Anda di halaman 1dari 5

KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG

MUNCUL PADA PEMERIKSAAN ENDOSKOPI ADALAH :

A. PADA PRE ENDOSKOPI

Diagnosa 1 = Kecemasan berhubungan dengan mekanisme koping yang tidak


efektif, crisis situasional.

RASIONAL : Peristiwa stres yang terjadi pra-, intra-, dan pascaprosedur


diidentifikasi. Pemeriksaan edoskopi dapat menakuti pasien. Abnormal tekanan
darah dan denyut nadi yang disebabkan oleh kecemasan sering hadir waktu
masuk ke rumah sakit. Ditandai tanda-tanda vital tinggi dan bahkan TTV tinggi
ini dapat digunakan sebagai tanda-tanda awal penting untuk tinggal pasien di
rumah sakit (Rochelle G. MSN, RN; Nelson, Jenenne P. PhD, RN, CNS . 2000)

Contoh keterampilan mengatasi pasien yang dibahas. Beberapa intervensi


keperawatan seperti mengajar pasien, teknik relaksasi, dan keterampilan
komunikasi dijelaskan. Semua intervensi ini membantu perawat dalam
mempromosikan hasil positif bagi pasien. Sebagai seorang pasien mengalami
hasil yang positif dari peristiwa stres, mekanisme koping yang diperkuat dan
dikembangkan. Mekanisme koping memungkinkan pasien untuk beradaptasi
dengan stres.

Tujuan : Cemas berkurang dan pasien adaptif selama pemeriksaan endoscopy


dilakukan.
Diantaranya Intervensi keperawatan adalah :
Ciptakan komunikasi terapeutik efektif/ bina hubungan saling percaya
Kaji kecemasan klien
Revieu tentang kejelasan tindakan prosedur yang akan dilakukan, orientasikan
prosedur, waktu, tempat dan alat.
Dijelaskan semua prosedur intervensi yang akan dilakukan.
Berikan kesempatan atau dukungan pertahanan diri klien dengan keterlibatan
keluarga
Dampingi klien selama periode kecemasan, dan yakinkan tak ada faktor yang
melemahkan koping dan adaptasi klien.

Diagnosa 2 = Resiko defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan intake


yang tidak adekuat, efek sekunder persiapan tindakan endoscopi.

Masalah ini resiko karena pasien dipuasakan, tapi puasa hanya lebih kurang 6 – 8
jam sebelum pemeriksaan, maka dalam persiapan pasien agak diperioritaskan
pemasangan IVFD sesuai indikasi.
Tujuan : Kekurangan volume cairan tubuh tidak terjadi
Diantara Intervensi keperawatan adalah :
Pertahankan puasa sampai tindakan endoskopi selesai,
Jelaskan kegunaan pasien puasa, agar meningkatkan toleransi pasien dalam
pemeriksaan.
Pasang infus sesuai prosedur.
Kaji status hidrasi dan hemodinamik selama proses tindakan
Kaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital.
Bila terjadi perdarahan selama pemeriksaan, pastikan cairan pengganti adekuat.

B. SELAMA TINDAKAN ENDOSKOPI (durante)

Diagnosa 1 = Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan cedera


seluler efek dari prosedur prosedur tindakan endoscopi saluran cerna.

Berlaku untuk (EGD, Ligasi dan Kolon)

RASIONAL : Implikasi Keperawatan dari tindakan endoscopy adalah ; Mulut atau


tenggorokan nyeri. Rectal nyeri, Nyeri abdomen. Perdarahan dari kerongkongan,
perdarahan anus. (GI System, David L. Heiserman, 2006)
Kita melihat rasa nyeri bukan hanya sebagai gejala, tetapi sebagai suatu
masalah tertentu yang memerlukan perlakuan. Dan bahwa pasien harus menjadi
bagian dari tim manajemen tindakan endoscopy. Hanya klien yang tahu di mana
rasa sakit dan bagaimana intensitasnya itu. Jangan meremehkan verbalisasi
pasien rasa nyeri, karena nyeri adalah perkataan pasien mengatakan rasa nyeri
itu dan itu terjadi di setiap kali pasien mengatakannya. Oleh karena itu salah
satu fungsi yang paling penting dari perawat profesional adalah penilaian nyeri
akurat, Membimbing dokter dalam mengambil keputusan tentang pengelolaan
klien.

Tujuan : Nyeri berkurang atau dapat ditoleransi sampai dengan teratasi

Diantara Intervensi keperawatan adalah :


Kaji skala nyeri (rentang 0 – 10), menulai nyeri klien setiap periode tindakan.
Berikan dukungan, kenyamanan pada klien, mendengarkan keluhan. Dorong dan
hormati partisipasi klien mengambil keputusan atasi nyeri. Termasuk teknik
distraksi.
Anjurkan pasien untuk relaksasi, bernafas inspirasi melalui hidung, bila perlu
dengan cara tarik nafas dalam dan panjang.
(gate kontrol) Lakukan massage kontralateral ; memijat lembut sebuah daerah
yang menyakitkan atau area yang sama di sisi berlawanan dari tubuh. PIJAT
mempromosikan pelepasan endorfin & enkephalins.
Kaji tanda-tanda vital , saturasi oksigen ( bila ada perubahan lansung kolaborasi
dengan dokter).
Kolaborasi pemberian analgesik sesuai permintaan atau resep dokter . (tetap
pantau efek analgesic)

Diagnosa 2 = Resiko gangguan jalan nafas/ tidak efektifnya jalan nafas


berhubungan dengan ketidakmampuan pasien benafas seperti biasa,
ketidakmampuan mengendalikan reflek fagal, aspirasi cairan selama prosedur,
distensi abdomen (EDG)

Rekomendasi standar sedasi dan pemantauan pasien selama gastrointestinal


endoskopi adalah :
Masalah gangguan jalan nafas cenderung terjadi pada endoscopy saluran cerna
atas maka : (1) Keselamatan dan pemantauan harus menjadi bagian dari
program jaminan kualitas untuk unit endoskopi. (2) Alat bantu pernapasan dan
obat-obatan harus tersedia di endoskopi dan daerah pemulihan. (3) Semua staf
harus disiplin dengan metode resusitasi dan menjalani pelatihan ulang periodik.
(4) Peralatan dan obat-obatan yang diperlukan untuk pemeliharaan jalan napas,
pernapasan, dan sirkulasi harus ada di unit endoskopi dan daerah pemulihan dan
diperiksa secara teratur. (5) Seorang perawat harus terlatih dalam teknik
endoskopi dan cukup terlatih dalam teknik resusitasi, harus memantau kondisi
pasien selama prosedur. (6) Sebelum endoskopi, faktor risiko yang merugikan
harus diidentifikasi. Hal ini dapat dibantu dengan menggunakan daftar cek. (7)
Dosis dari semua obat harus disimpan dan harus ada bukti pemberian (8)
antagonis khusus untuk benzodiazepin dan opioid harus tersedia dalam keadaan
darurat. (9) Kanula O2 harus ditempatkan pada pasien selama endoskopi. (10)
Oksigen harus diberikan untuk pasien beresiko yang menjalani prosedur
endoskopi. (11) endoscopist harus memastikan pengamatan kesejahteraan dan
klinis pasien menjalani endoskopi dalam hubungannya dengan orang lain.
Individu ini harus menjadi perawat yang dilatih dalam teknik endoskopik atau
praktisi lain medis yang berkualitas. (12) Pemantauan teknik seperti oksimetri
nadi yang dianjurkan. (13) pemantauan klinis pasien harus terus ke ruang
pemulihan. (14) Rekaman manajemen dan hasil harus dikumpulkan dan akan
menyediakan data untuk audit sesuai. (Research Article: Improving the standards
of endoscopy. D G Colin-Jones, 1991)
Tujuan : gangguan jalan nafas tidak terjadi.

Diantara Intervensi keperawatan adalah :


Pantau kepatenan jalan nafas selama tindakan berlangsung
Pastikan keselamatan jalan nafas adalah utama dari pada pemeriksaan atau
diagnostik endoskopi.
Pasang O2 kanule selama pemeriksaan
Pasang oksimetri
Pertahankan posisi klien miring selama pemeriksaan endoskopi
Kolaborasi dokter (ingatkan) suction melalui perangkat endoskopi bila cairan
melebihi.
Pastikan Peralatan dan obat-obatan yang diperlukan untuk pemeliharaan jalan
napas, pernapasan, dan sirkulasi harus ada di unit endoskopi dan daerah
pemulihan dan diperiksa secara teratur
Pemantauan klinis pasien harus terus ke ruang pemulihan
Catat pemasukan atau penggunaan obat-obatan selama periode berlangsung
Pemakaian xylocain spray menyebabkan baalnya pada tenggorokan pasien, dan
pastikan pasien efektif menelan, bila belum efektif tetap pertahankan puasa
sampai efek hilang. Berikan penjelasan efek samping dari anasthesi lokal
(Xylocain spray)
Bila ada gejala obstruksi jalan nafas saat tindakan : cepat hentikan tindakan,
posisikan pasien telentang, kepala ekstensi maksimal dan teknik manufer,
pasang OPA, NPA, kolaborasi anastesi (ETT, CPR, farmakologis lainnya.

Diagnosa 3 = Resiko tinggi perdarahan berhubungan dengan trauma jaringan


akibat scope atau reseksi mukosa akibat endoskopi (EMR/
endoscopy mukosa resection), efek sekunder perdarahan saluran cerna lainnya
spt pecahnya varises, dll

Perdarahan gastrointestinal dapat terjadi di mana saja di sepanjang saluran


pencernaan dan dapat disebabkan oleh ulkus lambung atau duodenum, varises
esofagus, penyakit divertikular, kolitis ulserativa, penyakit Crohn atau cedera
atau trauma prosedur investigasi diagnostik endoskopi (EMR) (Article reviewed
by Libby Swope Wiersema, 2011)
Faktor risiko untuk perdarahan karena reseksi mukosa akibat endoscope
Dari 297 pasien, 57 pasien (19,2%) adalah pendarahan setelah endoskopi. ada
perbedaan yang signifikan dalam usia dan jenis kelamin pasien,
tumor diameter atau jenis histologis tumor antara
kelompok. Insiden perdarahan setelah endoskopi di korpus
kelompok adalah signifi kan lebih tinggi dari pada kelompok antrum.
Tingkat perdarahan dengan aspirasi endoskopi
mucosectomy jauh lebih tinggi dari itu dengan strip biopsy.
Dari 57 pasien dengan perdarahan, 18 (31,6%) pasien
telah muncrat perdarahan (12 pasien menjalani endoskopi oleh
aspirasi mucosectomy endoskopi, dan 6 mengalami
endoskopi oleh strip biopsi).
Dari jumlah tersebut 57 pasien, 39 (68,4%)
telah mengalir perdarahan (28 pasien menjalani endoskopi oleh
aspirasi mucosectomy endoskopi, dan 11 mengalami
endoskopi oleh strip biopsi). Semua perdarahan, kecuali dalam satu kasus,
dikontrol oleh perawatan endoskopik dengan endoskopi
kliping (HX5LR-1, Olympus, Jepang), injeksi etanol, dan injeksi hipertonik salin-
epinefrin solusi.
Tidak ada darah yang diperlukan pasien transfusi dalam penelitian tersebut,
hanya
satu pasien menjalani operasi darurat terbuka karena
parah pendarahan setelah endoskopi. (World Journal of Gastroenterology, 2005)

Tujuan : perdarahan dapat teratasi sampai dengan berhenti

Diantara Intervensi keperawatan adalah :


Monitor adanya perdarahan.
Monitor keadaan umum pasien, saturasi oksigen ,tanda vital dan capilarry refil.
Perdarahan saluran cerna bagian atas, pertahankan posisi pasien miring (cegah
aspirasi)
Bila perlu kolaborasi pemasangan NGT.
Pertahankan pasien dalam keadaan Bed rest.
Anjurkan pasien untuk tidak merangsang adanya perdarahan ( batuk tidak
terlalu
Keras ).
Kenyamanan pasien dapat dipertahankan dengan menilai kebutuhan analgesik.
Perawat harus percaya diri dalam ABC (jalan napas, pernapasan, sirkulasi)
resusitasi, juga akan diminta untuk melakukan penilaian berkelanjutan cairan
pasien dan status elektrolit.
Pastikan keadaan hipovolemik teratasi, berikan cairan IVFD sesuai dan tetesan
sesuai kebutuhan.
Bila perlu sediakan Transfusi darah.
Memonitor neurologis dan manifestasi neuromuskuler dari hipokalemia
(misalnya, kelemahan otot, lesu, tingkat kesadaran yang berubah).
Memonitor jantung dari manifestasi hipokalemia (misalnya, hipotensi, takikardi,
nadi lemah, penyimpangan irama).
Bantu tindakan terapeutik lain segera untuk penghentian perdarahan (bila
diperlukan) : kliping, injeksi penghentian perdarahan, dll
C. SETELAH TINDAKAN ENDOSKOPI ( post )

Diagnosa1 = Resiko tinggi distensi abdomen berhubungan dengan pemasukan


udara saat prosedur.

Tujuan : Distensi abdomen tidak terjadi.


Diantara Intervensi keperawatan adalah :
Kaji keluhan pasien.
- Observasi keadaan umum pasien dan TTV.
- Observasi pasien diruang ”RR” selama 10-20 menit atau sampai keadaan
pulih.

Diagnosa 2 = Nyeri sakit menelan berhubungan dengan efek samping anasthesi


. lokal.
Tujuan = Nyeri sakit menelan teratasi
Intervensi keperawatan :
- Kaji skala nyeri
- Berikan penjelasan efek samping dari anasthesi lokal ( Xylocain spray )
- Beritahukan kepada pasien dan keluarganya agar tetap dipuasakan +ijam
untuk
Menghindari terjadinya aspirasi.
- Anjurkan pasien untuk tidak merangsang adanya perdarahan ( batuk
tidak terlalu
Keras ).
- Ajarkan tehnik relaksasi
Kekurangan volume cairan b.d sekunder efek mual dan muntah berlebihan

Tujuan : Devisi volume cairan dapat teratasi.

Diantara Intervensi Keperawatan Adalah :

Kaji tingkat hidrasi


Pantau tanda-tanda vital
Catat intake dan out put
Pantau cairan parenteral dan elektrolit
Posisikan pasien miring kanan atau miring kiri.
Auskultasi bising usus

Anda mungkin juga menyukai