METODE PENELITIAN
3.1 Aliran dalam pipa
3.1.1 Pengukuran debit, alat, bahan, dan metode
Dari tiga metode pengumpulan data tersebut, maka data yang diperoleh
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Data Primer
Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara
langsung dengan pihak – pihak terkait. Data tersebut meliputi :
1.) Keadaan umum lokasi perencanaan
2.) Keadaan sumber air existing dan reservoir
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak terkait. Data
tersebut meliputi antara lain :
1.) Perumahan Villa Pinus, Pudakpayung, Banyumanik, Semarang
2.) Peta wilayah Perumahan Villa Pinus
3.) Keadaan sumber air existing dan reservoir
Metode Pengolahan Data
1. Setelah pengambilan data, hitunglah Debit, Luas Penampang Pipa, dan
Kecepatan Aliran headloss pada setiap outlet pipadan EGL maupun HGL.
3.1.2 Garis Tenaga (EGL) dan Garis Tekanan (HGL) pada Jaringan Pipa
Berdasarkan persamaan Bernoulli, tinggi tenaga total di suatu titik pada pipa
merupakan jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan. Garis yang
menghubungkan titik-titik tinggi tenaga disebut garis tenaga (garis energi). Sedangkan garis
yang menghubungkan titik-titik tinggi tekanan disebut sebagai garis tekanan. Garis tekanan
terletak di bawah garis tenaga sebesar tinggi kecepatan dalam pipa.
p v²
EGL = z + +
γ 2g
p
HGL = z +
γ
EGL menunjukkan tinggi tekan total Bernoulli sedangkan HGL adalah tinggi air
pada tabung piezometric yang dipasang pada pipa .
Gambar 1 Persamaan Bernoulli
Yc =
√a q x q
√g
Untuk mendapatkan nilai Fr maka menggunakan persamaan:
v
Fr =
√y .g
dan menentukan tipe aliran kita menggunakan prinsip bilangan Froude, dimana:
Fr < 1 merupakan tipe aliran kritis
Fr = 1 merupakan tipe aliran subkritis
Fr > 1 merupakan tipe aliran superkritis
Dalam Saluran Terbuka, garis energi adalah garis yang menyatakan ketinggian
dari jumlah tinggi aliran. Jumlah tinggi energi pada penampung 1 di hulu akan sama dengan
jumlah tinggi energi pada penampang 2 di hilir, hal ini dinyatakan dengan:
v1 v2
z1 + y1 + α 1 = z2 + y2 + α2
2g 2g
v1 v2
z1 + y1 + = z2 + y2 + = konstan
2g 2g
b. Garis Hidrolis
Dengan menghitung (energi) tekanan air pada suatu aliran air di dalam pipa kita
dapat mengetahui (energi) tekanan air pada titik tersebut. Hal ini dapat dipermudah apabila
kita memahami gradien hidrolika. Garis tekanan merupakan garis yang menggambarkan
besarnya tekanan air pada titik tersebut. Garis tekanan ini umumnya disebut garis gradien
hidrolika atau garis kemiringan hidrolis. Gradien hidrolika pada saluran terbuka adalah
sama/berimpit dengan garis permukaan air.
3.2.3 Dasar Teori jenis bangunan pengukur debit dan metode pada saluran terbuka
1. bentuk ambang dengan sudut celah X= 90 atau tan X/2=1, mempunyai rentang debit
pengukuran dari 0, 802 l/s sampai dengan 122, 940 l/s
2. bentuk ambang dengan sudut celah X= 52.12 atau tan X /2=0.5, mempunyai rentang
debit pengukur dari 0,406 l/s <Q<62.150 l/s
3. bentuk ambang dengan sudut celah X = 28.07 atau X /2=0.25, mempunyai rentang debit
pengukur dari 0.215 l/s<Q<21.477 l/s
bangunan ukur ambang tajam baik untuk digunakan pada lokasi jika dimungkinkan untuk
memperoleh perbedaan tinggi muka air udik dan Hilir yang cukup sehingga kondisi aliran yang
terjadi Selalu aliran sempurna
Persyaratan-persyaratan
a. Kondisi ambang ukur dengan aliran terkontraksi sebagian sebaiknya hanya diterapkan
pada sistem dengan saluran udik berbentuk persegi panjang.
b. Karena data hasil kalibrasi pengaruh hp dan PBdi laboratorium terhadap rumus-rumus
debit pelimpah terbatas, pengukuran dengan kondisi aliran terkontraksi sebagian seyogianya
hanya diterapkan pada ambang tajam segitiga dengan sudut θ = 90o.
c. Ambang ukur debit dengan kondisi terkonsentrasi penuh dapat diterapkan pada sistem
dengan saluran pendekat berbentuk bukan empat persegi panjang, dengan syarat luas penampang
melintang saluran pendekat lebih besar daripada luas basah penampang empat persegi dengan
kondisi aliran yang diuraikan pada Tabel 1.
Tabel 1 – Koreksi keadaan aliran tidak sempurna
Rasio Qs/Q
Terendam h/p 90o Tekukan segitiga
0 1,000
0,1 0.999
0,2 0,992
0,2 0,981
0,4 0,960
0,5 0,928
0,6 0,882
0,7 0,816
0,8 0,721
0,9 0,569
Rumus Debit
Debit aliran yang melimpas di atas mercu ambang tajam segitiga yang didesain dengan
memenuhi persyaratan yang tercantum pada Sub-Pasal 4.1 dan kondisi aliran menuju ambang
ukur memenuhi persyaratan seperti diuraikan pada Sub-Pasal 6.1 dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut.
Keterangan:
Q adalah debit (m2/s)
g. adalah percepatan
gravitasi (m/s2) Hef
adalah tinggi energi
efektif (m)
Cd adalah koefisien debit
Tinggi energi efektif, Hef diberikan oleh persamaan :
Hef=h+δHt (2)
Keterangan:
δHt adalah koreksi pengaruh efek kombinasi dari viskositas dan tegangan
permukaan untuk temperatur air 4°C ~ 20°C, besar nilai δHt untuk berbagai sudut
celah diberikan pada Gambar 2.
Debit melalui Lorong Parshall standar pada tabel 4 yang beroperasi pada kondisi aliran
sempurna, diperoleh dari persamaan berikut:
Q = 0,372 b (h(a)0,305)1.569b^0.026
Dengan CD = 0,272 dan n = 1,579b0,026 ; untuk Lorong Parshall standar nomor 1; CD =
0,284 dan n mempunyai nilai yang sama seperti diatas. Maka persamaan debit untuk setiap
Lorong Parshall standar adalah C = CD b (2,279)n
Debit melalui Lorong Parshall besar yang terpresentase pada tabel 5, kolom 1, nomor 14-
21 yang beroperasi dalam kondisi aliran sempurna (yaitu < c), diperoleh pesamaan:
Q = (2,292b + 0,48) ha1,6 (2,2b + 0,48) ha1,6
Dengan CD = 2,2 + 0,48/b dan n = 1,6 ; Maka persamaan debit untuk setiap Lorong Parshall
besar adalah C = CD b
Tabel 4 Karakteristik debit untuk Lorong Parshall standar
Pilih nilai QE2 (untuk lebar leher saluran b = 2,05 m) yang sama dengan rasio aliran tidak
sempurna dan tinggi tekanan air udik ha flume.
c. Pengukuran kedalaman air
Besaran debit melalui Lorong Parshall ditentukan oleh kedalaman air pada pemasukan
(tinggi dibagian udik, ha) dan bagian leher saluran (tinggi di bagian hilir, h b). Pengukuran satu
atau kedua tinggi tergantung pada keadaan aliran dalam flume.
3.2.3.4Pengukuran debit dengan bangunan ujung hulu bulat (Romijn)
Bentuk bangunan ukur ini terdiri atas mercu dengan elevasi yang benar dan horizontal
yang berada di antara dinding pangkal bangunan. Ujung hulu dibulatkan agar tidak terjadi
pemisahan aliran, dan hilir ambang horizontal dapat dibuat bulat, miring ke bawah, atau muka
tegak. Ambang harus ditempatkan dengan arah tegak lurus terhadap arah aliran di saluran
pengarah.
Jari-jari, r, pada mercu hulu tidak boleh kurang dari 0,2 H maks. Panjang mercu ambang
horizontal tidak kurang dari 1,75 Hmaks atau panjang total mercu dan jari-jari ujung hulunya tidak
kurang dari 2,25 Hmaks.
Gambar 12 Susunan umum bangunan ukur ujung hulu bulat
Rumus dasar debit aliran yang melimpasi ambang lebar dapat dihitung berdasarkan rumus
berikut.
Q = ( 23 )3/2.CD.b.√g.H3/2
Keterangan:
Q = debit (m2/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
b = lebar mercu ambang (m)
CD = koefisien pengaliran debit
H = total tinggi energi
( 23 )3/2 adalah konstanta yang tidak mengandung kesalahan (-)
Karena tinggi energi total H, tidak dapat diukur langsung, maka persamaan debit dalam kaitan
dengan tinggi muka air teramati, h, terhadap elevasi mercu ditulis sebagai berikut.
Q = ( 23 )3/2.CD.Cv.b.√g.h3/2
Keterangan:
Cv = koefisien tanpa dimensi yang mengikuti pengaruh kecepatan aliran datang elevasi
uka air di hulu ambang
h = tinggi muka air di atas mercu ambang, (m)
Menurut definisi:
Cv = (Hh)3/2
Tinggi energi total berhubungan dengan tinggi muka air teramati yang diberikan dengan
persamaan.
H = h + α V-22g
Keterangan:
v = kecepatan rata-rata di saluran pengarah pada penampang melintang tempat tinggi
muka air diukur (m/s)
α = koefisien (energi kinetik atau koefisien Coriolis)
Koefisien ini memperhitungkan kenyataan bahwa tinggi energi kinetik lebih besar dari v 2/2g
jika distribusi kecepatan melintang saluran teratur, tetapi tidak seragam. Dalam penerapan persamaan
ini α dapat diambil sama dengan satu. Dari persamaan berikut, diperoleh:
33(Cv32-1)15Cv = 2.Cd.b.hA
Keterangan:
A = luas penampang melintang basah (m2)
Maka Cv dapat dinyatakan sebagai fungsi Cd.b.hA.
Ada dua metode yang umum digunakan untuk menghitung besarnya debit dari hasil
pembacaan tinggi muka air. Metode pertama menggunakan teknik pendekatan dan persamaan dasar
tinggi energi total. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan komputer dan akan efisien bila
perhitungannya rumit dan berulang-ulang. Metode kedua menggunakan hubungan yang diperoleh dari
hasil pengukuran dan tinggi energi total untuk tipe ambang dan geometri aliran tertentu. Koefisien
pada kecepatan aliran datang Cv pada persamaan debit diperoleh dari tabel-tabel dan grafik-grafik.
Persamaan dasar debit dapat diuraikan dengan menggunakan faktor-faktor tinggi energi total
dengan tinggi energi terukur. Untuk air pada temperatur biasa, C d merupakan fungsi tinggi muka air, h,
panjang mercu ambang dalam arah aliran, kekerasan permukaan mercu, dan perbandingan h/b yang
dinyatakan dalam persamaan.
Cd = (1 - 2. x.Lb) (1 - x.Lh)3/2
Keterangan:
x = δ/L adalah faktor karena pengaruh lapisan batas pada mercusuar= tebal lapisan batas
(m)
L = panjang penampang horizontal pada ambang searah aliran (m)
Pada ambang yang dibangun dengan permukaan yang halus nilai δ/L secara praktis
terletak antara 0,002-0,004. Mengingat bahwa 4000 < L/k < 105 (k adalah nilai
kekasaran) dan Re > 2.105 (Re adalah bilangan Reynolds). δ/L dianggap sama dengan
0,002 dengan tidak memberikan kesalahan yang berarti. Persamaan menjadi:
Cd = (1 - 0.006.Lb) (1 - 0.003.Lh)3/2
Nilai Cv berlaku baik untuk mercu dengan bagian hulu tertutup (mercu tetap) maupun
mercu dengan bagian hulu terbuka (mercu gerak).
Batas bawah dari h mempunyai kaitan dengan besarnya pengaruh sifat-sifat fluida dan
kekasaran lapis batas. Batas bawah yang disarankan adalah 0,06 m atau 0,01 L, diambil
yang besar.
Pembatasan H/p muncul akibat kesulitan-kesulitan yang dialami, bila Bilangan Froude
dari saluran pengarah lebih dari 0,5, dikaitkan dengan keterbatasan hasil percobaan pada
nilai-nilai H/p yang tinggi. Batas atas yang disarankan adalah H/p = 1,5.
H/L tidak boleh lebih dari 0,57 dan pembatasan H/L muncul karena perlunya menjamin
aliran sejajar pada penampang kritis di atas mercu. Tinggi ambang, p, tidak boleh kurang
dari 0,15 m. Lebar mercu, b, tidak boleh kurang dari 0,2 m atau tidak kecil dari H maks atau
tidak lebih kecil dari L/5.