Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN

MANAJEMEN RESIKO USAHATANI PADI


DI DESA SIDOSARI NATAR LAMPUNG SELATAN

Oleh :
Cahya Permata Sari
Ida Muthoharoh
Nurhana Tambunan
Wulantika

JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PANGAN
POLITEKNIK NERGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Provinsi Lampung adalah salah satu provinsi yang mengutamakan

pembangunan di sektor pertanian. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung

(2013) menyebutkan, sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan

sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB Lampung yaitu memasok sekitar

35,54%. Sektor pertanian tersebut kemudian terbagi lagi menjadi lima subsektor

yaitu subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan,

kehutanan dan subsektor perikanan. Subsektor tanaman bahan makanan memiliki

peran paling besar dibandingkan subsektor pertanian lain. Angka PDRB bagian

tanaman pangan yang tinggi sebesar 18,76% menunjukan bahwa produksi dan

penyerapan tenaga kerja di bidang tanaman pangan cukup tinggi. Hal tersebut

dikarenakan tanaman pangan adalah kebutuhan konsumsi manusia yang harus

terpenuhi demi kelangsungan hidup manusia.

Komoditi tanaman pangan yang penting dan mengambil peran dalam

pembangunan sektor pertanian adalah komoditas padi. Padi merupakan salah satu

komoditas utama yang ditanam petani Indonesia yang menghasilkan beras sebagai

makanan pokok penduduk Indonesia. Berbagai kegiatan usaha di bidang pertanian

sering terjadi situasi ekstrim, yaitu kejadian yang mengandung risiko (risk

events) dan kejadian yang tidak pasti (uncertaintyevents). Risiko produksi

pertanian lebih besar dibandingkan risiko non pertanian, karena pertanian sangat

dipengaruhi oleh alam seperti cuaca, hama penyakit, suhu, kekeringan, danbanjir.

Selain alam, risiko dapat ditimbulkan oleh kegiatan pemasaran.


Risiko merupakan suatu hal yang harus dihadapi siapa saja. Tindakan

untuk menghindari risiko merupakan hal yang cukup sulit untuk dilakukan,

sehingga yang paling mudah ialah bagaimana mengelola risiko dengan baik.

Risiko yang dikelola dengan baik akan meminimalisir kerugian yang diperoleh.

Risiko dalam bisnis merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Robison dan

Barry dalam Assafa (2014: 13) menyatakan bahwa seorang pengambil keputusan

harus memperhatikan tiga hal penting yang berkaitan dengan risiko, yakni

seberapa besar kemampuan risiko yang akan mempengaruhi seluruh kombinasi

keputusan yang dibuat dalam bisnis, sumber informasi apa yang tersedia untuk

memprediksi risiko bisnis yang akan dihadapi dan alternatif apa saja yang tersedia

untuk meminimalisir risiko bisnis yang dihadapi.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja risiko yang dihadapi petani padi di daerah perbukitan di desa

Sidosari, kecamatan Natar, kabupaten Lampung Selatan dan bagaimana

risikonya terhadap harga, produksi dan pendapatan petani?

2. Bagaimana persepsi petani padi terhadap risiko usahatani padi di desa

Sidosari, kecamatan Natar, kabupaten Lampung Selatan ?

3. Bagaimana cara petani padi dalam menghadapi risiko usahatani padi di

desa Sidosari, kecamatan Natar, kabupaten Lampung Selatan?


I.3 Tujuan

1. Mengetahui risiko yang dihadapi petani padi di desa Sidosari,

kecamatan Natar, kabupaten Lampung Selatan dan bagaimana

risikonya terhadap harga, produksi dan pendapatan petani.

2. Mengetahui persepsi petani padi terhadap risiko usahatani padi di desa

Sidosari, kecamatan Natar, kabupaten Lampung Selatan.

3. Mengetahui cara petani padi dalam menghadapi risiko usahatani di

desa Sidosari, kecamatan Natar, kabupaten Lampung Selatan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Padi

Padi adalah tumbuhan yang mudah ditemukan, terutama di daerah

pedesaan. Hamparan persawahan di pedesaan dipenuhi dengan tanaman padi.

Tanaman tersebut digunakan sebagai sumber makanan pokok bagi masyarakat di

Indonesia. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. Padi (bahasa

latin: Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam

peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman budidaya, padi juga

digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga (genus) yang sama,

yang biasa disebut sebagai padi liar. Tanaman padi merupakan jenis tanaman

rumput-rumputan. Tanaman padi mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas :

Monocotyledoneae, Ordo : Poales, Famili : Graminae Genus : Oryza Linn Species

: Oryza sativa L. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas

maupun daerah yang banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata

200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang

dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk

pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi

berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi

adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam

perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jumlah yang cukup. Padi dapat

tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm

dengan pH antara 4-7.


II.2 Risiko

Risiko merupakan suatu hal yang harus dihadapi siapa saja. Tindakan

untuk menghindari risiko merupakan hal yang cukup sulit untuk dilakukan,

sehingga yang paling mudah ialah bagaimana mengelola risiko dengan baik.

Risiko yang dikelola dengan baik akan meminimalisir kerugian yang diperoleh.

Risiko dalam bisnis merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Risiko yang

paling umum ditemui bisa dibagi ke dalam tiga kategori: keuangan, operasional,

dan strategis. Selain itu, risiko bisa bersifat internal atau eksternal kelembagaan.

Risiko internal sebagian besar berada dalam kendali petani karena terkait dengan

sistem operasional dan keputusan manajemen. Risiko eksternal sebagian besar di

luar kendali petani dikarenakan terkait dengan alam seperti bencana alam serta

cuaca yang tidak menentu (Goldberg dan Palladini, 2011: 2).

Risiko yang dihadapi dalam kegiatan bisnis maupun produksi, disebabkan

oleh adanya sumber-sumber penyebab terjadinya risiko. Identifikasi terhadap

sumber risiko produksi yang dihadapi penting untuk dilakukan. Petani

menghadapi beberapa risiko produksi seperti risiko dari pemilihan lahan yang

tepat, iklim, pengaturan irigasi dan variabel lainnya, hal ini sesuai dengan

pernyataan Hardwood et al (1999: 2). Risiko produksi lainnya yang akan dihadapi

petani dapat berasal dari hama dan penyakit.

II.3 Persepsi

Siagian (2004: 98) menyatakan persepsi merupakan suatu proses

seseorang/individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan


dalam usahanya memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungan.

Interpretasi seseorang/individu tentang kesan sensorinya mengenai lingkungan

atau suatu benda akan sangat berpengaruh pada prilakunya dalam menentukan apa

yang di pandangnya/dilihat. Persepsi tidak timbul begitu saja, secara umum ada

tiga faktor yang mempengaruhi persepsi:

a. Diri orang yang bersangkutan sendiri (diri sendiri)

b. Sasaran persepsi tersebut (obyek)

c. Faktor situasi (keadaan lingkungan)

Persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menginterprestasikan

informasi sensoris agar informasi tersebut menjadi bermakna, sel reseptor di mata

akan merekam mendeteksi benda yang berada jauh berwarana gelap/hitam, namun

mata kita tidak “melihat” mobil. Mengenali bahwa benda yang jauh berwarna

hitam tersebut sebagai mobil adalah persepsi. Persepsi merupakan pengenalan

benda itu sendiri (hal yang dilakukan oleh otak terhadap bahan mentah yang ada)

(King, 2016: 130).


III. METODE PRAKTIKUM

III.1 Desain Kegiatan

Desain kegiatan ini menggunakan metode survey, yaitu kegiatan untuk

mendapatkan data tertentu dari suatu tempat. Kegiatan ini mendapatkan data

primer dengan cara membagikan kuisioner dan wawancara, sedangkan untuk

memperoleh data sekunder mendapatkan data dari internet. Metode survey

digunakan untuk memudahkan penulisan laporan praktikum.

III.2 Tempat dan Waktu Kegiatan

Praktikum Matakuliah Manajemen Resiko dilakukan di rumah melalui

kuliah daring atau online dan dilakukan pada hari Jumat sesuai jadwal praktikum.

Penyusunan laporan praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu, 27 September 2020.

Kegiatan tentang Manajemen Resiko Usahatani Padi dilaksanakan Di Desa

Sidosari Natar Lampung Selatan.

III.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum sebagai berikut :

1. ATK

2. BPP

3. Kuota Internet

4. Laptop
III.4 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder;

a. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung di peroleh dari petani. Data primer

dalam kegiatan ini diperoleh melalui wawancara langsung kepada petani

padi dengan menyertakan/menggunakan kuisioner. Data primer yang

diambil adalah identitas petani responden, macam-macam risiko, persepsi

petani terhadap risiko dan cara petani dalam mengatasi risiko.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi atau lembaga

yang terkait dengan kegiatan ini. Sumber dari data sekunder ini diperoleh

dari internet.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Risiko yang Dihadapi Petani Padi di Desa Sidosari Natar Lampung

Selatan

a. Macam-macam Risiko Usahatani Padi di Desa Sidosari Natar Lampung

Selatan

Risiko adalah sesuatu yang dihadapi oleh petani padi dalam usahatani,

namun masih bisa dikendalikan. Risiko yang sering terjadi pada

pertanian dapat menurunkan tingkat pendapatan petani. Sumber risiko

dapat berasal dari produksi, harga atau pasar, institusi, manusia atau

orang, dan keuangan. Macam-macam risiko usahatani padi di Desa

Sidosari Natar Lampung Selatan yaitu:

1) Risiko yang bersumber dari produksi

Tabel . Risiko yang Bersumber dari Produksi

No Jenis Risiko Jawaban


1. Risiko yang bersumber dari produksi
a. Perubahan iklimataucuaca yang ekstrem √
b. Bencana alam (banjir dan kekeringan) √
c. Gangguan organisme pengganggu tanaman

(hama,penyakit dan gulma)

Risiko yang bersumber dari produksi adalah risiko yang

ditimbulkan adanya fluktuasi produksi. Risiko produksi yang dihadapi

petani padi di Desa Sidosari Natar Lampung Selatan adalah perubahan

iklim (intensitas hujan yang tinggi dan musim kemarau yang lama), dan

gangguan organisme pengganggu tanaman (hama, penyakit dan gulma).

Mayoritas petani menganggap bahwa perubahan iklim dan gangguan


organisme pengganggu tanaman sangat berpengaruhataumengganggu

dalam usahatani padi, terlebih pada musim panen terakhir tanaman padi

milik petani habis di serang oleh hama wereng, sehingga sebagian petani

tidak bisa memanen padi.

2) Risiko PasaratauHarga
Tabel .... Risiko yang Bersumber dari Pasar
No. Risiko yang bersumber dari pasaratauharga Jawaban
2 a. Harga jual gabahatauberas fluktuatifataunaik-turun Normal
b. Harga input (pupuk, bibitataubenih, dan pestisida)

yang mahal
c. Permintaan pasar terhadap beras berkurang Normal

Risiko pasaratauharga adalah risiko yang terkait permintaan dan

penawaran produk-produk pertanian. Risiko pasaratauharga yang

dihadapi petani yaitu ketika harga jual gabah yang rendah dengan harga

input yang mahal sehingga akan mempersulit petani dalam hal biaya

produksi, bahkan dapat membuat petani rugi. Harga jual beras normal

artinya ketika panen raya harganya memang murah dan itu memang

selalu terjadi pada petani, menurut bapak Tukiman karena banyaknya

padi saat panen raya atau panen secara bersamaan atau besar-besaran.

Harga input yang mahal karena ketersediaan pupuk terbatas, yang hanya

bisa didapatkan melalui kelompok tani saja.

3) Risiko Institusi
Tabel . Risiko yang Bersumber dari Institusi
No. Risiko yang bersumber dari institusi Jawaban
3 a. Tidak adanya penyuluh pertanian yang bertugas di

Desa Sidosari
b. Kebijakan pemerintah yang kurang memihak
kepada petani kecilataurakyat. √

c. Lambannya pembangunanataufasilitasi pertanian


yang dilakukan oleh pemerintah seperti √
pembangunan irigasi, jalan, gudang dll.

Risiko Institusi adalah risiko yang berasal dari lembagaatau

pemerintahan yang dapat mempengaruhi produksi petani.Risiko yang

bersumber dari institusi yaitu tidak adanya penyuluh pertanian yang

bertugas di Desa Sidosari, kebijakan pemerintah yang kurang memihak

kepada petani kecilataurakyat, dan lambannya pembangunanataufasilitasi

pertanian yang dilakukan oleh pemerintah seperti pembangunan irigasi,

jalan, gudang dll.

Petani menganggap kebijakan pemerintah yang kurang memihak

kepada petani kecilataurakyat (penetapan harga dan pengawasan dalam

pemasaran yang lemah sehingga petani dirugikan dengan adanya

tengkulak) dan lambannya pembangunanataufasilitasi pertanian yang

dilakukan oleh pemerintah seperti irigasi, jalan, gudang dll merupakan

risiko bagi petani. Petani menganggap hal itu sangat penting sebagai

penunjang dalam usahataninya semakin baikataubagus kebijakannya

terhadap petani dan pembangunan yang merata serta cepat dapat

meningkatkan taraf hidup seorang petani.

4) Risiko dari Sumber Daya Manusia


Tabel . Risiko dari Manajemen Sumber Daya Manusia
No. Risiko yang bersumber dari manusia Jawaban
4 a. Kerusakan alat-alat produksi (cangkul, traktor,
sabit, mesin perontok, dll) karena pengunaan √
yang terus menerus.
b. Kesehatan petani yang terganggu sehingga
membuat produksi usahataninya menjadi -
lambatatauterbengkalai
c. Hilangnya alat produksi pertanian karena dicuri
-
atau terkena kebakaran.
d. Berkurangnya tenaga kerja dalam kegiatan

produksi seperti menanam dan memanen dll.

Risiko dari manusia adalah risiko yang ditimbulkan oleh perilaku

manusia dalam kegiatan usahatani padi sehingga mempengaruhi produksi

padi. Risiko dari manajemen sumber daya manusia yaitu kerusakan alat-

alat produksi dan sulitnya mencari tenaga kerja dalam kegiatan produksi

seperti menanam dan perawatan. Resiko yang sangat mendasar yaitu

rusaknya alat-alat pertanian khusunya traktor atau bajak yang dipakai

secara bergantian, karena menurut Bapak Tukiman alat traktor ini hanya

satu untuk satu kelompok tani jaadi secara berganti-gantian

pemakaiannya antar anggota. Selain itu, tenaga kerja untuk kegiatan

produksi uasaha tani padi sekarang sangatlah sulit menurut Bapak

Tukiman, karena sedikit sekali yang ingin terjun sebagai petani

khususanya anak-anak muda dengan alasan gaji atau upah yang sangat

minim. Padahal menurut Bapak Tukiman gaji petani di desa Sidosari ini

relatif mahal atau setara dengan gaji para tukang bangunan atau buruh

yang berkisar anatara Rp 70.000 – Rp. 80.000 per hari nya.

5) Risiko Keuangan
Tabel . Risiko yang Bersumber dari Keuangan

No. Risiko yang bersumber dari keuangan Jawaban


5 a. Modal yang dimiliki untuk usahatani padi sedikit √
b. Tidak adanya koperasi yang memberikan
-
pinjaman modal untuk usahataniataupetani.
c. Pengeluaran kebutuhan rumah tangga yang
besar, sehingga menghambat untuk melakukan -
usahatani.
d. Pinjaman di Bank yang sulit dikarenakan (suku

bungan pinjaman yang tinggi)

Risiko keuangan merupakan dampak bagi seorang petani akibat

dari cara petani mengelola keuangannya. Risiko yang bersumber dari

keungan yaitu, modal yang dimiliki untuk usahatani padi sedikit dan

Pinjaman di Bank yang sulit dikarenakan (suku bunga pinjaman yang

tinggi). Resiko pinjaman modal ke bank yaitu adanya bunga yang terlalu

tinggai serta akses atau cara peminjaman yang menyulitkan petani.

Sehingga petani enggan meminjam modal ke bank dan memilih

meminjam ke bos atau juragan padi yang mempunyai bunga minim serta

proses pembayarannya menggunakan padi.

b. Tingkat Risiko

Tingkatan risiko dilihat dari peluang terjadinya dan kerugian yang

dialami akibat adanya risiko. Terdapat beberapa macam risiko yang

bersumber dari berbagai macam kondisi, baik risiko yang bersumber dari

produksi, pasar, institusi, SDM, dan keuangan. Berikut Diagram

tingkatan risiko yang dialami oleh petani padi di Desa Sidosari.


45
40
40
35
30
25
20
20
15
15
10
10 8 7
5
0
Organisme Perubahan Iklim Biaya Tenaga Biaya Input Modal Kebijakan
Pengganggu Kerja Tinggi Tinggi Pemerintah
Tanaman

Tingkat Risiko (%)

Diagram 1. Tingkat Risiko Usahhatani Padi di Desa Sidosari

Gangguan organisme pengganggu tanaman merupakan risiko tertinggi

yang dialami oleh petani. Risiko ini mengakibatkan para petani gagal total untuk

memanen hasil usahataninya. Sehingga para petani mengalami kerugian.

Organisme pengganggu tanaman yang umum muncul pada usahatani padi di Desa

Sidosari yaitu wereng, tikus, burung, belalang, ulat, gulma, penyakit jamur dan

daun kering (kresek).

Perubahan iklim yang biasa terjadi pada bulan April mengakibatkan

terganggunya pertumbuhan padi. Hujan yang lebat disertai angin kencang

membuat tanaman padi ambruk. Selain itu pada musim kemarau panjang tanaman

padi kekurangan air, sehingga terjadi penurunan hasil produksi.

Tenaga kerja sulit ditemui, sehingga mengharuskan biaya tanaga kerja

tinggi. Tenaga kerja diperlukan pada saat masa tanam dan perawatan. Biaya
tenaga kerja berkisar antara Rp 70.000,00.- - Rp 80.000,00.- per hari. Tingginya

biaya tenaga kerja mengakibatkan penghasilan usahatani menurun.

Biaya input yang fluktuasi tanpa diikuti dengan kenaikan harga output

mengakibatkan menipisnya pendapatan petani. Sehingga kebijakan pemerintah

sangat diperlukan untuk membantu meningkatkan pendapatan petani, baik dalam

kebijakan harga dasar gabah dan subsidi input produksi.

Pada umumnya petani hanya mampu memenuhi modal usahataninya

sebesar 40% dari kebutuhan modal. Para petani memilih untuk meminjam modal

ke tengkulak. Hal ini dikarenakan petani kesusahan dalam proses peminjaman

modal ke pihak bank.

4.2 Persepsi Petani Tentang Risiko yang Dihadapi dalam Usahatani Padi di

Desa Sidosari Natar Lampung Selatan

Perbedaan pengertian antara risiko dan ketidakpastian belum terdefinisi

dengan jelas. Ketidakpastian dapat dideskripsikan sebagai karakter dan

lingkungan ekonomi yang dihadapi petani. Lingkungan tersebut mengandung

beragam ketidakpastian yang direspon petani berdasarkan kepercayaan subyektif

petani. Tabel 1 mendeskripsikan persepsi petani terhadap risiko usahatani padi di

Desa Sidosari.

Tabel 1 menjelaskan bahwa petani menganggap risiko adalah semua faktor

yang menyebabkan kerugian namun sebagian faktor bisa di kurangi. Usahatani

dianggap gagal oleh petani jika kerusakan padi secara total akibat hama, penyakit

dan bencana alam.


Tingkat risiko produktivitas usahatani padi menurut persepsi petani adalah

sedang dengan tingkat kegagalan panen 20% - 65%. Petani tetap melakukan

usahataninya di lahan sawah setengah teknis dengan alasan dampak dari risiko

yang dihasilkan masih bisa diterima dan dapat dilakukan pencegahan untuk

mengurangi risikonya serta tidak ada pilihan lain, sehingga usahatani padi tetap

dilakukan meski harus menanggung risiko.

Tabel 1. Persepsi Petani Terhadap Risiko Usahatani Padi di Desa


Sidosari
No Keteran Persentase
gan (%)
1. Risiko menurut persepsi petani
a. Semua hal yang dapat menyebabkan
30
kerugian pada usahatani padi
b. Semua faktor yang menyebabkan kerugian
namun sebagian faktor bisa di mengurangi 50
keuntungan
c. Konsekuensi yang menjadi beban petani
jika melakukan usahatani padi seperti, 20
harga input, output, sarana produksi dll.
Total 100
2. Usahatani padi yang dikatakan gagal menurut persepsi petani
a. Produksi padi yang dihasilkan relatif
30
rendah
b. Harga jual gabah yang relatif rendah,
mendekati titik impas (tidak untung, tidak 20
rugi)
c. Kerusakan padi secara total akibat hama
50
dan penyakit
Total 100
3. Tingkat risiko produktivitas usahatani padi menurut persepsi
petani
a. Tinggi (> 65% gagal panen) 0
b. Sedang (20-65% gagal panen) 100
c. Rendah (< 20% gagal panen) 0
Total 100
4. Meskipun berusahatani di daerah yang permukaan tanahnya tidak
rata dianggap berisiko, petani tetap mengusahakan usahatani
tersebut karena
a. Dampak risiko masih bisa diterima dengan
melakukan berbagai pencegahan atau masih 60
bisa di kurangi
b. Usahatani tetap dijalankan karena
usahatani padi lebih menguntungkan 0
dibandingkan usahatani lainnya
c. Usahatani lain lebih banyak risiko bila
0
dilakukan daripada usahatani padi
d. Tidak ada pilihan lain, sehingga usahatani
padi di daerah perbukitan tetap dilakukan
40
meski harus menanggung risiko seperti
kekeringan.
Total 100

Petani mempunyai persepsi buruk terhadap risiko karena menganggap

risiko merupakan suatu kejadian yang sangat mengganggu jalannya usahatani padi

seperti perubahan cuaca, serangan organisme pengganggu tanaman, kenaikan

harga input dan harga jual gabah. Namun demikian masih ada sebagian risiko bisa

dicegah dan diatasi seperti biaya tenaga kerja dan pengairan, dikarenakan lokasi

tempat usahatani padi di Desa Sidosari terdapat saluran irigasi setengah teknis.
4.3 Strategi petani dalam menghadapi risiko usahatani padi di Desa Sidosari

Kecamatan Natar Lampung Selatan

4.3.1 Strategi Petani Sebelum Terjadi Resiko

Tabel . Cara Petani Sebelum Terja di Resiko pada Usahatani Padi di Desa Sidosari

Kecamatan Natar Lampung Selatan

Sebelum Terjadi Risiko


Membuat prediksi dengan patokan musim guna untuk

menghindari kekeringan
Membuat persiapan seperti mempersiapkan segala faktor
penunjang produksi usahatani padi (contoh: pengolahan √
lahan, irigasi dll)

Berdasarkan tabel di atas, menjelaskan tentang bagaimana petani menghadapi

risiko usahatani padinya, dimulai dari sebelum terjadinya risiko, strategi yang

dilakukan petani sebelum terjadi sebuah risiko ada beberapa hal, diantaranya adanya

sikap petani yang dilakukan sebelum risiko terjadi yaitu membuat prediksi dengn

patokan musim, agar dapat memperkirakan dan mempersiapkan segala sesuatunya

dengan baik dan benar, supaya tidak mengalami kerugian yang besar saat panen padi

tiba. Petani sudah paham mengenai kapan waktu musin hujan ataupun musim

kemarau tiba, hal ini sudah menjadi kebiasaan dan pengetahuan petani yang mendasar

dalam berusahatani khususunya usahatani padi.

Hal yang dilakukan petani sebelum terjadinya resiko usahatani padi tersebut,

petani membuat persiapan seperti mempersiapkan segala faktor penunjang produksi

usahatani padi (contoh: pengolahan lahan, irigasi dll). Hal ini bertujuan agar saat

proses produksi usaha tani padi dapat terencana dengan baik dan teroganisir agar

menghasilkan produksi padi yang baik.


4.3.2 Startegi Petani Menghadapi Resiko pada Masa Produksi

Tabel . Cara Petani Menghadapi Resiko dalam Masa Produksi pada Usahatani Padi di

Desa Sidosari Kecamatan Natar Lampung Selatan

Dalam Masa Produksi


Metode penanaman seperti jarak tanam padi √
Penggunaan Pupuk yang digunakan antara musim kering
dan penghujan √
Pengendalian hama dengan menggunakan pestisida √
Perawatan irigasi secara terus menerus agar terhindar dari
kekeringan √

Masa produksi merupakan masa dimana dapat mentukan hasil produksi,

apakah baik atau buruk, sehingga untuk mendapatkan hasil yang berkualitas baik

berbagai cara atau solusi pun dilakukan salah satunya petani lebih memilih

mengendalikan hama dengan menggunakan pestisida dikarenakan lebih cepat

walaupun petani mengetahui bahwa pestisida tidak sepenuhnya aman,

memperhatikan jarak tanam padi. Petani memilih menggunakan pupuk antar musim

kering dan penghujan, hal ini bertujuan untuk membuat tanaman padi dapat tumbuh

stabil pada saat pergantian musim. Petani juga memilih untuk merawat irigasi

pengairan agar terhindar dari bencana kekeringan.

4.3 Strategi Petani dalam Menghadapi Resiko Setelah Terjadinya Resiko

Tabel . Cara Petani Menghadapi Setelah Terjadi Resiko pada Usahatani Padi di Desa

Sidosari Kecamatan Natar Lampung Selatan


Setelah Mengalami Risiko
Tetap melanjutkan usahatani padi sampai masa panen,

walau produksi padi tidak sesuai dengan yang diharapkan
Tetap melanjutkan usahatani padi, disamping itu juga
mencari pekerjaan lain guna untuk medapatkan pendapatan √
tambahan
Berpindah melakukan usahatani lainnya seperti (sayur-

sayuran, umbi- umbian, dll)

Masa setelah mengalami risiko adalah masa dimana petani sudah merasa rugi

yang disebabkan oleh risiko, petani merasa rugi apabila kerusakan lebih dari setengah

lahan. Petani memilih tetap melanjutkan usahataninya sampai masa panen, walaupun

produksi padi tidak sesuai dengan yang diharapkan, disamping itu juga mencari

pekerjaan lain guna untuk mendapatkan tambahan. Menanam sayuran disamping

menanam padi dengan tujuan agar ada penghsilan tambahan ketika produksi padi

yang tidak maksimal.

4.4 Strategi Pengendalian Resiko dari Sudut Pandang Mahasiswa Pertanian

4.4.1 Strategi Penurunan Resiko Produksi

Pengoptimalan penggunaan luas lahan sebagai salah satu upaya pemanfaatan

lahan. Luas lahan garapan petani padi sawah di Desa Sidosari masih mungkin

ditingkatkan karena masih banyak petani sampel yang mempunyai luas lahan lebih

dari 2 Ha. Soegoto dan Sumarauw (2014) mengungkapkan bahwa penguasaan lahan

yang lebih besar akan memungkinkan petani memperoleh keuntungan yang lebih

tinggi dari usahanya dibandingkan dengan hanya memiliki lahan kurang dari 0,5 Ha.

Strategi ini diupayakan bagi petani untuk menurunkan risiko produksi.


Desa Sidosari mayoritas masyrakatnya bermata pencaharian sebagai petani

sebear 80%, sehingga perlu dilakukan penguatan pengembangan usaha tani untuk

meningkatkan produksi melalui pengembangan sarana irigasi, memperkenalkan

metoda-metoda terbaru dalam berusaha tani padi, serta penguatan kelembagaan

petani melalui pendampingan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani.

Hermanto dan Swastika (2011) mengungkapkan bahwa penguatan kelembagaan

kelompok tani melalui pendampingan dan pertemuan yang dihadiri penyuluh,

pamong desa dan instansi terkait agar kelompok tani makin terikat oleh kepentingan

dan tujuan bersama meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani. Strategi ini

diupayakan dapat meningkatkan produksi padi sawah di Desa Sidosari Kecamatan

Natar Lampung Selatan.

4.4.2 Strategi Resiko Infrastruktur

Peningkatan pembangunan bendungan dan embung untuk meminimalisir

kekurangan air. Masalah kekeringan pada musim kemarau banyak juga dirasakan

oleh petani padi sawah, sehingga perlu dukungan pemerintah dalam meningkatkan

pemerataan pembangunan irigasi seperti bendungan dan embung dalam rangka

terpenuhinya kebutuhan air bagi usaha tani padi sawah. Strategi ini diupayakan dapat

mengurangi risiko kekeringan pada musim kemarau.

4.4.3 Strategi dalam Menghadapi Resiko Kelembangaan

Keikutsertaan dalam pelatihan-pelatihan dan pembinaan melalui peningkatan

kerjasama dengan pemerintah dan pihak lainnya. Kurangnya pengetahuan dan masih

rendahnya pendidikan menjadi kendala bagi petani dalam mengambil keputusan

terkait penggunaan input produksi seperti pupuk, pestisida, benih unggul, dan
lainlain. Untuk itu perlu menjalin hubungan yang baik bersama pemerintah dan pihak

lainnya seperti LSM, untuk mendapatkan ilmu melalui pelatihan-pelatihan dan

pembinaan terkait manajemen kerja, penguatan modal, serta menambah pengetahuan

tentang pemakaian pupuk, pestisida, dan herbisida yang tepat, agar dapat mengurangi

risiko produksi. Norfahmi et al. (2017) mengungkapkan bahwa pembukaan

kesempatan kerja mendukung sektor pertanian dan meningkatkan kemampuan

sumber daya manusia, yaitu melalui program pelatihan, magang dan penyuluhan.

4.4.4 Strategi dalam Menghadapi Resiko Proses Produksi


Penggunaan benih unggul atau varietas yang tahan terhadap hama dan

penyakit tanaman. Serangan hama penyakit seperti wereng cokelat dan tikus menjadi

keresahan bagi petani dan juga rata-rata petani masih menggunakan benih yang

diproduksi sendiri yang belum diketahui mutu dari benih tersebut. Sehingga perlu

peran penyuluh dalam mensosialisasikan penggunaan benih unggul yang resisten

terhadap hama dan penyakit tanaman. Nuryanto (2018) menyatakan bahwa

penggunaan varietas yang tahan terhadap penyakit adalah cara pengendalian yang

murah, mudah, aman, dan efektif. Strategi ini diupayakan untuk mengurangi risiko

produksi, karena karena hampir semua masih menggunakan benih yang diproduksi

sendiri dan bukan benih bersertifikat.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Macam-macam risiko yang dihadapi petani padi di Desa Sidosari adalah 1)

bencana alam (seperti banjir dan kekeringan), 2) perubahan cuaca dan iklim

(seperti lebih lamanya musim kemarau daripada musim hujan), 3) gangguan

OPT (serangan hama wereng), 5) kesulitan pengolahan lahan karena tidak bisa

dilalui oleh traktor, 7) mencari pinjaman modal yang sulit. Berdasarkan hasil

analisis risiko yaitu; risiko produksi, biaya dan pendapatan risikonya rendah

2. Petani mempunyai persepsi buruk terhadap risiko karena menganggap risiko

merupakan suatu kejadian yang sangat mengganggu jalannya usahatani padi,

walaupun masih ada sebagian risiko bisa dicegah dan diatasi.

3. Cara yang dipilih oleh petani dalam menghadapi risiko; 1) sebelum melakukan

usahatani padi petani atau sebelum mengalami risiko petani membuat prediksi

dengan patokan musim, agar dapat memperkirakan dan mempersiapkan segala

sesuatunya dengan baik dan benar, 2) saat masa produksi apabila terserang

hama dan penyakit petani lebih banyak memilih untuk membasmi hama dengan

menggunakan pestisida yang lebih cepat dan terbukti, walaupun petani sudah

mengetahui dampaknya dan 3) setelah mengalami risiko, petani tetap

melakukan/menyelesaikan usahataninya walaupun produksi padi tidak sesuai

dengan yang diharapkan.


5.2 Saran

1. Lembaga pemerintahan, pertanian dan pembangunan lebih aktif untuk

membantu para petani dalam mengatasi risiko di desa Sidosari seperti bencana

alam (pembangunan tegal atau batas sungai secara permanen sehingga petani

terhindar dari risiko banjir pada sawahnya), perubahan iklim (pembangunan

saluran irigasi sehingga apabila terjadi musim hujan pengairan dapat distabilkan

atau lahan petani tidak kebanjiran dan pada saat musim kemarau pengairan

lahan pertanian tetap berjalan normal atau lancar tidak kekurangan air), hama

dan penyakit (memberikan pendampingan penyuluh pertanian), pasar

(menetapkan harga terendah di petani sehingga petani bisa sejahtera) dan

keuangan (mempermudahkan peminjaman uang dengan atau melalui peran

kelompok tani atau koperasi simpan pinjam, sehingga petani tidak takut

mengalami kegagalan dan petani akan lebih mudah untuk memulai

usahataninya)

2. Petani tidak perlu memandang bahwa risiko usahatani merupakan suatu hal

yang buruk, karena dari setiap risiko yang ada masih dapat dikurang atau diatasi

dampak negatifnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bahari, H., Leksono, E. B., & Ismiyah, E. (2018). Pendekatan risk management &
analisis SWOT untuk mengantisipasi penurunan laba di Ecos Minimart Gresik.
Jurnal MATRIK, XVIII(2), 23–40. https://doi.org/10.350587/Matrik

Darmawi, Hermawan. 2016. Manajemen Risiko Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara


Goldberg, Mike dan Eric Palladini. 2011. Managing Risk And Creating Value With
Microfinance. Jakarta: Salemba Empat.

Harwood, J., et.al. 1999. Managing Risk in Farming Concepts, Researh, and
Analysis. Washington DC: Economic Research Service, USDA.

Hermanto, & Swastika, D. K. S. (2011). Penguatan kelompok tani: Langkah awal


peningkatan kesejahteraan petani. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, 9(1),
371–390.

King A, Laura. 2016. Psikologi Umum (Sebuah Pandangan Apresiatif). Jakarta:


Salemba Humanika.

Lubis, Asrihadi Nowyan. 2009. Manajemen Risiko Produksi dan Penerimaan Padi
Semi Organik (Studi: Petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih di Desa
Ciburuy, Kec. Cigombong, Kab. Bogor). Skripsi: Institut Pertanian Bogor.

Norfahmi, F., Kusnadi, N., Nurmalina, R., & Winandi, R. (2017). Analisis curahan
kerja rumah tangga petani pada usahatani padi dan dampaknya terhadap
pendapatan keluarga. Jurnal Informatika Pertanian, 26(1), 13–22.

Nuryanto, B. (2018). Pengendalian penyakit tanaman padi berwawasan lingkungan


melalui pengelolaan komponen epidemik. Jurnal Litbang Pertanian, 37(1), 1–
12. https://doi.org/10.21082/jp3.v37n1.2018.p1-8

Ramadhana, Akhmad Raihan. 2013. Analisis Risiko Produksi Usahatani Padi


Sebagai Dasar Pengembangan Asuransi Pertanian (Kasus: Desa Sukaratu,
Kecamatan Gekbrong, Cianjur. Skripsi: Institut Pertanian Bogor.

Renthiandy, Pratiska Anevi, Joko Sutrisno, Mei Tri Sundari. 2013. Analisis Risiko
Usahatani Padi di Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karang Anyar. Skripsi:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Soegoto, A. S., & Sumarauw, J. S. (2014). Analisis manajemen usaha petani dan
pertanian di kawasan agropolitan Dumoga untuk menopang ketahanan pangan
Nasional. Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis, Dan Akuntansi (EMBA), 2(4),
233–245.

Anda mungkin juga menyukai