Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY.

Y DENGAN
DIABETES MELLITUS TIPE II (HIPOGLIKEMI) DI INSTALASI GAWAT
DARURAT RSUD SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi sebagai persyaratan
Meraih derajat Profesi Ners (Ns)

Diajukan Oleh:

NOOR RACHMI WULAN MUSTIKA


J 230 113 017

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
NASKAH PUBLIKASI
1

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY. Y


DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE II (HIPOGLIKEMI)
DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD SRAGEN

Noor Rachmi Wulan Mustika*


Arina Maliya, A.Kep., M.Si.Med.**
Indah Kartikowati, S.Kep., Ns. ***

Abstrak

Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang


prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita diabetes mellitus salah satunya adalah hipoglikemi.
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah sewaktu dibawah 60
mg/dl yang terjadi karena kelebihan dosis insulin pada penderita diabetes
mellitus baik per-oral maupun per-IV, penggunaan sulfonylurea, kurangnya
konsumsi makanan yang cukup, latihan fisik yang berlebih dan situasi stress
yang dapat mengakibatkan penurunan kesadaran bahkan jika tidak segera
ditangani dengan baik akan menimbulkan kematian. Tujuan umum dari penulisan
karya tulis ilmiah ini adalah agar bisa mendapatkan pengalaman yang nyata dan
mampu melakukan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien Diabetes
Mellitus dengan Hipoglikemi. Metode yang diambil adalah wawancara,
pemeriksaan fisik dan studi dokumen. Kesimpulan dari karya tulis ilmiah ini
adalah pada pasien Ny Y dengan Diabetes Mellitus (Hipoglikemi) terjadi
permasalahan resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dan resiko penurunan
perfusi jaringan perifer yang memerlukan perhatian khusus perawat dalam
penanganannya.

Kata kunci : diabetes mellitus, hipoglikemi, gawat darurat

Daftar Pustaka: 21 (2001-2012)


2

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

NURSING CARE EMERGENCY MISS. Y WITH


HYPOGLYCEMIA IN TYPE II DIABETES ON THE
EMERGENCY INSTALATION SRAGEN HOSPITAL

Noor Rachmi Wulan Mustika*


Arina Maliya, A.Kep., M.Si.Med.**
Indah Kartikowati, S.Kep., Ns. ***

Abstract

Diabetes is one of the prevalence of non-communicable diseases are


increasing from year to year. Many of the complications that can occur in people
with diabetes one of which is hypoglycemia. Hypoglycemia is a condition when
the blood glucose level below 60 mg/dl is happening because of an overdose of
insulin in patients with diabetes either by mouth or per-IV, the use of sulfonylurea,
lack of adequate food intake, excessive physical exercise and stressful situations
that can resulted in a decrease awareness even if not immediately treated
properly will lead to death. The general purpose of writing scientific papers are in
order to gain real experience and be able to perform proper nursing care in
patients with diabetes mellitus with hypoglycemia. The method is taken interview,
physical examination and study documents. The conclusions of this scientific
paper is Mrs. Y in patients with Diabetes (Hypoglycemia) in case of problems the
risk of instability of blood glucose levels and the risk of decreased peripheral
tissue perfusion that require special attention in handling nursing.

Key words: diabetes, hypoglycemia, emergency

Bibliography: 21 (2001-2012)
3

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

PENDAHULUAN keperawatan tentang “Asuhan


Keperawatan Gawat Darurat Pada
Latar Belakang Ny.Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
Diabetes mellitus merupakan suatu (Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat
kelompok penyakit metabolik dengan Darurat RSUD Sragen”.
karakteristik hiperglikemi yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya (Ernawati, LANDASAN TEORI
2012).
Terdapat komplikasi akut yang Diabetes Mellitus
dapat muncul pada penderita diabetes Diabetes Mellitus (DM) adalah
mellitus salah satunya adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
hipoglikemi dimana keadaan tubuh herediter dengan tanda-tanda
dengan kadar glukosa darah sewaktu hiperglikemia dan glukosuria, disertai
dibawah 60 mg/dl lebih rendah dari dengan atau tidak adanya gejala klinik
kebutuhan tubuh (Smeltzer, 2001). akut ataupun kronik sebagai akibat dari
Berdasarkan data WHO tahun kuranganya insulin efektif di dalam
2011 jumlah penderita diabetes tubuh (Suyono, 2003).
mellitus di dunia mencapai 200 juta Diabetes Mellitus mempunyai
jiwa. Indonesia menempati urutan ke- beberapa penyebab antara lain yaitu
empat terbesar dalam jumlah penderita kelainan sel beta pankreas yang gagal
diabetes mellitus di dunia, pada tahun melepas insulin, pemasukan
2011 terdapat sekitar 5,6 juta karbohidrat dan gula berlebihan,
penduduk Indonesia yang mengidap obesitas dan kehamilan, gangguan
diabetes. Menurut data dari Dinkes sistem imunitas yang disertai
Jateng (2011), prevalensi diabetes pembentukan sel-sel antibodi
mellitus tergantung insulin di Provinsi antipankreatik dan mengakibatkan
Jawa Tengah pada tahun 2011 kerusakan sel-sel penyekresi insulin
sebesar 0,09%, mengalami (Baradero, 2009).
peningkatan bila dibandingkan Klasifikasi diabetes mellitus antara
prevalensi tahun 2010 sebesar 0,08%. lain Diabetes mellitus tipe I yang
Adapun pasien yang datang ke IGD tergantung insulin (IDDM), diabetes
RSUD Sragen pada tanggal 2-28 Juli mellitus tipe II yang tidak tergantung
2012sebanyak 1.833 orang. Kasus insulin (NIDDM), dan diabetes mellitus
DM hipoglikemi yang ditemukan di karena sindroma lain seperti defek
IGD RSUD Sragen sebanyak 3 orang genetik fungsi sel beta dan kerja
(0,2%). Dari latar belakang di atas, insulin, penyakit eksokrin pankreas,
maka penulis tertarik untuk membuat endokrinopati, dan karena obat/ zat
Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan lain (Carlisle, 2005).
mengangkat judul “Asuhan Salah satu komplikasi dari diabetes
Keperawatan Gawat Darurat pada Ny. mellitus antara lain komplikasi akut
Y dengan Diabetes Mellitus Tipe II seperti hipoglikemia, diabetes
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat ketoasidosis, dan sindroma
Darurat RSUD Sragen”. hiperglikemia. Komplikasi jangka
panjang seperti gangguan retiopati,
Tujuan Penelitian nefropati dan neuropati (Baradero,
Mendapatkan pengalaman yang 2009).
nyata dan mampu melakukan asuhan
4

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

Hipoglikemia glukosa yang paling rendah. Kombinasi


Hipoglikemia adalah keadaan dari ketiadaan glukosa dan respon
dengan kadar glukosa darah sewaktu epinefrin yang lemah dapat
dibawah 60 mg/dl, kadar gula atau menyebabkan gejala klinis ketidak
glukosa di dalam tubuh lebih rendah sempurnaan pengaturan glukosa yang
dari kebutuhan tubuh (Smeltzer, meningkatkan resiko hipoglikemi berat.
2002). Penurunan respon epinefrin pada
Faktor yang memudahkan hipoglikemi adalah sebuah tanda dari
hipoglikemia antara lain kelebihan lemahnya respon saraf otonom yang
dosis insulin pada pengidap diabetes dapat menyebabkan gejala klinis
dependen-insulin per-oral maupun per- ketidaksadaran pada hipoglikemi
IV, penggunaan sulfonylurea, (Shafiee, 2012).
kurangnya konsumsi makanan yang Selain itu, pada pasien dengan
cukup, latihan fisik yang berlebih, dan hipoglikemia terjadi kematian jaringan
situasi stress (Nitil, 2011). yang disebabkan karena kekurangan
Gejala-gejala hipoglikemia terdiri oksigen pada jaringan tersebut yang
dari tiga fase yaitu fase sub luminal bahkan dapat mengancam kehidupan.
dengan kadar gula darah 60-50 mg/dl Keadaan ini terjadi karena adanya
gejala rasa lapar tiba-tiba. Fase kedua gangguan pada hematologi/
adalah aktivasi dengan kadar gula hemoglobin yang berperan sebagai
darah 50-20 mg/dl yang muncul gejala transport oksigen. Hemoglobin yang
adrenergik seperti palpitasi, keringat kekurangan glukosa akan
berlebihan, tremor, ketakutan, mual, mempengaruhi kualitas transport
muntah. Fase ketiga yaitu neurologi oksigen. Terapi oksigen adalah
dengan kadar gula darah <20 mg/dl memasukkan oksigen tambahan dari
dengan adanya gangguan fungsi otak luar ke paru melalui saluran
serta muncul gejala pusing, pandangan pernafasan dengan menggunakan alat
kabur, ketajaman mental menurun, sesuai kebutuhan (Narsih, 2007).
hilangnya skill motorik halus (Mansjoer, Penatalaksanaan pasien dengan
2001). hipoglikemik dibagi menjadi 2 yaitu
Pemeriksaan penunjang pada stadium permulaan (Sadar) dengan
pasien dengan hipoglikemia antara lain pemberian glukosa oral 10-20 gram
dengan pemeriksaan glukosa darah harus segera diberikan. Dapat berupa
sebelum dan sesudah suntikan gula murni (idealnya dalam bentuk
dekstrosa. tablet atau jelly) atau minuman yang
Price (2006) mengutarakan mengandung glukosa seperti jus buah
bahawa hipoglikemia terjadi karena segar. Jika stadium lanjut (Koma
ketidak mampuan hati memproduksi Hipoglikemia) diberikan bolus D10%
glukosa yang dapat disebabkan karena yang diikuti pemberian larutan glukosa
penurunan bahan pembentuk glukosa, 40% melalui vena sebanyak 2 flakon
penyakit hati atau ketidak seimbangan tiap 10-20 menit (ulangi 3x) hingga
hormonal. pasien sadar. Dilanjutkan dengan
Pada pasien hipoglikemi, terdapat pemberian D10% per infus 6 jam/ kolf.
defisit sel β langerhans, pengeluaran Bila belum teratasi dapat diberikan
kedua hormon pengatur insulin dan antagonis insulin seperti adrenalin,
glukagon benar-benar terputus. kortisol dosis tinggi, atau glukagon 1
Respon epinefrin terhadap hipoglikemi mg intravena. Untuk terapi hari
juga semakin melemah. Frekuensi selanjutnya pemberian dekstrosa
hipoglikemia berat, menurunkan batas menyesuaikan dengan keadaan gula
glukosa sampai ke tingkat plasma darah pasien (Arma, 2011).
5

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

Pengkajian keperawatan gawat normal, kriteria hasil kesadaran


darurat pada pasien hipoglikemi antara composmentis, GCS: E4 V5 M6, TTV
lain pengkajian primer ABCD dengan normal: TD 120/80 mmHg, N: 60-100
hasil yang meliputi tidak ada gangguan x/menit, Rr 16-24 x/menit, S: 36,5-
jalan nafas, frekuensi nafas > 24 37,50C, pupil isokor, ekstremitas kuat,
x/menit, nafas tersengal-sengal. respon motorik baik. Intervensi: kaji
hipotensi, bradikardi, nadi teraba tingkat kesadaran dan TTV,
lemah, hipotermi, akral dingin, anemis, pertahankan keefektifan jalan nafas,
capillary refill kembali < 2 detik, tremor, berikan posisi supinasi, kolaborasi
lemas, gelisah, terjadi penurunan pemberian terapi O2, glukosa 5%,
kesadaran. Pada pengkajian sekunder 10% atau 40% per-IV.
AMPLE ditemukan hasil antara lain Resiko penurunan perfusi jaringan
pasien mengkonsumsi insulin per-oral perifer berhubungan dengan diabetes
maupun per-IV, penggunaan mellitus, tujuan perfusi jaringan perifer
sulfonylurea, intake makan kurang. kembali normal, kriteria hasil TTV
Pengkajian head to toe: palpitasi, normal: TD 120/80 mmHg, N: 60-100
keringat berlebihan, tremor, ketakutan, x/menit, Rr 16-24 x/menit, S: 36,5-
pusing, pandangan kabur, ketajaman 37,50C, nadi perifer teraba kuat dan
mental menurun, akral dingin, anemis regular, tidak pucat/ anemis, akral
dan hilangnya skill motorik halus. hangat, capillary refill < 2 detik.
Selain itu dilakukan juga pengkajian Intervensi: kaji tingkat kesadaran dan
tersier (pemeriksaan penunjang) yang TTV, pertahankan keefektifan jalan
utama adalah pemeriksaan GDS < 60 nafas, berikan posisi supinasi,
mg/dl. Pengkajian riwayat penyakit kolaborasi pemberian terapi O2,
dahulu dan keluarga juga diperlukan glukosa 5%, 10% atau 40% per-IV.
untuk mengetahui apakah pasien Ketidakseimbangan nutrisi kurang
memiliki riwayat penyakit diabetes dari kebutuhan tubuh berhubungan
mellitus atau tidak (Baradero, 2009). dengan intake yang tidak adekuat,
Setelah dilakukan pengkajian, tujuan nutrisi tubuh seimbang, kriteria
ditemukan beberapa diagnosa hasil: peningkatan nafsu makan, BB
keperawatan menurut NANDA (2009) stabil/ meningkat. Intervensi: kaji intake
dan intervensi keperawatan NIC NOC nutrisi, timbang BB dan TB klien,
menurut Judith (2007) antara lain tentukan nilai BMI, kaji kemauan
resiko ketidakstabilan kadar glukosa pasien untuk memenuhi kebutuhan
darah berhubungan dengan penurunan nutrisi, berikan informasi tentang
produksi energi metabolik, tujuan: kebutuhan nutrisi pada pasien dan
kadar glukosa darah stabil, kriteria keluarga, motivasi pasien untuk
hasil GDS normal 70-120 mg/dl, meningkatkan intake nutrisi sesuai diit,
intervensi: kaji keadaan umum dan kolaborasi pemberian terapi glukosa
TTV, kaji kadar GDS sebelum dan 1 maupun diit klien.
jam sesudah pemberian terapi,
anjurkan keluarga memberikan pasien
minum manis, kolaborasi dalam METODE PENULISAN
pemberian terapi glukosa 5%, 10%
atau 40% per-IV, pantau nilai Pendekatan
laboratorium seperti gula darah. Karya tulis ilmiah ini penulis susun
Penurunan perfusi jaringan dengan menggunakan metode
serebral berhubungan dengan penulisan deskriptif dengan
kurangnya suplai glukosa ke otak, pendekatan studi kasus yaitu metode
tujuan perfusi jaringan serebral kembali ilmiah yang bersifat mengumpulkan
6

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

data, menganalisis data dan menarik Riwayat kesehatan pasien:


kesimpulan data. keluhan utama keluarga pasien
mengatakan pingsan 1 kali sebelum
Tempat dan Waktu Penelitian dibawa ke rumah sakit, pasien
Penulisan karya ilmiah ini mengeluh badan lemas, nafsu makan
mengambil kasus di Instalasi Gawat menurun. Pasien mempunyai riwayat
Darurat RSUD Sragen pada tanggal 19 penyakit Diabetes Mellitus ± 3 tahun
Juli 2012 pukul 07.00 - 14.00 WIB. yang lalu.
Pengkajian Primer: Airway: jalan
Langkah-Langkah nafas bersih; Breathing: Rr 18x/menit,
Penulisan karya tulis ini disusun irama teratur, tidak menggunakan otot
secara singkat dan sistematis, bantu pernafasan, suara auskultasi
diantaranya sebagai berikut: paru vesikuler kanan dan kiri;
melakukan pengkajian identitas, Circulation: TD: 100/60 mmHg, Nadi:
pengkajian primer (ABCDE), 73x/menit (teraba lemah), Suhu:
pengkajian sekunder (AMPLE), dan 35,80C, akral dingin, capillary refill
pengkajian head to toe. Melakukan kembali dalam 4 detik, anemis;
analisa data dengan menarik masalah Disability: tingkat kesadaran apatis,
dan etiologi sesuai dengan teori GCS : E3 V4 M5, pupil isokor.
penetapan diagnosa NANDA. Pengkajian Sekunder AMPLE:
Menetapkan dan memprioritaskan keluarga mengatakan pasien
diagnosa keperawatannya. mengalami penurunan nafsu makan,
Menetapkan intervensi keperawatan makan terakhir kemarin siang (18 Juli
berdasarkan diagnosa keperawatan 2012) ± 2-3 sendok tetapi pasien tetap
yang muncul. Melakukan implementasi setiap hari mengkonsumsi obat
keperawatan sesuai intervensi yang glibenklamid 3x1/ oral, pasien
direncanakan. Mengevaluasi mempunyai riwayat penyakit diabetes
implementasi keperawatan. Melakukan mellitus tipe 2. Pemeriksaan penunjang
pembahasan menajemen proses GDS low.
asuhan keperawatan. Menyimpulkan
manajemen proses asuhan
keperawatan dan memberikan
kesimpulan dan saran atas beberapa Analisa Data
permasalahan yang ada. Pada tanggal 19 Juli 2012
didapatkan data fokus sebagai berikut:
Teknik Pengambilan Data data subyektif: keluarga mengatakan ±
Teknik pengumpulan data yang 8 jam sebelum masuk RS pasien
penulis gunakan adalah observasi mengeluh badan lemas, pasien jarang
partisipatif, wawancara, pemeriksaan makan, pasien tetap minum obat
fisik, studi dokumen dan studi glibenklamid 3x1/ oral; data obyektif:
kepustakaan. kesadaran umum lemah, kesadaran
apatis, GCS: E3 V4 M5, dan GDS low
dengan masalah resiko ketidakstabilan
RESUME kadar glukosa darah berhubungan
dengan penurunan produksi energi
Pengkajian metabolik. Implementasi yang
Pengkajian dilakukan pada tanggal dilakukan adalah pengukuran TTV,
19 Juli 2012 jam 08.50 diperoleh data: pengukuran GDS, dilakukan
Identitas pasien. Nama/Inisial: Ny. Y; pemasangan infus D 10% 20 tpm dan
Umur: 60 tahun. pemberian D 40% masuk 20 mg (2
7

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

flas) melalui IV dan pengukuran GDS mellitus. Implementasi yang dilakukan


setelah 1 jam pemberian terapi adalah memposisikan pasien supinasi
dekstrose. Hasil evaluasi keperawatan dan memberikan terapi oksigen 3
GDS 121 gr/dl, keadaan umum pasien lt/menit. Hasil evaluasi keperawatan
lemah, kesadaran composmentis, GCS TTV: TD: 110/70 mmHg, Nadi:
: E3 V5 M6, pasien anemis, akral 78x/menit (teraba kuat), Rr: 18x/ menit,
teraba hangat. Masalah resiko Suhu: 36,20C. Keadaan umum pasien
ketidakstabilan kadar glukosa darah lemah, kesadaran composmentis, GCS
teratasi sebagian, lanjutkan : E3 V5 M6, pasien anemis, akral
pemantauan keadaan umum, TTV dan teraba hangat dan capillary refill < 2
kadar glukosa darah. detik. Masalah resiko penurunan
Masalah yang kedua didapatkan perfusi jaringan perifer teratasi
data subyektif: keluarga mengatakan ± sebagian, lanjutkan terapi oksigen,
8 jam sebelum masuk RS pasien pantau kesadaran dan vital sign
pingsan 1 kali di rumah; data obyektif: management.
kesadaran umum lemah, kesadaran
apatis, GCS : E3 V4 M5, TTV= TD:
100/60 mmHg, Nadi: 73x/menit, Rr: PEMBAHASAN
18x/ menit, Suhu: 35,80C, GDS low
dan tremor dengan masalah Penulis tidak mendapatkan
penurunan perfusi jaringan serebral perbedaan antara tinjauan teori
berhubungan dengan kurangnya suplai dengan kenyataan di lapangan pada
glukosa ke otak. Implementasi yang pengkajian terhadap Ny. Y yang
dilakukan adalah memposisikan pasien dilakukan pada tanggal 19 Juli 2012
supinasi, memberikan terapi oksigen 3 pukul 08.50 dengan diagnosa medis
lt/menit, memantau kesadran dan TTV. diabetes mellitus tipe 2 dengan
Hasil evaluasi keperawatan TTV: TD: hipoglikemi. Tetapi, terdapat berbagai
110/70 mmHg, Nadi: 78x/menit (teraba kesamaan antara tinjauan teori dengan
kuat), Rr: 18x/ menit, Suhu: 36,20C. kenyataan di lapangan pada
Keadaan umum pasien lemah, pengkajian terhadap Ny. Y antara lain:
kesadaran composmentis, GCS : E3 pengkajian primer (ABCD) didapatkan
V5 M6, pupil isokor dan akral teraba jalan nafas bersih, pola nafas teratur,
hangat. Masalah penurunan perfusi Rr 18x/menit, tidak menggunakan otot
jaringan serebral teratasi sebagian, bantu pernafasan, suara auskultasi
lanjutkan intervensi terapi oksigen, paru vesikuler kanan dan kiri, TD:
pantau kesadaran dan vital sign 100/60 mmHg, Nadi: 73x/menit (teraba
management. lemah), Suhu: 35,80C, akral dingin,
Masalah yang ketiga didapat data capillary refill kembali dalam 4 detik,
subyektif: keluarga mengatakan ± 8 anemis, tingkat kesadaran apatis, GCS
jam sebelum masuk RS pasien : E3 V4 M5, pupil isokor. Pengkajian
mengeluh badan lemas; data obyektif: sekunder (AMPLE) didapatkan
kesadaran umum lemah, kesadaran keluarga mengatakan pasien setiap
apatis, GCS : E3 V4 M5, TTV= TD: hari mengkonsumsi obat glibenklamid
100/60 mmHg, Nadi: 73x/menit (teraba 3x1/ oral karena mempunyai riwayat
lemah), Rr: 18x/menit, Suhu: 35,80C, penyakit DM, pasien mengalami
pasien anemis, akral teraba dingin, penurunan nafsu makan.
capillary refill kembali dalam 4 detik, Berdasarkan teori didapatkan
dan tremor dengan masalah resiko masalah keperawatan resiko
penurunan perfusi jaringan perifer ketidakstabilan kadar glukosa darah
berhubungan dengan diabetes dan resiko penurunan perfusi jaringan
8

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

perifer (NANDA, 2009). Selain itu dapat per-oral tidak memungkinkan karena
juga ditemukan diagnosa keperawatan pasien mengalami penurunan
penurunan perfusi jaringan serebral, kesadaran, maka pemberian dekstrosa
dan ketidakseimbangan nutrisi kurang per-IV merupakan terapi pertama.
dari kebutuhan tubuh. Selain itu, perawat juga dapat
Pada kenyataan di lapangan melibatkan keluarga dalam perawatan
masalah ketidakseimbangan nutrisi pasien hipoglikemia. Hal ini didukung
kurang dari kebutuhan tubuh tidak oleh Rahmadiliyani (2008) yang
diambil sebagai masalah keperawatan menyatakan peran keluarga sangat
di IGD karena perawat menangani penting dalam menentukan perilaku
masalah yang lebih prioritas yaitu penderita diabetes melitus, diharapkan
hipoglikemia yang jika tidak ditangani keluarga memberikan dukungan moral
dengan cepat dan tepat akan cepat dalam penatalaksanaan diabetes
menyebabkan kematian jaringan otak melitus. Briscoe (2011) juga
dan dapat menimbulkan kematian. menyatakan bahwa keluarga juga turut
Selain itu untuk intervensi dan serta dalam mencegah terjadinya
implementasinya akan dikonsultasikan hipoglikemi pada pasien diabetes
dengan dokter dan specialis gizi dalam mellitus dan merawatnya.
pemberian terapi serta diitnya yang Evaluasi yang dilakukan pada
akan dilakukan di ruang perawatan. pasien Ny. Y juga tidak jauh berbeda
Pada intervensi ketiga diagnosa di dengan evaluasi pada teori. Perawat
atas, didapatkan juga berbagai melakukan pengukuran kadar gula
kesamaan antara teori dengan darah kembali setelah diberikan terapi
intervensi pada kasus. Secara teori D 40% 20 mg per-IV dan memantau
intervensi keperawatan diambil keadaan umum serta TTV pasien.
berdasarkan NIC NOC menurut Judith Evaluasi ini didukung oleh Naughton
(2007). (2011) yang menyatakan bahwa
Implementasi yang dilakukan pada pemberian dekstrosa per-IV
pasien Ny.Y disesuaikan dengan merupakan terapi pertama yang dapat
kondisi pasien dan ketersediaan meningkatkan kadar glukosa darah
penunjang implementasi dari RSUD selama 30-60 menit. Oleh karena itu,
Sragen. Implementasi yang telah sebaiknya dilakukan pengukuran kadar
diberikan untuk masing-masing gula darah kembali setelah pemberian
diagnosa yang sesuai dengan teori dekstrosa per-IV.
adalah memberikan posisi supinasi, Sedangkan ada beberapa
pemberian oksigenasi nasal kanul, intervensi pada teori tetapi belum bisa
kemudian pemasangan IV line D 10%, diimplementasikan pada pasien Ny. Y
pemberian terapi D 40% per-IV, seperti memantau kadar gula darah
memantau keadaan umum dan yang akan dilakukan di ruang
kesadaran pasien, memonitor TTV dan perawatan karena pemantauan kadar
melibatkan keluarga dalam pemberian gula darah membutuhkan waktu yang
minum manis pada pasien. lama dan dilakukan secara teratur.
Penatalaksanaan pasien dengan
hipoglikemi ini didukung oleh Naughton
(2011) yang menyatakan bahwa SIMPULAN DAN SARAN
setelah pengukuran glukosa, yang
harus segera dilakukan dengan baik Simpulan
asupan makanan per-oral, IV Berdasarkan hasil analisis data dan
dekstrosa, atau glukagon uraian pembahasan pada “Asuhan
intramuskular. Ketika asupan makanan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny.
9

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II pemberian terapi glukosa 5%,


(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat 10% atau 40% per-IV sesuai
Darurat RSUD Sragen” di atas, maka indikasi dan pantau nilai
dapat diambil kesimpulan penelitian laboratorium seperti gula darah.
sebagai berikut: Intervensi diagnosa penurunan
1. Pengkajian asuhan keperawatan perfusi jaringan serebral
gawat darurat dapat dilakukan berhubungan dengan kurangnya
dengan hasil: Airway: jalan nafas suplai glukosa ke otak adalah kaji
bersih, tidak ada obstruksi, tidak tingkat kesadaran dan TTV,
ada sekret, suara paru vesikuler; pertahankan keefektifan jalan
Breathing: pola nafas teratur, Rr nafas, berikan posisi supinasi,
18x/menit, irama teratur, tidak kolaborasi pemberian terapi O2,
menggunakan otot bantu glukosa 5%, 10% atau 40% per-
pernafasan, suara auskultasi IV. Intervensi diagnosa resiko
paru vesikuler kanan dan kiri, penurunan perfusi jaringan
suara nafas bersih; Circulation: perifer berhubungan dengan
TD: 100/60 mmHg, Nadi: diabetes mellitus adalah kaji
73x/menit (teraba lemah), nadi tingkat kesadaran dan TTV, kaji
teraba lemah, Suhu: 35,80C, kadar GDS sebelum dan 1 jam
akral dingin, capillary refill sesudah pemberian terapi,
kembali dalam 4 detik, anemis; pertahankan keefektifan jalan
Disability: tingkat kesadaran nafas, berikan posisi supinasi
apatis, GCS : E3 V4 M5, pupil pada klien, berikan informasi
isokor. pada keluarga tentang penyakit
2. Diagnosa keperawatan yang dan penanganannya, dan
muncul pada kasus ini adalah: kolaborasi dengan tim kesehatan
resiko ketidakstabilan kadar lain dalam pemberian terapi O2.
glukosa darah berhubungan 4. Implementasi utama yang
dengan penurunan produksi dilaksanakan pada pasien
energi metabolik, penurunan diabetes mellitus dengan
perfusi jaringan serebral hipoglikemi memberikan posisi
berhubungan dengan kurangnya supinasi, pemberian O2 nasal
suplai glukosa ke otak, dan kanul 3 lt/menit, pemasangan IV
resiko penurunan perfusi jaringan line D 10%, pemberian terapi D
perifer berhubungan dengan 40% per-IV, memantau keadaan
diabetes mellitus. umum dan TTV, melibatkan
3. Intervensi keperawatan pada keluarga dalam pemberian
diagnosa resiko ketidakstabilan minum manis pada pasien, dan
kadar glukosa darah pengukuran kadar gula darah
berhubungan dengan penurunan kembali setelah diberikan terapi
produksi energi metabolik adalah D 40% 20 mg per-IV.
kaji keadaan umum dan TTV, kaji 5. Evaluasi pada untuk masalah
kadar GDS, kaji kadar GDS resiko ketidakstabilan kadar
sebelum dan 1 jam sesudah glukosa darah teratasi sebagian
pemberian terapi, berikan dengan hasil GDS 121 gr/dl.
informasi pada keluarga tentang Penurunan perfusi jaringan
penyakit dan penanganannya, serebral teratasi sebagian
anjurkan keluarga memberikan dengan hasil keadaan umum
pasien minum manis, kolaborasi pasien lemah, kesadaran
dengan tim kesehatan lain dalam composmentis, GCS: E3 V5 M6,
10

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

pasien anemis, akral teraba pasien dengan hipertensi dan anemia.


hangat dan capillary refill < 2 Diakses pada tanggal 14 November
detik, tidak ada tremor. Resiko 2012. http://www.fkumyecase.net
penurunan perfusi jaringan Baradero, M. 2009. Asuhan keperawatan
klien dengan gangguan endokrin.
perifer teratasi sebagian dengan
Jakarta: EGC
hasil TD: 110/70 mmHg, Nadi: Briscoe, V.J., & Stephen N.D. 2006.
78x/menit (teraba kuat), Rr: 18x/ Hypoglycemia in type 1 and type 2
menit, Suhu: 36,20C, keadaan diabetes: physiology, pathophysiology,
umum pasien lemah, pasien and management. American Diabetes
anemis, akral teraba hangat dan Association Journal: Clinical Diabetes.
capillary refill < 2 detik. Carlisle. 2005. Diabetes mellitus
6. Dokumentasi dilakukan dengan (prevalensi dan klasifikasinya). Diakses
benar meliputi hasil pengkajian, pada tanggal 17 Oktober 2012.
penyusunan diagnosa, intervensi, http://debrythaayu.blogspot.com
Corwin, J.E. 2002. Buku saku patofisiologi.
implementasi, dan evaluasi yang
Jakarta: EGC
ditulis dilembar asuhan Diskesjatengprov. 2011. Profil kesehatan
keperawatan pasien. provinsi Jawa Tengah tahun 2011.
Diakses pada tanggal 17 Oktober
2012.
Saran Ernawati. 2012. Asuhan keperawatan Ny S
Berdasarkan hasil pembahasan dengan diabetes mellitus di Instalasi
dan kesimpulan, maka penulis gawat darurat Rumah Sakit Umum
memberikan saran-saran, yaitu bagi Daerah Karanganyar. Surakarta:
mahasiswa agar dapat terus Universitas Muhammadiyah Surakarta
Mansjoer, A. 2001. Kapita selekta
meningkatkan wawasan tentang
kedokteran jilid 2. Jakarta: Media
asuhan keperawatan hipoglikemi, bagi Aesculspius.
perawat semoga akan terus Naughton, C.D., Wesley H.S, & Corey S.
meningkatkan kualitas dalam 2011. Diabetes in the emergency
memberikan asuhan keperawatan department: acute care of diabetes
pada pasien hipoglikemi yang juga patients. American Diabetes
dapat melibatkan keluarga dalam Association Journal: Clinical Diabetes.
perawatan pasien dengan cara dapat NANDA International. 2009-2011.
melakukannya bersamaan ketika Diagnosa keperawatan: definisi &
melakukan tindakan lain sehingga klasifikasi 2009-2011. (Alih bahasa:
Monica Ester). Jakarta: Prima Medika
dapat meminimalkan masalah
Narsih. 2007. Terapi oksigen. Yogyakarta:
keperawatan, serta bagi penulis karya Instalasi Rawat Intensif RSUP
tulis ilmiah lainnya untuk lebih Dr.Sarjito.
menggali dan meningkatkan teori-teori Nitil, K. 2011. Treatment of severe diabetic
serta penemuan yang mendukung hypoglycemia with glucagon: an
kasus diabetes mellitus dengan underutilized therapeutic approach.
hipoglikemi ini. Dove Press Journal
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan
metodelogi penelitian ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba
DAFTAR PUSTAKA
Medika.
Rahmadiliyani, N., & Abi M. 2008.
American Diabetes Association (ADA).
Hubungan antara pengetahuan tentang
2012. Medical advice for people with
penyakit dan komplikasi pada
diabetes in emergency situations.
penderita diabetes melitus dengan
American Diabetes Association Journal
tindakan mengontrol kadar gula darah
Arma, R.A. 2011. Diagnosis dan
di wilayah kerja puskesmas 1 Gatak
manajemen koma hipoglikemik pada
11

Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Ny. Y Dengan Diabetes Mellitus Tipe II
(Hipoglikemi) Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen

Sukoharjo. Surakarta: Universitas


Muhammadiyah Surakarta
Shafiee, G., Mohamadreza M.T., * Noor Rachmi Wulan Mustika :
Mohammad P., & Bagher L. 2012. The Mahasiswa Profesi Ners Fakultas
importance of hypoglycemia in diabetic Ilmu Kesehatan Universitas
patients. Journal of Diabetes & Muhammadiyah Surakarta
Metabolic Disorders.
Smeltzer, S.C. 2002. Buku ajar
** Arina Maliya, A.Kep., M.Si.Med.
keperawatan medikal bedah edisi 8
volume 2. Jakarta: EGC.
: Dosen Keperawatan Fakultas Ilmu
Soegondo, Sidartawan. 2005. Kesehatan Universitas
Penatalaksanaan diabetes mellitus Muhammadiyah Surakarta
terpadu. Jakarta: FKUI
Suyono. 2003. Metabolic endokrin: *** Indah Kartikowati, S.Kep., Ns. :
diabetes mellitus di Indonesia. Jakarta: Pembimbing Klinik Instalasi Gawat
PAPDI FKUI Darurat RSUD Sragen
Price, A.S. 2006. Patofisiologi konsep klinis
edisi 6 volume 1: proses penyakit.
Jakarta: EGC
Wilkinson, J.M. 2006. Buku saku diagnosis
keperawatan dengan intervensi NIC
dan kriteria hasil NOC edisi 7. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai