Anda di halaman 1dari 3

TUGAS INDIVIDU

REFLEKTIF JURNAL

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Bencana

Disusun oleh :
Nama: Muhammad Sulkhan Hakim
NIM : P1337420616048
Prodi : S1 Terapan Keperawatan Semarang

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2019
REFLEKTIF JURNAL

Rapid Health Assessment adalah Serangkaian kegiatan yang meliputi


pengumpulan informasi subyektif dan obyektif guna mengukur kerusakan dan
mengidentifikasi kebutuhan dasar penduduk yang menjadi korban dan memerlukan
ketanggap-daruratan. Penilaian ini dilakukan secara cepat karena harus dilaksanakan
dalam waktu yang terbatas, selama atau segera sesudah suatu kedaruratan.
Pengetahuan tentang RHA ini perlu di sebar luaskan, jadi jika sewaktu waktu terjadi
bencana alam, masyarakat dapat melakukan RHA terlebih dahulu untuk mengantisipasi
banyaknya korban pada bencana tersebut. dengan masyarakat tau apa itu RHA dan
cara-cara tindakan RHA seperti itu akan lebih menyingkat waktu atau mempermudah
tindakan relawan relawan yang akan datang ke daerah yang terkena bencana. Contoh
RHA pada bencana alam gempa bumi 27 mei 2006 di Yogyakarta

Gempa tektonik telah mengguncang wilayah Propinsi D.I. Yogyakarta dan


sekitarnya pada hari Sabtu tanggal 27 Mei 2006 pukul 5:53:58. Menurut
laporan National Earthquake Information Center, United States Geological
Survey  (USGS), gempa berkekuatan 5,9 SR tersebut terletak di wilayah daratan
Kabupaten Bantul (25 km arah Timur Laut Kota Yogyakarta) pada 7,962°LS dan
110,458°BT di kedalaman 10 km.

Peristiwa tersebut memiliki dampak yang cukup signifikan bagi status kesehatan
masyarakat di wilayah gempa terutama Kabupaten Bantul. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya penanggulangan masalah kesehatan melalui langkah-langkah tanggap
darurat. Salah satu upaya tersebut adalah dilaksanakannya penilaian cepat ( rapid health
assessment/RHA) untuk mengetahui besaran masalah kesehatan yang dihadapi dan
kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah bencana. Hasil penilaian cepat ini dapat
digunakan untuk memantapkan berbagai upaya kesehatan pada tahap tanggap darurat.

Sebagai wujud tanggap darurat terhadap bencana ini, relawan dari kesehatan
dan jajaran kesehatan yang lainnya mengambil inisiatif penanggulangan dalam bentuk
mendirikan posko kesehatan, imunisasi TT massal dan penilaian cepat. Kegiatan ini
dimulai pada tanggal 29 Mei s.d. 15 Juni 2006.

Penilaian cepat kesehatan dilakukan pada tanggal 15 Juni 2006 hanya di lima
kecamatan terpilih di wilayah Bantul yaitu : Kecamatan Pleret, Banguntapan, Jetis,
Pundong, dan Sewon. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui besar masalah
kesehatan dan risiko penyakit yang akan datang sebagai akibat bencana gempa. Kajian
assesmen kesehatan akibat bencana di Provinsi DIY melipui aspek keadan umum dan
lingkungan, derajad kesehatan, sarana kesehatan dan bantuan kesehatan. Hasil kajian
ini diharapkan dapat digunakan oleh berbagai pihak terkait dalam upaya bersama
memulihkan sistem kesehatandiProvinsi DIY khususnya.
Tercatat 55,6% Puskesmas Induk dan Perawatan dari 27 unit yang ada di Kabupaten
Bantul mengalami kerusakan berat, begitu juga dengan kondisi Puskesmas Pembantu
(53,6%) dan Rumah Dinas Dokter dan Paramedis (64,8%).

Rerata umur responden 28 tahun (IK95% : 26 – 30). Sebagian besar responden


adalah perempuan (52,9%) dan sebagai ibu rumah tangga (73,3%). Hampir sepertiga
responden pernah mengenyam pendidikan SD (31,9%) dan SLTP (31,4%).

Responden yang memiliki anggota keluarga cedera akibat gempa bumi sebesar
40,0% (IK95%: 29,26 – 50,74). Sebagian besar letak cedera korban bencana gempa
bumi berada di daerah kepala (15,7%; IK95% : 5,13 – 26,28), tangan (11,3%; IK95%
4,85 – 17,66) dan kaki (11,1%; IK95% : 8,01 – 14,26). Pada saat survei dilakukan
3,4% (IK95% : 1,33 – 5,56) anggota keluarga yang cedera mengalami infeksi dan perlu
penanganan perawatan luka yang lebih adekuat.

Jumlah kata : 492 kata

Anda mungkin juga menyukai