Anda di halaman 1dari 19

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Aliran dalam pipa
3.1.1 Pengukuran debit, alat, bahan, dan metode

3.1.1.1 Metode Pelaksanaan


 Metode pencarian data dilaksanakan dengan cara :
a. Pengumpulan data dari pihak yang terkait.
b. Pelaksanaan studi literatur.
c. Pengamatan atau survey lapangan di Sistem Penyediaan Air dari Sumber
Artetis pada Perumahan Villa Pinus, Pudak Payung, Semarang
survey lapangan dilakukan dengan cara :
1. Mengukur jarak pipa dengan google eart dan diameter pipa
dengan meteran
2. Mengukur elevansi reservoir menggunakan GPS
3. Mengukur elevansi outlet 1-4
4. Mengukur debit outlet sesuai scenario

Table 1 Skenario penelitian aliran dalam pipa

Dari tiga metode pengumpulan data tersebut, maka data yang diperoleh
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Data Primer
Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara
langsung dengan pihak – pihak terkait. Data tersebut meliputi :
1.) Keadaan umum lokasi perencanaan
2.) Keadaan sumber air existing dan reservoir
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak terkait. Data
tersebut meliputi antara lain :
1.) Perumahan Villa Pinus, Pudakpayung, Banyumanik, Semarang
2.) Peta wilayah Perumahan Villa Pinus
3.) Keadaan sumber air existing dan reservoir
 Metode Pengolahan Data
1. Setelah pengambilan data, hitunglah Debit, Luas Penampang Pipa, dan
Kecepatan Aliran headloss pada setiap outlet pipadan EGL maupun HGL.

2. Hitunglah Headloss mayor dan Headloss minor pada pipa di Outlet 1,


Percobaan 1, Percobaan 2, dan Percobaan 3
3. Hitunglah Headloss mayor dan Headloss minor pada pipa di Outlet 2,
Percobaan 1, Percobaan 2, dan Percobaan 3
4. Hitunglah Headloss mayor dan Headloss minor pada pipa di Outlet 3,
Percobaan 1, Percobaan 2, dan Percobaan 3
5. Hitunglah Headloss total pada di Outlet 1 Percobaan 1, Percobaan 2, dan
Percobaan 3
6. Hitunglah Headloss total pada di Outlet 2 Percobaan 1, Percobaan 2, dan
Percobaan 3
7. Hitunglah Headloss total pada di Outlet 3 Percobaan 1, Percobaan 2, dan
Percobaan 3

3.1.1.1 Alat dan bahan


1.Alat ukur (mistar)
2.Alat tulis
3.GPS (Aplikasi Google Earth)
4.Ember 20 L
5.Pipa sambungan

3.1.1.4 Perhitungan Debit


Penelitian yang dilakukan merupakan penilaian kuantitatif sehingga data yang
dihasilkan berupa angka yang dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika
atau statistika. Salah satu perhitungan tersebut yaitu menghitung debit di setiap outlet.
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat mengalir atau
dapat ditampung dalam suatu tempat tiap satuan waktu. Satuan debit dinyatakan
dalam satuan meter kubik per detik (m 3/s). Debit aliran juga dapat dinyatakan dalam
persamaan Q = A × v, dimana A adalah luas penampang (m 2) dan v adalah kecepatan
aliran (m/s). Lebih jelasnya untuk mengetahui besarnya debit air, dapat dirumuskan
sebagai berikut:
V
Q=
∆t
atau,
Q = A.v
Keterangan:
Q = debit air (m3/s atau l/s)
V = volume air (m3 atau liter)
∆t = waktu (s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan fluida (m/s)
Selain menghitung debit, kita juga menghitung kerugian gesek (headloss) akibat
gesekan yang terjadi antara fluida dengan pipa menggunakan metode Darcy-Weisbach.
Headloss pada aliran pipa terdapat dua yaitu headloss mayor dan headloss minor.
Persamaan ini dapat ditulis sebagai berikut:
L V2
hf = f
D 2g
dimana,
64
f=

Keterangan:
h = tinggi kehilangan energi
v = viskositas zat cair
g = percepatan gravitasi
D = diameter pipa
V = kecepatan aliran

3.1.2 Garis Tenaga (EGL) dan Garis Tekanan (HGL) pada Jaringan Pipa
Berdasarkan persamaan Bernoulli, tinggi tenaga total di suatu titik pada pipa
merupakan jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan. Garis yang
menghubungkan titik-titik tinggi tenaga disebut garis tenaga (garis energi). Sedangkan garis
yang menghubungkan titik-titik tinggi tekanan disebut sebagai garis tekanan. Garis tekanan
terletak di bawah garis tenaga sebesar tinggi kecepatan dalam pipa.

Garis Energi (EGL) dan Garis Tekanan (HGL) dedefinisikan sebagai :

p v²
EGL = z + +
γ 2g

p
HGL = z +
γ
EGL menunjukkan tinggi tekan total Bernoulli sedangkan HGL adalah tinggi air
pada tabung piezometric yang dipasang pada pipa .
Gambar 1 Persamaan Bernoulli

3.2 Aliran pada saluran terbuka


3.2.1 Pengukuran debit, alat, bahan, dan metode
3.2.1.1 Metode Pelaksanaan
 Metode pencarian data dilaksanakan dengan cara :
a. Pengumpulan data dari pihak yang terkait.
b. Pelaksanaan studi literatur.
c. Pengamatan atau survey lapangan.
Survey lapangan dilakukan dengan cara :
1. Mengukur lebar spillway dengan meteran
2. Menukur kedalaman air dengan meteran yang menempel pada
spillway
3. Mengukur elevasi dengan menggunakan GPS yang dihubungkan
dengan kolam olak
4. Didapat data unruk menghitung debit yang mengalir di spillway
Dari tiga metode pengumpulan data tersebut, maka data yang diperoleh
dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Data Primer
Data yang diperoleh dengan melakukan pengamatan dan wawancara
langsung dengan pihak – pihak terkait. Data tersebut meliputi :
1.) Panjang, lebar, tinggi, maupun tinggi air pada bangunan spillway
2.) Elevasi bangunan spillway
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak terkait. Data
tersebut meliputi antara lain :
1.) Kondisi wilayah Waduk Diponegoro, Semarang
2.) Peta Waduk Dipinegoro
 Metode Pengolahan Data
1. Setelah pengambilan data, hitunglah Debit, EGL maupun HGL.,dan
menganalisa aliran subkritis, kritis, dan super kritis
3.2.1.1 Alat dan bahan
1. Meteran
2. GPS
3. Camera
4. Buku dan alat tulis

3.2.1.2 Perhitungan Debit


Penelitian yang dilakukan merupakan penilaian kuantitatif sehingga data yang
dihasilkan berupa angka yang dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau
statistika. Salah satu perhitungan tersebut yaitu menghitung debit pada Waduk Diponegoro.
Debit air merupakan ukuran banyaknya volume air yang dapat mengalir atau dapat
ditampung dalam suatu tempat tiap satuan waktu. Satuan debit dinyatakan dalam satuan
meter kubik per detik (m3/s). Debit aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan Q = A × v,
dimana A adalah luas penampang (m2) dan v adalah kecepatan aliran (m/s).
Menghitung debit di atas ambang pelimpah (Q c). Untuk menghitung Qc maka kita
terlebih dulu menghitung Q dengan persamaan debit yaitu:
Q = C.L.H3/2
Untuk menghitung berapa ketinggian kritis di ambang pelimpah maka kita dapat
menggunakan persamaan:

Yc =
√a q x q
√g
Untuk mendapatkan nilai Fr maka menggunakan persamaan:
v
Fr =
√y .g
dan menentukan tipe aliran kita menggunakan prinsip bilangan Froude, dimana:
Fr < 1 merupakan tipe aliran kritis
Fr = 1 merupakan tipe aliran subkritis
Fr > 1 merupakan tipe aliran superkritis

3.2.2 Garis Energi dan Garis Hidrolisis


a. Garis Energi
Berdasarkan persamaan Bernoulli, tinggi tenaga total di suatu titik pada pipa
merupakan jumlah dari tinggi elevasi, tinggi tekanan dan tinggi kecepatan. Garis yang
menghubungkan titik-titik tinggi disebut garis tenaga (garis energi).
Gambar 2 Aliran Terbuka

Dalam Saluran Terbuka, garis energi adalah garis yang menyatakan ketinggian
dari jumlah tinggi aliran. Jumlah tinggi energi pada penampung 1 di hulu akan sama dengan
jumlah tinggi energi pada penampang 2 di hilir, hal ini dinyatakan dengan:

v1 v2
z1 + y1 + α 1 = z2 + y2 + α2
2g 2g

Jika α1 = α2 = 1 dan hf = 0, maka persamaan diatas menjadi:

v1 v2
z1 + y1 + = z2 + y2 + = konstan
2g 2g

Saat energi konstan, maka garis energi berupa garis lurus.

b. Garis Hidrolis
Dengan menghitung (energi) tekanan air pada suatu aliran air di dalam pipa kita
dapat mengetahui (energi) tekanan air pada titik tersebut. Hal ini dapat dipermudah apabila
kita memahami gradien hidrolika. Garis tekanan merupakan garis yang menggambarkan
besarnya tekanan air pada titik tersebut. Garis tekanan ini umumnya disebut garis gradien
hidrolika atau garis kemiringan hidrolis. Gradien hidrolika pada saluran terbuka adalah
sama/berimpit dengan garis permukaan air.

3.2.3 Dasar Teori jenis bangunan pengukur debit dan metode pada saluran terbuka

3.2.3.1 Ambang Tajam Segitiga


Ambang tajam segitiga merupakan bangunan ukur sederhana yang dapat digunakan untuk
mengukur debit aliran di saluran terbuka dengan mudah dan cukup teliti. dengan menerapkan
desain bentuk bagian limpasan  yang tepat, berdasarkan hasil percobaan dapat ditentukan tentang
besar debit pengukuran, yaitu sebagai berikut. 

1.  bentuk ambang dengan sudut celah X=  90  atau tan X/2=1,  mempunyai rentang debit
pengukuran dari 0, 802 l/s  sampai dengan 122, 940 l/s
2.  bentuk ambang dengan sudut celah X=  52.12 atau tan X /2=0.5,  mempunyai rentang
debit pengukur dari 0,406 l/s <Q<62.150 l/s
3.  bentuk ambang dengan sudut celah X = 28.07 atau X /2=0.25,  mempunyai rentang debit
pengukur dari 0.215 l/s<Q<21.477 l/s
bangunan ukur ambang tajam baik untuk digunakan pada lokasi jika dimungkinkan untuk
memperoleh perbedaan tinggi muka air udik  dan Hilir yang cukup sehingga kondisi aliran yang
terjadi Selalu aliran sempurna

Gambar 2.7 Ambang tajam segitiga

Gambar 2.8 Sudut celah Ambang tajam segitiga

Persyaratan-persyaratan
a. Kondisi ambang ukur dengan aliran terkontraksi sebagian sebaiknya hanya diterapkan
pada sistem dengan saluran udik berbentuk persegi panjang.

b. Karena data hasil kalibrasi pengaruh hp dan PBdi laboratorium terhadap rumus-rumus
debit pelimpah terbatas, pengukuran dengan kondisi aliran terkontraksi sebagian seyogianya
hanya diterapkan pada ambang tajam segitiga dengan sudut θ = 90o.
c. Ambang ukur debit dengan kondisi terkonsentrasi penuh dapat diterapkan pada sistem
dengan saluran pendekat berbentuk bukan empat persegi panjang, dengan syarat luas penampang
melintang saluran pendekat lebih besar daripada luas basah penampang empat persegi dengan
kondisi aliran yang diuraikan pada Tabel 1.
Tabel 1 – Koreksi keadaan aliran tidak sempurna
Rasio Qs/Q
Terendam h/p 90o Tekukan segitiga
0 1,000
0,1 0.999
0,2 0,992
0,2 0,981
0,4 0,960
0,5 0,928
0,6 0,882
0,7 0,816
0,8 0,721
0,9 0,569

Rumus Debit

Debit aliran yang melimpas di atas mercu ambang tajam segitiga yang didesain dengan
memenuhi persyaratan yang tercantum pada Sub-Pasal 4.1 dan kondisi aliran menuju ambang
ukur memenuhi persyaratan seperti diuraikan pada Sub-Pasal 6.1 dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut.

Keterangan:
Q adalah debit (m2/s)
g. adalah percepatan
gravitasi (m/s2) Hef
adalah tinggi energi
efektif (m)
Cd adalah koefisien debit
Tinggi energi efektif, Hef diberikan oleh persamaan :
Hef=h+δHt (2)
Keterangan:
δHt adalah koreksi pengaruh efek kombinasi dari viskositas dan tegangan
permukaan untuk temperatur air 4°C ~ 20°C, besar nilai δHt untuk berbagai sudut
celah diberikan pada Gambar 2.

3.2.3.2Pengukuran debit dengan ambang lebar


Ambang lebar merupakan bangunan ukur sederhana dengan bentuk penampang pelimpah
berbentuk empat persegi. Mercu ambang standar harus rata. Lebar mercu dalam arah tegak lurus
terhadap arah aliran diambil sama dengan lebar saluran tempat ambang. Ujung udik dan hilir
harus licin, permukaan rata, dengan tembok sisi tegak lurus terhadap dasar saluran lokasi
ambang.
Berikut merupakan gambar dari ambang lebar.

Gambar 9 Skematisasi bentuk ambang lebar

Persyaratan pengukuran debit melalui ambang lebar yaitu:


a. Pada saluran alami, lokasi bangunan dipilih pada penampang melintang yang teratur,
seragam, dengan panjang bagian saluran yang lurus sekitar 5x lebar muka air. Hal ini
diperlukan untuk menjamin keteraturan distribusi kecepatan
b. Pada saluran buatan, penampang melintang harus seragam dan lurus, dengan panjang
bagian lurus minimum 10x lebar muka air.
c. Bila saluran menuju bangunan ukur melalui belokan, penampang mengecil atau bersudut,
diperlukan saluran pengarah yang lebih panjang untuk penyesuaian distribusi kecepatan.
d. Sirip-sirip pengarah aliran tidak boleh diletakkan pada jarak lebih dekat 10x tinggi tekan
maksimum.
e. Dalam kondisi tertentu, gelombang muka air dapat terjadi di udik alat duga air, misalnya
bila saluran pengarah curam. Pada kondisi ini pengukuran aliran dilakukan pada jarak
tidak kurang dari 20x tinggi tekan maksimum di udik bangunan ukur, dengan tujuan
untuk mendapatkan penyebaran kecepatan yang seragam di lokasi pengukuran dan
dengan nilai bilangan Froude di lokasi tersebut kurang dari 0,2. Bilangan Froude = vg.h
Debit aliran yang melimpas di atas mercu ambang lebar dapat dihitung berdasarkan
persamaan berikut.
Q = ( 23 )3/2 √g.b.C.h13/2 = 1,705.b.c. h13/2
Keterangan:
Q = debit (m2/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
b = lebar ambang tegak lurus arah aliran (m)
C = koefisien pengaliran debit
h1 = tinggi tekan hidraulik di udik, terhadap elevasi ambang (m)
Koefisien C merupakan fungsi dan dapat diperoleh dari grafik h 1/L dan h1/p pada
gambar 10 dan tabel 3. L adalah panjang ambang dalam arah aliran dan p adalah nilai
tengah-tengah, C, didapat dengan interpolasi linier. Nilai koefisien debit, C, akan tetap
sebesar 0,85 untuk 0,1 ≤ h1/L ≤ 0,2 dan h1/p < 0,15.
Rumus koefisien C dapat diperoleh dari:
C = Cd.Cv
dengan,
Cd = Q2/33/2g1/2b.Cv.h13/2 = = Q1.705.b.Cv.h13/2
Cv = (H1h1)3/2

Tabel 3 Variasi C dengan h1/L


Gambar 10 Contoh gambar koefisien debit, C ditentukan dari h1/L dan h1/p.
Batasan-batasan yang perlu diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang dapat
mempengaruhi ketelitian pengukuran:
a. Untuk menghindari tegangan permukaan dan pengaruh kekentalah: h1 ≥ 0,06 m, b ≥ 0,20
m, dan p ≥ 0,15 m.
b. Kalibrasi hasil pengukuran dilakukan dalam batasan 0,1 < L/p < 4,0 dan 0,1 h1/L < 1,6.
c. Untuk menghindari ketidakstabilan muka air, perlu dibatasi kondisi pengukuran: h1/p <
1,6.
Tinggi muka air, h diukur sebagai kedalaman di atas elevasi mercu. Pengukuran harus
dilakukan pada lokasi di bagian udik ambang dengan jarak 2hmaks-4hmaks dengan hmaks adalah
tinggi muka air udik maksimum.
3.2.3.3Pengukuran debit dengan Lorong Parshall
Lorong Parshall merupakan bangunan ukur sederhana dengan bentuk penampang
melintang berbentuk empat persegi. Terdiri dari masukan yang menyempit, leher saluran dan
pengeluaran yang melebar (dipresentasikan pada gambar 11). Lantai pemasukan datar arah
memanjang dan ke arah samping. Tembok sisi vertikal pada sudut tetap 11º19’ atau mempunyai
penyempitan 1:5 terhadap sumbu flume.
 Lorong Parshall mempunyai bentuk tertentu yang secara geometrik antara satu dengan
lainnya tidak sama. Oleh sebab itu, penggunaan dan pembangunan flume harus sesuai dengan
dimensi-dimensi yang ditentukan. Dimensi lain dari flume-flume ini dihitung menurut
persamaan berikut (dalam m).
a. Lebar penampang melintang masuk flume, b1;
b1 = 1,2 b + 0,48
b. Panjang sumbu pemasukan, L1; 
L1 = 0,5 b + 1,2
c. Panjang dinding pertemuan, Le; 
Le = 1,02 L1
d. Panjang dinding antara bagian puncak mercu dan pengukuran tinggi air, La; 
La = 2 Le / 2
e. Lebar penampang melintang pengeluaran flume, b2; 
b2 = b + 0,20
f. Tinggi dinding sisi dari pemasukan; 
hc = hamax + (0,15 a 0,20)
Satu-satunya dimensi yang dapat ditentukan secara analitis adalah panjang dinding, L a,
yaitu jarak antara puncak lantai dan pemasukan pipa tabung pengukur yang digunakan
pengukuran tinggi air, ha. Panjang dinding (La), dalam m, dengan persamaan:
La = b3 + 0,812
Pertimbangan pengunaan Parshall Flume:
a. Parshall Flume berpenampang melintang empat persegi panjang dan lebar leher saluran
bervariasi dari (0,152 m-15 m atau lebih) dan digunakan untuk pengukuran debit antara
0,16 m2/s – 92,0 m2/s.
b. Lorong Parshall berukuran medium dengan lebar leher antara ± 0,15 m dan ± 2,5 m yang
tepat untuk pengukuran debit antara 0,0015 m2/s – 4,0 m2/s.
c. Parshall Flume besar dengan lebar leher antara ± 2 m - ± 15 m, dengan desain yang
berbeda
tergantung pada ukuran flume, tepat untuk pengukuran debit antara 0,16 m2/s – 92,0 m2/s.
Berikut merupakan gambar dari Dimensi Lorong Parshall.

Gambar 11 Dimensi lorong Parshall


Persyaratan pengukuran debit melalui ambang Lorong Parshall yaitu:
a. Bangunan harus stabil dan kedap air serta harus mampu menahan kondisi aliran banjir
tanpa terjadi kerusakan oleh erosi sekeliling atau dari bagian hilir.
b. Sumbu saluran harus sejajar dengan arah aliran dalam saluran di bagian udik.
c. Permukaan flume khususnya pada pemasukan dan leher saluran harus licin. Flume dapat
dibuat dari beton dengan lapisan akhir semen yang licin atau dapat diberi lapirsan dengan
bahan non-korosif yang licin. Untuk penggunaan labolatorium, tingkat kelicinan lapisan
akhir harus sama dengan lembaran logam atau kayu yang telat diserut, diampelas, dan
dicat.
d. Lapisan permukaan bentuk prisma dari leher saluran berkisar antara profil 0,5 hmax di
bagian udik dan hilir leher saluran.
Debit aliran Lorong Parshall dapat dihitung dengan melihat kondisi aliran dan pengukuran
kedalaman air.
a. Aliran sempurna
Rumus debit yang mengalir melalui Lorong Parshall yang beroperasi dalam kondisi
aliran sempurna:
Q = CD.b.han
Keterangan:
Q = debit aliran  (m2/s)
ha = tinggi tekan air pada pemasukan (m)
b = lebar leher saluran (m)
CD = koefisien pengaliran debit
n = eksponen yang tergantung pada b

Debit melalui Lorong Parshall standar pada tabel 4 yang beroperasi pada kondisi aliran
sempurna, diperoleh dari persamaan berikut:
Q = 0,372 b (h(a)0,305)1.569b^0.026
Dengan CD = 0,272 dan n = 1,579b0,026 ; untuk Lorong Parshall standar nomor 1; CD =
0,284 dan n mempunyai nilai yang sama seperti diatas. Maka persamaan debit untuk setiap
Lorong Parshall standar adalah C = CD b (2,279)n
Debit melalui Lorong Parshall besar yang terpresentase pada tabel 5, kolom 1, nomor 14-
21 yang beroperasi dalam kondisi aliran sempurna (yaitu < c), diperoleh pesamaan:
Q = (2,292b + 0,48) ha1,6  (2,2b + 0,48) ha1,6
Dengan CD = 2,2 + 0,48/b dan n = 1,6 ; Maka persamaan debit untuk setiap Lorong Parshall
besar adalah C = CD b
Tabel 4 Karakteristik debit untuk Lorong Parshall standar

Tabel 5 Karakteristik debit untuk Lorong Parshall besar

b. Aliran tidak sempurna


Debit yang mengalir melalui Lorong Parshall yang beroperasi dalam kondisi aliran tidak
sempurna dipengaruhi oleh tekan air hilr. Dengan demikian, dapat diperoleh dengan cara
penyesuaian terhadap debit aliran sempurna:
Qdr = Q – QE
Keterangan:
Qdr = debit aliran tidak sempurna
Q = debit aliran sempurna
QE = pengurangan debit sebagai hasil keadaan aliran tidak sempurna

Untuk mengevaluasi QE untuk Lorong Parshall staundar, persamaan empirik harus


digunakan. Untuk Parshall Flume besar prosedur QE adalah sebagai berikut.

Pilih nilai QE2 (untuk lebar leher saluran b = 2,05 m) yang sama dengan rasio aliran tidak
sempurna dan tinggi tekanan air udik ha flume.
c. Pengukuran kedalaman air
Besaran debit melalui Lorong Parshall ditentukan oleh kedalaman air pada pemasukan
(tinggi dibagian udik, ha) dan bagian leher saluran (tinggi di bagian hilir, h b). Pengukuran satu
atau kedua tinggi tergantung pada keadaan aliran dalam flume.
3.2.3.4Pengukuran debit dengan bangunan ujung hulu bulat (Romijn)
Bentuk bangunan ukur ini terdiri atas mercu dengan elevasi yang benar dan horizontal
yang berada di antara dinding pangkal bangunan. Ujung hulu dibulatkan agar tidak terjadi
pemisahan aliran, dan hilir ambang horizontal dapat dibuat bulat, miring ke bawah, atau muka
tegak. Ambang harus ditempatkan dengan arah tegak lurus terhadap arah aliran di saluran
pengarah.
Jari-jari, r, pada mercu hulu tidak boleh kurang dari 0,2 H maks. Panjang mercu ambang
horizontal tidak kurang dari 1,75 Hmaks atau panjang total mercu dan jari-jari ujung hulunya tidak
kurang dari 2,25 Hmaks.
Gambar 12 Susunan umum bangunan ukur ujung hulu bulat
Rumus dasar debit aliran yang melimpasi ambang lebar dapat dihitung berdasarkan rumus
berikut.
Q = ( 23 )3/2.CD.b.√g.H3/2 
Keterangan:
Q = debit (m2/s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
b = lebar mercu ambang (m)
CD = koefisien pengaliran debit
H = total tinggi energi
( 23 )3/2 adalah konstanta yang tidak mengandung kesalahan (-)
Karena tinggi energi total H, tidak dapat diukur langsung, maka persamaan debit dalam kaitan
dengan tinggi muka air teramati, h, terhadap elevasi mercu ditulis sebagai berikut.
Q = ( 23 )3/2.CD.Cv.b.√g.h3/2 
Keterangan:
Cv = koefisien tanpa dimensi yang mengikuti pengaruh kecepatan aliran datang elevasi
uka air di hulu ambang
h = tinggi muka air di atas mercu ambang, (m)
Menurut definisi:
Cv = (Hh)3/2
Tinggi energi total berhubungan dengan tinggi muka air teramati yang diberikan dengan
persamaan.
H = h + α V-22g
Keterangan:
v = kecepatan rata-rata di saluran pengarah pada penampang melintang tempat tinggi
muka air diukur (m/s)
α = koefisien (energi kinetik atau koefisien Coriolis)
Koefisien ini memperhitungkan kenyataan bahwa tinggi energi kinetik lebih besar dari v 2/2g
jika distribusi kecepatan melintang saluran teratur, tetapi tidak seragam. Dalam penerapan persamaan
ini α dapat diambil sama dengan satu. Dari persamaan berikut, diperoleh:
33(Cv32-1)15Cv = 2.Cd.b.hA
Keterangan:
A = luas penampang melintang basah (m2)
Maka Cv dapat dinyatakan sebagai fungsi Cd.b.hA. 
Ada dua metode yang umum digunakan untuk menghitung besarnya debit dari hasil
pembacaan tinggi muka air. Metode pertama menggunakan teknik pendekatan dan persamaan dasar
tinggi energi total. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan komputer dan akan efisien bila
perhitungannya rumit dan berulang-ulang. Metode kedua menggunakan hubungan yang diperoleh dari
hasil pengukuran dan tinggi energi total untuk tipe ambang dan geometri aliran tertentu. Koefisien
pada kecepatan aliran datang Cv pada persamaan debit diperoleh dari tabel-tabel dan grafik-grafik.
Persamaan dasar debit dapat diuraikan dengan menggunakan faktor-faktor tinggi energi total
dengan tinggi energi terukur. Untuk air pada temperatur biasa, C d merupakan fungsi tinggi muka air, h,
panjang mercu ambang dalam arah aliran, kekerasan permukaan mercu, dan perbandingan h/b yang
dinyatakan dalam persamaan.
Cd = (1 - 2. x.Lb) (1 - x.Lh)3/2
Keterangan:
x = δ/L adalah faktor karena pengaruh lapisan batas pada mercusuar= tebal lapisan batas
(m)
L = panjang penampang horizontal pada ambang searah aliran (m)
Pada ambang yang dibangun dengan permukaan yang halus nilai δ/L secara praktis
terletak antara 0,002-0,004. Mengingat bahwa 4000 < L/k < 105 (k adalah nilai
kekasaran) dan Re > 2.105 (Re adalah bilangan Reynolds). δ/L dianggap sama dengan
0,002 dengan tidak memberikan kesalahan yang berarti. Persamaan menjadi:
Cd = (1 - 0.006.Lb) (1 - 0.003.Lh)3/2
Nilai Cv berlaku baik untuk mercu dengan bagian hulu tertutup (mercu tetap) maupun
mercu dengan bagian hulu terbuka (mercu gerak).
Batas bawah dari h mempunyai kaitan dengan besarnya pengaruh sifat-sifat fluida dan
kekasaran lapis batas. Batas bawah yang disarankan adalah 0,06 m atau 0,01 L, diambil
yang besar.
Pembatasan H/p muncul akibat kesulitan-kesulitan yang dialami, bila Bilangan Froude
dari saluran pengarah lebih dari 0,5, dikaitkan dengan keterbatasan hasil percobaan pada
nilai-nilai H/p yang tinggi. Batas atas yang disarankan adalah H/p = 1,5.
H/L tidak boleh lebih dari 0,57 dan pembatasan H/L muncul karena perlunya menjamin
aliran sejajar pada penampang kritis di atas mercu. Tinggi ambang, p, tidak boleh kurang
dari 0,15 m. Lebar mercu, b, tidak boleh kurang dari 0,2 m atau tidak kecil dari H maks atau
tidak lebih kecil dari L/5.

Anda mungkin juga menyukai