Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

PRAKTEK KLINIK KONPREHENSIF 1


Suction oral, nasal, trakesotomi, dan ETT, Perawatan trakeostomi, Persiapan pasien untuk
pemasangan dan perawatan UWSD

Disusun oleh:

KELOMPOK VI

ISA RAMDAYANI (R011191022)

NURHAYATI (R011191054)

AMIR (R011191105)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSIATAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillahirabbil alamin, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha
Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan
sehingga makalah SOP Suction oral, nasal, trakesotomi, dan ETT, Perawatan trakeostomi,
Persiapan pasien untuk pemasangan dan perawatan UWSD pada mata kuliah Praktek Klinik
Konprehenship 1 ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
rekan-rekan mahasiswa pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang makalah
SOP Suction oral, nasal, trakesotomi, dan ETT, Perawatan trakeostomi, Persiapan pasien
untuk pemasangan dan perawatan UWSD

Makassar, Oktober 2020

Penyusun,

Kelompok VI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindakan Suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir yang dilakukan


dengan memasukkan selang kateter suction melalui hidung atau mulut. Bertujuan untuk
membebaskan jalan nafas, mengurangi retensi sputum, mencegah terjadinya infeksi
paru. Di ruang Intensive sebagian pasien mempunyai permasalahan dipernafasan yang
memerlukan bantuan ventilator mekanik dan pemasangan ETT (Endo Trakeal Tube),
dimana pemasangan ETT (Endo Trakeal Tube) masuk sampai percabangan bronkus
pada saluran nafas. Pasien yang terpasang ETT (Endo Trakeal Tube) dan ventilator
maka respon tubuh pasien untuk mengeluarkan benda asing adalah mengeluarkan sekret
yang mana perlu dilakukan tindakan suction.
Kasus sekresi yang berlebihan perlu dilakukan tindakan suction dan tindakan
tersebut juga harus mengutamakan prinsip steril sehingga tidak menyebabkan infeksi
tambahan pada pasien, dan tindakan suction juga harus sesuai prosedur. Apa bila
tindakan suction tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas
maka pasien tersebut akan dapat kekurangan suplai O2, dan apa bila suplai O2 tidak
terpenuhi dalam waktu 4 menit maka dapat menyebabkan kerusakan otak yang
permanen. Namun jika tindakan suction tidak dilakukan dengan benar maka hal tersebut
juga akan merugikan pasien yang salah satunya bisa mengakibatkan desaturasi O2.
Cairan pleura berupa eksudat, transudat dan chylus. Pada cairan pleura eksudat
protein rasionya >0,60. Sedangkan chylus warnanya putih seperti susu dan mengandung
lemak. Eksudat disebabkan oleh karena adanya kerusakan pada capillary bed di paru,
pleura dan jaringan sekitarnya. Transudat disebabkan oleh tekanan hidrostatik yang
meningkat atau tekanan osmotik yang menurun. Sedangkan pada absorbsi terhambat
disebabkan adanya gangguan kemampuan kontraksi saluran lymphe, infiltrasi pada
kelenjar getah bening dan kenaikan tekanan vena sentral tempat masuknya saluran
lymphe. Adapun penatalaksanaan pada efusi pleura mencegah penumpukan kembali
cairan, menghilangkan ketidaknyamanan serta dispnea. Jika torakosentesis tidak
berhasil maka dilakukan Water Seal Drainage (WSD).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana melakukan tindakan suction oral dan nasal sesuai SOP
2. Bagaimana melakukan tindakan trakesotomi sesuai dengan SOP
3. Bagaimana malakukan tindakan ETT sesuai dengan SOP
4. Bagaimana melakukan perawatan trakesotomi sesuai dengan SOP
5. Bagaimana melakukan persiapan pasien untuk pemasangan UWSD sesuai SOP
6. Bagaimana melakukan perawatan UWSD sesuai SOP

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat mengetahui dan memahami bagaimana melakukan tindakan dan perawatan
suction oral dan nasal, trakesotomo, ETT, dan UWSD sesuai dengan standar
operasional dan prosedur yang telah ditetapkan.

2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan tindakan suction oral dan nasal sesuai SOP
b. Dapat melakukan tindakan trakesotomi sesuai dengan SOP
c. Dapat malakukan tindakan ETT sesuai dengan SOP
d. Dapat melakukan perawatan trakesotomi sesuai dengan SOP
e. Dapat melakukan persiapan pasien untuk pemasangan UWSD sesuai SOP
f. Dapat melakukan perawatan UWSD sesuai SOP
BAB II
Kasus dan Penatalaksanaan Keperawatan

A. CASE

Kasus Pemenuhan kebutuhan respirasi (WSD)

Tn.Z, 33 tahun masuk RS melaui UGD pada tanggal 1 April 2019. Saat ini dirawat di
perawatan infeksi dan dikaji pada tanggal 2 April 2019. Diagnosis masuk: TB Paru
klinis Diagnosis medis; TB paru lama lesi luas, efusi pleura berulang, HIV Keluhan
saat dikaji; Sesak napas Penggunaan alat bantu; kacamata. Riwayat penyakit
keluarga; asma dan sakit jantung Pemeriksaan fisik; TD; 130/90 mmHg (berbaring)
S : 360C P : 52x/menit N : 120x/menit SaO2 :92% TB : 170 cm
BB : 44 kg IMT : 15,22 kg/m2 Nyeri kepala skala 6 NRS seperti
berdenyut, menyebar ke seluruh area kepala, diserta mual dan kadang tidak mampu
membuka mata Mata; anemis dan rabun. Respirasi; sesak P=52 kali/menit,
menggunakan O2 NRM 12 lpm, rencana pemasangan WSD. Gastrointestinal; post op
apendisitis dan pemasangan colostomy Nutrisi; malnutrisi, kurus dan lemas Norton
scale; kondisi fisik sakit berat, kondisi mental sadar, aktivitas di tempat tidur,
mobilitas sangat terbatas, inkontinen urin dan alvi. Barthel index; BAB dan BAK
dibantu, butuh bantuan membersihkan diri, tergantung pada orang lain ut setiap
kegiatan, makan dibantu, berubah posisi dibantu, berpindah dan berjalan dibantu,
memakai baju dibantu, tidak mampu naik turun tangga, mandi dibantu. Risiko jatuh;
tidak ada riwayat jatuh dalam 3 bulan terakhir, diagnosis medis sekunder > 1, dibantu
untuk berjalan, menggunakan infus, lemah, status mental orientasi sesuai Hasil
pemeriksaan laboratorium;

Pemeriksaan penunjang; Hasil pemeriksaan Radiologi KLINIS: TB paru suspek


HIV Kesan:
- TB paru lama aktif lesi luas
- Cor dalam batas normal
Foto Thorax AP (Asimetris, inspirasi kurang)
- Tampak bercak infiltrat tersebar pada lapangan atas kedua paru disertai garis-
gris fibrosis yang meretrksi hilus - Cor: kesan normal, aorta normal
- Kedua sinus dan diafragma bai - Tulang-tulang intak
- Jaringan lunak sekitar kesan baik
Psikososial/ekonomi; status belum menikah, tinggal bersama di rumah milik
keluarga, pasien tidak bekerja dan tidak koperatif.
Terapi medikasi; maxilive /12 jam/oral, Vit C 2 tab/12 jam/oral, triple adult/24
jam/oral, nystatin drops/8 jam/oral, Cavit D3/1 tab/24 jam/oral.

B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS: Hambatan pertukaran Gas
 klien mengatakan sesak nafas
DO:
 Sesak napas P: 52x/menit
 Menggunakan O2 NRM 12 lpm
 PC02 26.2 (menurun)
 P02 68 (menurun)
 Takikardia (N:120x/menit)
 Nyeri kepala skala 6 NRS
 Rabun
 Foto Thorax AP (Asimetris, inspirasi
kurang)
 Klien lemas
 Rencana pemasangan WSD
2 DS:- Nyeri Akut
DO:
 Nyeri kepala skala 6 NRS seperti
berdenyut
 menyebar ke seluruh area kepala diserta
mual dan kadang tidak mampu
membuka mata
 TD; 130/90 mmHg (berbaring) S :
360C P : 52x/menit N : 120x/menit
3 DS: - Ketidakseimbangan nutrisi
DO: kurang dari kebutuhan
 TD; 130/90 mmHg (berbaring)
 Anemis
 TB : 170 cm BB : 44 kg IMT : 15,22
kg/m2
 Nutrisi; malnutrisi, kurus dan lemas
 Nyeri kepala disertai mual
 Makan dibantu
4 DS: Hambatan mobilitas Fisik
 Klien mengeluh sesak nafas
 Klien mengatakan nyeri kepala seperti
berdenyut dan menyebar keseluruh area
kepala
 Klien mengatakan kadang tdk mampu
membuka mata
DO:
 Post op appendisitis dan pemasangan
colostomy
 Tampak lemas
 Mata anemis dan rabun
 Aktivitas di tempat tidur
 Mobilitas sangat terbatas
 Inkontinensia
 BAB dan BAK di bantu
 Butuh bantuan membersihkan diri
 Tergantung pada orang lain untuk setiap
kegiatan
 Makan dibantu
 Berubah posisi dibantu
 Berpindah dan berjalan dibantu
 Memakai baju dibantu
 Tidak mampu naik turun tangga
 Mandi dibantu.
 Dibantu untuk berjalan
 Menggunakan infus

5 Faktor Risiko: Risiko jatuh


 Klien mengatakan Nyeri kepala seperti
berdenyut, menyebar ke seluruh area
kepala, dan kadang tidak mampu membuka
mata
 Skala nyeri 6 NRS
 Mata anemis dan rabun
 Menggunakan alat bantu kacamata
 Tampak lemas
 Kondisi fisik sakit berat
 Aktivitas di tempat tidur
 Mobilitas sangat terbatas
 Berpindah dan berjalan dibantu
 Tidak mampu naik turun tangga
6 DO: - Defisit perawatan diri
DS:
 BAB dan BAK di bantu
 Butuh bantuan membersihkan diri
 Memakai baju dibantu
 Mandi dibantu.
 Tampak lemas

7 Faktor Risiko: Risiko ifeksi


 Post op apendisitis dan pemasangan
colostomy
 Malnutrisi, kurus dan lemas
 Pemeriksaan penunjag Laboratorium:
Hematologi WBC 13.5 (meningkat)

8 Faktor Risiko: Risiko dekubitus


 Kondisi fisik sakit berat
 Aktivitas di tempat tidur
 Mobilitas sangat terbatas
 Inkontinen urin dan alvi.
 Berubah posisi dibantu

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. gangguan pertukaran gas
2. Nyeri akut
3. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Hambatan mobilitas fisik
5. Risiko jatuh
6. Defisit perawatan diri
7. Risiko infeksi
8. Risiko Dekubitus
D. NURSING CARE PLANE

N Nursing Outcomes Classification Nursing Interventions Classification


Diagnosa Keperawatan
o (NOC) (NIC)
1 Domain 3 : Eliminasi dan Pertukaran Setelah dilakukan Intervensi Keperawatan 3x24 Pemantauan Respirasi
Kelas 4 : Fungsi Respirasi Pertukaran Gas dalam batas normar. Dengam kriteria Observasi
Hambatan Pertukaran Gas hasil : 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
DS : Klien mengatakan sesak • Dispnea menurun (P : 24x/menit) 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
DO: • Nadi Normal ( N: 60-80 x/menit) hiperventilasi, kusmaul, Cheyne-stokes)
• P: 52x/menit • Nyeri Kepala menurun (skala 3 NRS) 3. Monitor kemampuan batu efektif
• Menggunakan O2 NRM 12 lpm • PCO2 Normal (35 – 45 mmHg) 4. Monitor adanya produksi sputum
• PC02 26.2 (menurun) • PO2 Normal (80 – 100 mmHg) 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas

• P02 68 (menurun) 6. Palpitasi kesimetrisan ekspansi paru

• Takikardia (N:120x/menit) 7. Auskultasi bunyi napas


8. Monitor saturasi oksigen
• Nyeri kepala skala 6 NRS
9. Monitor nilai AGD
• Rabun
10. Monitor hasil X-ray thorax
• Foto Thorax AP (Asimetris, inspirasi
Terapeutik
kurang)
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
• Klien lemas
pasien
 Rencana pemasangan WSD
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Dukungan Ventilasi
Observasi
1. Identifikasi adanya kelelahan
2. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status
pernapasan
3. Monitor status respirasi dan oksigenasi
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Berikan posisi semifowler atau fowler
3. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
4. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan (nasal kanul,
masker wajah, masker rebreathing atau non
rebreathing)
5. Gunakan bag-valve mask jka perlu
Edukasi
1. Ajarkan melakukan teknik relaksasi napas dalam
2. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
3. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronchodilator, jika perlu

2 Domain 12 : Kenyamanan Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam Manajemen Nyeri
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik Tingkat nyeri yang dirasakan pasien dapat menurun. Observasi
Nyeri Akut Dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
DS : - • Keluhan nyeri menurun Skala nyeri ringan (1-3) kualitas, intensitas nyeri
DO : • Frekuensi nadi dalam batas normal (N : 60-80x/menit) 2. Identifikasi skala nyeri
• Nyeri kepala skala 6 NRS seperti • Tekanan darah dalam batas normal (sistol : 90-120 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
berdenyut mmhg, diastole: 60-80 mmHg) 4. Identifikasi factor yang memperberat dan
• menyebar ke seluruh area kepala memperingan nyeri
diserta mual dan kadang tidak mampu 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
membuka mata 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• TD; 130/90 mmHg (berbaring) S : 7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yamg
360C P : 52x/menit N : 120x/menit sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (misl: hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istrahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis, untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesic jika perlu

3 Domain 2 : Nutrisi Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 Status Manajemen Nutrisi
Kelas 1 : Makan Nutrisi membaik. Dengan kriteria hasil : Observasi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang • Berat badan Indeks Massa Tubuh (IMT) cukup 1. Identifikasi status nutrisi
dari kebutuhan membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
DS : - • Frekuensi makan cukup membaik 3-4x/hari 3. Identifikasi makanan yang disukai
DO : • Porsi makan yang dihabiskan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
• TD; 130/90 mmHg (berbaring) • Nafsu makan cukup membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
• Anemis 6. Monitor asupan makanan
• TB : 170 cm BB : 44 kg IMT : 15,22 7. Monitor berat badan

kg/m2 8. Monitor hasil pemeriksaan lab

• Nutrisi; malnutrisi, kurus dan lemas Terapeutik


1. Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (misalnya:
piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
5. Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(pereda nyeri, antiemetic) jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan.

4 Domain 4 : Aktivitas/Istrahat Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam Dukungan Mobilisasi
Kelas 2 : Aktivitas/Olahraga Mobilitas fisik pasien meningkat. Dengan kriteria hasil : Observasi
Hambatan Mobilitas fisik • Pergerakan ekstremitas cukup meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
DS: • Rentang gerak ROM meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergeraka
 Klien mengeluh sesak 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
• Nyeri menurun skala ringan (1-3)
nafas
 Klien mengatakan nyeri kepala • Kelemahan fisik cukup menurun memulai mobilisasi
seperti berdenyut dan menyebar 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
keseluruh area kepala
Terapeutik
 Klien mengatakan kadang tdk
mampu membuka mata 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis,
DO: pagar tempat tidur)
Post op appendisitis dan pemasangan
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
 colostomy
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
 Tampak lemas
 Mata anemis dan rabun meningkatkan pergerakan
 Aktivitas di tempat tidur Edukasi
 Mobilitas sangat terbatas 1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
 Inkontinensia
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
 BAB dan BAK di bantu
 Butuh bantuan membersihkan diri 3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
 Tergantung pada orang lain untuk (mis, duduk ditempat tidur, duduk di sisi tempat tidur,
setiap kegiatan
pindah dari tempat tidur kekursi)
 Makan dibantu
 Berubah posisi dibantu
 Berpindah dan berjalan dibantu
 Memakai baju dibantu
 Tidak mampu naik turun tangga
 Mandi dibantu.
 Dibantu untuk berjalan
 Menggunakan infus

5 Domain 11 : Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh
Keamanan/perlindungan pasien menurun. Dengan kriteria hasil : Observasi
Kelas 2 : Cedera Fisik 1. Jatuh dari tempat tidur tidak ada 1. Identifikasi factor risiko jatuh
Risiko Jatuh 2. Jatuh saat duduk tidak ada 2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift
Faktor Risiko: 3. Jatuh saat berjalan tidak ada atau sesuai dengan kebijakan institusi
 Klien mengatakan Nyeri kepala 4. Jatuh saat dikamar mandi tidak ada 3. Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan
seperti berdenyut, menyebar ke risiko jatuh
seluruh area kepala, dan kadang 4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala
tidak mampu membuka mata 5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke
 Skala nyeri 6 NRS kursi roda dan sebaliknya
 Mata anemis dan rabun Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
 Menggunakan alat bantu kacamata 2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
 Tampak lemas kondisi terkunci

 Kondisi fisik sakit berat 3. Pasang handrall tempat tidur

 Aktivitas di tempat tidur 4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
5. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan
 Mobilitas sangat terbatas
pantauan perawat dari nurse station
 Berpindah dan berjalan dibantu
6. Gunakan alat bantu berjalan
 Tidak mampu naik turun tangga
7. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh.

6 Kategori : Perilaku Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam Perawatan Diri Dukungan perawatan Diri
Subkategori : Kebersihan Diri pasien meningkat. Dengan kriteria hasil : Observasi

Defisit Perawatan Diri  Kemampuan mandi meningkat 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai
 Kemampuan mengenakan pakaian meningkat usia
DS: -
 Kemampuan BAB/BAK meningkat ‘ 2. Monitor tingkat kemandirian
DO:
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
 BAB dan BAK di bantu
berpakaian, berhias, dan makan
 Butuh bantuan membersihkan Terapeutik
diri 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
 Memakai baju dibantu 2. Siapkan keperluan pribadi
 Mandi dibantu. 3. Damping dalam melakukan perawatan diri sampai

 Tampak lemas mandiri


4. Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu
melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten
sesuai kebutuhan

7 Domain 11 : Keamanan/perlindungan Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
Kelas 1 : Infeksi pasien menurun. Dengan kriteria hasil : Observasi
Risiko Infeksi  Luka operasi bersih tidak ada tanda-tanda infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Faktor Risiko:  Nafsu makan meningkat Terapeutik
 Post op apendisitis dan  Kadar WBC dalam darah membaik (WBC Normal: 1. Batasi jumlah pengunjung
pemasangan colostomy 4-10) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
 Malnutrisi, kurus dan lemas 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
 Pemeriksaan penunjag pasien dan lingkungan pasien

Laboratorium: Hematologi WBC 4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
13.5 (meningkat)
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian Antibiotik
8 Domain 11 : Keamanan/perlindungan Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam Kontro Risiko: Perawatan Tirah Baring
Kelas 2 : Cedera Fisik cidera karena tekanan (dekubitus) dapat ditingkatkan. Observasi
Risiko Decubitus Dengan kriteria hasil : 1. Monitor Kondisi Kulit pasien
Faktor Risiko:  Mengidentifikasi faktor risiko decubitus 2. Monitor komplikasi dari tirah baring
 Kondisi fisik sakit berat  Menghindari paparan penyebab terjadinya Terapeutik
 Aktivitas di tempat tidur 1. Tempatkan matras atau kasur dengan cara yang tepat
dekubitus
 Mobilitas sangat terbatas 2. Hindari penggunaan kain linen kasur yang teksturnya
 Memonitor perubahan status kesehatan
kasar.
 Inkontinen urin dan alvi.
 Memodifikasi perubahan posisi tiap 2 jam sekali
3. Jaga kain linen kasur tetap bersih, kering dan bebas
 Berubah posisi dibantu
dari keruratan
 Mengembangkan strategi yg efektif untuk
4. Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi paling
mengontrol risiko dekubitus.
tidak setiap 2 jam sesuai dengan jadwal.
5. Bantu menjaga kebersihan
Edukasi
1. Ajarkan latihan ditempat tidur dengan cara yang tepat
2. Ajarkan keluarga untuk merubah posisi pasien tiap 2
jam.
BAB III

Standar Operasional dan Prosedur

A. SOP Suction oral dan nasal

1. Pengertian

Suatu cara untuk mengeluarkan secret dari saluran nafas dengan menggunakan
suction kateter yang dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut kedalam pharyng
atau trachea.

Penghisapan lendir digunakan bila klien mampu batuk secara efektif teapi tidak
mampu membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan. Tindakan
penghisapan lendir juga tepat pada klien yang kurang responsif atau, yang
emmerlukan pembuangan sekret oral.

2. Tujuan
a. Untuk memelihara saluran nafas tetap bersih.
b. Untuk mengeluarkan sekret dari pasien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri.
c. Diharapkan suplai oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yang adekuat
3. Indikasi
a. Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup.
b. Pasien yang koma.
c.  Pasien yang tidak bisa batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan.
d. Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun.
e.   Pasien yang secretnya sangat banyak dan kental, dimana dia sendiri sulit untuk
mengeluarkannya.
4. Kontra Indikasi
a. Pasien dengan stridor.
b.  Pasien dengan kekurangan cairan cerebro spinal.
c.  Pulmonary oedem.
d.  Post pneumonectomy, ophagotomy yang baru.
5. Persiapan Alat
a. Penghisap portebel atau yang terpasang di dinding deengan selang penghubung
b. Kateter steril 12-16 Fr
c. Air steril atau normal saline
d. Sarung tangan on steril
e. Pelumas larut air Handuk mandi atau selimut yang melindungi klien atau baju
klien
f. Masker wajah dan kasa steril
g. Pinset anatomisCairan desenfektan untuk mencuci kateter steril
h. Spatel

6. Prosedur
NO Tindakan Keperawatan Rasional
1 Siapkan peralatan di samping tempat tidur Memungkinkan kelancaran dalam
pelaksanaan prosedur tanpa gangguan.
2 Cuci tangan dan pakai sarung tangan on Mengurangi transmisi mikroorganisme
steril
3 Jelaskan pada klien bagaimana prosedur Mengurangi kecemasan pada pasien dan
akan membantu membersihkan jalan nafas klien mengerti prosedur yang akan
dan mnghilangkan beberapa masalah dilakukan
pernapasannya. Jelaskan bahwa batuk,
bersin, atau menelan adalah normal.
4 Posisikan klien dengan tepat:
- bila sadar dengan refleks gag berfungsi Refleks gag mencegah aspirasi isi
baringkan klien pada posisi semi Fowler’s gastrointestinal. Posisi ke satu sisi atau
dengan kepala miring ke satu sisi untuk hiperektensi lehermeningkatkan insersi
penghisapan oral. Baringkan klien pada perlahan kateter kedalam orofaring atau
posisi Fowler’s dengan leher ekstensi untuk nasofaring secara berurutan.
penghisapan nasal
-Bila sadar-baringkan klien pada posisi Mencegah lidah klien menghadap jalan
lateral menghadap pada anda untuk nafas, meningkatkan drainase sekret
penghisapan oral atau nasal. pulmonal, dan mencegah aspirasiisi
gastrointestinal.
5 Tempatkan handuk pada bantal atau Mencegah linen tempat tidur atau baju
dibawah dagu klien tidur basah akibat dari sekret. Handuk
dapat di buang, mengurangi penyebaran
bakteri.
6 Pilih tekanan dan tipe unit penghisap yang Menjamin tekanan negatif yang aman
tepat. Untuk semua unit penghisap adalah sesuai dengan usia klien. Tekanan negatif
120-150mm Hg pada orang dewasa, 100- yang berlebihan dapat mencetuskan
120mm Hg. Pada anak-anak, atau 60-100mm cedera muklosa
Hg pada bayi.
7 Tuangkan air steril atau normal salin Diperlukan untuk melumasi kateter guna
kedalam wadah yang steril. mengurangi friksi dan meningkatkan
pasase lembut.
8 Kenakan sarung tangan on steril pada tangan Mempertahankan aseptik saat kateter
dominan anda. dimasukan kedalam mulut atau hidung
klien.
9 Gunakan tangan yang telah menggunakan Mempertahankan aseptik
sarung tangan on steril, sambungkan katerter
ke mesin penghisap
10 Perkirakan jarak antara daun telinga klien -Jarak ini menjamin bahwa kateter
dan ujung hidung dan letakan ibu jari dan jari penghisap akan tetap pada region
telunjuk dari tangan yang telah faringeal. Insersi kateter pada titik ini
menggunakan sarung tangan. menempatkan katetert di trakea.
11 Basahi ujung kateter dengan larutan steril. -Pembasahan ujung kateter mengurangi
Pasang penghisap dengan ujungnya terletak friksi dan memudahkan pemasangan.
dalam larutan. Pemasangan.Penghisap pada kateter
berada dalam larutan seteril menjamin
bahwa peralatan penghisap berfungsi
sebelum kateter di masukan.

12 Penghisap.
 Orofaringeal dengan perlahan masukan Mengindari turbinasi nasal oleh kateter
kateter ke dalam satu sisi mulut klaen dan dan masuk lebih mudah kedalam
arahkan ke orofaring.Jangan lakukan nasofaring.
penghisapan selama pemasangan.
 nasofaringeal-dengan perlahan masukan
kateter kesalah satu lubang hidung. Resiko trauma pada mukosa oral dan
Arahkan kearah medial sepanjang dasar nasal selama pemasangan kateter
rongga hidung. Jangan dorong paksa dikurangi.
kateter. Bila lubang hidung yang satu
tidak paten, coba hidung yang lain. Jangan
lakukan penghisapan selama pemasangan.
13 Sumbat port penghisap dengan ibujari anda. Sumbatan pada port pnghisap
Dengan perlahan rotasi kateter saat anda mengaktifkan tekanan penghisap.
menariknya. Keseluruhan proses prosedur Penghisap dilakukan secara intermiten
tidak boleh dari 15 detik. saat kateter di tarik. Rotasi mngangkat
sekret dari permukaan jalan nafas dan
mencegah trauma dari tekanan penghisap
pada satu area. CATATAN: penghisapan
juga mumbuang udara. Suplai oksigen
klien dapat sangat berkurang bila
prosedur berlangsung lebih dari 15 detik.
14 Bilas kateter dengan larutan steril dengan Membuang sekret dari kateter
meletakannya dalam larutan dan lakukan melumasinya untuk penghisapan
penghisapan. berikutnya.
15 Bila klien tidak mengalami distres Memunkinkan kesempatan klien untuk
pernapasan, biarkan ia istirahat selama 20 – meningkatkan masukan oksigennya.
30 detik sebelum memasukan ulang kateter.
16 Bila klien mampu, minta ia untuk bernapas Meningkatkan mobillitas sekret ke jalan
dalam dan batuk diantara penghisapan. napas atas, tempat sekret dapat diangkat
dengan kateter. Bila klien mampu untuk
batuk secara produktif, penghisapan
selanjutnya tidak diperlukan sepanjang
jalan nafas bersih pada auskultasi.
17 Bila diperlukan penghisapan ulang, ulangi Apabila nadi dan pernapasan sudah
langkah 11 – 13. normal. Dewasa normal nadi: 80-
120/menit dan pernapasan:18-25 /menit
18 Hisap sekret pada mulut atau di bawah  lidah Mempertahankan aseptik steril. Mulut
setelah pnghisapan orofaring atau nasofaring. harus dihisap setelah area steril telah di 
hisap secara keseluruhan.
19 Buang kateter dengan membungkusnya Mengurangi penyebaran bakteri dari
dalam tangan anda yang menggunakan kateter penghisap.
sarung dan lepaskan sarung untuk
membungkus kateter.
20 Siapkan peralatan untuk penghisapan Memberikan kesiapan akses untuk
berikutnya. peralatan penghisap, khusunya bila klien
mengalami distres pernapasan.
21 Cuci tangan Agar tidak terkena infeksi
22 Catat pada catatan perawat jumlah, Mendokumentasikan bahwa prosedur
konsistensi, warna dan bau sekret, serta telah dilaksanakan.
respon klien terhadap prosedur.

B. SOP Suction Pada Trakeostomi


1. Pengertian
Suction Trakeostomi adalah Pengisapan saluran napas trakea meluas ke jalan napas
bagian bawah untuk mengeluarkan sekresi pernapasan dan mempertahankan ventilasi
dan oksigenasi yang optimal pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sekresi ini
secara mandiri.
2. Tujuan
a. mengeluarkan sekresi pernapasan dan mempertahankan ventilasi dan oksigenasi yang
optimal pada pasien yang tidak dapat mengeluarkan sekresi ini secara mandiri.
b. Memudahkan ventilasi
c. Mengambil sampel secret untuk tujuan diagnostic
d. Mencegah infeksi akibat penumpukkan secret
3. Perangkat Alat
a. Kateter pengisap steril dengan ukuran yang sesuai (diameter terkecil yang kaan
mengeluarkan sekresi secara efektif)
b. Sarung tangan steril
c. Unit pengisap portable atau dinding beserta selang penghubung dan konektor Y
d. Air steril/Nacl 0,9% steril didalam mangkuk steril
e. Masker wajah
f. Duk atau alas tahan air
g. Pulse Oximeter dan stetoskop
4. Prosedur
No Tindakan Keperawatan Rasional
1 Kaji tanda dan gejala yang menandakan adanya Tanda dan gejala fisik
secret saluran napas termasuk mengi, terjadi akibat penurunan
kegelisahan, suara napas menurun, takipnea, oksigen ke jaringan dan
sianosis, penurunan tingkat kesadaran, sekresi penumpukan sekresi di
hidung yang berlebih, air liur, atau sekresi saluran napas atas dan
lambung. bawah. Penilaian
diperlukan sebelum dan
sesudah prosedur
penyedotan.
2 Mengkaji adanya kecemasan, ketakutan,
penurunan kemampuan konsentrasi, penurunan Tanda dan gejala
tingkat kesadaran, pucat, sianosis, dyspnea atau menunjukkan hipoksia.
penggunaan otot aksesori.
3 Pertimbangkan kontraindikasi penyedotan Pertimbangan kondisi ini
nasotrakeal seperti trauma wajah atau hanya jika penyedotan
leher/operasi, gangguan perdarahan, pendarahan tampak berbahaya.
hidung, epiglottitis, laringospasme, operasi
lambung, cedera kepala akut.
4 Pasang pulse oksimetri pada pasien Menyediakan spo2 untuk
menentukan respon pasien
untuk penyedotan
5 Mencuci tangan dan gunakan masker, kacamata Mengurangi transmisi
atau pelindung wajah jika mungkin terjadi mikroorganisme
percikan
6 Nyalakan perangkat penghisap dan setel tingkat Tekanan negative yang
serendah mungkin yang masih dapat berlebihan merusak
membersihkan secret secara efektif. nasofaring dan mukosa
Tutup penghisap untuk memeriksa tekanan. trakea dan menyebabkan
hipoksia yang lebih besar.
Tekanan hisap yang
direkomendasikan yaitu
kurang dari 150 mmHg
pada orang dewasa.
7 Siapkan kateter isap :
 Menggunakan teknik aseptic, buka selang  Mengurangi transmisi
kateter kit, letakkan duk atau alas tahan air ke mikroorganisme
dada pasien. Jangan biarkan kateter isap
menyentuh nonsterille apapun permukaan.
 Membuka bungkusan mangkuk steril dan  Saline atau air steril
tempatkan disamping meja tempat tidur. Hati digunakan untuk
hati jangan sampai menyentuh bagian dalam membersihkan pipa
mangkuk. Isi dengan 100 ml air steril setelah setiap
pengisapan lendir

8 Gunakan sarung tangan steril Mengurangi transmisi


mokroorganisme
9 Mengangkat kateter isap dengan tangan yang Menjaga sterilitas kateter
dominan tanpa menyentuh permukaan yang tidak
steril. Angkat selang penghubung pada tangan
yang tidak dominan sambungkan ke mesin
pengisap
10 Periksa apakah peralatan berfungsi dengan baik Memastikan fungsi
dengan menyedot sedikit air steril di makuk peralatan
steril.
11 Meningkatkan aliran oksigen dengan masker Hiperoksigenasi adalah
wajah. Atau dengan bernapas dalam secara direkomendasikan terutama
perlahan lahan jika memungkinkan di pasien yang hipoksia
12 Lepaskan sungkup oksigen untuk melakukan
pengisapan
13 Memasukkan kateter sejauh mungkin sampai Membantu glottis untuk
ujung selang tanpa memberikan isapan, cukup memungkinkan masuknya
untuk menstimulasi refleks batuk. kateter ke trakea
14 Beri isapan sampai menarik kateter, memutar Karena pasien dapat
kateter dengan perlahan 360 derajat (tidak lebih menjadi hiposia dan
dari 10-15 detik) mengalami distrimia yang
dapat mengarah pada henti
jantung

15 Reoksigenasikan dan inflasikan paru-paru pasien Untuk Meningkatkan


selama beberapa kali napas oksigen karena pada saat
dilakukan pengisapan
terjadi penurunan kadar
oksigen

16 Ulangi langkah sebelumnya sampai jalan napas


bersih
17 Cuci kateter dengan air dalam mangkuk sampai Membersihkan kateter dan
selang penghubung bersih dari secret. Matikan mengurangi kemungkinan
mesin pengisap transmisi mokroorganisme
18 Periksa kembali status pernapasan pasien Mengarahkan perawat
untuk memulai atau
menghentikan intervensi
19 Lepaskan duk dan letakkan didalam kantung Mengurangi transmisi
laundry. Lepaskan sarung tangan dan buang pada mikroorganisme
tempat yang seharusnya
20 Reposisikan pasien, posisi Sim merangsang Memudahkan drainase
drainase dan harus dipakai bila pasien mengalami
penururnan kesadaran
21 Cuci dan bilas peralatan bekas pakai dengan air
sabun hangat dan keringkan dengan lap kertas
22 Letakkan kateter pada area kering dan bersih

23 Cuci tangan Mengurangi transmisi


mikroorganisme ke pasien
lain
24 Catat prosedurnya pada catatan perawat Membantu komunikasi di
 Catat jumlah, konsistensi, warna, dan bau antara kelompok perawat
sekret; ukuran kateter dan rute penyedotan; yang bertugas
dan respons pasien terhadap penyedotan.
 Dokumentasikan tanda-tanda vital pasien,
status kardiopulmoner, dan ukuran ventilasi
pasien

C. SOP Suction Endotrakheal (ETT)


1. Pengertian

Pengeluaran secret dari cabang-cabang trakeobronkial lewat selang endotrakeal


dengan bantuan alat pengisap mekanik

2. Tujuan
a. Mempertahankan patenitas saluran napas dengan mengeluarkan secret
b. Mencegah infeksi saluran pernapasan bawah akibat retensi sputum
3. Peralatan

Kumpulkan peralatan berikut dan set pengisap pada paket kemasan :

Sebuah nampan berisi

a. Kateter pengisap steril disertai penutup


b. Air /NaCl 0,9% steril dalam wadah
c. Sraung tangan steril
d. Masker
e. Pelindung wajah gaun bila perlu
f. Nampan ginjal
g. Swab alcohol
h. Stetoskop

Sebuah nampan lain berisi :

a. Duk steril
b. Mangkok
c. Potongan-potongan kasa

Peralatan tambahan :

a. Kantung resusitasi dengan reservoiryang berhubung pada sumber oksigen 100%


b. Alat pengisap mesin pengisap portable atau unit pengisap yang tergantung pada
dinding
4. Prosedur
No Tindakan keperawatan Rasional
1 Nlai kedalaman dan frekuensi pernapasan, Memastikan kebutuhan untuk
auskultasi bunyi napas, pantau frekuensi pengisapan
enyut jantung bila pasien beraada dalam
pemantauan jantung yang komtinyu. Bila
analisa gas darah arteri diambil secara rutin,
periksa nilai awalnya

2 Jelaskan prosedurnya dan apa yang akan Penjelasan yang lengkap akan
dirasakan pasien selama prosedur kepada mengurangi kecamasan pasien dan
pasien (bila sadar)/keluarganya mendorong kerjasama daroi pasien

3 Bantu pasien berada dalam posisi semi fowler Posisi duduk membantu pasien
atau fowler bila sadar.pasien tidak sadar harus untuk dapat batuk dan bernapas
diposisikan miring menghadap anda lebih mudah. Posisi ini juga
memanfaatkan gaya gravitasi untuk
mempermudah pemasukan kateter
Posisi miring mencegah
penyumbatan saluran napas dan
merangsang pengeluaran secret
4 Kumpulkan peralatan, periksa fungsi Pastikan semua alat berfungsi
peralatan pengisap dan kantung resusitasi dengan baik sebelum melakukan
manual tersambng pada sumber oksigen tehnik steril, untuk mencegah
terjadinya gangguan pemakaian
oksigen akan membantu pencegahan
hipoksia
5 Pakai masker wajah dan cuci tangan secara Mencegah infeksi
menyeluruh

6 Buka nampan steril ,ambil duk dan letakan


diatas dada pasien buka swab alcohol dan
letakkan disudut duk

7 Buka set kateter steril dan letakkan kateter di


dalam nampan steril.isi mangkuk dengan air
steril

8 Bila pasien sedang diventilasisecara mekanik,


pastikan bahwa pelepasan sambungan
ventilator dapat dilakukan dengan satu tangan

9 Pakai sarung tangan steril, pakai satu tangan Tangan yang dibuat steril harus
yang bersih untuk melepas sambungan, tetap tidak terkontaminasi sehingga
memompa, dan mengendalikan pengisapan. mikro-organisme tidak masuk
Biasanya tangan yang dominan dijaga tetap kedalam paru-paru. Tangan lain
steril dan akan dipakai untuk memutar kateter yang memakai sarungn tangan
pengisap melindungi perawat dari infeksi

10 Sambungkan kateter pengisap kemesin


pengisap

11 Dengan tangan yang bersih, lepaskan Mencegah kontaminasi sambungan


sambungan atau sumber oksigeen lainnya dari
pasien ( letakkan sambungan ventilator di atas
duk steril dan lipar salah satu sudut duk untuk
menutupi sambungan agar jangan sampai ada
cairan yang menciprat area tersebut

12 Ventilasi dan oksigenasikan pasien Ventilasi sebelum pengisapan


menggunakan kantung resusiatasi, tekan membantu mencegahn hipoksia.
secara kuat dan setotal mungkin, kurang lebih Usaha untuk memventilasi melawan
4-5 kali menggunakan tangan yang bersih . usaha bernapas pasien sendiri dapat
pada pasien yang bernapas spontan, menimbulkan tekanan saluran
koordinasikan ventilasi manual dengan usaha pernapasan yang tinggi, yang
inspirasi pasien sendiri ( bila memunhkinkan, merupakan resiko untuk terjadinya
minta bantuan perawat atau terapis barotrauma
pernapasan untuk memompa)

13 Lumasi kateter dengan mencelupkannya Pelumasan memudahkan


dalam wadah NaCl ),9%steril ( kecuali kateter pemasukan. Kateter silikontidak
slikon) memerlukan pelumasan

14 Nyalakan mesin pengisap menggunakan


tangan yang bersih

15 Cubit kateter bila tidak ada sport Ydan Mengisapketika memasukan kateter
masukan kedalam selang trakeal/endotrakeal, dapat menimbulkan trauma pada
masukan kateter sekitar 12,5 cm pada orang mukosa dan mengeluarkan oksigen
dewasa, lebih pendek pada anak-anak atau dari saluran pernapasan
sampai pasien batuk atau sampai anda Tahanan biasanya berarti ujung
merasakan adanya tahanan kateter telah mencapai karina, bila
menemui tahanan kateter harus
ditarik 1-2cm sebelum melakukan
pengisapan

16 Lakukna pengisapan dengan melepaskan ibu Memutar kateter ketika ditarik


jari dari port Y atau dengan melepaskan membantu mebersihkan permukaan
jepitan tangan pada kateter, rotasikan saluran pernapasan dan mencegah
kateterbsecara perlahan menggunakan ibu jari terjadinya cedera pada mukosa
dan jari telunjuk dari tangan yang steril ketika trakea
kateter di tarik
17 Lakuakn pengispan dengan waktu maksimal Mengisap lebih lama dari 10 detik
hnaya 10 detik. Hiperventilasi 3-5 kali dapat menimblkan hipoksia.
diantara pengisapan atau dorong pasien untuk Hiperventilasi dapat meneyebabkan
batuk dan bernapas dalam diantara reoksigenasi pary-paru
pengisapan yang satu dengan yang lainnya

18 Bila kateter diantara pengisapan dengan Membilas akan membersihkan


memasukan ujung kateter didalam air cangkir kateter dan melumasinya untuk
berisi air steril dan emudian dilakukan pemasukan yang berikutnya
pengisapan lagi.

19 Ulangi pengisapan sesuai kebutuhan dan Memberikan interval waktu dan


sesuai toleransi pasien terhadap prosedur, memasang kembali pemberian
biarkan pasien beristirahat paling tidak selama oksigen membantu
satu menit diantara pengisapan dan pasang mengkompensasi hipoksia akibat
kembali pemberian oksigen bila perlu . jangan pengisapan sebelumnya.iritasi
melakuakan lebih dari empat kali isapan pada akibat pengisapan yang terlalu
setiap episode pengisapan banyak akan menimbulkan
peningkatan jumlah secret
20 Ketika saluran napas sudah bersih, pasang
kembali ventilator atau CPAP atau sumber
pemberian oksigen lainnya

21 Isap secret oral dari orofaring Mengeluarkan secret oral yang


menumpuk
22 Ketika prosedur sudah selesai dilakuakn , Mencegah transmisi mikro-
matiakn mesin pengisap dan lepaskan kateter organisme
dari selang pengisap, lepaska sarung tangan
secara terbalik dan buang sarung tangan serta
kateter pada tempat yang seharusnya

23 Simpan kembali alat-alat, bersihkan kantung


ambu dan masker dengan alcohol :tutup
dengan sarung tangan steril atau kasa steril
4x4 dan cuci tangan

24 Posisikan pasien secara nyaman , auskultasi Auskultasi membantu memastikan


area paru-paru apakah saluran pernapasan sudah
bersih dari secret atau belum
25 Catat waktu pengisapan dan ciri serta jumlah Memberikan dokumentasi yang
secret, perhatikan pola pernapasan pasien akurat dan memberikan perawatan
sebelum dan sesudah pengisapan yang komprehensif

26 Lakukan prosedur hygiene oral bila Secret pernapasan yang menumpuk


dibutuhkan akan mengiritasi membrane mukosa
dan menimbulkan rasa tidak nyaman
pada pasien
Perhatian khusus :
a. Diameter luar kateter pengisap tidak boleh lebih dari setengah diameter dalam
jalannapas buatan
b. Pengisapan harus dihentikan dan pasang pemberian oksigenatau lakukan ventilasi
manual bila selama prosedur pengisapan frekuensi denyutn jantung berkurang 20
detik permenit atau meningkat 40 detik permenit atau tekanan darah turun, atau
terjadi distritmia jantung, pengisapan dapat menimbulkan hipoksemia dan
rangsang vagal
c. Beberapa dokter percaya bahwa pengeluaran secret dpat dipermudah dengan
penetesan NaCl pada selang endotrakeal /trakeal yang kemudian di ikuti oleh
pemoompaan yang kuat

D. SOP Perawatan Trakestomi

1. Pengertian

Perawatan trakeostomi meliputi mengganti selang dalam trakeostomi,


membersihkan lokasi trakeostomi dan mengganti perban di sekitar lokasi
pemasangan.

2. Tujuan
a. Mempertahankan patensi jalan napas
b. Mencegah infeksi pada lokasi trakeostomi
c. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah eksklorasi kulit
disekitar lokasi trakeostomi
d. Memberikan rasa nyaman
e. Memeriksa kondisi ostomi
3. Peralatan
a. Set perawatan trakeostomi yang berisi
 Pot kecil (3)
 Duk steril
 Sikat nilon/sikat selang steril
 Potongan persegi kasa steril
 Pita pengikat trakeostomi
b. Sebuah nampan bersih berisi :
 Kateter pengisap steril
 Hydrogen proksida
 Nacl 0,9%
 Sarung tangan steril 2 pasang
 Gunting bersih
 Masker wajah dan pelindung mata (opsional)
 Nampan K
 Alat tidak tembus air
c. Alat perlengkapan pengisap

4. Prosedur
No Tindakan keperawatan Rasional

1 Priksa kondisi stoma (kenerahan, Adanya hal-hal tersebut menandakan


bengkak, ciri sekrel adanya nanah atau infeksi dan dapat dilakukan
pendarahan) pemeriksaan kultur

2 Periksa leher untuk mengetahui ada Menandaan kebocoran udara kedalam


tidaknya emfisema subkutan yang jaringan sub kuta
ditandai oleh adanya krepitasi disekitar
lokasi ostomi

3 Jelaskan prosedur kepada pasien dan Mendapatkan kerjasama pasien


ajarkan cara berkomunikasi seperti
mengedipkan mata atau mengnegkat jari
untuk memberitahukan bila pasien merasa
nyeri atau sesak

4 Bantu pasien berada dalam posisi semi Memudahkan pengembangan paru-


fowler dan letakan alas tahan air pada paru , mencegah kotornya sprei
dada

5 Cuci tangan secara menyeluruh Mencegah terjadinya infeksi silang

6 Kumpulkan peralatan
a. Buka set trakeostomi steril, tuangkan
hydrogen peroksida dan NaCLl0,9% Hydrogen proksida dan NaCl
steril dalam pot kecil yang terpisah mengangkat mucus dan krusta yang
merangsng pertumbuhan bakteri
b. Buka perlengkapan steril lainnya
prosedur delaksanakan dengan lancar
sesuai kebutuhan termasuk aplikator
steril, peralatan pengisap, dan set
perawatan trakeostomi (set balutan)
c. Pakai masker wajah dan pelindung Melindungi perawat
mata
7 Pakai sarung tangan, letakan handuk steril Menjaga teknik asepsis
pada dada pasien
8 Mengisap keseluruhan panjang selang Mengeluarkan secret
trakeostomi dan faring secara menyeluruh
9 Cuci kateter pengisap dan buang

10 Buka kanul dalam (bila ada) dan lepas Hydrogen proksida mebesahi dan
dengan cara menariknya keluar secara melepaskan sektret yang kering
perlahan kearah anda segaris dengan garis
kelengkungannya . letakkan kanul pada
mangkuk, berisi larutan hydrogen
peroksida (juga bisa untuk selang yang
mempunyai kanul dalam dan luar)

11 Lepaskan perban trakeostomi yang kotor ,


buang perban dan sarung tangan

12 Pakai sepasamg sarung tangan steril yang


kedua

13 Bersihkan perlahan selang menggunakan Bersihkan Menggunakan aplikator


aplikator steril atau kasa yang dibasahi atau kasa hanya sekali menghindari
E

E. SOP Persiapan Pasien Pemasangan Wsd


1. Pengertian
Mempersiapkan pasien untuk pemasangan WSD (Water Seal Drainage) yaitu tindakan
invasive dengan system drainage dengan menggunakan water seal (perendam air) untuk
mengalirkan udara dan atau cairan dari vacuum pleura (rongga pleura).
2. Tujuan
Untuk mengurangi kecemasan dan memberikan kenyamanan pada pasien pada saat
pelaksanaan pemasangan WSD.
3. Prosedur
No Tindakan Keperawatan Rasional
1 Identifikasi pasien dan memberikan  Meredakan kecemasan dan mendapatkan
penjelasan kepada pasien meliputi definisi kerjasama pasien
prosedur, tujuan prosedur, dan jelaskan pada
pasien bahwa selama pelaksanaan prosedur
ia akan merasakan sensai tekanan dari dalam
ketika cairan diaspirasi.
2 Meminta Izin tertulis dari pasien atau  Menghindari tuntutan
keluarga pasien
3 Instruksikan kepada pasien bahwa ia tidak  Pergerakan apapun atau batuk selama
boleh bergerak selama pelaksanaan prosedur prosedur dapat menimbulkan cedera pada
organ-organ vital atau pembuluh darah
4 Posisikan posisi dengan nyaman dan tepat  Memungkin drainase cairan/udara yang
a. Gunakan posisi semi fowler atau high optimal
fowler posisi untuk mengevakuasi udara
(pneumothorax)
b. Gunakan posisi high fowler untuk
mengalirkan cairan (hemothorax)
5 Menjaga privasi klien pada saat melakukan  Memberikan kenyamanan dan rasa aman
prosedur kepada pasien.

F. SOP Perawatan Dan Mengganti Botol Wsd (Water Seal Drainage)

1. Pengertian

WSD adalah Merupakan selang dada yang di insersi untuk mengeluarkan udara dan cairan
dari ruang pleura, mencegah udara atau cairan supaya tidak masuk ruang pleura.
Perawatan WSD untuk mencegah terjadinya infeksi pada insersi selang dan memonitoring
jumlah cairan pleura pada botol drainase.

2. Tujuan

a. Untuk mencegah terjadinya infeksi


b. Memonitor ada tidaknya infeksi pada daerah insersi selang wsd
c. Untuk mencegah terjadinya kolap paru dengan mengganikan botol wsd yang sudah
penuh
d. Untuk memonitor sudah adanya reekspansi paru

3. Indikasi

a. Pada pasien Trauma dada


b. Pasien dengan Komplikasi pada penyakit TBC atau PPOK
c. Pada pasien Hemothorax
d. Pada pasien Pneumothorax

4. Perangkat Alat

a. Sepasang sarung tangan bersih


b. Sepasang sarung tangan steril,
c. perlak dan pengalasnya
d. bengkok
e. Larutan Nacl 0,9%
f. Botol WSD yang baru
g. Bak Instrumen (berisi pinset anatomis, pinset sirurgis, kassa steril, kom kecil, gunting,
klem)
h. Kassa steril.
i. Plester
j. Gunting plester

5. Prosedur
N Tindakan Keperawatan Rasional
o
1 Fase Pra Interaksi
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis  Mengecek kebenaran pasien dan
(Baca identitas pasien, kondisi pasien, mengetahui catatan perkembangan
perhatikan catatan keperawatan shift pasien
sebelumnya mengenai tanda iritasi/infeksi,
tinggi undulasi, ada tidaknya gelembung,
warna dan jumlah produk drainase)
b. Sebutkan tindakan keperawatan yang akan  Memberikan informasi tindakan yang
dilakukan akan dilakukan
c. Cuci tangan sebelum menyiapkan alat  Mencegah infeksi kuman
d. Persiapkan alat Kesiapan untuk melakukan prosedur
e. Cuci tangan sebelum ke pasien Mencegah infeksi kuman
2 Fase Orientasi
a. Ucapkan salam dan perkenalkan diri  Menerapkan komunikasi terapeutik
b. Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan  Mengecek kebenaran pasien yang
umur pasien atau nama dan alamat pasien serta akan dilakukan tindakan
cek gelang identitas pasien
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang  Memberikan informasi tindakan yang
akan dilakukan kepada pasien akan dilakukan dan menurunkan
(sampaikan kepada pasien, tujuan dari kecemasan pasien
perawatan WSD yang akan dilakukan pada
bapak yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
dan memonitor pengembangan paru,
tindakannya nanti akan dilakukan pergantian
balutan di area selang dan pergantian botol
WSD)
d. Lakukan tindakan pengurangan nyeri (non  Untuk mengurangi nyeri pada pasien
farmakologis) pada saat tindakan sampaikan
kepada pasien apabila pada saat tindakan nati
bapak merasa nyeri atau tidak nyaman bisa
tarik napas dan hembuskan untuk mengurangi
rasa nyeri.
e. Kontrak waktu  Untuk mengetahui tingkat
f. Beri kesempatan pasien untuk bertanya pemahaman pasien
 Untuk memudahkan dalam
g. Dekatkan alat didekat pasien
melakukan tindakan

h. Jaga privasi dan memberikan posisi yang


 Untuk memberikan rasa aman dan
nyaman kepada pasien
nyaman kepada pasien

3 Langkah Kerja
1. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan  Mencegah transmisi infeksi
2. Mengatur posisi pasien semi fowler atau high  Memudahkan dalam melakukan
fowler tindakan dan memberikan
3. Memakai sarung tangan bersih kenyamanan kepada pasien
 Agar cairan tubuh pasien tidak
4. Letakkan perlak dibawah kasa yang terdapat terkena bagian tubuh yang lain
insersi WSD  Tempat untuk menyimpan kasa yang
5. bengkok didekat ke pasien sudah digunakan saat perawatan luka

 Untuk mengetahui apakah ada


6. melakukan monitoring pada kasa yang rembesan pada insersi selang dada
membalut selang WSD, apakah terdapat
rembesan yang keluar dari kasa, ada bunyi
berdesir pada daerah insersi selang,
memonitoring pada selang WSD apakah selang
WSD terdapat sumbatan, lipatan atau terdapat
kebocoran dari sambungan atau konektor
selang  Memonitoring produk drainase
7. amati produk drainase warna dan jumlah
produk drainase
 Mengamati ekspansi paru
8. melihat ekspansi paru pasien melihat adanya
undulasi atau gelembung yang ada pada botol
WSD
 pengecekan undulasi dengan : meminta
pasien untuk menarik napas dan
hembuskan pada saat pasien tarik napas
cairan WSD naik dan pada saat pasien
menghembuskan napas cairan WSD turun
 memonitor adanya gelembung pada cairan
yang terdapat pada botol WSD dengan
menyuruh pasien untuk batuk
apabila ekspansi paru belum optimal maka
akan muncul gelumbung udara.  Mencegah infeksi pada insersi selang
9. Mengganti balutan pada daerah insersi selang
 Memberikan teknik relaksasi untuk
10. Sambil menyampaikan pada pasien jika saat mengurangi nyeri
tindakan merasakan nyeri, pasien melakukan
tarik napas dalam.  Memonitoring keadaan luka
11. Melakukan monitoring pada kulit daerah
sekitar insersi selang, apakah ada tanda tanda
infeksi
12. Dan memperhatikan kekuatan jahitan pada
insersi selang
13. Melepaskan sarung tangan bersih
14. Masukkan cairan Nacl ke com steril
15. Memakai sarung tangan steril
16. Mengambil kasa sesuai kebutuhan
17. Membersihkan area sekitar insersi selang
18. Kemudian membersihkan area selang WSD
19. Jika terdapat kemerahan dapat memberikan
zalf pada daerah insersi selang WSD
20. Kemudian tutup luka insersi dengan kasa
selanjutnya plester balutan
Mengganti Botol WSD  Kedalaman rendam selang

1. Persiapkan botol drainase menentukan besarnya pengisapan

a. Untuk system satu botol


 Buka sebuah botol steril berlubang dua
dan masukkan air steril. Pastikan
ujung distal tabung panjang terendam
dalam air sepanjang 2-3 cm
 Tandai ketinggian air pada botol
 Masukkan tabung panjang dan pendek
lewat penutup dua jalur masuk ke
dalam botol
b. Untuk system dua botol
Pada pemakaian system dua botol, botol
pertama digunakan untuk menampung
cairan dan udara dari rongga pleura dan
botol kedua berperan sebagai ruang segel
air.
Untuk mengganti botol-botol ini:
 Siapkan botol segel air seperti yang
disebutkan diatas
 Siapkan botol dua lubang kosong yang
steril lainnya beserta dua tabung
pendek
 Sambungkan kedua botol seperti yang
ditunjukkan pada gambar

c. System tiga botol


Pada system tiga botol, botol pertama
digunakan untuk menampung cairan dan
udara dari rongga pleura, botol kedua
berperan sebagai ruang segel air, dan botol
ketiga untuk mengontrol jumlah
pengisapan
 Siapkan botol pertama dan kedua
seperti pada system dua botol
 Masukkan 20 cm air steril pada botol
steril ketiga
 Masukkan dua tabung pendek dan  Mencegah risiko pecahnya botol
panjang lewat penutup tiga jalur ke secara tidak disengaja
dalam botol  Memberikan akses yang mudah ke
 Sambungkan semua botol seperti lokasi
gambar  Mencegah udara memasuki rongga
pleura

 Mencegah air terhisap masuk


kedalam dada
 Penjepitan yang terlalu lama dapat
2. Pastikan semua botol tersimpan dalam wadah
menyebabkan timbulnya tension
tempat botol
pneumothorax
3. Posisikan pasien dengan nyaman semi fowler
 Fluktuasi ini berhubungan dengan
atau high fowler
pernapasan pasien dan menandakan
4. Jepit selang drainase intercostal dengan
bahwa system paten. Tidak adanya
menggunakan dua klem. Klem yang satu di
fluktuasi menandakan bahwa selang
posisikan sampai dari lokasi penusukan dan
dada tersumbat atau paru-paru sudah
klem kedua diposisikan di bawahnya
mengembang kembali. Hal ini dapat
5. Lepaskan sambungan botol/ botol-botol lama
dipastikan lewat perkusi, auskultasi
dari selang dada
dan foto rontgen dada.
6. Sambungkan kembali botol baru sesuai gambar
 Mencegah terseretnya selang dada
7. Posisikan botol 0,5 sampai 1 m di bawah dada
pasien

8. Lepaskan jepitan selang dada  Mencegah transmisi infeksi


9. Amati adanya fluktuasi berulang ketinggian air
pada ujung distal selang dada (naik turun)
10. Rekatkan secara longgar selang drainase dada
pada pakaian pasien
11. Posisikan kembali pasien secara nyaman diatas
ranjang
12. Cuci dan keringkan tangan
13. Merapikan kembali pasien dan memberikan
posisi yang nyaman
14. Membereskan alat-alat yang sudah digunakan

4 Fase Terminasi  Mengevaluasi kembali tindakan yang


1. Simpulkan kembali hasil kegiatan telah dilakukan

2. Berikan edukasi setelah perawatan WSD


3. Evaluasi respon pasien
4. Berikan reinforcement sesuai dengan
kemampuan pasien
5. Doakan kesembuhan pasien
6. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
7. Akhiri kegiatan dengan mengucapkan
Wassalamu alaikum Wr Wb
8. Buang sampah/bahan yang tidak terpakai pada
tempat sampah
5 Dokumentasi  Berperan sebagai alat komunikasi
1. Tanggal dan jam pelaksanaan antar staf

2. Data (DS/Do sebelum tindakan)


3. Action/Tindakan keperawatan yang
dilakukan : Perawatan WSD
4. Respon Ds/Do
5. Nama dan tanda tangan ners
4. Perhatian Khusus Pada Perawatan Wsd
a. Memijat atau mengurut selang dada bersifat kontrovensial karena dapat menimbulkan
tekanan negative yang berlebihan, sehingga tidak disarankan untuk dilakukan saat ini.
b. Set cadangan wadah dan sambungan steril harus selalu tersedia.
c. Proses batuk dan pernapasan dalam yang teratur, sering dan lancar sangat penting karena
tindakan tersebut dapat meningkatkan tekanan intrapleura dan mendorong udara dan
cairan keluar dari rongga pleura sehingga merangsang pengembangan paru-paru
d. Drainase yang lebih dari 100 ml/jam atau perubahan warna cairan drainase menjadi
warna merah terang menandakan adanya perdarahan segar yang harus segera dilaporkan
kepada dokter.
e. Selalu siapkan dua klem di samping ranjang untuk digunakan sewaktu-waktu bila
sambungan lepas secara tidak disengaja atau terjadi kerusakan system.
f. Bila botol pecah secara tidak disengaja, tabung harus direndam dalam botol berisi Nacl
atau air steril.
g. Bila selang dada tertarik keluar, perawat harus menutup lokasi penusukan menggunakan
kasa vaselin steril.

G. Link Vidio

a. Video suction oral

https://youtu.be/B1ZFED9vCHw

b. Vidio suction trakesotomi

https://youtu.be/ern1Z77DUVo

c. Vidio suction ETT

https://youtu.be/-LkPj8JJxsY

d. Video perawatan trakeostomi

https://youtu.be/0rKRbSZJmXk
b. Vidio persiapan pasien dan perawatan WSD

https://youtu.be/D_Va1egrmt0

BAB IV

EVIDENCE BASED PRACTICE

A. EBP suction
Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan gagal napas adalah obstruksi jalan napas,
termasuk obstruksi pada Endotracheal Tube (ETT). Penanganan untuk obstruksi jalan
napas akibat akumulasi sekresi pada Endotracheal Tube (ETT) pada pasien kritis
adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir (suction) dengan memasukkan
selang catheter suction melalui hidung/mulut/Endotracheal Tube (ETT) yang
bertujuan untuk membebaskan jalan napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah
infeksi paru. Upaya untuk mewujudkan pelayanan yang baik dalam melakukan
tindakan penghisapan lender (suction) maka perawat perlu malakukan tindakan sesuai
standar prosedur operasional pelayanan yang telah ditetapkan Rumah Sakit yang
didasari oleh Evidence based practice.
Evidence based practice tindakan penghisapan lender (suction) yang bertujuan untuk
membebaskan jalan napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah infeksi paru,
didapatkan dari beberapa artikel penelitian yaitu:

Judul : Effect of Continuous versus Intermittent Subglottic Suctioning on Tracheal


Mucosa by the Mallinckrodt TaperGuard Evac Oral Tracheal Tube in
Intensive Care Unit Ventilated Patients: A Prospective Randomized
Study

Penerbit : Indian Society of Critical Care Medicine tahun 2018

Dari penelitan tersebut yang di lakukan oleh Prof. Philippe Seguin pada tahun 2018
disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyedotan intermiten tidak
mengurangi kerusakan mukosa dibandingkan dengan penyedotan terus menerus.
Namun demikian, volume aspirasi lebih tinggi dan ketidakmungkinan untuk aspirasi
lebih rendah dengan penyedotan intermiten.

B. EBP PERAWATAN WSD

WSD (Water Seal Drainage) merupakan suatu system drainage yang menggunakan
water seal (perendam air) untuk mengalirkan udara dan atau cairan dari cavum pleura
(rongga pleura). Tujuan WSD yaitu membuat pengembangan paru kembali normal
sehingga klien dapat menunjukkan pola napas yang adekuat dengan menggunakan
prinsip steril. WSD digunakan dalam menangani klien hemotoraks, pneumothorax
dan hemopneumothorax. WSD memiliki 3 jenis yaitu system satu botol, dua botol
dan 3 botol. Dalam teori didapatkan. Teori menyebutkan WSD dengan pemberian
suction memiliki komplikasi salah satunya kebocoran sehingga menyebabkan lama
rawat di Rumah Sakit dibandingkan dengan WSD dengan water seal. Namun dalam
Jurnal Penelitian :

Judul : Management of chest tubes after pulmonary resection: a systematic


review and meta-analysis.

Penerbit : Canadian Journal of Surgery

Dalam Jurnal disebutkan Tidak ada perbedaan yang teridentifikasi dalam hal
kebocoran udara, insiden kebocoran udara yang berkepanjangan, durasi penggunaan
chest tube dan durasi rawat inap di rumah sakit ketika chest tube ditempatkan ke
suction daripada water seal.Tabung hisap dada tampaknya lebih unggul dari segel air
dalam mengurangi kejadian pneumotoraks; namun, signifikansi klinis dari temuan ini
tidak jelas.

C. EBP PRAWATAN TRAKEOSTOMI


Trakeostomi adalah prosedur umum di unit perawatan intensif, dan perawat harus
memberikan perawatan yang tepat kepada pasien trakeostomi untuk mencegah
komplikasi. Salah satu pertimbangan terpenting adalah mobilisasi sekresi yang
efektif, dan kateter isap. Tujuan utama kanula dalam adalah untuk mencegah
penyumbatan tabung dengan memungkinkan pembersihan atau penggantian secara
teratur. Banyak episode obstruksi tabung dapat dicegah dengan inspeksi dan
pembersihan sederhana atau penggantian kanula bagian dalam. Banyak tabung plastik
dibersihkan dengan larutan hidrogen peroksida berkekuatan penuh dan air steri tetapi
beberapa sumber merekomendasikan menggunakan garam fisiologis saja Tabung
silikon dan tabung logam dapat rusak dengan menggunakan hidrogen peroksida
Sambungan sambungan dalam tabung logam dapat rusak oleh hidrogen peroksida dan
oleh pembersih enzim, jadi tabung ini harus dibersihkan dengan merendam dalam air
hangat dengan cairan pencuci piring yang lembut untuk melembutkan sekresi dan
kemudian menggunakan sikat trakea. Silikon cenderung menyerap produk pembersih,
jadi larutan garam fisiologis saja harus digunakan untuk membersihkan tabung silicon

Judul : Tracheostomy Care and Complications in the Intensive Care


Unit Tahun 2013
Penerbit : LINDA L. MORRIS, PhD, APN, CCNS ANDREA WHITMER,
RN, MSN, ACNP-BC ERIK McINTOSH, RN, MSN, ACNP-BC
Dari penelitan tersebut yang di lakukan oleh Burs dkk Tidak ada penelitian yang
dilakukan untuk menentukan frekuensi optimal untuk membersihkan kanula bagian
dalam; namun, kanula harus diperiksa secara teratur, mungkin minimal 3 kali sehari,
tergantung pada volume dan ketebalan sekret pasien

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan
untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas pada
klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. Suction merupakan suatu metode
untuk mengeluarkan secret dari jalan nafas dengan menggunakan alat via mulut,
nasofaring, atau trakeal. Oleh karena itu perawat dituntut untuk menguasai standar teori
dan praktek tindakan dan perawatan suction yang meliputi aspek legal dan professional
sesuai standar operasional dan prosedur yang telah ditetapkan.
Upaya untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang baik pada tindakan
suction dan perawatan UWSD maka perawat perlu malakukan tindakan sesuai standar
prosedur operasional pelayanan yang telah ditetapkan Rumah Sakit yang didasari oleh
Evidence based practice.

B. Saran
Dalam melakukan tindakan keperawatan kepada pasien, keluarga dan masyarakat
perawat diharapkan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan professional
maka dari itu diharapkan setiap perawat dapat selalu mengupdate ilmu dengan selalu
membaca artikel ataupun jurnal penelitian serta mengikuti pendidikan atau pelatihan yang
terkait dengan ilmu keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Seguin Philippe 2018. Effect of Continuous versus Intermittent Subglottic Suctioning on


Tracheal Mucosa by the Mallinckrodt TaperGuard Evac Oral Tracheal Tube in Intensive
Care Unit Ventilated Patients: A Prospective Randomized Study. Indian J Crit Care Med.
22(1): 1-4
2. Jacob, A., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku ajar Clinical Nursing Procedures Jilid
Dua. Binarupa Aksara.
3. Coughlin, S. M., Emmerton-Coughlin, H. M., & Malthaner, R. (2012). Management of
chest tubes after pulmonary resection: a systematic review and meta-analysis. Canadian
journal of surgery. Journal canadien de chirurgie, 55(4), 264–270.
https://doi.org/10.1503/cjs.001411\
4. Morris LL,Afifi MS.The dreaded false passage:management of tracheostomy tube
dislodgement .Emerg med News,2011:33(8).http://journals.lww.com/em-
news/fulltext/2011/07081/The_Dreaded_false_passage_management_of.3.aspx.accessed
july 2,2013

Anda mungkin juga menyukai