Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMORAGIC STROKE

OLEH :
KELOMPOK 3B

Oci Orlina
Olda Asthree Dia
Osin Marjelina Leho
Paul Hendrik Imbiri
Petrus Paris Rumsori
Purwanty Styaningsih
Pusriwaty
Rano Jemi Yakob
Reiske Velicia Lekatompessy
Reskiana Ratna Dewi
Restiana Sumarni
Rezky Yanti Djalupi
Rindani Claurita Toban
Risma Anggita Mongan

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STELLA MARIS MAKASSAR
2020
DEFINISI

Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena adanya perdarahan pada arteri serebralis yang menyebabkan
kerusakan otak dan gangguan fungsi saraf. Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat merusak kedalam
jaringan otak sehingga terjadi hematoma

ETIOLOGI

PREDISPOSISI PRESIPITASI

Usia (>40 thn) Riwayat stroke Jenis kelamin Merokok Makanan Kurang Hipertensi Diabetes Trauma
(laki-laki) & tinggi olahraga kronik Mellitus langsung
Alkohol lemak pada
Fungsi tubuh Perubahan Tekanan pada
Kadar hormone Resistensi kepala
membrane sel Nikotin dan PD yang terlalu
estrogen rendah insulin
dalam tubuh zat tinggi secara
Elastisitas Obesitas
karsinogenik terus menerus
pembuluh Kadar glukosa
darah Vasokonstriksi Mempercepat
Penimbunan Elastisitas PD dalam darah
pembuluh darah terjadinya Penimbunan
lemak&kolesterol
hyperlipidemia & plak pada
pada PD
Kerapuhan oksidasi PD PD menjadi Penimbunan
pembuluh Tekanan darah kolesterol lemah dan lemak di
darah Arterosklerosis Sumbatan rentan pembuluh
pada PD
pada PD otak darah
Aliran darah Ruptur pada
melewati arteri kecil di Penyumbatan
pembuluh darah Viskositas otak pada pembuluh
menjadi lebih
darah darah
cepat
Aneurisma
pembuluh
Tekanan pada Tekanan pada
darah
pembuluh darah pembuluh
Pemeriksaan penunjang :

MRI : menunjukkan area yang


mengalami hemoragik
TG: Penurunan
Angiografi serebral : mencari Pecah/ruptur pembuluh darah di otak kesadaran, koma,
sumber perdarahan seperti nyeri kepala hebat,
aneurisma atau malformasi muntah
HEMORAGIK
vaskuler STROKE

Darah masuk ke Darah masuk


jaringan otak ke ruang
TG : subarachnoid
Peningkatan TIK
Perdarahan intraserebral
Perdarahan subarachnoid

Perdarahan serebri
Vasospasme
pembuluh
Defisit neurologik Edema otak
darah
Aktivitas Kadar O2
Suplai darah elektrolit
Iskemik
dan O2 terhenti Metabolisme jaringan
anaerob serebral
DX : Hipoksia
Intoleran jaringan Edema
aktivitas intrasel Produksi Nekrosis
serebral
dan asam laktat jaringan
Infark ekstrasel serebral
TG : Kelemahan
umum,keletihan, serebri DX : Nyeri
Perfusi
ketidaknyaman setelah akut
jaringan
beraktivitas Hemiparese/
serebral
hemiplegia
DX : Penurunan Kerusakan
Hambatan kesadaran otak
mobilitas fisik permanen

Bedrest Komplikasi : Dekubitus

Kematian
DX :
Intoleran
aktivitas

DX : Risiko TG : Nyeri kepala, peningkatan TD dan


Gangguan
ketidakefektifan perfusi TIK, leher terasa tegang, aktivitas
fungsi
jaringan perifer menurun
serebral

Gangguan
Gangguan Gangguan pada saraf
Gangguan
pada lobus pada lobus kranial
pada lobus
temporalis oksipitalis
frontalis Discharge planning

Disfungsi Disfungsi nervus 1. Rutin kontrol tekanan darah.


DX : DX : nervus IX & X V, VII& XII 2. Anjurkan untuk mematuhi terapi pengobatan.
DX :
Hambatan Gangguan 3. Berhenti merokok dan konsumsi miras.
Hambatan
persepsi 4. Ajarkan keluarga pasien latihan ROM di rumah, perawatan diri, dan
mobilitas komunikasi Gangguan Ketidakmampuan
sensori pencegahan decubitus.
fisik verbal fungsi bicara, kelemahan 5. Anjurkan bedrest total selama 2-3 minggu.
menelan pada otot wajah 6. Ajarkan keluarga untuk memantau komplikasi yang harus segera
TG : TG : mencari pertolongan.
TG : Pandangan 7. Rujukan ke tempat rehabilitasi untuk mendapatkan terapi fisik jika
Kehilangan
hemiparese kabur, DX : DX : memungkinkan.
fungsi
pendengaran, pandangan Ketidaksei Hambatan
memori, ganda, mbangan komunikasi
kemampuan pupil nutrisi verbal
berbahasa unisokor
TG : Sulit bicara, pelo,
kesulitan mengungkapkan
ekspresi wajah
KONSEP DASAR
MEDIK

A. Definisi
Stroke atau cidera cerebrovaskuler (CVK) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner &
suddarth, 2013 )
Stroke adalah syndrome kloinis yang pada awalnya timbul mendadak,
progresif cepat, berupa deficit neurologi fokal dan global yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-
mata disebabkan oleh gangguan peredaraan darah di otak non traumatic. (
Mansjoer, Arief, 2012 )
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah otak. Hampir 70 % kasus stroke hemoragik terjadi pada
penderita hipertensi. (Nurarif & Kusuma, 2013). Stroke hemoragik ada dua jenis
yaitu:
a. Hemoragik intra serebral: perdarahan yang terjadi di dalam jaringan otak.
b. Hemoragik sub arachnoid: perdahan yang terjadi pada ruang sub arachnoid
(ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi
otak). (Nurarif & kusuma, 2013)

B. Etiologi
1) Usia diatas 40 tahun
Berdasarkan data epidemiologi dari Framingham study, sekitar dua
pertiga seluruh stroke terjadi setelah usia 65 tahun. Semakin tinggi usia,
semakin tinggi risikonya. Tetapi tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi
pada orang yang lanjut usia karena stroke dapat menyerang semua kelompok
umur (Stroke Statistics, 2013)
2) Jenis Kelamin
Pada Framingham study rata–rata usia pasien stroke laki–laki yaitu 65,4
tahun dan perempuan 66,1 tahun. Insidensi stroke lebih besar pada laki–laki
dibanding perempuan (Goetz, 2007). Namun dari sumber lain menyebutkan
rata–rata usia onset stroke pada laki–laki yaitu 71 tahun dan perempuan 75
tahun. Data dari Framingham Study juga menyebutkan perempuan usia 45–
84 tahun mempunyai risiko stroke lebih kecil dari laki–laki, namun pada usia
>85 tahun risiko perempuan terkena stroke meningkat jika dibandingkan
dengan laki–laki (Go et al., 2014).
3) Hipertensi Kronik
Hipertensi merupakan faktor utama yang menyebabkan pengerasan dan
penyumbatan arteri. Pasien hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat
hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa hipertensi. Penurunan
tekanan darah sistolik sekitar 10 mmHg akan menurunkan risiko relatif
stroke 35–40%. Hipertensi terdapat pada sekitar 50% kasus stroke (Stroke
Statistics, 2013).
4) Merokok
Merokok dapat memicu produksi fibrinogen lebih banyak sehingga
merangsang timbulnya aterosklerosis. Orang yang merokok mempunyai
risiko 2–4 kali lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan orang yang
tidak merokok atau sudah berhenti merokok >10 tahun (Go et al., 2014).
Semakin banyak rokok yang dihisap akan semakin meningkatkan risiko
stroke. Orang yang menghisap 20 batang rokok per hari mempunyai risiko
enam kali lebih besar untuk terkena stroke (Stroke statistics, 2013).
5) Obesitas
Obesitas dapat meningkatkan stroke sebesar 1,64 kali (Stroke Statistics,
2013).
6) Diabetes militus
7) Ketidak normalan pembuluh darah (aneurisma)
8) Mengkonsumsi minuman beralkohol
Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah sehingga memperbesar risiko stroke. Konsumsi alkohol
berlebihan juga dapat mempengaruhi jumlah platelet sehingga
mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah (Vitahealth, 2003).
Orang yang secara teratur mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar akan
meningkatkan risiko sebesar tiga kali lipat (Stroke Statistic, 2013).
9) Trauma

C. Patofisiologi
1. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak membentuk massa atau
hematoma yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema disekitar
otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra serebral
sering dijumpai di daerah putamen, thalamus, sub kortikal, nukleus
kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan
struktur dinding pembuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis
fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisme
paling sering didapat pada percabangann pembuluh darah besar di sirkulasi
willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan piameter dan
ventrikel otak, ataupun di dalam ventrikel otak dan ruang sub arachnoid.
Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang sub arachnoid mengakibatkan
terjadinya peningkatan tekanan inta kranial yang mendadak, meregangnya
struktur peka nyeri, sehingga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatan tekanan intra kranial yang mengakibatkan perdarahan
subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan sub arachnoid
dapat mengakibatkan vaso spasme pembuluh darah serebral. Vaso spasme
ini sering kali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai
puncaknya pada hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.
Timbulnya vaso spasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang
berasal dari darah dan dilepaskan ke dalam cairan serebrospinalis dengan
pembuluh arteri di ruang sub arachnoid. Vaso spasme ini dapat
mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparase, gangguan hemisensorik, afasia, dan lain-lain).
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan oksigen dan glukosa otak dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel saraf hampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen jadi kerusakan,
kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan
fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar
metabolisme otak, tidak boleh kekurangan dari 20 mg % karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai
70 % maka akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi oksigen melalui proses metabolik anaerob, yang
dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak. (Price & Wilson, 2014)

D. Manisfestasi Klinik
Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi perdarahan
dan jumlah jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa
peringatan dan sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan
menghilang atau perlahan-lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.
Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:
a. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
b. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
c. Kesulitan menelan.
d. Kesulitan menulis atau membaca.
e. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
f. Kehilangan koordinasi.
g. Kehilangan keseimbangan.
h. Perubahan gerakan biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan ketrampilan motorik.
i. Mual atau muntah.
j. Kejang.
k. Sensasi perubahan biasanyan pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi,
baal atau kesemutan.
l. Kelemahan pada satu sisi tubuh. (Batticaca, 2008)

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium: darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan serebrospinal, AGD,
biokimia darah, elektrolit.
2. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan dan juga
untuk memperlihatkan adanya edema hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3. Ultrasonografi doppler: mengidentifikasi penyakit arterio vena.
4. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan atau obstruksi arteri.
5. MRI: menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragic.
6. EEG: memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7. Sinar X tengkorak: menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis interna
terdapat pada trombosit serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisme pada
perdarahan sub arachhnoid. (Batticaca, 2008)
8. Lumbar pungsi lumbar stroke dan sebelumnya telah dilakukan scan otak.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan penyebab stroke.
9. Carotid doopler
Tes ini dilakuktan untuk memeriksa kecepatan aliran darah yang melewati
arteri carotis.
10. Brainplan
Mengetahui adanya infrak hemoragik, hematom, dan malformasi dari artyeri
dan vena.
11. Digital subtraction angiography
Mengetahui klasifikasi intra cranial
12. Ultrasonografi Dopler :
Mengidentifikasi penyakit arteriovena
13. Echoencephalography
Untuk mengetahui adanya pergeseran dari struktur midline

Pemeriksaan yang dapat dilakukan perawat untuk mengetahui jenis stroke


Hemoragik atau non Hemoragik adalah dengan mengunakan DAVE’S UNHAS
SKOR.

NO Variables Score
1. Decreased of consciousness
- Immediately upon onset until <1 hour 9
- 1 hour until < 24 hour from onset 6
- > 24 hour after onset 3
- No/lost and then recovered 0
2. Blod pressure
- >195/>105 mmhg 6
- 140-194/90-104 mmhg 3
- <140/<90 mmhg 0
3. Headache : NPRS
- Severe (NPRS 7-10) 6
- Moderate (NPRS 4-6) 4
- Light /mild (NPRS 0-3) 2
- No (NPRS 0) 0
4. Vomiting : … hourse from onset
- < 1 hour 3
- >1-24 hour 2
- > 24 hour 1
- No (PNRS) 0
5. Activity
- Heavy 3
- Moderate 2
- light 1

KETERANGAN

o hemoragik stroke skore > 10


o ischaemic stroke <10

Menilai ketepatan modifikasi Skor Stroke Dave Unhas berdasarkan 5


variabel: tekanan darah (TD), aktivitas saat serangan, nyeri kepala, muntah,
dan tingkat kesadaran dalam membedakan SH dan SI

F. Penatalaksaan Medis dan Keperawatan


a. Penatalaksanaan Medis
1) Menurunkan kerusakan iskemik serebral.
Tindakan awal difokuskan untuk menyelamatkan sebanyak mungkin area
iskemik dengan memberikan oksigen, glukosa dan aliran darah yang
adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki disritmia serta tekanan
darah.
2) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 derajat menghindari flexi dan rotasi
kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3) Pengobatan
a) Anti koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan
perdarahan pada fase akut.
b) Obat anti trombotik : pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik atau embolik.
c) Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.
4) Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran darah
otak.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila muntah dan
boleh mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
2) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.
3) Tanda-tanda vital usahakan stabil.
4) Bedrest.
5) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang
berlebih.
(Muttaqin, 2013)

G. Discharge planning
Pendidikan kesehatan untuk pasien dengan kasus hemoragik stroke sangat
pepnting untuk dapat mengembalikan atau memaksimalkan kualitas hidup klien
beberapa hal yang perlu di ajarkan pada pasien adalah;
1. Rutin kontrol tekanan darah.
2. Anjurkan untuk mematuhi terapi pengobatan.
3. Berhenti merokok dan konsumsi miras.
4. Ajarkan keluarga pasien latihan ROM dirumah, perawatan diri, dan pencegahan
dekubitus.
5. Ajarkan keluarga untuk memantau komplikasi yang harus segera mencari
pertolongan.
6. Rujuka ketempat rehabilitasi untuk mendapatkan terapi fisik jika
memungkinkan.
7. Ajarkan diet makanan yang tinggi kolestrol
8. Intruksikan untuk melakukan olaragah setiap hari sesuai keadaan
(kemampuan)
9. Ajarkan keluarga untuk terus memotivasi klien dalam menjalani proses
penyembuhan
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian Pola Gordon


1) Pola Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat hipertensi
- Obesitas
- Perilaku hidup tidak sehat (merokok, konsumsi alcohol)
- Diabetes militus
2) Pola Nutrisi dan metabolic
- Mengkonsumsi makanan tinggi kolestrol
- Konsumsi alkohol berlebih
- Konsumsi garam berlebihan
- Muntah
- Kesulitan/ gangguan menelan
- Munurunya kemampuan mencium atau mengecap
3) Pola eliminasi
- Konstipasi
- Sering tidak dapat menahan dorongan buang air kecil
4) Pola istirahat dan tidur
- Pingsan secara mendadak
- Kesadara menurun
- Banyak tidur dan selalu ingin tidur
5) Pola aktivitas dan latihan
- Kelemahan pada otot
- Gangguan pengelihatan
- Berjalan menjadi sulit, bahkan langka menjadi tertatih-tatih bahkan tak jarang
mengalami kelumpuhan total
- Kelumpuhan tungkai, lengan ataupun salah sati sisi tubuh
- Tira baring
- Fungsi motorik menurun
6) Pola persepsi kognitif
- Nyeri kepala
- Pelupa
- kejang
7) Pola persepsi dan konsep diri
- Berfikir negative tentang keadaannya
- Tidak menerima keadaanya
- Merasa tidak berdaya
8) Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Sangat membutuhkan bantuan dari orang lain dalam perawatan
- Perubahan peran dalam keluarga (tidak bias melakukan peranya dalm
keluarga )
- Pada pasien dengan kondisi yang parah menyebabkan hubungan/ komunikasi
nya dengan lingkunganya akan terganggu.
- Pelo, gagap berbicara sepata kata bahkan sulit mengucapkan kata.
9) Pola seksualitas
Kelemahan menyebabkan terganggunya pola seksualitas klien
10) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Pola mekanisme koping setiap pasien tergantung dari adat, lokasi tempat
tinggal klien, serta orang-orang yang adfa disekitarnya (keluarga) tersebut.
Tapi pada kebanyakan kasus klien sering berfikir negative tentang
keadaanya.
11) Pola nila dan kepercayaan
Nilai dan kepercayaan klien yang megalami Hemoragik stroke tergantung
dari lokasi tempat tinggal den nilai yang di anut klien tersebut
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1 Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral dengan faktor resiko hipertensi
2 Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan neurologis
3 Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
4 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan makan
6 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit
7 Kerusakan memory berhubungan dengan hipoksia
8 Devisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
9 Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC NIC
NANDA
Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Manajemen edema serebral
serebral dengan faktor resiko hipertensi perfusi jaringan serebral :  Monitor adanya
 (0040602) tekanan intracranial kebingungan,perubahan
 (9040613) tekanan darah sistolik pikiran,keluhan pusing,pingsan
 (040614) tekanan darah diastolic  Monitor TTV
 (040615 hasil serebral angiogram  Hindari fleksi leher atau fleksi
 (040619) penurunan tingkat ekstrem pada lutut/panggul
kesadaran  Posisikan tinggi kepala tempat tidur
300 atau lebih
 Sesuaikam pengaturanm ventilator
untuk menjaga PaCO2 pada level
yang diresepkan
 dorong keluarga/orang yang penting
untuk bicara pada pasien
 berikan diuretic osmotic atau active
loop
2. Monitor tekanan intracranial(TIK)
 Monitor tekanan aliran darah otak
 Monitor pasien TIK dan reaksi
perawatan neurologis serta rangsang
lingkungan
 Monitor suhu dan jumlah WBC
 Periksa pasien terkait ada tidaknya
gejala kaku kuduk
 Berikan antibiotic
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC NIC
NANDA
Ketidakefektifan pola napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1) Terapi oksigen
berhubungan dengan gangguan status pernapasan: ventilasi  Bersihkan mulut,hidung dan
neurologis  (040334) aktelektasis seksresi trakea dengan tepat
 (040332) gangguan ekspirasi  Siapkan peralatan oksigen dan
berikan melalui system humidifier
 Berikan oksigen tambahan seperti
yang di perintahkan
 Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai penggunaan oksigen di
rumah

2) Bantuan ventilasi
 Posisikan pasien untuk mengurangi
dispnea
 Auskultasi suara napas,catat
penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan adanya suara
tambahan
 Kelola pemberian obat nyeri yang
tepat untuk mencegah hipoventilasi
 Monitor pernapasan dan status
oksigen
 Ajarkan teknik pernapasan dengan
tepat
 Beri obat(misalnya,bronkodilator
dan inhaler yang meningkatkan
patensi jalan napas dan pertukaran
gas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC NIC
NANDA
Hambatan mobilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Terapi latihan : keseimbangan
dengan penurunan kendali otot diharapkan  Tentukan kemampuan pasien untuk
1. pergerakan berpartisipasin dalam kegiatan yang
 (020801) keseimbangan membutuhkan keseimbangan
 (020809) koordinasi  Evaluasi fungsi sensorik
 (020803) pergerakann otot (pengelihat, pendengaran, persepsi)
 (020814) bergerak dengan  Sediakan lingkungan yang aman
mudah untuk latihan
 Bantu dengan program penguatan
pergelangan kaki dan berjalan
 Sediakan alat-alat bantu (misalnya
tongkat, walker, bantal,/ bantalan)
untruk mendukung pasien dalam
latihan
 Bantu pasien untuk pindah keposisi
duduk, menstabilkan tubuh dengan
tangan diletakkan disisi atas tempat
tidur /kursi, mengayun tubuh diatas
lengan yang menyokong
 Monitor respon pasien pada latihan
keseimbangan.
2. Terapi latihan :control otot
 Tentukan kesiapan pasien untuk
terlibat dalam aktivitas
 Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
 Urutkan aktivitas perawatan harian
untuk meningkatkan efek dari terapi
latihan tersebut
 Dorong pasien untuk
memperaktekkan latihan secara
mandiri

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC NIC
NANDA
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh berhubungan dengan diharapkan  Tentukan status gisi pasien dan
ketidakmampuan makan kemampuan pasien untuk
1. Status Menelan memenuhi kebutuhan gisi
 (101001) mempertahankan  Identifikasi adanya alergi atau
makanan di mulut intoleransi makanan yang dimiliki
 (101004) kemampuan pasien
mengunyah  Tentukan jumlah klalori dan jenis
 (101021) muntah nutrisi
 Anjurkan pasien terkait dengan
2. Fungsi Gastrointestinal kebutuhan diet untuk kondisi
 (101508) Bising usus penyakit
 (101517) Peningkatan  Tawarkan makanan ringan yang
peristaltik padat gizi
 berikan pilihan makanan sambil
menawarkan bimbingan terhadap
pilihan makanan yang lebih sehat
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC NIC
NANDA
Gangguan citra tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan harga diri
dengan penyakit diharapkan  Monitor pernyataan pasien mengenai
1. Citra tubuh harga diri
 120001 gambaran internal diri  Bantu pasien untuk menemukan
 120002 kesesuaian antara realitas penerimaan diri
tubuh dan ideal tubuh dengan  Berikan pengalaman yang akan
penampilan tubuh meningkatkan otonomi pasien
 120006 Kepuasan dengan fungsi dengan tepat
tubuh  Jangan mengkritik pasien secara
 120007 penyesuaian terhadap negative
perubahan  Dukung pasien untuk mengevaluasi
2. Harga diri perilakunya sendiri
 120501 verbalisasi penerimaan  Fasilitasi lingkungan dan aktifitas-
diri aktifitas yang akan meningkatkan
 120502 penerimaan terhadap harga diri
keterbatasan diri
 120505 gambaran diri
 120511 tingkat kepercayaan diri

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC NIC
NANDA
Kerusakan memory berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Latihan memori
hipoksia diharapkan  Diskusikan dengan pasien dan
1. Memori keluarga yang mengalami masalah
 090801 mengingat informasi ingatan
barusaja terjadi secara akurat  Stimulasi ingatan dengan cara
 090802 menginggat informasi mengulalngi pemikiran pasien yang
akurat yang terbaru secara terakhir di expresikan dengan cara
akutrat yang tepat
 Menginggat informasi yang  Berikan latihan orientasi
sudah lama secar  Berikan kesempatan untuk
2. Orientasi kognitif menggunakan ingatan kejadian yang
 090101 mengidentifikasi diri baru terjadi
sendiri  Dukung pasien untuk berpartisipasi
 090102 mengidentifikasi dalam program kelompok latihan
orang-orang yang signifikan menginggat dengan cara yang tepat
 090103 mengidentifikasi  Monitor perilaku pasien selalma
tempat saat ini terapi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NOC NIC
NANDA
Devisit perawatan diri berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Bantuan perawatan diri
dengan kelemahan diharapkan  Pertimbangkan budaya pasien saat
mempromosikan aktifitas perawatan
1. Deficit peratan diri : berpakaian diri
 Memakai pakaian  Sediakan barang pribadi yang
2. Deficit peratan diri : eliminasi diinginkan
 Merespon saat kandung kemih  Fasilitasi pasien untuk mengosok
penuh dengan tepat waktu gigi dengan tepat
3. Deficit peratan diri ; makan  Fasilitasi pasien untuk mandi sendiri
 Mengunyah makanan dengan tepat
 Menelan makanan  Monitor integritas kuluit pasien
 Memasukkan makan kemulut  Dukung orang tua / keluarga
dengan peralatan makan berpartisipasi dalam ritual
4. Deficit peratan diri : mandi menjelang tidur yang biasa
 Mencuci badan (mandi) dilakukan oleh perawat

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NIC NOC
NANDA
Ansietas berhubungan dengan ancaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan kecemasan
kematian diharapkan  Berada di sisi klien untuk
meningkatkan rasa aman dan
1. Tingkat kecemasan menguranggi ketakutran
 Wajah tegang  Dorong keluarga untuk
 Mengeluarkan rasa marah secara mendampingi klien dengan cara
berlebihan yang tepat
 Rasa takut yang disampaikan  Dengarkakan klien
secara lisan  Puji/kuatkan perilaku yang baik
2. Koping secara tepat atau pengunaan obat
 Menyatakan butuh bantuan obatan untuk mengurangi
 Melaporkan penurunan perasaan kecemasan
negative
 Melaporkan peningkatan
kenyamanan psikologis
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Mansjoer, dkk, 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3 . FKUI, Jakarta: Medica
Aesculpalus
Corwin, E. J (2009).Buku Saku Patofisiologi . Jakarta:EGC
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC- NOC.
Mediaction Publishing.
WHO.Stroke, Cerebrovascular accident (database on the internet)
Go, AS, Mozaffarian, D, Roger, VL, et al. 2014, 'Heart disease and stroke statistics--2014
update: a report from the American Heart Association', Circulation, vol. 129, pp. e28–
e292.
Price, A.S dan Wilson, L. M. 2014. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Batticaca Fransisca, C. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Muttaqin, A. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika
Brunner, & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperaatan Medical Bedah, Edisi 8 VOL. 3.
Jakarta: EGC.
Kowalak, Welsh, & Mayer. (2017). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Intervention Calssification (NIC) Edisi 6. In I. Nurjannah, & R. D. Tumanngor, Nursing
Intervention Calssification (NIC) Edisi 6. Jakarta: Mocomedia.
Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2015-2017). Diagnosis Keperawatan Nanda Edisi 10.
Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Clasification (NOC) Pengukuran Outcomes Kesehatan Edisi 5. Jakarta:
Mocomedia.

Anda mungkin juga menyukai