Anda di halaman 1dari 12

HAMA DAN PENYAKIT PENTING TANAMAN JAGUNG

DAN PENGENDALIANNYA

Surtikanti
Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRAK
Hama dan penyakit merupakan kendala pada budi daya jagung. Ada beberapa jenis hama
dan penyakit yang merupakan kendala utama dalam budi daya jagung yang dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Hama utama yang menyerang tanaman jagung
adalah lalat bibit, ulat tanah, lundi (uret), penggerek batang, ulat grayak, wereng jagung,
penggerek tongkol. Hama di penyimpanan adalah kumbang bubuk dan Tribolium
castaneum. Penyakit tanaman jagung adalah bulai, Virus Mozaik Kerdil, bercak daun, upih
daun, busuk batang dan busuk tongkol. Cendawan yang banyak menginfeksi jagung di
tempat penyimpan adalah Aspergillus flavus, A. Parasiticis. Pengendalian hama maupun
penyakit yang menyerang jagung disesuaikan dengan fase pertumbuhannya.

Kata kunci: Hama, penyakit, jagung, pengendalian

PENDAHULUAN menyebabkan tanaman tinggal tulang-


tulang daun saja. Data kerusakan akibat
Saat ini diperkirakan areal serangan ulat grayak pada tanaman
pertanaman jagung pada lahan sawah kedelai mempunyai tingkat infestasi
irigasi dan lahan sawah tadah hujan rata-rata tiap bulan pada tahun 1987 di
meningkat masing-masing 10–15% dan seluruh Indonesia berkisar antara 10–
20–30% terutama pada daerah produksi 40% (BPS 1988).
jagung komersial (Kasryno 2002). Di pertanaman jagung ada
Namun kebutuhan jagung untuk pangan beberapa jenis hama yang diantaranya
dan pakan baik kualitas maupun berstatus penting yaitu lalat bibit
kuantitas belum terpenuhi sehingga (Atherigona sp.), ulat tanah (Agrothis
masih impor dari negara lain. sp.), lundi/uret (Phylophaga hellen),,
Rendahnya hasil jagung penggerek batang jagung (Ostrinia
disebabkan oleh banyak faktor furnacalis), ulat grayak (Spodoptera
diantaranya faktor fisik (iklim, jenis litura,, Mythimna sp.), penggerek tongkol
tanah dan lahan) dan faktor biologis (Helicoverpa armigera), dan wereng
(varietas, hama, penyakit dan gulma), jagung (Peregrinus maydis). Penyakit –
serta faktor sosial ekonomi. Menurut penyakit yang dapat menyerang tanaman
Baco dan Tandiabang (1988) tidak jagung diantaranya penyakit bulai,
kurang dari 50 spesies serangga telah peyakit Virus Mozaik Kerdil, hawar daun,
diketemukan dapat menyerang tanaman hawar upih daun,dan busuk tongkol.
jagung di Indonesia. Hama dan penyakit Penyimpanan jagung dilakukan
merupakan kendala dalam peningkatan petani, pedagang, produsen benih,
produksi jagung. dengan berbagai kepentingan antara lain
Kehilangan hasil akibat serangan untuk keamanan pangan, kebutuhan
penggerek batang pada kondisi cekaman benih pada musim berikutnya, dipasok
kekeringan di Bantaeng (Sulsel) sebesar ketempat lain, atau menunggu harga
12,70% (Wafiah et al. 1998). Sedangkan yang lebih baik.
untuk serangan ulat grayak, bila terjadi Selama dipenyimpanan, biji jagung
serangan berat (out break) dapat dapat terserang oleh berbagai spesies

497 Seminar Nasional Serealia 2011


serangga hama gudang dan tikus. Ada 13 musim hujan lalat ini merupakan hama
spesies serangga hama yang dapat hidup utama jagung. Siklus hidupnya berkisar
beradaptasi dengan baik dalam 15–25 hari. Seekor lalat bibit betina
penyimpanan jagung yaitu 10 ordo mampu bertelur 20–25 butir (Kalshoven
Coleoptera, dan 3 ordo Lepidoptera 1981).
(Granados 2000), tetapi hama yang Untuk pengendaliannya
sering dan dapat menimbulkan kerugian menggunakan varietas tahan dan seeds
hanya beberapa species. Kehilangan hasil treatment melalui tanah pada waktu
oleh jasad pengganggu seperti hama tanam atau diberikan pada kuncup daun
kumbang bubuk, ,dipenyimpanan pada umur tanaman satu minggu dengan
diperkirakan sekitar 30%, dengan biji dosis 0.24 kg b.a/ha.
rusak 100% bila disimpan selama 6
bulan di daerah tropis, Mexico 2. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hwfn.)
(Bergvinson 2002).
Ngengat Agrotis ipsilon meletakkan
telur satu persatu dalam barisan atau
JENIS HAMA DAN PENYAKIT PADA
diletakkan rapat pada salah satu
TANAMAN JAGUNG
permukaan daun pada bagian tanaman
Pada fase vegetatif (0–14 hari setelah dekat dengan permukaan tanah. Seekor
tanam) ngengat betina dapat bertelur ± 1800
butir. Stadia telur 6–7 hari. Larva muda
1. Lalat bibit (Atherigona sp.) bersifat fototaksis, sedang larva yang
lebih tua bersifat geotaksis sehingga
Lalat bibit berukuran kecil, telur
pada siang hari bersembunyi di dalam
berbentuk memanjang dan diletakkan
tanah dan muncul kembali untuk makan
pada daun termuda (hypocoty). Setelah
pada malam hari. Satu generasi dapat
48 jam telur menetas pada waktu malam,
berlangsung 4–6 minggu.
tempayak keluar dari telur lalu bergerak
Pengendalian : tanam serentak, dapat
cepat menuju titik tumbuh yang
pula dilakukan penggenangan.
merupakan makanan utamanya. Hama
ini mulai menyerang tanaman semenjak
3. Lundi (uret) (Phyllophaga hellen)
tumbuh sampai tanaman berumur
sekitar satu bulan. Tempayak lalat bibit Kumbang muncul atau terbang
menggerek pucuk tanaman dan masuk setelah ada hujan pertama yang cukup
sampai ke dalam batang. Lalat bibit lebat sehingga menyebabkan tanah
menyukai tanaman muda yang berumur cukup lembab. Telur diletakkan satu
antara 6 sampai 9 hari setelah tanam persatu di dalam tanah. Stadium telur 10
(HST) untuk meletakkan telurnya. Pada -11 hari. Stadium larva aktif ± 5,5 bulan
saat itu tanaman baru berdaun 2–3 helai dan larva tidak aktif sekitar 40 hari.
dan pada umumnya telur lalat terbanyak Larva menyerang tanaman jagung
diletakkan pada daun pertama (Soejitno dibagian perakaran, sehingga
et al. 1989). Pada kedalaman tertentu mengakibatkan tanaman menjadi layu
biasanya tempayak ini bergerak lagi dan dapat rebah atau mati.
kebagian atas tanaman setelah Pengendalian : pergiliran tanaman
menggerek batang, selanjutnya keluar atau mengolah tanah dengan baik untuk
untuk berpupa di dalam tanah (Iqbal et mematikan larva.
al. 1988). Pada serangan berat, tanaman
jagung dapat menjadi layu ataupun mati
dan jika tidak mati pertumbuhannya 4. Penyakit bulai (Peronosclerospora
terhambat (Kalshoven 1981). Lalat bibit sp.)
cepat berkembang biak dengan pada
Di Indonesia ada 2 jenis
kelembaban tinggi, oleh karena itu di
cendawan yang dapat menyebabkan

498 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya
penyakit bulai yaitu P. maydis dan P. yang telah terbuka, kemudian menuju
philippinensis (Semangun 1973) Namun batang dan menggerek batang tersebut
pada tahun 2003 telah ditemukan P. serta membentuk lorong mengarah ke
sorghi di Dataran Tinggi Karo, Sumatera atas. Setelah sampai dibuku bagian atas,
Utara (Wakman dan Hasanuddin 2003). ulat segera turun kebuku bagian bawah.
Gejala penyakit bulai ini, daun Ulat berpupa di dalam batang. Seekor
berklorosis sebagian atau seluruh daun, ngengat betina mampu bertelur 300–
bila tanaman terinfeksi lebih awal akan 500 butir. Siklus hidup 22–45 hari.
menyebabkan tanaman kerdil, tidak Batang tanaman jagung biasanya patah-
berbuah, tetapi bila bertongkol, patah kemudian tanaman mati karena
tongkolnya tidak normal dan dapat pula terhentinya translokasi hara dari akar
menyebabkan tanaman mati. tanaman ke daun (Kalshoven 1981).
Pengendalian : benih yang akan
ditanam dilakukan seeds treatment Ostrinia furnacalis
terlebih dahulu dengan menggunakan
O. furnacalis mulai dijumpai pada
bahan aktif metalaksil, atau
umur 40 HST yaitu hanya ada 4
disemprotkan fungisida Nordox 56WP
kelompok telur (KT) per 100 tanaman.
pada tanaman dimulai pada umur 5 hari
Berdasarkan pengamatan di
setelah tanam sampai tidak ada lagi
laboratorium dari 4 KT jumlah telur
gutasi ditanaman, dan dapat pula
perkelompok cukup rendah hanya
menggunakan varietas tahan seperti
berkisar 10–15 telur
lokal Kalbar, Lagaligo, Surya, Bisi-4,
perkelompok.(Tabel 1).
Pioneer (4,5,9,10 dan 12).
Tabel 1. Populasi penggerek jagung O.
5. Penyakit Virus Mozaik Kerdil
furnacalis dan penggerek
(VMK)
tongkol H. armigera Pada lahan
Penyebab penyakit ini disebabkan kering. Kab. Sidrap,MK 2006.
oleh Virus Mozaik Tebu, Virus Mozaik
Ketimun atau Virus Mozaik Kerdil. Gejala Pengamatan O. H. armigera
terlihat pada daun dengan adanya umur (HST) furnacalis
perubahan warna yang menjadi hijau 30 0 0
muda diantara hijau tua normal. 40 4 KT 0
Pengendalian : aplikasi insektisida 50 6 L (2-3) 336 T
60 3 L (3-4) 112 L (1-2)
untuk mengendalikan vektor dengan
70 2 L (5), 1 P 56 L (2-3)
yang berbahan aktif monokrotofos, 80 3P 37 L (4-5)
tamaron atau thiodan dan melakukan 90 0 36 L (5), 1 P
eradikasi pada tanaman yang terserang. Keterangan : HST = hari setelah tanam,
KT = kelompok telur, L = larva, T = telur, P = pupa
Sumber : Syamsuddin dan Surtikanti (2008)

Pada fase vegetatif (15 – 42 hari


setelah tanam)
1. Penggerek batang (Ostrinia
furnacalis Guenee)
Pada umumnya telur Ostrinia
furnacalis yang mencapai 90 butir
diletakkan pada tulang daun bagian
bawah dari tiga daun teratas. Ulat yang
keluar dari telur menuju bunga jantan
dan menyebar bersama angin. Ada pula
yang langsung menggerek tulang daun

499 Seminar Nasional Serealia 2011


Populasi larva penggerek batang permukaan atas badannya terdapat
cukup rendah pada 50 HST yaitu 6 bintik-bintik kecil berwarna coklat
larva/100 tanaman dengan instar 2 – 3. (Gabriel 1971). Instar pertama menyukai
Pada pengamatan selanjutnya pada 60 daun-daun yang baru tebuka, pelepah
HST hanya ada 3 larva instar 3 – 4 yang daun, kelopak daun dan bunga jantan
pada pengamatan selanjutnya larva-larva yang masih muda dan lunak (Saranga
tadi menjadi pupa pada 80 HST (Tabel 1980). Tubuh wereng dewasa berwarna
1). kuning kecoklatan, sayap bening dan
Pengendalian : dengan kedua mata berwarna hitam. Terdapat
menggunakan insektisida Carbofuran 3% duri pada tibia belakang yang dapat
di pucuk tanaman sebanyak 2-3 g berputar (Saranga dan Fachruddin
pertanaman. 1978). Serangga dewasa ada yang
mempunyai sayap panjang dan ada pula
2. Ulat grayak (Spodoptera litura F., bersayap pendek. Mempunyai bintik
Mythimna separata) pada ujung sayap dan bergaris kuning
pada belakangnya. Sedangkan pada yang
Ulat ini muncul dipertanaman
bersayap pendek mempunyai sayap
setelah 11 – 30 HST. Serangan pada
transparan dengan bintik warna gelap.
tanaman muda dapat menghambat
Keduanya mempunyai karakteristik
pertumbuhan tanaman bahkan dapat
dengan corak warna hitam dan putih
mematikan tanaman. Serangan berat
pada bagian ventral abdomen
pada pertanaman dapat mengakibatkan
(Kalshoven 1981). Berkembang pada
tinggal tulang-tulang daun saja. Ngengat
musim hujan lebih dari 500 ekor
betina meletakkan kelompok- kelompok
pertanaman pada umur jagung ± 2 bulan,
telur yang ditutupi bulu-bulu halus
sedangkan pada musim kemarau
berwarna merah sawo pada permukaan
populasi relatif rendah hanya 1 – 23 ekor
bawah daun. Setiap kelompok telur
pertanaman (Mantik dan Asmaniar
terdiri dari 100 – 300 butir. Seekor
1994). Gejala serangan pada daun
ngengat betina mampu bertelur 1000 –
tampak bercak bergaris kuning, garis-
2000 butir. Masa telur 3 – 4 hari, ulat 17
garis pendek terputus-putus sampai
– 20 hari, kepompong 10 – 14 hari. Siklus
bersambung terutama pada tulang daun
hidupnya 36 – 45 hari (Kalshoven 1981).
kedua dan ketiga. Daun tampak bergaris
Pengendalian: dengan
kuning panjang, begitu pula pada
menggunakan insektisida Carbofuran 3%
pelepah daun. Pertumbuhan tanaman
diberikan pada pucuk tanaman.
akan terhambat, menjadi kerdil, tanaman
menjadi layu dan kering (hopper burn).
3. Wereng Jagung (Peregrinus maidis
Pengendalian : waktu tanam
Ashm.)
serempak, waktu tanam dilakukan pada
Bentuk dan ukuran serangga akhir musim hujan dan bila
dewasa mirip dengan hama wereng menggunakan insektisida gunakan
coklat dewasa yang meyerang padi. insektisida Carbofuran 3%.
Siklus hidup 25 hari, masa telur 8 hari,
telurnya berbentuk bulat panjang dan 4. Penyakit bercak daun (Bipolaris
agak membengkok (seperti buah pisang), maydis)
warna putih bening yang diletakkan pada
jaringan pelepah daun secara terpisah Penyebab penyakit bercak daun
atau berkelompok (Lilies 1991). Nimpa adalah cendawan Helminthosporium
mengalami 5 instar, instar pertama turcicum Pass. atau Helminthosporium
berwarna kemerah-merahan kemudian maydis Nisik. Gejala serangan menurut
berangsur-angsur berubah menjadi putih Semangun (1991), tanaman jagung yang
kekuning-kuningan. Disepanjang terserang cendawan ini menampakkan

500 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya
gejala berupa bercak coklat kelabu Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel
seperti jerami pada permukaan daun 2.
dengan ukuran panjang 4 cm dan lebar Pengendalian : menggunakan
0,6 cm untuk Bipolaris maydis, dan untuk varietas tahan untuk H. turcicum di
H. turcicum mempunyai ukuran panjang dataran tinggi, seperti Pioneer-8, NK-11,
5 – 15 cm dan lebar 1 – 2 cm. Kenia-1 (Wasmo 2004).
Penyebaran penyakit bercak daun di

Tabel 2. Penyebaran penyakit bercak daun Bipolaris maydis Di Sulawesi Selatan


Kabupaten/Kodya Jumlah lokasi Skor serangan Umur tanaman
Pengamatan ( hari)
Gowa 3 1–3 70 – 90
Takalar 1 3–5 30
Jeneponto 2 1–5 60 – 80
Bulukumba 10 1–3 50 – 85
Sinjai 5 1–3 35 – 70
Bone 5 1–5 50 – 80
Wajo 3 1–3 60 – 70
Sidrap 4 1–5 20 – 40
Soppeng 3 1–3 60 – 70
Barru 5 1–5 30 – 70
Maros 3 1–3 55 – 60
Polmas 5 1–3 60 – 70
Enrekang 1 1–3 60
Luwu 8 1–3 40 - 70
Jumlah 58
Sumber : Pakki et al.1996 (Data diolah)

Tabel 3. Reaksi beberapa genotipe jagung terhadap penyakit bercak daun yang disebabkan
Bipolaris maydis.
Galur Reaksi
Lapangan Rumah kaca
MLG 5006 T AT
MLG 5007 T AT
MLG 5008 T AT
MLG 5010 T AT
MLG 5016 T AT
MLG 5017 T AT
MLG 5018 T AT
MLG 5025 T AT
MLG 5026 T AT
MLG 5027 T AT
MLG 5028 T AT
MLG 5033 T AT
MLG 5034 T AT
MLG 5035 T AT
MLG 5036 T AT
MLG 5037 T AT
MLG 5038 T AT
MLG 5039 T AT
MLG 5041 T AT
Keterangan : T = Tahan; AT = Agak Tahan
Sumber : Muis et al.1996 (Data diolah)

501 Seminar Nasional Serealia 2011


Tabel 4. Jenis fungisida uji, pemupukan dan skor serangan Helminthosporium sp. Pada
tanaman jagung varietas Anoman-1, Maros 2009

Perlakuan Konsentrasi Pupuk Rata-rata skor


fungisida (g/kg benih)
Saromil 2,5 NPK+Nordox56WP 1,00 a
Saromil 2,5 NPK 1,51 b
Kontrol - NPK 3,75 c

PENGGUNAAN BAHAN KIMIA setelah ± 4 hari. Ulat ini menjadi pupa di


dalam tongkol atau di tanah. Ngengat
Hasil penelitian Surtikanti dan
aktif pada malam hari dan mampu
Wakman (2009), perlakuan benih
bertelur 600 – 1000 butir. Stadia pupa
Anoman-1 yang diberi perlakuan
berkisar antara 12 – 14 hari. Selain
metalaksil (2,5 g/kg) dan pemberian
menyerang tongkol juga menyerang
pupuk NPK yang ditambahkan
pucuk dan menyerang malai sehingga
Nordox56WP (setiap 1 kg NPK
bunga jantan tidak terbentuk yang
ditambahkan 5 g Nordox56WP) nilai
mengakibatkan hasil berkurang. Siklus
skor rata-rata secara statistika sangat
hidupnya ± 36 – 45 hari (Kalshoven
berbeda nyata dengan nilai skor pada
1981).
kontrol (Tabel 4).
Helicoverpa armigera
5. Penyakit Hawar/Upih Daun
(Rhizoctonia solani Kuhn.) Populasi telur penggerek tongkol
mulai dijumpai di jambul tongkol pada
Penyebab penyakit ini adalah
umur 50 HST dengan jumlah yang cukup
cendawan Rhizoctonia solani Kuhn.
tinggi yaitu 336 butir/100 tanaman.
Gejala bercak melebar pada daun juga
Telur ini diletakkan secara tunggal pada
pada pelepah berwarna merah keabu-
rambut tongkol jagung. Pada
abuan, terlihat adanya butiran berwarna
pengamatan 60 HST larva yang dijumpai
putih (sclerotia) yang dapat berubah
112 ekor dengan instar antara 1-2.
warna menjadi kecoklatan yang
Kehadiran musuh alami mungkin
menempel pada permukaan
menjadi penyebab menurunnya populasi
daun/pelepah yang terinfeksi. Umumnya
ini, selain itu penggerek tongkol dikenal
menyerang pada musim hujan.
sebagai serangga kanibal yang memakan
Pengendalian: dengan
satu sama lain. Pada pengamatan
menggunakan cendawan antagonis
selanjutnya populasi larva menurun
Trichoderma viride (Sumartini dan
menjadi 36 L dengan instar 5 dan 1 pupa
Hardaningsih 1995).
pada 90 HST (Tabel 1).
Pengendalian: dengan
Pada fase generatif penyerbukan dan
menggunakan parasit Trichogramma sp.,,
pembuahan (43–70 hari setelah
menggunakan insektisida bila ditemui 3
tanam)
tongkol rusak per 50 tanaman pada saat
1. Penggerek tongkol (Helicoverpa tanaman baru terbentuk buah dengan
armigera Hubn.) mengaplikasikan insektisida Carbofuran
Serangga ini muncul di 3% pada saat menjelang berbunga.
pertanaman pada umur 45 – 56 hari
setelah tanam (HST), bersamaan dengan
munculnya rambut-rambut tongkol.
Telur diletakkan pada rambut-rambut
tongkol secara tunggal, dan menetas

502 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya
2. Penyakit Busuk Batang dan Busuk 400 butir. Hama ini bersifat polipag,
Tongkol (Fusarium sp). selain merusak jagung dapat pula
merusak beras, padi dll. Kisaran
Penyebab penyakit ini selain
temperatur untuk perkembangan hama
disebabkan cendawan Fusarium sp.,
ini yaitu 17–34oC, dengan temperatur
dapat pula disebabkan oleh cendawan
optimum 25–30oC, sedang kelembaban
Diplodia sp., dan bakteri Erwinia sp.
berkisar 45–100% (Akker dan Giga,
Gejalanya pada pangkal batang busuk
1992). Perkembangan populasi sangat
sehingga bagian atas layu dan
cepat bila bahan simpanan kadar airnya
mengering, bila terjadi pada tongkol,
di atas 15%. Pada populasi yang tinggi
tongkol yang terserang menjadi busuk
kumbang bubuk cenderung berpencar
sebagian atau seluruhnya.
(Kalshoven 1981).
Pengendalian : dengan
menggunakan varietas tahan,
Pengendalian
pemupukan berimbang, hindari
penanaman pada musim hujan, dan  Pengelolaan Tanaman
dapat pula menggunakan fungisida
Serangan hama selama tanaman di
(Sumartini dan Hardaningsih 1995).
lapangan yang menyebabkan tanaman
terserang kumbang bubuk jika tongkol
JENIS HAMA DAN PENYAKIT JAGUNG
terbuka, sehingga diperlukan
PADA PENYIMPANAN (GUDANG)
pengelolaan tanaman untuk
1. Hama Kumbang bubuk (Sitophilus meminimalkan serangan hama utama
zeamais Motsch.) yaitu penggerek batang dan penggerek
S. zeamais, “ maize weevil” atau tongkol. Tanaman yang kekeringan dan
kumbang bubuk mengalami pemberian pupuk yang rendah
metamorfosis sempurna, dari stadium menyebabkan tanaman mudah terinfeksi
telur sampai menjadi imago (kumbang penyakit busuk tongkol sehingga dapat
dewasa). Telur diletakkan pada setiap terserang oleh kumbang bubuk. Panen
butir yang telah dilubanginya sedalam 1 yang tepat pada saat jagung mencapai
mm, masing-masing lubang selanjutnya masak fisiologis yang ditandai oleh
ditutup dengan sisa gerekan. Stadium adanya lapisan hitam pada ujung biji
telur 7 hari (USDA 1962). Larva, tidak bagian dalam dapat mengurangi
berkaki dan berwarna putih jernih. serangan hama kumbang bubuk. Panen
Ketika bergerak, larva agak mengkerut. yang tertunda dapat menyebabkan
Stadium larva 7–10 hari. Pupa meningkatnya kerusakan biji
(kepompong), tampak seolah-olah telah dipenyimpanan (Tandiabang 1996).
dewasa, stadium pupa 7–12 hari. Imago,  Varietas Tanaman
kepalanya memanjang membentuk
Penggunaan varietas yang
moncong (snout). Sayapnya (kiri dan
mempunyai penutupan kelobot yang
kanan) mempunyai bercak berwarna
baik disukai oleh petani, karena petani
agak pucat. Pronotumnya mempunyai
menyimpan jagungnya dalam bentuk
lekukan kecil, bundar yang satu sama
kelobot, sehingga dapat menekan
lain dalam keadaan rapat. Sayap dapat
serangan hama kumbang bubuk. Varietas
berkembang dengan sempurna, sehingga
yang tahan belum ditemukan dan masih
sayap belakang berfungsi untuk terbang.
dalam tahap penelitian perakitan di
Ukuran panjang tubuhnya 3,50–5 mm.
CIMMYT – Mexico. Mekanisme
Imago betina dapat memproduksi telur
ketahanannya sudah diketahui yaitu
300–400 butir (Kartasapoetra 1987).
mempunyai kekerasan biji dan tingginya
Menurut Kalshoven (1981), telur yang
kandungan asam ferulik (Bergvinson
dihasilkan dapat mencapai 575 butir
2000).
sedangkan menurut Granados (2000)

503 Seminar Nasional Serealia 2011


 Higienis (kebersihan) dan bervariasi tergantung dari daerah dan
Pengelolaan Gudang masyarakatnya serta ketersediaan
tanaman dan metode penyediaannya.
Kebanyakan hama gudang
Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu
cenderung bersembunyi atau melakukan
daun Annona sp., Hyptis spricigera,
hibernasi sesudah gudang tersebut
Lantana camara (Bergvinson 2002),
kosong. Oleh karena itu pengendalian
daun Ageratum conyzoides, Chromolaena
hama di dalam gudang difokuskan pada
odorata (Bouda et al. 2001), akar dari
kebersihan gudang. Higienis adalah
Khaya senegelensis, Acorus calamus,
komponen penting dalam strategi
bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp.,
pengendalian terpadu yang bermaksud
dan tepung biji dari Annona sp. dan
untuk mengeliminasi populasi serangga
Melia sp. (Bergvinson 2002).
yang dapat terbawa pada periode
penyimpanan berikutnya. Taktik yang  Pengendalian hayati
digunakan termasuk membersihkan
Penggunaan entomopatogenik
semua struktur gudang dan membakar
Beauveria bassiana dengan konsentrasi
semua biji yang terkontaminasi dan
109 konidia/ml, dengan takaran 20
membuang dari area gudang. Selain itu
ml/kg biji dapat mencapai mortalitas
karung-karung bekas yang masih berisi
77,50% (Hidalgo et al. 1998).
sisa biji harus dibuang. Semua struktur
Penggunaan musuh alami jenis
gudang harus diperbaiki, termasuk
Anisopteromalus calandrae (Howard)
dinding yang retak-retak dimana
merupakan parasit larva (Arbogast dan
serangga dapat bersembunyi, dan
Mullen, 1990) dan Lariophagus
memberi perlakuan insektisida baik pada
distinguendus (Ryoo et al. 1991).
dinding maupun plafon gudang. Semua
pekerjaan ini harus diselesaikan dua  Kimiawi
minggu sebelum penyimpanan dari hasil
Pengendalian secara kimiawi
panen yang baru dilakukan.
adalah paling efektif, akan tetapi
 Persiapan biji jagung yang disimpan membahayakan konsumen sehingga
Pengeringan hanya digunakan untuk pertimbangan
tertentu misalnya untuk benih. Beberapa
Dari beberapa parameter penting
insektisida yang cukup efektif untuk
yang dapat mempengaruhi kualitas biji,
kumbang bubuk seperti genitrothion,
yaitu kadar air biji. Kadar air biji ≤ 12%
iodofengas, pirimiphometil yang punya
dapat menghambat perkembangan
daya proteksi 0,5–1,5 bulan (Bergvinson
kumbang bubuk. Pada kadar air 8%
2002).
kumbang bubuk menjadi hama yang
tidak penting (Bergvinson 2002). Pada  Fumigasi
kadar air 15% atau lebih perkembangan
Fumigan adalah bahan kimia yang
populasi kumbang bubuk tinggi.
pada temperatur dan tekanan tertentu
 Pengendalian secara fisik dan dalam bentuk gas, yang konsentrasinya
mekanis cukup untuk mengendalikan hama.
Untuk efektifnya fumigasi ini, maka
Sortasi dapat dilakukan dengan
wadah penyimpanan harus kedap udara.
memisahkan biji rusak yang terinfeksi
Gudang atau wadah penyimpanan yang
oleh serangga dengan biji sehat (utuh).
telah difumigasi, tidak boleh diganggu
selama paling kurang satu minggu.
Fumigan yang paling banyak digunakan
 Bahan nabati
yaitu metilbromid (CH3Br) dan
Bahan nabati yang digunakan phosphine (PH3) (Anonim 2000).
untuk melindungi biji dipenyimpanan Beberapa alasan seperti kesehatan dan

504 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya
wadah penyimpanan yang dipunyai berat, produk tersebut berwarna kuning
petani tidak kedap udara, menyebabkan keabu-abuan dan berjamur dengan bau
cara fumigasi ini tidak popular ditingkat yang menyengat. Panjang badan imago 3
petani. – 4 mm, agak pipih, bentuk oval dan
berwarna coklat (chestnut brown).
 Struktur gudang dan wadah
Seekor betina dapat meletakkan telur
penyimpanan
sampai 450 butir. Telurnya berukuran
Wadah penyimpanan yang tidak sangat kecil berbentuk silindris dan
memungkinkan adanya pertukaran berwarna putih, diletakkan dalam tepung
udara (kedap udara), seperti silo metal, atau pecahan-pecahan kecil dari butiran.
kumbang bubuk tidak dapat Setelah menetas menjadi lundi (larva)
berkembang. Jika silo penuh dengan biji, yang berwarna putih kekuningan dan
respirasi dari serangga mengakibatkan ditutupi oleh bulu-bulu halus, mengalami
konversi O2 menjadi CO2. Hama gudang pergantian kulit 6 – 11 kali dengan
akan mati dalam 10 hari pada silo yang periode larva yang bervariasi 3 – 12
tertutup rapat (Bergvinson 2002). Pada minggu pada temperatur 30oC. Pupanya
silo kayu yang dilapisi seng, serangan tanpa kulit, stadiumnya 3 – 7 hari
kumbang bubuk lebih rendah daripada tergantung kondisi cuaca. Pertahun
wadah penyimpanan lain seperti karung sampai 4 – 7 generasi berlangsung 1 – 4
(Baco et al. 2000). Pada wadah kedap bulan. Kondisi optimum untuk
udara seperti aluminium foil berlapis perkembangan hama ini 35 - 37oC dan
plastik dan jerigen plastik yang ditutup Rh 70% (Teetes et al. 1983).
rapat dilapisi parafin serangan kumbang
bubuk pada biji jagung sangat rendah. Pengendalian
Pada gudang biasa yang terdiri dari  Melakukan penjemuran pada waktu-
bangunan tembok atau kayu, serangan waktu tertentu dengan pengeringan
kumbang bubuk sangat tergantung dari sempurna. Penggunaan fumigan dapat
wadah yang digunakan, tetapi pada juga dilakukan, tetapi harus hati-hati,
gudang tertutup yang dapat diatur utamanya pada produk yang
temperatur dan kelembaban, serangan dikonsumsi (Kartasapoetra 1987).
kumbang bubuk dapat dieliminir.
3. Aspergillus flavus dan Aspergillus
2. Tribolium castaneum Herbst. parasiticus
Hama ini dikenal sebagai kumbang Cendawan ini menurut Pritt dan
tepung (“flour beetle”), mempunyai Hocking (1996), mampu menghasilkan
susunan antenna 3 ruas ujung yang mikotoksin yang merupakan senyawa
membesar secara khusus, tampak seperti metabolik bersifat toksik yang dapat
gada, lebar ruas ke-9 hampir dua kali mengakibatkan kanker pada manusia
ruas ke-8 (Kartasapoetra 1987). maupun hewan. Bila terdapat pada biji
Kumbang ini merupakan serangga jagung, cendawan Aspergillus dapat
cosmopolitan dan dijumpai menyerang mengakibatkandaya kecambah menurun,
biji-bijian, benih, tepung, buah kering, perubahan warna, menurunkan berat
dan merupakan serangga museum dan volume, serta perubahan pada
(Teetes et al. 1983). Serangga dewasa susunan kimia biji.
dapat diketahui dari jalur yang mereka Gejala adanya Aspergillus pada biji,
bangun ketika bergerak melewati tepung biji berwarna hitam atau hijau,
atau bahan makanan yang berbentuk tergantung jenis patogennya. Warna
butiran. Hama ini merupakan hama hitam disebabkan Aspergillus niger,
penting atau utama pada beras dan warna kehijauan disebabkan Aspergillus
produk dari gandum. Pada serangan flavus.

505 Seminar Nasional Serealia 2011


Pengendalian : dilakukan sejak pra Baco,D., J. Tandiabang, S.Saenong, dan
panen sampai pasca panen karena T.Lando. 2000. Penanggulangan
cendawan ini infeksinya sejak di kerusakan biji jagung oleh hama
lapangan, selain itu penyimpanan biji Sitophilus zeamais selama
sebaiknya dengan kadar air ≤ 13% penyimpanan. Penelitian Pertanian
(Shurtleff 1980 ; Sudjono 1988). Tanaman Pangan, 19(1) :
Puslitbangtan.Badan Litbang. 1 – 5.
Badan Pusat Statistik (BPS). 1988. Survei
PENUTUP
Pertanian : Luas dan Intensitas
Pengendalian hama penyakit Serangan Jasad Pengganggu Padi
terpadu (PHT) merupakan suatu cara dan Palawija di Indonesia. Jakarta.
pengendalian yang dilakukan dengan
Bergvinson,D. 2002. Post Harvest
memadukan berbagai komponen
Training Manual. CIMMYT.El
pengendalian dengan maksud untuk
Batan,Mexico. 58 hal.
mencapai hasil yang optimal dengan
biaya yang minimal dan ramah Bouda,H., L.A.Paponjou, D.A.Fonten, dan
lingkungan. Kombinasi beberapa cara M.Y.D.Gumedzoe. 2001. Effect of
pengendalian akan lebih efektif essensial oil from leaves Ageratum
dibanding dengan cara pengendalian conyzoides, Lantara camara, dan
tunggal atau masing-masing Chromolaena odorata on the
pathogen/hama. mortality of Sitophilus zeamais. J.
Stored Product Research,37: 103 –
109.
DAFTAR PUSTAKA Gabriel,B.P. 1971. Insect Pests of Field
Anonim. 2000. Manual on grain storage Corn in The Philippines. Dept. of
at farm level. Storage and Res. Entomology, College of Agriculture
Division Ministry of Consumer University of the Philippines
Affairs. Food and Public Technical Bulletin. Hal. 26 – 60.
Distribution. Government of India. Granados,G. 2000. Maize Insect. In
New Delhi. 62 hal. Tropical Maize. Improvement and
Akker, Servi van Den dan D.Giga. 1992. Production. (Ed.) By R.L.Polinal
Manual on food grain post dan G.Granados. Food and
production technologies and Agriculture Organization of United
practices for small holder in Nations.Rome. Hal. 81 – 92.
Zimbabwe. FAO/UNDP. Agritex. Hidalgo,E., D.Moore, dan G.Le Patourel.
Hal. 77 – 102. 1998. The effect of different
Arbogast,R.T. dan M.A. Mullen. 1990. formulations of Beauveria bassiana
Interaction of Maize Weevil on Sitophilus zeamais on stored
(Coleoptera : Curculionidae) maize. J.Stored Prod. Res.,2/3 : 171
(Hymenoptera : Pteromalidae) in a – 179.
Smallbulk of Stored Corn. J. Econ. Iqbal,A., A.Sudjana, dan R. Setiyono.
Entomol. 83 (6) : 2462 – 2468. 1988. Mekanisme Ketahanan
Baco,D. dan J. Tandiabang. 1988. Hama Varietas Jagung Terhadap
Jagung dan Pengendaliannya. Serangan Belatung Atherigona sp.
Dalam Subandi, M.Syam, dan A. Risalah Seminar Balai Penelitian
Widjono (Eds.). Jagung. Hal. 185 – Tanaman Pangan Bogor. Hal 186-
204. Badan Litbang Pertanian. 189.

506 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of in Center for International
Indonesia. Resived and translated Agricultural Research Cambera. Pp
by P.A. van der Laan, University of 5 – 10.
Amsterdam. PT Ichtiar Baru, van
Ryoo.J.D., R.L. Barney, B.D. Price, dan M.
Hoeve, Jakarta. 701 hal.
Siddiqui. 1991. Effect of Several
Kartasapoetra,A.G. 1987. Hama Hasil Management Tactic on Adult
Tanaman Dalam Gudang. Bina Mortality on Progeny Production of
Aksara, Jakarta. 145 hal. Sitophilus zeamais (Coleoptera :
Curculionidae) on Stored Corn in
Kasryno, F. 2002. Perkembangan
the Laboratory. J. Econ. Entomol.,
Produksi dan Konsumsi Jagung
84 : 1041 – 1046.
Dunia Selama Empat Dekade Yang
Lalu dan Implikasinya Bagi Saranga,A.P. dan Fachruddin. 1978. Ilmu
Indonesia. Makalah disampaikan Serangga. Lembaga Percetakan
pada diskusi Nasional Agribisnis Universitas Hasauddin, Ujung
Jagung di Bogor, 24 Juni 2002. Pandang.
Badan Litbang Pertanian.
Saranga,A.P. 1980. Beberapa Hama-hama
Lilies,C.S. 1991. Kunci Determinasi Penting Pada Tanaman Kacang-
Serangga. Penerbit Kanisius, kacangan dan Jagung. Fakultas
Yogyakarta.(Ed.). Ilmu-ilmu Pertanian Universitas
hasanuddin, Ujung Pandang. Hal.
Mantik,I. dan Asmaniar. 1994.
19 – 20.
Pengendalian Terpadu Hama
Wereng Jagung. PEII cab. Sumbar Semangun,H. 1991. Penyakit-penyakit
Dalam Seminar Sehari di Padang. Tanaman Pangan di Indonesia.
Gajah Mada University Press. 449
Muis,A., M.S.Kontong, dan S.Rahamma.
hal.
1996. Seleksi genotype sorgum dan
jagung terhadap penyakit hawar Shurtleff, M.C. 1980. Compendium of
daun Helminthosporium maydis. Corn Diseases. Second Edition. The
Hasil-hasil Penelitian Hama dan American Phythological Society.
Penyakit Tanaman Tahun USA. Pp.105.
1995/1996. Balitjas. Hal. 59 – 64.
Soejitno, J., A.Dimyati, dan I. Hanarida.
Pakki,S., M.S.Kontong, S.Rahamma, dan 1989. Mekanisme Keresistenan
W.Wakman.1996. Inventarisasi Padi Gogo terhadap lalat bibit
Isolat-isolat Helminthosporium Atherigona sp. Lokakarya
maydis pada tanaman jagung dan Penelitian Komoditas dan Studi
sorgum di Sulawesi Selatan. Hasil- Khusus. Caringin, Bogor, 21 – 23
hasil Penelitian Hama dan Penyakit Agustus 1989. Hal. 135 – 149.
Tanaman Tahun 1995/1996.
Sudjono, M.S. 1988. Penyakit Jagung dan
Balitjas. Hal. 65 – 76.
Pengendaliannya. Dalam Subandi,
Painter, R.H. 1951. Insect Resistance in M. Syam, dan A. Widjono. 1988.
Crop Plants. The Mac Millan Jagung. Puslitbangtan Bogor.
Company. New York. 520 pp. Hal.205-241.
Pritt,J.L. and A.D.Hocking. 1996. Current Sumartini dan Sri Hardaningsih, 1995.
knowledge of fungi and mycotoxin Penyakit-penyakit Jagung dan
with food. commodities in Pengendaliannya. Dalam
Southeast Asia. The Asean Pengenalan Hama dan Penyakit
Technical Seminar on grain post Tanaman Jagung serta
harvest technology. Australia

507 Seminar Nasional Serealia 2011


Pengendaliannya. Monograf Information Bulletin No.12.
Balittan Malang 13 : 1 – 14. ICRISAT.
Surtikanti dan Wasmo, W. 2009. USDA. 1962. Stored Grain Pest. United
Pengujian Nordox 56WP pada States Department of Agriculture.
tanaman jagung. Tidak
Wafiah,A., J.Tandiabang, N.Nonci, dan
dipublikasikan. 14 hal.
D.Baco. 1998. Kehilangan hasil oleh
Syamsuddin dan Surtikanti. 2008. penggerek batang jagung, Ostrinia
Populasi Predator dari Ostrinia furnacalis Guenee pada sentra
furnacalis Guenee dan Helicoverpa produksi intensifikasi jagung. Hasil
armigera Hubn.pada tanaman Penelitian Hama dan Penyakit
Jagung Di Kab. Sidrap, Sulawesi tahun 1997/1998. Badan Litbang
Selatan. J.Vegeta 2 (1) : 11 – 14. Pertanian. Balai penel. Tan. Jagung
dan Serealia Lain. Hal. 32 – 35.
Tandiabang,J. 1996. Kehilangan hasil
oleh kumbang bubuk Sitophilus Wasmo,W., dan A.Hasanuddin. 2003.
zeamais dengan penundaan panen. Penyakit bulai (Peronosclerospora
Hasil Penel. Hama dan Penyakit sorghi) pada jagung di Dataran
1995/96. Balai Penelitian Tinggi Karo, Sumatera Utara. 10
Tanaman Jagung dan Serealia Lain. hal. (Belum dipublikasikan).
Hal. 36 – 39.
Wasmo Wakman. 2004. Varietas Jagung
Teetes,G.L., K.V.S.Reddy, K.Leuschener Tahan Penyakit Hawar Daun Di
and L.R.House.1983. Sorgum Insect Dataran Tinggi. Seminar Mingguan
Identification Handbook. Balitsereal. Hari Jumat, 30 April. 4
hal.

508 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya

Anda mungkin juga menyukai