Anda di halaman 1dari 12

Buletin Peternakan Vol.

41 (3): 307-318, Agustus 2017 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X


Bulletin of Animal Science, DOI: 10.21059/buletinpeternak.v41i3.16649

PENGARUH VARIASI PIGMEN UNTUK LAPISAN DASAR (BASE COAT) PADA PROSES
FINISHING TERHADAP SIFAT FISIK KULIT SAPI

THE EFFECT OF PIGMENT VARIATION AT THE BASE COAT IN THE FINISHING


PROCESS TOWARDS PHYSICAL PROPERTIES OF CALF LEATHER

Gresy Griyanitasari*, Emiliana Kasmudjiastuti, dan Bidhari Pidhatika


Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik, Yogyakarta, 55166

Submitted: 25 November 2016, Accepted: 20 July 2017

INTISARI

Permintaan kulit yang bermutu semakin meningkat tetapi ketersediaannya semakin menurun.
Teknologi pasca penyamakan (finishing) merupakan hal yang dapat dilakukan untuk menutupi kerusakan
kulit. Salah satu bahan finishing kulit yang dapat digunakan untuk menutupi cacat kulit adalah pigmen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan jumlah pigmen pada lapisan dasar
terhadap sifat fisik kulit tersamak. Kulit sapi yang sudah disamak ulang diberi perlakuan finishing dengan
variasi pigmen 7,5; 10; 12,5; 15; dan 17,5% pada lapisan dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pigmen berpengaruh pada penyerapan air selama dua jam dan ketebalan lapisan finishing. Formulasi
dengan berbagai variasi pigmen dalam penelitian ini memenuhi standard SNI 0234: 2009 kulit bagian atas
alas kaki-kulit boks dan ISO 20879: 2007 footwear performance requirements for footwear-upper dari segi
ketahanan gosok cat (kering dan basah), penyerapan air (2 dan 24 jam), dan permeabilitas uap air.

(Kata kunci: Finishing, Kulit sapi, Pigmen, Permeabilitas uap air)

ABSTRACT

The demand of high quality leather is increasing, but it’s availability gradually decrease. Finishing
of the tanning process is technology to upgrade the quality of leather. Pigment is one of the materials for
finishing leather that can correcting grain. The aim of this research was to determine the best variation of
pigment addition as base coat on physical properties of leather. Retanned cow hide was treated using
finishing agent for 7,5; 10; 12.5; 15; and 17.5% of pigment as base coat. This study revealed pigment, as
one of basecoat material, affected water absorption for two hours and also leather coating thickness.
Finishing formulation of various pigment in tanning process of this research met to SNI 0234:2009
requirements and ISO 20879:2007 for footwear performance requirements of footwear-upper for rub
fastness (wet and dry), water absorption (2 and 24 hours), and water vapour permeability.

(Keywords: Cow leather, Finishing, Pigment, Water vapour permeability)

Pendahuluan

Kulit merupakan material yang tingginya permintaan akan kulit yang


memiliki keunikan dalam hal kekuatan, berkualitas baik (Sundar et al., 2006; Olle et
ketahanan, keelastisan, kenyamanan, dan al., 2014). Kulit yang baik adalah kulit yang
kekakuan (stiffness), sehingga bersih dan tidak memiliki banyak cacat. Kulit
kedudukannya masih belum tergantikan tersebut merupakan bahan mentah bagi
bahan lain (Sundar et al., 2006). Akan tetapi, berbagai sektor industri yang dapat diubah
semakin meningkatnya kepedulian menjadi berbagai barang, seperti sepatu,
masyarakat pada penyembelihan hewan dan mebel, dan barang otomotif (Fantová et al.,
langkanya bahan mentah menyebabkan 2015).

__________________________________
* Korespondensi (corresponding author):
Telp. +6287839454589
E-mail: gresy-griyanitasari@kemenperin.go.id

307
Gresy Griyanitasari et al. Pengaruh Penambahan Jumlah Pigmen pada Lapisan Dasar (Base Coat)

Kulit mentah bersifat sangat rentan dapat menurunkan nilai tambah (Covington,
terhadap parasit dan kesalahan manusia 2009) dan menghilangkan keaslian
yang dapat mengakibatkan turunnya kualitas penampakan serta rasa (feel) kulit (Wakaso,
kulit (Kahsay et al. 2015). Kerusakan kulit 2014), sehingga perlu diketahui jumlah
mentah sangat memengaruhi kualitas akhir pigmen yang baik untuk menutupi kerusakan
kulit tersamak. Proses penyamakan, mulai kulit.
dari perendaman hingga pengeringan, tidak Selain jumlah pigmen dan binder, sifat
dapat menutupi kerusakan kulit mentah. fisik kulit jadi juga ditentukan pada tahap
Cara yang dapat dilakukan untuk pemberian lapisan atas. Formulasi
mengurangi atau bahkan menutupi pemberian lapisan atas dapat menentukan
kerusakan kulit tersebut adalah dengan penampakan, pegangan, ketahanan
pengampelasan atau diperbaiki dengan terhadap kelunturan basah dan kering, serta
pigmen yang kemudian dilanjutkan ke proses ketahanan terhadap perlakuan panas
pasca penyamakan (finishing) (Sundar et al., (Wakaso, 2014). Selain itu, lapisan atas
2006; Kasmudjiastuti et al., 2016). Selain berfungsi untuk meningkatkan ketahanan
dapat menyembunyikan kerusakan kulit, gosok dan memberikan efek kilap (Sumarni,
finishing juga dapat meningkatkan sifat fisik et al., 2013).
kulit tersamak (Xu et al., 2013), melindungi Jumlah pigmen dan binder yang
dari kotoran, noda, air, tekanan mekanis digunakan pada proses finishing beraneka
seperti gosokan, pukulan, dan bengkukan ragam, sehingga kulit yang dihasilkan
(Yilmaz et al., 2011; Wakaso, 2014), serta memiliki kualitas yang tidak sama.
menentukan produk akhir (Kasmudjiastuti et Inkonsistensi kualitas tersebut merupakan
al., 2016). salah satu masalah pada finishing kulit
Pada proses finishing kulit, dilakukan karena tidak ada ilmu pasti tentang jumlah
dua tahap, yaitu pemberian lapisan dasar binder dan pigmen yang diaplikasikan pada
(base coat) dan lapisan atas (top coat) berbagai jenis kulit (Wakaso, 2014). Oleh
(Yilmaz et al., 2011). Pemberian lapisan karena itu, terkait jumlah pigmen yang
dasar pada proses finishing merupakan hal digunakan dan efek pemberian lapisan atas,
yang penting karena sangat memengaruhi tujuan penelitian ini mengetahui variasi
sifat fisik kulit (Sundar et al., 2006). Bahan terbaik penambahan jumlah pigmen pada
yang digunakan untuk membuat lapisan lapisan dasar.
dasar antara lain terdiri dari pengikat Pigmen yang digunakan pada proses
(binder), pigmen (Sundar et al., 2006), wax, finishing dapat memengaruhi ketebalan kulit.
plasticizer, bahan pengisi, dan penetrator Beberapa penelitian telah dilakukan untuk
(Kasmudjiastuti et al., 2016). mengetahui hubungan ketebalan kulit
Pigmen merupakan salah satu bahan dengan permeabilitas dan penyerapan uap
yang dapat digunakan untuk menutupi cacat air (Jankauskaite et al., 2004; Smiechowski,
yang dalam pada kulit (Aravindhan et al., 2014; Kasmudjiastuti et al., 2016). Kulit
2008). Fungsi pigmen selain mempunyai merupakan bahan yang paling diperhatikan
kemampuan menutupi cacat juga dapat saat pembuatan alas kaki, sehingga terdapat
memberikan warna yang menarik dan beberapa parameter yang mempunyai
mempunyai ketahanan terhadap panas dan pengaruh besar pada mutu kulit, seperti
absorbsi (Wakaso, 2014). Terdapat permeabilitas uap air (water vapour
beberapa penelitian yang telah dilakukan permeability) penyerapan uap air (water
mengenai pigmen yang digunakan untuk vapour absorption) kulit (Smiechowski et al.,
finishing kulit. Salah satunya adalah 2014; Wu et al., 2014; Kasmudjiastuti et al.,
penelitian yang dilakukan oleh Aravindhan et 2016). Kedua faktor tersebut berperan dalam
al. (2008) yang menggunakan pigmen pada pelepasan keringat si pemakai, terutama
proses pra finishing untuk menutupi saat berkeringat (Wu et al., 2014). Beberapa
kerusakan kulit. Hasil penelitian tersebut penelitian telah dilakukan terkait
menyatakan bahwa pigmen yang larut dalam permeabilitas dan penyerapan uap air pada
air jika diaplikasikan sesudah proses kulit. Salah satu di antaranya adalah
penyamakan memberikan hasil yang baik penelitian (Jankauskaite et al., 2004) yang
dalam hal menutup kerusakan, kedalaman, melakukan penelitian tentang lapisan
keseragaman warna, dan peningkatan poliuretan pada finishing kulit. Hasil
secara keseluruhan. Akan tetapi, penelitian tersebut menyatakan bahwa
penggunaan pigmen yang kurang tepat lapisan poliuretan yang melapisi kulit

308
Buletin Peternakan Vol. 41 (3): 307-318, Agustus 2017 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X
Bulletin of Animal Science, DOI: 10.21059/buletinpeternak.v41i3.16649

menunjukkan perilaku transmisi uap air yang Alat yang digunakan pada penelitian
tidak biasa. ini meliputi alat untuk proses penyamakan
Penelitian Smiechowski et al. (2014) dan finishing kulit, yaitu drum penyamakan,
yang mengetahui permeabilitas uap air pada termometer, kuda-kuda, alat pementang kulit,
kulit yang digunakan untuk produk berbasis spray gun, spons, mesin ironing merek
kenyamanan, seperti sepatu. Hasil penelitian Satilux, embossing press merek Mostardini,
tersebut menunjukkan bahwa kulit yang telah cawan plastik, dan kertas pH. Alat untuk
diberi perlakuan finishing tersebut memiliki pengujian meliputi AATC Crockmeter Merek
mutu yang baik dengan nilai permeabilitas ATLAS model M238AA, Water Vapour
uap air berada pada kisaran 380 Permeability Apparatus merek SATRA seri
mg/10cm2/24h sampai 4930 mg/10cm2/24h STM 473, Light Box merek Verivide, cawan
dan semakin tinggi ketebalan lapisan petri, botol plastik, Scanning Electron
finishing semakin rendah nilai permeabilitas Microscopy merek SNE3200M, dan SG300
uap air. substance gauge merek MSA Engineering.
Penelitian tentang permeabilitas dan
penyerapan uap air pada kulit juga telah Metode
dilakukan oleh Kasmudjiastuti et al. (2016) Proses penyamakan ulang
yang menyatakan bahwa penambahan (retanning). Bahan baku yang digunakan
binder resin uretan dan motif embossing pada penelitian ini adalah enam side kulit
pada proses finishing dapat memengaruhi sapi wet blue yang masing-masing memiliki
mutu kulit. Pada penelitian tersebut luas ±25 ft2. Untuk mengontrol mutu, kulit wet
penggunaan resin uretan sebanyak 200 blue tersebut disamak ulang dengan
bagian dengan berbagai motif emboss formulasi yang tertera pada Tabel 1.
menunjukkan nilai permeabilitas uap air yang Persentase dihitung berdasarkan berat kulit.
tertinggi dibandingkan dengan jumlah resin Mula-mula dilakukan pembasahan ulang
uretan lain. Di samping itu, pada penelitian pada kulit wet blue untuk mengembalikan
tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan kondisi kulit dengan kadar air yang baik.
binder resin uretan pada proses finishing Selanjutnya, kulit disamak ulang dua kali
dapat meningkatkan nilai penyerapan uap dengan beberapa bahan penyamak ulang
air. Namun penggunaan pigmen dengan (retanning agent) yang sesuai untuk
berbagai variasi belum banyak data yang pembuatan kulit boks. Sebelum fiksasi kulit
dihasilkan, oleh karena itu penelitian ini diberi warna coklat dan diberi minyak
bertujuan untuk mengaplikasikan pigmen (fatliquor) agar memiliki warna dan
dengan berbagai level konsentrasi terhadap kelemasan sesuai kulit boks.
kualitas fisik kulit sapi samak. Proses finishing. Setelah proses
penyamakan ulang, tahapan selanjutnya
Materi dan Metode adalah proses finishing kulit. Finishing terdiri
atas pemberian lapisan dasar, emboss, efek,
Materi dan lapisan atas. Pada penelitian ini
Materi yang digunakan pada penelitian dilakukan variasi penambahan jumlah
ini terdiri atas bahan baku, bahan proses, pigmen pada lapisan dasar yaitu 7,5; 10;
dan bahan finishing. Bahan baku yang 12,5; 15; dan 17,5% (Tabel 2). Embossing
digunakan yaitu kulit sapi wet blue yang dilakukan pada suhu 95oC, tekanan 200 Bar,
diperoleh dari penjual kulit di Yogyakarta, dan dalam waktu 20 detik. Formulasi efek
sedangkan bahan proses meliputi Alcem dan lapisan atas dapat dilihat pada Tabel 3.
CSAN, Asam Formiat, Yolkanol L5CC, Kontrol yang digunakan pada penelitian ini
Retingan R7, Tanigan PAK, Chromosal B, adalah kulit boks yang diperoleh dari salah
Tanigan OS, Natrium Formiat, Novaltan PF, satu sentra kerajinan kulit, yaitu Magetan,
Mimosa, Tanigan PR, Baygenal Brown EDN, Jawa Timur.
Baygenal Brown CBN, Leathernol SPU, Pengujian. Parameter yang diuji pada
Leathernol BML, dan Eurokanol 821. hasil penelitian difokuskan pada sifat-sifat
Bahan finishing meliputi pigmen, resin kulit yang terkait dengan perlakuan finishing
akrilik, resin uretan, binder protein, wax-filler, meliputi ketahanan gosok cat tutup kering,
penetrator, lak air, pewarna cair, lak pelarut, ketahanan gosok cat tutup basah,
tiner. Bahan proses dan bahan finishing penyerapan air selama 2 jam, penyerapan air
tersebut diperoleh dari distributor bahan selama 24 jam, permeabilitas uap air (water
kimia di Yogyakarta. vapour permeability), penyerapan uap air

309
Gresy Griyanitasari et al. Pengaruh Penambahan Jumlah Pigmen pada Lapisan Dasar (Base Coat)

(water vapour absorption), ketebalan kulit, – Colour fastness to crocking (ISO, 2012),
dan ketebalan lapisan finishing. yaitu dengan kulit dipotong dengan ukuran
Uji ketahanan gosok cat tutup kering 140 x 50 mm lalu dikondisikan di ruang
dilakukan sesuai dengan metode ISO 20433: kondisi setidaknya 24 jam. Selanjutnya
2012 (en) Leather – Tests for colour fastness spesimen dikencangkan pada papan uji

Tabel 1. Formulasi penyamakan ulang (retanning) kulit sapi wet blue


(retanning formulation of wet blue calf leather)

Proses Bahan Lama proses (menit) Keterangan


%
(process) (ingredients) (time (minute)) (information)
Pembasahan 200 Air (400C)
ulang 0,5 Alcem CSAN
(wetting back) 0,2 Asam Formiat 60 Buang air, cuci
100 Air (400C)
0,5 Yolkanol L5CC 30
2 Altan MS 30
Penyamakan
2 Altan T 30
ulang I
2 Chromosal B
(retanning I)
1 Tanigan OS 60
Diamkan semalam,
1 Sodium format 20
buang air, cuci
150 Air
1,5 Tanigan PAK
Penyamakan
1,5 Sodium format
ulang II
1 Retingan R7 20
(retanning II)
0,6 Soda kue 30
1,5 Retingan R7 20 Buang air, cuci
50 Air (400C)
1 Yolkanol L5CC 20
2 Leukotan 1084
2 Levotan AT 20
3 Retingan R12 20
1,5 Mimosa
1 Tanigan OS
1 Baykanol PFMC
1 Tanigan PR 40
Pewarnaan Bahan Pewarna:
(dyeing), Baygenol brown
Peminyakan 1 EDN
(fatliquoring) 1,5 Baygenol brown 40
CBN
1,5 Mimosa 40
1,5 Leukotan 1084 20
2 Leathernol SPU
2 Leathernol BML
2 Eurokanol 821 30
100 Air (600C) 30
1 Asam Formiat 20
1 Asam Formiat 20 Buang air, cuci

Tabel 2. Formulasi lapisan dasar (base coat) dengan variasi pigmen


(base coat formulation with pigment variation)

Lapisan dasar Variasi 1 Variasi 2 Variasi 3 Variasi 4 Variasi 5


(base coat) (variation 1) (variation 2) (variation 3) (variation 4) (variation 5)
Pigmen (%) (pigment (%)) 7,5 10 12,5 15 17,5
Resin akrilik (%) (acrylic resin (%)) 10 10 10 10 10
Resin uretan (%) (urethane resin (%)) 20 20 20 20 20
Binder protein (%) (protein binder (%)) 5 5 5 5 5
Wax – Filler (%) 3 3 3 3 3
Penetrator (%) 2 2 2 2 2
Air (%) (water (%)) 52,5 50 47,5 45 42,5
Semprot (spray) 2 X
Di-emboss (embossed)

310
Buletin Peternakan Vol. 41 (3): 307-318, Agustus 2017 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X
Bulletin of Animal Science, DOI: 10.21059/buletinpeternak.v41i3.16649

Tabel 3. Formulasi efek dan lapisan atas


(effect and top coat formulation)

Tahapan proses (process) Bahan (materials) Jumlah (quantity), gram Perlakuan (treatment)
Binder protein (protein binder) 100
Lak air (lacquer water) 200 Tip
Pewarna cair (liquid dyes) 50
Efek (effect) Binder protein (protein binder) 100
Uretan resin (resin urethane) 100 Semprot (spray)
Pewarna cair (liquid dyes) 25 2X
Air (water) 275
Lak pelarut (lacquer solvent) 250
Lapisan atas Semprot (spray)
Slip agent 10
(top coat) 1 X dan plate
Tiner (thinner) 750

dan kain yang kering dipasangkan pada tutup botol yang di dalamnya diisi gel silika
Crockmeter. Alat uji Crockmeter digosokkan lalu ditimbang, kemudian dimasukkan ke
ke kiri sebanyak 10 kali dan ke kiri sebanyak Water Vapour Permeability Apparatus
10 kali. Terakhir, untuk mengetahui nilai selama 8-16 jam. Setelah itu, berat akhir
ketahanan gosok cat basah, kulit yang sudah ditimbang dan dihitung mengunakan
digosok dicocokkan dengan standard Gray persamaan 2 (ISO, 2011) berikut:
Scale for Assesing Change In Colour
(Including half-step) dengan nilai antara 1
sampai 5, nilai 1 berarti mayoritas warna Selanjutnya, pengujian penyerapan
hilang dan nilai 5 berarti tidak ada warna uap air dilakukan sesuai dengan ISO 17229:
yang hilang. Kain yang digosokkan 2016: Leather – Physical and mechanical
dicocokkan dengan standard Gray Scale for test – Determination of water vapour
Assesing Change in Colour (Including half- absorption (ISO, 2016). Berdasarkan
step) yang dilihat dalam Light Box merek standard tersebut, sampel kulit yang telah
Verivide. Metode yang sama juga dilakukan dipotong berbentuk lingkaran dengan
untuk uji ketahanan gosok cat basah, tetapi diameter 3,5 cm diletakkan di dalam tutup
kain yang digunakan sudah dibasahi dengan botol yang didalamnya diisi aquades. Berat
air destilasi hingga air terserap 20±5% awal ditimbang dan didiamkan selama 8 jam.
terlebih dahulu. Berat akhir ditimbang dan dihitung
Uji penyerapan air dilakukan dengan menggunakan persamaan 3 (ISO, 2011)
metode dalam SNI 06-0997-1989: Cara uji berikut:
penyerapan air kulit tersamak (BSN, 1989).
Kulit yang sudah dipotong dengan bentuk
lingkaran berdiameter 7 cm ditimbang berat Untuk uji ketebalan lapisan finishing
awalnya lalu direndam dalam wadah berisi dilakukan dengan mengukur ketebalan
aquades selama 2 jam (untuk penyerapan air lapisan menggunakan Structural Electron
selama 2 jam) hingga tercelup sempurna. Microscopy (SEM), sedangkan ketebalan
Selanjutnya ditiriskan selama 10 menit dan kulit diukur dengan melihat ketebalan kulit
ditimbang. Untuk mengetahui penyerapan air menggunakan SG300 substance gauge.
selama 24 jam, kulit dimasukkan kembali ke Penelitian ini menggunakan rancangan acak
dalam air hingga tercelup dan didiamkan lengkap dengan pengaruh perlakuan
selama 24 jam, ditiriskan selama 10 menit, dianalisa menggunakan bantuan perangkat
kemudian ditimbang. Penyerapan air dapat SPSS 16.0.
diketahui dengan persamaan 1 (ISO, 2011)
berikut: Hasil dan Pembahasan

Ketahanan gosok cat tutup


Selanjutnya uji permeabilitas uap air Hasil uji ketahanan gosok cat tutup
telah dilakukan sesuai dengan ISO 14268: (kering dan basah) dapat dilihat pada
2012: Leather – Physical and mechanical Gambar 1. Gambar tersebut terlihat bahwa
tests – Determination of water vapour semua perlakuan mempunyai nilai ketahanan
permeability (ISO, 2012a), yaitu Sampel kulit gosok sama seperti kulit kontrol, yaitu 5, baik
yang telah dipotong berbentuk lingkaran untuk ketahanan gosok cat kering maupun
dengan diameter 3,5 cm diletakkan di dalam basah. Nilai 5 berarti tidak ada warna yang

311
Gresy Griyanitasari et al. Pengaruh Penambahan Jumlah Pigmen pada Lapisan Dasar (Base Coat)

hilang, sehingga seluruh persentase pigmen penyerapan air selama 24 jam (p>0,05).
yang digunakan pada proses finishing dapat Wakaso (2014) menyatakan bahwa
melekat dengan baik. pemberian pigmen menyebabkan kulit tahan
Semua sampel dalam penelitian ini terhadap absorpsi. Pendapat tersebut hanya
memenuhi persyaratan SNI 0234: 2009 kulit berlaku pada penyerapan air selama 2 jam,
bagian atas alas kaki-kulit boks (BSN, 2009), sedangkan penyerapan air selama 24 jam
yang mensyaratkan nilai ketahanan gosok diduga lebih dipengaruhi oleh binder dan
cat kering sebesar 5, yang artinya tidak resin. Perlakuan finishing menyebabkan air
luntur dan ketahanan gosok cat basah yang terserap ke dalam kulit lebih sedikit
sebesar 4/5 yang artinya sedikit luntur. karena adanya lapisan dasar dan lapisan
Ketahanan gosok cat yang baik atas.
menunjukkan bahwa komposisi binder dan Hasil uji penyerapan air pada kulit sapi
pigmen yang digunakan pada penelitian ini tersamak untuk semua perlakuan tampak
adalah tepat baik, sehingga terbentuk ikatan seperti pada Gambar 2. Sampel yang
yang kuat antara keduanya karena binder menggunakan 15% pigmen menunjukkan
berfungsi untuk mengikat pigmen dengan persentase penyerapan air tertinggi, yaitu
kulit (Sundar et al., 2006). Perpaduan binder masing-masing 67,79% (2 jam) dan 61,11%
dan pigmen dapat memberikan daya rekat, (24 jam). Sampel dengan nilai penyerapan
kelemasan, dan kelenturan pada kulit. air terendah adalah 10% pigmen (54,11%)
Disamping itu, ketahanan gosok cat juga selama 2 jam dan 12,5% pigmen (65,48%)
dapat dipengaruhi oleh jumlah resin yang selama 24 jam. Rerata hasil uji penyerapan
digunakan, semakin tinggi jumlah resin yang air selama 2 jam adalah 59,06% dan selama
digunakan untuk lapisan atas, maka semakin 24 jam adalah 73,02%. Semua sampel yang
baik ketahanan gosok cat basah, namun digunakan pada penelitian ini menunjukkan
ketahanan gosok cat kering berkurang (Olle persentase penyerapan air di atas kontrol
et al., 2014). Perpaduan resin dan pigmen (30,66%). Semua sampel, termasuk kontrol,
dalam penelitian ini dapat menghasilkan memenuhi persyaratan SNI 0234: 2009 kulit
ketahanan gosok cat tutup yang baik. Jumlah bagian atas alas kaki-kulit boks yang
pigmen yang digunakan pada proses mensyaratkan penyerapan air selama 2 jam
finishing berpengaruh pada daya menutup maksimum 80% dan 24 jam maksimum
cacat kulit pada nerf/grain. Pigmen sebanyak 100% (BSN, 2009).
7,5; 10; 12,5; 15; dan 17,5% sebagai lapisan
dasar menghasilkan ketahanan gosok cat Permeabilitas dan penyerapan uap air
tutup basah dan kering yang sesuai dengan Berdasarkan hasil penelitian dapat
SNI 0234: 2009 kulit bagian atas alas kaki- diketahui bahwa pigmen tidak berpengaruh
kulit boks. pada permeabilitas uap air (p<0,05). Serupa
halnya dengan penyerapan uap air,
Penyerapan air berdasarkan uji pengaruh diketahui bahwa
Jumlah pigmen yang digunakan pada pigmen yang digunakan pada pelapisan
proses finishing berpengaruh pada dasar tidak berpengaruh pada penyerapan
penyerapan air selama 2 jam (p<0,05), uap air. Pigmen berkaitan erat dengan
sedangkan tidak berpengaruh pada ketebalan kulit, sehingga semakin tinggi

Gambar 1. Hasil uji ketahanan gosok cat tutup (kering dan basah)
(rub fastness (dry and wet) test results).

312
Buletin Peternakan Vol. 41 (3): 307-318, Agustus 2017 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X
Bulletin of Animal Science, DOI: 10.21059/buletinpeternak.v41i3.16649

Gambar 2. Hasil uji penyerapan air (2 dan 24 jam)


(water absorbtion test results).

Gambar 3. Grafik hasil uji permeabilitas uap air


(water vapour permeability test results).

ketebalan kulit maka kulit tersebut cenderung yang ada di sekitar lapisan adesif
memiliki permeabilitas uap air yang rendah. (Jankauskaite et al., 2004; Kasmudjiastuti et
Permeabilitas uap air merupakan proses al., 2016).
yang meliputi beberapa tahapan, yaitu Berdasarkan Gambar 3 permeabilitas
absorbsi, kelarutan, desorpsi, dan difusi uap air tertinggi adalah kulit yang
(Jankauskaite et al., 2004). Pada penelitian formulasinya mengandung pigmen sebanyak
diduga permeabilitas uap air dipengaruhi 7,5% (7,15 mg/cm2.jam), sedangkan
faktor selain pigmen, yaitu uretan resin yang terendah adalah kulit dengan pigmen
digunakan pada lapisan dasar dan sebanyak 15% (5,23 mg/cm2.jam). Sampel
pemberian efek. Lebih lanjut, hal ini sesuai yang digunakan pada penelitian ini
dengan pendapat Jankauskaite et al. (2004) mempunyai nilai jauh diatas kontrol. Kulit
bahwa uretan resin dapat memberikan dengan permeabilitas uap air yang tinggi
permeabilitas uap air yang baik pada kulit. menunjukkan bahwa sepatu dapat
Guna menghasilkan sepatu yang nyaman, digunakan dengan nyaman karena
perpaduan antara permeabilitas uap air dan permeabilitas uap air yang rendah dapat
penyerapan uap air adalah hal yang penting menyebabkan kaki menjadi basah dan bau
karena permeabilitas uap air yang tinggi saja karena terperangkapnya keringat
tidak cukup tanpa penyerapan yang baik (Kasmudjiastuti et al., 2016). Standar
karena penyerapan keringat dapat permeabilitas uap air berdasarkan ISO
membantu kaki tetap kering (Kasmudjiastuti 20879: 2007 Footwear performance
et al., 2016). Rendahnya nilai penyerapan requirements for footwear-upper (ISO, 2007)
uap air diduga karena lemahnya interaksi adalah ≥ 0,8 mg/cm2.jam. Seluruh sampel
molekul air dengan kolagen yang ada dalam yang digunakan memenuhi persyaratan
kulit serta kondensasi dan akumulasi uap air tersebut.

313
Gresy Griyanitasari et al. Pengaruh Penambahan Jumlah Pigmen pada Lapisan Dasar (Base Coat)

Gambar 4. Grafik hasil uji penyerapan uap air


(water vapour absorption test results).

Nilai penyerapan uap air dapat dilihat Pada Gambar 7 dapat diketahui
pada Gambar 4 dengan nilai tertinggi adalah bahwa semakin tinggi ketebalan lapisan
kulit yang diberi pigmen sebanyak 7,5% finishing yang digunakan memiliki
(6,49 mg/cm2.jam), sedangkan terendah kecenderungan meningkatkan permeabilitas
adalah kulit dengan pigmen 12,5% (3,50 uap air. Hal ini bertentangan dengan hasil
mg/cm2.jam). Seluruh sampel yang penelitian Smiechowski et al. (2014) yang
digunakan pada penelitian ini tidak menyatakan bahwa semakin tinggi lapisan
memenuhi standar penyerapan uap air yang dibuat maka semakin rendah
berdasarkan ISO 20879: 2007 footwear permeabilitas uap air kulit tersebut. Salah
performance requirements for footwear- satu tahapan dalam proses finishing adalah
upper (ISO, 2007), yaitu ≥ 8 mg/cm2.jam. dengan proses tipping, yaitu memberikan
efek pada kulit dengan menggunakan spons
Ketebalan lapisan finishing dan menempelkannya ke kulit (Tabel 3).
Ketebalan lapisan finishing, baik Proses ini erat kaitannya dengan rasa dan
lapisan dasar maupun lapisan atas, diukur seni, sehingga biasanya dilakukan oleh
dengan menggunakan Scanning Electron orang yang ahli dan memiliki rasa yang baik
Microscopy (SEM). Ketebalan diketahui pada kulit. Ketebalan pada satu bagian dan
dengan mengukur ketebalan di dua titik yang bagian lainnya pada kulit dapat tidak sama
berbeda lalu dihitung nilai reratanya. Hasil dan tidak rata. Penyerapan uap air dan
analisa data menunjukkan bahwa pigmen ketebalan lapisan finishing kulit mempunyai
berpengaruh pada ketebalan laipsan hubungan yang cenderung linier, yaitu
finishing dengan p<0,05. semakin tebal lapisan finishing kulit maka
Gambar 5 menunjukkan ketebalan penyerapan uap air kulit tersebut cenderung
laipsan finishing. Berdasarkan gambar naik.
tersebut dapat diketahui bahwa rerata
ketebalan pada penelitian ini adalah 84,69 Ketebalan kulit
µm. Lapisan yang paling tebal adalah yang Setelah dilakukan analisa data,
menggunakan pigmen sebanyak 17,5% (140 diperoleh hasil bahwa pigmen tidak
µm). Semakin banyak pigmen yang berpengaruh pada ketebalan kulit (p>0,05).
digunakan maka semakin tebal lapisan Hal ini Ketebalan kulit hasil penelitian ini
finishing yang dihasilkan (Gambar 6). memiliki nilai rerata 1,052 mm. Nilai tersebut
Berdasarkan Gambar 6 uji SEM juga cenderung sama dengan ketebalan kulit
menunjukkan bahwa bahan kimia yang kontrol (1,1 mm). Berdasarkan Gambar 9
digunakan pada proses finishing dapat dapat diketahui bahwa seluruh kulit hasil
melekat baik dengan kulit. Campuran binder penelitian memenuhi standar SNI 0234: 2009
dan pigmen dapat membantu perekatan kulit bagian atas alas kaki-kulit boks minimal
serta memberikan kelemasan dan kelenturan 0,8 mm (BSN, 2009).
pada kulit, salah satunya adalah binder Faktor lain yang mempengaruhi
akrilik yang memiliki daya rekat baik (Hoefler permeabilitas uap air selain kandungan
et al., 2013; Kasmudjiastuti et al., 2016). lemak dan kelembaban relatif, adalah

314
Buletin Peternakan Vol. 41 (3): 307-318, Agustus 2017 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X
Bulletin of Animal Science, DOI: 10.21059/buletinpeternak.v41i3.16649

A B

C D

E
Gambar 5. Ketebalan lapisan finishing kulit dengan: A. 7,5% pigmen; B. 10% pigmen; C. 12,5% pigmen;
D. 15% pigmen; E. 17,5% pigmen
(leather coating thickness with A. 7,5% of pigment; B. 10% of pigment; C. 12,5% of pigment; D. 15% of
pigment; E. 17,5% of pigment).

Gambar 6. Grafik ketebalan lapisan finishing kulit


(leather coat thickness results).

315
Gresy Griyanitasari et al. Pengaruh Penambahan Jumlah Pigmen pada Lapisan Dasar (Base Coat)

Gambar 7. Hubungan ketebalan lapisan finishing dengan permeabilitas uap air


(the relationship between leather coat thickness with water vapour permeability).

Gambar 8. Hubungan ketebalan lapisan finishing dengan penyerapan uap air


(the relationship between leather coat thickness with water vapour absorption).

Gambar 9. Grafik ketebalan kulit


(leather thickness results).

Gambar 10. Hubungan ketebalan kulit dengan permeabilitas uap air


(the relationship between leather thickness with water vapour permeability).

316
Buletin Peternakan Vol. 41 (3): 307-318, Agustus 2017 ISSN-0126-4400 E-ISSN-2407-876X
Bulletin of Animal Science, DOI: 10.21059/buletinpeternak.v41i3.16649

Gambar 11. Hubungan ketebalan kulit dengan penyerapan uap air


(the relationship between leather thickness with water vapour absorption).

ketebalan kulit (Bekele, 2014). Hubungan cenderung naik. Semakin tinggi ketebalan
ketebalan kulit dengan permeabilitas uap air kulit maka permeabilitas uap air dan
pada penelitian dapat dilihat pada Gambar penyerapan uap air juga cenderung
10, sedangkan hubungan ketebalan kulit meningkat.
dengan penyerapan uap air pada Gambar
11. Berdasarkan gambar tersebut dapat Ucapan Terima Kasih
diketahui bahwa semakin tinggi ketebalan
kulit memiliki kecenderungan semakin tinggi Terimakasih kami ucapkan pada staf
permeabilitas uap airnya. Hal tersebut Laboratorium Finishing Kulit Balai Besar
bertentangan dengan hasil penelitian Kulit, Karet, dan Plastik, yang telah
Smiechowski et al. (2014) yang menyatakan membantu terlaksananya penelitian ini.
bahwa semakin tinggi ketebalan maka
semakin rendah permeabilitas kulit tersebut. Daftar Pustaka
Selain karena proses tipping yang berkaitan
erat dengan teknisi yang melakukan, hal ini Aravindhan, R., B. Madhan, P.
dapat juga disebabkan oleh bahan kimia Thanikaivelan, S. V. Kanth, J. R. Rao,
yang digunakan pada proses finishing. C. S. Gnanasekaran, and B. U. Nair.
2008. Upgradation of leathers: Masking
Kesimpulan defects using pigments in pre-finishing
processes. J. Scientific Industrial
Hasil uji yang terkait dengan proses Research. 67: 233-238.
finishing menunjukkan bahwa penambahan Bekele, M. 2014. Approach Towards High
jumlah pigmen pada pemberian lapisan Performance Water Vapour
dasar berpengaruh pada penyerapan air Permeability Upper Leather from Goat
selama dua jam dan ketebalan lapisan Skin. Addis Ababa Institute of
finishing. Diduga faktor lain yang Technology, Addis Ababa.
memengaruhi penyerapan air selama 24 jam, BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2009.
penyerapan uap air, dan penyerapan air Standard Nasional Indonesia SNI 0234:
adalah resin dan binder dengan formulasi 2009 Kulit bagian atas alas kaki - kulit
yang tepat. Pigmen yang digunakan dalam boks. BSN, Jakarta.
formulasi penelitian dapat menghasilkan kulit Covington, A. D. 2009. Tanning Chemistry:
yang memenuhi standar SNI 0234: 2009 kulit The Science of Leather. Royal Society
bagian atas alas kaki-kulit boks dan ISO of Chemistry, Cambridge.
20879: 2007 footwear performance Fantová, M., L. Nohejlová, and L. Stádník.
requirements for footwear-upper dari segi 2015. Mechanical quality of leather in
ketahanan gosok cat (kering dan basah) Texel lambs and their crossbreds. J.
yang bernilai masing-masing 5, penyerapan Central European Agriculture. 16: 54-
air (2 dan 24 jam) yaitu masing-masing 61.
55,11% dan 72,49%, dan permeabilitas uap http://doi.org/10.5513/JCEA01/16.2.158
air sebesar 7,15 mg/cm2.jam. Semakin tinggi 8.
ketebalan lapisan finishing maka Hoefler, J., B. Hageman, C. J. Chung, and R.
permeabilitas uap air dan penyerapan uap air Smith. 2013. High performance acrylic
317
Gresy Griyanitasari et al. Pengaruh Penambahan Jumlah Pigmen pada Lapisan Dasar (Base Coat)

polymer technology for use in the 058.


leather finishing process. J. American Smiechowski, K., J. Zarlok, and M.
Leather Chemists Association, 108: Kowalska. 2014. The relationship
311-317. between water vapour permeability and
ISO (International Organization for softness for leathers produced in
Standardization). 2012a. ISO 14268: poland. J. Society of Leather
2012: Leather – Physical and Technologist & Chemist, 98: 259-263.
mechanical tests – Determination of Sumarni, S. dan S. Triatmojo. 2013.
water vapour permeability. ISO: Pengaruh penggunaan binder alami
Jenewa. pada proses finishing kulit cakar ayam
ISO (International Organization for tersamak terhadap kekuatan sobek dan
Standardization). 2012b. ISO 20433: ketahanan gosok cat. Buletin
2012 (en): Leather – Tests for colour Peternakan 37: 41-48.
fastness – Colour fastness to crocking. Sundar, S., N. Vijayalakshmi, S. Gupta, R.
ISO: Jenewa. Rajaram, and G. Radhakrishnan. 2006.
ISO (International Organization for Aqueous dispersions of polyurethane-
Standardization). 2016. ISO 17229: polyvinyl pyridine cationomers and their
2016: Leather – Physical and application as binder in base coat for
mechanical test – Determination of leather finishing. Progress in Organic
water vapour absorption. ISO: Jenewa. Coatings, 56: 178-184.
ISO (International Organization for http://doi.org/10.1016/j.porgcoat.2006.0
Standardizaton). 2011. ISO 4.001
20344:2011: Specifies methods for Wakaso, M. 2014. Studies on Effect of
testing footwear designed as personal Different Pigment and Binder
protective equipment. ISO: Jenewa. Combinations on Surface Property of
ISO (International Standard Organization). Finished Leather. PhD Proposal. Addis
2007. ISO 20879:2007 Footwear Ababa Institute of Technology: Addis
performance requirements for footwear- Ababa.
upper. ISO: Jenewa. Wu, Y., A. H. Wang, R. R. Zheng, H. Q.
Jankauskaite, V. A. Gulbiniene, and K. V. Tang, X. Y. Qi, and B. Ye. 2014. Laser-
Mickus. 2004. Effect of leather finishing drilled micro-hole arrays on
technology on water vapour polyurethane synthetic leather for
transmission. Part II. Water Vapour improvement of water vapor
Transfer through Microporous Film permeability. Applied Surface Science,
Laminated Leather, 10: 249-254. 305: 1-8.
Kahsay, T., G. Negash, Y. Hagos, and B. Xu, H., H. Ning, Y. Chen, H. Fan, and B. Shi.
Hadush. 2015. Pre-slaughter, slaughter 2013. Sulfanilamide-conjugated
and post-slaughter defects of skins and polyurethane coating with
hides at the Sheba Tannery and enzymatically-switchable antimicrobial
Leather Industry, Tigray region, capability for leather finishing. Progress
northern Ethiopia. Onderstepoort in Organic Coatings. 76: 924-934.
Veterinary Institute Onderstepoort http://doi.org/10.1016/j.porgcoat.2013.0
South Africa, 82: 1-7. 2.013
http://dx.doi.org/10.4102/OVJR.V82I1.9 Yilmaz, O., C. N. Cheaburu, G. Gülümser,
31. and C. Vasile. 2011. Rheological
Kasmudjiastuti, E., B. Pidhatika, dan G. behaviour of acrylate/montmorillonite
Griyanitasari. 2016. Pengaruh nanocomposite latexes and their
perbedaan jumlah penambahan binder application in leather finishing as
uretan dan berbagai motif embossing binders. Progress in Organic Coatings,
terhadap kualitas kulit reject. Majalah 70: 52-58. http://doi.org/10.1016/j.
Kulit, Karet, dan Plastik. 32: 39-50. porgcoat.2010.10.001.
Olle, L., J. Bou, A. Shendrik, and A. Bacardit,
2014. Sustainable solvent-free finishing
of patent leather using carbonyl-
functional resins. J. Cleaner Production,
65: 590-594.
http://doi.org/10.1016/j.jclepro.2013.07.

318

Anda mungkin juga menyukai