2389
0
Segala puji bagi Allah Rabb alam semesta, shalawat dan salam semoga
tercurah kepada Nabi dan Rasul yang paling mulia, Nabi kita Muhammad,
keluarga dan seluruh sahabatnya. Amma Ba’du.
Ibnu Taimiyah berkata yang artinya, “Semua golongan itu akan masuk
surga.”
Ini merupakan berita gembira bagi kita karena kita menganggap diri kita
termasuk orang-orang yang menganiaya diri.
Umat Islam kini hidup dalam kerendahan nilai, prinsip dan pendidikan,
ketika mereka berpaling dari al-Qur’an dan sunnah. Sehingga forum-
forum mereka mandul, tidak memiliki faedah dan manfaat apa-apa serta
tidak memberikan kebaikan kepada mereka, baik di dunia maupun di
akhirat.
Namun ketika berpaling kecuali orang – orang yang dirahmati Allah dari
al-Qur’an, maka hati kita menjadi mati dan kita kehilangan cahaya, sinar
dan keinginan cahaya, sinar dan keinginan untuk kembali kepada Allah.
Muslim meriwayatkan dari Hisyam bin Sa’d bin ‘Amir dari bapaknya dari
kakeknya – bapak dan kakeknya merupakan dua orang sahabat Anshar
yang ikut dalam perang Badar dan Uhud – sebuah bait sya’ir yang
berbunyi,
Sa’ad bin Hisyam bin Amir berkata, “Aku bertanya kepada Aisyah tentang
akhlak Rasulullah.” Dia berkata, “Akhlak beliau adalah al-Qur’an.”
Allah berfirman,
Demi Allah, orang yang paling baik, paling luhur dan paling mulia dari kita
adalah orang yang hidup bersama al-Qur’an.
Inilah kriteria yang Allah turunkan ke bumi, bukan kriteria penghuni bumi
dan kaum materialis yang memandang manusia berdasarkan kedudukan,
jabatan dan keturunan.
Karena itulah dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa disebutkan
bahwa Rasulullah mendengarkan bacaannya di malam hari. Abu Musa
memiliki suara yang sangat indah yang mengalir ke dalam hati sehingga
mampu berbicara secara langsung kepada jiwa manusia.
Peristiwa ini terjadi ketika Rasulullah kembali dari Tha’if, yaitu ketika
beliau membaca Al-Quran di sebuah lembah kebun kurma. Ketika para jin
mendengarkan al-Qur’an, mereka pun akhirnya masuk Islam dan
beriman. Lalu kembali kepada kaum mereka untuk memberikan
peringatan kepada mereka dan meninggikan kalimat “La ilaha illallah
Muhammad Rasulullah.”
Sedangkan hati yang tak diisi oleh al-Qur’an adalah hati yang diisi
kemunafikan, bisikan setan, bisikan jahat, cinta buta, nyanyian-nyanyian
kotor dan pandangan buruk.
Allah dari atas langit yang tujuh menyebut-nyebut nama Ubai, salah
seorang sahabat Nabi, kemuliaan apakah ini ?
Beliau bertanya, “Wahai Abu Mundzir, ayat apakah yang paling agung
dalam al-Qur’an ?”
Ubai menjawab, Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui.”
Beliau bertanya kembali, “Ayat apakah yang paling agung dalam al-
Qur’an ?”
Ubai menjawab,
“Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhlukNya).” (Al-Baqarah : 255).
Inilah ilmu yang menjadi rebutan dan inilah ilmu yang bermanfaat. Maka
jadilah Ubai sebagai sayyidul qurra’ (pemimpin para penghafal al-Quran).
Rasulullah bahkan ketika lupa salah satu ayat lalu beliau diingatkan oleh
salah seorang sahabat, beliau bertanya kepada Ubai usai shalat untuk
memastikan, karena kedudukannya dengan al-Qur’an.
Dalam satu riwayat dikatakan bahwa ayat tersebut adalah firman Allah,
Dalam hadits shahih disebutkan bahwa Usaid bin Khudhair bangun untuk
membaca surat al-Baqarah, lalu kudanya berkeliling di kandangnya. Usaid
membatalkan shalatnya karena kuda itu hampir saja menginjak anaknya
dengan kakinya. Tiba-tiba ia melihat sebuah bayangan mendekati
kepalanya dan peristiwa itupun diceritakannya kepada Rasulullah. Beliau
bertanya, “Apakah kamu benar-benar melihatnya ?” Usaid menjawab,
“Ya” Beliau berkata, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya,
sesungguhnya malaikat turun untuk mendengarkan bacaanmu.
Seandainya engkau membaca hingga pagi, tentu orang-orang akan
melihatnya, karena tidak ada sesuatu yang dihalanginya.” Hadits dengan
lafazh ini atau yang seperti ini adalah shahih.
Kemudian beliau bangun dan keluar dari rumah. Ibnu Abbas menyusulnya
dengan membawa air dan wadah lalu meletakkannya di depan pintu.
“Ya Allah, bagiMu segala puji , Engkau yang mengurus langit dan bumi
serta makhluk yang ada di dalamnya. BagiMu segala puji , Engkau cahaya
langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya. BagiMu segala puji,
Engkaulah raja langit dan bumi serta makhluk yang ada di dalamnya.
BagiMu segala puji, Engkaulah yang Haaq, janjiMu haq, firmanMu adalah
haq, surga adalah haq, neraka adalah haq, para nabi adalah haq dan
Muhammad adalah haq.”
Kemudian beliau bangun untuk melaksanakan shalat dan Ibnu Abbas ikut
pula shalat bersama beliau pada malam yang panjang.
Ibnu Mas’ud berkata, “Pada suatu malam Rasulullah shalat dan aku pun
ikut shalat bersamanya. Beliau membaca surat hingga aku ingin
melakukan sesuatu yang buruk.” Ketika ditanya,” Apa yang ingin engkau
lakukan?” Dia menjawab, “Aku ingin duduk dan meninggalkan Nabi.”
Ini ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Sahal
bin Sa’ad bahwasanya dia berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah, lalu dia bertanya, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku
amal perbuatan yang jika aku lakukan, Allah mencintaiku dan manusia
pun mencintaiku?” Beliau menjawab,
“Zuhudlah terhadap dunia, maka Allah akan mencintaimu dan zuhudlah
terhadap apa yang ada di tangan manusia, maka manusia akan
mencintaimu.”
Hal yang paling agung yang dapat mendekatkan seseorang kepada Allah
adalah menyingkirkan cinta dunia dari hatinya.
Cinta Allah tidaklah dapat diraih kecuali engkau menjadi hambaNya dan
penghambaan berarti tunduk, merendah dan pasrah kepada Allah.
“Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya dari al-Masjid al-
Haram ke al-Masjid al-Aqsha .” (Al-Isra : 1).
Rasulullah telah memperingatkan mereka dan juga kita dari cinta dunia
dan menyembah kepadaNya. Sebab ada sebagian manusia yang
menyembah dinar dan dirham. Ada yang menyembah khamishah(sejenis
pakaian) dan khamilah(pohon-pohon yang lebat).
Rasulullah bersabda,
Mereka menjawab, “Kami rasa tak seorang pun yang tidak menginginkan
harta ini.
Qutaibah berkata, “Akan aku perlihatkan kepada kalian seorang dari umat
Muhammad, yang emas baginya seperti debu. Panggillah Muhammad bin
Wasi’ kepadaku!”
Muhammad bin Wasi’ pergi membawa emasnya dan di jalan dia bertemu
dengan seorang fakir miskin yang meminta-minta kepada tentara, lalu
Muhammad bin Wasi’ memberikan seluruh emasnya kepadanya. Akhirnya
berita ini disampaikan kepada Qutaibah dan dia pun berkata kepada para
komandan dan menteri, “Bukankah aku katakan kepada kalian, ada
seseorang dari umat Muhammad yang emas baginya seperti debu?”
Inilah kezuhudan! Dan kisah ini selalu saya ulang-ulang, karena dia amat
membekas.
“Jadilah di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang melewati
jalan.
Maka Ibnu Umar pun menjadi seorang sahabat yang paling zuhud
terhadap dunia, bahkan dia lepaskan jabatan khilafah, padahal dia layak
memangkunya seandainya dia meminta, karena hati semua orang telah
tertarik kepadanya. Namun dia tinggalkan jabatan itu karena dia ingin
mengamalkan nasehat Rasulullah. Dia seperti orang asing di dunia dan
orang yang sedang melewati jalan, yang mengambil sedikit saja bekal
dan meninggalkan segala kemewahannya.
Ketiga,qiyamullail (shalat malam)
Faktor ketiga untuk meraih cinta Allah adalah shalat malam. Di sinilah
kita mengadukan keadaan kita kepadaNya.
“Mereka itu tidak sama, di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang
berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di
malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat).” (Ali Imran : 113).
Rasulullah telah mendorong manusia agar melakukan shalat malam.
Shalat malam biasa dilakukan setengah jam atau sepertiga jam sebelum
subuh, meski hanya dua rakaat agar Anda termasuk orang-orang yang
mengingat Allah pada waktu itu.
“Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang tersisa, lalu Dia
berkata, Adakah orang yang meminta, maka akan aku berikan
permintaannya ? Adakah orang yang memohon ampunan, maka aku akan
ampuni kesalahannya ? Adakah orang yang berdoa, maka aku akan
kabulkan doanya?”
Waktu ini adalah waktu yang banyak diabaikan orang, dan barangsiapa
yang mengabaikannya, maka dia rugi dan hina, kecuali karena sakit, atau
begadang untuk suatu kebaikan yang harus dilakukan, atau karena dalam
perjalanan.
Nafi’ budak Ibnu Umar berkata, “Setelah itu Ibnu Umar tidak tidur di
malam hari kecuali sedikit.”
Jika dalam perjalanan, Ibnu Umar juga tetap shalat, lalu dia bertanya
kepada Nafi’, “Wahai Nafi’ apakah fajar telah terbit?” Jika dikatakan,
‘belum’, dia meneruskan shalatnya dan jika dikatakan, ‘telah terbit’, dia
shalat witir satu rakaat, lalu menghadap Kiblat untuk melakukan shalat
fajar.
Allah berfirman,
Setiap kali Anda merenungkan ayat Allah, maka ayat itu akan
menunjukkanmu kepadaNya.
Betapa banyak ayat-ayat Allah yang kita lewati, tapi kita mengambilnya
sebagai pelajaran kecuali bagi orang yang ditolong Allah untuk
bertafakur. Allah berfirman,
Inilah sarana paling besar untuk mencintai Allah yang menciptakan segala
sesuatu bagi kita dan ayat-ayatNya agar kita dapat mengambilnya
sebagai pelajaran, sehingga kita semakin dekat denganNya.
Sumber dari: https://wahdah.or.id/4-faktor-menggapai-cinta-allah/
CINTA ALLAH, PUNCAK SEGALA CINTA
"Love, if you have it, you don't need to have anything else; and if you don't have it, it
doesn't much matter what else you have." -James M. Barrie-
Membahas tentang cinta tidak akan pernah ada habisnya, bagaikan menguras air laut yang tak
akan pernah surut. Ketika mendengar kata "cinta", siapa orang yang tergambar di benakmu?
Orang tua? Suami? Istri? Pacar? Anak? Sahabat? atau Tuhan? Kali ini saya akan membahas
tentang puncak segala cinta, yakni cinta kepada Allah SWT.
Cinta adalah anugerah terindah yang diberikan Allah SWT kepada makhluknya. Dengan
cinta, hidup akan lebih indah dan berwarna. Benar saja kata James M. Barrie, jika kamu tidak
memiliki cinta, tidak peduli seberapa banyak kekayaan yang kamu miliki, semuanya tidak
akan berharga. Karena cinta, tertitislah keturunan yang dilahirkan melalui sucinya ikatan
pernikahan dua insan dan terciptanya kasih sayang serta kedamaian antar sesama.
Sejatinya cinta itu suci. Sayangnya, hanya sedikit manusia yang menyadari kesuciannya.
Bahkan sebagian dari mereka menyalahartikan kesucian cinta untuk mementingkan hawa
nafsu semata. Atas nama cinta, tak sedikit dari mereka yang menuntut 'pengorbanan'
pasangannya untuk membuktikan ketulusan cinta mereka. Atas nama cinta, mereka
merenggut 'kehormatan' kekasihnya sebelum waktu yang seharusnya. Apakah itu yang
dinamakan cinta?
Cinta sejati itu jauh dari dosa dan noda. Cinta sejati itu adalah kasih sayang yang berbentuk
saling menjaga dan memelihara. Mengoyak kehormatan pasangan di luar mahligai
pernikahan adalah wujud nyata dari penodaan cinta yang membawa dosa dan keburukan
beruntun. Bukankah memetik buah yang belum siap dipanen adalah sebuah kezaliman? Ingat!
Orang beriman akan selalu menjaga kehormatannya.
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah : 216, "... boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui."
Maka cintailah sesuatu sewajarnya saja. Takarlah cinta sesuai kadarnya. Jangan kau berikan
100% cintamu untuk sesuatu yang fana. Cinta mati dapat melukai hati ketika yang dicintai
tidak sesuai harapan hati. Percayalah, kalau tidak dia yang meninggalkanmu, pasti engkau
yang akan meninggalkannya. Karena segala sesuatu di bumi ini bersifat sementara. Hanya
Allah yang kekal. Begitupun perihal benci, janganlah kau membenci sesuatu dengan segenap
rasa antipati, itu dapat membuat hatimu mati. Jadi, jangan sampai kecintaan dan kebencian
kita menutupi "Nur Ilahi" yang memancar dari lubuk hati.
Cinta Allah adalah puncak tertinggi dari segala cinta. Segala macam cinta kepada selain
Allah akan mudah luntur seiring berjalannya waktu. Cinta kepada Allah berarti
menempatkan Allah di lubuk hati dengan khidmat. Bukti nyata dari mencintai Allah adalah
dengan melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Cinta kepada Allah adalah
selalu menjadikan Allah sebagai dasar atas segalanya. Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah,
mencegah karena Allah, maka sesungguhnya telah sempurnalah iman mereka." (HR. Abu
Dawud).
Akhi wa ukhti, alangkah baiknya jika kita selalu berdo'a untuk memohon cinta Allah dan
cinta orang-orang yang mencintai Allah dan semoga kita diberi jodoh yang dapat menambah
kecintaan kita kepada Allah.
Indahkanlah hidupmu dengan cinta dan kasih sayang, maka kau akan mengerti hakikat
keberadaanmu di dunia.
Bagaimana Kiat Meraih Cinta
Allah ‘Azza wa Jalla
Beranda Download Kajian Ustadz Abu Haidar As-Sundawy Al-Irsyad Ila Shahihil
I'tiqad Bagaimana Kiat Meraih Cinta Allah ‘Azza wa Jalla
By Radio Rodja | Kamis, 14 Februari 2019 pukul 10:27 am
Tautan: https://rodja.id/2as
Pertama, orang yang mencintai Allah akan lebih mendahulukan apa yang Allah
cintai daripada syahwat dan hawa nafsunya.
Kedua, orang yang mencintai Allah itu akan mengikuti sunnah Rasul Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam.
Ketiga, orang yang mencintai Allah itu keras kepada orang-orang kafir.
Keempat, saling mengasihi dengan sesama muslim.
Kelima, mereka berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwa.
Keenam, mereka tidak takut terhadap celaan orang-orang yang mencela.
Dalil-dalil tentang semua itu sudah kita terangkan di kajian sebelumnya. Sekarang
kita masuk pada pembahasan “Bagaimana kiat meraih cinta Allah ‘Azza wa
Jalla“.
Ikhtiar dan usaha apa yang harus kita lakukan agar Allah mencintai kita? Sebelum
itu mungkin timbul pertanyaan, Apa keuntungan dari dicintai oleh Allah? Tentu saja
keuntungannya luar biasa besar dan banyak. Salah satunya adalah apa yang
ditegaskan oleh Allah sendiri dalam salah satu hadits Qudsi, shahih riwayat Imam
Al-Bukhari dalam kitab shahihnya. Di pertengahan hadits Qudsi ini Allah berfirman:
Baca Juga:
Penjelasan tentang Sifat Istiwa Allah - Bagian ke-2 - Kitab Aqidah As-Salaf
Ashabul Hadits (Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A.)
“Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran
yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia
gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk
memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia
memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon
perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari)
Inilah keuntungan orang yang dicintai oleh Allah. Dia mendengar dengan
pendengaran Allah, dia melihat dengan penglihatan Allah, dia bertindak dan juga
berjalan tetap dengan pengawasan bimbingan dari Allah ‘Azza wa Jalla.
Yang dimaksud dia akan melihat dengan penglihatan Allah, mendengar dengan
pendengaran Allah, maknanya adalah Allah akan menjaga pendengarannya,
penglihatannya, ucapannya, perbuatannya, pemikirannya, seluruh tingkah lakunya
dari hal-hal yang diharamkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Maka orang tersebut tidak
akan menggunakan telinganya untuk mendengar apa yang Allah haramkan untuk
didengar, matanya tidak akan dipakai untuk melihat apa yang Allah haramkan untuk
dilihat, lisannya juga tidak akan dipakai mengucapkan apa yang Allah haramkan
untuk diucapkan, begitulah seterusnya.
Bila dia butuh pertolongan, tanpa diminta Allah akan tolong. Kalau dia butuh
perlindungan, Allah akan berikan perlindungan. Dan bila dia meminta sesuatu
kepada Allah, pasti akan diberi. Dan inilah keutamaan dari orang yang sudah dicintai
oleh Allah. Maka bahagialah mereka yang memperoleh kecintaan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.
Segala sesuatu yang berkaitan dengan Al-Qur’an, baik orang, waktu, tempat, atau
makhluk lain selain manusia, kalau berkaitan erat dengan Al-Qur’an pasti mulia,
pasti dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Baca Juga:
Hukum Do'a Dalam Tasyahud - Kitab Bulughul Maram (Ustadz Zainal Abidin
Syamsudin, Lc.)
Siapa Malaikat yang paling mulia? Malaikat Jibril. Saking mulianya Allah menyebut
beliau secara khusus.
﴾٤﴿ تَنَ َّز ُل ْال َماَل ئِ َكةُ َوالرُّ و ُح فِيهَا ِبإِ ْذ ِن َربِّ ِهم ِّمن ُكلِّ أَ ْم ٍر
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan.” (QS. Al-Qadr[97]: 4)
Malaikat Jibril termasuk kelompok Malaikat. Tapi dipisahkan dari umumnya
malaikat. Disebut secara khusus karena kemuliaan beliau. Kenapa beliau menjadi
para malaikat yang paling mulia? Karena beliaulah yang menerima Al-Qur’an dari
Allah untuk disampaikan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka jadilah
beliau malaikat yang paling mulia.
Lalu Al-Qur’an ini diturunkan ke umat yang mana? Ke umat Islam. Maka umat ini
adalah umat pilihan Allah. Allah sendiri yang menyatakan hal ini dalam Al-Qur’an:
Baca Juga:
Jadi, aktivitas yang berkaitan dengan Al-Qur’an itu menyebabkan pelaku dari
aktivitas itu menjadi manusia terbaik. Coba lihat penjelasan tadi, apa pun yang
berkaitan dengan Al-Qur’an baik waktu seperti Lailatul Qadar, seperti Ramadhan
ataupun makhluk dikalangan para Malaikat seperti Malaikat Jibril, ataupun manusia
baik Nabi Muhammad termasuk umatnya, mereka meraih kemuliaan itu karena Al-
Qur’anul Karim.
Al-Quran lah yang menjadi sumber dan penyebab kemuliaan setiap manusia. Maka
kemuliaan yang Allah berikan kepada orang yang berinteraksi secara benar dengan
Al-Qur’an, itu buktinya tak cinta dan kasih sayang Allah kepada orang-orang yang
membaca Al-Qur’an, mentadaburi maknanya dan memahami tafsirannya, serta
mengaplikasikannya dalam kehidupan keseharian kita.
Baca Juga:
Penjelasan tentang Nusyrah - Kitab Tauhid (Syaikh Prof. Dr. ‘Abdur Razzaq Al-
Badr)
Jadi amalan yang Allah syariatkan kepada kita yang paling Allah cintai adalah
amalan-amalan yang fardhu, yang wajib. Seperti shalat yang lima waktu, seperti
puasa Ramadhan, seperti zakat dan haji bagi orang yang sudah berkemampuan
untuk melakukan itu, seperti thalabul ilmi, mengkaji ilmu syar’i, bukan ilmu umum.
Itu amalan pendekatan diri kepada Allah yang paling Allah cintai. Lalu Allah
melanjutkan:
Kalau shalat; shalat rawatib, shalat tahajud, duha, istikharah, syukrul wudhu dan
yang sejenisnya. Kalau puasa; ada senin kamis, ada dawud, ada ayyamul bidh, ada
saum arafah, asyura, itu juga ibadah-ibadah nawafil yang bisa mendekatkan diri
pelakunya kepada Allah.
Apa efeknya? Allah mencintai. Oleh karena itulah maka taqarrub kepada Allah
dengan yang fardhu plus ditambah yang sunnah merupakan salah satu cara untuk
meraih kecintaan Allah ‘Azza wa Jalla bagi kita. Inilah cara yang kedua.
3. Mendawamkan Dzikir Dalam Setiap Keadaan
Yang ketiga adalah mendawamkan dzikir kepada Allah dalam setiap keadaan. Baik
dengan lisan, dzikir dengan hati dan juga dzikir dengan seluruh anggota badan.
Dzikir termasuk salah satu cara untuk menghidupkan hati dan menyehatkan hati.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumpamakan orang yang berdzikir dengan
orang yang tidak berdzikir itu seperti orang yang hidup dengan orang yang mati.
ِ َِّمثَ ُل الَّ ِذي يَ ْذ ُك ُر َربَّهُ َوالَّ ِذي الَ يَ ْذ ُك ُر َمثَ ُل ْال َح ِّى َو ْال َمي
ت
“Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Rabbnya dan tidak berdzikir bagaikan
orang hidup dan orang mati.” (HR. Bukhari)
Dan ini bukan sekedar ruh, juga obat bagi penyakit hati. Berkata Umar bin Khattab
Radhiyallahu ‘Anhu:
Kalau ada orang membicarakan Allah, tidak akan mungkin berbicara keburukanNya.
Walaupun orang fasik, orang durhaka, kalau berbicara tentang Allah pasti tentang
kebaikan-kebaikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebutlah nama Allah karena
menyebut nama Allah itu adalah obat dan hindarkan kalian menyebut-nyebut orang
karena itu adalah penyakit. Kalau membicarakan orang rata-rata keburukannya yang
dibicarakan.
Baca Juga:
Bahkan berkata Muadz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu ketika menerangkan tentang
keutamaan dzikir, bahwa tidak ada sesuatupun yang lebih bisa menyelamatkan dari
adzab Allah selain dzikrullah. Dzikrullah adalah amalan yang paling menyelamatkan
seorang hamba dari adzab Allah ‘Azza wa Jalla. Karena orang yang berdzikir itu
dengan dzikirnya dia memperoleh dua modal untuk hidup bahagia di akhirat. Yaitu
satu pahala, satu lagi ampunan. Ampunan fungsinya menghapus dosa. Bahagia atau
sengsaranya manusia di akhirat tergantung dosa dan pahala. Kalau pahalanya lebih
banyak daripada dosanya, dia selamat.
Baca Juga:
Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/95986/ini-sepuluh-bentuk-cinta-kepada-allah