DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 7 :
1. JUNI SEPRIYANTO
2. NABELA PUTRI LESTARI
3. Niza
4. NOLA SEPTIA
5. PRAMESTI DEBI SAFIRA
6. PUTRI INDAH WANYU SUKMA NINGSIH
Dosen Pembimbing :
a. Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu diruang antara gusi, bibir dan
pipi.
b. Rongga mulut/bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandi bilaris disebelah belakang bersambung
dengan faring.
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan,
merupakan persimpangan jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan didepan ruas tulang belakang
3. Esofagus (kerongkongan)
Panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak dibawah lambung.
Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang punggung setelah melalui
thorak menembus diafragma masuk kedalam abdomen ke lambung.
4. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluran pencernaan yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster. Bagian-bagian lambung antara lain:
a. Fundus ventrikularis, bagian yang menonjol keatas terletak disebelah kiri
osteum kardium biasanya berisi gas.
b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
notura minor.
c. Antrum pilorus, berbentuk tebing mempunyai otot tebal membentuk spinkter
pilorus.
d. Kurtura minor, terletak disebelah kanan lambung, terdiri dari osteum kordi
samapi pilorus.
e. Kurtura mayor, lebih panjang dari kurtura minor terbentang dari sisi kiri osteum
kardium melalui fundus kontrikuli menuju kekanan sampai ke pilorus anterior
C. Patofisiologi/Pathway
Patofisiologi ileus obstruktif umumnya disebabkan oleh gangguan dari
fisiologi normal usus yang berupa pencernaan makanan dan penyerapan
nutrisi, sehingga terjadi dilatasi pada bagian proximal usus. Dilatasi ini akan
meningkatkan aktivitas sekretorik dari usus yang menyebabkan meningkatnya
akumulasi cairan pada lumen yang nantinya meningkatkan gerakan peristaltik
pada bagian proximal dan distal dari sumbatan.
Menurut lokasi nya ileus obstruktif dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu obstruksi usus
halus dan usus besar. Apabila obstruksi dibiarkan berlarut-larut maka akan menyebabkan
edema dari dinding usus, third spacing, dan iskemik jaringan yang berakhir dengan
peritonitis hingga kematian. [1,3,4]
Aliran isi usus yang terperangkap akan meningkatkan tekanan intralumen yang dapat
menekan saluran limfatik pada mukosa usus sehingga menyebabkan edema limfatik pada
dinding usus. Apabila hal ini berlanjut, akan terjadi peningkatan tekanan hidrostatik
intralumen yang dapat menarik cairan elektrolit dan protein ke dalam lumen usus dan
menyebabkan dehidrasi. [4]
D. Manifestasi klinik
Obstruksi Usus Halus
keluhan yang timbul pada penderita dengan obstruksi intestinal yang khas adalah :
Nyeri perut, muntah-muntah, obstipasi, abdominal distensi, tidak flatus
dan tidak buang air besar.
Nyeri kram ini dapat berulang dengan interval 4-5 menit pada obstruksi
intestinal bagian proximal. Pada obstruksi intestinal bagian distal
frekwensinya bertambah jarang.
Setelah beberapa lama mengalami obstruksi rasa nyeri kram ini akan
berkurang atau menghilang sebab usus yang distensi gerakannya akan
berkurang atau setelah terjadi strangulasi dengan peritonitis, nyeri perut
menjadi hebat dan terus menerus.
Pada obstruksi intestinal proximal terjadi muntah-muntah yang profuse
dengan distensi yang ringan.
Pada obstruksi intestinal distal, muntah jarang dengan isi muntahan feses,
tetapi distensinya lebih hebat.
Meningkatnya lingkaran abdomen terjadi oleh karena pemindahan cairan
dan gas dalam lumen usus akibat obstruksi di bagian distal dari usus dan
colon atau pada paralitik ileus.
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul antara lain :
a. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
b. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra
abdomen.
c. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan
cepat.
d. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.
e. Pneumonia aspirasi, akibat makanan yang dimuntahkan masuk kedalam saluran
pernafasan dan menumpuk di saluran pernafasan
Efek terburuk adalah pasien meninggal karena tidak tertolong
F. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik ileus obstruktif dapat fokus terhadap pemeriksaan abdomen, pangkal paha,
dan rektum. Pemeriksaan fisik awal secara umum bisa dilihat tanda-tanda dehidrasi akibat
mual muntah dan kehilangan cairan yang terjadi secara terus menerus. [3]
Pemeriksaan Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen dapat dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Temuan pada inspeksi abdomen dapat berupa bekas luka operasi atau hernia. Pasien dengan
ileus obstruktif juga akan mengalami nyeri tekan, pada pasien obstruktif usus besar nyeri
umumnya difus, sedangkan pada pasien obstruktif usus halus nyeri akan terasa fokal.
Perlu diperhatikan adanya tanda-tanda perforasi seperti nyeri tekan yang dirasa lebih berat
atau ada defans muskular.
Pada perkusi akan terdengar suara hipertimpani akibat dari gas yang terperangkap dalam usus
dan pada auskultasi bisa terdengar peningkatan bising usus. [3,14]
Pada pemeriksaan pangkal paha dapat ditemukan tanda-tanda hernia inguinalis sebagai
penyebab obstruksi. Tanda hernia inguinalis adalah adanya benjolan yang masih bisa
dimasukkan pada hernia reponibel, atau sudah tidak bisa dimasukkan pada hernia irreponible.
Apabila segmen usus yang mengalami hernia sudah menunjukkan tanda radang, artinya sudah
mulai terjadi iskemia
Pemeriksaan rektal digital perlu dilakukan untuk melihat patensi dari anus pada neonatus
serta isi dari rektum. Feses yang keras menandakan terjadinya impaksi, sedangkan feses lunak
menandakan obstipasi. Apabila feses tidak ditemukan pada saat pemeriksaan, umumnya
obstruksi terjadi pada bagian proximal. Keganasan atau strangulasi dicurigai apabila terdapat
darah.
G. Penatalaksanaan
a. Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
1. Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital,
dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan
gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti
ringer laktat, konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati pengeluaran urin
(melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan laboratorium
berurutan.. Respon terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda – tanda vital
dan jumlah urin yang keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga
pemasangan nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung,
mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi abdomen
b. Operatif
Tergantung dari etiologi masing-masing:
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah
sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik
bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen dapat dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Temuan pada inspeksi abdomen dapat berupa bekas luka operasi
atau hernia. Pasien dengan ileus obstruktif juga akan mengalami nyeri tekan,
pada pasien obstruktif usus besar nyeri umumnya difus, sedangkan pada
pasien obstruktif usus halus nyeri akan terasa fokal. Perlu diperhatikan
adanya tanda-tanda perforasi seperti nyeri tekan yang dirasa lebih berat atau
ada defans muskular.
Pada perkusi akan terdengar suara hipertimpani akibat dari gas yang
terperangkap dalam usus dan pada auskultasi bisa terdengar peningkatan
bising usus
Pemeriksaan Pangkal Paha
Pada pemeriksaan pangkal paha dapat ditemukan tanda-tanda hernia inguinalis
sebagai penyebab obstruksi. Tanda hernia inguinalis adalah adanya benjolan
yang masih bisa dimasukkan pada hernia reponibel, atau sudah tidak bisa
dimasukkan pada hernia irreponible. Apabila segmen usus yang mengalami
hernia sudah menunjukkan tanda radang, artinya sudah mulai terjadi iskemia
Pemeriksaan rektal digital perlu dilakukan untuk melihat patensi dari anus
pada neonatus serta isi dari rektum. Feses yang keras menandakan terjadinya
impaksi, sedangkan feses lunak menandakan obstipasi. Apabila feses tidak
ditemukan pada saat pemeriksaan, umumnya obstruksi terjadi pada bagian
proximal. Keganasan atau strangulasi dicurigai apabila terdapat darah.
2. Nyeri akut
D. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, demam,
dan atau diforesis.
2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi, kekakuan
3. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan distensi abdomen dan
atau kekakuan
Gelisah Terapuetik
menurun -Berikan tekik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kesulitan -Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
tidur nyeri
menurun -Fasilitasi istirahat dan tidur
-Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Frekuensi pemilihan strategi meredakan nyeri
membaik
Edukasi
-Jelaskan penyebab,problem,dan pemicu nyeri
-Jelaskan strategi meredakan nyeri
-Anjurkan memonitori nyeri secara tepat
-Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian analgentik,jika perli
2 Pola nafas tidak Setelah Observasi
efektif dilakukan
-monitor pola nafas (frekuensi,kedalaman,usaha
berhubungan tindakan
nafas)
dengan asuhan
hambatan upaya keperawatan
-monitor bunyi nafas tambahan
nafas selama....x 24
jam -monitor sputum (jumlah,warna aroma)
diharapkan :
Teraputik
Pola nafas
tidak efektif -posisikan semi fowler / fowler
membaik
dengan kriteria -berikan minum hangat
hasil :
-lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
Dispnea detik
Penggunaan
-berikan oksigen jika perlu
otot bantu
nafas Edukasi