihirup atau
dihembuskan selama respirasi yang normal. Volume ini
meningkat ketika hewan terkejut serta ketika hewan
sedang aktif.

38 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


b) Volume cadangan inspirasi (IRV), yaitu jumlah udara
yang dapat dihirup di atas dan dibawah volume yang
normal dalam pernapasan yang tenang.

c) Volume cadangan ekspirasi (ERV), yaitu jumlah udara


maksimum yang dapat di hembuskan setelah suatu
pernafasan normal.
d) Volume residual (RV), yaitu jumlah udara yang tertinggal
di dalam paru setelah suatu usaha ekspirasi maksimal.
e) Kapasitas paru total (TLC), yaitu jumlah udara yang
terdapat di dalam paru pada akhir suatu inspirasi maksimal
TLC = IRV + TV + ERV + RV .
f) Kapasitas vital (VC), yaitu jumlah udara maksimal yang
dapat dihembuskan setelah suatu inspirasi maksimal.
VC= IRC + TV + ERV.
g) Kapasitas residual fungsional (FRC), jumlah udara yang
tertinggal di dalam paru – paru setelah ekspirasi normal.
FRC = ERV + RV

Deskripsi dari kapasitas dan volume paru seperti terlihat pada


Gambar 1.12.

Gambar 1.7. : Deskripsi Kapasitas dan Volume Paru

c. Gangguan Sistem Respirasi


Udara di alam bebas tidak suci hama, serta mengandung partikel –
partikel debu, spora, serbuk bunga, sampah idustri, dan sebaganya.

39 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Oleh karena itu udara yang dihisap oleh paru – paru, agar tetap
bersih harus tersedia perangkat pertahanan tubuh yang ada di
saluran pernapasan untuk menyaringnya.

Saluran pernapasan dari rongga hidung sampai ke bronchioli selalu


dibasahi oleh lendir. Dengan kelembaban yang tinggi di dalam
rongga hidung pada suhu tubuh 37°C, partikel – partikel yang
terdapat di udara pernapasan akan berkontak dengan molekul air
(uap air) hingga masa jenisnya bertambah. Partikel – partikel
tersebut akhirnya jatuh dan melekat pada dinding rongga hidung.
Selanjutnya oleh epitel bersilia, dengan silianya yang selalu
bergetar, partikel – partikel tersebut dapat ditahan dan dikeluarkan.
Usaha secara fisik tersebut dapat dilakukan untuk partikel yang
berukuran 3 – 10 mili mikron. Dalam waktu singkat (sekitar 24 jam)
partikel tersebut dikeluarkan dari dalam tubuh.

Kemampuan untuk membersihkan udara dari partikel – partikel yang


berukuran lebih kecil oleh alveoli, tidak sebaik kemampuan organ
pernapasan di atasnya. Kadang – kadang kotoran melekat di
dinding alveoli selama berhari – hari bahkan berbulan – bulan.
Kemampuan membersihkan partikel tersebut tergantung
kemampuan sel makrofag alveolar yang dapat memakan sebagian
besar partikel tersebut.

Secara reflek paru – paru dengan bantuan otot diafragma, perut dan
dada mampu menghasilkan batuk, baik untuk mengeluarkan benda
asing yang merangsang maupun bahan – bahan lain yang
merupakan produk dari radang paru dan saluran pernapasan.
Selain batuk, untuk mengurangi beban paru - paru yang meradang
dan masuknya benda asing, paru - paru juga bisa mengecilkan
lumen bronchi dan bronchiolenya.

Jika perangkat – perangkat tersebut tidak dapat berfungsi secara


normal, kemungkinan paru – paru mengalami gangguan dan tubuh
tidak dapat menerima dan memanfaatkan oksigen dengan baik.
Gangguan pernapasan dapat bersifat patologis dan non patologis.
Gangguan tersebut diantaranya hipoksia (kekurangan oksigen),

40 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


hiperkapnia (gangguan proses eliminasi CO2, sehingga CO2 dalam
darah tertimbun melebihi dari kondisi normalnya), dan dispnoea
(kesulitan bernapas)

5. SISTEM REPRODUKSI TERNAK RUMINANSIA

a. Organ Reproduksi Ternak Jantan


Susunan anatomi organ kelamin jantan pada umumnya terbagi atas
empat komponen, yakni organ kelamin primer, organ kelamin
sekunder, kelenjar pelengkap, serta organ kelamin luar. Organ
kelamin primer yaitu gonad jantan yang dinamakan Testis. Organ
kelamin sekunder terdiri dari Epididimis dan Vas Deferens. Kelenjar
pelengkap terdiri dari Vesikula Seminalis, Kelenjar Prostat, dan
Kelenjar Cowper. Sedangkan organ kelamin luar terdiri dari Penis,
Preputium, dan Scrotum.

1) Testis
Testis atau gonad, atau buah zakar atau kelenjar kelamin
utama, merupakan bagian alat kelamin yang utama. Testis
terletak pada daerah prepubis, terbungkus dalam scrotum. Di
dalam skrotum dilengkapi dengan suatu termoregulator yang
dapat mengatur suhu skrotum tetap konstan, selalu dalam
kondisi lebih rendah daripada suhu tubuh, karena untuk
pembentukan sperma dibutuhkan suhu yang rendah.

Didalam scrotum berisi dua lobi testes yang masing-masing lobi


mengandung satu testes dan digantung oleh funiculus
spermaticus. Pada sapi jantan, testis berbentuk oval
memanjang dan terletak dengan sumbu panjangnya vertical di
dalam scrotum. Testis terbungkus oleh kapsul berwarna putih
mengkilat yang disebut dengan tunika albugenia.

Isi dari lobulus adalah tubulus seminiferus yang merupakan


tabung kecil panjang dan berkelok-kelok memenuhi seluruh
kerucut lobulus. Muara tubulus seminiferus terdapat pada ujung
medial dari kerucut. Pada ujung apical dari tiap-tiap lobulus
akan terjadi penyempitan lumen dan akan membentuk segmen

41 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


pendek pertama dari sistem saluran kelamin yang selanjutnya
akan masuk ke rete testes. Dinding tubulus seminiferus terdiri
dari tiga lapisan luar ke dalam yaitu tunika propia, lamina
basalis, dan lapisan epithelium.

Testis pada pejantan dewasa yang normal mempunyai dua


fungsi yang penting, yakni untuk memproduksi spermatozoa
hidup dan subur serta memproduksi androgen atau hormon
kelamin jantan yakni testosteron, dihasilkan oleh sel-sel
interstitial atau disebut dengan sel Leydig. Testosteron adalah
hormon yang berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan
seksual dari pejantan. Apabila sel leydig terganggu maka
produksi testosteron akan terganggu.

2) Epididymus
Epididymus merupakan suatu saluran yang bentuknya bulat dan
panjang serta berkelok-kelok yang menghubungkan vasa
efferensia pada testis dengan ductus deferens. Epididymus
terletak diatas testis dan melekat pada tunika albugenis. Secara
garis besarnya, saluran epididymus dapat dibedakan menjadi :

a) Kepala epididymus (caput epididymus), bagian dari


epididymus yang melekat pada bagian ujung dari testis
dimana pembuluh-pembuluh darah dan syaraf masuk.
Bagian ini lebih besar daripada bagian yang lain
b) Bagian badan atau leher (corpus epididymus) adalah
bagian yang sejajar dengan aksis longitudinal dari testis.
Ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan pada bagian
kepala. Bagian ini menjulur terus ke bawah sampai hampir
melewati testis.
c) Bagian ekor (cauda epididymus) yaitu berupa jendolan di
ujung bawah dari testis. Bagian ekor ini terletak langsung
dibawah corpus, yang mulai berbelok keatas.

Epididymus mempunyai beberapa fungsi diantaranya :

42 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


a) epididymus merupakan tempat transportasi, masa
spermatozoa yang dialirkan dari rete testis ke dalam
ductus efferentis dan akhirnya akan diangkut ke dalam
duktus defferens.

b) epididymus merupakan tempat untuk membuat konsentrasi


sperma menjadi sangat tinggi.
c) epididymus juga merupakan tempat untuk pemasakan atau
pendewasaan bagi spermatozoa.
d) Epididymus merupakan tempat untuk menimbun
spermatozoa.

3) Duktus Deferens
Duktus (vas) deferens merupakan saluran yang
menghubungkan cauda epididymus dengan urethra.
Dindingnya tebal, mengandung otot polos yang licin yang
berperan dalam pengangkutan spermatozoa. Pada saat
ejakulasi dapat mendorong spermatozoa dari epididymus
keduktus ejakulatoris yang terdapat dalam ampula.

Diameter vas deferens 2 mm dengan konsistensi seperti tali,


berjalan sejajar dengan corpus epididymus. Dekat dengan
kepala epididymus, vas deferens menjadi lurus dan bersama-
sama dengan pembuluh darah, limfe dan saraf pembentuk
funikulus spermatikus yang berjalan melalui kanalis inguinalis
ke dalam cavum abdominal. Kedua vas deferens (kiri dan
kanan) terletak sebelah menyebelah di atas vesika urinaria
lambat laun menebal dan membesar membentuk ampula
duktus deferens.

4) Skrotum
Kantong testis disebut skrotum. Skrotum merupakan suatu kulit
yang bentuknya seperti kantong yang ukuran, bentuk dan
lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya.
Kulit skrotum tipis dan sedikit atau tidak berambut. Susunan
lapisan skrotum dari paling luar adalah :

43 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


a) epidermis: tidak memliki rambut atau sedikit rambut
b) tunika dartos. Merupakan selapis jaringan fibroelastik yang
bercampur dengan serabut otot polos.
c) Fasia superfisial merupakan lapisan tipis jaringan ikat
d) Fasia bagian dalam yang terdiri atas tiga lapis yang sulit
dipisahkan apabila dilakukan pembedahan.
e) Tunika vaginalis komunis, yang merupakan lapisan luar
penutup testis.

5) Kelenjar Pelengkap
Kelenjar pelengkap disebut juga kelenjar kelamin aksesoris.
Kelenjar-kelanjar ini menghasilkan bahan ejakulasi semen yang
berperan dalam transportasi semen, sebagai media yang cocok
untuk makanan dan sebagai buffer terhadap sifat keasaman
yang berlebih pada saluran genital betina. Kelenjar-kelenjar
aksesoris ini adalah :

a) Kelenjar vasikuler atau vesicula seminalis, pada umumnya


jumlahnya sepasang dan terletak sebidang dengan ampula
vas defferens. Kedua kelenjar tersebut mengapit ampula.
Sekresi dari kelenjar vesikuler akan bermuara dengan
duktus deferens. Kelenjar vesikuler pada sapi berbentuk
lobus-lobus dengan ukuran yang cukup besar, sekresi
kelenjar vesikuler berfungsi menambah volume semen dan
merupakan 50 persen dari volume total dari satu ejakulasi
yang normal.

b) Kelenjar prostat adalah kelenjar yang letaknya berada


dibawah kelenjar vesikuler, tepatnya mengelilingi pelvis
urethra. Kelenjar ini terdiri atas dua bagian yaitu badan
prostata (corpus prostata) dan prostata diseminata atau
prostata yang kriptik (pars disseminata prostate). Kelenjar
ini bentuknya berbeda-beda. Pada sapi berbentuk bulat.
Kelenjar prostat menghasilkan sekret yang bersifat alkalin
yang memberikan bau yang khas pada cairan semen.

44 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


c) Kelenjar Bulbouretral (Cowpers). Kelenjar cowpers
merupakan sepasang berbentuk bulat dan kompak,
berselubung tebal dan letaknya lebih kebelakang (caudal)
dari kedua kelenjar di atas (kelenjar prostat dan kelenjar
vesikuler), tepatnya diatas urethra dekat jalan keluar dari
cavum pelvis. Sekret dari kelenjar ini sangat berguna pada
saat sebelum kopulasi, sekresinya bersifat apokrine,
fungsinya untuk membersihkan dan menetralisir saluran
urethra dari sisa-sisa urine dan kotoran.

6) Urethra
Urethra merupakan bagian saluran yang tergantung dari tempat
bermuaranya ampula sampai ke ujung penis. Urethra
merupakan saluran untuk urine dan untuk semen sehingga
disebut saluran urogenitalis. Urethra terbagi atas tiga bagian
yaitu bagian pelvis, bagian yang membengkok, dan bagian
penis

7) Penis dan Preputium


Penis merupakan organ kopulasi pada hewan jantan, yang
akan menyemprotkan semen kedalam alat reproduksi betina.
Penis juga berfungsi sebagai saluran keluarnya urine. Penis
dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu gland penis yang
dapat bergerak bebas, badan (corpus penis), dan bagian
pangkal (crush penis) yang melekat pada ischial arch pada
pelvis yang tertutup oleh otot ischiocavernosus.

Berdasarkan tipe, penis pada hewan jantan dibagi menjadi dua


macam yakni, tipe fibro elastis dan vaskuler. Pada tipe fibro
elastis yang terdapat pada sapi, kerbau, kambing dan domba.
Pada penis tipe ini selalu dalam keadaan agak kaku dan
kenyal, walaupun dalam keadaan tidak aktif atau tidak ereksi
(non-erect), dimana perbedaan perbedaan panjang penis
antara ereksi dan tidak ereksi adalah 3:2. Hal ini disebabkan
karena adanya struktur atau bentuk S pada penis yang disebut
dengan flexura sigmoideus.

45 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Penis terbungkus oleh tunica albugenia yang berwarna putih.
Penis dilengkapi dengan dua macam perlengkapan yaitu
musculus retraktor penis yang dapat merelax dan mengkerut
dan corpus covernosum penis yang berfungsi untuk
menegangkan penis. Dalam keadaan tidak aktif. Musculus
retractor penis akan mengkerut, kemudian penis akan
membentuk huruf S sehingga penis dapat tersimpan dalam
preputium.

Ereksi merupakan peningkatan turgiditas (pembesaran) organ


yang disebabkan oleh pemasukan darah lebih besar daripada
pengeluaran yang menghasilkan penambahan tekanan dalam
penis. Pada ternak ruminansia, saat ereksi baik panjang
maupun besarnya tetap hampir sama, yang terjadi adalah
fleksura sigmoid menjadi lurus.

Ejakulasi merupakan suatu gerak refleks yang mengosongkan


epididymus, urethra dan kelenjar-kelenjar accesoris. Ejakulasi
disebabkan karena adanya rangsangan pada gland penis atau
dapat juga ditimbulkan dengan adanya massase dari kelenjar-
kelenjar aksesori melalui rektum atau dengan elektro ejakulator.

Gambar 1.8 : Organ Reproduksi Sapi Jantan

.
b. Organ Reproduksi Ternak Betina
46 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH
Sistim reproduksi ternak betina terdiri atas : Sepasang ovarium,
Saluran reproduksi yang terdiri atas tuba fallopii atau oviduct,
uterus atau rahim, cerviks atau leher rahim dan vagina serta alat
kelamin bagian luar yang terdiri atas vulva dan klitoris.

1) Ovarium
Ovarium merupakan bagian alat kelamin yang utama, karena
fungsinya untuk menghasilkan sel gonad (ovum). Seperti juga
halnya dengan testis pada ternak jantan, ovarium bersifat
endokrin dan bersifat sitogenik. Bersifat endokrin karena
ovarium mampu menghasilkan hormon yang akan diserap
secara langsung kedalam peredaran darah. Ovarium juga
bersifat sitogenik artinya bahwa ovarium juga mampu
menghasilkan sel yaitu ovum atau sel telur. Oleh karena itu
ovarium sering juga disebut induk, atau indung telur. Berbeda
dengan ternak lainnya, pada jenis unggas, ovarium tidak
sepasang tetapi hanya satu yaitu dibagian kiri sedangkan
sebelah kanan mengalami rudimenter. Pada ternak atau hewan
menyusui maka jumlahnya adalah sepasang, yang letaknya
dekat ginjal, tepatnya dibelakang ginjal kanan dan kiri.
Besarnya ovarium bervariasi antar jenis ternak, hal ini
tergantung dari jenis ternak, umur dan masa reproduksi ternak.

Bentuk ovarium pada kebanyakan species hewan adalah


hampir sama yaitu seperti biji almond, tetapi ada beberapa
ternak yang mempunyai bentuk ovarium yang berbeda seperti
pada ternak babi bentuk ovariumnya tampak dengan lobul-lobul
karena banyaknya folikel dan corpus lutea. Sedangkan pada
kuda bentuknya mirip seperti kacang karena adanya fosa
ovarii.

Perbedaan bentuk ovarium tersebut karena pada dasarnya


pada hewan dapat dibedakan dua sifat dalam melahirkan anak
yaitu hewan yang bersifat polytocus yang melahirkan anak
dalam jumlah banyak dalam satu kali kelahiran seperti babi,
kucing dan tikus sehingga bentuk ovariumnya seperti buah
murbei. Sedangkan sifat yang kedua adalah termasuk dalam
47 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH
golongan hewan monotokes yang melahirkan satu ekor anak
dalam setiap kelahiran dengan bentuk ovarium yang bulat
panjang atau bundar. Bentuk dan berat ovarium dijelaskan
pada Tabel berikut:

Tabel 1.2. : Bentuk dan Berat Ovarium Ternak


Ruminansia

No Jenis ternak Berat ovarium Bentuk ovarium


1 sapi 11-18 gram Oval
2 Domba 2-3 gram Seperti buah almond

Sumber : Fransond, 1992

Bagian ovarium terdiri atas bagian medula atau bagian sentral


dan merupakan bagian yang berongga (vaskular). Sedangkan
bagian luar atau korteks terdiri atas jaringan ikat iregular yang
padat. Lapisan luar dari korteks adalah kapsul jaringan ikat
yang padat yaitu tunika albugenia. Sedangkan lapisan yang
paling luar merupakan suatu lapis tunggal dari epitel germinal
atau disebut sel kelamin primer.

Ada dua komponen yang amat penting yang terdapat dalam


ovarium. Komponen tersebut adalah folikel dan korpus luteum.
Kedua komponen ini memegang peranan penting dalam proses
reproduksi.

a) Folikel.

Folikel dalam pertumbuhannya mengalami empat tahap:


(1) folikel primer. Folikel primer merupakan suatu sel
besar, dimana dalam tiap folikel terdapat oosit yang
dikelilingi oleh suatu lapis tunggal dari sel-sel folikel
dan disebut membrana granulosa. Folikel primer ini
terjadi sejak ternak betina masih dalam kandungan.
Letak folikel primer ini berada langsung di bawah kulit
ovarium atau tunika albugenia.

48 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


(2) folikel sekunder. Folikel sekunder letaknya agak jauh
dari permukaan ovarium. Sel-sel granulosanya lebih
banyak dan ovumnya dilapisi oleh pembungkus tipis
yang disebut membrana vitelina.
(3) folikel tertier. Folikel tertier merupakan perkembangan
dari folikel sekunder, dimana sel-sel granulosanya
tampak lebih besar dan letaknya jauh dari korteks
ovarium. Pertumbuhan sel granulosa antara bagian
luar dan bagian dalam tidak sama menyebabkan
terbentuknya rongga atau antrum-antrum yang
semakin lama besarnya bertambah sehingga
membentuk menjadi satu antrum yang besar.

(4) Folikel de Graaf. Ova didalam folikel primer semakin


besar. Sel-sel folikel berganda menjadi beberapa lapis,
hingga membentuk folikel yang masak. Dalam folikel
de Graaf ini ovum terbungkus oleh masa sel yang
masak yang disebut cumulus ooporus. Ovum bersama
cumulus ooporus menonjol kedalam ruang antrum
yang penuh dengan cairan folikel. Cairan folikel ini
mengandung hormon estrogen. Sel-sel granulosa yang
membungkus ovum disebut corona radiata. Folikel de
Graaf setelah membentuk sejumlah cairan terus
membesar dan mendorong ke arah permukaan ovari.

Folikel yang telah masak (folikel de Graaf) akan menonjol


keluar melalui korteks ke permukaan ovarium. Dalam
pertumbuhannya, folikel de Graaf mempunyai dua lapis sel
stroma cortex yg mengelilingi sel-sel folikuler. Lapisan sel-
sel tersebut membentuk theca foliculi yang dapat dibagi
atas theca interna dan theca externa.
Sebelum ovulasi, folikel yang dibentuk untuk menghasilkan
ovum mencapai ukurannya yang maksimal. Bertepatan
dengan itu suatu cairan folikel segera di sekresikan dan
buluh-buluh darah berkonstriksi.

49 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Pemecahan folikel de Graaf terjadi sewaktu ovum
dilepaskan dari ovarium yaitu pada daerah stigma. Stigma
semakin lama menipis dan mengembung kepermukaan
ovarium. Stigma yang mengembung segera pecah
melepaskan sedikit cairan folikuler. Cairan folikuler
bergerak melalui celah tersebut dan membawa ovum.
Pecahnya folikel de Graaf yang membawa ovum keluar
diistilahkan dengan sebutan “ovulasi”. Setelah ovulasi
maka folikel akan menciut. Ovulasi ini diikuti dengan
pendarahan yang cukup meluas didalam rongga folikel.

b) Corpus Luteum
Luteunasi adalah proses pembentukan corpus luteum oleh
sel-sel granulose dan sel-sel theca. Segera sesudah
ovulasi, terjadi kawah pada permukaan ovarium. Kawah
tersebut kemudian diisi oleh darah dan lymphe sehingga
berwarna merah, dan membentuk corpus
haemorrhagicum. Darah ini cepat membeku dan diresorbsi.
Kemudian rongga ini diganti dan diisi oleh sel-sel lutein
yang semakin lama semakin banyak. Pada ternak sapi, sel-
sel lutein mengandung suatu pigmen lipochrom kuning
(lutein).

Apabila kebuntingan terjadi maka corpus luteum akan


mempertahankan ukuran besarnya dan disebut sebagai
corpus luteum verum. Sedangkan apabila tidak terjadi
bunting disebut corpus luteum spurum. Jika tidak terjadi
fertilisasi (peleburan sel telur dan sel sperma) maka corpus
luteum beregresi karena aktifitas hormon progesteron
menurun, dan memungkinkan folikel de Graaf yang lain
menjadi matang. Kemudian corpus luteum beregresi akan
mengecil dan berwarna pucat dan disebut corpus albicant.

Aktifitas FSH (Follicle Stimulating Hormone) akan semakin


dipacu lagi yang menyebabkan perkembangan folikel
tersier menjadi folikel de Graaf. Pengecilan corpus luteum
disertai dengan munculnya tenunan pengikat, lemak dan

50 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


struktur semacam hialine di antara sel-sel luteum. Hal ini
akan mempercepat regresi sel luteum dan akhirnya sel
luteum dan akhirnya sel luteum tidak terdapat lagi. Bekas
tempat corpus luteum berubah menjadi jaringan parut yang
berwarna coklat kepucat-pucatan, yang kemudian disebut
corpus albicant.

2) Tuba Uterin Atau Tuba Fallopii (Oviduct)


Selain bangsa unggas, hewan betina mempunyai sepasang
oviduct. Saluran ini menghubungkan antara ovarium dengan
uterus. Oviduct merupakan saluran kecil yang panjang dan
berkelok-kelok. Bagian oviduct terdiri atas: Infundibulum,
ampula dan bagian yang terakhir yang berhubungan langsung
dengan uterus disebut isthmus

Infundibulum merupakan bagian yang paling ujung dari oviduct


dan berbentuk seperti corong yang bibirnya tidak teratur dan
berjumbai-jumbai. Tetapi ada beberapa species yang bentuk
infun dibulum berbentuk kapsul. Bagian ujung dari infundibulum
membentuk fimbria.

Fimbria ini letaknya dekat sekali dengan ovarium bahkan


biasanya menyelimuti ovarium. Fimbria mempunyai sifat
ovotoxis artinya bergerak kearah adanya ovum. Bahkan ada
yang berpendapat bahwa fimbria ini dapat mengusap-usap
ovarium untuk mempercepat proses ovulasi, dapat mengambil
ovum yang jatuh kedalam ruang abdomen dan bahkan fimbria
kiri dapat menangkap ovum yang diovulasikan dari ovarium
kanan dan sebaliknya. Fungsi dari oviduct adalah :

a) menerima sel telur (ovum) yang diovulasikan ovarium


b) menerima spermatozoa dari uterus
c) mempertemukan sel ovum dengan spermatozoa
d) menyalurkan ovum yang telah dibuahi ke dalam uterus
e) menyeleksi spermatozoa. Bagian oviduct yang mempunyai
konstruksi khusus dan disebut utero tubal junction (UTJ)

51 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


mempunyai fungsi untuk menyeleksi spermatozoa yang
akan masuk kedalam tuba fallopii dari uterus.
f) kapasitasi spermatozoa. Adanya cairan oviduct
menyebabkan spermatozoa mengalami proses
pendewasaan

3) Uterus
Uterus pada umumnya terdiri atas badan uterus (corpus uteri),
tanduk uterus (cornua uteri) yang pada umumnya berbentuk
lancip dan leher uterus (serviks). Bentuk uterus pada setiap
jenis hewan bervariasi, khusus untuk ternak sapi uterusnya
berbentuk bibartitus yaitu uterus yang mempunyai serviks satu
dan corpus uteri cukup jelas dan panjang.

Dinding uterus terdapat tiga lapis, dari luar kedalam yaitu :


a) membran serosa merupakan lapis pertama dari luar atau
merupakan dinding luar
b) myometrium atau lapisan urat daging licin, yang
mengandung urat syaraf dan pembuluh darah
c) endometrium, yaitu lapisan yang merupakan dinding lumen
uterus dan terdiri atas epitel, lapisan kelenjar dan jaringan
pengikat.

Uterus mempunyai fungsi yang sangat penting dalam proses


reproduksi, sejak estrus sampai bunting dan melahirkan, yaitu:
a) pada saat estrus: Yaitu kelenjar endometrium yang
terdapat pada dinding uterus menghasilkan cairan uterus
yang diperlukan oleh spermatozoa untuk mendewasakan
dirinya (kapasitasi) sehingga semakin tinggi
kemampuannya untuk membuahi ovum.
b) pada saat kopulasi, uterus akan berkontraksi sehingga
mampu mengangkut spermatozoa dari uterus ke tuba
fallopii.

52 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


c) pada waktu metestrus dan awal diestrus. Kelenjar-kelenjar
endometrium mulai berkembang dan tumbuh memanjang
dan menghasilkan cairan uterus yang merupakan substrat
yang cocok untuk pertumbuhan embrio muda.
d) pada saat diestrus pada ternak yang tidak bunting maka
telur yang tidak dibuahi oleh sperma, didalam uterus akan
diresorbsi oleh endometrium.
e) pada saat kebuntingan uterus membesar secara berlahan-
lahan sesuai dengan pertumbuhan embrio.
f) Pada saat kelahiran uterus akan melakukan kontraksi
sedemikian kuat sehingga dapat mengangkut fetus yang
sedemikian beratnya untuk melampaui simfisis pelvis dan
keluar dari badan.
g) pada saat selesai partus / melahirkan, maka uterus akan
mengalami pengecilan kembali atau involusi.

4) Serviks atau Leher Rahim


Serviks merupakan spincter otot polos yang kuat dan tertutup
rapat, kecuali pada saat estrus atau pada saat menjelang
kelahiran. Serviks terletak di antara uterus dan vagina, dan
merupakan pintu masuk ke dalam uterus.

Pada saat berahi, serviks agak relaks sehingga memungkinkan


spermatozoa dapat masuk dalam uterus. Kemudian pada saat
kebuntingan maka sel-sel goblet yang terdapat pada cerviks
akan memproduksi mucus dalam jumlah yang besar sehingga
dapat mencegah masuknya zat-zat yang membawa infeksi dari
vagina ke dalam uterus.

Fungsi serviks yang utama adalah untuk menutup lumen uteri


sehingga tidak memberi kemungkinan masuknya jasad renik
baik mikroskopis maupun makroskopis. Oleh sebab itu lumen
serviks selalu dalam keadaan tertutup, kecuali pada saat
melahirkan dan pada saat berahi lumen serviks akan membuka
sedikit sehingga spermatozoa dapat masuk.

5) Vagina

53 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Vagina adalah bagian saluran reproduksi yang terletak didalam
pelvis, diantara serviks dan vulva. Vagina terbagi atas bagian
vestibulum yaitu bagian ke sebelah luar yang berhubungan
dengan vulva dan partio vaginalis cervics yaitu bagian
kesebelah serviks. Pada ternak betina dara, terdapat selaput
tipis yang merupakan sekat atau batas antara vestibulum
vaginae dan partiovaginalis cercivis, yang disebut Hymen.

6) Vulva (Pudendum Femininum)


Vulva adalah bagian eksternal dari genetalia betina yang
terentang dari vagina sampai kebagian yang paling luar.
Pertautan antara vulva dengan vagina ditandai oleh orifis
uretral eksternal.

c. Siklus Reproduksi Ternak Ruminansia


Reproduksi merupakan suatu kemewahan fungsi tubuh yang secara
fisiologik tidak fital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting
bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa ternak. Siklus
reproduksi merupakan rangkaian dari semua kejadian proses
reproduksi baik jantan maupun betina, sejak ternak tersebut lahir
sampai dapat melahirkan (proses-proses biologik kelamin) yang
berlangsung secara sambung menyambung yang kemudian terlahir
individu baru dari suatu mahluk hidup.

1) Pubertas
Suatu proses reproduksi akan berlangsung secara periodik dan
terus menerus dimulai sejak ternak mengalami pubertas atau
dewasa kelamin. Pada saat itu ternak sudah dapat
menghasilkan keturunan dikarenakan organ reproduksinya
telah mampu memproduksi gamet-gamet yang masak. Jadi
pubertas pada ternak adalah suatu periode dalam kehidupan
makhluk jantan atau betina dimana proses-proses reproduksi
mulai terjadi. Pada saat inilah maka organ-organ reproduksi

54 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


mulai berfungsi. Pada ternak, pubertas ditandai dengan adanya
keinginan ternak tersebut untuk melakukan perkawinan.

Umur dewasa kelamin pada setiap jenis ternak tidak sama,


tergantung pada keadaan iklim, keadaan pakan, heriditas dan
tingkat pelepasan hormon. Umur dewasa kelamin beberapa
jenis ternak dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabvel 1.3. : Umur Dewasa Kelamin Berbagai Jenis


Ternak

Jenis ternak Umur pubertas variasi


Sapi 12 bulan 6-24 bulan
Domba 8 bulan 4-12 bulan
Kambing 8 bulan 4-12 bulan
Kerbau 24 bulan 12- 40 bulan
Sumber : Partodihardjo (1980)
Dewasa kelamin akan tercapai sebelum dewasa tubuh
tercapai. Pada saat itu ternak sudah mampu untuk melakukan
perkawinan, tetapi tubuhnya belum mampu untuk melakukan
proses reproduksi selanjutnya seperti bunting, melahirkan dan
menyusui. Tubuhnya masih dalam proses pertumbuhan,
sehingga apabila ternak tersebut bunting maka tubuhnya harus
menyediakan nutrisi untuk pertumbuhan dirinya dan
pertumbuhan anak yang dikandungnya. Apabila hal ini terjadi
maka kemungkinan yang tidak diinginkan akan terjadi seperti
kematian baik pada induk maupun anaknya, melahirkan anak
yang cacat atau lemah, dan kecil. Untuk menghindari hal
tersebut sebaiknya perkawinan ditangguhkan beberapa saat
sampai tubuhnya cukup dewasa atau dewasa tubuh telah
tercapai.

2) Siklus berahi (Estrus)

55 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Siklus berahi adalah perubahan yang terjadi secara teratur
pada sistim reproduksi hewan betina. Siklus berahi adalah jarak
antara berahi yang satu dengan berahi berikutnya. Sedangkan
berahi adalah saat dimana ditandai kesediaan hewan betina
menerima pejantan untuk melakukan kopulasi.

Dalam periode siklus berahi terjadi perubahan-perubahan


fisiologis dalam alat kelamin betina. Perubahan ini bersifat
sambung menyambung satu sama lain dan akhirnya bertemu
kembali pada permulaannya. Ternak-ternak betina akan
menjadi berahi pada interval waktu yang teratur dan antara
spesies satu dengan spesies lainnya akan berbeda. Panjang
siklus berahi ternak tertera pada Tabel berikut:

Tabel 1.4. : Siklus Berahi Pada Berbagai Jenis


Ternak
Jenis Ternak Panjang Siklus Estrus Variasi
Sapi 21 hari 18-24 hari
Domba 16,5 hari 14-20 hari
Kambing 18 hari 19-21 hari

Satu berahi terbagi menjadi 4 fase yaitu : proestrus, estrus,


metestrus dan diestrus. Dari keempat fase tersebut, fase estrus
merupakan fase terpenting karena dalam fase ini ternak betina
memperlihatkan gejala-gejala khusus untuk mau menerima
pejantan untuk melakukan kopulasi.

a) Proestrus
Proestrus merupakan fase persiapan. Fase ini cukup
pendek dan gejala luar yang terlihat berupa perubahan-
perubahan tingkah laku yang agak lain dari biasanya
seperti agak gelisah dan perubahan–perubahan alat
kelamin luar. Meskipun telah ada perubahan yang
menimbulkan gairah seks namun pada saat proestrus
tersebut ternak masih belum mau menerima pejantan atau
menolak untuk bisa melakukan perkawinan.

56 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


b) Estrus
Estrus merupakan fase yang terpenting dalam siklus
berahi. Estrus adalah periode penerimaan seksual pada
ternak betina. Pada fase ini ternak betina memperlihatkan
gejala yang khusus pada setiap jenis ternak. Dan pada
saat ini pula ternak betina mau menerima pejantan untuk
melakukan kopulasi. Sehingga apabila ada betina yang
menolak untuk melakukan kopulasi sedangkan tanda-tanda
berahi terlihat maka kemungkinan ternak tersebut masih
mengalami proestrus atau masa estrus sudah selesai.

Gejala berahi yang umum dan nampak terlihat pada


sebagian besar jenis ternak pada saat berahi (estrus)
adalah gelisah, nafsu makan berkurang atau hilang sama
sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari pada saat
pejantan mau menaikinya.

Perubahan yang terjadi pada alat kelaimin bagian dalam


pada waktu estrus adalah pertumbuhan folikel yang telah
dimulai pada saat proestrus maka akan mencapai
pertumbuhan yang maksimal, ovum yang terdapat dalam
folikel akan menjadi masak, folikel siap pecah dan
mengeluarkan ovum. Selama atau segera setelah periode
berahi maka akan terjadi ovulasi. Estrus akan segera
berakhir kira-kira pada saat pecahnya folikel ovari, atau
terjadinya ovulasi.

c) Metestrus
Segera setelah berahi selesai, maka sisa-sisa gejala berahi
masih tampak tetapi pada saat itu betina sudah tidak mau
lagi dinaiki atau dikawini pejantan. Pada saat itu sebetulnya
masa estrus sudah selesai dan telah berganti dengan fase
baru yang disebut metestrus.

Pada saat metestrus, perubahan alat kelamin luar tidak


tampak, tetapi dalam alat kelaminnya yaitu ovariumnya

57 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


terjadi pembentukan corpus hemorrhagikum yang terletak
dalam folikel de graaf yang telah mengeluarkan ovumnya.
Pada sapi, metestrus juga ditunjukkan dengan adanya
sedikit darah yang mengalir keluar dari uterus ke vagina.
dan terlihat dari vulva.

Darah yang mengalir pada sapi saat metestrus bukan


merupakan menstruasi seperti pada manusia tetapi berasal
dari pembuluh darah kapiler yang berada pada karankula
yang mendapat suplai cukup banyak pada saat estrus,
sehingga karankula tegang dan beberapa diantaranya ada
yang pecah dan mengeluarkan darah

d) Diestrus
Diestrus adalah masa tenang. Yaitu suatu siklus berahi
yang ditandai oleh tidak adanya kebuntingan dan tidak
adanya aktivitas kelamin sehingga ternak menjadi tenang.
Pada saat itu kondisi keadaan dalam alat reproduksi yaitu
pada bagian endometrium masih terlihat adanya
pertumbuhan kelenjar-kelenjar endometrium yang
berkelok-kelok, tetapi hal ini tidak berlangsung lama. Lama
kelamaan kelenjar-kelenjar tersebut akan berdegenerasi.
Corpus hemorrhagikum lama-kelamaan akan mengkerut
dan tumbuh sel-sel yang berwarna kuning atau disebut sel
luteum dan mulailah terbentuk corpus luteum. Diestrus ini
merupakan fase yang terlama dalam siklus estrus.

3) Tanda – tanda Berahi


Beberapa tanda berahi yang terlihat pada sapi, antara lain:
a) Melenguh-lenguh atau mengeluarkan suara seolah-olah
memanggil pejantan
b) Sering gelisah
c) Sering kencing sedikit seolah terputus-putus.
d) Sering mengerak-gerakkan atau mengangkat pangkal ekor
sehingga vulvanya terlihat jelas

58 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


e) Terjadinya pembengkakan pada bibir vulva, biasanya
ditandai warna kemerah-merahan, terjadinya peningkatan
peredaran darah didaerah tersebut, jika diraba terasa
hangat, keluar lendir bening dari vulva dan menggantung
hingga jatuh dilantai kandang
f) Sapi diam ketika didekati dan dinaiki pejantan. Kadang-
kadang betina yang estrus menunjukkan aktivitas tidak
seperti biasanya, seperti menggosokkan pantat ke dinding,
menaiki ternak lain, terjadi penurunan nafsu makan, kalau
didekati dan dinaiki pejantan akan diam

4) Lama Birahi
Lama berahi merupakan selang waktu mulai berahi ditandai
dengan munculnya berahi sampai hilang tanda-tanda berahi.
Lama berahi setiap jenis ternak berbeda-beda. Demikian juga
dengan setiap individu ternak bervariasi. Hal ini tergantung dari
beberapa faktor seperti umur, musim dan kehadiran pejantan
serta bobot badan. Lama berahi pada berbagai jenis ternak
tertera pada Tabel berikut:

Tabel 1.5: Lama Berahi pada Beberapa Jenis Ternak

Jenis Ternak Panjang Siklus Estrus Variasi


Sapi 17 jam 15-19 jam
Domba 30 jam -
Kambing 30 jam 24-36 jam

5) Kebuntingan
Dari segi teknis kebuntingan dimulai sejak saat sel kelamin
betina bersatu dengan sel kelamin jantan di dalam saluran alat
reproduksi paling atas atau ovoduct dan tepatnya dibagian
ampula. Kebuntingan berarti keadaan dimana anak sedang
berkembang didalam uterus seekor hewan betina. Satu periode
kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi
sampai terjadinya kelahiran normal.

59 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Pada ternak sapi, fertilisasi terjadi setelah 11 sampai 15 jam
dari inseminasi/ perkawinan. Fertilisasi yaitu peristiwa
bersatunya sebuah spermatozoa dengan sebuah ovum.
Fertilisasi terjadi disuatu tempat dalam oviduct, tepatnya
didaerah ampula yaitu pada bagian Ampula Isthmus Junction
(AIJ). Pada saat ovum bertemu dengan spermatozoa, ovum
masih terbungkus oleh banyak sekali sel-sel granulosa. Untuk
dapat mencapai inti sel ovum, spermatozoa harus menembus
segerombol sel-sel granulosa yang membungkus sel ovum,
mucoprotein atau zona pellucida yang langsung membungkus
sel ovum dan membran vitelin atau dinding ovum.

Setelah memasuki perjalanan yang cukup panjang dan penuh


seleksi yang ketat, maka sperma yang tangguh dapat
memasuki ampula. Spermatozoa yang telah memasuki ampula
pada umumnya menjadi aktif bergerak karena dalam ampula
terdapat cairan ampula yang berfungsi untuk mengaktifkan
pergerakan spermatozoa. Dengan kekuatan dibagian ekornya,
spermatozoa akan menyusup diantara sel-sel granulosa. Sel-
sel granulosa satu sama lain direkatkan oleh asam hyalurobate.

Spermatozoa akan terus berusaha untuk menekan lapisan


zona pellucida hingga tembus. Kemudian kepala spermatozoa
akan bersentuhan dengan membran vitelin maka terjadilah
reaksi zona yaitu suatu reaksi dari zona pellucida untuk tidak
dapat ditembus oleh spermatozoa yang lain. Reaksi zona ini
disebabkan oleh adanya suatu zat yang dilepaskan oleh
granula kortika yang berasal dari membran vitelin.

Reaksi zona berjalan bertahap yaitu dari mulai disekitar lubang


yang dibuat oleh spermatozoa sampai meluas keseluruh
permukaan zona pellucida. Reaksi zona ini berfungsi melindungi
ovum dari spermatozoa lain yang juga ikut berusaha untuk
membuahi ovum dan mencegah terjadinya sel-sel triploid.

60 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Setelah kepala spermatozoa menyentuh membran vitelin,
terjadilah aktivasi ovum. Membran vitelin memperlihatkan
reaksi terhadap sentuhan kepala spermatozoa. Ditempat
sentuhan terjadi tonjolan kecil dari membran vitelin dan
kemudian terbuka. Kemudian kepala spermatozoa menyusup
masuk kedalam sitoplasma dan kemudian terjadilah
pembelahan inti sel ovum.

Setelah kepala spermatozoa terputus dan perlahan-lahan mulai


mengembung maka mengakibatkan hilangnya bentuk kepala
spermatozoa. Inti sel spermatozoa juga terlihat pudar, tetapi
nucleoli menjadi jelas. Kejadian ini diikuti dengan terurainya
kromosom dari inti-inti sel ovum dan spermatozoa. Kromosom
dari kedua inti berpasang-pasangan dan membentuk inti baru.

Pertumbuhan mahluk baru hasil fertilisasi atau pembuahan


antara ovum dan spermatozoa, dapat dibedakan menjadi tiga
tahap/periode yaitu:
a) Periode ovum yaitu periode yang dimulai dari fertilisasi
sampai implantasi.
b) Periode embrio yaitu periode dari saat terjadinya implantasi
sampai saat dimulainya pembentukan alat-alat tubuh
bagian dalam
c) Periode fetus (anak) yaitu periode terakhir, dimulai dari
terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam dan extremitas
(anggota tubuh) sampai terjadi kelahiran.

Periode kebuntingan tiap ternak bervariasi antara spesies satu


dengan spesies lainnya. Demikian juga antara individu satu
dengan individu lainnya. Contoh :

a) rata-rata periode kebuntingan pada kuda adalah 336 hari


atau ± 11 bulan
b) rata-rata periode kebuntingan pada sapi adalah 282 hari
atau ± 9 bulan

61 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


c) rata-rata periode kebuntingan pada domba adalah 150 hari
atau ± 5 bulan

6) Kelahiran
Akhir dari proses kehamilan adalah kelahiran. Kelahiran adalah
proses fisiologik dimana uterus yang bunting mengeluarkan
anak dan placenta melalui saluran kelahiran. Tanda-tanda
menjelang kelahiran adalah :

a) terjadi relaksasi pada bagian pelvis yaitu pada ligamentum


sacro-spinasum dan otot-otot disekitar pelvis dan tungging
b) otot terlihat mengendor khususnya disekitar pangkal ekor
c) pangkal ekor diangkat ke atas
d) sisi perut mengempis, secara keseluruhan perut
kelihatannya mengecil, perutnya akan tenggelam / jatuh.
e) ambing membesar dan mengeras
f) dari puting susu kadang-kadang keluar cairan
g) ternak terlihat gelisah
h) terjadi pembengkaan (eidema) pada vulva. Besarnya dapat
mencapai 2 sampai 4 kali nya
i) lendir serviks yang berfungsi menyumbat serviks pada saat
kebuntingan akan mencair
j) relaksasi dinding abdominal
k) ternak berusaha untuk mengasingkan diri.

Proses kelahiran dapat dibedakan menjadi tiga tahap yaitu :


a) Tahap pertama, pertama-tama uterus akan berkontraksi dan
secara bertahap akan mendorong kantong air terhadap sisi
uterin sehingga menyebabkan serviks berdilatasi. Pada sapi,
tahap pertama ini berlangsung antara 2 sampai 6 jam.
b) Tahap kedua, Terjadi kelahiran yang sebenarnya yaitu
fetus akan keluar dari uterus melalui serviks dan vagina.
Pada saat itu kantong air akan pecah secara refleks dan
mengawali kontraksi otot-otot abdomina. Dengan adanya
dua macam kontraksi yaitu kontraksi uterus dan kontraksi

62 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


abdominal maka fetus akan terdorong dan melintasi
saluran kelahiran.
c) Tahap ketiga, Tahap ketiga adalah pengeluaran plasenta
segera mengikuti fetus keluar.

6. SISTEM ENDOKRIN

a. Pengertian Hormon
Hormon (bahasa Yunani, yang berarti "yang menggerakkan")
adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel.
Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin yang berfungsi mengatur pertumbuhan, reproduksi,
tingkah laku, keseimbangan, dan metabolisme. Hormon masuk ke
dalam peredaran darah menuju organ target. Jumlah yang
dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan yang besar dan
lama pengaruhnya. Hormon mempengaruhi kerja organ dan sel.

Hormon disebut juga substansi kimia spesifik yang dihasilkan oleh


kelenjar tubuh (glandula endrokrin) yang langsung dicurahkan
masuk ke dalam aliran darah dan dibawa ke jaringan tubuh untuk
membantu dan mengatur fungsi fisiologisnya.

Semua hormon bersifat khas dan selektif dalam pengaruhnya


terhadap organ sasaran yang ditentukan secara genetik. Organ
sasaran segera bereaksi terhadap suatu hormon tertentu untuk
menghasilkan zat atau perubahan-perubahan sebagaimana yang
telah diprogramkan secara genetik.

Hormon dikeluarkan dan masuk ke aliran darah dalam konsentrasi


rendah hingga menuju ke organ atau sel target. Beberapa hormon
membutuhkan substansi pembawa seperti protein agar tetap berada
di dalam darah. Hormon lainnya membutuhkan substansi yang
disebut dengan reservoir hormon supaya kadar hormon tetap
konstan dan terhindar dari reaksi penguraian secara kimiawi. Saat
hormon sampai pada sel target, hormon harus dikenali oleh protein
yang terdapat di sel yang disebut reseptor. Molekul khusus dalam

63 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


sel yang disebut duta kedua (second messenger) membawa
informasi dari hormon ke dalam sel.

Tindakan yang dilakukan karena pesan hormon sangat bervariasi,


termasuk diantaranya adalah perangsangan atau penghambatan
pertumbuhan serta apoptosis (kematian sel terprogram),
pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan, pengaturan
metabolisme dan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin,
dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnya pubertas dan
menopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur
produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatur
siklus reproduksi pada hampir semua organisme multiselular.

Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang


diproduksi oleh kelenjar endokrin vertebrata. Walaupun demikian,
hormon dihasilkan oleh hampir semua sistem organ dan jenis
jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung
ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon yang disebut
ektohormon (ectohormone) yang tidak langsung dialirkan ke aliran
darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target.

Pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian


dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang
lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol
kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar
pituitari untuk mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor
regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus
posteriornya.

b. Ciri- Ciri Hormon:


1) Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar
endokrin dalam jumlah sangat kecil.
2) Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat
di sel target.
3) Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus.
4) Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi
dapat juga mempengaruhi beberapa sel target berlainan.

64 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


c. Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Hormon Pada Organ
Sasaran:
1) Kecepatan sintesis hormon dan sekresi hormon
dari kelenjarnya.
2) Sistem transportasi hormon di dalam plasma (spesifik
carrier protein).
3) Reseptor hormon khusus yang terdapat pada organ
sasaran yang berbeda dengan letak reseptornya.
4) Kecepatan degradasi hormon.
5) Kecepatan perubahan hormon dari bentuk inaktif
menjadi bentuk yang aktif.
6) Jarak hormon ke organ sasaran

Perubahan dari salah satu faktor di atas merupakan perubahan dari


jumlah aktivitas pada organ sasaran.

d. Klasifikasi Hormon
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut
komposisi kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang
mengantar kerja hormon di dalam sel.
1) Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya:
a) Golongan Steroid → turunan dari kolesterol.
b) Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat.
c) Golongan derivat asam amino dengan molekul yang kecil
→ Thyroid, Katekolamin.
d) Golongan Polipeptida/Protein → Insulin, Glukagon, GH,
TSH.

2) Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon:


a) Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
b) Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air

3) Berdasarkan lokasi reseptor hormon:


a) Hormon yang berikatan dengan hormon dengan
reseptor intraseluler
b) Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel
(plasma membran)
65 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH
4) Berdasarkan sifat sinyal yang mengantar kerja hormon di
dalam sel: kelompok hormon yang menggunakan kelompok
second messenger senyawa cAMP, cGMP, Ca2+,
Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler.

e. Kelenjar Endokrin, Hormon Yang Dihasilkan dan Fungsinya


Kelenjar-kelenjar endokrin yang penting adalah: hypothalamus,
hypophysis pituitary, thyroid, parathyroid, pancreas (pulau
Langerhans-Pancreas), adrenal (medula dan korteks), gonad (ovari
dan testes), thymus, dan membrana mukosa usus.

1) Hypothalamus
Hypothalamus terletak pada bagian ventral, meliputi hypophisis
atau glandula pytuitaria (salah satu kelenjar endokrin yang
terpenting) dan struktur-struktur lainnya yang berkaitan
(Mukhtar, 2006). Hypothalamus berbatasan pada bagian
anterior dengan optic chiasma. Hypothalamus terdiri dari
beberapa bagian yaitu:
a) Bagian posterior dengan mammilary bodies
b) Bagian dorsal dengan thalamus
c) Bagian ventral dengan sphenoid bone

Hormon yang dihasilkan oleh hypothalamus:


a) Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH). Berfungsi:
melepaskan LH dan FSH.
b) Thyrotropin Releasing Hormone (TRH). Berfungsi:
melepaskan TSH.
c) Corticotropin Releasing Hormone (CRH). Berfungsi:
melepaskan ACTH.
d) Somatotropin Releasing Hormone (STH-RH). Berfungsi:
melepaskan STH.
e) Somatotropin Inhibitory Hormone (STH-IH). Berfungsi:
menghalangi STH yang keluar.
f) Prolactin Releasing Hormone (PRH). Berfungsi:
melepaskan prolaktin.

66 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


g) Prolactin Inhibitory Hormone (PIH). Berfungsi: menghalangi
prolaktin keluar.

Pada kelenjar hipothalamus memiliki tipe hormon protein.


Kelenjar hypothalamus berfungsi untuk menstimulasi
adenohypophysys untuk melepaskan hormon-hormonnya.

2) Hypophysis (Glandula Pituitaria)


Glandula pituitaria merupakan suatu kelenjar bilobi, yang
menghasilkan bermacam-macam hormon yang mempengaruhi
berbagai bagian tubuh, dan oleh karena itu sering disebut
sebagai master control glands. Sebagai kelenjar endokrinon.
Kelenjar hypophisa terletak di dalam legokan pada dasar ruang
otak yang dikenal sebagai sella turcica. Kelenjar tersebut
mensekresikan sejumlah besar hormon-hormon, beberapa
diantaranya berhubungan langsung dengan reproduksi.
Glandula pituitaria (hypophisis) merupakan suatu kelenjar yang
rangkap yang terdiri dari:
a) Lobus anterior dan pers intermedia, yang embryologis
berasal dari suatu kantong yang terbentuk pada atap mulut
(kantong rathke). Glandula pituitaria bagian depan
menghasilkan hormon-hormon sebagai berikut:

(1) Hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone). Berfungsi


 Merangsang pertumbuhan folikel ovarium.
 Sebagai substansi yang mengawali siklus birahi.
 Merangsang pemasakan folikel sampai folikel de
graff tetapi tidak menyebabkan ovulasi.
 Perbedaan dengan hormon LH bertanggung jawab
terhadap perbedaan lama birahi dan waktu ovulasi
ternak sapi, domba, babi, dan kuda.

(2) Hormon LH (Luteinezing Hormone). Berfungsi:


 Mengawali pertumbuhan tenunan luteal (corpus
luteum).
 Merangsang pertumbuhan corpus luteum.

67 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


 Penting untuk proses ovulasi.
 Merangsang tumbuhnya sel interstial pada
ovarium.
 Merangsang sel granulose dan sel theca pada
folikel yang masak untuk memproduksi estrogen.
 Semakin tinggi kadar LH maka semakin tinggi
estrogen, sehingga menyebabkan ovulasi.

(3) Hormon LTH (Luteo Tropic Hormone) / Prolactin.


Berfungsi:
 Bersama-sama dengan hormon LH merangsang
sel theca dalam corpus hemorragicum untuk
membentuk corpus luteum dan pembentukan
progesteron oleh corpus luteum.
 Mempertahankan fungsi corpus luteum.

(4) Hormon TSH (Thyroid Stimulating Hormone).


Berfungsi:
 Mengawasi grandula/kelenjar thyreidea.
 Mengawasi pengambilan ion oleh thyroid.
 Sintesa thyroxine dari diidotyrosine

(5) Hormon ACTH (Adreno Cortico Trophin Hormone).


Berfungsi:
 Stimulasi adrenal cortex.
 Pelepasan adreno corticoid.
(6) Hormon MSH (Melano Trophin Hormone). Berfungsi:
 Memegang peranan dalam perubahan warna kulit

b) Lobus posterior yang berasal dari encephalon

(1) Hormon Vasopressin / ADH (Antidiuratic Hormone).


Berfungsi:
 Merangsang keaktifan otot-otot polos vesica
urinaria (kandung kemih) dan vesica ellia (kantong
empedu).

68 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


 Menaikkan tekanan darah yang menimbulkan
kontriksi arteri yang kecil.
 Pengurangan sekresi urin.

(2) Hormon Oxytocin. Berfungsi:


 Menimbulkan kontraksi uterus.
 Mengeluarkan susu dari glandula mammae.

3) Thyroid
Kelenjar thyroid terdapat pada semua vertebrata, jumlahnya
sepasang yang merupakan lobus yang berbentuk perisai yang
saling dihubungkan oleh suatu isthmus. Tiap-tiap lobus
mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel
dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang
berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa. Kelenjar tiroid
mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri
tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan
percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior
merupakan percabangan dari arteri subklavia. Lobus kanan
kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar
dibandingkan dengan lobus kiri.

Kelenjar Thyroid menghasilkan hormon tyroxine dan


triodotyroxine yang berfungsi:
a) Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus
khususnya pertumbuhan saraf dan tulang.
b) Mempertahankan sekresi GH (Growth Hormone) dan
gonadotropin.
c) Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu
menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama
jantung.
d) Merangsang pembentukan sel darah merah
e) Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai
kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat
metabolisme.

69 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


f) Bereaksi sebagai antagonis insulin. Tirokalsitonin
mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama
menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat
reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang
mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium
serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan
pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan
kalsium serum akan merangsang pengeluaran
tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan
sekresi gastrin di lambung.
g) Mempengaruhi laju metabolisme, mempengaruhi
pertumbuhan bulu dan warna.

4) Parathyroid
Kelenjar parathyroid menempel pada bagian anterior dan
posterior kedua lobus kelenjar thyroid oleh karenanya kelenjar
parathyroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini terdiri dari dua
jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells
merupakan bagian terbesar dari kelenjar parathyroid,
mensintesa dan mensekresi hormon parathyroid atau
parathormon disingkat PTH.

Kelenjar Parathyroid menghasilkan hormon PTH (Parathyroid


Hormone), yang berfungsi mempertahankan resorpsi tulang
sehingga kalsium serum meningkat. Di tubulus ginjal, PTH
mengaktifkan vitamin D yang berperan dalam peningkatan
absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon ini
juga akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus
ginjal, meningkatkan pengeluaran fosfat, HCO3 dan Na. karena
sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH
lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol sekresi
PTH adalah kadar kalsium serum.

5) Pankreas

70 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal
sebagai pulau Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin
yang menghasilkan hormon insulin. Hormon antagonistik
merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan,
contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat
turun, pankreas akan memproduksi glukagon untuk
meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi
menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk
menurunkan kadar glukosa tersebut.

Kelenjar pankreas menghasilkan hormon:


a) Hormon Glucagon. Berfungsi: untuk mengawasi
pemecahan ygocen hepar, dan efeknya pada metabolisme
karbohidrat. Kerja hormon glucagon berlawanan dengan
hormon insulin.
b) Hormon Insulin. Berfungsi: untuk metabolisme protein,
karbohidrat, dan lemak, sehingga apabila kekurangan
insulin akan menyebabkan diabetes mellitus. Hormon
insulin akan mengakibatkan berbagai efek pada beberapa
bagian tubuh, seperti:
(1) Efek pada hati:
 Membantu glikogenesis
 Meningkatkan sintesis trigliserida dan kolesterol,
dan VLDL
 Meningkatkan sintesis protein
 Menghambat glikogenolisis
 Menghambat ketogenesis
 Menghambat glukoneogenesis

(2) Efek pada otot:


 Membantu sintesis protein dengan : Meningkatkan
transport asam amino dan Merangsang sintesis
protein ribosomal
 Membantu sintesis glikogen

(3) Efek pada lemak:

71 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


 Membantu penyimpanan trigliserida
 Meningkatkan transport glukosa ke dalam sel
lemak
 Menghambat lipolisis intraseluler.

6) Adrenal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal.
Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi
atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah
(medula). Kerusakan pada bagian korteks mengakibatkan
penyakit Addison dengan gejala sebagai berikut: timbul
kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntah - muntah,
terasa sakit di dalam tubuh. Dalam keadaan ketakutan atau
dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin meningkat
sehingga denyut jantung meningkat dan memompa darah lebih
banyak. Gejala lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus,
melebarnya pupil mata, kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti
dengan rambut berdiri.

Kelenjar adrenal menghasilkan hormon aldosterone yang


merupakan tipe hormon steroid. Hormon aldosterone berfungsi
untuk metabolisme elektrolit dan air. Kelenjar adrenal dibagi
menjadi dua kelenjar, yaitu kelenjar cortex dan kelenjar
medulla.

a) Cortex. Menghasilkan hormon corticosteroids dan


catecholamines. Berfungsi untuk metabolisme karbohidrat,
protein, dan lemak.
b) Medulla. Menghasilkan hormon:
(1) Adrenaline (Epinephrine). Berfungsi: menimbulkan
respon syaraf simpstetik.
(2) Noradrenalisne (Norapinephrine). Berfungsi:
transmitter syaraf.

7) Thymus

72 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Thymus terdapat dalam bagian superior thorax didekat bagian
bawah tracea. Pada kelenjar thymus terdapat fungsi endokrin.
Thymus membentuk suatu substansia yang akan memasuki
kelenjar-kelenjar lymphe dan menimbulkan terbentuknya
lympocit. Fungsi lain dari thymus yaitu berperan dalam
menimbulkan immunitas (kekebalan).

8) Membran Mukosa Usus


Membran mukosa usus yang membatasi ventriculus dan
intestinum tenue menghasilkan beberapa hormon. Pada
ventriculus dihasilkan gastrin yang merangsang sekresi enzim
atau cairan gastricus. Sedangkan pada intestinum tunue
dihasilkan:

a) Secretine. Berfungsi: merangsang sekresi enzim-enzim


pankreas pada waktu makanan yang telah diperlunak dari
ventriculus masuk ke duodenum.
b) Enterogastrone. Berfungsi: mengurangi sekresi dan
mortilitas ventriculus pada waktu hormon ini dibawa oleh
darah kedalam ventriculus.
c) Cholecystikinin. Berfungsi: menyebabkan kontraksi vesica
vellia untuk mencurahkan bilus yang telah ditimbunnya
dalam intestinum tenue. Hormon ini dilepaskan dari
mocosa intestinalis oleh makanan-makanan yang berupa
lipid.
9) Testis
Testis memproduksi sejumlah hormon jantan yang kesemuanya
disebut androgen. Yang paling potensi dari androgen adalah
testosteron. Berikut fungsi-fungsi dari testosteron:
a) Merangsang pendewasaan spermatozoa yang terbentuk
dalam tubuli seminiferi.
b) Merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar aksesori
(kelenjar prostate, vesikularis, dan bulbourethralis).
c) Merangsang pertumbuhan sifat jantan.

73 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


d) Untuk keratinisasi epithel preputium, pemisahan gland
penis dari preputium, dan pertumbuhan penis dan
preputium pada pubertas.
e) Keinginan kelamin untuk libido dan kesanggupan untuk
ereksi dan ejakulasi.

10) Ovarium
Ovarium mensintesa tiga macam hormon, yaitu estrogen,
progesteron, dan relaxin. Estrogen dan progesteron adalah
hormon steroid, sedangkan relaxin adalah polipeptida.

a) Estrogen.
Disekresikan oleh theca interna dari folikel de Graaf.
Jaringan ini kaya akan estrogen dan memperlihatkan
aktivitas yang maksimum selama fase estrogenik dari
siklus birahi. Fungsi hormon estrogen adalah:
(1) Menimbulkan tanda-tanda birahi.
(2) Memperlancar peredaran darah dan perkembangan
saluran kelamin.
(3) Menunjang pertumbuhan sistem pembuluh kelenjar
susu.
(4) Bila sekresi estrogen mencapai ketinggian tertentu
maka sekresi FSH (Follicle stimulating hormone) akan
menurun dan saat itulah LH (Luteinizing hormone)
meningkat terus sampai puncak.
(5) Setelah ovulasi terjadi estrogen menurun dan FSH
kembali normal dan berangsur-angsur meningkat.
(6) Antara estrogen dengan FSH terjadi mekanisme saling
ketergantungan.

b) Progesteron
Progesteron adalah hormon alamiah terpenting yang
disekresikan oleh sel-sel lutein corpus luteum. Disamping
itu hormon ini dihasilkan juga oleh placenta. Sebagaimana
hormon steroid lainnya, progesteron tidak disimpan
didalam tubuh, hormon ini dipakai secara cepat atau
74 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH
disekresikan dan hanya terdapat dalam konsentrasi rendah
didalam jaringan-jaringan tubuh.

Fungsi hormon progesteron adalah:


(1) Penting untuk mempertahankan kebuntingan.
(2) Menyebabkan pertumbuhan alveoli kelenjar susu.
(3) Pengental lendir birahi untuk sumbat serviks.
(4) Menekan terjadinya kontraksi uterus dan menekan
uterus terhadap pengaruh estrogen dan oxytocin.

c) Relaxin
Relaxin merupakan hormon protein. Relaxin terutama
disintesa dan dilepaskan kedalam peredaran darah. Fungsi
dari relaxin yaitu menyebabkan relaxasi simfisis pelvis.
Relaxasi ini lebih nyata jika sebelumnya hewan telah
dijenuhkan dengan estrogen dan progesteron. Fungsi lain
misalnya synergism dengan estrogen dan progesteron
dalam merangsang pertumbuhan kelenjar susu. Fungsi
fisiologik relaxin terutama berhubungan dengan partus
(kelahiran) dan bekerja erat dengan estrogen.

Fungsi-fungsi tersebut adalah:


(1) Relaxin menstimuler pemisahan symphisis pubis pada
marmot dan mencit sesudah pemberian estrogen.
Fungsi ini memudahkan keluarnya fetus waktu partus.
(2) Relaxin menimbulkan dilatasi serviks uteri pada babi,
sapi, tikus, mencit dan mungkin pada manusia,
sesudah penyuntikan pendahuluan dengan estrogen
dan progesteron. Sekali lagi fungsi ini mempermudah
keluarnya fetus pada saat partus.
(3) Relaxin menghambat aktivitas myometrium, yaitu
menghambat kontraksi uterus.
(4) Relaxin menghambat kadar air dalam uterus, bersama
estrogen relaxin menyebabkan pertumbuhan uterus.

75 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


(5) Relaxin menyebabkan peningkatan pertumbuhan
kelenjar mammae bila diberikan bersama estradiol dan
progesteron.

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Langkah – langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi diklat ini
mencakup aktivitas individu dan kelompok.

1. AKTIVITAS INDIVIDUAL
a. Memahami dan mencermati materi diklat tentang “Anatomi dan
Fisiologi Ternak Ruminansia”
b. Mengerjakan latihan dan tugas
c. Bertukar pengalaman (sharing) tentang materi diklat “Anatomi dan
Fisiologi Ternak Ruminansia”.
d. Menyimpulkan hasil pembelajaran tentang “Anatomi dan Fisiologi
Ternak Ruminansia”.
e. Melakukan refleksi

2. AKTIVITAS KELOMPOK:
a. Berdiskusi kelompok tentang materi diklat “Anatomi dan Fisiologi
Ternak Ruminansia”.
b. Mengerjakan / menyelesaikan lembar kerja
c. Bertukar pengalaman (sharing) dalam menyelesaikan lembar kerja
d. Pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil penyelesaian lembar
kerja
e. Sharing pengalaman dengan cara presentasi hasil
penyelesaaian lembar kerja
f. Membuat rangkuman.
Alur proses pembelajaran yang akan anda laksanakan berkaitan dengan
materi ini dapat digembarkan pada diagram alir sebagai berikut:

Mengamati
Pendahuluan Membaca Curah Pendapat
Modul)

76 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Mengerjakan
Diskusi
Presentasi Latihan / Kasus/
Kelompok
Lembar kerja
E. LATIHAN, TUGAS DAN LEMBAR KERJA

1. LATIHAN

a. Apa yang dimaksud dengan: Bidang median, bidang transfersal,


dan bidang frontal?
b. Aspek apa saja yang digunakan sebagai acuan penilaian (judging)
sapi perah untuk mendapatkan bibit sapi perah yang ideal?
c. Sebutkan 3 macam enzim yang dihasilkan oleh pankreas
d. Jelaskan tiga macam prinsip pencernaan pada ternak ruminansia!
e. Jelaskan alur proses peredaran darah besar!
f. Jelaskan fungsi sistem respirasi!
g. Jelaskan fungsi plasma semen!
h. Sebutkan hormon yang termasuk hormon kelamin !

2. TUGAS
Carilah informasi dari berbagai sumber (internet, modul, buku – buku
referensi, dan sumber lain yang relevan tentang sistem respirasi pada
ternak sapi perah.

3. LEMBAR KERJA.
a. Lembar Kerja 1

Judul : Mengidentifikasi Bagian-bagian Tubuh


Eksterior Ternak Ruminansia
Tujuan : Peserta diklat dapat melakukan identifikasi
Bagian – bagian tubuh ternak ruminansia
dengan benar
Waktu : 3 x 45 menit
Alat dan : Sapi jantan dan betina di dalam kandang
bahan Domba jantan dan betina di dalam kandang
ATK
Keselamatan Gunakan masker
kerja Gunakan pakaian kerja
Hati – hati ketika mendekati ternak (sapi) di
kandang
Langkah Kerja :

77 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


1. Lakukan dan biasakan berdoa sebelum dan sesudah
melakukan kegiatan
2. Bagilah anda menjadi kelompok-kelompok
3. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang
4. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
5. Lakukan Pengamatan terhadap sapi dan domba yang
terdapat di kandang.
6. Tulislah bagian – bagian tubuh eksterior sapi dan domba yang
anda amati
7. Diskusikan dengan kelompok anda
8. Apa yang dapat anda simpulkan?
9. Presentasikan hasil diskusi kelompok anda dengan kelompok
yang lain.

b. Lembar Kerja 2.

Judul : Mengidentifikasi Sistem Pencernaan


Ternak Ruminansia
Tujuan : Peserta diharapkan mampu mengidentifikasi
sistem pencernaan ternak ruminansia
Waktu : 2 x 45 menit
Alat dan : Organ pencernaan domba dan sapi
bahan Disecting set.
Jarum pentul
Kaca pembesar
Kertas lakmus / PH meter
ATK
Keselamatan Gunakan masker
kerja Hati – hati dengan peralatan yang tajam
Langkah Kerja :
1. Lakukan dan biasakan berdoa sebelum melakukan kegiatan
2. Bagilah anda menjadi kelompok-kelompok
3. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang
4. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
5. Lakukan identifikasi sistem pencernaan domba dan sapi yang
meliputi organ pencernaan dari mulut hingga rektum dan
organ asesorisnya,
6. Lakukan uji keasaman pada organ lambung dan usus
7. Bagaimana perbedaannya?
8. Diskusikan dengan kelompok anda
9. Apa yang dapat anda simpulkan?
10. Presentasikan hasil diskusi kelompok anda dengan kelompok
yang lain.

78 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


F. RANGKUMAN
SISTEM ORGAN EKSTERIOR
Anatomi adalah adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan struktur tubuh
mahluk hidup, sedangkan fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi
tubuh secara lengkap dan fungsi semua bagian-bagian tubuh yang
mencakup proses-proses biokimia dan biofisika. Ilmu anatomi dan ilmu
fisiologi senantiasa saling berkaitan dan tidak terpisah sama sekali dan
merupakan ilmu yang mempelajari tubuh hewan secara keseluruhan yang
mencakup struktur tubuh dan fungsinya.

Untuk mempermudah dalam mempelajari anatomi ternak diperlukan pola


penunjuk lokasi bagian tubuh dan posisi organ yang berupa pembagian
bidang – bidang pada tubuh ternak tersebut yaitu bidang median, bidang
transfersal, dan bidang frontal.

Menilai sapi perah dilakukan dengan tujuan untuk memilih bibit yang ideal.
Cara yang umum dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan pada
kondisi dan postur tubuh sapi. Berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat
menentukan atau meramalkan prestasi produksi susu dan lemak susu,
sekaligus untuk menilai tingkat kemurnian bangsa sapi dan merupakan alat
bantu pelaksanaan program seleksi dalam rangka perbaikan mutu genetik.
Penilaian yang dimaksud meliputi beberapa aspek yaitu Penampilan Umum
Sapi Perah (General Appearance), Sifat Perah (Dairy Character), Kapasitas
Badan (Body Capacity) dan Sistem Mamae.

SISTEM PENCERNAAN

Organ Pencernaan pada ternak ruminansia terdiri dari:


1) Mulut. Didalam mulut terdapat organ lainnya, yaitu gigi, lidah serta
bibir, pipi,
2) Farink. Farinks merupakan saluran umum, baik untuk lewatnya
makanan ataupun udara.
3) Esophagus. Esophagus merupakan kelanjutan langsung dari farinks.
Merupakan suatu saluran musculer yang membentang dari farinks
menuju ke perut.

79 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


4) Lambung. Lambung merupakan bagian saluran pencernaan vital pada
ternak ruminansia. Pada lambung terjadi pencernaan secara
fermentatif dan pencernaan secara hidrolitik. Lambung ternak
ruminansia terdiri dari: Retikulum atau perut jala atau hardware
stomach, honeycomb (rumah lebah), waterbag, atau pace setter,
Rumen (perut beludru), Omasum (perut buku) adn abomasums (erut
sejati).
5) Usus Halus. Usus halus terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum,
jejenum dan ilium.
6) Usus Besar. Usus besar terdiri dari sekum yang merupakan suatu
kantong buntu, kolon dan berakhir pada rektum.

Organ Assesoris Pencernaan terdiri dari

1) Glandula Saliva. Glandula saliva terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu


glandula saliva utama yang terdiri dari 3 pasang glandula yaitu parotid,
mandibular dan sublingual, dan glandula saliva minor yang terdirei dari
labial, bukal, lingual, dan palatin serta zigomatik.
2) Pankreas. Pankreas adalah glandula tubulo alveolar yang memiliki
bagian endokrin maupun eksokrin. Sebagai kelenjar endokrin pancreas
mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sedangkan sebagai
kelenjar eksokrin pancreas menghasilkan Na3HCO3 dan cairan yang
diperlukan bagi proses pencernaan di dalam usus halus, yaitu
“pancreatic juice”.
3) Hati. Setiap jenis ternak hati selalu bervariasi baik letaknya maupun
jumlah lobusnya, tetapi selalu terletak di belakang diafragma dan
cenderung di sisi sebelah kanan, terutama pada ternak ruminansia.

Prinsip pencernaan pada ternak ruminansia ada tiga macam:


1) Pencernaan secara mekanik (fisik).
2) Pencernaan secara kimiawi (enzimatik)
3) Pencernaan secara mikrobiologik

Proses Pencernaan
Proses pencernaan meliputi prehansi (mengambil pakan), mastikasi
(chewing) atau pengunyahan, salivasi (makanan dicampur dengan getah

80 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


saliva). Diglutisi (menelan), regusrgitasi (mengeluarkan kembali ke dalam
mulut), remastikasi (mengunyah kembali), dan resalivasi (mencampur
kembali dengan saliva), rediglutisi (menelan kembali)

SISTEM SIRKULASI
Secara garis besar, sistem sirkulasi memiliki empat fungsi berikut:

1) Menjamin/memastikan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan nutrisi dan


oksigen, serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan
segera
2) Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh
3) Mengatur keseimbangan asam dan basa
4) Berperan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi kuman.

Sistem sistem sirkulasi disusun atas tiga komponen utama, yaitu :


1) jantung,
2) pembuluh darah (mulai dari pembuluh arteri, vena, arteriol, venula hingga
jaringan kapiler) dan
3) cairan tubuh yang beredar (bersirkulasi).

1) Epikardium:
2) Endokardium:
3) Miokardium
Jantung terbagi menjadi bagian kanan dan bagian kiri. Masing-masing
bagian terdiri atas atrium yang menerima curahan darah dari vena besar dan
ventrikel: memompa darah dari jantung melalui sebuah arteri besar

Pembuluh darah ádalah saluran khusus untuk mengalirkan darah. yang


beredar ke seluruh tubuh. Pembuluh-pembuluh darah dibedakan atas arteri
dan vena. Arteri ádalah pembuluh yang berfungsi untuk mengangkut darah
yang keluar dari jantung. Vena ádalah pembuluh darah yang berfungsi
membawa darah dari jaringan kembali ke jantung.

Sistem peredaran darah dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:


1) Sistem peredaran darah kecil (sirkulasi pulmoner):
Ventrikel dexter (kanan) → arteri pulmonalis → pulmo → vena
pulmonalis → atrium sinister

81 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


2) Sistem peredaran darah besar (sirkulasi sistemik):
Ventrikel sinister (kiri) → aorta → arteri → pembuluh kapiler yang
meliputi arteriole dan venula → vena cava superior dan vena cava
inferior → sistema porta hepatica → atrium dexter.

SISTEM RESPIRASI
Sistem respirasi atau sistem pernapasan memiliki dua fungsi utama, yaitu
untuk memasok oksigen ke dalam darah serta mengambil karbondioksida
dari dalam darah. Fungsi lainnya dari sistem respirasi adalah membantu
pengaturan keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh, membantu
pengendalian suhu tubuh, eliminasi air, dan fonasi (pembentukan suara)
Sistem respirasi pada ternak ruminansia terdiri dari paru dan saluran yang
memungkinkan udara dapat mencapai atau meninggalkan paru. Saluran
yang dimaksud adalah: nostril, rongga hidung, farinks, larinks dan trakea.

Jenis – jenis pernapasan:


1) Kostal (torasik) adalah menyangkut gerakan yang cukup dari tulang
rusuk, terjadi apabila lebih banyak udara yang diperlukan dari yang
dapat dihasilkan dari gerakan diafragma.
2) Abdominal (diafragmatik), adalah kontraksi diafragma menghasilkan
gerakan yang kelihatan dari abdomen; terjadi selama pernafasan biasa
yang tenang.
3) Kosto Abdominal, merupakan kombinasi antara kostal dan abdominal

SISTEM REPRODUKSI
Oogenesis adalah transformasi atau perubahan bentuk dari oogenia menjadi
oocyt. Pada semua ternak mamalia proses oogenesis berakhir sebelum atau
segera sesudah partus.
Fertilisasi merupakan penyatuan atau fusi dua sel, gamet-gamet jantan dan
betina, untuk membentuk satu sel yaitu zygote. Fertilisasi adalah suatu
proses ganda, yaitu dalam proses aspek embrionik dan dalam aspek
genetik. Tempat fertilisasi pada hampir semua ternak adalah bagian bawah
ampula tuba fallopii. Sedangkan untuk masuk dalam ke dalam ovum,
spermatozoa pertama-tama harus menembus mssa cumulus, zona pellucida
dan membrana vitellinum

82 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


SISTEM ENDOKRIN
Kelenjar-kelenjar endokrin yang penting adalah: hypothalamus, hypophysis
pituitary, thyroid, parathyroid, pancreas (pulau Langerhans-Pancreas),
adrenal (medula dan korteks), gonad (ovari dan testes), thymus, dan
membrana mukosa usus

Hypothalamus terletak pada bagian ventral, meliputi hypophisis atau


glandula pytuitaria (salah satu kelenjar endokrin yang terpenting) dan
struktur-struktur lainnya yang berkaitan. Hypothalamus berbatasan pada
bagian anterior dengan optic chiasma. Hypothalamus terdiri dari beberapa
bagian yaitu bagian posterior dengan mammilary bodies, bagian dorsal
dengan thalamus, dan bagian ventral dengan sphenoid bone.

Glandula pituitaria merupakan suatu kelenjar bilobi, yang menghasilkan


bermacam-macam hormon yang mempengaruhi berbagai bagian tubuh, dan
oleh karena itu sering disebut sebagai master control glands. Sebagai
kelenjar endokrinon. Kelenjar hypophisa terletak di dalam legokan pada
dasar ruang otak yang dikenal sebagai sella turcica. Kelenjar tersebut
mensekresikan sejumlah besar hormon-hormon, beberapa diantaranya
berhubungan langsung dengan reproduksi.

Kelenjar pankreas menghasilkan:


Hormon Glucagon. Berfungsi: untuk mengawasi pemecahan ygocen hepar,
dan efeknya pada metabolisme karbohidrat. Kerja hormon glucagon
berlawanan dengan hormon insulin.

Hormon Insulin. Berfungsi: untuk metabolisme protein, karbohidrat, dan


lemak, sehingga apabila kekurangan insulin akan menyebabkan diabetes
mellitus

Testis memproduksi sejumlah hormon jantan yang kesemuanya disebut


androgen. Yang paling potensi dari androgen adalah testosterone. Berikut
fungsi-fungsi dari testosterone:

Ovarium mensintesa tiga macam hormon, yaitu estrogen, progesterone, dan


relaxin. Estrogen dan progesterone adalah hormon steroid, sedangkan
relaxin adalah polipeptida. Estrogen dan progesterone dibicarakan secara
mendetail dibagian hormon steroid.

83 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Setelah anda mempelajari materi Kegiatan Pembelajaran 1, tentang


“Anatomi dan Fisiologi Ternak Ruminansia” yang mencakup organ – organ
eksterior, sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi, sistem
reproduksi, dan sistem endokrin. lakukan umpan balik dan tindak lanjut,
dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Pertanyaan:
Hal-hal apa saja yang dapat anda lakukan tekait dengan materi
anatomi dan fisiologi ternak ruminansia?
Jawaban:

b. Pertanyaan:
Pengalaman baru apa yang anda peroleh dari materi anatomi dan
fisiologi ternak ruminansia?
Jawaban:

c. Pertanyaan:
Manfaat apa saja yang anda peroleh dari materi anatomi dan fisiologi
ternak ruminansia?
Jawaban:

d. Pertanyaan:
Aspek menarik apa saja yang anda temukan dalam materi anatomi
dan fisiologi ternak ruminansia?
Jawaban:

Selanjutnya untuk memantapkan kompetensi anda tentang anatomi dan


fisiologi ternak ruminansia diharapkan anda mempelajari dan mencocokkan
latihan (huruf “E”) yang sudah anda lakukan dengan kunci jawaban latihan.
Setelah anda menyelesaikan kegiatan pembelajaran 1 tentang anatomi dan
fisiologi ternak ruminansia, silahkan anda melanjutkan untuk mempelajari
materi lanjutan yang tertera pada kegiatan pembelajaran 2 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup sampai tuntas.

84 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Kegiatan Pembelajaran 2
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA
LINGKUNGAN HIDUP (K3LH)

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mempelajari modul ini melalui aktivitas membaca, curah
pendapat diskusi dan praktik, peserta diklat diharapkan mampu
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan hidup
dalam kegiatan agribisnis ternak ruminansia sesuai prosedur secara
teliti, jujur dan bertanggung jawab.

2. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah mempelajari modul ini peserta diklat diharapkan mampu:
a. Mendeskripsikan konsep keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
b. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
c. Melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
d. Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan.
e. Menerapkan Konsep Lingkungan Hidup (LH)

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


1. Menerapkan konsep K3 dalam budidaya ternak ruminansia
2. Menerapkan sistem manajemen K3 dalam budidaya ternak ruminansia
3. Melaksanakan prosedur K3 dalam budidaya ternak ruminansia
4. Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan dalam budidaya
ternak ruminansia
5. Menerapkan lingkungan hidup dalam budidaya ternak ruminansia

C. URAIAN MATERI

1. KONSEP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


a. Pengertian dan Peristilahan dalam K3
Bagi setiap perusahaan, sumberdaya manusia adalah aset yang
sangat berharga. Di satu sisi, tingkat efisiensi dan produktifitas

85 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


suatu perusahaan sangat tergantung oleh sumberdaya manusia
yang ada di dalamnya, di sisi lain baik langsung maupun tidak
langsung kegiatan usaha senantiasa bersinggungan dengan faktor-
faktor yang membahayakan keselamatan dan kesehatan
pekerjanya. Agar dapat melakukan tugasnya secara efektif dan
efisien, maka kesejahteraan tenaga kerja perlu diperhatikan. Salah
satu bentuk kesejahteraan bagi tenaga kerja adalah perlindungan
terhadap K3. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta
menjamin keamanan terhadap sumber produksi, proses produksi
dan lingkungan kerja, perlu penerapan K3. Berkaitan dengan
penerapan K3 perusahaan, ada beberapa pengertian dan
peristilahan yang perlu dipahami, antara lain:

1) Tempat kerja adalah, setiap ruangan atau lapangan tertutup


atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja
atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber
bahaya baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam
air, diudara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia,
2) Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan
pekerja dengan tujuan mencarii laba/keuntungan atau tidak,
baik milik swasta mapun milik negara.
3) Tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat.
4) Pengusaha adalah orang atau badan hukum yang
menjalankan suatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu
menggunakan tempat kerja.
5) Pengusaha adalah orang atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan
untuk keperluan itu menggunakan tempat kerja.

86 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


6) Safety (Keselamatan) adalah (1) pengendalian kerugian akibat
kecelakaan kerja. (2) Kemampuan untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan (mengontrol) resiko yang tidak bisa diterima
7) Health /Kesehatan adalah derajat/tingkat keadaan fisik dan
psikologi individu dan social sosial : (hubungan antara atasan –
bawahan dan sekitarnya yang mempengaruhi derajat
kesehatan fisik dan mental) sumber tenaga lebih dari daya
tahan tubuh atau struktur
8) Risk / Resiko adalah kemungkinan terjadinya kerugian pada
periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu. Resiko
adalah kesempatan untuk terjadinya kerugian / kecelakaan
9) Hazard /Bahaya adalah suatu kondisi yang memungkinkan
atau dapat menibulkan kerugian, cedera, penyakit, kerusakan
atau hilangnya kemampuan melaksanakan fungsi yang telah
ditetapkan. Hazard adalah suatu kondisi yang berpotensi untuk
terjadinya kecelakaan atau kerugian.
10) Incident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang bila
keadaannya sedikit saja berbeda dapat: mengakibatkan luka
pada manusia, kerusakan harta - benda, atau kerugian proses
11) Accident adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang
dapat mengakibatkan:luka pada manusia, kerusakan harta dan
benda, atau kerugian proses
12) Cidera adalah kontak dengan suatu benda atau sumber tenaga
lebih dari daya tahan tubuh atau struktur. Derajat cedera
masing-masing orang berbeda
13) Loss / Kerugian adalah semua keluaran yang bersifat negatif.
Kerugian akibat kecelakaan kerja meliputi kerugian waktu,
kerugian produksi, kerugian kesehatan, tambahan waktu
(lembur) untuk menggantikan kehilangan waktu dan
transportasi

b. Teori Teori yang Berkaitan dengan K3


Beberapa teori yang berkaitan dengan K3 antara lain:
1) Teory Accident Ratio Studi (Frank Bird Jr)

87 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari 641 kejadian, terjadi
600 x insident, terjadi 300 x kecelakaan dengan kerusakan
harta benda, terjadi 10 x kecelakaan dengan luka riungan, dan
terjadi 1 x kecelakaan fatal

• ACCIDENT
Frank Bird Jr.
RATIO
STUDY
Kecelakaan Fatal

Luka / cidera ringan

Kerusakan Harta Benda

Hampir Celaka

Gambar 2.1. : Bagan Teori Accident Ratio Study (Frank Bird


Jr.)
:

2) Teory Accident Ratio Studi (Heinrich)


Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari 330 kejadian, terjadi
300 x insident, tanpa luka, tanpa kerusakan, tanpa kerugian,
terjadi 29 x kecelakaan dengan luka / cidera ringan dan terjadi 1
x kecelakaan fatal, dengan luka berat / meninggal

• ACCIDENT
HEINRICH
RATIO
STUDY
Fatal/ Luka Berat/Meninggal

Luka / cidera ringan

Insiden tanpa
luka/kerusakan/kerugian

Gambar 2.2. : Bagan Teori Accident Ratio Study (Heinrich)

88 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


3) Teory Tareto 80 – 20
Teori ini menyatakan bahwa 80% terjadinya kecelakaan
disebabkan karena faktor manusia, dan 20% terjadi karena faktor
alat dan kondisi

4) Teory Accident Proove


Teori ini menyatakan: Diyakini dalam accident manajement
bahwa ada orang-orang tertentu yang cenderung bernasib buruk
/ sial, mendapatkan accident

c. Tujuan dan Manfaat Pelaksanaan K3

1) Tujuan

Tujuan pelaksanaan K3 perusahaan adalah terciptanya sistem


K3 yang melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, dan kondisi
serta lingkungan kerja dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, guna terciptanya tempat
kerja aman, efisien, dan produktif

2) Manfaat K3
Manfaat K3 dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu bagi
pemerintah, bagi perusahaan, pengurus dan pekerja serta bagi
konsumen. Bagi pemerintah manfaatnya adalah terlaksananya
penerapan peraturan perundangan, yang berkaitan dengan
pelaksanaan K3. Bagi perusahaan, pengurus dan pekerja
manfaatnya adalah terciptanya tempat kerja yang aman, efisien
& produktif, menurunkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja
serta meningkatkan citra perusahaan, dan manfaat bagi
konsumen adalah pemenuhan persyaratan produk yang
diinginkan.

d. Dasar Hukum Pelaksanaan Program K3


Beberapa peraturan perundangan yang mendasari pelaksanaan
Program K3 perusahaan antara lain:
1) UUD tahun 1945, Pasal 27 ayat (2).
2) Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ”Ketenagakerjaan”
Khususnya Pasal 86 dan Pasal 87

89 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


3) Undang-Undang No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI, Nomor: Per. 05/Men/1996,
tentang: ”Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja”
(SMK3).

2. SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA (SMK3)

Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)


merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan, yang
bertujuan menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan efektif.
Dengan penerapan SMK3 dapat menjamin keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja maupun orang yang berada di tempat kerja (Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No: Per. 05/Men/1996, tentang sistem keselamatan
dan kesehatan kerja).

Penerapan SMK3 bertujuan untuk menciptakan suatu sistem


keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi
dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Alur proses SMK3 dapat digambarkan sebagai berikut:

Komitmen dan Kebijakan Kebijakan


K3

Tinjauan Awal

P Perencanaan SM3
(Tujuan, Sasaran, Indikator kinerja) Program K3

D Penerapan SM3
Jaminan kemampuan, Kegiatan pendukung,
Manajemen Resiko, Emergency Response

C Pengukuran dan Evaluasi SM3 Rekomendasi


Inspeksi, Audit, Monitoring

A
Tin jauan Ulang & Peningkatan

Gambar 2.3. : Bagan Alur Proses Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja

90 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Berdasarkan bagan alur proses Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Komitmen Terhadap Program K3

Sistem manajemen K3 pada suatu perusahaan merupakan bagian


dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan, dan pada
prinsipnya tanggung jawab tehadap K3 berada pada setiap orang.

Setiap tingkat pimpinan di suatu perusahaan harus menunjukan


komitmen terhadap pelaksanaan K3, dan setiap tenaga kerja atau
karyawan perusahaan dan orang lain yang berada ditempat kerja
harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan
pelaksanaan K3.

Penerapan SMK3 pada suatu perusahaan perlu dilandasi adanya


”komitmen dan kebijakan” dari pimpinan perusahaan yang secara
berkala harus ditinjau secara teratur, dan dilakukan dengan cara
menyediakan sumberdaya yang memadai, yang meliputi:
1) Membentuk Organisasi (Safety Team) dan menempatnya pada
posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan
2) Menyediakan anggaran,
3) Menyediakan tenaga kerja yang berkualitas (Safety Officer)
4) Menyediakan sarana lain yang diperlukan untuk keselamatan
dan kesehatan kerja (Hydrant, Fire system Alarm, dll)
5) Menetapkan tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang
jelas dalam penanganan K3 (job description)
6) Membangun dan memelihara kesadaran, motivasi dan
keterlibatan seluruh pihak di perusahaan.

b. Kebijakan K3
Kebijakan K3 suatu perusahaan merupakan pernyataan tertulis
tentang SMK3 yang akan diberlakukan di perusahaan yang
ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus. Kebijakan K3
memuat antara lain: Komitmen dan tekad untuk melaksanakan K3,
serta Kerangka program kerja yang menyangkut kegiatan
perusahaan secara menyeluruh. Kebijakan K3 dibuat melalui proses

91 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja, yang selanjutnya
harus dikomunikasikan, disosialisasikan ke seluruh karyawan,
pemasok dan pelanggan. Kebijakan ini bersifat dinamis dan selau
ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3 di perusahaan.
Contoh Kebijakan Penerapan K3 sebagai berikut:

PT. Lembulemu, adalah perusahaan peternakan yang bergerak di


bidang budidaya sapi potong.
PT. Lembulemu bertekad melaksanakan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai Peraturan
Pemerintah dan Perundangan yang berlaku, berupaya meningkatkan
kesadaran dan kemampuan Sumberdaya Manusia sebagai investasi
dalam upaya mengurangi kerugian perusahaan akibat kecelakaan
atau penyakit yang ditimbulkan karena aktivitas pekerjaan, guna
menunjang peningkatan prestasi dan produktivitas kerja.
Untuk mencapai hal tersebut Direksi PT Lembulemu sangat
menjunjung tinggi hal yang berkaitan dengan kesejahteraan,
kesehatan, keselamatan, pengembangan SDM, dan pelaksanaan K3
yang baik dari seluruh karyawan.
Setiap unsur pimpinan Divisi, Departemen, dan Supervisor
bertanggung jawab dalam pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, dan seluruh karyawan bertanggung jawab untuk secara cermat
melaksanakan Peraturan dan Disiplin Kerja.
Kebijakan ini dikeluarkan dan disebarluaskan kepada seluruh
karyawan untuk dapat dimengerti, dipahami dan dilaksanakan secara
konsekuen dan berkesinambungan.

c. Melakukan Tinjauan Awal terhadap Kondisi K3

Peninjauan awal merupakan bahan yang sangat berharga untuk


penyusunan perencanaan dan pengembangan SMK3. Peninjauan
awal tersebut dapat dilakukan dengan cara:
1) Identifikasi kondisi yang ada dan dibandingkan dengan ketentuan
perundangan yang berlaku.
2) Identifikasi sumber bahaya yang berkaitan dengan kegiatan
perusahaan.
3) Penilaian tingkat pengetahuan, pemenuhan peraturan
perundangan serta standar keselamatan dan kesehatan kerja.

92 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


4) Membandingkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja
dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik.
5) Meninjau sebab akibat kejadian yang membahayakan,
kompensasi, dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya
yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
6) Menilai efisiensi dan efektifitas sumberdaya yang disediakan.

d. Merencanakan Program K3
Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran, dan indikator kinerja
serta program K3 yang diterapkan dengan mempertimbangkan
indikasi sumber bahaya, penilaian resiko, pengendalian resiko, dan
sesuai dengan persyaratan perundang-undangan yang berlaku.
Program K3 mencakup empat (4) faktor yaitu Bahan (material), orang
dan metode kerja, alat / mesin dan lingkungan kerja.

Bahan/Material Orang dan Metode Kerja


 Komunikasi B3  Pelatihan K3
 Penanganan  Prosedur kerja yang aman
Tumpahan & bocoran  Tanggung jawab
bahan  Job Safety Analisis
 Pelabelan dan  Observasi
Warning sistem  On the job training
 Alat Pelindung diri  Rapat K3/SafetyMeeting
 Penatalaksanaan B3  Reward and Punishment
 Emergency response
 Pemeriksaan dan
pemantauan kesehatan
 Manual handling

Alat/Mesin Lingkungan Kerja


 Pemeliharaan Berkala  House keeping
 Pinspeksi Alat  Pemantauan Berkala
 Sertifikasi Peralatan  Inspeksi tempat Kerja
 Rekayasa Teknik  Hearing Conservation
 Tag Out/Log Out  Higiene Perusahaan
 Sistem Ijin Kerja  Ergonomi Tempat kerja

Gambar 2.4. : Bagan Faktor- Faktor yang Tercakup dalam


Program K3.

93 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


94 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH
Program K3 hendaknya memenuhi beberapa persyaratan yaitu spesific, measurable, achieveable, reasonable dan time bond.
Tabel 2.1. : Format Program K3.
Jadwal Penanggung
No Tujuan Sasaran Program Kegiatan Anggaran
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jawab

S Spesific M Measure A Achieveable R Reasonable T Time bond

95 Alih Fungsi - Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

3. MELAKSANAKAN PROSEDUR K3

a. Tugas, wewenang, hak dan kewajiban dalam Pelaksanaan K3


K3 pada dasarnya merupakan tanggung jawab seluruh karyawan
perusahaan, oleh karena itu ”keterlibatan” seluruh karyawan dalam
pelaksanaan K3 merupakan penentu keberhasilan penerapan K3,
diawali dengan adanya kesepakatan-kesepakatan antara pihak
pengelola dan perwakilan karyawan, terutama yang berkaitan dengan
tanggung jawab, wewenang, hak dan kewajiban yang jelas baik untuk
pihak pengelola maupun pihak karyawan. Tanggung jawab dan
wewenang tersebut antara lain:

1) SMK3 harus didokumentasikan dan disosialisasikan kepada


seluruh karyawan
2) Penunjukan penanggung jawab K3 harus sesuai dengan
peraturan perundangan
3) Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab
atas kinerja K3 pada unit kerjanya.
4) Perusahaan mendapatkan saran dari ahli K3 yang berasal dari
dalam dan luar perusahaan.
5) Petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat
harus mendapatkan pelatihan dan diberi tanda pengenal agar
diketahui oleh seluruh orang yang ada di dalam perusahaan.
6) Kinerja K3 dimasukkan sebagai bagian dari laporan tahunan
perusahaan
7) Pimpinan unit kerja harus diberi informasi tentang
tanggungjawabnya yang berkaitan dengan orang yang memasuki
tempat unit kerjanya.
8) Pengurus bertanggung jawab atas pelaksanaan K3.

Kewajiban yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan K3 adalah:


1) Kewajiban pengurus
a) Memeriksakan kesehatan fisik dan mental tenaga kerja yang
akan diterima maupun akan dipindahkan
b) Memeriksakan kesehatan tenaga kerja secara berkala

Diklat PKB Guru Pembelajar 96


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

c) Kepada tenaga kerja baru wajib menunjukkan dan


menjelaskan tentang kondisi dan bahaya yang dapat timbul
di tempat kerja, semua pengaman dan alat perlindungan
yang diharuskan di tempat kerja, alat pelindung diri bagi
tenaga kerja, dan cara serta sikap yang aman dalam
melaksanakan pekerjaan.
d) Tenaga kerja dapat dipekerjakan setelah memahami syarat-
syarat K3
e) Menyelenggarakan pembinaan K3
f) Memenuhi semua syarat dan ketentuan K3
g) Melaporkan kecelakaan
h) Secara tertulis menempatkan syarat-syarat K3 pada
lingkungan kerja dengan cara memasang gambar-gambar
K3, dan menyediakan secara cuma-cuma APD bagi tenaga
kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
2) Kewajiban tenaga kerja
a) Memberikan keterangan yang benar
b) Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan
c) Memenuhi dan mentaati semua syarat K3 yang diwajibkan
d) Meminta kepada pengurus agar melaksanakan syarat K3
yang diwajibkan.

b. Mengidentifikasi Potensi Kondisi Darurat yang Membahayakan


Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Kecelakaan merupakan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan


tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses dari suatu aktivitas
yang telah ditentukan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tiba-tiba
dan tidak dapat dikendalikan sehingga menimbulkan cedera dan
kerugian.

Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: kecelakaan


Industri, yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya
sumber bahaya), dan kecelakaan dalam perjalanan, yaitu
kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja tapi berkaitan dengan
hubungan kerja.

Diklat PKB Guru Pembelajar 97


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan kerugian yang bersifat


ekonomi maupun non ekonomi. Kerugian ekonomi antara lain: alat
dan bahan hancur, ganti rugi kecelakaan, terhentinya proses
produksi, melatih tenaga kerja baru, dan penggantian/perbaikan alat
yang rusak. Kerugian yang bersifat non ekonomi antara lain
penderitaan si korban dan keluarganya. Kerugian-kerugian yang
timbul tentunya dapat berakibat buruk terhadap pekerja, terhadap
pimpinan perusahaan, terhadap keluarga dan terhadap bangsa.

Berdasarkan penyebab, kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi


karena adanya “penyebab langsung” yang terdiri dari dua jenis yaitu:
Tindakan Yang Tidak Stadar, yaitu tindakan yang menyimpang dari
prosedur yang semestinya, bisa berasal dari korban atau orang lain
yang berada di sekitarnya, dan Kondisi yang tidak standar, yaitu
kondisi yang tidak aman secara fisik maupun mekanik yang
mendukung terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja,
Penyebab langsung tersebut di atas dikarenakan adanya penyebab
dasar yaitu karena faktor manusia faktor manusia, dan faktor
pekerjaan. Semua penyebab di atas bermuara pada lemahnya
kontrol atau lemahnya manajemen. Alur proses identifikasi penyebab
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digambarkan
sebagai berikut:

Identifikasi Penyebab Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

Kekurangan
Penyebab Penyebab Insiden Kerugian
Kontrol
dasar Langsung (Loss)

Tindakan
Tidak ada
Faktor yang Kontak Manusia
Program
Manusia Tidak dengan (cacat)
Standar energi
Standar
Harta benda
Program
& & (Rusak)
tdk sesuai
atau
Kondisi Proses
Pelaks
Yang (Berhenti)
Program
Faktor Tidak Bahan/
tdk
Pekerjaan Standar benda Profit ?
Standar

Penyebab Akibat

Gambar 2.5. : Alur proses penyebab terjadinya


kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Diklat PKB Guru Pembelajar 98


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

Penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja juga dapat


dibedakan berdasarkan sumber bahayanya, yaitu:
1) Faktor fisik (bising, cahaya, radiasi, temperatur, benda dan
peralatan kerja)
2) Faktor kimia (B3, asap, debu)
3) Faktor bologis (Virus, bakteri, jamur, tikus
4) Faktor psychologis (stres)
5) Faktor Ergonomi (salah posisi, lay out)

c. Prosedur Penanganan Resiko K3


Berkaitan dengan penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, dapat diupayakan penanganannya melalui prosedur
penanganan resiko, yang dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu:
1) Pre contack (sebelum terjadi)
Pengendalian ini merupakan tindakan preventif, dapat berupa
kepemimpinan, pelatihan, inspeksi terrencana, analisis
pekerjaan, observasi, rapat K3, dan evaluasi program

Pengendalian Sebelum Kontak (Pre Contact)

Kekurangan
Kontrol
Penyebab Penyebab
Tindakan
dasar Langsung Pengendalian

Tindakan • Kepemimpinan
Tidak ada
Faktor yang
Program
Manusia Tidak
• Pelatihan
Standar Standar • Inspeksi
Program
& &
terencana
Tdk sesuai
• Analisis Pekerjaan
Kondisi
Pelaks
Yang
• Observasi
Program
tdk
Faktor Tidak • Rapat K3
Pekerjaan Standar
Standar • Evaluasi Program

Pre - Contact

Gambar 2.6. : Alur proses pengendalian resiko


sebelum kontak dengan sumber
bahaya

2) Contack
Tindakan pengendalian saat bersinggungan dengan sumber
bahaya antara lain: substitusi peralatan dan bahan, mengurangi
energi yang dilepaskan, penyediaan alat pelindung diri,
memasang pengaman/pelindung

Diklat PKB Guru Pembelajar 99


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

Pengendalian Saat Kontak (Contact)

Insiden Tindakan
Pengendalian
Kontak
dengan • Substitusi Peralatan dan
energi
bahan
• Mengurangi energi yang
atau
dilepaskan
• Penyediaan alat pelindung diri
Bahan/
benda • Memasang pelindung

Contact

Gambar 2.7. : Alur proses pengendalian


resiko saat bersinggungan
dengan sumber bahaya

3) Post contact
Tindakan pengendalian setelah terjadi kasus.
a) Tanggap darurat
b) Pertolongan pertama (P3K)
c) Penyelamatan korban
d) Pengendalian Kejadian (mematikan mesin, memadamkan
kebakaran, dan sebagainya)
e) Perbaikan mesin dan peralatan.

Pengendalian Setelah Kontak (Post Contact)

Kerugian Tindakan Pengendalian


(Loss)
• Tanggap Darurat
Manusia • Pertolongan Pertama (PPPK)
(cacat) • Pengendalian
kebakaran/ledakan
Harta benda
(Rusak) • Upaya penyelamatan korban
• Prosedur penanganan bahan
Proses
(Berhenti) • Perbaikan alat/fasilitas
Profit

Post - Contact

Gambar 2.8. : Alur proses pengendalian


resiko pasca kejadian

Diklat PKB Guru Pembelajar 100


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

4. LINGKUNGAN HIDUP (LH)

a. Ekosistem Dan Sumber Daya Ternak


Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh
dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang
saling mempengaruhi. Di dalam ekosistem terdapat dua komponen
utama pembentuk ekosistem yaitu komponen hidup (biotik) dan
komponen tak hidup (abiotik), yang berada pada suatu tempat dan
berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur.

1) Komponen Biotik
Komponen biotik adalah komponen ekosistem yang terdiri atas
makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, manusia dan
mikroorganisme. Di dalam ekosistem setiap organisme
mempunyai kedudukan, tugas atau fungsi tertentu yang erat
kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan akan makanan.
Kedudukan, tugas dan fungsi organisme di dalam ekosistem
disebut nisia. Berdasarkan nisia-nya, organisme dibedakan
menjadi tiga, yaitu produsen, konsumen, dan pengurai.

a) Produsen
Produsen adalah organisme yang mampu menghasilkan
zat makanannya sendiri (organisme autotrof), diantaranya
adalah tumbuhan hijau atau tumbuhan yang berklorofil,
yang dapat memanfaatkan energi cahaya matahari untuk
mengubah air dan karbon dioksida (CO2) menjadi senyawa
karbohidrat melalui proses fotosintesis. Dalam bidang
peternakan yang berfungsi sebagai produsen adalah
berbagai jenis rumput atau tumbuhan lain yang berperan
sebagai sumber bahan pakan bagi ternak.

b) Konsumen
Konsumen (pemakai), yaitu organisme yang tidak dapat
membuat zat makanannya sendiri (organism heterotrof),
tetapi memakai atau menggunakan zat makanan yang

Diklat PKB Guru Pembelajar 101


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

dibuat organisme lain. Yang termasuk konsumen adalah


hampir semua golongan hewan (ternak), tumbuhan yang tidak
berklorofil, dan manusia. Berdasarkan jenis makanannya,
konsumen dikelompokkan menjadi tiga yakni:
(a) pemakan tumbuhan (herbivora), misalnya kambing,
kerbau, kelinci dan sapi; b) pemakan daging (karnivora),
misalnya harimau, burung elang, dan serigala; c) pemakan
tumbuhan dan daging (omnivora), misalnya ayam, dan itik.

c) Pengurai
Pengurai atau dekomposer adalah komponen biotik yang
berfungsi menguraikan sampah atau sisa-sisa makhuk
hidup yang mati atau dengan kata lain mengurangi bahan
organik yang berasal dari organisme yang telah mati
ataupun hasil pembuangan sisa pencernaan. Dengan
adanya organisme pengurai, hara tanah yang terus-
menerus dihisap oleh tumbuhan akan diganti kembali dari
hasil penguraian oleh organisme pengurai.

2) Komponen Abiotik
Komponen abiotik terdiri dari semua benda yang tak hidup
yang terdapat disekitar makhluk hidup. Komponen abiotik yang
berpengaruh pada ekosistem, antara lain cahaya matahari,
udara, suhu, air dan tanah.

b. Interaksi Antar Komponen Ekosistem


1) Interaksi Antar organisme
Setiap individu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu
berinteraksi dengan individu sejenis atau lain jenis, baik dalam
satu komunitas atau dengan komunitas lain. Interaksi antar
organisme dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu
parasitisme, komensalisme, mutualisme, dan predasi

2) Interaksi Antar populasi


Contoh interaksi antar populasi adalah kompetisi. Kompetisi
merupakan interaksi yang memiliki kepentingan yang sama
sehingga terjadi persaingan antar populasi. Misalnya,

Diklat PKB Guru Pembelajar 102


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

persaingan antara populasi singa dengan harimau yang


memperebutkan makanan.

3) Interaksi antara Komponen Biotik dan Abiotik


Dalam suatu ekosistem, komponen abiotik berpengaruh atau
menentukan jenis makhluk hidup yang sesuai dengan
lingkungannya. Sebaliknya, komponen biotikpun berpengaruh
pada komponen abiotik.

c. Keseimbangan Ekosistem
Ekostem dikatakan seimbang apabila komposisi di antara
komponen-komponen tersebut dalam keadaan seimbang.
Ekosistem yang seimbang, artinya keberadaannya dapat bertahan
lama atau kesinambungannya dapat terpelihara. Perubahan
ekosistem dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan
ekosistem dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena
aktivitas dan tindakan manusia. Perubahan ekosistem secara alami
dapat terjadi karena adanya gangguan alam. Misalnya gunung
meletus, kebakaran hutan, dan perubahan musim. Perubahan
ekosistem juga dapat terjadi karena tindakan manusia.

Semula manusia menggunakan insektisida untuk membasmi hama


wereng dan walang sangit yang menyerang tanaman padi. Karena
penggunaannya tidak terkendali, ternyata yang terbunuh tidak
hanya walang sangit, tetapi juga hewan pemakan walang sangit dan
hewan pemakan wereng. Akibatnya populasi burung pemakan
wereng menurun. Menurunnya populasi burung pemakan wereng
menyebabkan naiknya populasi wereng. Karena pengontrolan tidak
ada lagi maka populasinya meledak sehingga menimbulkan petaka
bagi petani, yaitu ribuan hektar tanaman padi tidak dapat dipanen.
Jelaslah bahwa antara komponen-komponen dalam ekosistem
seperti produsen, konsumen, dan pengurai harus dijaga
keseimbangannya. Hanya dengan cara itulah proses kehidupan
berbagai komponen biotik di dalam suatu ekosistem akan berjalan
secara wajar.

Diklat PKB Guru Pembelajar 103


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

Untuk menjaga keseimbangan pada ekosistem, maka harus terjadi


peristiwa makan dan dimakan. Hal ini bertujuan untuk
mengendalikan populasi suatu organisme. Peristiwa makan dan
dimakan antar makhluk hidup dalam suatu ekosistem membentuk
rantai makanan dan jaring-jaring makanan.

1) Rantai Makanan
Di dalam ekosistem terjadi peristiwa makan dan dimakan dalam
suatu garis lurus yang disebut rantai makanan. Rantai
makanan ini terjadi jika satu jenis produsen dimakan oleh satu
jenis konsumen pertama, konsumen pertama dimakan oleh
satu jenis konsumen kedua, dan seterusnya. Konsumen yang
menjadi pemakan terakhir disebut konsumen puncak.

2) Jaring-Jaring Makanan
Di alam ini satu produsen tidak hanya dimakan oleh satu jenis
konsumen pertama. Tetapi, bisa dimakan oleh lebih dari satu
jenis konsumen pertama, satu jenis konsumen pertama dapat
dimakan lebih dari satu jenis konsumen kedua dan seterusnya.

3) Piramida Makanan
Di dalam ekosistem yang seimbang jumlah produsen lebih
banyak dari pada jumlah konsumen tingkat I, jumlah konsumen
tingkat II lebih banyak daripada konsumen tingkat III, demikian
seterusnya. Jika rantai makanan digambarkan dari produsen
sampai konsumen tingkat tinggi, maka akan terbentuk suatu
piramida makanan.

Dalam kaitannya dengan bidang peternakan, komponen –


komponen ekosistem tersebut harus dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan sumber daya ternak. Misalnya ternak sapi, sumber
energi utamanya diperoleh dari tanaman hijauan pakan ternak yang
tumbuh subur karena intensitas matahari yang cukup, air dan
kesuburan tanah yang memadai, serta didukung suhu dan
kelembaban lingkungan yang sesuai, maka ternak sapi akan
menunjukkan performans yang terbaik.

Diklat PKB Guru Pembelajar 104


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

d. Pengelolaan Sumber Daya Ternak Secara Terpadu


Pengelolaan sumber daya ternak secara terpadu dapat dilakukan
dengan memanfaatkan komponen-komponen ekosistem ternak
yang ada seperti tanaman hijauan pakan, ternak sapi, pengurai, dan
lingkungannya, melalui pengintegrasian antara tanaman dan ternak,
yang terdiri dari komponen budidaya tanaman, budidaya ternak dan
pengolahan limbah yang disertai dengan penerapan
teknologi pada masing – masing komponennya. Tanaman pertanian
sebagai input untuk menghasilkan output yang maksimal,
sementara penanganan limbah bertujuan untuk mengurangi polusi
sekaligus pendayagunaan limbah melalui teknologi biogas dan
penggunaan mikroorganime untuk pembuatan pupuk untuk
menyuburkan lahan pertanian. Integrasi tanaman – ternak dalam
sistem pertanian terpadu bukan hanya dapat diterapkan antara
tanaman dan ternak sapi atau kerbau, namun juga juga dapat
dintegrasikan antara tanaman dengan ternak unggas, atau antara
tanaman dengan ternak – ternak lainnya. Semua hal tersebut di atas
bersinergi dengan program zero waste sehingga terjadi siklus daur
ulang secara berkesinambungan yang hasilnya dapat dimanfaatkan
untuk peningkatan efisiensi usaha dan nilai tambah ekonomi bagi
usaha-usaha yang diintegrasikan.

Konsep zero waste dalam integrasi tanaman - ternak (crop livestock


system /CLS) merupakan alternative terbaik. Program mixed
farming merupakan contoh ekosistem yang sangat baik dengan
adanya manusia yang mengelola lahan, tanaman dan ternak (soil-
plant-animal) merupakan penyelenggaraan proses biologis alami
terpadu dalam suatu sistem usaha tani.

e. Permasalahan Lingkungan dan Pemecahannya


Sebagaimana dijelaskan di depan bahwa perubahan ekosistem
dapat mempengaruhi keseimbangannya. Perubahan ekosistem
dapat terjadi secara alami serta dapat pula karena aktivitas dan
tindakan manusia. Sebagai komponen biotik dari ekosistem,
manusia mempunyai peranan dan tanggung jawab terhadap

Diklat PKB Guru Pembelajar 105


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

pengelolaan ekosistem, namun juga juga dapat merusak ekosistem,


yang pada akhirnya akan terjadi masalah lingkungan. Masalah
lingkungan merupakan masalah nyata yang dihadapi manusia,
disebabkan pola perilakunya tidak selaras dengan lingkungan.

Penanganan masalah lingkungan hendaknya bukan hanya


memberlakukan kebijakan pemerintah (misalnya hukum) tetapi yang
lebih penting adalah pengubahan gaya hidup setiap manusia, yaitu
gaya hidup yang selaras dengan alam.

Hidup selaras dengan alam hanya akan dicapai jika setiap orang
memahami prinsip keberlanjutan dan melaksanakan etika
lingkungan dan menerapkan prinsip 4R. Dalam konteks ekologis,
prinsip keberlanjutan berarti hidup sejalan dengan daya dukung
biosfir, yaitu kemampuan alam untuk menyediakan makanan dan
sumber daya lainnya serta mengasimilasikan sisa buangan seluruh
organisme yang hidup. Krisis lingkungan yang terjadi sekarang
karena kehidupan manusia yang sudah melebihi daya dukung
lingkungan sebagai tempat hidupnya. Prinsip keberlanjutan ini
meliputi:

1) Konservasi (conservation),
Ekosistem alam tetap ada karena organisme menggunakan
sumber daya secara efisien dan umumnya hanya
menggunakan sumber daya yang dibutuhkan saja.
2) Pendaurulangan (recycling),
Ekosistem tetap ada karena mendaur ulang nutriens, air, dan
materi lain yang vital untuk kelangsungan hidup.
3) Penggunaan sumber daya yang dapat dibarukan (renewable
resource use),
Organisme hidup dengan hanya menggunakan sumber yang
dapat dibarukan dan hal ini penting untuk keberlanjutan
ekosistem
4) Pengendalian populasi (population control)
Ekosistem mampu menahan organisme yang hidup di
dalamnya karena ada beberapa bentuk pengendalian populasi,

Diklat PKB Guru Pembelajar 106


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

diantaranya diakibatkan oleh cuaca buruk, predasi, kompetisi,


dan kekuatan alam lainnya.
5) Restorasi (restoration). .
Ekosistem alam mampu bertahan karena adanya proses
regenerasi melalui proses suksesi. Alam memiliki kemampuan
merestorasi sendiri sehingga mampu mendukung
kelangsungan hidup.

Etika lingkungan, meliputi:


1) Pertama, bumi memiliki persediaan sumber daya alam yang
terbatas dan harus digunakan oleh semuaorganisme.
2) Kedua, manusia merupakan bagian dari alam oleh karena itu
harus tunduk kepada hukum alam dan tidak kebal terhadap
hukum alam tersebut. Manusia bukan merupakan puncak
pencapaian alam tetapi merupakan anggota dari jaringan
kehidupan yang saling berhubungan sehingga harus patuh
kepada hukum dan keterbatasan-keterbatasan alam.
3) Ketiga, keberhasilan manusia terletak dalam bentuk kerjasama
dengan kekuatan-kekuatan alam bukan mendominasi alam.
4) Keempat, ekosistem yang berfungsi baik dan sehat adalah
sangat penting bagi semua kehidupan.

Prinsip 4R meliputi:
1) Reduce (mengurangi penggunaan sumber daya alam),
2) Reuse (menggunakan kembali sumber daya yang masih dapat
digunakan),
3) Recycle (mendaur ulang bahan),
4) replanting (menanam kembali).

Masyarakat yang mampu mempertahankan dan memelihara


lingkungan (sustainable society) memiliki karakter: sangat alami
(very nature), berpikir dan bertindak menyeluruh (holistic), selalu
mengantisipasi kemungkinan yang ditimbulkan (anticipatory). Bila
masyarakat dalam hidup di lingkungannya berpedoman kepada
prinsip keberlanjutan dan etika lingkungan serta menerapkan prinsip
4R, maka masalah lingkungan akan dapat dihindarkan.

Diklat PKB Guru Pembelajar 107


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

D. AKTIVITAS PEMBELAJARAN

Langkah – langkah yang perlu dilakukan dalam mempelajari materi diklat ini
mencakup aktivitas individu dan kelompok.

1. AKTIVITAS INDIVIDUAL, MELIPUTI:


a. Memahami dan mencermati materi diklat tentang “K3 LH”
b. Mengerjakan latihan dan tugas
c. Bertukar pengalaman (shering) tentang materi diklat “ K3 LH”.
d. Menyimpulkan hasil pembelajaran tentang “K3 LH”.
e. Melakukan refleksi

2. AKTIVITAS KELOMPOK MELIPUTI:


a. Berdiskusi kelompok tentang materi diklat “K3 LH”.
b. Mengerjakan / menyelesaikan lembar kerja
c. Bertukar pengalaman (shering) dalam menyelesaikan lembar kerja
d. Pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil penyelesaian lembar
kerja
e. Shering pengalaman (presentasi hasil penyelesaaian lembar kerja)
f. Membuat rangkuman.

Alur proses pembelajaran yang akan anda laksanakan berkaitan dengan


materi ini dapat digembarkan pada diagram alir sebagai berikut:

Mengamati
Pendahuluan Membaca Curah Pendapat
Modul)

Mengerjakan
Diskusi
Presentasi Latihan / Kasus/
Kelompok
Lembar kerja

Umpan Balik
Membuat
dan Tindak Penutup
Rangkuman
Lanjut

Diklat PKB Guru Pembelajar 108


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

E. LATIHAN, TUGAS DAN LEMBAR KERJA

1. LATIHAN
a. Sebutkan 3 dasar hukum pelaksanaan sistem manajemen
Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Sebutkan 3 sumberdaya yang harus disediakan oleh pemilik usaha
sebagai konsekuensi pelaksanaan K3 di perusahaannya.
c. Sebutkan 4 macam faktor yang tercakup dalam program K3
d. Sebutkan 5 faktor sumber bahaya yang dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
e. Sebutkan 5 macam penanganan resiko yang dapat dilakukan
sebelum kontak (“Pre Kontak”) dengan sumber bahaya.
f. Setiap organisme mempunyai fungsi atau kedudukan tertentu dalam
ekosistem yang disebut dengan nesia. Jelaskan yang dimaksud
dengan fungsi tersebut

2. TUGAS
Buatlah makalah tentang Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) pada suatu perusahaan Penggemukan Sapi Potong dengan bahan
bacaan yang berasal dari berbagai sumber (internet, modul, buku –
buku referensi, dan sumber lain yang relevan).

3. LEMBAR KERJA

Lembar Kerja 1

Judul : Mengidentifikasi pelaksanaan kegiatan K3


pada perusahaan budidaya sapi potong.
Tujuan : Peserta diharapkan mampu mengidentifikasi
pelaksanaan kegiatan K3 pada perusahaan
budidaya sapi potong.
Waktu : 3 x 45 menit
Alat dan bahan : Lingkungan perusahaan budidaya sapi potong
dan seluruh aktifitasnya
ATK
Langkah Kerja :
1. Lakukan dan biasakan berdoa sebelum dan sesudah
melaksanakan kegiatan

Diklat PKB Guru Pembelajar 109


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

2. Bagilah anda menjadi kelompok-kelompok


3. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang
4. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
5. Buatlah lembar observasi sesuai dengan kebutuhan.
6. Lakukan identifikasi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan K3
pada perusahaan budidaya sapi potong tersebut.
7. Lengkapi identifikasi yang anda lakukan dengan wawancara
terhadap karyawan dan pimpinan perusahaan berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan K3. diperusahaan tersebut.
8. Apakah perusahaan tersebut telah melaksanakan kegiatan K3?
9. Diskusikan dengan kelompok anda
10. Apa yang dapat anda simpulkan?
11. Apa yang dapat anda sarankan?
12. Presentasikan hasil diskusi kelompok anda dengan kelompok
yang lain.

Lembar Kerja 2.

Judul : Mengidentifikasi sumber-sumber bahaya yang


dapat menimbulkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di perusahaan budidaya sapi potong.
Tujuan : Peserta diharapkan mampu mengidentifikasi
sumber bahaya atau dampak yang ditimbulkan
serta mencari alternatif /solusi pemecahannya
dari setiap kegiatan budidaya sapi potong.
Waktu : 3 x 45 menit
Alat dan bahan : Lingkungan perusahaan budidaya sapi potong
dan seluruh aktifitasnya.
ATK
Langkah Kerja :
1. Lakukan dan biasakan berdoa sebelum dan sesudah
melaksanakan kegiatan
2. Bagilah anda menjadi kelompok-kelompok
3. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang
4. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan
5. Buatlah lembar observasi sesuai dengan kebutuhan.
6. Lakukan identifikasi jenis-jenis kegiatan yang berkaitan dengan
budidaya sapi potong seperti kegiatan persiapan kandang,
pemilihan bibit atau pengadaan bibit, pemberian pakan,

Diklat PKB Guru Pembelajar 110


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

penanganan kesehatan dan pemanenan )


7. Lakukan Identifikasi sumber-sumber bahaya yang berkaitan
dengan kegiatan- kegiatan yang telah anda identifikasi (no. 6),
8. Identifikasi dampak yang ditimbulkan akibat dari kegiatan tersebut
9. Carilah alternatif pemecahan dari masing-masing dampak
tersebut dan buatkan program K3 nya.
10. Diskusikan dengan kelompok anda
11. Apa yang dapat anda simpulkan?
12. Presentasikan hasil diskusi kelompok anda dengan kelompok
yang lain.

F. RANGKUMAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Teori – teori yang berkaitan dengan K3


a. Teory Accident Ratio Studi (Frank Bird Jr), menyatakan bahwa dari
641 kejadian, terjadi 600 x insident, erjadi 300 x kecelakaan
dengan kerusakan harta benda, terjadi 10 x kecelakaan dengan
luka ringan dan terjadi 1 x kecelakaan fatal
b. Teory Accident Ratio Studi (Heinrich), menyatakan bahwa dari 330
kejadian, terjadi 300 x insident, tanpa luka, tanpa kerusakan, tanpa
kerugian, terjadi 29 x kecelakaan dengan luka / cidera ringan, dan
terjadi 1 x kecelakaan fatal, dengan luka berat / meninggal
c. Teory Tareto 80 – 20. Teori ini menyatakan bahwa 80% terjadinya
kecelakaan disebabkan karena faktor manusia, dan 20% terjadi
karena faktor alat dan kondisi
d. Teory Accident Proove. Teori ini menyatakan: Diyakini dalam
accident manajement bahwa ada orang-orang tertentu yang
cenderung bernasib buruk / sial, mendapatkan accident

2. Tujuan pelaksanaan K3 perusahaan adalah terciptanya sistem K3 yang


melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, dan kondisi serta
lingkungan kerja dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, guna terciptanya tempat kerja aman, efisien,
dan produktif

Diklat PKB Guru Pembelajar 111


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

3. SMK3 merupakan bagian dari ssistem manajemen secara keseluruhan


yang mencakup Plan, do, cek, dan action.
4. Faktor – faltor yang tercakup dalam program K3 meliputi bahan/material,
orang dan metode kerja, alat/mesin dan lingkungan kerja.

5. Program K3 hendaknya memenuhi beberapa persyaratan yaitu spesific,


measurable, achieveable, reasonable dan time bond.
6. Kecelakaan kerja dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Kecelakaan
Industri, Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber
bahaya (2)Kecelakaan dalam perjalanan, Kecelakaan yang terjadi di
luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja.
7. Kecelakaan kerja dapat mengakibatkan kerugian yang bersifat ekonomi
maupun non ekonomi.
8. Kerugian-kerugian yang timbul karena terjadinya kecelakaan kerja
tentunya dapat berakibat buruk terhadap pekerja, terhadap pimpinan
perusahaan, terhadap keluarga dan terhadap bangsa.
9. Ditinjau dari penyebabnya, timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja dikarenakan adanya penyebab langsung yang berupa (1)
Tindakan yang tidak stadar, (2) Kondisi yang tidak standar,
10. Penyebab langsung tersebut di atas dikarenakan adanya penyebab
dasar yaitu karena faktor manusia dan faktor pekerjaan,
11. Kesemua penyebab di atas bermuara pada lemahnya kontrol (Lack of
control) atau lemahnya manajemen.
12. Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, dapat diupayakan
penanganannya melalui prosedur penanganan resiko. Prosedur
penanganan resiko tersebut dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tahap,
yaitu: (1) Pre contack (2) Contack, (3) Post contact

LINGKUNGAN HIDUP

13. Kegiatan budidaya ternak sebagai suatu ekosistem, di dalamnya


terjadi interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang
lainnya) yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya.

Diklat PKB Guru Pembelajar 112


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

14. Di dalam ekosistem terdapat dua komponen utama pembentuk


ekosistem yaitu komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup
(abiotik).
15. Komponen biotik adalah komponen ekosistem yang terdiri atas makhluk
hidup seperti hewan, tumbuhan, manusia dan mikroorganisme.
16. Di dalam ekosistem setiap organisme mempunyai kedudukan, tugas
atau fungsi tertentu yang erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan
akan makanan. Fungsi atau kedudukan organisme di dalam ekosistem
disebut nisia. Berdasarkan nisianya, organisme dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu produsen, konsumen, dan pengurai.
17. Komponen abiotik adalah komponen ekosistem yang terdiri dari semua
benda yang tak hidup yang terdapat disekitar makhluk hidup. Komponen
abiotik yang berpengaruh pada ekosistem, antara lain: Cahaya
matahari, Udara, Suhu, Air dan Tanah
18. Komponen-komponen dalam ekosistem saling berinteraksi. Interaksi ini
dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yaitu: (1) Interaksi Antar
organisme yang mencakup parasitisme, komensalisme, mutualisme dan
predasi, (2) Interaksi Antar populasi (3) Interaksi antara Komponen
Biotik dan Abiotik
19. Pengelolaan sumber daya ternak secara terpadu dapat dilakukan
dengan memanfaatkan komponen-komponen ekosistem ternak yang
ada seperti rerumputan, ternak sapi, pengurai, dan lingkungannya.
20. Didalam pengelolaan tersebut dibutuhkan adanya campur tangan
manusia sehingga tidak terjadi interaksi antar komponen biotik yang
tidak menguntungkan seperti adanya kekurangan rumput yang
mengakibatkan menurunnya populasi ternak.
21. Konsep zero waste dalam integrasi ternak – pertanian (crop livestock
system / CLS) merupakan alternative terbaik dalam ekosistem pertanian
guna menjamin kesinambungan ketersediaan pakan dimana program
mixed farming merupakan contoh ekosistem yang sangat baik dengan
adanya manusia yang mengelola lahan, tanaman dan ternak (soil-plant-
animal) merupakan penyelenggaraan proses biologis alami terpadu
dalam suatu sistem usaha tani.

Diklat PKB Guru Pembelajar 113


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Setelah anda mempelajari materi Kegiatan Pembelajaran 2, tentang “K3LH”


yang mencakup Konsep K3, SMK3, dan Prosedur K3 serta Lingkungan
Hidup, lakukan umpan balik dan tindak lanjut, dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Pertanyaan:
Hal-hal apa saja yang dapat anda lakukan terkait dengan materi K3
LH?
Jawaban:

b. Pertanyaan:
Pengalaman baru apa yang anda peroleh dari materi K3
LH? Jawaban:

c. Pertanyaan:
Manfaat apa saja yang anda peroleh dari materi K3
LH? Jawaban:

d. Pertanyaan:
Aspek menarik apa saja yang anda temukan dalam materi K3 LH?
Jawaban:

Selanjutnya untuk memantapkan komptensi anda tentang K3 LH diharapkan


anda mempelajari dan mencocokkan latihan (huruf “E”) yang sudah anda
lakukan dengan kunci jawaban latihan
Setelah anda menyelesaikan kegiatan pembelajaran 2 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dan Lingkungan Hidup (LH), silahkan anda
mengerjakan soal yang terdapat pada lembar evaluasi.
Kerjakan lembar evaluasi secara mandiri. Setelah selesai cocokkan lembar
jawaban anda dengan kunci jawaban yang ada, untuk mengetahui tingkat
kompetensi anda.

Diklat PKB Guru Pembelajar 114


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

KUNCI JAWABAN LATIHAN


A. KUNCI JAWABAN LATIHAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

1. Bidang median, transfersal dan frontal adalah:


a. Bidang median, merupakan bidang khayal yang melewati tubuh
dengan arah kraniokaudal, membagi tubuh menjadi bagian kanan
dan kiri sama besar.
b. Bidang transfersal, merupakan bidang khayal yang terletak tegak
lurus dengan bidang median dan membagi tubuh menjadi bagian
cranial dan kaudal.
c. Bidang frontal, merupakan bidang khayal yang letaknya tegak lurus
dengan bidang median dan bidang transfersal, yang membagi tubuh
hewan menjadi dorsal dan bagian ventral.
2. Penilaian dalam rangka mencari bibit sapi perah yang ideal mencakup 4
aspek, yaitu: Penampilan Umum Sapi Perah (General Appearance),
Sifat Perah (Dairy Character), Kapasitas Badan (Body Capacity) dan
Sistem Mamae.
3. Tiga macam enzim yang dihasilkan oleh pancreas
a. Tripsinogen
b. Kimotripsinogen
c. Nuclease
d. Amilase
e. Lipase
4. Tiga macam prinsip pencernaan pada ternak ruminansia.
a. Pencernaan secara mekanik (fisik). Pencernaan mekanis lebih
banyak dilakukan di dalam mulut dengan cara dipotong dengan
menggunakan gigi seri dan dikunyah dengan menggunakan gigi
geraham
b. Pencernaan secara kimiawi (enzimatik). Pencernaan secara
kimia dilakukan oleh enzim pencernaan yang berperan sebagai
pemecah ikatan protein, lemak, dan karbohidrat.
c. Pencernaan secara mikrobiologik. Pencernaan mikrobiologik
terjadi di dalam lambung, sekum dan kolon.

Diklat PKB Guru Pembelajar 115


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

5. Alur proses peredaran darah besar adalah...


Ventrikel sinister (kiri) → aorta → arteri → pembuluh kapiler yang
meliputi arteriole dan venula → vena cava superior dan vena cava
inferior → sistema porta hepatica → atrium dexter.
6. Beberapa fungsi sistem respirasi atau sistem pernapasan yaitu:
a. untuk memasok oksigen ke dalam darah
b. mengambil karbondioksida dari dalam darah.
c. membantu pengaturan keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh
d. membantu pengendalian suhu tubuh
e. eliminasi air
f. fonasi (pembentukan suara)
7. Fungsi utama plasma semen adalah sebagai suatu medium pembawa
sperma dari saluran reproduksi hewan jantan ke dalam saluran
reproduksi hewan betina.
8. Hormon - hormon yang termasuk hormon kelamin adalah androgen,
estrogen, progestin, dan relaksin. Tiga hormon yang pertama itu adalah
steroid.

B. KUNCI JAWABAN LATIHAN KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

1. Dasar hukum pelaksanaan sistem manajemen Keselamatan dan


kesehatan kerja
a. UUD tahun 1945, Pasal 27 ayat (2).
b. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ”Ketenagakerjaan” Pasal
86 dan Pasal 87
c. Undang-Undang No. 1 tahun 1970, tentang Keselamatan Kerja.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI, Nomor: Per. 05/Men/1996,
tentang: ”SMK3”.
2. Sumberdaya yang harus disediakan oleh pemilik usaha sebagai
konsekuensi pelaksanaan K3 di perusahaannya.
a. Membentuk Organisasi (Safety Team) dan menempatkan organisasi
K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan
b. Menyediakan anggaran,
c. Menyediakan tenaga kerja yang berkualitas (Safety Officer)

Diklat PKB Guru Pembelajar 116


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

d. Menyediakan sarana lain yang diperlukan untuk keselamatan dan


kesehatan kerja (Hydrant, Fire system Alarm, dll)
e. Menetapkan tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang jelas
dalam penanganan K3 (job deskription)
f. Membangun dan memelihara kesadaran, motivasi dan keterlibatan
seluruh pihak di perusahaan.
3. Faktor – faktor yang tercakup dalam program K3 meliputi bahan/material,
orang dan metode kerja, alat/mesin dan lingkungan kerja.
4. Lima faktor sumber bahaya yang dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah (a) Faktor fisik, (b) Faktor
kimia, (c) Faktor bologis, (d) Faktor psychologis, (e) Faktor Ergonomi
5. Lima macam penanganan resiko yang dapat dilakukan sebelum kontak
(“Pre Kontak”) dengan sumber bahaya. Diantaranya (a) Kepemimpinan,
(b) Pelatihan, (c) Inspeksi terrencana, (d) Analisis pekerjaan, (e)
Observasi, (f) Rapat K3, (g) Evaluasi program
6. Setiap organisme mempunyai fungsi atau kedudukan tertentu dalam
ekosistem (nesia). Yang dimaksud dengan fungsi tersebut adalah:
a. Produsen, berarti penghasil, yaitu organisme yang mampu
menghasilkan zat makanannya sendiri sehingga disebut organisme
autotrof, yaitu tumbuhan hijau atau tumbuhan berklorofil.
b. Konsumen berarti pemakai, yaitu organisme yang tidak dapat
membuat zat makanannya sendiri (organism heterotrof), tetapi
menggunakan zat makanan yang dibuat organisme lain.
c. Pengurai atau dekomposer adalah komponen biotik yang berfungsi
menguraikan sampah atau sisa-sisa makhuk hidup yang mati atau
dengan kata lain mengurangi bahan organik yang berasal dari
organisme yang telah mati ataupun hasil pembuangan sisa
pencernaan.

Diklat PKB Guru Pembelajar 117


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

PENUTUP

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Modul Diklat PKB Guru Pembelajar
Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH ini dapat diselesaikan.

Modul Diklat PKB Guru Pembelajar Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan
K3LH ini, merupakan salah satu bahan pegangan guru pada kegiatan Pendidikan
dan Pelatihan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru, pada
Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroteknologi Program Keahlian Agribisnis
Ternak, Paket Keahlian Agribisnis Ternak Ruminansia, dalam rangka
mempelajari tentang Materi Agribisnis Ternak Ruminansia, khususnya
Kompetensi “Menerapkan Anatomi dan Fisiologi Ternak Ruminansia” dan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Lingkungan Hidup (LH).

Pada Kompetensi ini peserta telah mempelajari tentang Anatomi dan fisiologi
ternak ruminansia yang mencakup (organ – organ eksterior ternak ruminansia,
sistem pencernaan sistem respirasi, sistem reproduksi, sistem endokrin, sistem
indera), dan Keselamatan dan kesehatan Kerja serta lingkungan hidup yang
mencakup Konsep K3, Sistem Manajemen K3, Prosedur K3, Pertolongan
Pertama pada Kecelakaan dan penerapan lingkungan hidup dalam kegiatan
budidaya ternak ruminansia.

Kelanjutan Modul ini adalah Modul Diklat PKB Guru Pembelajar Teknologi
Reproduksi dan Pembibitan Ternak Ruminansia, yang akan membahas tentang
Teknologi Reproduksi Ternak Ruminansia dan Mengelola Pembibitan.

Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna, masih banyak
kekurangan oleh karena itu kritik, saran dan masukan dari semua pihak sangat
kami harapkan, untuk perbaikan modul ini di masa mendatang.

Penulis berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
khususnya peserta diklat Peningkatan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Guru
Pembelajar Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH.

Diklat PKB Guru Pembelajar 118


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Putusan Mahkamah Konstitusi. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang: Ketenagakerjaan.
Anthony,C.P. dan N.J. Kolthoff. 1983. Textbook of Anotomy and physiology.10
ed.St.Louis. CV. Mosby Co
Frandson, R.D. 1992. Anatomy and Physiology of Farm Animal. Edisi ke 4.
(Terjemahan Oleh Srigandono B, dan Praseno K. Anatomi dan Fisiologi
Ternak). Gajah mada University Press. Yogjakarta.
Institut K3 Indonesia 1999. Konsep Dasar K3. Pt. Persero Sucofindo. Jakarta.
Manika W T., Ketut S., Gede P., dan Thamrin C. 1991.Reproduksi, Tingkah Laku
dan Produksi Ternak di Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Mozes R.Toelihere, Drh.,M.Sc.,Dr. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.
Penerbit Angkasa Bandung.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor: PER. 05/MEN/1996.
Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Departemen Tenaga Kerja RI.
Radiopoetro, Suharno, S.D.Tanjung, S.H.Suntoro, H.S.D.Tanjung, A.Muljo. 1991.
Zoologi. Erlangga Jakarta
Raswin Rusmana. Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. PT. Bina
Riksa Insan Sejahtera.
Soeharsono, 2008. Bionomika Ternak. Widya Pajajaran.
Subronto, 2003. Ilmu Penyakit Ternak (mamalia) 1. Edisi kedua. Gajahmada
University Press. Yogjakarta.
James Blakeli dan David H. Bade, 1991. The Science of Animal Husbandry. Edisi
keempat. (Terjemahan oleh Srigandono B, dan Praseno K.Ilmu
Peternakan). Gajah Mada University Press. Yogjakarta.
http://febiol.blogspot.com/2012/11/lidah-panca-indra.html

Diklat PKB Guru Pembelajar 119


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

GLOSARIUM
Aparatus lakrimalis : Kelenjar air mata

Bidang median : bidang khayal yang melewati tubuh dengan arah


kraniokaudal, membagi tubuh menjadi bagian kanan
dan kiri sama besar
Bidang transfersal : bidang khayal yang terletak tegak lurus dengan
bidang median dan membagi tubuh menjadi bagian
cranial dan kaudal.
Bidang frontal : bidang khayal yang letaknya tegak lurus dengan
bidang median dan bidang transfersal, yang membagi
tubuh hewan menjadi dorsal dan bagian ventral.
Bidang sagital : bidang khayal yang letaknya sejajar dengan bidang
median. Bidang median sering disebut bidang Mid-
sagital
bolus : Gumpalan – gumpalan digesta pada saluran
pencernaan ruminansia
caninus : Gigi taring
crop livestock : integrasi antara ternak dan pertanian
system(CLS)
desiduous : Gigi susu
diglutisi. : Proses penelanan pakan
dispnoea : kesulitan pernapasan
eksoreseptor : Sebutan lain bagi kelima indera karena berfungsi
untuk mengenali perubahan lingkungan luar.
Eustachio : Saluran yang menghubungkan antara telinga bagian
tengah dengan farink
Exident : suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang dapat
mengakibatkan luka pada manusia, kerusakan harta
dan benda, atau kerugian proses

Expired Air : pertolongan pernafasan/ pernafasan buatan/


Resuciation / EAR pertolongan pernafasan paru-paru/pertolongan
pernafasan dari mulut ke mulut,
gallblader : Kantong empedu
glandula mukosa : Glandula saliva yang menghasilkan cairan yang
bentuknya kental berperan melindungi permukaan
membran mukosa
glandula saliva : Kelenjar ludah
Glandula serosa : Glandula saliva yang menghasilkan cairan jernih

Diklat PKB Guru Pembelajar 120


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

glandula sebacea : kelenjar minyak


glandula sudorifera : kelenjar keringat
Hazard (bahaya) : suatu kondisi yang memungkinkan atau dapat
menibulkan kerugian, cedera, penyakit, kerusakan
atau hilangnya

hiperkapnia : Proses eliminasi CO2 terganggu yang disababkan


(hypercapnia). karena keadaan tertentu, sehingga CO2 dalam darah
tertimbun melebihi dari kondisi normalnya.
insisivus : Gigi seri
Incident : suatu kejadian yang tidak diinginkan, yang bila
keadaannya sedikit saja berbeda dapat:
mengakibatkan luka pada manusia, kerusakan harta
dan benda, atau kerugian proses
Judging : penilaian
katup : Katup jantung yang terletak antara atrium dan
atrioventrikular ventrikel
(katup A-V)
katup bikuspid : Katup jantung yang terletak antara Atrium kiri dan
ventrikel kiri
Katup semilunar : katup yang terletak pada pertautan ventrikel kiri
aortik dengan aorta
Katup semilunar : katup yang terletak pada pertautan antara arteri
pulmoner: pulmoner dengan ventrikel kanan.
katup trikuspid : Katup jantung yang terletak antara Atrium kanan dan
ventrikel kanan
kelenjar ekrin : ...................................................
(merokrin).
kelenjar apokrin : ......................................................
konjungtiva : Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian
dalam kelopak mata
konjungtivitis. : Radang konjungtiva
master control : Sebutan lain untuk glandula pituitaria, karena
glands merupakan suatu kelenjar bilobi, yang menghasilkan
bermacam-macam hormon yang mempengaruhi
berbagai bagian tubuh.
mastikasi : Mengunyah
molar : Gigi geraham belakang
osteum iliale. : Perbatasan antara usus halus dan usus besar
pancreatic duct : saluran pancreas, yang membawa getah pancreas

Diklat PKB Guru Pembelajar 121


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

dari pancreas ke dalam lumen usus halus


pancreatic juice : cairan / getah pancreas
Perikardium : suatu kantung serosa yang membungkus jantung
planum nasale. : Bagian moncong ternak yang banyak terdapat
kelenjar keringat
prehensik : Menggigit atau memasukkan pakan ke dalam mulut
prehensil : Sebutan untuk sifat organ yang berperan dalam
memasukkan pakan ke dalam mulut
premolar : Gigi geraham depan
rediglutisi : Menelan kembali
resalivasi : Pencampuran kembali pakan dengan getah saliva
salivasi : Pencampuran pakan dengan saliva
sulcus : Jaringan penyekat yang memisahkan bagian ambing
intermamaria sebelah kanan dan sebelah kiri
supernumeraryteats : Suatu kondisi abnormal, berupa puting susu sapi
yang jumlahnya lebih dari 4 (empat)
sustainable : keberlanjutan

Diklat PKB Guru Pembelajar 122


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

CV PENULIS

Nama Lengkap : Ir. Sunarno, MP.


Telp Kantor/HP : 0263 285003/085221649790
E-mail : nanovedca.1007@gmail.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor :
PPPPTK Pertanian, Cianjur
Jl. Jangari, KM. 14 Desa Sukajadi, Kecamatan Karangtengah,
Kabupaten Cianjur. Jawa Barat
BidangKeahlian Peternakan
Riwayat pekerjaan/profesidalam 10 tahun terakhir:
1. Karyawan PT Buana Superior Feedmill (PT. Cipendawa Group) Divisi Pakan Ternak, tahun
1988 s.d 1998
2. Pegawai di PPPPTK Pertanian, Cianjur, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
tahun 2001 s.d sekarang
Riwayat Pendidikan Tinggi danTahun Belajar
1. S2: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Program Studi Konservasi Biodiversitas ,
(tahun 2004 - 2006)
2. S1: Fakultas Peternakan Jurusan Peternakan, Universitas Diponegoro (1983 – 1988)

Judul Buku yang pernah di tulis (10 tahun terakhir)


1. Beternak Rusa, Tahun 2008.
2. Buku Teks Bahan Ajar Siswa “Dasar Dasar Pakan Ternak 2, tahun 2014
3. Buku Teks Bahan Ajar Siswa “Dasar Dasar kesehatan Ternak 1, tahun 2014
4. Modul Guru Pembelajar: Potensi, Tingkah Laku dan Penanganan Ternak Ruminansia,
tahun 2015
5. Modul Guru Pembelajar: “Pemeliharaan Ternak K3 dan Kesejahteraan Hewan” tahun 2015
6. Modul Guru Pembelajar: “Sistem Pernapasan, Sistem Pencernaan dan Sistem
Kekebalan Tubuh Hewan” tahun 2015
7. Modul Guru Pembelajar: “ Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH, tahun 2015
8. Modul Guru Pembelajar: Pemberian Pakan dan Pembuatan Pakan Ternak
Ruminansia, tahun 2015
9. Modul Guru Pembelajar: Pemerahan dan Kesehatan Ternak Ruminansia, tahun 2015
10. Modul Guru Pembelajar: Pemanenan dan Evaluasi Hasil Produksi Ternak Ruminansia,
tahun 2015
Judul Penelitiandan Tahun Terbit (10 tahun terakhir)
1. Produktivitas Rumput Lapang dan Palatabilitas Kulit Pisang Nangka (Musa paradisiaaca L)
Untuk Pakan Tambahan Pada Rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville) di
Penangkaran, tahun 2006
2. Pemberian Bakteri Lactobacillus plantarum untuk Meningkatkan Kualitas Silase
Rumput Gajah, tahun 2011
3. Pengaruh Pembatasan / Penjatahan Pemberian Pakan Terhadap Performance
Ayam Broiler, tahun 2012

Diklat PKB Guru Pembelajar 123


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

CV PENULIS

Nama Lengkap : Ir. Sunarno, MP.


Telp Kantor/HP : 0263 285003/085221649790
E-mail : nanovedca.1007@gmail.com
Akun Facebook : -
Alamat Kantor :
PPPPTK Pertanian, Cianjur
Jl. Jangari, KM. 14 Desa Sukajadi, Kecamatan Karangtengah,
Kabupaten Cianjur. Jawa Barat
BidangKeahlian Peternakan
Riwayat pekerjaan/profesidalam 10 tahun terakhir:
1. Karyawan PT Buana Superior Feedmill (PT. Cipendawa Group) Divisi Pakan Ternak, tahun
1988 s.d 1998
2. Pegawai di PPPPTK Pertanian, Cianjur, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
tahun 2001 s.d sekarang
Riwayat Pendidikan Tinggi danTahun Belajar
1. S2: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Program Studi Konservasi Biodiversitas ,
(tahun 2004 - 2006)
2. S1: Fakultas Peternakan Jurusan Peternakan, Universitas Diponegoro (1983 – 1988)

Judul Buku yang pernah di tulis (10 tahun terakhir)


1. Beternak Rusa, Tahun 2008.
2. Buku Teks Bahan Ajar Siswa “Dasar Dasar Pakan Ternak 2, tahun 2014
3. Buku Teks Bahan Ajar Siswa “Dasar Dasar kesehatan Ternak 1, tahun 2014
4. Modul Guru Pembelajar: Potensi, Tingkah Laku dan Penanganan Ternak Ruminansia,
tahun 2015
5. Modul Guru Pembelajar: “Pemeliharaan Ternak K3 dan Kesejahteraan Hewan” tahun 2015
6. Modul Guru Pembelajar: “Sistem Pernapasan, Sistem Pencernaan dan Sistem
Kekebalan Tubuh Hewan” tahun 2015
7. Modul Guru Pembelajar: “ Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3LH, tahun 2015
8. Modul Guru Pembelajar: Pemberian Pakan dan Pembuatan Pakan Ternak
Ruminansia, tahun 2015
9. Modul Guru Pembelajar: Pemerahan dan Kesehatan Ternak Ruminansia, tahun 2015
10. Modul Guru Pembelajar: Pemanenan dan Evaluasi Hasil Produksi Ternak
Ruminansia, tahun 2015
Judul Penelitiandan Tahun Terbit (10 tahun terakhir)
1. Produktivitas Rumput Lapang dan Palatabilitas Kulit Pisang Nangka (Musa paradisiaaca L)
Untuk Pakan Tambahan Pada Rusa Timor (Cervus timorensis de Blainville) di
Penangkaran, tahun 2006
2. Pemberian Bakteri Lactobacillus plantarum untuk Meningkatkan Kualitas Silase
Rumput Gajah, tahun 2011
3. Pengaruh Pembatasan / Penjatahan Pemberian Pakan Terhadap Performance
Ayam Broiler, tahun 2012

Diklat PKB Guru Pembelajar 124


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

CV PENELAAH

Nama Lengkap : Fitra Aji Pamungkas, S.Pt.,M.Si.


Telp Kantor/HP : 0251- 8240752/081360072343
E-mail : fitrapbrp09@gmail.com
Akun Facebook : Fitra Aji Pamungkas
Alamat Kantor : BalaiPenelitianTernak
Jl. Veteran III Ciawi – Bogor 16720 Po.Box. 221
BidangKeahlian : FisiologidanReproduksiTernak

Riwayatpekerjaan/profesidalam 10 tahunterakhir:
1. StafPenelitiFisiologidanReproduksiTernakLokaPenelitianKambingPotongSeiP
utih, Sumatera Utara, Tahun 2003-2014.
2. StafPenelitiFisiologidanReproduksiTernakBalaiPenelitianTernakCiawi-Bogor
Jawa Barat, Tahun 2014- sekarang

RiwayatPendidikan Tinggi danTahunBelajar


1. S2: FakultasKedokteranHewan Program
StudiBiologiReproduksiInstitutPertanian Bogor (2009-2012)
2. S1: FakultasPeternakanJurusanIlmuPeternakanUniversitasPadjadjaran
Bandung (1996-2001)

JudulBuku yang pernah di tulis (10 tahunterakhir)


1. PotensiBeberapa Plasma NutfahKambingLokal Indonesia, Tahun 2008.

JudulPenelitiandanTahunTerbit (10 tahunterakhir)


1. Hubunganbobotinduksaatmelahirkandenganbobotlahirdan litter size
kambingpersilangankacang x boer, Tahun 2005.
2. Respon fisiologi kambing boer pada kondisi iklim tropis basah, Tahun 2005.
3. Respon fisiologi tiga jenis kambing di musim kemarau pada dataran rendah,
Tahun 2006.
4. Fluktuasi bobot hidup kambing kacang induk yang dikawinkan dengan
pejantan boer dari kawin sampai anak lepas sapih, Tahun 2007.
5. Korelasi bobot hidup kambing kacang induk menyusui dengan pertambahan
bobot hidup anak hasil persilangannya dengan pejantan boer, Tahun 2007.
6. Evaluasi karakteristik dan koleksi semen beku kambing plasma nutfah
indonesia (kambing kosta), Tahun 2007.
7. Perbandingankarakteristik semen kambingboerdengankacang, Tahun 2008.
8. Penerapansinkronisasibirahikambingboerkadenganlokal di areal
perkebunanberbasis tanaman jeruk pada lahan kering, Tahun 2008.
9. Potensi dan kualitas semen kambing dalam rangka aplikasi teknologi
inseminasi buatan, Tahun 2009.
10. Pertumbuhan anak kambing kosta selama periode prasapih pada induk yang
berumur lebih dari 4 tahun, Tahun 2009.
11. Pemanfaatanmetodevitrifikasiuntukkriopreservasioositmamalia, Tahun 2010
12. Characteristics and in vitro fertilization ability of ram spermatozoa:
comparison of epididymal and ejaculated spermatozoa, Tahun 2012.
13. Spermatozoa darikaudaepididimis
:Kriopreservasidanpemanfaatanuntukinseminasibuatandanfertilisasi in vitro, Tahun 2012.

Diklat PKB Guru Pembelajar 125


Anatomi Fisiologi Ternak Ruminansia dan K3 LH

14. Kambing Gembrong: Sumber Daya Genetik kambing di Indonesia dengan


Status Endangereed (Terancam Punah), Tahun 2012.
15. Daya Tahan Hidup Spermatozoa Kambing Boer dalam pengencer Tris
Kuning Telur Yang Disimpan Pada Temperatur Berbeda, Tahun 2013.
16. Kriopreservasi Spermatozoa Kambing Boer: Perbandingan Dua Bahan
Pengencer terhadap Kualitas Post-Thawing dan Kemampuan Fertilisasinya,
Tahun 2014.
17. The Quality of Spermatozoa of Gembrong Goats During Cryopreservation
Process, Tahun 2014.
18. Kualitas Spermatozoa Kauda Epididimis Kambing Peranakan Ettawah
Menggunakan Pengencer Triladyl Setelah Kriopreservasi, Tahun 2014.
19. Perkembangan Folikel dan Waktu Ovulasi Setelah Induksi Ovulasi
Menggunakan Penyuntikan Hormon hCG pada Sapi Perah, Tahun 2015.

Diklat PKB Guru Pembelajar 126

Anda mungkin juga menyukai