Anda di halaman 1dari 23

MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN

JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

MATERI DASAR 3
ETIKA KEBIDANAN

I. DESKRIPSI SINGKAT

Etika profesi kebidanan adalah acuan bagi bidan dalam menjalankan peran
dan tanggung jawab profesinya dengan memperhatikan nilai – nilai luhur
profesi, norma – norma kelayakan, kepantasan dan sesuai dengan standar
hukum yang berlaku di Indonesia.

Modul ini membahas tentang prinsip etik dalam pelayanan kebidanan, kode
etik profesi bidan dan kebijakan peraturan perundang-undangan yang terkait
dalam praktik pelayanan kebidanan serta upaya pengembangan
profesionalitas dalam menyikapi isu etik yang strategis dan mencegah
pelanggaran etik terhadap sesama.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan mampu menerapkan


prinsip etik dan kode etik profesi bidan, kebijakan peraturan perundang –
undangan yang berlaku dalam memberikan asuhan kebidanan serta
mengembangkan profesionalitas dalam menyikapi isu etik yang strategis
dan mencegah pelanggaran etik terhadap sesama.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan mampu :


1. Menerapkan prinsip etik dan kode etik profesi bidan.
2. Menunjukkan perilaku etis terhadap klien, teman sejawat dan
masyarakat sesuai dengan norma yang berlaku.
3. Mengembangkan profesionalitas dalam menyikapi isu etik yang
strategis dan mencegah pelanggaran etik terhadap sesama.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
302
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

III. POKOK BAHASAN

Dalam modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan sebagai
berikut :

Pokok Bahasan 1. Etika Profesi Bidan


Sub Pokok Bahasan
a. Etika dan Moralitas
b. Nilai-nilai Luhur Profesi
c. Kode Etik Profesi Bidan

Pokok Bahasan 2. Kasus Etik Kebidanan


Sub Pokok Bahasan
a. Perilaku Etis
b. Hubungan Etika Profesi dan Norma Hukum
c. Dasar Hukum Praktik Kebidanan

Pokok Bahasan 3. Etika Kebidanan


Sub Pokok Bahasan
a. Isu etik, dilema dan konflik etik
b. Nilai-nilai Keputusan Etis
c. Pengambilan Keputusan Etis

IV. METODE

 CTJ
 Curah pendapat
 Diskusi kasus
 Latihan penilaian mandiri

V. MEDIA DAN ALAT BANTU

 Bahan tayangan (Slide power point)


 Laptop
 LCD
 Flipchart
 Whiteboard
 Spidol (ATK)
 Lembar kasus

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
303
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

 Panduan diskusi
 Ceklist pengembangan sikap profesi diri
 Panduan latihan

VI. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Berikut disampaikan langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran


materi ini.

Langkah 1. Pengkondisian

1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum


pernah menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan.
Perkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap, instansi tempat
bekerja, materi yang akan disampaikan.
2. Tujuan pembelajaran dan pokok bahasan yang akan disampaikan serta
metode pembelajaran yang akan digunakan, sebaiknya disepakati antara
peserta dan fasilitator. Penyampaian tujuan pembelajaran ini sebaiknya
menggunakan bahan tayang.

Langkah 2. Penyampaian Materi

1. Fasilitator menyampaikan paparan materi sesuai urutan pokok bahasan


dan sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Diawali
dengan review materi tentang filosofi dan paradigma kebidanan.
Fasilitator menyampaikan materi dengan metode yang bervariasi ceramah,
tanya jawab, curah pendapat, diskusi, studi kasus.
2. Fasilitator memandu peserta dalam melakukan simulasi penerapan etik
dan pengembangan sikap profesional bidan, dengan menggunakan
skenario atau pengalaman langsung di lapangan

Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan


1. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta
terhadap materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
3. Fasilitator membuat kesimpulan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
304
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

VII. URAIAN MATERI

Pokok Bahasan 1.

ETIKA PROFESI BIDAN

Review Materi Filosofi Kebidanan


1. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan. Hamil dan bersalin adalah
suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
2. Keyakinan tentang perempuan. Setiap perempuan mempunyai pribadi
yang unik, mempunyai hak, kebutuhan dan keinginan masing-masing,
oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan
yang diterimanya.
3. Keyakinan fungsi profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan
adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis
harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit dapat
menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk
memastikan kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya.
4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan,
merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga dan
pemberi asuhan.
5. Keyakinan tentang tujuan asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, berfokus pada :
a. Pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan
dengan cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli.
b. Bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan.
c. Asuhan berkesinambungan sesuai keinginan dan tidak otoriter serta
menghormati pilihan perempuan.
6. Keyakinan tentang Kolaborasi dan Kemitraan. Kemitraan dengan
perempuan bersifat alami dan holistik.
7. Keyakinan tentang fungsi profesi dan manfaatnya. Fungsi utama
mengupayakan kesehatan ibu dan bayinya, menghargai proses fisiologis,
bila timbul penyulit harus digunakan teknologi dan rujukan yang efektif.

Paradigma Kebidanan

Suatu cara pandang bidan dalam memberikan pelayanan, yang


keberhasilannya dipengaruhi oleh pengetahuan dan cara pandang Bidan
dalam kaitan atau hubungan timbal balik antara : Manusia/Perempuan,
Lingkungan, Perilaku, Pelayanan Kebidanan dan Keturunan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
305
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Determinan Filosofi
Asuhan Kebidanan

BIDAN Proses Perempuan


sebagai pemberi Manajemen Asuhan sebagai
asuhan Kebidanan penerima asuhan

Tercapainya
Meningkatnya
Kepuasan dan
Keamanan bagi
Perempuan dan
Bayinya (dalam
mewujudkan keluarga
bahagia & berkualitas)

Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan Indonesia

a. Etika dan Moralitas

Etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos artinya tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, akhlak,
kesusilaan, adat, perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak
(taetha) artinya adat kebiasaan. Kata tersebut identik dengan kata Latin
mos, dalam bentuk jamaknya menjadi mores artinya adat atau tatacara
hidup. Walaupun secara etimologi etika dan moral sama artinya namun
dalam pemakaian sehari-hari ada perbedaannya.

Etika adalah sebuah cabang filsafat yang membahas mengenai nilai


dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.
Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan pendekatan yang kritis
dalam melihat dan menggumuli nilai dan norma moral serta permasalahan
yang timbul dalam kaitan dengan nilai dan norma moral tersebut.

Etika bukan sumber tambahan bagi ajaran moral melainkan


merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran dan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
306
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu, buka sebuah ajara. Etika dan
moral berada pada tingkat yang tidak sama. Ajaran moral mengatakan
bagimana kita harus hidup sedangkan etika mau mengerti mengapa kita
harus mengikuti ajaran moral tertentu atau bagaimana kita dapat
mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai
ajaran moral.

Jadi etika sekaligus kurang dan lebih dari ajaran moral. Kurang
karena etika tidak berwenang untuk menetapkan apa yang boleh dan tidak
boleh kita lakukan. Wewenang itu diklaim oleh pihak yang memberikan
ajaran moral bersifat lebih karena etika berusaha untuk mengerti mengapa
atau dasar apa kita harus hidup menurut norma tertentu. Ibaratnya ajaran
moral sama dengan buku petunjuk bagaimana kita harus merawat sepeda
motor dengan baik sedangkan etika memberika pengertian tentang
struktur dan teknologi sepeda motor itu sendiri.

Etika adalah filsafat moral yang berbicara tentang praksis manusiawi,


tindakan manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia
melainkan bagaimana ia harus bertindak. Dengan kata lain etika adalah
sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan perwujudan sikap dan pola perilaku hidup manusia baik
secara pribadi maupun secara kelompok. Oleh sebab itu etika tidak
bermaksud untuk membuat orang bertindak sesuai dengan moralitas
begitu saja namun diperlukan kesadaran individu secara kritis dan rasional
dalam melakukan tindakan atau jika orang itu bertindak tidak sesuai
dengan moralitas bukan karena ikut-ikutan atau sekedar mau berbeda saja
melainkan karena ia punya alasan rasional atas tindakan tersebut. Ia
bertindak berdasarkan pertimbangan walaupun bertentangan dengan
moralitas namun baik bagi dirinya dan masyarakat karena alasan yang
rasional.

Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas


dan dapat dipertanggungjawabkan karena setiap tindakan selalu lahir dari
keputusan pribadi yang bebas. Kebebasan dan tanggung jawab adalah
kondisi dasar bagi pengambilan keputusan dan tindakan yang etis, suara
hati memainkan peran yang sangat sentral.

Etika sebagai refleksi kritis mempunyai 5 ciri khas yaitu rasional, kritis,
mendasar, sistematik dan normatif.
1. Rasional, mendasarkan pada nalar, pada argumentasi yang bersedia
dipersoalkan tanpa perkecualian. Contoh dalam sejarah, raja tidak

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
307
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

pernah dikubur dengan harta bendanya. Maka jika ada orang menggali
kuburan kuno dengan harapan dapat menemukan harta karun maka
hal tersebut tidak rasional, tidak masuk nalar.
2. Kritis, berarti filsafat ingin menggali permasalahan hingga keakar-
akarnya.
3. Mendasar, membahas hal yang utama
4. Sistematik, membahas langkah demi langkah secara teratur
5. Normatif, tidak sekadar melaporkan dengan pandangan moral
melainkan juga menyelidiki bagaimana pandangan moral yang
seharusnya.

Etik; kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan ahlak, nilai
mengenai benar dan salah yang dianut oleh suatu golongan atau
masyarakat.
Estetika; cabang filsafat yang menelaah dan membahas tentang seni dan
keindahan serta tanggapan manusia terhadapnya, kepekaan terhadap seni
dan keindahan.
Etis; sesuai dengan ajaran moral, misalnya menanyakan usia pada seorang
wanita adalah tidak etis.
Ethos; sikap dasar seseorang dalam bidang tertentu, misalnya ethos kerja
yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap
pekerjaannya.
Iktikad; keyakinan, kepercayaan, kemauan teguh.

Prinsip Etika Profesi


1. Tanggung jawab, atas pelaksanaan pekerjaan dan dampak dari profesi
untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan, memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi, memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan
profesinya.
4. Altruistik, menghargai martabat manusia.
5. Otonomi.
6. Tanggung jawab.
7. Keadilan.
8. Kejujuran, Integritas.
9. Tepat Janji/Komitmen.
10. Bertindak aman.
11. Menjaga privasi dan kerahasiaan.
12. Memiliki niat untuk berbuat baik.
13. Menjaga dan meningkatkan profesional diri.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
308
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Moral

Moral : suatu ajaran tentang yang baik dan buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti,
susila.

Moral ialah ajaran, wejangan, khotbah, patokan, kumpulan peraturan


dan ketetapan tertulis dan tidak tertulis tentang bagaimana manusia harus
hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung
ajaran moral adalah pelbagai orang dalam kedudukan yang berwenang
(guru, pemuka masyarakat dan agama, tulisan) sedangkan sumber dasar
ajaran itu adalah tradisi, adat istiadat, ajaran agama atau ideologi tertentu.

Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral


yang terdapat diantara sekelompok manusia. Nilai moral adalah suatu
kebaikan manusia bagi manusia. Norma moral adalah aturan tentang
bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi manusia baik, pembaca
harus membedakan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya.
Kebaikan moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan
kebaikan pada umumnya ialah kebaikan dilihat dari salah satu segi saja.
Dengan demikian norma moral memiliki bobot lebih tinggi dari pada
norma lain seperti norma sopan santun dan norma hukum.

Norma sopan santun hanya berlaku berdasarkan suatu kebiasaan dan


dapat saja diubah, misalnya dahulu minum di tengah-tengah orang banyak
dianggap tidak sopan kini hal tersebut merupakan hal yang lumrah.
Norma lain ialah norma hukum merupakan norma yang pelaksanaannya
dapat dituntut dan dipaksakan sedangkan pelanggarnya di tindak. Norma
hukum lazimnya berlaku menurut perundang-undangan, tidak semua
norma hukum sekaligus mengikat secara norma dan tidak semua norma
moral dapat dijadikan norma hokum. Jadi bila moral menyangkut baik
buruknya manusia sebagai manusia maka moralitas merupakan
keseluruhan norma, nilai dan sikap moral seseorang atau sebuah
masyarakat.

Ada istilah amoral dan immoral. Amoral artinya tidak berhubungan


dengan konteks moral, diluar suasana etis, non moral dengan kata lain tidak
ada hubungannya dengan moral. Sedangkan istilah immoral artinya
bertentangan dengan moralitas yang baik, secara moral buruk, tidak etis.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
309
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Morality Universal
1. Tell the truth
2. Respect the privacy of others
3. Protect confidential information
4. Obstain consent before invading another person’s body
5. Be loyal to friends who return the loyality
6. Do not kill
7. Do not cause pain
8. Do not incapacitate
9. Do not cause offens
10. Do not deprive of goods
11. Protect and defend the right of others
12. Prevent harm from occuring to others
13. Remove condition that will cause harm
14. Help person with disability
15. Rescue person in danger

b. Nilai-nilai Luhur Profesi

1) Menekankan pengabdian atau pelayanan untuk kepentingan orang lain


(Altruistik).
2) Memperoleh nafkah hidup sebagai sekadar sebuah imbalan dari
menjalankan profesi.
3) Sasaran utama dalam menjalankan profesi luhur.
4) Pengabdian untuk melayanani kepentingan masyarakat.
5) Memperoleh nafkah hidup sebagai sekadar sebuah imbalan dari
menjalankan profesi.

Perilaku Profesional Bidan

1. Bertindak sesuai dengan keahliannya dan didukung oleh pengetahuan


dan pengalaman serta keterampilan yang tinggi.
2. Bermoral tinggi.
3. Berlaku jujur baik kepada orang lain maupun diri sendiri.
4. Tidak melakukan tindakan coba-coba yang tidak didukung ilmu
pengetahuan profesi.
5. Tidak memberikan janji yang berlebihan.
6. Tidak melakukan tindakan yang semata-mata didorong oleh tindakan
komersial.
7. Memegang teguh nilai – nilai etika profesi.
8. Mengenal batas-batas kemampuan.
9. Menyadari ketentuan hukum yang membatasi geraknya.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
310
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Nilai-nilai profesional inipun dapat dilihat secara tersirat dalam sumpah


dan janji bidan seperti yang tercantum dalam sumpah dan janji bidan.

Saya bersumpah/berjanji bahwa saya :

1. Akan mengabdikan ilmu saya dengan jujur dan sejalan dengan profesi
kebidanan
2. Akan mengabdikan diri saya dalam pelayanan kebidanan dan
kesehatan tanpa membedakan agama, pangkat, suku dan bangsa
3. Akan menghormati kehidupan manusia sejak pembuahan
4. Akan membela hak dan menghargai tradisi budaya dan spiritual
pasien yang dilayani
5. Tidak akan menceritakan kepada siapapun dan menjaga segala rahasia
yang berhubungan dengan tugas saya kecuali jika diminta pengadilan
untuk keperluan kesaksian
6. Akan menghormati, membina kerjasama, keutuhan dan
kesetiakawanan dengan teman sejawat
7. Akan menjaga martabat dan menghormati keluhuran profesi dengan
terus menerus mengembangkan ilmu kebidanan

Sumpah/janji ini saya ikrarkan dengan sungguh-sungguh dengan


mempertaruhkan kehormatan saya sebagai bidan. Semoga Tuhan Yang
Maha Esa memberi kekuatan kepada saya.

c. Kode Etik Profesi Bidan

Kode Etik Profesi : Norma, aturan, dan ketentuan perilaku bagi anggota
profesi

Fungsi Kode Etik Profesi :

1) Memberikan panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik


2) Menghubungkan nilai/norma yang dapat diterapkan dan
dipertimbangkan dalam memberikan pelayanan
3) Sebagai landasan untuk memberikan umpan balik bagi sejawat
4) Sebagai nilai dan standar profesi
5) Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai
moral

Mengacu pada KODE ETIK IKATAN BIDAN INDONESIA dan KODE


ETIK INTERNATIONAL CONFIDERATION OF MIDWIVES (ICM).
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
311
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Prinsip Kode Etik Profesi (Salam, 1997 IBI, 2003) :

1) Menghargai otonomi memiliki kebebasan menjalankan profesinya


2) Melakukan tindakan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan scr
profesional
3) Mencegah tindakan yang dpt merugikan
4) Memperlakukan manusia secara adil, tidak diskriminatif
5) Menjelaskan dengan benar
6) Menepati janji yang telah disepakati
7) Menjaga kerahasiaan

Pokok Bahasan 2.

PERILAKU ETIS SESUAI DENGAN NORMA YANG BERLAKU

Mengacu pada peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku saat


ini, yaitu UUD 1945, Undang–Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009,
Peraturan–peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri tentang Ijin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan 1464 tahun 2010, Registrasi Tenaga Kesehatan
tahun 2010, dan lainnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan ibu dan
anak.
1) Undang-undang Perlindungan Anak no 23 tahun 2006
2) Undang-undang Anti Kekerasan terhadap Perempuan
3) Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan
4) Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Standar Asuhan
Kebidanan
5) Penilaian Angka Kredit dan Jabatan Fungsional Bidan

Pokok Bahasan 3.

ETIKA KEBIDANAN

a. Isu Etik, dilema dan konflik etik

• Dalam konteks etika profesi kebidanan, isu etik erat kaitannya dengan
kode etik profesi kebidanan yang mengatur sikap dan perilaku bidan
dalam melaksanakan tugas profesinya.
• Isu moral merupakan topik penting berhubungan dengan perbuatan
benar atau salah dalam kehidupan sehari-hari, yang didasari atas nilai-

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
312
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

nilai yang berbeda sehingga setiap orang akan mempunyai opini yang
berbeda pula.(Baldwin, 1960).
• Isu moral dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi.
• Isu yang terjadi terkadang dapat menimbulkan konflik baik bagi bidan
itu sendiri juga bagi klien dan keluarganya.
• Karena dalam perannya dalam memberikan pelayanan bidan dituntut
untuk dapat bekerja secara profesional dengan tunduk terhadap
peraturan terhadap kewenangannya, namun adakalanya dalam
tugasnya bidan menghadapi keadaan yang membuatnya berada
diposisi yang serba sulit yaitu antara hukum dan perannya sebagai
pendamping perempuan.
• Karenanya Isu moral dalam pelayanan kebidanan meliputi ruang
lingkup tugas bidan dihubungkan dengan nilai personal dan nilai
profesional dari bidan tersebut.
• Berkaitan dengan tugasnya
• Berkaitan dengan kewajibannya
• Berkaitan dengan kewajiban moral.

Setiap Pasien/Klien berhak memperoleh :

a. Informasi
b. Akses kesehatan
c. Memilih pelayanan kesehatan
d. Keamanan
e. Privacy
f. Kerahasiaan
g. Dihormati
h. Mengemukakan pendapat
i. Mendapat kenyamanan
j. Pelayanan berkelanjutan

Setiap perempuan/ibu penerima asuhan mempunyai hak :

a. Mendapat keterangan mengenai kesehatannya.


b. Hak mendiskusikan keprihatinannya di lingkungan dimana ia merasa
percaya.
c. Harus mengetahui sebelumnya jenis prosedur yang akan dilakukan.
Prosedur harus dilaksanakan di dalam suatu lingkungan (misalnya
kamar bersalin) supaya hak ibu untuk mendapat privasi dihormati.
d. Harus dibuat senyaman mungkin ketika menerima layanan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
313
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

e. Mengutarakan pandangan dan pilihannya mengenai layanan yang


diterimanya.
f. Diberi informasi tentang kemungkinan efek, risiko atau bahaya pada
dirinya atau janinnya atau bayi yang akan dilahirkan sebagai akibat
dari penggunaan obat atau prosedur.
g. Diberi informasi tentang pilihan pengobatan yang dapat digunakan
sebagai pengganti obat atau prosedur tindakan kebidanan.
h. Diberi informasi bahwa ada obat-obat yang diminumnya kemungkinan
mempunyai efek merugikan pada janinnya.
i. Diberi informasi tentang upaya meminimalkan ketika bayinya
bergerak, menggunakan obat yang menguntungkan bagi bayinya.
j. Diberi informasi jika ada ketidakpastian keamanan suatu prosedur atau
pengobatan terhadap dirinya, janin maupun bayinya.
k. Diberi informasi tentang merek dagang atau nama generik obat
sebelum diberikan.
l. Memutuskan untuk menerima atau menolak risiko dari suatu prosedur
atau pengobatan.
m. Mengetahui nama dan kualifikasi seseorang yang memberikan obat.
n. Diberi informasi tentang alasan pelaksanaan prosedur tindakan atau
pemberian obat.
o. Diberi informasi jika ada hal-hal yang diketahui tentang perawatan
atau kondisi dirinya atau bayinya yang mungkin dapat menyulitkan di
kemudian hari.
p. Memperoleh catatan RS tentang dirinya dan bayinya secara lengkap,
akurat, jelas dan disimpan oleh RS.
q. Mendapatkan informasi rekam medis RS dengan lengkap.
r. Diberi informasi nama dan kualifikasi sesorang yang menolong
kelahiran bayinya.
s. Ditemani selama melahirkan.
t. Memilih posisi selama proses persalinan dan melahirkan.
u. Bayinya dirawat didekat tempat tidur ibunya.

Dilema Moral

Pertentangan antara dua pilihan/alternatif (Campell,1984), kedua pilihan


tersebut seakan-akan sama (Johnson, 1990), seakan dipersimpangan jalan,
tanpa petunjuk yang jelas.
contoh : seorang primipara akan melahirkan bayi, ketika bayi akan lahir
tampak perineum tipis dan kaku  diperkirakan perlu episiotomi 
namun belum ada persetujuan dari klien, demi keselamatan terpaksa
dilakukan episiotomi tanpa meminta persetujuan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
314
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Konflik Etik

Pertentangan antara dua/lebih prinsip moral profesional


contoh : ditemukan Down’s Syndrome  perlu pemeriksaan lanjutan
untuk memastikan ? Diberitahu? Jika benar terbukti ?

b. Nilai-Nilai Keputusan Etis

1) Nilai Personal
 Kejujuran  berkata benar, tepat janji, tidak membohongi klien
 Kompeten  memiliki kemampuan intelektual, interpersonal,
teknikal
 Etis  penuh kepedulian, rasa kasih sayang kepada sesama, empati

2) Budaya dan Agama


 Mengenal budaya dan agama  sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan
 Memfasiltasi klien untuk melaksanakan kegiatan keagamaan sesuai
agama yang dianutnya

3) Hubungan dan komunikasi, penting untuk mencegah dan mengatasi


konflik, menyampaikan kepedulian
 Komunikasi yang terbuka
 Komunikasi verbal dan verbal
 Komunikasi secara tertulis
 Pendokumentasian yang tepat
 Kerja kolaboratif
 Diskusi informal dengan menejemen, anggota tim multidisiplin,
 Konsultasi dengan komite terkait

c. Pengambilan Keputusan Etis

Teori yang mendasari dalam pengambilan keputusan etik :


1) Utilitarianisme
 Tindakan utilitarianisme dinilai berdasarkan kebahagiaan yang
diciptakan, keuntungan atau kebaikan, semakin dinilai benar/tepat,
mengutamakan efisiensi dari tindakan.
 Aturan utilitarianisme, menilai suatu tindakan menurut aturan
moral, aturan yang baik yang menghasilkan kebaikan,suatu
tindakan dikatakan benar jika berada dibawah aturan yang benar.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
315
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

2) Deontologi
 Memprioritaskan “tugas” atau “kewajiban”, tanpa mengindahkan
konsekuensinya, dimanapun tempatnya dan kemampuan yang
dimilikinya

Beberapa contoh masalah konflik dan dilema moral dalam kebidanan &
kesehatan reproduksi :

1. Berkaitan dengan IPTEK


Bayi Tabung, Skrining Bayi, Donor Sperma, Penelitian dengan
menggunakan klien.

2. Berkaitan dengan Sosial-Budaya, Agama atau Kepercayaan


Transfusi darah, Penggunaan ALKON, Adopsi anak, Larangan bagi
bumil, bufas, menyusui.

3. Berkaitan dengan Tindakan Medis/Intervensi Kebidanan


SC, Episiotomi, Penggunaan USG, Vakum Ekstrasi/Forsep dll

Cara Pemecahan masalah :

1. Berkaitan dg IPTEK : biasanya sudah ada landasan hukumnya &


peraturannya, yg memberikan batas wewenang dlm tindakan  cari
landasan hukum dan peraturannya
2. Berkaitan dg Sos-Bud, Agama,Kepercayaan :
Merup hal yang sensitif, menyangkut perasaan  perlu advokasi &
konseling yang tepat
3. Berkaitan dg Tind.Medis/Intervensi Asuhan kebidanan : memerlukan
informed choice & informed Concent

Langkah – Langkah Pengambilan Keputusan Etik

Bidan adalah tenaga kesehatan profesional yang mempunyai


tanggung jawab memberikan asuhan kebidanan. Asuhan kebidanan
merupakan suatu pendampingan kepada wanita agar dalam menjalani
proses dan perubahan peran menjadi ibu dapat berlangsung aman, sehat,
anak yang dilahirkan dapat bertumbuh dan berkembang dengan sehat.
Karena posisi, peran dan budaya sering membuat perempuan dalam
keadaan “ ketidakberdayaan” membuat keputusan  Pemberdayaan.
Setiap individu mempunyai informasi yang bersifat pribadi/privacy 
perlu dijamin kerahasiaannya (confidentiality).
Ketidakseimbangan kebutuhan dan tuntutan.
KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN
PUSDIKLAT APARATUR – 2011
316
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

Keterbatasan sumber daya.


Perubahan terjadi sangat dinamis dapat menimbulkan “conflict” dan
“dilema” moral.

Untuk membantu mengambil keputusan pada situasi yang sulit,


individu mungkin dapat menggunakan teori etika, seperti deontologi dan
utilitarianisme. Walaupun kuno, teori ini telah diadaptasi dan ajaran
agama mereka masih berelevansi dengan standar yang sesuai untuk
menilai tindakan kita. Dapat dikatakan bahwa mendukung keyakinan
seorang pluralis dalam kewajiban berbuat baik, tidak berbuat jahat,
kewajiban untuk menepati, bersikap adil, memperbaiki diri,
berterimakasih/bersyukur, dan mengembangkan diri adalah sikap terpuji
dalam kehidupan seseorang atau dalam melakukan praktek kebidanan.
(Shirley R. Jones, 2000)

Dalam PP IBI tahun 1999 ciri dari keputusan yang etis adalah :

1) Mempunyai pertimbangan tentang apa yang benar dan apa yang salah
2) Sering menyangkut pilihan yang sukar
3) Tidak mungkin dielakkan
4) Dipengaruhi oleh norma-norma, situasi, iman, tabiat dan lingkungan
sosial

Langkah-langkah pengambilan keputusan etik menurut teori Bioethical


Thompson dan Thompson yang dikembangkan tahun 1985 dan
diperbaharui tahun 2003 adalah sebagai berikut :

1) Kaji situasinya untuk menentujan masalah


2) Pengumpulan informasi untuk pemahaman lebih lanjut
3) Identifikasi isu-isu etika dalam situasi tersebut
4) Pelajari hambatan personal dari permasalahan yang muncul
5) Identifikasi konflik nilai, jika ada
6) Tentukan siapa yang harus membuat keputusan
7) Identifikasi jenis-jenis tindakan dengan mengantisipasi hasil dari
masing-masing tindakan
8) Tentukan langkah pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan
9) Evaluasi hasil-hasil keputusan atau tindakan yang telah diambil

Dari contoh langkah-langkah pengambilan keputusan serta teori-teori


diatas dapat disimpulkan bahwa demikian cermat dan hati-hatinya
seorang bidan dalam mengambil sebuah keputusan agar tidak merugikan

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
317
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

kedua belah pihak baik dari sisi bidan maupun klien, sehingga semua
dapat berlangsung aman dan baik pada sebelum, selama dan sesudah
mengambil sebuah tindakan.

Upaya peningkatan pengembangan diri dapat dilakukan melalui


evaluasi diri dalam Pengembangan Praktek Profesional dan Kode Etik,
seperti contoh berikut :

1. Dalam keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan praktik


professional dalam bidang tugasnya, konsisten dengan aspek legal
yang berhubungan dengan praktik kebidanan, meliputi :
a. Menggunakan standar praktik professional untuk mengkaji
kompetensi diri
b. Berkonsultasi pada profesi lain dengan tepat yang sesuai dengan
keahliannya
c. Mengidentifikasi praktik-praktik yang membahayakan dan
memberikan respon dengan tepat.

2. Dalam melaksanakan praktik kebidanan respek, mempromosikan dan


mendukung hak-hak otonomi individu, interest, preferensi,
kepercayaan dan budaya, meliputi :
a. Memberikan saran keluarga berencana yang sensitive terhadap
budaya yang berlaku
b. Memastikan ibu bersalin, konsisten dengan agama dan keyakinan,
budaya dan preferensinya
c. Menghargai peran dan hubungan dalam keluarga, berdasarkan
agama, keyakinan, budaya, preferensi dan pengalamannya.

3. Melakukan praktik sesuai dengan legalitas yang relevan


a. Praktik berdasarkan peraturan yang berlaku
b. Mendemonstrasikan pengetahuan hukum yang berhubungan
dengan hak asasi manusia, kesetataraan dan akses untuk catatan
pasien.

4. Menjaga kerahasiaan informasi


a. Memastikan kerahasiaan dan keamanan informasi verbal dan
tertulis, dan memberikannya untuk kaperluan professional
b. Membuka informasi hanya kepada orang dan organisasi yang
berhak untuk keperluan kesaksian peradilan.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
318
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

5. Dalam melakukan tugasnya berkolaborasi dengan profesi dan badan


lain, dengan berbagai cara
a. Menghargai kontribusi dalam pelayanan kesehatan
b. Melibatkan tenaga professional dan badan lainnya untuk
berpartisipasi secara efektif dalam asuhan untuk perempuan, bayi
dan keluarganaya
c. Menghargai pekerjaan tenaga profesional dan organisasi lain,
misalnya :
- Tenaga kesehatan
- Pekerja sosial
- Keamanan sosial, perumahan
- Konseling, bimbingan dan saran-saran
- Perlindungan anak
- Hukum

6. Mengelola dan memprioritaskan kebutuhan


a. Memutuskan orang yang mampu dan tempat yang terbaik untuk
memberikan intervensi kepada perempuan, bayi dann keluarganya
b. Tanggap untuk mengelola kesulitan dan isu dalam pelayanan
kebidanan

7. Memberikan dukungan yang kreatif dan mempertahankan lingkungan


yang sehat, aman dan menjamin kesejahteraan perempuan, bayi dan
lainnya
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi
b. Upaya promosi kesehatan, keamanan dan keseloamatan lingkungan
di tempat kerja, di rumah pasien, di masyarakat, di klinik atau
rumah sakit.

8. Berkontribusi dalam pengembangan pedoman evaluasi dan kebijakan,


untuk memberikan rekomendasi perubahan yang berfokus pada
perempuan, bayi dan keluarganya
a. Mempertimbangkan fakta-fakta yang ada
b. Memberikan feedback kepada pimpinan dalam kebijakan pelayanan
c. Memberikan pertimbangan kebijakan dalam konteks kesehatan
umum dan sosial yang berfokus pada perempuan, bayi dan
keluarganya.

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
319
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

VIII. REFERENSI

1. Diamond B ( 1994). The Legal Aspect a Midwifery. England


2. Hanafiah j Amir A. (1999). Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Ed 3.
Jakarta : EGC
3. IBI. (2006) Etika dan Kode Etik Profesi Bidan Indonesia
4. Jones SR (1994). Ethic in Midwifery. London : Mosby
5. Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan
6. Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Standar Asuhan
Kebidanan
7. Penilaian Angka Kredit dan Jabatan Fungsional Bidan
8. Permenkes RI No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
9. Permenkes RI No. 161/Menkes/PER/I/2000 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
10. Raynor Maureen D, Marshall Jayne E, Sullivan Amanda, (2005) Decision in
Making in Midwifery Practice, Elsevier Churchill Livingstone,
11. Salam B (1997). Etika Sosial sebagai asas moral kehidupan. Jakarta: Rineka
Cipta
12. Sweet BR (1998). Mayes Textbook for Midwives. London
13. Undang – Undang Anti Kekerasan terhadap Perempuan
14. Undang – Undang Kesehatan No. 36 tahun 2010
15. Undang – Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2006

IX. LAMPIRAN

 Lembar evaluasi diri

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
320
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

LEMBAR EVALUASI
PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL/ETIKA PROFESI BIDAN

Nama Bidan : .................................................. Hari, tanggal ..........................................

Score
No ASPEK YANG DIAMATI
0 1 2 3 4
I Penerapan prinsip etiko-legal dan kode etik profesi bidan
1. Memenuhi persyaratan /standar kualifikasi sebagai Bidan
a. Memiliki ijazah bidan yang dipersyaratkan dan
diterbitkan oleh lembaga yang berwenang dan
terakreditasi
b. Memiliki Surat Tanda Registrasi/Surat Penugasan/ Surat
Ijin Bidan/Surat Tanda Ijin Praktik Bidan yang berlaku
c. Memiliki Surat/Sertifikasi pendidikan/pelatihan dan
sejenisnya sesuai yang dipersyaratkan
d. Mampu menunjukkan kemampuan bidan sesuai standar
kompetensi/Sertifikat Uji kompetensi yang berlaku
e. Berkelakuan baik tidak terlibat kriminal, NAPZA,
kejahatan dan sejenisnya
2. Memiliki komitmen terhadap profesi Bidan
a. Menguasai Peran dan Tanggung jawab Bidan
b. Memiliki sertifikat Sumpah/Janji Bidan
c. Menguasai Kode Etik Bidan Indonesia dan International
d. Memiliki kartu keanggotaan organisasi Ikatan Bidan
Indonesia yang berlaku
3. Menguasai peraturan perundang-undangan yang belaku :
a. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009
b. Peraturan Pemerintah baik pusat dan daerah yang terkait
dengan pelayanan kebidanan
c. Standar Profesi Bidan
d. Ijin Penyelenggaran Praktik Bidan dan Kewenangannya
e. Standar Pelayanan Kebidanan
f. Standar Asuhan Kebidanan
g. Standar Operasional Prosedur

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
321
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

4. Memiliki karakter Bidan Profesional


a. Berjiwa altruistik
b. Penampilan menarik sehat bugar
c. Tangguh, gigih, semangat
d. Tanggap, peduli, responsif
e. Pengetahuan luas
f. Siap menerima risiko atas tugasnya
g. Rendah hati
h. Mengenal keunggulan dan kelemahan diri
i. Menghargai perbedaan individu
j. Berani menentukan sikap
k. Percaya Diri
l. Kreatif
m. Inovatif
n. Tegas
o. Tulus Ikhlas

II Berperilaku etis terhadap klien, teman sejawat dan


masyarakat
1. Kemampuan berkomunikasi verbal dan non verbal
a. Ramah dan Sopan, bicara menghadap lawan bicara,
kepala tegak, sikap tubuh tegap, bergerak alamiah &
bebas,
b. Wajah rileks dan bersahabat, senyum alami, nyaman,
kontak mata terpelihara, perhatian penuh,
c. Bicara tidak bertele-tele, tidak tergesa-gesa, ucapan jelas,
nada cukup keras, menggunakan bahasa baku.
2. Kemampuan mengkomunikasikan pesan
a. Isi Pesan
1) Tujuan tindakan
2) Manfaat tindakan
3) Risiko tindakan
4) Pilihan tindakan
5) Prosedur tindakan
6) Persetujuan dan ijin tindakan
b. Diplomatis
c. Asertif
d. Memberikan bimbingan, dukungan, nasehat dengan baik
dan benar

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
322
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

3. Berlaku Profesional :
a. Kompeten/menguasai bidang tugasnya
b. Komitmen, disiplin, tepat janji
c. Cekatan
d. Menjaga keamanan dan kenyamanan : bekerja cermat/
teliti
e. Tanggung jawab, siaga /antisipasi masalah
f. Berlaku Adil/tidak membeda-bedakan
g. Tidak menghakimi/menyalahkan orang lain
h. Menjaga rahasia jabatan dan privasi
i. Empati
j. Meminimalisir intervensi
4. Kepemimpinan
a. Kemampuan menggerakkan orang lain untuk kegiatan
positif,
b. Mengambil keputusan secara tepat & cepat,
c. Memprioritaskan tugas, memotivasi
d. Percaya diri dalam menyampaikan ide

5. Menjalin hubungan interpersonal dan kerjasama


a. Mampu menjalin hubungan saling percaya dengan luwes
b. Mudah berdaptasi,
c. Menghormati hak-hak/pilihan/pendapat individu
d. Emosi terkendali/terkontrol
e. Sabar
f. Pendengar yang baik
g. Sikap terbuka, dapat menerima kritik
6. Kemampuan pemecahan masalah
a. Mampu mengenal masalah,
b. Prioritas masalah,
c. Mencari alternatif dan memilih solusi terbaik,
d. Mengkomunikasikannya dengan jelas, tegas dan
komprehensif
III Mengembangkan kemampuan profesional, mengkaji isu etik
strategis, pelanggaran hak-hak individu dalam kemitraan

1. Melakukan kajian/analisis isu etik strategis


2. Melakukan pencegahan konflik etik dan pelanggaran hak-hak
klien
a. Informed concent
b. Negosiasi
c. Persuasi
d. Partisipasi aktif dalam Komite Etik

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
323
MODUL PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL BIDAN
JENJANG TERAMPIL – PELAKSANA

3. Memiliki Akses terhadap Perkembangan Informasi Up date


tentang Praktik Kebidanan, etiko-legal dan kebijakan
termasuk pendidikan dan pelatihan

Catatan Sejawat/Pembimbing/Atasan : Catatan Pribadi :

Score nilai : terendah 0 – tertinggi 4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI – BADAN PPSDM KESEHATAN


PUSDIKLAT APARATUR – 2011
324

Anda mungkin juga menyukai