Anda di halaman 1dari 3

4 Pelajaran Hidup Cut Nyak Dhien yang Bisa Bikin Kita Jadi Cewek Hebat Seperti Beliau

CP nameCewekBanget.Id Reportercewekbanget.grid.idUpload Date & Time

Diterbitkan 19.15, 07/11/2017

Update Date & Time

Diperbarui 19.24, 07/11/2017

4 Pelajaran Hidup Cut Nyak Dhien yang Bisa Bikin Kita Jadi Cewek Hebat Seperti Beliau

Cut Nyak Dhien

Tepat kemarin Senin (6/11) 109 tahun yang lalu, Cut Nyak Dhien wafat di Sumedang, Jawa Barat pada
usia 60 tahun.

Selama hidup, sosok wanita yang ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tanggal 2 Mei 1964 ini
berjuang melawan pasukan Belanda yang berusaha merebut tanah Aceh dari genggaman rakyat
Indonesia.

Beliau adalah sosok ibu, istri dan perempuan secara mandiri yang patut dijadikan panutan. Berikut 4
pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari Cut Nyak Dhien agar jadi sosok cewek hebat seperti beliau.

(Baca juga: )

Pantang menyerah dan bertekad kuat

Saat suami pertamanya, Ibrahim Lamnga tewas dalam pertempuran melawan Belanda pada 29 Juni
1878, Cut Nyak Dhien bersumpah bahwa suatu saat dia akan meneruskan perjuangannya untuk
menghancurkan dan mengusir Belanda dari tanah Aceh.

Sumpah ini dia buktikan saat menerima lamaran dari Teuku Umar pada tahun 1880. Cut Nyak Dhien saat
ini berjanji akan menikahi laki-laki pertama yang membantunya untuk menumpas pasukan Belanda.
Bersama, mereka membangun kembali kekuatan dan menghancurkan markas Belanda di sejumlah
tempat.

Enggak larut dalam kesedihan

Pada tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur. Ketika anaknya dengan Teuku Umar, Cut Gambang
menangisi kepergian sang ayah, Cut Nyak Dhien memeluknya dan bilang, “Sebagai perempuan Aceh, kita
tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah mati syahid!” (Lulofs, 2010).

Enggak larut dalam kesedihan, Cut Nyak Dhien kemudian bangkit memimpin garda paling depan
perlawanan rakyat Aceh meski kondisi kesehatan dan pasukannya udah melemah.

(Baca juga: )

Pendirian yang kuat

Sepeninggal Teuku Umar, Cut Nyak Dhien terus menggelorakan semangat rakyat Aceh untuk berjuang.
Dia menjadi pemimpin dan dikelilingi oleh orang-orang tangguh yang setia padanya.

Tapi perjuangan melawan pasukan Belanda yang lebih unggul dari segi kekuatan semakin berat. Pasukan
Cut Nyak Dhien semakin habis.

Kondisi kesehatannya yang memburuk, membuat salah satu pengikutnya, Pang La’ot menawarkan Cut
Nyak Dhien bekerja sama dengan Belanda agar bisa mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Cut Nyak Dhien menolak mentah-mentah tawaran itu dan lebih memilih untuk mati. Paang La’ot yang
tetap merasa enggak tega melihat kondisi Cut Nyak Dhien akhirnya diam-diam membuat perjanjian
dengan Belanda dengan memberi tahu lokasi persembunyian pasukan Aceh.
Sebagai imbalan, Belanda harus memperlakukan Cut Nyak Dhien dengan hormat dan memberikan
perawatan yang baik.

Menebar kebaikan selagi bisa

See detail

Cut Nyak Dhien (kedua dari kiri) saat dalam pengasingan. | COLLECTIE TROPENMUSEUM

Cut Nyak Dhien akhirnya ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh sesuai dengan kesepakatan. Beliau
dirawat hingga kondisinya mulai membaik.

Tapi, Belanda masih khawatir suatu saat Cut Nyak Dhien akan memulai kembali perlawanan. Akhirnya
beliau diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat pada tahun 1905.

Memasuki usia senja, kondisi kesehatan Cut Nyak Dhien kembali menurun. Dia pun mengalami
gangguan penglihatan. Meski begitu di tempat pengasingan, Cut Nyak Dhien masih menyempatkan diri
menebar kebaikan dengan mengajarkan agama hingga membuatnya disebut “Ibu Perbu.”

Beliau pun akhirnya menutup usia pada tanggal 6 November 1908.

Artikel Asli

https://today.line.me/id/pc/article/4+Pelajaran+Hidup+Cut+Nyak+Dhien+yang+Bisa+Bikin+Kita+Jadi+Ce
wek+Hebat+Seperti+Beliau-GZZr6Z

Anda mungkin juga menyukai