Oleh :
Cahya Permata Sari
Ida Muthoharoh
Nurhana Tambunan
Wulantika
35,54%. Sektor pertanian tersebut kemudian terbagi lagi menjadi lima subsektor
peran paling besar dibandingkan subsektor pertanian lain. Angka PDRB bagian
tanaman pangan yang tinggi sebesar 18,76% menunjukan bahwa produksi dan
penyerapan tenaga kerja di bidang tanaman pangan cukup tinggi. Hal tersebut
pembangunan sektor pertanian adalah komoditas padi. Padi merupakan salah satu
komoditas utama yang ditanam petani Indonesia yang menghasilkan beras sebagai
sering terjadi situasi ekstrim, yaitu kejadian yang mengandung risiko (risk
pertanian lebih besar dibandingkan risiko non pertanian, karena pertanian sangat
dipengaruhi oleh alam seperti cuaca, hama penyakit, suhu, kekeringan, danbanjir.
untuk menghindari risiko merupakan hal yang cukup sulit untuk dilakukan,
sehingga yang paling mudah ialah bagaimana mengelola risiko dengan baik.
Risiko yang dikelola dengan baik akan meminimalisir kerugian yang diperoleh.
Risiko dalam bisnis merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Robison dan
Barry dalam Assafa (2014: 13) menyatakan bahwa seorang pengambil keputusan
harus memperhatikan tiga hal penting yang berkaitan dengan risiko, yakni
keputusan yang dibuat dalam bisnis, sumber informasi apa yang tersedia untuk
memprediksi risiko bisnis yang akan dihadapi dan alternatif apa saja yang tersedia
1. Apa saja risiko yang dihadapi petani padi di daerah perbukitan di desa
II.1 Padi
Indonesia. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. Padi (bahasa
latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga
digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama,
yang biasa disebut sebagai padi liar. Tanaman padi merupakan jenis tanaman
: Oryza sativa L. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas
maupun daerah yang banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata
200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang
dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi
berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi
adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam
perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat
tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm
Risiko merupakan suatu hal yang harus dihadapi siapa saja. Tindakan
untuk menghindari risiko merupakan hal yang cukup sulit untuk dilakukan,
sehingga yang paling mudah ialah bagaimana mengelola risiko dengan baik.
Risiko yang dikelola dengan baik akan meminimalisir kerugian yang diperoleh.
Risiko dalam bisnis merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Risiko yang
paling umum ditemui bisa dibagi ke dalam tiga kategori: keuangan, operasional,
dan strategis. Selain itu, risiko bisa bersifat internal atau eksternal kelembagaan.
Risiko internal sebagian besar berada dalam kendali petani karena terkait dengan
luar kendali petani dikarenakan terkait dengan alam seperti bencana alam serta
menghadapi beberapa risiko produksi seperti risiko dari pemilihan lahan yang
tepat, iklim, pengaturan irigasi dan variabel lainnya, hal ini sesuai dengan
pernyataan Hardwood et al (1999: 2). Risiko produksi lainnya yang akan dihadapi
II.3 Persepsi
atau suatu benda akan sangat berpengaruh pada prilakunya dalam menentukan apa
yang di pandangnya/dilihat. Persepsi tidak timbul begitu saja, secara umum ada
informasi sensoris agar informasi tersebut menjadi bermakna, sel reseptor di mata
akan merekam mendeteksi benda yang berada jauh berwarana gelap/hitam, namun
mata kita tidak “melihat” mobil. Mengenali bahwa benda yang jauh berwarna
benda itu sendiri (hal yang dilakukan oleh otak terhadap bahan mentah yang ada)
mendapatkan data tertentu dari suatu tempat. Kegiatan ini mendapatkan data
kuliah daring atau online dan dilakukan pada hari Jumat sesuai jadwal praktikum.
Penyusunan laporan praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu, 27 September 2020.
1. ATK
2. BPP
3. Kuota Internet
4. Laptop
III.4 Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder;
a. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung di peroleh dari petani. Data primer
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi atau lembaga
yang terkait dengan kegiatan ini. Sumber dari data sekunder ini diperoleh
dari internet.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Risiko yang Dihadapi Petani Padi di Desa Sidosari Natar Lampung
Selatan
Selatan
Risiko adalah sesuatu yang dihadapi oleh petani padi dalam usahatani,
dapat berasal dari produksi, harga atau pasar, institusi, manusia atau
iklim (intensitas hujan yang tinggi dan musim kemarau yang lama), dan
dalam usahatani padi, terlebih pada musim panen terakhir tanaman padi
milik petani habis di serang oleh hama wereng, sehingga sebagian petani
2) Risiko PasaratauHarga
Tabel .... Risiko yang Bersumber dari Pasar
No. Risiko yang bersumber dari pasaratauharga Jawaban
2 a. Harga jual gabahatauberas fluktuatifataunaik-turun Normal
b. Harga input (pupuk, bibitataubenih, dan pestisida)
√
yang mahal
c. Permintaan pasar terhadap beras berkurang Normal
dihadapi petani yaitu ketika harga jual gabah yang rendah dengan harga
input yang mahal sehingga akan mempersulit petani dalam hal biaya
produksi, bahkan dapat membuat petani rugi. Harga jual beras normal
artinya ketika panen raya harganya memang murah dan itu memang
padi saat panen raya atau panen secara bersamaan atau besar-besaran.
Harga input yang mahal karena ketersediaan pupuk terbatas, yang hanya
3) Risiko Institusi
Tabel . Risiko yang Bersumber dari Institusi
No. Risiko yang bersumber dari institusi Jawaban
3 a. Tidak adanya penyuluh pertanian yang bertugas di
√
Desa Sidosari
b. Kebijakan pemerintah yang kurang memihak
kepada petani kecilataurakyat. √
risiko bagi petani. Petani menganggap hal itu sangat penting sebagai
padi. Risiko dari manajemen sumber daya manusia yaitu kerusakan alat-
alat produksi dan sulitnya mencari tenaga kerja dalam kegiatan produksi
secara bergantian, karena menurut Bapak Tukiman alat traktor ini hanya
khususanya anak-anak muda dengan alasan gaji atau upah yang sangat
minim. Padahal menurut Bapak Tukiman gaji petani di desa Sidosari ini
relatif mahal atau setara dengan gaji para tukang bangunan atau buruh
5) Risiko Keuangan
Tabel . Risiko yang Bersumber dari Keuangan
keungan yaitu, modal yang dimiliki untuk usahatani padi sedikit dan
tinggi). Resiko pinjaman modal ke bank yaitu adanya bunga yang terlalu
meminjam ke bos atau juragan padi yang mempunyai bunga minim serta
b. Tingkat Risiko
bersumber dari berbagai macam kondisi, baik risiko yang bersumber dari
yang dialami oleh petani. Risiko ini mengakibatkan para petani gagal total untuk
Organisme pengganggu tanaman yang umum muncul pada usahatani padi di Desa
Sidosari yaitu wereng, tikus, burung, belalang, ulat, gulma, penyakit jamur dan
membuat tanaman padi ambruk. Selain itu pada musim kemarau panjang tanaman
tinggi. Tenaga kerja diperlukan pada saat masa tanam dan perawatan. Biaya
tenaga kerja berkisar antara Rp 70.000,00.- - Rp 80.000,00.- per hari. Tingginya
Biaya input yang fluktuasi tanpa diikuti dengan kenaikan harga output
sebesar 40% dari kebutuhan modal. Para petani memilih untuk meminjam modal
4.2 Persepsi Petani Tentang Risiko yang Dihadapi dalam Usahatani Padi di
Desa Sidosari.
dianggap gagal oleh petani jika kerusakan padi secara total akibat hama, penyakit
sedang dengan tingkat kegagalan panen 20% - 65%. Petani tetap melakukan
usahataninya di lahan sawah setengah teknis dengan alasan dampak dari risiko
yang dihasilkan masih bisa diterima dan dapat dilakukan pencegahan untuk
mengurangi risikonya serta tidak ada pilihan lain, sehingga usahatani padi tetap
risiko merupakan suatu kejadian yang sangat mengganggu jalannya usahatani padi
harga input dan harga jual gabah. Namun demikian masih ada sebagian risiko bisa
dicegah dan diatasi seperti biaya tenaga kerja dan pengairan, dikarenakan lokasi
tempat usahatani padi di Desa Sidosari terdapat saluran irigasi setengah teknis.
4.3 Strategi petani dalam menghadapi risiko usahatani padi di Desa Sidosari
Tabel . Cara Petani Sebelum Terja di Resiko pada Usahatani Padi di Desa Sidosari
risiko usahatani padinya, dimulai dari sebelum terjadinya risiko, strategi yang
dilakukan petani sebelum terjadi sebuah risiko ada beberapa hal, diantaranya adanya
sikap petani yang dilakukan sebelum risiko terjadi yaitu membuat prediksi dengn
dengan baik dan benar, supaya tidak mengalami kerugian yang besar saat panen padi
tiba. Petani sudah paham mengenai kapan waktu musin hujan ataupun musim
kemarau tiba, hal ini sudah menjadi kebiasaan dan pengetahuan petani yang mendasar
Hal yang dilakukan petani sebelum terjadinya resiko usahatani padi tersebut,
usahatani padi (contoh: pengolahan lahan, irigasi dll). Hal ini bertujuan agar saat
proses produksi usaha tani padi dapat terencana dengan baik dan teroganisir agar
Tabel . Cara Petani Menghadapi Resiko dalam Masa Produksi pada Usahatani Padi di
apakah baik atau buruk, sehingga untuk mendapatkan hasil yang berkualitas baik
berbagai cara atau solusi pun dilakukan salah satunya petani lebih memilih
memperhatikan jarak tanam padi. Petani memilih menggunakan pupuk antar musim
kering dan penghujan, hal ini bertujuan untuk membuat tanaman padi dapat tumbuh
stabil pada saat pergantian musim. Petani juga memilih untuk merawat irigasi
Tabel . Cara Petani Menghadapi Setelah Terjadi Resiko pada Usahatani Padi di Desa
Masa setelah mengalami risiko adalah masa dimana petani sudah merasa rugi
yang disebabkan oleh risiko, petani merasa rugi apabila kerusakan lebih dari setengah
lahan. Petani memilih tetap melanjutkan usahataninya sampai masa panen, walaupun
produksi padi tidak sesuai dengan yang diharapkan, disamping itu juga mencari
menanam padi dengan tujuan agar ada penghsilan tambahan ketika produksi padi
lahan. Luas lahan garapan petani padi sawah di Desa Sidosari masih mungkin
ditingkatkan karena masih banyak petani sampel yang mempunyai luas lahan lebih
dari 2 Ha. Soegoto dan Sumarauw (2014) mengungkapkan bahwa penguasaan lahan
yang lebih besar akan memungkinkan petani memperoleh keuntungan yang lebih
tinggi dari usahanya dibandingkan dengan hanya memiliki lahan kurang dari 0,5 Ha.
sebear 80%, sehingga perlu dilakukan penguatan pengembangan usaha tani untuk
pamong desa dan instansi terkait agar kelompok tani makin terikat oleh kepentingan
dan tujuan bersama meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani. Strategi ini
kekurangan air. Masalah kekeringan pada musim kemarau banyak juga dirasakan
oleh petani padi sawah, sehingga perlu dukungan pemerintah dalam meningkatkan
terpenuhinya kebutuhan air bagi usaha tani padi sawah. Strategi ini diupayakan dapat
kerjasama dengan pemerintah dan pihak lainnya. Kurangnya pengetahuan dan masih
terkait penggunaan input produksi seperti pupuk, pestisida, benih unggul, dan
lainlain. Untuk itu perlu menjalin hubungan yang baik bersama pemerintah dan pihak
tentang pemakaian pupuk, pestisida, dan herbisida yang tepat, agar dapat mengurangi
sumber daya manusia, yaitu melalui program pelatihan, magang dan penyuluhan.
penyakit tanaman. Serangan hama penyakit seperti wereng cokelat dan tikus menjadi
keresahan bagi petani dan juga rata-rata petani masih menggunakan benih yang
diproduksi sendiri yang belum diketahui mutu dari benih tersebut. Sehingga perlu
penggunaan varietas yang tahan terhadap penyakit adalah cara pengendalian yang
murah, mudah, aman, dan efektif. Strategi ini diupayakan untuk mengurangi risiko
produksi, karena karena hampir semua masih menggunakan benih yang diproduksi
5.1 Kesimpulan
bencana alam (seperti banjir dan kekeringan), 2) perubahan cuaca dan iklim
OPT (serangan hama wereng), 5) kesulitan pengolahan lahan karena tidak bisa
dilalui oleh traktor, 7) mencari pinjaman modal yang sulit. Berdasarkan hasil
analisis risiko yaitu; risiko produksi, biaya dan pendapatan risikonya rendah
3. Cara yang dipilih oleh petani dalam menghadapi risiko; 1) sebelum melakukan
usahatani padi petani atau sebelum mengalami risiko petani membuat prediksi
sesuatunya dengan baik dan benar, 2) saat masa produksi apabila terserang
hama dan penyakit petani lebih banyak memilih untuk membasmi hama dengan
menggunakan pestisida yang lebih cepat dan terbukti, walaupun petani sudah
membantu para petani dalam mengatasi risiko di desa Sidosari seperti bencana
alam (pembangunan tegal atau batas sungai secara permanen sehingga petani
saluran irigasi sehingga apabila terjadi musim hujan pengairan dapat distabilkan
atau lahan petani tidak kebanjiran dan pada saat musim kemarau pengairan
lahan pertanian tetap berjalan normal atau lancar tidak kekurangan air), hama
kelompok tani atau koperasi simpan pinjam, sehingga petani tidak takut
usahataninya)
2. Petani tidak perlu memandang bahwa risiko usahatani merupakan suatu hal
yang buruk, karena dari setiap risiko yang ada masih dapat dikurang atau diatasi
dampak negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahari, H., Leksono, E. B., & Ismiyah, E. (2018). Pendekatan risk management &
analisis SWOT untuk mengantisipasi penurunan laba di Ecos Minimart Gresik.
Jurnal MATRIK, XVIII(2), 23–40. https://doi.org/10.350587/Matrik
Harwood, J., et.al. 1999. Managing Risk in Farming Concepts, Researh, and
Analysis. Washington DC: Economic Research Service, USDA.
Lubis, Asrihadi Nowyan. 2009. Manajemen Risiko Produksi dan Penerimaan Padi
Semi Organik (Studi: Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa
Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor). Skripsi: Institut Pertanian Bogor.
Norfahmi, F., Kusnadi, N., Nurmalina, R., & Winandi, R. (2017). Analisis curahan
kerja rumah tangga petani pada usahatani padi dan dampaknya terhadap
pendapatan keluarga. Jurnal Informatika Pertanian, 26(1), 13–22.
Renthiandy, Pratiska Anevi, Joko Sutrisno, Mei Tri Sundari. 2013. Analisis Risiko
Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karang Anyar. Skripsi:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Soegoto, A. S., & Sumarauw, J. S. (2014). Analisis manajemen usaha petani dan
pertanian di kawasan agropolitan Dumoga untuk menopang ketahanan pangan
Nasional. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis, Dan Akuntansi (EMBA), 2(4),
233–245.