JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktikum mata kuliah Dokumentasi Keperawatan
dalam bentuk menyusun “PENDOKUMENTASIAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
POPULASI KHUSUS JIWA”. Makalah ini kelompok susun untuk menambah ilmu serta
pemahaman dalam system dokumentasi pada area Keperawatan Jiwa yang dapat diterapkan saat
pemberian asuhan keperawatan pada seting pelayanan kesehatan jiwa .
Dalam penulisan makalah ini, kelompok mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kelompok mengucapkan terima kasih kepada ibu Pipin Farida,S.Kp., M.Kep selaku
dosen pembimbing mata kuliah Dokumentasi Keperawatan, orang tua, keluarga, serta teman-
teman yang sudah mendukung hingga makalah ini dapat terselesaikan
Kelompok menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang bersifat membangun dari pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi kelompok dan
pembaca pada umumnya.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Sehingga
kelompok mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kelompok berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................2
C. Sistematika Penulisan......................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................3
A. Konsep Jiwa....................................................................................................................................3
B. Pendokumentasian Keperawatan khusus Jiwa................................................................................4
1. Pengertian Dokumentasi Keperawatan........................................................................................4
2. Pengertian Dokumentasi Keperawatan Jiwa...............................................................................5
3. Tujuan pendokumntasian Asuhan Keperawatan Jiwa..................................................................5
4. Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Jiwa.........................................................................5
5. Konseptual Model Keperawatan Kesehatan Jiwa........................................................................9
6. Metode pendokumentasian pada populasi psikiatrik................................................................12
7. Format Pendokumentasian pada Populasi Khusus Jiwa.............................................................15
8. Asuhan Yang Kompeten bagi Perawatan Jiwa...........................................................................13
9. Hambatan Dalam Proses Pendokumentasian Keperawatan Jiwa...............................................13
BAB III......................................................................................................................................................14
KASUS FIKTIF........................................................................................................................................14
BAB IV.....................................................................................................................................................41
PENUTUP.................................................................................................................................................41
A. Simpulan........................................................................................................................................41
B. Saran..............................................................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................42
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan. Standar praktik professional proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang
sequensial dan berhubungan, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi (Iyer at al., 1996). Dokumentasi keperawatan adalah suatu catatan yang memuat
seluruh data yang dibutuhkan untuk menetukan diagnosis keperawatan, perencanaan
keperawatan, tindakan keperawatan dan penilaian keperawatan yang disusun secara
sistematis, valid, dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum (Ali, 2009).
Keilmuan Keperawatan Jiwa berfokus pada upaya keperawatan dalam pencegahan primer,
sekunder, dan tersier terhadap klien dengan masalah bio-psiko-sosio-spiritual dan gangguan
kesehatan jiwa, hubungan terapeutik secara individu dalam konteks keluarga, terapi modalitas
keperawatan, isu dan kecenderungan kesehatan/keperawatan jiwa di Indonesia serta peran perawat
dan penanggulangan masalah kesehatan/keperawatan jiwa. Data yang akan dikumpulkan pada
saat melakukan pengkajian proses keperawatan jiwa yaitu, biologis, psikologis, social, dan
spiritual. Pengelompokan data yang meliputi : faktor presdiposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap stresor, sumber koping dan kememuan koping yang dimiliki. Dimensi
pengkajian meliputi fisik, emosioanal, intelektual, social, kultural, dan spiritual ( Yosep dan
Iyus, 2007)
1
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan mahasiswa dapat memahami definisi dokumentasi keperawatan
2. Diharapkan mahasiswa dapat memahami metode dalam dokumentasi keperawatan
3. Diharapkan mahasiswa dapat memahami definisi dokumentasi keperawatan jiwa
4. Diharapkan mahasiswa dapat memahami format dokumentasi pada populasi khusus
jiwa
C. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh mengenai dokumentasi keperawatan
jiwa ini, penulis menyusun secara sistematis dalam bab-bab dengan rincian sebagai
berikut:
BAB I :Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
Bab II :Tinjauan Pustakaan yang berisi Pengertian jiwa, kriteria sehat jiwa, pengertian
dokumentasi keperawatan dan juga keperawatan jiwa, tujuan pendokumentasian
keperawatan jiwa, peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa, konsepual model
keperawatan jiwa, model pendokumentasian, format pendokumentasian, asuhan yang
kompeten, hambatan pendokumentasian
BAB III :Kasus Fiktif.
BAB IV :Penutup yang berisi simpulan dan saran
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Jiwa
1. Pengertian jiwa/ Kesehatan jiwa
Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi seseorang yang sejahtera baik
fisik, mental, sosial dan spiritual tidak hanya sekedar terbebas dari penyakit
maupun kecacatan (Health is a state of complete physical, mental, social and
spiritual wellbeing and not merely the absence of disease or infrminy. Oleh
karena itu, empat aspek kesehatan (fisik, mental, sosial, dan spiritual) ini
merupakan aspek yang dinamis dan terintegrasi. Individu tidak akan dikatakan
sehat jika hanya fisik saja dan sebaliknya. Contoh: Seorang individu merasa
mual, nyeri ulu hati, pusing, dan berdampak sulit tidur. Beberapa pemeriksaan
diagnostik dilakukan tapi tidak ada hasil yang abnormal. Pengkajian lebih
lanjut dilakukan dan ada dugaan individu tersebut merasa tertekan dengan
tanggung jawab pekerjaannya.
Menurut Undang-Undang RI No.18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa
yang dimaksud kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja sccara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa merupakan kondisi seorang individu yang
sejahtera. Artinya individu tersebut mampu mencapai kebahagiaan,
ketenangan, kepuasan, aktualisasi diri, dan mampu optimis atau berpikir
positif di segala situasi baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
(Stuart, 2013)
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kesehatan jiwa
yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan tenteram dan
tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari
dan menghargai orang lain di sekitar.
3
2. Kriteria Kesehatan jiwa
World Health Organization (WHO) pun telah menjelaskan kriteria orang yang
sehat jiwanya:
a. Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, eskipun
kenyataan itu buruk bagi dirinya
b. Memperoleh kepuasan dari hasil jerih payah usahanya
c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima
d. Secara relatif bebas dari rasa tegang (stress)
e. Berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong
f. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran dikemudian hari
g. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif
h. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar
4
2. Pengertian Dokumentasi Keperawatan Jiwa
Dokumentasi keperawatan jiwa adalah catatan yang berisikan seluruh data
yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan. Tindakan
keperawatan perencanaan keperawatan serta penilaian keperawatan yang disusun
secara valid. Sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral maupun
hukum (Ali:2009).
Keperawatan jiwa adalah area khusus Dalam praktik keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku masunisa sebagai dasar dan menggunakan diri
sendiri secara terapeutik dalam meningkatkann, mempertahankan, memulihkan
kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berbeda
(American Nurses Association).
Menurut UU KES. JIWA NO. 03 THN 1966. Keperawatan jiwa adalah
pelayanan keperawatan professional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu
keperawatan jiwa pada manusia sepanjang ilmu siklus kehidupan dengan respons
psiko-sosial yang maladaptive yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial,
dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa (komunikasi
terpeutik dan terapi modalitas keperawatan kesehatan jiwa) melalui pendekatan
proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa pasien (individu, keluarga, kelompok
komunitas).
5
Peran dan fungsi perawat jiwa saat ini telah berkembang secara kompleks
dari elemen historis aslinya (Stuart, 2002). Peran perawat jiwa sekarang
mencakup parameter kompetensi klinik, advokasi pasien, tanggung jawab fiskal
(keuangan), kolaborasi profesional, akuntabilitas (tanggung gugat) sosial, serta
kewajiban etik dan legal. Dengan demikian, dalam memberikan asuhan
keperawatan jiwa perawat dituntut melakukan aktivitas pada tiga area utama yaitu
:
a. aktivitas asuhan langsung,
b. aktivitas komunikasi, dan
c. aktivitas pengelolaan/penatalaksanaan manajemen keperawatan.
6
Meskipun tidak semua perawat berperan serta dalam semua aktivitas, mereka
tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten dari
perawat jiwa. Selain itu, perawat jiwa harus mampu melakukan hal-hal sebagai
berikut :
1) Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
2) Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan
keluarga dengan masalah kesehatan yang kompleks dan kondisi yang dapat
menimbulkan sakit.
3) Berperan serta dalam aktivitas pengelolaan kasus, seperti mengorganisasi,
mengkaji, negosiasi, koordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan serta
perbaikan bagi individu dan keluarga.
4) Memberikan pedoman pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, dan
kelompok untuk menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan
mental termasuk pemberi pelayanan terkait, teknologi, dan sistem sosial yang
paling tepat.
5) Meningkatkan, memelihara kesehatan mental, serta mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
6) Memberikan asuhan kepada mereka yang mengalami penyakit fisik dengan
masalah psikologik dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
7
7) Mengelola dan mengoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan pasien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.Dalam menjalankan
peran fungsinya, perawat jiwa harus mampu mengidentifikasi, menguraikan,
dan mengukur hasil asuhan yang mereka berikan pada pasien, keluarga, dan
komunitas.
Hasil adalah semua hal yang terjadi pada pasien dan keluarga
ketika mereka berada dalam sistem pelayanan kesehatan, dapat meliputi status
kesehatan, status fungsional, kualitas kehidupan, ada atau tidaknya penyakit,
jenis respons koping, serta kepuasan terhadap tindak penanggulangan.
Evaluasi hasil dapat berfokus pada kondisi klinik, intervensi, dan proses
pemberian asuhan. Berbagai hasil dapat dievaluasi mencakup indikator-
indikator klinik, fungsional, finansial, serta perseptual kepuasan pasien dan
keluarga seperti pada tabel dibawah ini.
Selain itu dalam melakukan peran dan fungsinya seorang perawat harus
memiliki keyakinan terhadap nilai keperawatan yang menjadi pedoman
8
dalam memberikan asuhan keperawatan. Keyakinan yang harus dimiliki
oleh seorang perawat yaitu :
1. Bahwa manusia adalah mahluk holistik yang terdiri dari komponen bio-
psiko-sosio dan spiritual.
2. Tujuan pemberian asuhan keperawatan adalah meningkatkan derajat
kesehatan manusia secara optimal.
3. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan tindakan kolaborasi
antara tim kesehatan, klein amuapun keluraga.
4. Tindakan keperawatan yang diberikan merupakan suatu metode
pemecahan masalah dengan pendekatan proses keperawatan
5. Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat
6. Pendidikan keperawatan harus dilakukan secara terus-menerus.
Peran perawat juga berkaitan dengan skema paradigma seperti gambar berikut,
9
Yaitu mengurangi situasi yang terjadi dalam lingkungan atau stressor yang
mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik
secara mandiri mauoun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa
merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk menolong seseorang
dalam mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif
untuk mnegurangi stressor yang dialaminya. ( Videbeck 2008 : 54 ). Menurut
Yosep (2009:12), konseptual model keperawatan dikelompokan menjadi beberapa
model yaitu:
a. Model psikoanalisa ( Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang
apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id ( kehendak nafsu atau
instring). Ketidakmampuan seseoang dalam menggunkan akalnya (ego) dalam
mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama ( super ego/das uber ich), akan
mendorong terjadinya penyimpangan perilaku ( defiation of behavioral).
Proses terapeutik psikoanalisa memakai : Free association, Analisa mimpi
dan transfer untuk membentuk Kembali perilaku. Free association :
mencurahkan seluruh pikiran dan perasaan tanpa ada sensor. Therapist akan
mencari pola kata-kata dan area yang secara tidak sadar dihindari. Kemudian
dibandingkan dengan ilmu therapist tentang pengetahuan tentang jiwa dan
konflik. Konflik yang dihindari klien dianggap hambatan dan harus
diselesaikan. Analisa mimpi : menjadi gambaran konflikintra psikis yang
menjadi hambatan klien dalam berperilaku. Symbol-simbol mimpi dianalisa
dan disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi dengan transfer yaitu terpaist
menjadi sasaran perilaku dan perasaan klien.
b. Model Interpersonal
Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap
perilaku itu merupakan bantuan karena adanya interaksi dengan orang lain atau
lingkungan sosial. Kecemasan disebabkan perilakunya tidak diterima orang
lain sehingga akna ditolak oleh lingkungan. Perilaku timbul karena adanya
dorongan untuk kepuasan dan dorongan untuk keamanan. Perilaku karena
adanya dorongan untuk memuaskan diri disebabkan karena adanya kelaparan,
tidur, kenyamanan, dan kesepian. Keamanan berhubungan dengan penyesuaian
10
diri terhadap nilai-nilai budaya seperti nilai-nilai masyarakat dan suku. Sullivan
beranggapan bila kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan dan
keamanan terganggu makan dia akan mengalami sakit mental.
c. Model Sosial
Konsep ini dikemukakan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa
perilaku dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa
situasi sosial dan menjai factor presdiposisiklien mengatakan gangguan mental,
seperti kejadian kemiskinan, masalah keluarga, dan Pendidikan yang rendah.
Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidakmampuan mengkoping
stress, ditambah lagi dukungan dari individu yang sedikit. Individu
mengembangkan koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien
mengalami perubahan perilaku. Kping yang selama ini dipakai dan dukungan
dari lingkungan tidak dapat dipakai lagi sehingga klien mengalami
penyimpangan perilaku lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.
d. Model Eksisitensi
Konsep ini didasarkan teori dari Sartre, Heidegger dan Keirkegaard. Focus
teori berdasarkan pengalamana klien disini dan saat ini, tidak
memperhitungkan msala lalu klien. Seseorang akan merasa hidupnya bermakna
bila dia menerima dirinya apa adanya dan memakai itu untuk berinteraksi
dengan lingkungannya.
e. Model Komunikasi
Konsep ini dikemekukakan oleh eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap
perilaku, baik verbal maupun nonverbal adalah bentuk komunikasi.
Ketidakmampuan komunikasi mengakibatkan kecemasan dan frustasi.
f. Model Behavioral
Konsep ini berdasarkan tepri belajar. Dan mengatkan bahwa perilaku itu
dipelajari. Perilaku karena dia belajar itu dari lingkungannya. Focus konsepini
terletak pada Tindakan, bukan pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan
perilaku membuat perubahan pada kognitif dan afektif.
g. Model Medikal
Konsep ini dikemukakan oleh Sigar dan Osmond. Fokusnya pada
diagnosis penyakit mental dan proses pengobatan berdasarkan diagnosis.
11
Proses pengobatan kearah somatic : farmokoterapi, ECT atau psikosugery.
Fungsi model medical dalah mengobati yang sakit dan proses pengobatan pada
fisik, tidak menyalahkan perilaku klien.
h. Model Keperawatan
Konsep ini dikemukakan oleh Dorethea, Orem, Joan Richi, Roy dan
Martha Rogers. Konsep ini berdasarkan teori system, teori perkembangan, dan
teori interaksi yang bersifat holistic: bio-psiko-sosial-spiritual. Perawat
mengaraha pada perubahan perilaku, menyedakan waktu banyak, menciptakan
hubungan yang terapeutik, dan sebagai pembela klien.
12
(1) Pengkajian awal (initial assesment)
Pengkajian dilakukan ketika pasien masuk ke rumah sakit. Bentuk
dokumentasi biasanya merujuk pada data dasar perawatan. Selama pengkajian
umum, perawat mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami pasien,
dengan mengumpulkan data pengkajian baik umum maupun khusus dapat
memudahkan perecanaan perawatan pasien.
(2) Pengkajian kontinu (Ongoing assessment)
Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data dasar. Informasi yang
diperoleh dari pasien selama pengkajian awal dan informasi tambahan (berupa
test diagnostik dan sumber lain) diperlukan untuk menegakkan data.
(3) Pengkajian ulang (reassesment)
Data pengkajian ulang merupakan pengkajian yang didapat dari informasi
selama evaluasi. Pengkajian ulang berarti perawat mengevaluasi kemajuan
data dari masalah pasien atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi
tambahan dari pasien.
b. Diagnose
Dokumentasi diagnose keperawatan dikembangkan berdasar diagnose
keperawatan NANDA/ SDKI,SLKI,SIKI yang terdiri dari masalah utama,
akar masalah, dan akibat masalah atau dikenal dengan pohon masalah. Seperti
halnya pada pengkajian, maka diagnose keperawatan atau lebih berfokus pada
respon psikologis dan kmampuan beradaptasinya
c. Intervensi
Perencanaan merupakan Tindakan-tindakan yang bertujuan untuk’
meningkatkan respon adaptif serta meningkatkan perasaan terhadap realitas.
Keperawatan Rencana Tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu
tujuan umum, tujuan khusus danrencana tindakan keperawatan.
(1) Tujuan umum
memfokuskan kepada penyelesaian masalah (P) dari diagnose tertentu,
tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai.
(2) Tujuan khusus
13
berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnose tertantu. Tujuan
khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau
dimiliki klien. Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi
menjadi tiga aspek (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu kemampuan kognitif
yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan,
kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai dan
kemampuan afektif agar klien precaya akan kemampuan menyelesaikan
masalah.Kata kerja yang digunakan untuk menuliskan tujuan ini harus
berfokus pada perilaku.
d. Implementasi
Tindakan Keperawatan Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang
sudah direncanakan, perawat perlu menvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya
saat ini (here and now).
Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, teknikel, sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien. Lakukan kontrak
dengan klien yang diharapkan. Dokumentasikan semua tindakan yang
dikerjakan dan respon klien.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respoons
klien terhadap tindakan keperawatan yang dilaksanakan. Evaluasi dibagi
menjadi dua yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan tujuan umum yang telah
ditentukan.
Klien dan keluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat melihat
perubahan dan berupaya mempertahankan dan memelihara. Pada evaluasi
sangat diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif.
Klien dan keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self reinforcement,
15
atau kejadian terhadap perubahan dari respon pasien, dll. Kerugiannya adalah
memungkinkan terjadinya fragmentasi kata-kata yang berlebihan, kata yang tidak
berarti, pesan mudah terlupakan, dll. Pedoman dalam penulisan formatif :
a. Gunakan batasan-batasan standar
b. Ikuti langkah-langkah proses keperawatan
c. Tulis, revisi, dan pertahankan rencana keperawatan
d. Buat suatu periode waktu tentang kapan perawat melakukan tindakan
e. Catat pernyataan evaluasi pada waktu khusus.
Contoh format naratif
30/9/1999
Catatan Perawat: Risiko Mencederai Diri
Pukul: 22:00 WIB
Saya sering memukul-mukul diri ke tembok, suka menyendiri dikamar, dan tak
mau berinteraksi dengan orang lain. Membina hubungan saling percaya dan
berkolaborasi dengan seorang psikologi untuk mengungkapkan perasaannya.
(nama perawat)
b. Format SOAP
Format ini digunakan pada catatan medik yang berorientasi pada masalah
(Problem Oriented Medical Record) yang mencerminkan masalah yang
diidentifikasi oleh semua anggota tim perawatan. Keuntungannya adalah perawat
dapat menghubungkan setiap pencatatan SOAP dengan diagnosa keperawatan
16
yang telah ditulis pada rencana asuhan keperawatan dan mudah mencatat klien
kea rah pemecahan masalah. Kerugiannya adalah catatan SOAP tidak dapat
memperlihatkan urutan kejadian. Adapun contoh format SOAP dalam
dokumentasi keperawatan adalah sebagai berikut:
17
lain) dan malam.
c. Format Fokus
Semua masalah pasien atau diagnosa keperawatan diidentifikasikan dalam catatan
keperawatan dan terlihat pada rencana keperawatan. Kolom fokus dapat berisi
masalah klien, diagnosa keperawatan, dan kejadian penting. Tetapi, diagnosa
keperawatan lebih ditekankan. Catatan perawatannya berisi data, action (tindakan),
dan respons (DAR).
Contoh format DAR :
10/9/2019
Catatan Perawat: gangguan persepsi sensori berupa halusinasi penglihatan
Data:
Klien tampak melamun, menyendiri, pandangan klien kosong.
Tindakan:
Mengidentifikasi jenis halu klien.
Mengajarkan menghardik halusinasinya.
Mengajarkan klien masuk dalam kegiatan sehari-hari
Respon:
Saya masih belajar untuk mengatasi halusinasi.
d. Format DAE
Format DAE merupakan sistem dokumentasi inti dengan konstruksi data, tindakan,
dan evaluasi dimana setiap diagnosa keperawatan yang diidentifikasi dalam catatan
perawatan, terikat pada rencana keperawatan atau daftar masalah. Setiap catatan
perawat dimulai dengan suatu diagnosa keperawatan selebihnya, berhubungan
dengan diagnosa keperawatan.
18
TTD Status Fungsional dan
Masalah
10.00/30/9/2019 Gangguan persepsi Data: S/O
sensori berupa Klien tampak melamun, menyendiri,
halusinasi penglihatan pandangan klien kosong.
Action:
Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.
Mengajarkan menghardik halusinasinya.
Mengajarkan klien masuk dalam kegiatan
sehari-hari
Evaluasi:
Pasien dapat mengatasi halusinasinya.
e. Progress-Oriented Record
Tiga jenis catatan perkembangan adalah catatan perawat, “Flowsheet,” dan
catatan pemulangan atau ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini digunakan baik pada
sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber maupun berorientasi pada
masalah.
Contoh format POR (Progress-Oriented Record), yang terdiri dari :
a Format pasien masuk rumah sakit
Catatan perawatan
Nama pasien : Tn. A
No. Registrasi : 0012
Hari&tanggal masuk : Selasa, 10/09/2019
Pukul : 07.00 WIB
Tn. A, 50 tahun, laki-laki, masuk kamar 2 dengan diagnosa medis halusinasi.
Datang dengan ditemani oleh istrinya. Pasien tampak gelisah, bicara sendiri. Di
dapatkan data suhu 370 C, nadi 80x permenit, RR 24x permenit, TD 140/90 mmHg.
Klien mengatakan sudah bisa mengontrol halusinasinya, klien juga sudah merasa
tidak sendiri lagi, klien sudah tidak merasa gelisah lagi, klien sudah tidak berbicara
sendiri lagi, dan klien dapat berkomunikasi dengan baik pada orang disekitarnya.
Tanda Tangan
(Nama Perawat)
f. Problem-Orientasi Record
Model ini memusatkan data tantang klien didokumentasikan dan disusun menurut
masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data
mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan
lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien. Model dokumentasi ini
terdiri dari empat komponen yaitu: data dasar, daftar masalah, rencana tindakan,
catatan perkembangan.
Contoh format model problem oriented record (POR)
Catatan
Data Dasar Daftar Masalah Rencana Intervensi
perkembangan
Data Subjektif: Diagnosa : 1.evaluasi S: klien
20
- Klien mengatakan Gangguan sensori kemampuan klien mengatakan
mendengar suara persepsi dalam menghardik sudah bisa
ibunya yang halusinasi halusinasi. menghardik
menyuruh klien 2. latih klien halusinasinya.
menjaga adik- Etiologi : adanya mengontrol O: klien mampu
adiknya. anggota keluarga halusinasi dengan memperagakan
- Klien mengatakan yang mengalami cara minum obat cara menghardik.
mekihat bayangan gangguan jiwa secara teratur. A: halusinasi
ibunya. seperti klien. 3. anjurkan klien masih ada.
memasukan kedalam P: latihan
Data Objektif: jadwal kegiatan menghardik 3x
- Gelisah harian. sehari.
- Mondar-mandir
- Berbicara sendiri
21
mengenal halusinasi dank lien mampu mengontrol
halusinasi dengan cara menghardik
06/06/2014 10.00 I#2 mengajarkan cara kedua mengontrol halusinasi
dengan menemui orang lain dan bercakap-cakap
Tanda Tangan
Perawat
22
i. Checklist
Penerapan format pendokumentasian keperawatan model checklist efektif
meningkatkan kelengkapan pendokumentasian keperawatan dan outcome asuhan
keperawatan. Penerimaan perawat terhadap penerapan format pendokumentasian
model checklist cukup baik.
Contoh format checklist:
23
24
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
8. Asuhan Yang Kompeten bagi Perawatan Jiwa
- Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.
- Merancang dan implementasi rencana tindakan untuk klien dan keluarga.
- Peran serta dalam pengelolaan kasus: mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi,
koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga
- Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok untuk
menggunakan sumber yang tersedia di komunitas kesehatan mental, termasuk
pelayanan terkait, teknologi dan sistem social paling tepat.
- Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
- Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis
dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
- Mengelola dan mengkoordinasi sistem pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan.
9. Hambatan Dalam Proses Pendokumentasian Keperawatan Jiwa
Hambatan dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan
salah satunya karena bahwa hambatan dalam pelaksanaan pendokumentasian
asuhan keperawatan adalah motivasi, persepsiyang belum sama dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan dan pasien tidak kooperatif
13
BAB III
KASUS FIKTIF
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. O
Umur : 26 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Perumahan Wira Jl. H. Maih no. 7 rt.09/01, Kalimalang,
Jakarta Timur
Pendidikan : SMA
Jumlah Anak : 1 Anak
Tanggal Pengkajian : 25 september 2020
Informan : Pasien dan keluarga
Ya Tidak
X
14
2. Pengobatan sebelumnya
3. Trauma
Pelaku /Usia Korban/Usia Sakit/Usia
Aniaya fisik
Aniaya Seksual
Penolakan
Kekerasan dalam
keluarga
Tindakan kriminal
Jelaskan No 1,2.3 :
15
c. Riwayat penyakit keluarga
Ya X Tidak
1. Kepala, leher
Kepala : Rambut pasien kusam, acak-acakan dan kusut,
berwarna hitam, pada saat palpasi tidak terdapat benjolan dan
Nyeri tekan pada kepala.
16
Leher : Tidak terdapat pembengkakan vena jugularis, tidak
terdapat Nyeri tekan pada leer.
2. Mata
Bentuk mata simetris, penglihatan baik, tidak memakai alat bantu
penglihatan.
3. Telinga
Bentuk simetris, pendengaran baik dibuktikan Ny. O dapat
menjawab pertanyaan perawat, telinga kotor.
4. Hidung
Hidung Ny. O simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat polip.
5. Mulut
Bibir Ny. O simteris, gigi Ny.O kotor, mukosa bibir kering, kotor
dan mulut bau.
6. Integumen
Warna kulit sawo matang, kulit tampak kering dan terlihat kotor,
turgor kulit kotor.
7. Dada
Simetris, tidak ada keluhan batuk, tidak ada sesak nafas.
8. Abdomen
Tidak ada Nyeri tekan pada abdomen, tidak asietas, tidak ada luka
memar.
9. Genetalia
Bersih tidak ada kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter.
IV. PSIKOSOSIAL
1. Pola istirahat dan tidur
- Sebelum masuk RS : pasien tidak mengalami gangguan tidur,
kualitas tidur sekitar 3 jam pada siang hari dari jam 12.00 WIB-
17
15.00 WIB dan 7 jam pada malam hari dari jam 22.00 WIB-
05.00 WIB
- Sesudah masuk RS : kualitas tidur terganggu karena sulit merawat
diri, pasien tidur sekitar 2 jam pada siang hari dan 5 jam pada
malam hari
18
2. Pola persepsi dan kognitif
Pendengaran dan penglihatan tidak mengalami gangguan, pasien masih
bisa mendengar dan melihat dengan jelas, pasien kurang mampu
berkomunikasi dengan lancer.
V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
19
Jelaskan: Ny.O sering menggunakan pakaian yang seharusnya tidak dipakai
seperti memakai pakaian anggota keluarga lainnya seperti pakaian adiknya
atau pakaian kakeknya
2. Aktivitas motorik
3. Afek
Jelaskan: Afek klien tumpul, berespon apabila diberikan stimulus yang kuat.
Masalah Keperawatan: Isolasi sosial
4. Persepsi :
Pengecapan Penciuman
20
Jelaskan: Klien tidak memiliki gangguan persepsi
Masalah Keperawatan: Tidak ada data
5. Proses Pikir
Pengulangan pembicaraan/persevarasi
21
Bingung Sedasi
DISORIENTASI
7. Memori
Konfabulasi
Jelaskan: Klien ingat kapan dibawa ke rumah sakit dan mengingat nama
perawat yang menemaninya setiap hari
22
8. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berkonsentrasi penuh, mampu berhiung sederhana dari 1-10
dan sebaliknya 10-1.
9. Kemampuan penilaian
Klien tidak ada masalah pada kemampuan penilaian, terbukti dengan saat
diberi pilihan mau makan setelah mandi atau mandi setelah makan, klien
memilih makan setelah mandi.
2. BAB/BAK
Jelaskan: Pasien mencuci tangan dan makan sendiri tanpa dibantu orang lain,
sering menghabiskan porsi makanan yang disediakan. Klien BAB/BAK di
kamar mandi dan menyiramnya.
23
X Bantuan Minimal Bantuan Total
4. Berpakaian /berhias
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan Lanjutan X Ya Tidak
Mempersiapkan X Ya Tidak
X
Menjaga Kerapian rumah Ya Tidak
24
25
9. Kegiatan diluar rumah
Belanja X Ya Tidak
Lain-lain Ya Tidak
Jelaskan :
Masalah Keperawatan: Masalah keperawatan tidak ditemukan
26
X. ANALISIS DATA
DO =
27
XI. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN
28
PERENCANAAN KEPERAWATAN
29
(L.11103) hal : 81 berpakaian secara mandiri pada klien.
mandiri.
Edukasi:
2 25/09/2020 Isolasi diri b.d perubuhan Setelah dilakukan tindakan Promosi Dukungan Sosial
status mental keperawatan 2x24 jam (I.13489) Hal : 360
(D.0121) diharapkan Defisit Perawatan Observasi:
Hal : 265 Diri: Berhias dapat teratasi - Mengidentifikasi
- Identifikasi kegiatan
dengan kriteria hasil : kegiatan dan kelemahan
dan kelemahan
klien dalam menjalin
1. Perasaan nyaman dalam menjalin
hubungan
dengan situasi social hubungan.
- Agar klien dapat
2. Perasaan mudah Terapeutik:
termotivasi atas respon
mengkomunikasikan
- Berikan umpan balik positif terhadap
30
perasaan positif terhadap aktivitas yang
3. Mampu bersosialiasi aktivitas yang dilakukan.
dilingan dilakukan -Agar klien dapat
sekitarnya/tidak - Motivasi untuk terlatih mandiri dalam
menyendiri diri mempertahankan mempertahankan
4. Responsive pada orang komunikasi verbal komunikasi verbal.
lain
(L.13115)
- Agar terbina hubungan
Hal: 34 Edukasi :
saling percaya dan
- Anjurkan berbagi masalah klien dapat
masalah dengan teratasi
orang lain
31
Implementasi Rencana Keperawatan
32
12.00 menatapnya
33
2.Mengidentifikasi kemampuan memilih
pakaian
34
3. Memotivasi untuk mempertahankan
komunikasi verbaL
35
EVALUASI KEPERAWATAN
O:
P : intervensi dilanjutkan
S:
Dx 2
- pasien mengatakan saat oramg lain menatapnya
O:
P : intervensi dilanjutkan
36
2. 26/09/2020 Dx 1 S:
O:
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Dx 2 S:
O:
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
37
38
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Dokumentasi yang baik mencerminkan tidak hanya kualitas perawatan tetapi juga
membuktikan pertanggunggugatan setiap anggota tim perawatan dalam memberikan
perawatan. Perawat mendokumentasikannya perlu ditekankan pada penulisannya, untuk
menghindari salah persepsi dan kejelasan dalam menyusun tindakan perawatan lebih lanjut.
B. Saran
Dalam penulisan ini kami menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami sebagai penulis akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan.
Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.
39
DAFTAR PUSTAKA
Haryati, Mimin, Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan,
Wuryaningsih, Emi Wuri.dkk. 2018.Buku Ajar Keperawatan Jiwa 1.Jember : UPT Percetakan
dan Penerbitan Universitas Jember.
Azizah, Lilik Ma’rifatul.dkk.2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi
Praktik Klinik.Yogyakarta : Indomedia Pustaka
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa.
Pusdik SDM Kesehatan. Jakarta Selatan.
Stuart, Gail, and Sandra Sundeen. 2015. Buku Ajar atau Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.
Jakarta : EGC
40
Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. 2015. Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika
Maha, N. (2019, Desember 15). Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Jiwa.
https://doi.org/10.31227/osf.io/ty9f5.
Mad, Zaini.2019. Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan Klinis Dan
Komunitas.Yogyakarta : CV Budi Utama
Ghasia (2014, mei 23) sejarah keperawatan jiwa.Retrieved from sejarah keperawatan jiwa:
http://grhasia.jogjaprov.go.id/berita/93/sejarah-keperawatan-jiwa.html
Anggraini, d. (2017, maret 21). Konsep keperawatan. Retrieved from keperawatan jiwa:
dinnyanggraini.mahasiswa.unimus.ac.id/keperawatan-jiwa/peran-perawat-dalam-kesehatan-jiwa
41