Anda di halaman 1dari 7

ARTIKEL ASLI

MEDICINA 2019, Volume 50, Number 3: 509-515


P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321

Bedah eksisi pada kista epidermal yang awalnya


dicurigai neurofibroma tipe-1

Made Hasri Dewi,* Made Wardhana


CrossMark
ABSTRACT

Epidermal cysts are the most common type of benign skin cancer in more in the third and fourth decades. The pathogenesis of epidermal
patients. Cysts are thin, round-walled lumps that form from the sweat cysts is much associated with rupture of the pilosebaseous follicle
glands (sebaceous) and occur due to blockages in the mouth of the gland. associated with acne. Its main surgical action in the field of dermatology
These cysts are also known as atheroma cysts, epidermal cysts, epidermal has developed quite rapidly. In this case report reported cases of
inclusion cysts and sebaceous cysts. Cysts can be categorized according to epidermal cysts on the neck of a man aged 34 years. The diagnosis is
anatomic location, embryological derivation, and from histopathological based on history, physical examination and histopathology. Patients in
features, more often in dark-skinned people, can occur at all ages but this case report performed surgical elips excision, showed good results.

Keywords: epidermal cyst, ellipse excision


Cite This Article: Dewi, M.H., Wardhana, M. 2019. Bedah eksisi pada kista epidermal yang awalnya dicurigai neurofibroma tipe-1. Medicina
50(3): 509-515. DOI:10.15562/Medicina.v50i3.724

ABSTRAK

Kista epidermal adalah jenis kanker kulit jinak yang paling banyak banyak pada dekade ketiga dan keempat. Patogenesis kista epidermal
ditemukan pada pasien. Kista berbentuk benjolan bulat dan berdinding banyak berhubungan dengan rupturnya folikel pilosebaseus yang
tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebaseus) dan terjadi akibat berhubungan dengan akne. Tindakan pembedahan utamanya dibidang
adanya sumbatan pada muara kelenjar tersebut. Kista ini juga dikenal dermatologi mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada laporan
dengan nama kista ateroma, kista epidermal, kista inklusi epidermal dan kasus ini dilaporkan kasus Kista Epidermal pada leher seorang lelakiusia
kista sebaseus. Kista dapat dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi, 34 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
derivasi embriologi, dan dari gambaran histopatologinya, lebih sering fisik dan histopatologi. Pasien pada laporan kasus ini dilakukan tindakan
pada orang yang berkulit gelap, dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih bedah eksisi, menunjukkan hasil yang baik.

Kata kunci: Kista Epidermal, eksisi elip


Cite Pasal Ini: Dewi, M.H., Wardhana, M. 2019. Bedah eksisi pada kista epidermal yang awalnya dicurigai neurofibroma tipe-1. Medicina 50(3):
509-515. DOI:10.15562/Medicina.v50i3.724

PENDAHULUAN
Kista epidermal adalah lesi kulit berbentuk kubah pada beberapa keadaan seperti inflamasi dan lesi
Departemen Dermatologi dan yang tumbuh lambat, timbul dari sel-sel yang menjadi sangat nyeri, memerlukan penanganan
Venereologi Fakultas Kedokteran membentuk lapisan luar kulit (epidermis). Lesi yang cepat. Walaupun kejadiannya sangat jarang,
Universitas Udayana/RSUP dapat muncul di berbagai tempat yang mengandung kejadian keganasan, pertumbuhan yang cepat dan
Sanglah Denpasar kelenjar sebaseus, namun lebih banyak terdapat pada pendarahan pernah dilaporkan.5
wajah, leher, bahu dan punggung. Kista epidermal Diagnosis banding kista epidermal sangat
*
Correspondence to: lebih sering pada orang yang berkulit gelap, dapat luas dan banyak penulis yang menyatakan bahwa
Made Hasri Dewi, Departemen
Dermatologi dan Venereologi terjadi pada semua usia tetapi lebih banyak pada diagnosis akhir hanya bisa didapatkan dari pemer-
Fakultas Kedokteran Universitas dekade ketiga dan keempat.1,2,3 Patogenesis kista iksaan histopatologis dari spesimen hasil operasi,
Udayana/RSUP Sanglah Denpasar epidermal banyak berhubungan dengan rupturnya antara lain kista brachial cleft, kista dermoid, kista
hasrimade@gmail.com folikel pilosebaseus yang berhubungan dengan trikhilemal, steatokistoma, kista pilonidal, lipoma
akne. Penyebab lain dari kista ini adalah gangguan dan sangat jarang menyerupai neurofibromatosis.6
Diterima: 2019-05-13 perkembangan dari kelenjar sebaseus dan adanya Neurofibromatosis tipe 1 (NF-1) adalah kelainan
Disetujui: 2019-07-18 trauma di lapisan epitelium yang melapisi kulit.1,4 genetik yang diwariskan secara autosomal dominan
Publis: 2019-12-01 Kebanyakan kista ini bersifat asimtomatik, namun disebabkan oleh mutasi heterozigot dari gen NF-1

509
ARTIKEL ASLI

yang terletak pada kromosom 17q11.2. Penyakit ini pada permukaannya terdapat telangiektasis, dan
dapat menimbulkan manifesasi klinis yang berbe- terdapat punctat soliter, ukuran diameter 2,5 cm.
da-beda, berupa gejala kulit, neurologis, endokrin Pada perabaan didapatkan nodul teraba lunak dan
dan orthopedi.7,8 mobile. (Gambar 1). Pada lokasi punggung atas
Pada umumnya kista epidermal tidak memer- didapatkan efloresensi makula hiperpigmentasi
lukan pengobatan, kecuali terdapat keluhan soliter, bentuk geografika, ukuran 2x3 cm,batas
secara kosmetik,namun demikian pada beberapa tegas, yang disebut sebagai cafe aulait (Gambar 2).
kasus dilaporkan dapat terjadi keganasan. Pilihan
pembedahan yang biasa digunakan adalah bedah
insisi dan drainase dan bedah eksisional. Bedah
insisi adalah salah satu teknik bedah konvensional
yang digunakan untuk menangani kista epidermal.
Namun saat ini, teknik ini banyak ditinggalkan
karena tingginya angka rekurensi setelah pembe-
dahan yang disebabkan apabila kapsul kista masih
tertinggal. Sedangkan bedah eksisional merupa-
kan pilihan terapi non konvensional yang banyak
digunakan saat ini, karena tingkat keberhasilan
terapi yang tinggi dengan angka rekurensi yang
rendah.9,10,11
Pada laporan kasus ini dilaporkan kasus
kista epidermal yang awalnya dicurigai
Neurofibromatosis tipe 1 (NF-1) yang dilaku-
kan bedah eksisi. Laporan kasus ini dibuat untuk
menambah pengetahuan kita tentang cara penega-
kkan diagnosis, pemeriksaan penunjang serta
penatalaksanaan kista epidermal pada pasien.

ILUSTRASI KASUS
Dilaporkan satu kasus kista epidermal pada pasien
lelaki berusia 35 tahun yang datang ke Poliklinik Gambar 1  Lesi pada leher
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar Divisi Tumor Bedah Kulit.
Pasien datang untuk menghilangkan benjolan yang
terletak pada lehernya yang dikeluhkan timbul
sejak 1 tahun yang lalu. Pasien awalnya menge-
luh timbul jerawat kecil pada lehernya, kemu-
dian digaruk dan dipencet-pencet oleh pasien.
Kemudian menjadi benjolan yang semakin lama
dirasakan bertambah besar, tidak dikeluhkan gatal
dan nyeri pada benjolan. Pasien pernah menderita
keluhan yang serupa 3 tahun yang lalu di telinga
kanan, dan sudah dioperasi. Pasien juga menga-
takan terdapat bercak kehitaman pada punggung
yang timbul sejak lahir, tidak ada perubahan
ukuran, rasa gatal maupun nyeri. Riwayat trauma
ataupun adanya bekas luka sebelumnya disangkal,
riwayat alergi obat dan keloid disangkal. Riwayat
penyakit sistemik tidak ada. Pasien merupakan
wiraswasta.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
pasien baik, kompos mentis, tanda-tanda vial dan
status generalis dalam batas normal. Pada pemer-
iksaan kulit pada lokasi leher kiri, didapatkan
efloresensi nodul soliter, sewarna kulit, bentuk
bulat dengan atapnya berbentuk seperti kubah, Gambar 2  Lesi pada punggung

510 Medicina 2019; 50(3): 509-515 | doi: 10.15562/Medicina.v50i3.724


ARTIKEL ASLI

Gambar 3 Persiapan alat

Gambar 6  Eksisi Elips

Gambar 4 Desinfektan

Gambar 7 Pengangkatan lesi

Gambar 5 Anestesi
Gambar 8 Penjahitan

Medicina 2019; 50(3): 509-515 | doi: 10.15562/Medicina.v50i3.724 511


ARTIKEL ASLI

Gambar 11 
tampak sediaan berupa potongan
Gambar 9 Penutupan jaringan yang terdiri dari epitel
skaumosa berlapis dengan statum
granulosum.

Gambar 10 Hari ke-7 paska operasi


Gambar 12 
Tampak pula stroma dan keratin.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapa- Gambaran ini sesuai dengan gam-
tkan diagnosis banding Kista epidermal dan baran keratinocyst tipe epidermal
Neurofibroma tipe-1. Penatalaksanaan dilakukan
tindakan bedah eksisi dan pemeriksaan histopa- penekanan menggunakan kassa steril pada pemb-
tologi pada jaringan paska eksisi. uluh darah. Penjahitan dilakukan dengan teknik
Tahap-tahap pelaksanaan operasi bedah eksisi simple interrupted sutures menggunakan benang
adalah sebagai berikut. Sebelum dilakukan tinda- nilon 5-0 sebanyak 2 jahitan. Luka operasi
kan, dilakukan pemeriksaan keadaan pasien didesinfeksi ulang dan dibersihkan dengan cairan
secara umum, penjelasan mengenai tindakan natrium klorida 0,9%, dioleskan gentamisin krim
operasi yang akan dilakukan beserta risiko dan 0,1% kemudian ditutup dengan kasa steril dan
efek samping, penandatanganan inform consent. plester (Gambar 8).
Persiapan alat-alat yang diperlukan sebelum Pemeriksaan histopatologi didapatkan poton-
operasi dimulai (Gambar 3). Pasien diposisikan gan jaringan terdiri dari dinding jaringan ikat
di meja operasi, pasien berbaring terlentang. fibrous yang dilapisi epitel berlapis skuamous
Lapangan operasi didesinfeksi dengan menggu- berkeratin tanpa adneksa kulit maupun folikel
nakan larutan povidon iodine 10%. Kemudian rambut, yang mengandung skuama. Kesimpulan
ditutup dengan dengan duk steril (Gambar  4). gambaran morfologi sesuai dengan Epidermal Cyst
Dilakukan anestesi lokal dengan menggu- (Gambar 11,12). Pasien didiagnosis dengan Setelah
nakan lidokain hidroklorida 2% (Gambar  5). tindakan operasi, pasien diberikan analgetik siste-
Injeksi dilakukan perlahan agar kapsul kista mik asam mefenamat 500 Kista epidermal paska
tidak rusak. Lakukan sayatan berbentuk linier bedah eksisi. Diberikan asam mefenamat 500 mg
dengan membuat lubang pada bagian tengah lesi setiap 8 jam per oral. Pasien diberikan komunikasi,
sepanjang mengikuti RSTL (Gambar 6). Setelah informasi dan edukasi untuk menjaga kebersihan
itu lakukan penjepitan kapsul dengan forceps, luka operasi, kontrol setiap 3 hari paska operasi
kemudian seluruh dinding kista dapat dikeluar- dan pada hari ke 7 dilakukan pelepasan jahitan.
kan (Gambar 7). Perdarahan dihentikan dengan (Gambar 10).

512 Medicina 2019; 50(3): 509-515 | doi: 10.15562/Medicina.v50i3.724


ARTIKEL ASLI

DISKUSI
Kista epidermal adalah jenis kanker kulit jinak tetapi pada kista yang multipel banyak berhubungan
yang paling banyak ditemukan pada pasien. Kista dengan Gardner syndrome, yang dapat berkembang
ini juga dikenal dengan nama kista ateroma, menjadi polips premaligna. Pada bagian tengah lesi
kista epidermal, kista inklusi epidermal dan kista sering terlihat adanya punctata berwarna hitam
sebaseus. Istilah inklusi epidermal ditujukan untuk keabuan, yang menandakan adanya sumbatan
kista epidermal hasil implantasi elemen epidermal keratin yang lebih jarang ditemukan pada kista
pada lapisan dermis. Karena sebagian besar berasal yang berukuran lebih besar. Punctata pada epider-
dari infundibulum folikular, istilah kista epidermal mis tidak selalu ditemukan.14,15
banyak digunakan, sedangkan istilah kista sebaseus Kista yang terinfeksi atau mengalami inflamasi
banyak ditinggalkan karena sering tidak ditemu- dapat berkembang jadi abses, yang ditandai dengan
kannya sebum pada bagian dalam kista. Istilah bau yang menyengat dan pada kulit di sekitar kista
milia menggambarkan kista epidermal yang kecil tampak eritema, nyeri pada perabaan, terdapat pus
dan lebih superfisial. Kista ini ditemukan di daerah didalamnya dan pada manipulasi tampak pengel-
yang mengandung kelenjar sebasea, seperti si uaran bahan berwana putih keju dengan bau yang
daerah muka, kepala, dan punggung. Kista kadang busuk. Proses inflamasi yang berkepanjangan dapat
terdapat multipel dalam berbagai ukuran seperti di mengakibatkan squamous cell carcinoma, basal
kepala atau skrotum. Kista ateroma tidak pernah cell carcinoma dan metastatic carcinoma yang lain,
dijumpai di telapak tangan atau telapak kaki.1,3 walaupun kejadiannya jarang. Pada pasien biasanya
Insiden kista epidermal pada kepala dan leher ditandai dengan lesi ulkus necrotizing. Lesi dengan
sama pada pria dan wanita. Walaupun jenis kista komplikasi seperti ini harus mendapat penatalak-
ini biasanya bermanifestasi pada dekade kedua dan saan segera.1,10,11 Pada perjalanan klinisnya, kista
ketiga tetapi dapat juga terjadi pada bayi baru lahir epidermal berukuran besar jarang terlihat pada
atau usia beberapa bulan.3 praktek sehari-hari. Kista kecil dapat menjadi besar
Kista epidermal terjadi akibat proliferasi sel dalam beberapa tahun, dengan kecepatan pertum-
epidermal dalam ruang yang sirkumskrip pada buhan rata-rata 0,5 cm per tahun. Karena tidak
dermis. Pada analisis kista epidermal, struktur terdapat gejala, kista ini jarang mendapat perhatian
dan pola lipidnya sama seperti pada sel epidermis. dari pasien dan merupakan faktor risiko terjadinya
Kista epidermal mengekspresikan sitokeratin 1 kista epidermal yang berukuran besar. Kista epider-
dan 10, yang berasal dari infundibulum dari folikel moid banyak berisi keratin dan lipid, dan bau yang
rambut. Inflamasi dimediasi oleh bagian berkera- khas banyak berhungan dengan kista yang berisi
tin pada kista epidermal, dan proses inflamasi ini jaringan lemak, infeksi bakteri dan decomposition.
terjadi secara sekunder akibat rupturnya dinding Ruptur yang spontan dapat mengeluarkan bahan
kista dengan pengeluaran bahan di dalamnya, yang lembut, berwarna kunig ke lapisan dermis.
yang meransang terjadinya respon inflamasi. Pada Respon ninflamasi ( reaksi benda asing), dapat
beberapa penelitian, keratin ini bersifat kemotak- memproduksi material purulen. Pembentukan skar
tif untuk PMN. Penelitian menyebutkan HPV pada kista membuat pengangkatan menjadi sulit.
(Human Papilloma Virus) dan paparan sinar UV Pemeriksaan kultur kuman aerob dan anaerob
berperan dalam pembentukan kista epidermal. adalah prosedur standar untuk memperoleh
Cara perubahan kista epidermal menjadi bersifat pengobatan yang tepat. Pada lesi yang mengalami
kanker belum diketahui pasti dan perkembangan inflamasi harus diterapi dengan insisi drainase dan
menjadi tumor ganas sangat jarang. Iritasi kronik pengobatan tambahan seperti NSAIDs dan antibio-
dan trauma berulang pada batas epitel dari kista tika sistemik.9,12,13
epidermal berperan dalam transformasi kega- Pada pasien gejala dirasakan pada usia 34 tahun,
nasan, akan tetapi patogenesisnya masih belum dan pernah mengalami keluhan yang sama pada
diketahui.12,13,14 usia 32 tahun pada telinga kanan. Benjolan tampak
Kista epidermal banyak ditemukan di daerah sewarna kulit, awalnya tampak kecil seperti jerawat.
berambut seperti wajah, kulit kepala, leher, dada, kemudian benjolan makin lama semakin membe-
punggung, skrotum dan hanya 10% kasus menge- sar dan teraba lunak. Pada pemeriksaan fisik nodul
nai ekstrimitas. Kista ini sangat jarang terjadi pada soliter, sewarna kulit, berukuran diameter 2,5 cm.
daerah telapak tangan dan kaki, karena daerah ini Pada perabaan terasa lunak dan mobile. Tidak
tidak memiliki folikel rambut. Lesi ditandai dengan ditemukan tanda-tanda inflamasi di sekitar nodul,
lesi asimtomatik, berukuran kecil (diameter 1-4 dan pasien tidak mengeluh gatal serta nyeri pada
cm), mudah digerakkan,konsistensi keras sampai nodul kulit.
kenyal, lesi berbentuk kubah yang terlatak di atas Diagnosis banding kista epidermal sangat
epidermis. Kebanyakan kista berjumlah tunggal luas dan banyak penulis yang menyatakan bahwa

Medicina 2019; 50(3): 509-515 | doi: 10.15562/Medicina.v50i3.724 513


ARTIKEL ASLI

diagnosis akhir hanya bisa didapatkan dari pemer- seluruh tubuh pada orang tua dan saudara pasien.
iksaan histopatologis dari spesimen hasil operasi, Diagnosis kista epidermal ditegakkan dari pemer-
antara lain kista brachial cleft, kista dermoid, kista iksaan histopatologi, yang didapatkan hasil sediaan
trikhilemal, steatokistoma, kista pilonidal, lipoma berupa potongan jaringan yang terdiri dari epitel
dan sangat jarang menyerupai neurofibromatosis.15 skuamosa berlapis dengan stratum granulosum.
Kebanyakan kasus kista epidermal dapat didiagno- Tampak pula stroma dan keratin. Kesimpulan dari
sis dari gambaran klinis yang didapat pada pasien. pemeriksaan histopatologi adalah sesuai dengan
Pada kasus yang meragukan, pemeriksaan histopa- keratinocyst tipe epidermal.
tologi digunakan untuk menyingkirkan beberapa Menurut beberapa para ahli bedah, pengobatan
diagnosis banding. Pada pemeriksaan histopa- terbaik dalam pengobatan kista epidermal adalah
tologi biasanya ditemukan adanya barisan lapisan menggunakan teknik bedah eksisi, dimana bedah
epitel skuamosa yang berjajar, yang mengandung eksisi dilakukan dalam prosedur minor di bawah
lapisan granular yang berisi bahan keratin, yang anestesi lokal. Prinsip dari pembedahan pada kista
bisa mengandung lamina. Pada kapsul di kista juga adalah mengeluarkan seluruh kapsul kista, tanpa
tidak terdapat folikel rambut, kelenjar sebaseus dan pengeluaran atau sedikit pengeluaran dari sebum.
kelenjar apokrin keringat.2,12 Prosedur ini dilakukan dalam kondisi aseptik.
Neurofibromatosis memiliki tiga bentuk, yaitu Anestesi lokal biasanya menggunakan lidocaine
NF-1, NF-2 (bilateral acoustic/ NF sentral, dan dengan noradrenalin. Operator harus menghindari
Schwannomatosis. Secara epidemiologi, lebih dari injeksi lidokain yang langsung mengenai kista,
90% kasus neurofibromatosis merupakan NF-1.2 karena dapat meningkatkan tekanan dan mening-
Penyakit ini disebabkan oleh mutasi gen dari katkan risiko ruptur.18,19,20 Setelah dilakukan
kromosom 17q11.2 dengan kode protein besar anestesi lokal, pada kulit dilakukan tindakan insisi
disebut neurofibromin.7 Mutasi gen ini menyebab- pada 1/3 panjang kista mengikuti Langers line.
kan penurunan ekspresi protein neurofibromin. Lebih baik bila diberikan tanda pada kista sebelum
Protein ini mengatur signal untuk proliferasi dan dilakukan eksisi. Teknik eksisi yang disarankan oleh
diferensiasi sel melalui aktivitas enzim triphospha- sebagian ahli bedah adalah teknik eksisi elips, untuk
tase ras-guanosin. Neurofibroma terbentuk akibat mendapatkan hasil kosmetik yang baik. Beberapa
proliferasi sel yang tidak terkontrol ketika kedua penulis menyatakan, bedah eksisi baik untuk kista
alel NF-1 dari sel Schwann mengalami mutasi. yang berukuran 1-2 cm, dan pada kista yang lebih
Sekitar 50% dari kasus NF-1 timbul secara spora- besar digunakan eksisi luas untuk mengangkat
dik karena terjadi mutasi baru.11 Kriteria diagnosis seluruh kapsul kista, dan berhubungan dengan
yang berkembang, menurut U.S. National Institutes hasil kosmetik yang lebih baik. Saat seluruh isi kista
of Health Consensus Conference, minimal terdapat dikeluarkan dengan teknik ini, risiko terjadinya
2 atau lebih dari beberapa gambaran klinis berikut rekurensi berkurang. Selanjutnya adalah mengelu-
yang harus terpenuhi untuk mendiagnosis suatu arkan kapsul yang dilakukan dengan menggunakan
penyakit Neurofibromatosis tipe 1, diantaranya teknik blunt and sharp dissection. kapsul dapat
yaitu pada dewasa terdapat 6 atau lebih bercak café dikeluarkan dari jaringan lunak di sekitarnya. Jika
au lait berukuran diameter lebih dari 15 mm dan dinding kista mengalami ruptur selama pembe-
pada anak-anak ukurannya lebih dari 5 mm, freck- dahan, daerah sayatan harus diperlebar. Apabila
les di area ketiak/lipatan paha, terdapat 2 atau lebih terdapat proses inflamasi di sekitar kapsul dapat
neurofibroma dermal atau 1 neurofibroma plexi- mengakibatkan kapsul menjadi lebih rapuh. Jenis
form, 2 atau lebih nodul Lisch, displasia skeletal, kapsul bervariasi tergantung dari ketebalannya
riwayat keluarga dengan neurofibromatosis, dan dan tingkat kemudahan untuk mengeluarkan kista
tumor optik glioma. Diagnosis NF-1 ditegakkan tergantung dari lokasi kista. Pendarahan selama
berdasarkan pemerikaan klinis. Pemeriksaan histo- proses bedah dapat dikontrol dengan elektro-
patologis pada kasus neurofibromatosis sendiri kauter. Setelah pembedah selesai, luka ditutup
jarang diperlukan. Dalam kondisi tertentu dapat dengan non-absorbable sutures.19,20 Teknik penja-
dilakukan untuk membedakan neurofibroma dari hitan simple interrupted suture merupakan suatu
keganasan tumor selubung saraf perifer.7,8,17 teknik penjahitan sederhana yang paling banyak
Pada kasus awalnya terdapat kecurigaan terh- digunakan. Teknik ini dikatakan dapat mence-
adap suatu gambaran Neurofibromatosis tipe-1. gah terjadinya wound dehiscence dan mengurangi
Pada kasus, pasien datang dengan benjolan pada tegangan kulit pada tepi luka.21 Teknik ini mempu-
leher, yang dirasakan sejak 4 bulan yang lalu, nyai kekuatan regangan yang lebih besar, namun
Pada area punggung juga terdapat makula hiper- meningkatkan risiko terjadinya edema, indurasi
pigmentasi, soliter, berbatas tegas, bentuk bulat dan adanya gangguan mikrosirkulasi, dibanding-
hingga geografika, ukuran 3 x 5,5 disebut makula kan teknik running suture. Risiko terjadinya wound
cafe au lait. Tidak didapatkan riwayat benjolan dehiscence didapatkan lebih banyak pada daerah

514 Medicina 2019; 50(3): 509-515 | doi: 10.15562/Medicina.v50i3.724


ARTIKEL ASLI

badan dan ekstrimitas. Luka operasi harus diamati 3. Wu Huiling, Wang Shoujie. A New Procedure for Treating
a Sebaceous Cyst: Removal of the Cyst Content with a
setiap minggu sampai terjadi penyembuhan yang Laser Punch and the Cyst Wall with a Minimal Postponed
sempurna 22,23,24 Excision. Aesthetic Plastic Surgery. 2011;33:597-599.
Pada kasus, dilakukan tindakan bedah eksisi 4. Lin Yew Chin, Jwo Chuan. Squamous Cell Carcinoma
Arising in an Epidermal Inclusion Cyst, a Case Report.
elips, yang dimulai dengan tindakan insisi pada Department of General Surgery. 2010.h.279-282.
permukaan kista. Kemudian mengeluarkan kapsul 5. Mohan S, Kumar S. Lipoma Rare Presentation. Journal of
yang dilakukan dengan menggunakan teknik blunt Medical Science. 2013;2(11);1724-1729.
6. Weedon D. Viral diseases. In: Patterson JW. Weedon’s
and sharp dissection beserta pengangkatan seluruh Skin Pathology. Edisi ke-4. Churcill Livingstone.
isi dari kista menggunakan forceps. Penutupan luka 2016.h.732-735.
paska operasi digunakan benang nilon monofila- 7. Sirvaitis A, Sirvaitis R, Perusek T, Zuazaga JG. Early
Cutaneous Signs of Neurofibromatosis Type 1. Dermatology
men 4.0 dengan penhajitan simple interupted suture. Nurses Association. 2017;9(4): 191-3.
Pada umumnya kasus kista epidermal yang telah 8. Listernick R, Charrow J. The Neurofibromatoses. In:
dilakukan pembedahan akan menunjukkkan prog- Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ,
Wolff K, editors. Fitxpatrick’s Dermatology in General
nosis yang baik, dengan angka kesembuhan penya- Medicine. 8th ed. New York: Mcgraw-Hil; 2012.h.1689-90.
kit tinggi, dan jarang terjadi rekurensi. Diagnosis 9. Moore Bryan, Fagan Blake. What’s The Best Treatment
yang dini dari kista epidermal memberikan hasil for Sebaceous Cyst. Family Physician Inquiries Network.
2010; 25(4):315-317.
kosmetik dan fungsional yang baik. Kasus rekurensi 10. Zuber T. Minimal Excision Technique for Epidermoid
terjadi bila kapsul kista tertinggal, sehingga sering (Sebaceous) Cyst. American Family Physician. 2010;
menimbulkan lesi yang baru pada pasien. Lesi 65(7):1409-1412.
11. Ali Asad, Tahir SM, Memon AS, Epidermoid Inclusion Cyst
dengan inflamasi menimbulkan respon pengobatan of The Perineum- A Rare Case Report In A 50 Years Old
yang lambat dan meningkatkan risiko terjadinya Male. Pakistan Department of Surgery. 2010; 21(3):1-2.
malignansi, sehingga memerlukan penatalaksa- 12. Mary S Stone. Neoplasma Of The Skin Section. Dalam:
Bolognia J, Joseph L. Dermatology.edisi ke-3. New York:
naan segera agar dapat menimbulkan respon terapi Elsevier Saunderi; 2012.h.1817-1850.
yang baik pada pasien. 23,24 Pada follow up pasien 13. Pandnya AK. Benign Skin Lesions: Lipomas, Epidermal
setelah tindakan pembedahan, tidak ditemukan Inclusion Cysts, Muscle and Nerve Biopsies. Department
of Surgery. 2009.h. 677-687.
tanda-tanda yang mengarah ke arah infeksi seperti 14. Bendre M, Tambe U. Giant Epidermal Cyst. A Case Report.
bengkak, nyeri dan kemerahan di sekitar luka Indian Journal Of Applied Research. 2014; 4(5): 443-444.
operasi dan masih memerlukan pengamatan lebih 15. Kanee B. Removal of Sebaceous Cysts-A Modification in
Technique. Canada Medical Journal. 2013; 89:518-519.
lanjut dan memerlukan pengamatan berkala setiap 16. Canon A, Chen MJ, Li P, Boyd K, Theos A, Redden DT,
minggu, sampai terbentuknya penyembuhan luka et  al. Cutaneous Neurofibromas In Neurofibromatosis
operasi secara sempurna. Prognosis pada pasien Type I: A Quantitative Natural History Study. Orphanet
Journal of Rare Diseases. 2018;13:31.
adalah dubius ad bonam. 17. Ferner RE, Gutmann DH. Neurofibromatosis Type 1
(NF1): Diagnosis And Management. Handb Clin Neurol.
2013;115:939–55
SIMPULAN 18. Shah S, Wain R. Step-By-Step Sebaceous Cyst Excision.
The Internet Jounal of Plastic Surgery. 2010; 7(1):1-5.
Telah dilaporkan sebuah kasus kista epidermal 19. Anzarut T. Epidermoid Cysts. Plastic and Cosmetic
yang awalnya diduga suatu neurofibromatosis Surgery. 2012. p 201-203.
20. Yuksel ME, Funda T. Surgical Removal of The Epidermal
tipe-1 pada seorang lelaki usia 34 tahun. Diagnosis Inclusion Cysts With Squeeze Technique : Case Report.
kista epidermal ditegakkan dari anamnesis, 2015;8(2): 6-8.
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan histopatolo- 21. Wertz PW, Swartrebruder DC. Composition and
Morphology of Epidermal Cyst Lipid. The Journal of
gis. Penatalaksanaan yang diberikan adalah bedah Investigative Dermatology. 2007. h. 421-425.
eksisi, asam mefenamat tablet 500 mg setiap 8 jam 22. Aasi Sz, pennington B. Dermatologic Surgery; Introduction
peroral. Tidak ditemukan adanya komplikasi to Anatomy and Approach. In : Wolff K. Goldsmith LA,
Katz SI, Gilebrist BA, Paller AS, penyunting. Fitzpatrick’s
setelah tindakan pembedahan. Prognosis pada Dermatology In General Medicine, Edisi ke-8. New York:
pasien adalah dubius ad bonam. Mc Graw-Hill Medical, 2012. h.2905-2920.
23. Kudur MH, Pai SB, Sripathi H, Prabhu S. Sutures And
Suturing Techniques In Skin Closure. Indian Journal J
DAFTAR PUSTAKA Dermatol Vereneol Leprol. 2009; 75(4); 425-434.

1. Gebujun, Huang qi, Golap C. One-Stage Excision of


Inflamed Sebaceous Cyst Versus the Conventional
Method. Department of General Surgery, Shanghai. 2010;
48(4);116-118.
2. Soares DC, Junior F, Carvalho MG. Extensive Epideroid
Cyst and Breathing Difficulty, The Case Report. Hindawi This work is licensed under a Creative Commons Attribution
Publising Corporation. 2015. h. 1-4.

Medicina 2019; 50(3): 509-515 | doi: 10.15562/Medicina.v50i3.724 515

Anda mungkin juga menyukai