Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN

PENENTUAN JUMLAH LEUKOSIT

Tanggal Praktikum : Jum’at, 25 September 2020


Dosen Asistensi : Dr. Dwi Winarni, Dra, M.Si.

Disusun Oleh Kelompok 4 (Kelas D3) :


Aliffa Yusti Sadila 081811433045
Ariyan Pratama Fajar 081811433048
Khafid Jallaludhin 081811433052
Adelah Putri Milenia S. 081811433058
Abima Setya R. 081811433070

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Darah merupakan jaringan sirkulasi utama yang terdiri dari sel-sel yang tersuspensasi
dalam cairan substansi interseluler (plasma) dengan fungsi utama yitu mempertahankan
homeostatis (Etim I. et al., 2014). Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh
jaringan hemopoetik untuk jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik
untuk jenis tak bergranula (mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh
terhadap infeksi. (Sutedjo, 2006).
Sel darah putih (leukosit) merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan
tubuh, mengendung inti dan mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit berfungsi menyediakan pertahanan yang
cepat dan kuat terhadap setiap agen infeksi yang ada. Didalam darah manusia, normal
didapati jumlah leukosit rata-rata 6.000-10.000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari
12.000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5.000 disebut leukopenia.
Fungsi primer sel darah putih adalah melindungi tubuh dari infeksi. Sel ini
bekerja dengan erat bersama protein respons imun, imunoglobulin dan komplemen
Neutrofil, eosinofil, basofil dan monosit yang merupakan fagosit; semua sel ini
mengingesti dan menghancurkan patogen dan debris sel (Tarwoto, 2007).
Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu bergranulosit dan agranulosit.
a. Granulosit, yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat granula-
granula. Granula-granula ini mempunyai perbedaan kemampuan mengikat warna
misalnya pada eosinofil mempunyai granula berwarna merah terang, basofil
berwarna biru dan neutrofil berwarna ungu pucat.
b. Agranulosit, merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai inti sel satu
lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Yang termasuk agranulosit adalah
limfosit, dan monosit. Limfosit terdiri dari limfosit B yang membentuk imunitas
humoral dan limfosit T yang membentuk imunitas selular. Limfosit B memproduksi
antibodi jika terdapat antigen, sedangkan limfosit T langsung berhubungan dengan
benda asing untuk di fagosit. (Tarwoto, 2007).
Proses pembentukan leukosit terdiri atas 2 proses, yaitu granulopoeisis dan
Limfopoesis. Granulopoeisis dimulai dengan keturunan pertama dari hemositoblas yang
dinamakan myeloblas selanjutnya berdiferensiasi secara berturut-turut melalui tahap
promyelosit, myelosit, metamyelosit batang dan segmen. Pada proses Limfopoesis,
limfosit juga berasal dari sel induk yang potensial, selanjutnya dengan pengaruh unsur-
unsur epitel jaringan limfoid akan berdiferensiasi menjadi limfosit.
Hitung leukosit menyatakan jumlah sel-sel leukosit per liter darah (SI Unit) atau
per mm3 darah. Untuk penerapan hitung leukosit ada 2 metode, yaitu manual dan
elektronik. Cara menghitung leukosit metode manual menggunakan pipet leukosit,
kamar hitung dan mikroskop sedangkan metode elektronik adalah cara semi automatik.
Cara ini lebih unggul karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih
singkat dan kesalahannya lebih kecil. Namun kelemahannya adalah harga alat mahal dan
sulit memperoleh reagen. Dalam menghitung leukosit dengan cara manual, darah
diencerkan dalam pipet leukosit kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung. Jumlah
leukosit dihitung dalam volume tertentu dengan mengenakan faktor konversi jumlah
leukosit per µL darah dapat diperhitungkan. (Gandasoebrata, 2007).

1.2 Tujuan
Adapan tujuan dilakukannya praktikum penghitungan jumlah lekosit agar
praktikan dapat mempelajari dan memahami prinsip kerja bilik hitung improved
Neubauer yang digunakan dalam penghitungan jumlah eritrosit / leukosit.
BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Bahan dan Alat

1. Bilik hitung Improved Neubauer


2. Pipet pencampur 1- 11 (pengenceran 10 kali, untuk leukosit)
3. Mikroskop
4. Darah kapiler / intra cardiac
5. Larutan Turk (asam asetat glacial = 3 ml; Gentian violet 1% = 1 ml; akuades = 100
ml)
6. Alkohol 70% dan kapas
7. Hand counter
8. Jarum suntik ukuran 1 ml dan 2,5 ml

2.2 Cara Kerja

1. Carilah terlebih dahulu pembuluh darah arteria branchialis (jika menggunakan


manusia) atau intra cardiac (jika menggunakan hewan coba tikus) dan keluarkan
darahnya ± 1,0 ml, lalu letakkan darah dalam botol penampung yang sudah diberi
sedikit EDTA
2. Hisaplah darah sampai angka menunjukkan 1,0 pada mikropipet, lalu bersihkan
ujungnya dengan kertas hisap
3. Hisaplah larutan Turk yang dituangkan terlebih dahulu ke dalam tabung sampai
menunjukkan angka 11
4. Lepaskanlah pipet karet dari mikropipet, lalu tutup kedua ujung mikropipet dengan
jari dan kocoklah selama 2 menit
5. Buanglah 2 - 3 tetes cairan pada ujung mikropipet
6. Letakkanlah ujung mikropipet ke Improved Neubauer dan tuangkan cairan darah yang
ada, lalu letakkan di bawah permukaan mikroskop
7. Carilah bilik hitung Improved Neubauer dengan pembesaran lemah dan pembesaran
8. kuat, lalu hitung semua jumlah leukosit yang terdapat di dalam bujur sangkar pojok
9. Masukkanlah jumlah leukosit yang didapat pada rumus penghitungan berikut : Jumlah
leukosit per mm3 = L/64 x 160 x 10
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data jumlah lekosit terhitung di 4 persegi 1x1 mm2 pada bilik hitung atas (I)
dan bawah (II)
Sampel Praktikan Hasil hitung Faktor Jumlah Rata-rata
no ke pada bilik pengenceran lekosit/mm3
I II
1 1 215 240 10 5687 7243
2 180 172 20 8800
2 3 311 290 10 7512 6118
4 58 320 10 4725
3 5 290 272 20 14050 13775
6 280 260 20 13500
4 7 85 99 10 2300 2306
8 101 84 10 2312

3.2 Analisis Data


Rumus pengenceran jumlah leukosit
𝐿
Jumlah leukosit / mm3 = 64 x 160 x faktor pengenceran

Perhitungan jumlah leukosit pada tiap sampel


a. Sampel 1
(215+240)
1. Jumlah leukosit/mm 3 = ÷ 64 × 160 × 10 = 5.687,5 ≃ 5.687
2

leukosit/mm3
(180+172)
2. Jumlah leukosit/mm 3 = ÷ 64 × 160 × 20 = 8.800 leukosit/mm3
2

b. Sampel 2
(311+290)
1. Jumlah leukosit/mm 3 = ÷ 64 × 160 × 10 = 7.512,5 ≃ 7.512
2

leukosit/mm3
(58+320)
2. Jumlah leukosit/mm 3 = ÷ 64 × 160 × 10 = 4.725 leukosit/mm3
2

c. Sampel 3
(290+272)
1. Jumlah leukosit/mm3 = ÷ 64 × 160 × 20 = 14.050 leukosit/mm3
2
(280+260)
2. Jumlah leukosit/mm 3 = ÷ 64 × 160 × 20 = 13.500 leukosit/mm3
2

d. Sampel 4
(85+99)
1. Jumlah leukosit/mm 3 = ÷ 64 × 160 × 10 = 2.300 leukosit/mm3
2
(101+84)
2. Jumlah leukosit/mm 3 = ÷ 64 × 160 × 10 = 2.312,5 ≃ 2.312
2

leukosit/mm3
Pertanyaan
1. Sebutkan sampel mana yang menunjukkan adanya lekositosis? Sebutkan faktor
penyebab lekositosis
Leukositosis adalah keadaan dimana jumlah sel darah putih dalam darah
meningkat, melebihi nilai normal. Peningkatan jumlah sel darah putih ini
menandakan ada proses infeksi di dalam tubuh. Nilai normal leukosit adalah kurang
dari 10.000/mm3. Sampel yang menunjukkan adanya lekositosis adalah sampel
nomor 4, karena berdasar perhitungan jumlah leukositnya ada 13775 lekosit/mm3.
Faktor yang menyebabkan lekositosis antara karena gangguan emosi, setelah
anestesia atau berolahraga, dan selama kehamilan.
2. Sebutkan sampel mana yang menunjukkan adanya leukopenia? Sebutkan faktor
penyebab leukopenia!
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah lebih rendah
daripada normal, dimana jumlah leukosit lebih rendah dari 5000/mm³. Sampel yang
menunjukkan adanya lekopenia adalah sampel nomor 4, karena berdasar perhitungan
jumlah leukositnya hanya 2306 lekosit/mm3. Faktor yang dapat menyebabkan
leukopenia antara lain karena infeksi virus dan sepsis bakterial yang berlebihan,
keracunan obat seperti fenotiazin yang merupakan suatu neuroleptika atipikal dan
juga karena radiasi berlebihan terhadap sinar x dan γ.
3. Pada sampel 2 yang hitung lekositnya dikerjakan oleh praktikan no 4, terdapat
perbedaan yang sangat menyolok. Faktor-faktor apakah yang dapat mengakibatkan
hasil demikian? Jelaskan!
Perbedaan hasil perhitungan yang yang sangat mencolok bisa disebabkan oleh 3
hal yaitu teknis, sampling, peralatan. Kesalahan teknis yaitu adanya gelembung saat
mengambil darah atau larutan pengencer sehingga bisa mempengaruhi volume
pengenceran, pengocokan yang kurang homogen menyebabkan sel darah akan sulit
diamati karena bertumpuk atau tidak ada karena yang masuk pada haemacytometer
adalah larutan pengencernya. Kesalahan peralatan bisa dikarenakan mikroskop yang
memiliki fokus kurang tepat sehingga sel darah sulit diamati. Kesalahan sampling
antara lain pada jari terdapat alkohol yang belum kering sehingga membuat darah
yang keluar cepat berhenti.
4. Hasil penghitungan jumlah lekosit menggunakan hemositometer, akan lebih
meningkat validitasnya jika dikerjakan oleh lebih dari 1 orang. Jelaskan mengapa!
Karena untuk menghitung leukosit dengan hemositometer memerlukan ketelitin
yang tinggi, sehingga lebih baik dihitung oleh lebih dari 1 orang untuk mendapatkan
nilai rata-rata yang lebih akurat.

3.3 Pembahasan
Praktikum menghitung jumlah sel darah putih bertujuan agar mahasiswa dapat
mempelajari dan memahami prinsip kerja bilik hitung improved Neubauer yang
digunakan dalam penghitungan jumlah leukosit. Leukosit atau sel darah putih
bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk memusnahkan
benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri..
Sel darah putih di samping berada dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh
jaringan tubuh manusia.
Pada praktikum ini cara yang digunakan untuk menghitung jumlah leukosit
menggunakan larutan pengencer yaitu larutan Turk. Komposisi dari larutan Turk adalah
3 ml asam asetat glasial, 1 ml larutan gentian violet 1% , serta 100 ml akudes. Asam
asetat glasial berfungsi untuk melisiskan eritrosit dan trombosit, sedangkan gentian
violet merupakan zat warna ungu bersifat basa yang dapat berikatan dengan inti dan
sitoplasma sel sehingga memberikan kejelasan warna di bawah mikroskop yang
selanjutnya akan memudahkan perhitungan sel target yang dalam hal ini adalah sel
darah putih.
Pada perhitungan leukosit dilakukan pengenceran 10 - 20 kali. Hal ini
disebabkan jumlah leukosit di dalam tubuh manusia jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan jumlah eritrosit yaitu 5.000 sampai 10.000 leukosit/mm3 sehingga untuk
menghitungnya tidak diperlukan pengenceran yang tinggi. Pertama-tama darah dihisap
sampai angka menunjukkan 1,0 pada mikropipet dan ujungnya dibersihkan dengan
kertas hisap. Kemudian larutan Turk dihisap sampai menunjukkan angka 11.
Selanjutnya pipet karet dilepaskan dari mikropipet, dan kedua ujung mikropipet
ditutup dengan jari lalu dikocok selama 2 menit. Buanglah 2 - 3 tetes cairan pada
ujung mikropipet, selanjutnya letakkan ujung mikropipet ke Improved Neubauer dan
tuangkan cairan darah yang ada. Letakkan di bawah permukaan mikroskop dan amati
bujur sangkar bagian pojok dan masing-masing terbagi lagi menjadi 16 kotak. Jadi
jumlah bujur sangkar yang dihitung sebanyak 4 x 16 = 64, dengan setiap sisinya ¼ mm.
Dari percobaan yang sudah dilakukan dengan 4 sampel dan 8 praktikan (1 sampel
diamati 2 praktikan), jumlah leukosit pada sampel 1 sebanyak 7.243 sel/mm3, sampel 2
sebanyak 6.118 sel/mm3, sampel 3 sebanyak 1.3775 sel/mm3 dan sampel 4 sebanyak
2306 sel/mm3. Dari data tersebut diketahui bahwa pada sampel 1 dan 2 jumlah leukosit
pada sampel tersebut tergolong normal karena jumlah leukosit orang dewasa berkisar
antara 5.000 – 10.000 sel/mm3. Sedangkan pada sampel 3 terdapat tanda leukositosis
karena jumlah leukosit yang dihitung lebih dari 10.000 sel/mm3 dan pada smpel 4
menunjukkan tanda leukopenia karena jumlah leukosit yang dihitung kurang dari 5.000
sel/mm3.
Namun, percobaan yang dilakukan tidak lepas dari kemungkinan terjadinya
kesalahan-kesalahan dimana secara umum kesalahan perhitungan dapat disebabkan oleh
3 hal yaitu teknis, sampling, peralatan. Kesalahan teknis yaitu adanya gelembung saat
mengambil darah atau larutan pengencer sehingga bisa mempengaruhi volume
pengenceran, penyedotan yang terlalu kuat sehingga volume darah yang diambil tidak
sesuai dengan skala yang ditentukan, pengocokan yang kurang homogen menyebabkan
sel darah akan sulit diamati karena bertumpuk atau tidak ada karena yang masuk pada
haemacytometer adalah larutan pengencernya. Kesalahan peralatan bisa dikarenakan
mikroskop yang memiliki fokus kurang tepat sehingga sel darah sulit diamati, pipet
toma yang digunakan tidak berfungsi dengan baik sehingga sulit digunakan dalam
penyedotan darah dan larutan pengencernya. Kesalahan sampling antara lain pada jari
terdapat alkohol yang belum kering sehingga membuat darah yang keluar cepat beku,
terdapat air pada pipet toma yang baru dibersihkan. Oleh sebab itu, adanya kesalahan
tersebut menyebabkan penghitungan data yang diperoleh tidak akurat.
BAB IV

KESIMPULAN

Leukosit merupakan sel darah yang aktif dalam sistem pertahanan tubuh. Jumlah
leukosit dalam darah dapat dihitung dengan dua metode: metode elektronik yang
bersifat semiotomatis dan metode manual menggunakan pipet leukosit, mikroskop, dan
bilik hitung. Prinsip utama dari perhitungan leukosit menggunakan bilik hitung adalah
dengan menghitung jumlah leukosit dalam darah yang telah diencerkan pada bilik
hitung. Hasil perhitungan dalam bilik hitung tersebut kemudian dihitung dalam volume
tertentu melalui rumus konversi jumlah leukosit per μL darah. Hasil akhir perhitungan
juga dibandingkan dengan nilai standar jumlah leukosit manusia untuk mengetahui
apakah seseorang berada dalam keadaan normal atau menderita leukositosis atau
leukopenia.
Berdasarkan perhitungan jumlah leukosit menggunakan bilik hitung Improved
Neubauer yang dilakukan secara duplo, didapatkan hasil :
1. Jumlah leukosit sampel nomor 1 sebesar 7.243/mm3, berada dalam kondisi normal.
2. Jumlah leukosit sampel nomor 2 sebesar 6.118/mm3, berada dalam kondisi normal.
3. Jumlah leukosit sampel nomor 3 sebesar 13.775/mm3, berada dalam kondisi
leukositosis.
4. Jumlah leukosit sampel nomor 4 sebesar 2.306/mm3, berada dalam kondisi
leukopenia.
DAFTAR PUSTAKA

Etim, I. et al. 2014. “Haematological Parameters and Factors Affecting Their Value”. Journal
of Science and Education Centre of North America. Vol. 2 no. 1.

Gandasoebrata, R. 2007. “Penuntun Laboratorium Klinik”. Dian Rakyat, pp. 8-19.

Mansjoer, Arif., dkk. 2000 . Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3. FKUI, Jakarta: Medica
Aesculpalus.
Pearce, Evelyn. C. 2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama
Sutedjo, 2006. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Pemeriksaan Laboratorium Edisi
Revisi. Amara Books. Yogyakarta.
Tarwoto, 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Hematologi. Tim
Keperawatan dan Kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai