Hama Penyakit Jagung PDF
Hama Penyakit Jagung PDF
DAN PENGENDALIANNYA
Surtikanti
Balai Penelitian Tanaman Serealia
ABSTRAK
Hama dan penyakit merupakan kendala pada budi daya jagung. Ada beberapa jenis hama
dan penyakit yang merupakan kendala utama dalam budi daya jagung yang dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil. Hama utama yang menyerang tanaman jagung
adalah lalat bibit, ulat tanah, lundi (uret), penggerek batang, ulat grayak, wereng jagung,
penggerek tongkol. Hama di penyimpanan adalah kumbang bubuk dan Tribolium
castaneum. Penyakit tanaman jagung adalah bulai, Virus Mozaik Kerdil, bercak daun, upih
daun, busuk batang dan busuk tongkol. Cendawan yang banyak menginfeksi jagung di
tempat penyimpan adalah Aspergillus flavus, A. Parasiticis. Pengendalian hama maupun
penyakit yang menyerang jagung disesuaikan dengan fase pertumbuhannya.
498 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya
penyakit bulai yaitu P. maydis dan P. yang telah terbuka, kemudian menuju
philippinensis (Semangun 1973) Namun batang dan menggerek batang tersebut
pada tahun 2003 telah ditemukan P. serta membentuk lorong mengarah ke
sorghi di Dataran Tinggi Karo, Sumatera atas. Setelah sampai dibuku bagian atas,
Utara (Wakman dan Hasanuddin 2003). ulat segera turun kebuku bagian bawah.
Gejala penyakit bulai ini, daun Ulat berpupa di dalam batang. Seekor
berklorosis sebagian atau seluruh daun, ngengat betina mampu bertelur 300–
bila tanaman terinfeksi lebih awal akan 500 butir. Siklus hidup 22–45 hari.
menyebabkan tanaman kerdil, tidak Batang tanaman jagung biasanya patah-
berbuah, tetapi bila bertongkol, patah kemudian tanaman mati karena
tongkolnya tidak normal dan dapat pula terhentinya translokasi hara dari akar
menyebabkan tanaman mati. tanaman ke daun (Kalshoven 1981).
Pengendalian : benih yang akan
ditanam dilakukan seeds treatment Ostrinia furnacalis
terlebih dahulu dengan menggunakan
O. furnacalis mulai dijumpai pada
bahan aktif metalaksil, atau
umur 40 HST yaitu hanya ada 4
disemprotkan fungisida Nordox 56WP
kelompok telur (KT) per 100 tanaman.
pada tanaman dimulai pada umur 5 hari
Berdasarkan pengamatan di
setelah tanam sampai tidak ada lagi
laboratorium dari 4 KT jumlah telur
gutasi ditanaman, dan dapat pula
perkelompok cukup rendah hanya
menggunakan varietas tahan seperti
berkisar 10–15 telur
lokal Kalbar, Lagaligo, Surya, Bisi-4,
perkelompok.(Tabel 1).
Pioneer (4,5,9,10 dan 12).
Tabel 1. Populasi penggerek jagung O.
5. Penyakit Virus Mozaik Kerdil
furnacalis dan penggerek
(VMK)
tongkol H. armigera Pada lahan
Penyebab penyakit ini disebabkan kering. Kab. Sidrap,MK 2006.
oleh Virus Mozaik Tebu, Virus Mozaik
Ketimun atau Virus Mozaik Kerdil. Gejala Pengamatan O. H. armigera
terlihat pada daun dengan adanya umur (HST) furnacalis
perubahan warna yang menjadi hijau 30 0 0
muda diantara hijau tua normal. 40 4 KT 0
Pengendalian : aplikasi insektisida 50 6 L (2-3) 336 T
60 3 L (3-4) 112 L (1-2)
untuk mengendalikan vektor dengan
70 2 L (5), 1 P 56 L (2-3)
yang berbahan aktif monokrotofos, 80 3P 37 L (4-5)
tamaron atau thiodan dan melakukan 90 0 36 L (5), 1 P
eradikasi pada tanaman yang terserang. Keterangan : HST = hari setelah tanam,
KT = kelompok telur, L = larva, T = telur, P = pupa
Sumber : Syamsuddin dan Surtikanti (2008)
500 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya
gejala berupa bercak coklat kelabu Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel
seperti jerami pada permukaan daun 2.
dengan ukuran panjang 4 cm dan lebar Pengendalian : menggunakan
0,6 cm untuk Bipolaris maydis, dan untuk varietas tahan untuk H. turcicum di
H. turcicum mempunyai ukuran panjang dataran tinggi, seperti Pioneer-8, NK-11,
5 – 15 cm dan lebar 1 – 2 cm. Kenia-1 (Wasmo 2004).
Penyebaran penyakit bercak daun di
Tabel 3. Reaksi beberapa genotipe jagung terhadap penyakit bercak daun yang disebabkan
Bipolaris maydis.
Galur Reaksi
Lapangan Rumah kaca
MLG 5006 T AT
MLG 5007 T AT
MLG 5008 T AT
MLG 5010 T AT
MLG 5016 T AT
MLG 5017 T AT
MLG 5018 T AT
MLG 5025 T AT
MLG 5026 T AT
MLG 5027 T AT
MLG 5028 T AT
MLG 5033 T AT
MLG 5034 T AT
MLG 5035 T AT
MLG 5036 T AT
MLG 5037 T AT
MLG 5038 T AT
MLG 5039 T AT
MLG 5041 T AT
Keterangan : T = Tahan; AT = Agak Tahan
Sumber : Muis et al.1996 (Data diolah)
502 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya
2. Penyakit Busuk Batang dan Busuk 400 butir. Hama ini bersifat polipag,
Tongkol (Fusarium sp). selain merusak jagung dapat pula
merusak beras, padi dll. Kisaran
Penyebab penyakit ini selain
temperatur untuk perkembangan hama
disebabkan cendawan Fusarium sp.,
ini yaitu 17–34oC, dengan temperatur
dapat pula disebabkan oleh cendawan
optimum 25–30oC, sedang kelembaban
Diplodia sp., dan bakteri Erwinia sp.
berkisar 45–100% (Akker dan Giga,
Gejalanya pada pangkal batang busuk
1992). Perkembangan populasi sangat
sehingga bagian atas layu dan
cepat bila bahan simpanan kadar airnya
mengering, bila terjadi pada tongkol,
di atas 15%. Pada populasi yang tinggi
tongkol yang terserang menjadi busuk
kumbang bubuk cenderung berpencar
sebagian atau seluruhnya.
(Kalshoven 1981).
Pengendalian : dengan
menggunakan varietas tahan,
Pengendalian
pemupukan berimbang, hindari
penanaman pada musim hujan, dan Pengelolaan Tanaman
dapat pula menggunakan fungisida
Serangan hama selama tanaman di
(Sumartini dan Hardaningsih 1995).
lapangan yang menyebabkan tanaman
terserang kumbang bubuk jika tongkol
JENIS HAMA DAN PENYAKIT JAGUNG
terbuka, sehingga diperlukan
PADA PENYIMPANAN (GUDANG)
pengelolaan tanaman untuk
1. Hama Kumbang bubuk (Sitophilus meminimalkan serangan hama utama
zeamais Motsch.) yaitu penggerek batang dan penggerek
S. zeamais, “ maize weevil” atau tongkol. Tanaman yang kekeringan dan
kumbang bubuk mengalami pemberian pupuk yang rendah
metamorfosis sempurna, dari stadium menyebabkan tanaman mudah terinfeksi
telur sampai menjadi imago (kumbang penyakit busuk tongkol sehingga dapat
dewasa). Telur diletakkan pada setiap terserang oleh kumbang bubuk. Panen
butir yang telah dilubanginya sedalam 1 yang tepat pada saat jagung mencapai
mm, masing-masing lubang selanjutnya masak fisiologis yang ditandai oleh
ditutup dengan sisa gerekan. Stadium adanya lapisan hitam pada ujung biji
telur 7 hari (USDA 1962). Larva, tidak bagian dalam dapat mengurangi
berkaki dan berwarna putih jernih. serangan hama kumbang bubuk. Panen
Ketika bergerak, larva agak mengkerut. yang tertunda dapat menyebabkan
Stadium larva 7–10 hari. Pupa meningkatnya kerusakan biji
(kepompong), tampak seolah-olah telah dipenyimpanan (Tandiabang 1996).
dewasa, stadium pupa 7–12 hari. Imago, Varietas Tanaman
kepalanya memanjang membentuk
Penggunaan varietas yang
moncong (snout). Sayapnya (kiri dan
mempunyai penutupan kelobot yang
kanan) mempunyai bercak berwarna
baik disukai oleh petani, karena petani
agak pucat. Pronotumnya mempunyai
menyimpan jagungnya dalam bentuk
lekukan kecil, bundar yang satu sama
kelobot, sehingga dapat menekan
lain dalam keadaan rapat. Sayap dapat
serangan hama kumbang bubuk. Varietas
berkembang dengan sempurna, sehingga
yang tahan belum ditemukan dan masih
sayap belakang berfungsi untuk terbang.
dalam tahap penelitian perakitan di
Ukuran panjang tubuhnya 3,50–5 mm.
CIMMYT – Mexico. Mekanisme
Imago betina dapat memproduksi telur
ketahanannya sudah diketahui yaitu
300–400 butir (Kartasapoetra 1987).
mempunyai kekerasan biji dan tingginya
Menurut Kalshoven (1981), telur yang
kandungan asam ferulik (Bergvinson
dihasilkan dapat mencapai 575 butir
2000).
sedangkan menurut Granados (2000)
504 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya
wadah penyimpanan yang dipunyai berat, produk tersebut berwarna kuning
petani tidak kedap udara, menyebabkan keabu-abuan dan berjamur dengan bau
cara fumigasi ini tidak popular ditingkat yang menyengat. Panjang badan imago 3
petani. – 4 mm, agak pipih, bentuk oval dan
berwarna coklat (chestnut brown).
Struktur gudang dan wadah
Seekor betina dapat meletakkan telur
penyimpanan
sampai 450 butir. Telurnya berukuran
Wadah penyimpanan yang tidak sangat kecil berbentuk silindris dan
memungkinkan adanya pertukaran berwarna putih, diletakkan dalam tepung
udara (kedap udara), seperti silo metal, atau pecahan-pecahan kecil dari butiran.
kumbang bubuk tidak dapat Setelah menetas menjadi lundi (larva)
berkembang. Jika silo penuh dengan biji, yang berwarna putih kekuningan dan
respirasi dari serangga mengakibatkan ditutupi oleh bulu-bulu halus, mengalami
konversi O2 menjadi CO2. Hama gudang pergantian kulit 6 – 11 kali dengan
akan mati dalam 10 hari pada silo yang periode larva yang bervariasi 3 – 12
tertutup rapat (Bergvinson 2002). Pada minggu pada temperatur 30oC. Pupanya
silo kayu yang dilapisi seng, serangan tanpa kulit, stadiumnya 3 – 7 hari
kumbang bubuk lebih rendah daripada tergantung kondisi cuaca. Pertahun
wadah penyimpanan lain seperti karung sampai 4 – 7 generasi berlangsung 1 – 4
(Baco et al. 2000). Pada wadah kedap bulan. Kondisi optimum untuk
udara seperti aluminium foil berlapis perkembangan hama ini 35 - 37oC dan
plastik dan jerigen plastik yang ditutup Rh 70% (Teetes et al. 1983).
rapat dilapisi parafin serangan kumbang
bubuk pada biji jagung sangat rendah. Pengendalian
Pada gudang biasa yang terdiri dari Melakukan penjemuran pada waktu-
bangunan tembok atau kayu, serangan waktu tertentu dengan pengeringan
kumbang bubuk sangat tergantung dari sempurna. Penggunaan fumigan dapat
wadah yang digunakan, tetapi pada juga dilakukan, tetapi harus hati-hati,
gudang tertutup yang dapat diatur utamanya pada produk yang
temperatur dan kelembaban, serangan dikonsumsi (Kartasapoetra 1987).
kumbang bubuk dapat dieliminir.
3. Aspergillus flavus dan Aspergillus
2. Tribolium castaneum Herbst. parasiticus
Hama ini dikenal sebagai kumbang Cendawan ini menurut Pritt dan
tepung (“flour beetle”), mempunyai Hocking (1996), mampu menghasilkan
susunan antenna 3 ruas ujung yang mikotoksin yang merupakan senyawa
membesar secara khusus, tampak seperti metabolik bersifat toksik yang dapat
gada, lebar ruas ke-9 hampir dua kali mengakibatkan kanker pada manusia
ruas ke-8 (Kartasapoetra 1987). maupun hewan. Bila terdapat pada biji
Kumbang ini merupakan serangga jagung, cendawan Aspergillus dapat
cosmopolitan dan dijumpai menyerang mengakibatkandaya kecambah menurun,
biji-bijian, benih, tepung, buah kering, perubahan warna, menurunkan berat
dan merupakan serangga museum dan volume, serta perubahan pada
(Teetes et al. 1983). Serangga dewasa susunan kimia biji.
dapat diketahui dari jalur yang mereka Gejala adanya Aspergillus pada biji,
bangun ketika bergerak melewati tepung biji berwarna hitam atau hijau,
atau bahan makanan yang berbentuk tergantung jenis patogennya. Warna
butiran. Hama ini merupakan hama hitam disebabkan Aspergillus niger,
penting atau utama pada beras dan warna kehijauan disebabkan Aspergillus
produk dari gandum. Pada serangan flavus.
506 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of in Center for International
Indonesia. Resived and translated Agricultural Research Cambera. Pp
by P.A. van der Laan, University of 5 – 10.
Amsterdam. PT Ichtiar Baru, van
Ryoo.J.D., R.L. Barney, B.D. Price, dan M.
Hoeve, Jakarta. 701 hal.
Siddiqui. 1991. Effect of Several
Kartasapoetra,A.G. 1987. Hama Hasil Management Tactic on Adult
Tanaman Dalam Gudang. Bina Mortality on Progeny Production of
Aksara, Jakarta. 145 hal. Sitophilus zeamais (Coleoptera :
Curculionidae) on Stored Corn in
Kasryno, F. 2002. Perkembangan
the Laboratory. J. Econ. Entomol.,
Produksi dan Konsumsi Jagung
84 : 1041 – 1046.
Dunia Selama Empat Dekade Yang
Lalu dan Implikasinya Bagi Saranga,A.P. dan Fachruddin. 1978. Ilmu
Indonesia. Makalah disampaikan Serangga. Lembaga Percetakan
pada diskusi Nasional Agribisnis Universitas Hasauddin, Ujung
Jagung di Bogor, 24 Juni 2002. Pandang.
Badan Litbang Pertanian.
Saranga,A.P. 1980. Beberapa Hama-hama
Lilies,C.S. 1991. Kunci Determinasi Penting Pada Tanaman Kacang-
Serangga. Penerbit Kanisius, kacangan dan Jagung. Fakultas
Yogyakarta.(Ed.). Ilmu-ilmu Pertanian Universitas
hasanuddin, Ujung Pandang. Hal.
Mantik,I. dan Asmaniar. 1994.
19 – 20.
Pengendalian Terpadu Hama
Wereng Jagung. PEII cab. Sumbar Semangun,H. 1991. Penyakit-penyakit
Dalam Seminar Sehari di Padang. Tanaman Pangan di Indonesia.
Gajah Mada University Press. 449
Muis,A., M.S.Kontong, dan S.Rahamma.
hal.
1996. Seleksi genotype sorgum dan
jagung terhadap penyakit hawar Shurtleff, M.C. 1980. Compendium of
daun Helminthosporium maydis. Corn Diseases. Second Edition. The
Hasil-hasil Penelitian Hama dan American Phythological Society.
Penyakit Tanaman Tahun USA. Pp.105.
1995/1996. Balitjas. Hal. 59 – 64.
Soejitno, J., A.Dimyati, dan I. Hanarida.
Pakki,S., M.S.Kontong, S.Rahamma, dan 1989. Mekanisme Keresistenan
W.Wakman.1996. Inventarisasi Padi Gogo terhadap lalat bibit
Isolat-isolat Helminthosporium Atherigona sp. Lokakarya
maydis pada tanaman jagung dan Penelitian Komoditas dan Studi
sorgum di Sulawesi Selatan. Hasil- Khusus. Caringin, Bogor, 21 – 23
hasil Penelitian Hama dan Penyakit Agustus 1989. Hal. 135 – 149.
Tanaman Tahun 1995/1996.
Sudjono, M.S. 1988. Penyakit Jagung dan
Balitjas. Hal. 65 – 76.
Pengendaliannya. Dalam Subandi,
Painter, R.H. 1951. Insect Resistance in M. Syam, dan A. Widjono. 1988.
Crop Plants. The Mac Millan Jagung. Puslitbangtan Bogor.
Company. New York. 520 pp. Hal.205-241.
Pritt,J.L. and A.D.Hocking. 1996. Current Sumartini dan Sri Hardaningsih, 1995.
knowledge of fungi and mycotoxin Penyakit-penyakit Jagung dan
with food. commodities in Pengendaliannya. Dalam
Southeast Asia. The Asean Pengenalan Hama dan Penyakit
Technical Seminar on grain post Tanaman Jagung serta
harvest technology. Australia
508 Surtikanti : Hama dan Penyakit Penting Tanaman Jagung dan Pengendaliannya