Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INVESTIGASI TANAH LONGSOR DI

KAMPUNG DATA, SUMATERA BARAT

I. PERMASALAHAN :

Longsor di Kampung Data, Jorong Dadok, Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya,
Agam, Sumatera Barat, Minggu (27/1/2013), menelan korban puluhan dan 8 orang korban
diantaranya telah ditemukan hingga hari ini, Senin (28/1/2013). Disebut-sebut ada 20 orang
lagi yang masih hilang. Selain menimbun rumah warga, longsor yang terjadi sekitar pukul
05.20 WIB, Minggu (27/1) kemarin juga meluluh lantakkan 5 hektar sawah. Satu unit mobil
Mitsubishi Cold L300 dan tujuh unit sepeda motor juga dinyatakan hilang. Kerugian ditaksir
sebesar Rp. 7,6 miliar.

II. IDENTIFIKASI LOKASI TERJADINYA LONGSOR :

Daerah Longsor terletak di Jorong Datar Kampung Dadok, Nagari Sungai Batang,
Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi sumatera Barat. Dari Lubuk Basung
dapat ditempuh dengan jarak + 40 km ke arah Tenggara selama 1 jam perjalan atau 30 km
sebelah Barat Daya Kota Bukit Tinggi selama 45 menit perjalanan.

Gambar 1. Peta lokasi longsor Jorong Datar Kampung Dadok, Nagari Sungai Batang,
Kecamatan Tanjung Raya, Kanupaten Agam, Provinsi sumatera Barat.
III. DATA KEJADIAN

Hari / tanggal : Sabtu 26 januari 2013


Cuaca : hujan deras
Tanah Longsor : Pukul. 22.00 WIB
Bantuan datang : Pukul. 24.00 WIB (sebagian petugas BASARNAS dan
Angkatan Darat sudah siap di lokasi pada pukul 16.15).
Korban : 20 orang

IV. KONDISI SEBELUM KEJADIAN


1. Peristiwa ini tidak disangka-sangka masyarakat, pasalnya, subuh itu tidak ada hujan.
Sebagian masyarakat tetap beribadah seperti biasa di Masjid Al-Ihsan. Hujan lebat
memang terjadi sehari sebelum kejadian atau tepatnya pada Sabtu (26/1).
2. Pengamatan pada morfologi longsor menunjukkan bahwa sebelum terjadinya longsor
terlebih dahulu terjadi beban pada tanah didaerah tersebut kemudian menggelincir
mengikuti bidang yang relatif melengkung di bawah permukaan tanah. Fakta ini
dibuktikan dengan tersisanya vegetasi permukaan di atas kepala (head) longsor,
kemudian pada kaki lereng yang longsor terdapat gelembung tumpukan material yang
menandakan bahwa sebagian material juga terhamburkan ke atas saat meluncur baru
kemudian menyebar kebagian yang lebih rendah di daerah tersebut, material longsor
juga menumpuk di kaki lereng di seberang lembah yang berhadapan langsung dengan
longsor.
Gambar 1. Foto Morfologi longsor Kampung Dadok, Jorong Datar, Nagari Sungai Batang,
Kecamatan Tanjung Raya, Kab. Agam.

Gambar 2. Bagian-bagian longsoran Cruden dan Varnes (1992) dalam karnawati (2005)

3. Fakta ini mengindikasikan tingginya curah hujan meningkatkan infiltrasi pada tanah
yang poros dan tidak stabil, sementara itu vegetasi yang ada di lapangan tidak cukup
kuat untuk menahan deformasi di bawah permukaan. Sifat tanah yang poros dan
mudah terurai menjadi bubur saat tanah jenuh air sehingga dengan mudah meluncur
menuruni lereng dan membawa apa saja yang ada diatasnya.

V. METODE INVESTIGASI
a. Pengumpulan data bukti di lapangan (fact finding)
b. Wawancara dengan saksi
c. Pengumpulan data pendukung
d. Pendekatan teori dari beberapa prosedur aspek keselamatan
e. Fault Tree Analysis (FTA)
f. Evaluasi

VI. FACT FINDING / KRONOLOGI KEJADIAN :

Tanggal Jam Uraian Kejadian


Sabtu 26/1/2013 22.00 WIB Hujan lebat itu mengguyur semenjak Magrib, dan baru
berhenti sekitar pukul 22.00 WIB.

Minggu 27/1/2013 05.20 WIB longsor menghantam Jorong Data Kampung Dadok Nagari
Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya.

07.30 WIB Petugas Basarnas melakukan pencarian korban.


Minggu 27/1/2013 16.00 WIB pencarian yang dilakukan sepanjang hari kemarin, dari 20
korban. yang tertimbun material longsor, 11 orang
ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dan sembilan
orang lainnya masih dicari.
Keterangan :

1. Sebelum terjadinya longsor hujan lebat mengguyur kampong dadok semenjak Magrib,
dan baru berhenti sekitar pukul 22.00 WIB.
2. longsor menghantam Jorong Data Kampung Dadok Nagari Sungai Batang,
Kecamatan Tanjung Raya pukul 05.20 WIB.
3. Pasca longsor petugas Basarnas melakukan pencarian dengan melibatkan anjing
pelacak dari Polda Sumbar yang dibantu, BPBD Padang, BPBD Bukittinggi, BPBD
Tanah Datar, Polres Agam, TNI dan masyarakat (07.30 WIB).
4. Dari pencarian yang dilakukan sepanjang hari kemarin, dari 20 korban yang tertimbun
material longsor, 11 orang ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dan 9 orang
lainnya masih dicari Setelah dilakukan pencarian selama kurang lebih sehari oleh
petugas BPBD, Polres Agam, Kodim 0304 Agam dibantu masyarakat.

Gambaran Kondisi Area


Longsor
Gambar 3. Proses Evakuasi
korban
VII. FENOMENA TANAH LONGSOR

Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada
gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan bantuan dan kepadatan
tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta
berat jenis tanah batuan.Aliran Bahan Rombakan adalah longsor yang terjadi pada Kampung
Data, Jorong Dadok, Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Agam, Sumatera
Barat merupakan Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak di dorong oleh
air.

A. Hujan.
1. Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena meningkatnya
intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya
penguapan air di permukan tanah dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan
munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi retakan dan merekahnya tanah
permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak sehingga tanah
dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, intesitas hujan yang
tinggi biasanya sering terjadi, sehingga kandungan air pada tanah menjadi jenuh
dalam waktu singkat.
2. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah yang
merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaanya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.

B. Lereng Terjal
1. Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal
terbentuknya karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan angin. Kebanyakan
sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal
dan bidang longsorannya mendatar.

C. Tanah yang kurang padat dan tebal


1. Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanh liat dengan ketebalan
lebih dari 2.5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini memilki potensi
untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah ini sangat
rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah ketika
hawa terlau panas.

D. Jenis Tata Lahan


1. Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah menjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan
penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran
yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsor lama.

E. Adanya material timbunan pada tebing


1. Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada dibawahnya. Sehingga
apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan
tanah.
VIII. PENYEBAB LONGSOR DI KAMPUNG DATA

Saluran Irigasi yang beresiko

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan di lapangan didapatkan bahwa pada daerah lereng
telah dibuat tiga saluran irigasi memotong lereng, untuk mengairi sawah-sawah penduduk
disekitar lokasi. Tanah di sekitarnya merupakan lahan terbuka berupa kebun dan sawah
masyarakat. Saluran-saluran irigasi tersebut dibuat dengan cara menggali tanah tanpa
penguatan di sisi-sisi dan dasar saluran.

Gambar 4. Saluran Irigasi posisi pada lereng miring – terjal, tanpa perkuatan pada dasar dan
dinding saluran.

Gambar 5. Tanah dasar saluran irigasi, lunak dan mudah terurai.

Tidak adanya perkuatan saluran, baik secara alami maupun artifisial (pembuatan tembok
irigasi) akan meningkatkan infiltrasi atau resapan air ke dalam tanah. Hal ini sudah menjadi
perdebatan semenjak beberapa tahun yang lalu dimana sebagian pihak mengkhawatirkan
bahwa irigasi ini akan membahayakan masyarakat, perkebunan dan sawah masyarakat yang
ada di bawah lereng.
Penyelidikan yang dilakukan di daerah sekitar lokasi longsor, juga mengindikasikan tingkat
kerawanan yang sama dengan lokasi longsor. Di lereng bawah saluran irigasi (TP 01)
dijumpai rekahan sepanjang 3 m dengan lebar 20 cm dan dalam 20 – 30 cm, dengan arah
Barat Laut – Tenggara. Rekahan ini mungkin disebabkan oleh aktifitas erosi permukaan atau
pergeseran dalam skala kecil dan lokal pada titik tersebut. Pada kondisi tertentu, terutama
saat curah hujan tinggi, rekahan ini dapat saja menjadi media infiltrasi yang besar dan
menjadi titik awal longsor baik dalam skala besar maupun kecil. Kondisi ini tentuah sangat
mengkhawatirkan mengingat karakteristik tanah di daerah tersebut labil, poros dan berlereng
terjal.

Gambar 6. Rekahan pada tanah, lokasi pada TP 01, di bawah saluran irigasi beresiko.

IX. ROOT CAUSES THEORY


X. KESIMPULAN
a. Berdasarkan hasil dari investigasi dan informasi yang dikumpulkan di lapangan
didapatkan bahwa pada daerah lereng telah dibuat tiga saluran irigasi memotong
lereng, untuk mengairi sawah-sawah penduduk disekitar lokasi.
b. Tanah di sekitarnya merupakan lahan terbuka berupa kebun dan sawah masyarakat.
Saluran-saluran irigasi tersebut dibuat dengan cara menggali tanah tanpa penguatan di
sisi-sisi dan dasar saluran.
c. Serta pengembangan masyarakat pula menjadi faktor penyebab longsor yang
menimpa kampung data karena, tidak di landasi dengan kesadaran akan potensi
bahaya di sekitar area rumah-rumah mereka.

XI. REKOMENDASI :
a. Pemetaan.
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam geologi di suatu
wilayah, sebagai masukkan kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota dan
propinsi sebagai data dasar untuk melakukan pembangunan wilayah agar terhindar dari
bencana.
b. Penyelidikan.
Mempelajari penyebab dan dampak dari suatu bencana sehingga dapat digunakan dalam
perencanaan penanggulangan bencana dan rencana pengembangan wilayah.
c. Pemeriksaan.
Melakukan penyelidikian pada saat dan setelah terjadinya bencana, sehingga dapat
diketahui penyebab dan cara penanggulangannya.
d. Pemantauan.
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana longsor, pada daerah strategis secara
ekonomi dan jasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
e. Sosialisasi.
Memberikan pemahaman kepada Pemerintah Propinsi/kabupaten/kota atau masyarakat
umum, tentang bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannya. Sosialisasi
dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengirim poster, booklet dan leaflet atau
dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.
f. Pemeriksaan bencana longsor.
Bertujuan mempelajari penyebab, proses terjadinya, kondisi bencana dan tata cara
penanggulangan bencana di suatu daerah yang terlanda bencana tanah longsor.

Tindakan Yang Dilakukan Selama dan Sesudah Tanah Longsor.

a. Tanggap Darurat.
Yang harus dilakukan dalam tahap tanggap darurat adalah penyelamat dan pertolongan
korban secepatnya supaya korban tidak bertambah. Ada beberapa hal yang harus di
perhatikan, antara lain :
1. Kondisi Medan
2. Kondisi bencana
3. Peralatan
4. Informasi bencana
b. Rehabilitas
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi kondisi sosial, ekonomi dan sarana
transportasi. Selain itu di kaji juga perkembangan tanah longsor dan teknik
pengendaliannya supaya tanah longsor tidak berkembang dan penentuan relokasi korban
tanah longsor bila tanah longsor sulit dikendalikan.
c. Rekonstruksi
Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah rawan longsor tidak menjadi
pertimbangan utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh tanah longsor,
karena kerentanan untuk bangunan-bangunan yang di bangun pada jalur tanah longsor
hampir 100%.

XII. LESSON LEARN :

Kita sebagai manusia harus lebih berhati-hati dan menjaga lingkungan kita untuk kepentingan
orang bersama karena, pada akhirnya manusia yang sembrono dan tidak bertanggung jawab
itu akan terkena imbasnya sendiri dan imbas dari perbuatannya pula akan berdampak
merengut banyak nyawa di sekitarnya.

XIII. REFERENSI :
1) Undang Undang No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (UU PB)
2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 22 PRT/M/2007 Tentang Kawasan
Rawan Bencana Longsor.
3) Bachri, Moch. 2013. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.
4) Maz. Azwar, 2013 Tanah Longsor di Kampung Dadok, Artikel Harian Kompas, 28
Januari 2013.
5) Saptohartono, E. 2007. Analisis Pengaruh Curah Hujan Terhadap Tingkat Kerawanan
Bencana Tanah Longsor, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai