Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN

TENTANG OBSTRUKSI INSTESTINAL

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 7 :
1. JUNI SEPRIYANTO
2. NABELA PUTRI LESTARI
3. Niza
4. NOLA SEPTIA
5. PRAMESTI DEBI SAFIRA
6. PUTRI INDAH WANYU SUKMA NINGSIH

Dosen Pembimbing :

PROGRAM STUDI DILOMA III KEPEERAWATAN


AKPER KESDAM II SRIWIJAYA
PELEMBANG
2020/2021
1. Laporan Pendahuluan ( konsep pengkajian )
A. Definisi
Obstruksi intestinal (ileus) adalah gangguan pasase dari isi usus akibat sumbatan
sehingga terjadi penumpukkan cairan dan udara di bagian proksimal dari
sumbatan tersebut. Akibat sumbatan tersebut, terjadi peningkatan tekanan
intraluminer dan terjadi gangguan resorbsi usus serta meningkatnya sekresi usus.
Ditambah adanya muntah akibat suatu refluks obstruksi maupun karena
regurgitasi dari lambung yang penuh mengakibatkan terjadi dehidrasi, febris dan
syok. Obstruksi ileus juga merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang
sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan
appendicitis akut. Ileus obstruktif disebut juga ileus mekanik
B. Anatomi Fisiolog
Anatomi fisiologi tentang sistem pencernaan yang meliputi:     
1.  Mulut           
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2 bagian yaitu:

a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan
pipi.
b. Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung
dengan faring.
2.  Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan,
merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan didepan ruas tulang belakang
 3. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.
Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melalui
thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.
 4. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung antara lain:
a. Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri
osteum kardium biasanya berisi gas.
b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
notura minor.
c. Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter
pilorus.
d. Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi
samapi pilorus.
e. Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri osteum
kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior

C. Patofisiologi/Pathway
Patofisiologi ileus obstruktif umumnya disebabkan oleh gangguan dari
fisiologi normal usus yang berupa pencernaan makanan dan penyerapan
nutrisi, sehingga terjadi dilatasi pada bagian proximal usus. Dilatasi ini akan
meningkatkan aktivitas sekretorik dari usus yang menyebabkan meningkatnya
akumulasi cairan pada lumen yang nantinya meningkatkan gerakan peristaltik
pada bagian proximal dan distal dari sumbatan.

Menurut lokasi nya ileus obstruktif dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu obstruksi usus
halus dan usus besar. Apabila obstruksi dibiarkan berlarut-larut maka akan menyebabkan
edema dari dinding usus, third spacing, dan iskemik jaringan yang berakhir dengan
peritonitis hingga kematian. [1,3,4]

Obstruksi Usus Halus

Aliran isi usus yang terperangkap akan meningkatkan tekanan intralumen yang dapat
menekan saluran limfatik pada mukosa usus sehingga menyebabkan edema limfatik pada
dinding usus. Apabila hal ini berlanjut, akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik
intralumen yang dapat menarik cairan elektrolit dan protein ke dalam lumen usus dan
menyebabkan dehidrasi. [4]

Obstruksi Usus Besar


Pada obstruksi letak rendah di usus besar, dilatasi yang terjadi di atas obstruksi dapat
menyebabkan edema mukosa dan gangguan aliran darah vena dan arteri sehingga terjadi
iskemia. Hal ini meningkatkan permeabilitas dari mukosa yang nantinya akan berakhir
dengan toksisitas sistemik, perpindahan bakteri, nekrosis, hingga peritonitis.

D. Manifestasi klinik
Obstruksi Usus Halus
keluhan yang timbul pada penderita dengan obstruksi intestinal yang khas adalah :
 Nyeri perut, muntah-muntah, obstipasi, abdominal distensi, tidak flatus
dan tidak buang air besar.
 Nyeri kram ini dapat berulang dengan interval 4-5 menit pada obstruksi
intestinal bagian proximal. Pada obstruksi intestinal bagian distal
frekwensinya bertambah jarang.
 Setelah beberapa lama mengalami obstruksi rasa nyeri kram ini akan
berkurang atau menghilang sebab usus yang distensi gerakannya akan
berkurang atau setelah terjadi strangulasi dengan peritonitis, nyeri perut
menjadi hebat dan terus menerus.
 Pada obstruksi intestinal proximal terjadi muntah-muntah yang profuse
dengan distensi yang ringan.
 Pada obstruksi intestinal distal, muntah jarang dengan isi muntahan feses,
tetapi distensinya lebih hebat.
 Meningkatnya lingkaran abdomen terjadi oleh karena pemindahan cairan
dan gas dalam lumen usus akibat obstruksi di bagian distal dari usus dan
colon atau pada paralitik ileus.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain :

a.    Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
b.    Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra
abdomen.
c.      Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
d.      Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
e.      Pneumonia aspirasi, akibat makanan yang dimuntahkan masuk kedalam saluran
pernafasan dan menumpuk di saluran pernafasan
Efek terburuk adalah pasien meninggal karena tidak tertolong

F. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik ileus obstruktif dapat fokus terhadap pemeriksaan abdomen, pangkal paha,
dan rektum. Pemeriksaan fisik awal secara umum bisa dilihat tanda-tanda dehidrasi akibat
mual muntah dan kehilangan cairan yang terjadi secara terus menerus. [3]

Pemeriksaan Abdomen

Pada pemeriksaan abdomen dapat dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Temuan pada inspeksi abdomen dapat berupa bekas luka operasi atau hernia.  Pasien dengan
ileus obstruktif juga akan mengalami nyeri tekan, pada pasien obstruktif usus besar nyeri
umumnya difus, sedangkan pada pasien obstruktif usus halus nyeri akan terasa fokal.

Perlu diperhatikan adanya tanda-tanda perforasi seperti nyeri tekan yang dirasa lebih berat
atau ada defans muskular.

Pada perkusi akan terdengar suara hipertimpani akibat dari gas yang terperangkap dalam usus
dan pada auskultasi bisa terdengar peningkatan bising usus. [3,14]

Pemeriksaan Pangkal Paha

Pada pemeriksaan pangkal paha dapat ditemukan tanda-tanda hernia inguinalis sebagai
penyebab obstruksi. Tanda hernia inguinalis adalah adanya benjolan yang masih bisa
dimasukkan pada hernia reponibel, atau sudah tidak bisa dimasukkan pada hernia irreponible.
Apabila segmen usus yang mengalami hernia sudah menunjukkan tanda radang, artinya sudah
mulai terjadi iskemia

Pemeriksaan Rektal Digital

Pemeriksaan rektal digital perlu dilakukan untuk melihat patensi dari anus pada neonatus
serta isi dari rektum. Feses yang keras menandakan terjadinya impaksi, sedangkan feses lunak
menandakan obstipasi. Apabila feses tidak ditemukan pada saat pemeriksaan, umumnya
obstruksi terjadi pada bagian proximal. Keganasan atau strangulasi dicurigai apabila terdapat
darah.

G. Penatalaksanaan 

a.     Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
1.      Resusitasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti
ringer laktat, konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati pengeluaran urin
(melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan laboratorium
berurutan.. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda – tanda vital
dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung,
mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen

2.      Dekompressi tractus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen


dengan tujuan untuk dekompressi lambung sehingga memperkecil kesempatan
aspirasi isi usus, dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran
pencernaan, sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan
tekanan intalumen.
3.    Pemberian antibiotika untuk pencegahan pertumbuhan bakteri berlebihan bersama
dengan produk endotoksin dan eksotoksin. Pemberian obat – obat antibiotik spektrum
luas dapat diberikan sebagai profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk
mengurangi gejala mual muntah

b.      Operatif
Tergantung dari etiologi masing-masing:
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi

2. Asuhan Keperawatan Teoritis :


A.    Pengkajian
Merupakan tahap awal dari pendekatan proses keperawatan dan dilakukan secara
sistemik mencakup aspek bio, psiko, sosio dan spiritual. Langkah awal dari
pengkajian ini adalah pengumpulan data yang diperoleh dari hasil wawancara dari
klien atau keluarga, observasi pemeriksaan fisik, konsultasi dengan anggota tim
kesehatan lainnya dan meninjau kembali catatan medis ataupun catatan keperawatan.
Pengkajian fisik dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Adapun lingkup pengkajian yang dilakukan pada pasien ileus paralitik adalah sebagai
berikut:
1.      Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
alamat, status perkawinan, suku bangsa.
2.      Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang meliputiapa yang dirasakan kliensaat pengkajian
b. Riwayat kesehatan masa lalu meliputi penyakit yang diderita, apakah
sebelumnya pernah sakit yang sama
c. Riwayat kesehatn keluarga meliputi apakah dari keluarga ada yang menderita
penyakit yang sama
3. Riwayat Psikososial dan Spritual meliputi pola interaksi, pola pertahanan diri,
pola kognitif, pola emosi dan hasil kepercayan klien.

B. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik ileus obstruktif dapat fokus terhadap pemeriksaan abdomen,


pangkal paha, dan rektum. Pemeriksaan fisik awal secara umum bisa dilihat tanda-
tanda dehidrasi akibat mual muntah dan kehilangan cairan yang terjadi secara
terus menerus.

 Pemeriksaan Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen dapat dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Temuan pada inspeksi abdomen dapat berupa bekas luka operasi
atau hernia.  Pasien dengan ileus obstruktif juga akan mengalami nyeri tekan,
pada pasien obstruktif usus besar nyeri umumnya difus, sedangkan pada
pasien obstruktif usus halus nyeri akan terasa fokal. Perlu diperhatikan
adanya tanda-tanda perforasi seperti nyeri tekan yang dirasa lebih berat atau
ada defans muskular.
Pada perkusi akan terdengar suara hipertimpani akibat dari gas yang
terperangkap dalam usus dan pada auskultasi bisa terdengar peningkatan
bising usus
 Pemeriksaan Pangkal Paha
Pada pemeriksaan pangkal paha dapat ditemukan tanda-tanda hernia inguinalis
sebagai penyebab obstruksi. Tanda hernia inguinalis adalah adanya benjolan
yang masih bisa dimasukkan pada hernia reponibel, atau sudah tidak bisa
dimasukkan pada hernia irreponible. Apabila segmen usus yang mengalami
hernia sudah menunjukkan tanda radang, artinya sudah mulai terjadi iskemia

 Pemeriksaan rektal digital perlu dilakukan untuk melihat patensi dari anus
pada neonatus serta isi dari rektum. Feses yang keras menandakan terjadinya
impaksi, sedangkan feses lunak menandakan obstipasi. Apabila feses tidak
ditemukan pada saat pemeriksaan, umumnya obstruksi terjadi pada bagian
proximal. Keganasan atau strangulasi dicurigai apabila terdapat darah.

C. Daftar Masalah Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan

2. Nyeri akut

3. Ketidak efektifan pola napas

D. Diagnosa Keperawatan
1.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam,
dan atau diforesis.
2.      Nyeri akut berhubungan dengan distensi, kekakuan
3.      Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen dan
atau kekakuan

E. Rencana tindakan keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN DAN
KRITERIA
HASIL
1. Nyeri akut Setelah Intervensi utama
dilakukan
berhubungan
tindakan Manajemen nyeri
dngan distensi asuhan
keperawatan Observasi
kekakuan
selama....x 24 –identifikasi lokasi,
jam
diharapkan : karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas,
-identifikasi skala nyeri
Tingkat nyeri -identifikasi respons nyeri nin verbal
menurun -identifikasi faktor yang memperberat dan
dengan memperingan nyeri
kriteria hasil : -identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
Keluhan -identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri nyeri
menurun -identifikasi pengarih nyeripada kualitas hidup
-monitor keberhasilan terapi komplementer
Meringis yang sudah diberikan
menurun -monitor efek samping penggunaan analgentik

Gelisah Terapuetik
menurun -Berikan tekik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kesulitan -Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
tidur nyeri
menurun -Fasilitasi istirahat dan tidur
-Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Frekuensi pemilihan strategi meredakan nyeri
membaik
Edukasi
-Jelaskan penyebab,problem,dan pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan nyeri
-Anjurkan memonitori nyeri secara tepat
-Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian analgentik,jika perli
2 Pola nafas tidak Setelah Observasi
efektif dilakukan
-monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman,usaha
berhubungan tindakan
nafas)
dengan asuhan
hambatan upaya keperawatan
-monitor bunyi nafas tambahan
nafas selama....x 24
jam -monitor sputum (jumlah,warna aroma)
diharapkan :
Teraputik
Pola nafas
tidak efektif -posisikan semi fowler / fowler
membaik
dengan kriteria -berikan minum hangat
hasil :
-lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
Dispnea detik

Penggunaan
-berikan oksigen jika perlu
otot bantu
nafas Edukasi

Pemajangan -anjurkan asupan cairan 2000ml/hari


fase ekspirasi
-ajarkan teknik batuk efektif
Frekuensi
nafas Kolaborasi

Kedalaman -kolaborasi pemberian


nafas bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,jika perlu

3 Resiko infeksi Setelah Observasi


berhubungan dilakukan
-identifikasi riwayat kesehatan dan alergi-
dengan prosedur tindakan
identifikasi status imunisasi setiap kunjungan
invasive asuhan
ke pelayanan kesehatan
keperawatan
selama....x 24
Terapeutik
jam
diharapkan -berikan suntikan pada bayi di bagian paha
resiko infeksi anteroleteral
menurun
-dokumentasikan informasi vaksinasi-
dengan
jadwalkan iunisasi pada interval waktu yang
kriteria hasil :
tepat
Demam
Edukasi
Kemerahan
-jelaskan tujuan,manfaat,reaksi yang
Nyeri terjadi,jadwal dan efeksamping

Bengkak -informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus


(mis.rabies,tetanus)
Kadar sel
darah putih -informasikan penyediaan layanan pekan
imunisasi nasional yang menyediakan vaksin
geratis.

   

Anda mungkin juga menyukai