Jawab :
Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru ialah kemampuan
a. Suatu tes dikatakan valid jika tes itu mengukur apa yang
b. Suatu tes dikatan realiabel jika tse itu memperlihatkan hasil yang sama
( tetap ) ketika diberikan pada waktu yang berbeda terhadap individu atau
c. Suatu tes dikatan objektif jika penilaian dari dua orang atau lebih terhadap
suatu jawaban yang diberikan sama atau menunjukkan hasil yang sama.
Dalam hubungan dengan kriteria tersebut, khusus bagi tes yang disusun untuk
menilai efektivitas program pengajaran, ada dua hal yang perlu diperhatikan terutama
berkenaan dengan kriteria validitas yaitu kesesuaian soal dengan TIK dan kesesuaian
kemampuan yang terkandung dalam TIK. Jika jenjang kemampuan dalam TIK
ingatan.
( ingatan ), lingkup isi yang terkandung di dalamnya berbeda karena yang pertama
tentang ciri – ciri surat, sedangkan yang kedua tentang jenis – jenis surat.
Jika TIK-nya berbunyi: “ Murid dapat menyebutkan ciri – ciri surat yang baik
“, maka dilihat dari lingkup isi nya, contoh soal 1) lah yang tepat, bukan contoh 2).
3. Kesesuain Soal dengan Kaidah – Kaidah Konstruksi Tes
menyusun soal – soal tes perlu diperhatikan pula kesesuain dengan kaidah – kaidah
yang berlaku dalam penyusunan atau konstruksi tes, baik tes bentuk uraian maupun
dijelaskan sebelumnya bahwa soal – soal bentuk uraian ini terbagi dalam dua jenis,
a. Rumusan soal – soal hendaknya jelas, dilihat dari pilihan kata atau istilah
b. Rumusan soal – soal hendaknya cukup singkat dalam arti tidak bertele – tele
Dalam soal – soal bentuk objektif di kenal bentuk Benar – Salah, Pilihan
Ganda, Menjodohkan, dan Melengkapi atau Isian. Kaidah – kaidah yang perlu
diperhatikan dalam penyusuna masing – masing jenis atau bentuk soal diatas adalah:
1. Benar – Salah
Bentuk tes yang soalnya berupa pernyataan. Setiap pernyataan mengandung dua
kemungkinan Benar atau Salah. Biasanya soal ini berisi tentang fakta,definisi dan
prinsip – prinsip.
– kadang, pasti, pada umumnya dan sejenis nya yang dapat memberi indikasi
salah“
3) Menjodohkan
Bentuk soal ini berisi pertanyaan yang terdiri atas 2 kelompok yang peralel
a) Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama, sehingga
jawaban
4) Melengkapi
bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai
Agar terdapat kesesuian antara TIK dan soal tes baik dalam aspek jenjang
kemampuan maupun lingkup isi perlu dibuat kisi – kisi atau blue-print, yang
kolomnya berisi pokok – pokok bahan dan lajurnya berisi jenjang kemampuan
( Ingatan, Pemahaman, Aplikasi, dan seterusnya ) seperti terlihat dalam contoh
berikut :
Jenjang
Pokok Bahan A
I P
dst…
Konsep
3 4 2
lingkungan
Lingkungan
3 5 2
alam
Lingkungan
sosial 2 4 3
dst…
Angka – angka yang terdapat dalam contoh kisi – kisi menunjukkan butir atau
soal tes yang akan dikembangkan dalam suatu unit bahan tertentu.
b. Penyusunan Soal
Berdasarkan TIK yang telah dirumuskan dengan mengacu pada kisi – kisi yang
ada, kini disusun soal – soal tes untuk menilai taraf pencapaian masing – masing TIK,
dengan memperhatikan:
c. Perakitan Tes
patokan – patokan di atas, maka dilakukan perakitan untuk menghasilkan suatu tes
yang utuh disertai dengan petunjuk pelaksanaannya. Dalam merakit tes tersebut, perlu
serta jenjang kemampuan yang terkandung dalam setiap soal. Jika bentuk soal yang
digunakan adalah bentuk objektif, perlu diperhatikan pula agar jawaban benar dan
salah tidak terurut secra teratur sehingga memudahkan penerkaan oleh siswa,
pembelajaran
Jawab :
Sebuah instrumen evaluasi hasil belajar hendaknya memenuhi syarat sebelum
kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan sebenarnya). Alat
evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil penilaian menjadi bias atau
tidak sesuainya hasil penilaian dengan kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh
anak yang pintar dinilai tidak mampu atau sebaliknya. Jika terjadi demikian perlu
1. Validitas
2. Reliabilitas
3. Objectivitas
4. Pratikabilitas
5. Ekomonis
6. Taraf Kesukaran
7. Daya Pembeda
a. Validitas
sifat benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan hokum. Menurut
Diknas bahwa validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran
kebenaran yang diperkuat oleh bukti atau data. Validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu
alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi
juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan
demikian kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga kata
valid dapat diartikan ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan. Menurut Anas
Sujiono apabila kata valid dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur maka tes
dikatakan valid adalah apabila tes tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara
sahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur, dengan kata
lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas apabila tes tersebut dengan secara
tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau mengukur apa yang
seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu skala atau instrumen pengukur
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud
a. Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu alat tes atau alat evaluasi, dan
tidak menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes
kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar
tidak valid.
istilah yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada yangh
pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi
adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam analisis isi,
Macam-macam Validitas
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas
empiris. Sementara Retno validitas itu terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas
tampang (face validity), validitas logis (logical validity), validitas vaktor (factorikal
validity), Validitas isi (conten validity), dan validitas empiris (empirical validity).
Sedangkan menurut Anas ternik pengujian validitas hasil belajar secara garis besar
dapat dibagi dua, yaitu pengujian validitas tes secara rasional dan pengujian validitas
Pada dasarnya para ahli pendidikan melihat pengujian validitas tes itu dapat
dilihat dari:
Istilah lain dari istilah validitas rasional adalah validitas logika, validitas
ideal atau validitas dassollen. Istilah validitas logika (logical validity) mengandung
kata logis berasal dari kata logika yang berarti penalaran. Dengan makna demikian
bahwa validitas logis untuk sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
instrumen bersangkutan sudah dirancang secara baik mengikuti teori dan ketentuan
yang ada. Dengan demikian validitas logis ini dikatakan benar apabila tes yang
dilakukan sesuai denga ketentuan, peraturan dan teori yang ada, sehingga suatu tes itu
dapat dikatakan valid dapat dilihat setelah instrumen soal tes tersebut telah selesai
dibuat.
sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari
yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik. Sedangkan menurut Ebel
bahwa Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara
skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung
Menurut Retno ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur
sebagai berikut :
2. Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika : Siswa mengalami gangguan
menjawab tes,
yang tinggi. Yang dimaksud Validitas disini adalah kemampuan instrumen tersebut
mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga Aspek yang hendak dievaluasi
dalam evaluasi hasil belajar yaitu Aspek Kognitif, Psikomotor dan Afektif.Tinggi
Rendahnya validitas instrumen dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan
tidak diartikan selalu sama tetapi mengikuti perubahan secara ajeg. Jika keadaan
seseorang si upik berada lebih rendah dibandingkan orang lain misalnya si Badu,
maka jika dilakukan pengukuran ulang hasilnya si upik juga berada lebih rendah
terhadap si badu. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat di hitung dengan uji
Objectivitas
komprehensif.
yang berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih
jelas tentang keadaan Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on the
spot dan hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif
mengganggu hasilnya.
Praktikabilitas
artinya dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas
Ekonomis
biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak mampu
sukar membuat audiece putus asa dan tidak memiliki semangat untuk mencoba lagi
karena diluar jangkauannya. Di dalam isitlah evaluasi index kesukaran ini diberi
Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut
yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya pembeda ini disingkat dengan
kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang
a. Memberikan motivasi
bagi siswa melalui upaya pemahaman akan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
baik oleh guru maupun siswa. Siswa perlu memahami makna dari hasil penilaian.
b. Validitas
kompetensi seperti yang terumuskanan dalam kurikulum. Oleh sebab itu, penilaian
tidak menyimpang dari kompetensi yang ingin dicapai. Dengan kata lain penilaian
c. Adil
Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran tanpa
d. Terbuka
Alat penilaian yang baik adalah alat penilaian yang dipahami baik oleh penilai
maupun yang dinilai. Siswa perlu memahami jenis atau prosedur penilaian yang akan
dilakukan beserta kriteria penilaian. Keterbukaan ini bukan hanya akan mendorong
siswa untuk memperoleh hasil yang baik sehingga motovasi belajara mereka akan
bertambah juga, akan tetapi sekaligus mereka akan memahami posisi mereka sendiri
e. Berkesinambungan
f. Bermakna
Penilaian tersusun dan terarah akan memberikan makna kepada semua pihak
demikian, hasil penilaian itu juga bermakna bagi guru juga termasuk bagi orang tua
g. Menyeluruh
Kurikulum diarahkan untuk perkembangan siswa secara utuh, baik
perkembangan afektif, kognitif maupun psikomotorik. Oleh sebab itu, guru dalam
produk, skala sikap, penampilan, dan sebagainya. Hal ini sangat penting, sebab hasil
aspek.
h. Edukatif
kemampuan siswa dalam pencapaian kompetensi melalui angka yang diperoleh, akan
tetapi hasil penilaian harus memeberikan umpan balik untuk memperbaiki proses
pembelajaran, baik yang dilakukan oleh guru maupun siswa, sehingga hasil belajar
lebih optimal. Dengan demikian, proses penilaian tidak semata-mata tanggung jawab
guru akan tetapi juga merupakan tanggung jawab siswa. Artinya siswa harus ikut
terlibat dalam proses penilaian, sehingga mereka meyadari, bahwa penilaian adalah
bagian dari proses pembelajara. Sedangkan Daryanto (1997: 19-28) membagi syarat-
1. Keterpaduan
2. Koherensi
Dengan prinsip koherensi diharapkan evaluasi harus berkualitas dengan materi
pengajran yang sudah disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak
diukur.
3. Pedagogis
Evaluasi perlu diterapkan sebagai upaya perbaikan sikap dan tingkah laku
ditinjau dari segi pedagogis. Evaluasi dan hasilnya hendaknya dapat dipakai sebagai
4. Akuntabilitas
(accountability).
Jawab :
Secara etimologis, kata “Evaluasi” berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata
“Evaluation”, yang artinya penilaian atau pengukuran, yang dalam bahasa Arab
disebut dengan “At-Taqdir”. Sinonim dari kata evaluasi adalah assesment, yang
menurut Richard Tardif sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah (1999:17) berarti
proses penilaian yang menggambarkan prestasi yang dicapai oleh seorang siswa
dilakukan terus menerus. Tidak diakhir pengajaran saja karena saat memulai kegiatan
yang sudah ditentukan dan usaha memperoleh informasi yang umpan balik nuntuk
pendidikan dan evaluasi pembelajaran terdapat pada akhir dari proses evaluasi
Jawab :
1. Suatu alat evaluasi hendaknya memenuhi kriteria validitas artinya bahwa alat
2. Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun
a. Evaluasi Sumatif
b. Evaluasi Konteks
c. Evaluasi Input
d. Evaluasi Selektif
merupakan...
a. Evaluasi Sumatif
b. Evaluasi Konteks
c. Evaluasi Input
d. Evaluasi Proses
4. Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai
a. Evaluasi Hasil
b. Evaluasi Konteks
c. Evaluasi Input
d. Evaluasi Proses
5. Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakni
a. Evaluasi Hasil
b. Evaluasi Outcom
c. Evaluasi Input
d. Evaluasi Proses
sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa dan menetukan
A. Pengujian
B. Penilaian
C. Evaluasi
D. Pengukuran
E. Perbaikan
Jawaban: C
keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-
2. Evaluasi yang dilakukan untuk menilai apakah seluruh tujuan pembelajaran yang
A. Evalausi Sumatif
B. Evaluasi Proses
C. Evalausi Formatif
D. Evaluasi Kesiapan
E. Evaluasi Diagnosa
Jawab: A
Evaluasi Penempatan
Evaluasi Kesiapan
Evaluasi Seleksi
Evaluasi Kualitatif
evaluasi kuantitatif
Evaluasi Formatif
Evaluasi Diagnostik
Evaluasi sumatif
Ujian
Dalam pertanyaan ini ada kata kunci yaitu terselenggara artinya sudah selesai yang
keseluruhan dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Waktu pelaksanaan pada
saat akhir proyek sesuai dengan jangka waktu proyek dilaksanakan. Untuk
proyek yang memiliki jangka waktu enam bulan, maka evaluasi sumatif
Jawab: B
atau menentukan hasil belajar siswa dibandingkan dengan hasil belajar siswa
yang lain pada tes yang sama. (batas lulus relatif dan digunakan untuk seleksi)
(pencapaian program dan batas lulus mutlak) atau lebih extreme pada anak
kompetensi (KBK)
Gampangnya gini PAP tuh dipake buat UMPTN, tes Psikotes, atau bodoh enggak
seseorang, tapi
Kalau PAN dipakai untuk mencari rata-rata kemampuan sebuah kelas atau populasi.
Jawab: B
C1 Pengetahuan
C2 Pemahaman
C3 Penerapan
Kemampuan untuk menerapkan apa-apa yang pernah dipelajari ke dalam situasi yang
senyatanya
C4 Analisis
C5 Sintesis
Kemampuan untuk menyatukan hal-hal yang tak menyatu menjadi satu kesatuan utuh
C6 Evaluasi
hal
Pengukuran
Jawab: E
atau ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang diukurnya.
Artinya, kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan memberikan hasil ukur yang
sama