Disusun oleh:
KELOMPOK VI
NURHAYATI (R011191054)
AMIR (R011191105)
UNIVERSIATAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamin, rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha
Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan
sehingga makalah SOP Suction oral, nasal, trakesotomi, dan ETT, Perawatan trakeostomi,
Persiapan pasien untuk pemasangan dan perawatan UWSD pada mata kuliah Praktek Klinik
Konprehenship 1 ini bisa selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan
rekan-rekan mahasiswa pada khususnya dan para pembaca umumnya tentang makalah
SOP Suction oral, nasal, trakesotomi, dan ETT, Perawatan trakeostomi, Persiapan pasien
untuk pemasangan dan perawatan UWSD
Penyusun,
Kelompok VI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Dapat mengetahui dan memahami bagaimana melakukan tindakan dan perawatan
suction oral dan nasal, trakesotomo, ETT, dan UWSD sesuai dengan standar
operasional dan prosedur yang telah ditetapkan.
2. Tujuan khusus
a. Dapat melakukan tindakan suction oral dan nasal sesuai SOP
b. Dapat melakukan tindakan trakesotomi sesuai dengan SOP
c. Dapat malakukan tindakan ETT sesuai dengan SOP
d. Dapat melakukan perawatan trakesotomi sesuai dengan SOP
e. Dapat melakukan persiapan pasien untuk pemasangan UWSD sesuai SOP
f. Dapat melakukan perawatan UWSD sesuai SOP
BAB II
Kasus dan Penatalaksanaan Keperawatan
A. CASE
Tn.Z, 33 tahun masuk RS melaui UGD pada tanggal 1 April 2019. Saat ini dirawat di
perawatan infeksi dan dikaji pada tanggal 2 April 2019. Diagnosis masuk: TB Paru
klinis Diagnosis medis; TB paru lama lesi luas, efusi pleura berulang, HIV Keluhan
saat dikaji; Sesak napas Penggunaan alat bantu; kacamata. Riwayat penyakit
keluarga; asma dan sakit jantung Pemeriksaan fisik; TD; 130/90 mmHg (berbaring)
S : 360C P : 52x/menit N : 120x/menit SaO2 :92% TB : 170 cm
BB : 44 kg IMT : 15,22 kg/m2 Nyeri kepala skala 6 NRS seperti
berdenyut, menyebar ke seluruh area kepala, diserta mual dan kadang tidak mampu
membuka mata Mata; anemis dan rabun. Respirasi; sesak P=52 kali/menit,
menggunakan O2 NRM 12 lpm, rencana pemasangan WSD. Gastrointestinal; post op
apendisitis dan pemasangan colostomy Nutrisi; malnutrisi, kurus dan lemas Norton
scale; kondisi fisik sakit berat, kondisi mental sadar, aktivitas di tempat tidur,
mobilitas sangat terbatas, inkontinen urin dan alvi. Barthel index; BAB dan BAK
dibantu, butuh bantuan membersihkan diri, tergantung pada orang lain ut setiap
kegiatan, makan dibantu, berubah posisi dibantu, berpindah dan berjalan dibantu,
memakai baju dibantu, tidak mampu naik turun tangga, mandi dibantu. Risiko jatuh;
tidak ada riwayat jatuh dalam 3 bulan terakhir, diagnosis medis sekunder > 1, dibantu
untuk berjalan, menggunakan infus, lemah, status mental orientasi sesuai Hasil
pemeriksaan laboratorium;
B. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1 DS: Hambatan pertukaran Gas
klien mengatakan sesak nafas
DO:
Sesak napas P: 52x/menit
Menggunakan O2 NRM 12 lpm
PC02 26.2 (menurun)
P02 68 (menurun)
Takikardia (N:120x/menit)
Nyeri kepala skala 6 NRS
Rabun
Foto Thorax AP (Asimetris, inspirasi
kurang)
Klien lemas
Rencana pemasangan WSD
2 DS:- Nyeri Akut
DO:
Nyeri kepala skala 6 NRS seperti
berdenyut
menyebar ke seluruh area kepala diserta
mual dan kadang tidak mampu
membuka mata
TD; 130/90 mmHg (berbaring) S :
360C P : 52x/menit N : 120x/menit
3 DS: - Ketidakseimbangan nutrisi
DO: kurang dari kebutuhan
TD; 130/90 mmHg (berbaring)
Anemis
TB : 170 cm BB : 44 kg IMT : 15,22
kg/m2
Nutrisi; malnutrisi, kurus dan lemas
Nyeri kepala disertai mual
Makan dibantu
4 DS: Hambatan mobilitas Fisik
Klien mengeluh sesak nafas
Klien mengatakan nyeri kepala seperti
berdenyut dan menyebar keseluruh area
kepala
Klien mengatakan kadang tdk mampu
membuka mata
DO:
Post op appendisitis dan pemasangan
colostomy
Tampak lemas
Mata anemis dan rabun
Aktivitas di tempat tidur
Mobilitas sangat terbatas
Inkontinensia
BAB dan BAK di bantu
Butuh bantuan membersihkan diri
Tergantung pada orang lain untuk setiap
kegiatan
Makan dibantu
Berubah posisi dibantu
Berpindah dan berjalan dibantu
Memakai baju dibantu
Tidak mampu naik turun tangga
Mandi dibantu.
Dibantu untuk berjalan
Menggunakan infus
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. gangguan pertukaran gas
2. Nyeri akut
3. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
4. Hambatan mobilitas fisik
5. Risiko jatuh
6. Defisit perawatan diri
7. Risiko infeksi
8. Risiko Dekubitus
D. NURSING CARE PLANE
2 Domain 12 : Kenyamanan Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam Manajemen Nyeri
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik Tingkat nyeri yang dirasakan pasien dapat menurun. Observasi
Nyeri Akut Dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
DS : - • Keluhan nyeri menurun Skala nyeri ringan (1-3) kualitas, intensitas nyeri
DO : • Frekuensi nadi dalam batas normal (N : 60-80x/menit) 2. Identifikasi skala nyeri
• Nyeri kepala skala 6 NRS seperti • Tekanan darah dalam batas normal (sistol : 90-120 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
berdenyut mmhg, diastole: 60-80 mmHg) 4. Identifikasi factor yang memperberat dan
• menyebar ke seluruh area kepala memperingan nyeri
diserta mual dan kadang tidak mampu 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
membuka mata 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
• TD; 130/90 mmHg (berbaring) S : 7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yamg
360C P : 52x/menit N : 120x/menit sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunaan analgesic
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (misl: hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istrahat tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis, untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgesic jika perlu
3 Domain 2 : Nutrisi Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 Status Manajemen Nutrisi
Kelas 1 : Makan Nutrisi membaik. Dengan kriteria hasil : Observasi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang • Berat badan Indeks Massa Tubuh (IMT) cukup 1. Identifikasi status nutrisi
dari kebutuhan membaik 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
DS : - • Frekuensi makan cukup membaik 3-4x/hari 3. Identifikasi makanan yang disukai
DO : • Porsi makan yang dihabiskan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
• TD; 130/90 mmHg (berbaring) • Nafsu makan cukup membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
• Anemis 6. Monitor asupan makanan
• TB : 170 cm BB : 44 kg IMT : 15,22 7. Monitor berat badan
4 Domain 4 : Aktivitas/Istrahat Setelah dilakukan intervensi keperawatan 3x24 jam Dukungan Mobilisasi
Kelas 2 : Aktivitas/Olahraga Mobilitas fisik pasien meningkat. Dengan kriteria hasil : Observasi
Hambatan Mobilitas fisik • Pergerakan ekstremitas cukup meningkat 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
DS: • Rentang gerak ROM meningkat 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergeraka
Klien mengeluh sesak 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
• Nyeri menurun skala ringan (1-3)
nafas
Klien mengatakan nyeri kepala • Kelemahan fisik cukup menurun memulai mobilisasi
seperti berdenyut dan menyebar 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
keseluruh area kepala
Terapeutik
Klien mengatakan kadang tdk
mampu membuka mata 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis,
DO: pagar tempat tidur)
Post op appendisitis dan pemasangan
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
colostomy
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
Tampak lemas
Mata anemis dan rabun meningkatkan pergerakan
Aktivitas di tempat tidur Edukasi
Mobilitas sangat terbatas 1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Inkontinensia
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
BAB dan BAK di bantu
Butuh bantuan membersihkan diri 3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan
Tergantung pada orang lain untuk (mis, duduk ditempat tidur, duduk di sisi tempat tidur,
setiap kegiatan
pindah dari tempat tidur kekursi)
Makan dibantu
Berubah posisi dibantu
Berpindah dan berjalan dibantu
Memakai baju dibantu
Tidak mampu naik turun tangga
Mandi dibantu.
Dibantu untuk berjalan
Menggunakan infus
5 Domain 11 : Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam Tingkat Jatuh Pencegahan Jatuh
Keamanan/perlindungan pasien menurun. Dengan kriteria hasil : Observasi
Kelas 2 : Cedera Fisik 1. Jatuh dari tempat tidur tidak ada 1. Identifikasi factor risiko jatuh
Risiko Jatuh 2. Jatuh saat duduk tidak ada 2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift
Faktor Risiko: 3. Jatuh saat berjalan tidak ada atau sesuai dengan kebijakan institusi
Klien mengatakan Nyeri kepala 4. Jatuh saat dikamar mandi tidak ada 3. Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan
seperti berdenyut, menyebar ke risiko jatuh
seluruh area kepala, dan kadang 4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala
tidak mampu membuka mata 5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke
Skala nyeri 6 NRS kursi roda dan sebaliknya
Mata anemis dan rabun Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
Menggunakan alat bantu kacamata 2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam
Tampak lemas kondisi terkunci
Aktivitas di tempat tidur 4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
5. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan
Mobilitas sangat terbatas
pantauan perawat dari nurse station
Berpindah dan berjalan dibantu
6. Gunakan alat bantu berjalan
Tidak mampu naik turun tangga
7. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh.
6 Kategori : Perilaku Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam Perawatan Diri Dukungan perawatan Diri
Subkategori : Kebersihan Diri pasien meningkat. Dengan kriteria hasil : Observasi
Defisit Perawatan Diri Kemampuan mandi meningkat 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai
Kemampuan mengenakan pakaian meningkat usia
DS: -
Kemampuan BAB/BAK meningkat ‘ 2. Monitor tingkat kemandirian
DO:
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
BAB dan BAK di bantu
berpakaian, berhias, dan makan
Butuh bantuan membersihkan Terapeutik
diri 1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
Memakai baju dibantu 2. Siapkan keperluan pribadi
Mandi dibantu. 3. Damping dalam melakukan perawatan diri sampai
7 Domain 11 : Keamanan/perlindungan Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
Kelas 1 : Infeksi pasien menurun. Dengan kriteria hasil : Observasi
Risiko Infeksi Luka operasi bersih tidak ada tanda-tanda infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Faktor Risiko: Nafsu makan meningkat Terapeutik
Post op apendisitis dan Kadar WBC dalam darah membaik (WBC Normal: 1. Batasi jumlah pengunjung
pemasangan colostomy 4-10) 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
Malnutrisi, kurus dan lemas 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
Pemeriksaan penunjag pasien dan lingkungan pasien
Laboratorium: Hematologi WBC 4. Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
13.5 (meningkat)
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian Antibiotik
8 Domain 11 : Keamanan/perlindungan Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam Kontro Risiko: Perawatan Tirah Baring
Kelas 2 : Cedera Fisik cidera karena tekanan (dekubitus) dapat ditingkatkan. Observasi
Risiko Decubitus Dengan kriteria hasil : 1. Monitor Kondisi Kulit pasien
Faktor Risiko: Mengidentifikasi faktor risiko decubitus 2. Monitor komplikasi dari tirah baring
Kondisi fisik sakit berat Menghindari paparan penyebab terjadinya Terapeutik
Aktivitas di tempat tidur 1. Tempatkan matras atau kasur dengan cara yang tepat
dekubitus
Mobilitas sangat terbatas 2. Hindari penggunaan kain linen kasur yang teksturnya
Memonitor perubahan status kesehatan
kasar.
Inkontinen urin dan alvi.
Memodifikasi perubahan posisi tiap 2 jam sekali
3. Jaga kain linen kasur tetap bersih, kering dan bebas
Berubah posisi dibantu
dari keruratan
Mengembangkan strategi yg efektif untuk
4. Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi paling
mengontrol risiko dekubitus.
tidak setiap 2 jam sesuai dengan jadwal.
5. Bantu menjaga kebersihan
Edukasi
1. Ajarkan latihan ditempat tidur dengan cara yang tepat
2. Ajarkan keluarga untuk merubah posisi pasien tiap 2
jam.
BAB III
1. Pengertian
Suatu cara untuk mengeluarkan secret dari saluran nafas dengan menggunakan
suction kateter yang dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut kedalam pharyng
atau trachea.
Penghisapan lendir digunakan bila klien mampu batuk secara efektif teapi tidak
mampu membersihkan sekret dengan mengeluarkan atau menelan. Tindakan
penghisapan lendir juga tepat pada klien yang kurang responsif atau, yang
emmerlukan pembuangan sekret oral.
2. Tujuan
a. Untuk memelihara saluran nafas tetap bersih.
b. Untuk mengeluarkan sekret dari pasien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri.
c. Diharapkan suplai oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yang adekuat
3. Indikasi
a. Pasien yang pita suaranya tidak dapat tertutup.
b. Pasien yang koma.
c. Pasien yang tidak bisa batuk karena kelumpuhan dari otot pernafasan.
d. Bayi atau anak dibawah umur 2 tahun.
e. Pasien yang secretnya sangat banyak dan kental, dimana dia sendiri sulit untuk
mengeluarkannya.
4. Kontra Indikasi
a. Pasien dengan stridor.
b. Pasien dengan kekurangan cairan cerebro spinal.
c. Pulmonary oedem.
d. Post pneumonectomy, ophagotomy yang baru.
5. Persiapan Alat
a. Penghisap portebel atau yang terpasang di dinding deengan selang penghubung
b. Kateter steril 12-16 Fr
c. Air steril atau normal saline
d. Sarung tangan on steril
e. Pelumas larut air Handuk mandi atau selimut yang melindungi klien atau baju
klien
f. Masker wajah dan kasa steril
g. Pinset anatomisCairan desenfektan untuk mencuci kateter steril
h. Spatel
6. Prosedur
NO Tindakan Keperawatan Rasional
1 Siapkan peralatan di samping tempat tidur Memungkinkan kelancaran dalam
pelaksanaan prosedur tanpa gangguan.
2 Cuci tangan dan pakai sarung tangan on Mengurangi transmisi mikroorganisme
steril
3 Jelaskan pada klien bagaimana prosedur Mengurangi kecemasan pada pasien dan
akan membantu membersihkan jalan nafas klien mengerti prosedur yang akan
dan mnghilangkan beberapa masalah dilakukan
pernapasannya. Jelaskan bahwa batuk,
bersin, atau menelan adalah normal.
4 Posisikan klien dengan tepat:
- bila sadar dengan refleks gag berfungsi Refleks gag mencegah aspirasi isi
baringkan klien pada posisi semi Fowler’s gastrointestinal. Posisi ke satu sisi atau
dengan kepala miring ke satu sisi untuk hiperektensi lehermeningkatkan insersi
penghisapan oral. Baringkan klien pada perlahan kateter kedalam orofaring atau
posisi Fowler’s dengan leher ekstensi untuk nasofaring secara berurutan.
penghisapan nasal
-Bila sadar-baringkan klien pada posisi Mencegah lidah klien menghadap jalan
lateral menghadap pada anda untuk nafas, meningkatkan drainase sekret
penghisapan oral atau nasal. pulmonal, dan mencegah aspirasiisi
gastrointestinal.
5 Tempatkan handuk pada bantal atau Mencegah linen tempat tidur atau baju
dibawah dagu klien tidur basah akibat dari sekret. Handuk
dapat di buang, mengurangi penyebaran
bakteri.
6 Pilih tekanan dan tipe unit penghisap yang Menjamin tekanan negatif yang aman
tepat. Untuk semua unit penghisap adalah sesuai dengan usia klien. Tekanan negatif
120-150mm Hg pada orang dewasa, 100- yang berlebihan dapat mencetuskan
120mm Hg. Pada anak-anak, atau 60-100mm cedera muklosa
Hg pada bayi.
7 Tuangkan air steril atau normal salin Diperlukan untuk melumasi kateter guna
kedalam wadah yang steril. mengurangi friksi dan meningkatkan
pasase lembut.
8 Kenakan sarung tangan on steril pada tangan Mempertahankan aseptik saat kateter
dominan anda. dimasukan kedalam mulut atau hidung
klien.
9 Gunakan tangan yang telah menggunakan Mempertahankan aseptik
sarung tangan on steril, sambungkan katerter
ke mesin penghisap
10 Perkirakan jarak antara daun telinga klien -Jarak ini menjamin bahwa kateter
dan ujung hidung dan letakan ibu jari dan jari penghisap akan tetap pada region
telunjuk dari tangan yang telah faringeal. Insersi kateter pada titik ini
menggunakan sarung tangan. menempatkan katetert di trakea.
11 Basahi ujung kateter dengan larutan steril. -Pembasahan ujung kateter mengurangi
Pasang penghisap dengan ujungnya terletak friksi dan memudahkan pemasangan.
dalam larutan. Pemasangan.Penghisap pada kateter
berada dalam larutan seteril menjamin
bahwa peralatan penghisap berfungsi
sebelum kateter di masukan.
12 Penghisap.
Orofaringeal dengan perlahan masukan Mengindari turbinasi nasal oleh kateter
kateter ke dalam satu sisi mulut klaen dan dan masuk lebih mudah kedalam
arahkan ke orofaring.Jangan lakukan nasofaring.
penghisapan selama pemasangan.
nasofaringeal-dengan perlahan masukan
kateter kesalah satu lubang hidung. Resiko trauma pada mukosa oral dan
Arahkan kearah medial sepanjang dasar nasal selama pemasangan kateter
rongga hidung. Jangan dorong paksa dikurangi.
kateter. Bila lubang hidung yang satu
tidak paten, coba hidung yang lain. Jangan
lakukan penghisapan selama pemasangan.
13 Sumbat port penghisap dengan ibujari anda. Sumbatan pada port pnghisap
Dengan perlahan rotasi kateter saat anda mengaktifkan tekanan penghisap.
menariknya. Keseluruhan proses prosedur Penghisap dilakukan secara intermiten
tidak boleh dari 15 detik. saat kateter di tarik. Rotasi mngangkat
sekret dari permukaan jalan nafas dan
mencegah trauma dari tekanan penghisap
pada satu area. CATATAN: penghisapan
juga mumbuang udara. Suplai oksigen
klien dapat sangat berkurang bila
prosedur berlangsung lebih dari 15 detik.
14 Bilas kateter dengan larutan steril dengan Membuang sekret dari kateter
meletakannya dalam larutan dan lakukan melumasinya untuk penghisapan
penghisapan. berikutnya.
15 Bila klien tidak mengalami distres Memunkinkan kesempatan klien untuk
pernapasan, biarkan ia istirahat selama 20 – meningkatkan masukan oksigennya.
30 detik sebelum memasukan ulang kateter.
16 Bila klien mampu, minta ia untuk bernapas Meningkatkan mobillitas sekret ke jalan
dalam dan batuk diantara penghisapan. napas atas, tempat sekret dapat diangkat
dengan kateter. Bila klien mampu untuk
batuk secara produktif, penghisapan
selanjutnya tidak diperlukan sepanjang
jalan nafas bersih pada auskultasi.
17 Bila diperlukan penghisapan ulang, ulangi Apabila nadi dan pernapasan sudah
langkah 11 – 13. normal. Dewasa normal nadi: 80-
120/menit dan pernapasan:18-25 /menit
18 Hisap sekret pada mulut atau di bawah lidah Mempertahankan aseptik steril. Mulut
setelah pnghisapan orofaring atau nasofaring. harus dihisap setelah area steril telah di
hisap secara keseluruhan.
19 Buang kateter dengan membungkusnya Mengurangi penyebaran bakteri dari
dalam tangan anda yang menggunakan kateter penghisap.
sarung dan lepaskan sarung untuk
membungkus kateter.
20 Siapkan peralatan untuk penghisapan Memberikan kesiapan akses untuk
berikutnya. peralatan penghisap, khusunya bila klien
mengalami distres pernapasan.
21 Cuci tangan Agar tidak terkena infeksi
22 Catat pada catatan perawat jumlah, Mendokumentasikan bahwa prosedur
konsistensi, warna dan bau sekret, serta telah dilaksanakan.
respon klien terhadap prosedur.
2. Tujuan
a. Mempertahankan patenitas saluran napas dengan mengeluarkan secret
b. Mencegah infeksi saluran pernapasan bawah akibat retensi sputum
3. Peralatan
a. Duk steril
b. Mangkok
c. Potongan-potongan kasa
Peralatan tambahan :
2 Jelaskan prosedurnya dan apa yang akan Penjelasan yang lengkap akan
dirasakan pasien selama prosedur kepada mengurangi kecamasan pasien dan
pasien (bila sadar)/keluarganya mendorong kerjasama daroi pasien
3 Bantu pasien berada dalam posisi semi fowler Posisi duduk membantu pasien
atau fowler bila sadar.pasien tidak sadar harus untuk dapat batuk dan bernapas
diposisikan miring menghadap anda lebih mudah. Posisi ini juga
memanfaatkan gaya gravitasi untuk
mempermudah pemasukan kateter
Posisi miring mencegah
penyumbatan saluran napas dan
merangsang pengeluaran secret
4 Kumpulkan peralatan, periksa fungsi Pastikan semua alat berfungsi
peralatan pengisap dan kantung resusitasi dengan baik sebelum melakukan
manual tersambng pada sumber oksigen tehnik steril, untuk mencegah
terjadinya gangguan pemakaian
oksigen akan membantu pencegahan
hipoksia
5 Pakai masker wajah dan cuci tangan secara Mencegah infeksi
menyeluruh
9 Pakai sarung tangan steril, pakai satu tangan Tangan yang dibuat steril harus
yang bersih untuk melepas sambungan, tetap tidak terkontaminasi sehingga
memompa, dan mengendalikan pengisapan. mikro-organisme tidak masuk
Biasanya tangan yang dominan dijaga tetap kedalam paru-paru. Tangan lain
steril dan akan dipakai untuk memutar kateter yang memakai sarungn tangan
pengisap melindungi perawat dari infeksi
15 Cubit kateter bila tidak ada sport Ydan Mengisapketika memasukan kateter
masukan kedalam selang trakeal/endotrakeal, dapat menimbulkan trauma pada
masukan kateter sekitar 12,5 cm pada orang mukosa dan mengeluarkan oksigen
dewasa, lebih pendek pada anak-anak atau dari saluran pernapasan
sampai pasien batuk atau sampai anda Tahanan biasanya berarti ujung
merasakan adanya tahanan kateter telah mencapai karina, bila
menemui tahanan kateter harus
ditarik 1-2cm sebelum melakukan
pengisapan
1. Pengertian
2. Tujuan
a. Mempertahankan patensi jalan napas
b. Mencegah infeksi pada lokasi trakeostomi
c. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan mencegah eksklorasi kulit
disekitar lokasi trakeostomi
d. Memberikan rasa nyaman
e. Memeriksa kondisi ostomi
3. Peralatan
a. Set perawatan trakeostomi yang berisi
Pot kecil (3)
Duk steril
Sikat nilon/sikat selang steril
Potongan persegi kasa steril
Pita pengikat trakeostomi
b. Sebuah nampan bersih berisi :
Kateter pengisap steril
Hydrogen proksida
Nacl 0,9%
Sarung tangan steril 2 pasang
Gunting bersih
Masker wajah dan pelindung mata (opsional)
Nampan K
Alat tidak tembus air
c. Alat perlengkapan pengisap
4. Prosedur
No Tindakan keperawatan Rasional
6 Kumpulkan peralatan
a. Buka set trakeostomi steril, tuangkan
hydrogen peroksida dan NaCLl0,9% Hydrogen proksida dan NaCl
steril dalam pot kecil yang terpisah mengangkat mucus dan krusta yang
merangsng pertumbuhan bakteri
b. Buka perlengkapan steril lainnya
prosedur delaksanakan dengan lancar
sesuai kebutuhan termasuk aplikator
steril, peralatan pengisap, dan set
perawatan trakeostomi (set balutan)
c. Pakai masker wajah dan pelindung Melindungi perawat
mata
7 Pakai sarung tangan, letakan handuk steril Menjaga teknik asepsis
pada dada pasien
8 Mengisap keseluruhan panjang selang Mengeluarkan secret
trakeostomi dan faring secara menyeluruh
9 Cuci kateter pengisap dan buang
10 Buka kanul dalam (bila ada) dan lepas Hydrogen proksida mebesahi dan
dengan cara menariknya keluar secara melepaskan sektret yang kering
perlahan kearah anda segaris dengan garis
kelengkungannya . letakkan kanul pada
mangkuk, berisi larutan hydrogen
peroksida (juga bisa untuk selang yang
mempunyai kanul dalam dan luar)
1. Pengertian
WSD adalah Merupakan selang dada yang di insersi untuk mengeluarkan udara dan cairan
dari ruang pleura, mencegah udara atau cairan supaya tidak masuk ruang pleura.
Perawatan WSD untuk mencegah terjadinya infeksi pada insersi selang dan memonitoring
jumlah cairan pleura pada botol drainase.
2. Tujuan
3. Indikasi
4. Perangkat Alat
5. Prosedur
N Tindakan Keperawatan Rasional
o
1 Fase Pra Interaksi
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis Mengecek kebenaran pasien dan
(Baca identitas pasien, kondisi pasien, mengetahui catatan perkembangan
perhatikan catatan keperawatan shift pasien
sebelumnya mengenai tanda iritasi/infeksi,
tinggi undulasi, ada tidaknya gelembung,
warna dan jumlah produk drainase)
b. Sebutkan tindakan keperawatan yang akan Memberikan informasi tindakan yang
dilakukan akan dilakukan
c. Cuci tangan sebelum menyiapkan alat Mencegah infeksi kuman
d. Persiapkan alat Kesiapan untuk melakukan prosedur
e. Cuci tangan sebelum ke pasien Mencegah infeksi kuman
2 Fase Orientasi
a. Ucapkan salam dan perkenalkan diri Menerapkan komunikasi terapeutik
b. Identifikasi pasien dengan bertanya nama dan Mengecek kebenaran pasien yang
umur pasien atau nama dan alamat pasien serta akan dilakukan tindakan
cek gelang identitas pasien
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang Memberikan informasi tindakan yang
akan dilakukan kepada pasien akan dilakukan dan menurunkan
(sampaikan kepada pasien, tujuan dari kecemasan pasien
perawatan WSD yang akan dilakukan pada
bapak yaitu untuk mencegah terjadinya infeksi
dan memonitor pengembangan paru,
tindakannya nanti akan dilakukan pergantian
balutan di area selang dan pergantian botol
WSD)
d. Lakukan tindakan pengurangan nyeri (non Untuk mengurangi nyeri pada pasien
farmakologis) pada saat tindakan sampaikan
kepada pasien apabila pada saat tindakan nati
bapak merasa nyeri atau tidak nyaman bisa
tarik napas dan hembuskan untuk mengurangi
rasa nyeri.
e. Kontrak waktu Untuk mengetahui tingkat
f. Beri kesempatan pasien untuk bertanya pemahaman pasien
Untuk memudahkan dalam
g. Dekatkan alat didekat pasien
melakukan tindakan
3 Langkah Kerja
1. Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan Mencegah transmisi infeksi
2. Mengatur posisi pasien semi fowler atau high Memudahkan dalam melakukan
fowler tindakan dan memberikan
3. Memakai sarung tangan bersih kenyamanan kepada pasien
Agar cairan tubuh pasien tidak
4. Letakkan perlak dibawah kasa yang terdapat terkena bagian tubuh yang lain
insersi WSD Tempat untuk menyimpan kasa yang
5. bengkok didekat ke pasien sudah digunakan saat perawatan luka
G. Link Vidio
https://youtu.be/B1ZFED9vCHw
https://youtu.be/ern1Z77DUVo
https://youtu.be/-LkPj8JJxsY
https://youtu.be/0rKRbSZJmXk
b. Vidio persiapan pasien dan perawatan WSD
https://youtu.be/D_Va1egrmt0
BAB IV
A. EBP suction
Salah satu kondisi yang dapat menyebabkan gagal napas adalah obstruksi jalan napas,
termasuk obstruksi pada Endotracheal Tube (ETT). Penanganan untuk obstruksi jalan
napas akibat akumulasi sekresi pada Endotracheal Tube (ETT) pada pasien kritis
adalah dengan melakukan tindakan penghisapan lendir (suction) dengan memasukkan
selang catheter suction melalui hidung/mulut/Endotracheal Tube (ETT) yang
bertujuan untuk membebaskan jalan napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah
infeksi paru. Upaya untuk mewujudkan pelayanan yang baik dalam melakukan
tindakan penghisapan lender (suction) maka perawat perlu malakukan tindakan sesuai
standar prosedur operasional pelayanan yang telah ditetapkan Rumah Sakit yang
didasari oleh Evidence based practice.
Evidence based practice tindakan penghisapan lender (suction) yang bertujuan untuk
membebaskan jalan napas, mengurangi retensi sputum dan mencegah infeksi paru,
didapatkan dari beberapa artikel penelitian yaitu:
Dari penelitan tersebut yang di lakukan oleh Prof. Philippe Seguin pada tahun 2018
disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa penyedotan intermiten tidak
mengurangi kerusakan mukosa dibandingkan dengan penyedotan terus menerus.
Namun demikian, volume aspirasi lebih tinggi dan ketidakmungkinan untuk aspirasi
lebih rendah dengan penyedotan intermiten.
WSD (Water Seal Drainage) merupakan suatu system drainage yang menggunakan
water seal (perendam air) untuk mengalirkan udara dan atau cairan dari cavum pleura
(rongga pleura). Tujuan WSD yaitu membuat pengembangan paru kembali normal
sehingga klien dapat menunjukkan pola napas yang adekuat dengan menggunakan
prinsip steril. WSD digunakan dalam menangani klien hemotoraks, pneumothorax
dan hemopneumothorax. WSD memiliki 3 jenis yaitu system satu botol, dua botol
dan 3 botol. Dalam teori didapatkan. Teori menyebutkan WSD dengan pemberian
suction memiliki komplikasi salah satunya kebocoran sehingga menyebabkan lama
rawat di Rumah Sakit dibandingkan dengan WSD dengan water seal. Namun dalam
Jurnal Penelitian :
Dalam Jurnal disebutkan Tidak ada perbedaan yang teridentifikasi dalam hal
kebocoran udara, insiden kebocoran udara yang berkepanjangan, durasi penggunaan
chest tube dan durasi rawat inap di rumah sakit ketika chest tube ditempatkan ke
suction daripada water seal.Tabung hisap dada tampaknya lebih unggul dari segel air
dalam mengurangi kejadian pneumotoraks; namun, signifikansi klinis dari temuan ini
tidak jelas.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan
untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas pada
klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri. Suction merupakan suatu metode
untuk mengeluarkan secret dari jalan nafas dengan menggunakan alat via mulut,
nasofaring, atau trakeal. Oleh karena itu perawat dituntut untuk menguasai standar teori
dan praktek tindakan dan perawatan suction yang meliputi aspek legal dan professional
sesuai standar operasional dan prosedur yang telah ditetapkan.
Upaya untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang baik pada tindakan
suction dan perawatan UWSD maka perawat perlu malakukan tindakan sesuai standar
prosedur operasional pelayanan yang telah ditetapkan Rumah Sakit yang didasari oleh
Evidence based practice.
B. Saran
Dalam melakukan tindakan keperawatan kepada pasien, keluarga dan masyarakat
perawat diharapkan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas dan professional
maka dari itu diharapkan setiap perawat dapat selalu mengupdate ilmu dengan selalu
membaca artikel ataupun jurnal penelitian serta mengikuti pendidikan atau pelatihan yang
terkait dengan ilmu keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA