Anda di halaman 1dari 100

BAB I

KONSEP DASAR METODOLOGI PENELITIAN

A. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah suatu upaya untuk memahami dan memecahkan
masalah secara ilmiah, sistematis, dan logis. Istilah ilmiah disini diartikan
kebenaran pengetahuan yang didasarkan pada fakta empiris, yang
diperoleh dari penyelidikan secara berhati-hati dan bersifat objektif.
Dengan perkataan lain, kebenaran pengetahuan tersebut diperoleh bukan
dari ide pribadi atau dugaan-dugaan, tetapi berdasarkan fakta empiris.
B. Jenis Penelitian
Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikan menjadi 2 yaitu:
a. Berdasarkan tujuan penelitian
1) Penelitian dasar
Bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan
kegunaan yang langsung bersifat praktis.
2) Penelitian pengembangan (R & D)
Metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan
pembelajaran.
3) Penelitian terapan
Dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi
kemampuan teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-
masalah praktis.
b. Berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian
1) Penelitian eksperimen
Merupakan metode penelitian yang diguankan untuk mencari
pengaruh atau treatment (perlakuan tertentu).
2) Penelitian survey
Digunakan untuk mendapatkaan data dari tempat tertentu yang
alamiah, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam perlakuan
dalam pengumpulan data.
3) Penelitian naturalistic
Digunakan untuk meneliti tempat yang alamiah, dan penelitian
tidak membuat perlakuan karena peneliti dalam mengupulkan data
bersifat emic, yaitu berdasarkan dari sumber data, bukan
pandangan peneliti.
C. Macam-Macam Data Penelitian
a. Tulisan (textular)
Penyajian data dalam bentuk tulisan digunakan mulai dari
prosespengambilan samapel, pelaksanaan, pengumpulan data hingga
hasil analisis berupa informasi.
b. Table (tabular)
Penyajian dengan menggunakan kolom dan baris sehingga dapat
memberikan gambaran perbandingan-perbandingan atau perbedaan-
perbedaan. Ada beberapa bentuk table rincian adalah; distribusi
frekuensi, distribusi relative, distribusi komulatif, dan table silang.
c. Grafik (diagram)
Penyajian data dalam bentuk grafik atau gambar yang memberikan
informasi mengenai gambaran situasi yang telah terjadi melalui
gambaran agregat dari data seperti perkembangan, perbandingan,
peramalan, atau proyeksi, dan juga memberikan petunjuk sebagai dasar
analisis lanjutan. Seperti misal; histogram dan frekuensi polygon,
ogive, diagram garis, diagram batang, diagaram pinca, dan diagram
tebar.
D. Proses Penelitian
Langkah-langkah sistematis dalam peneitian adalah:
1) Melakukan identifikasi masalah
Memilih masalah yang utama atau yang melatarbelakangi masalah
yang lain.
2) Menentukan hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara dengan menggunaka informasi
teoritik maupun fakta empiric yang ada.
3) Menetapkan model atau rancangan penelitian
Pertama, pemilihan tipe penelitian (eksperimentan atau
noneksperirmental). Kedua, penetapan subyek-subyek penelitian,
menetapkan populasi dan sampel. Ketiga, memilih atau
mengembangkan alat dan metode pengukuran yang valid dan
reliabelbgi variable-variabel penelitian.
4) Melakukan observasi empiric
Melakukan observasi atau mengukur variable.
5) Mengorganisi data
Kumpulan data diorganisir berdasarkan landasan teori yang
dikembangkan dalam rangka pembuktian kebenraan hipotesis.
E. Metodologi Penelitian Survey dan Eksperimen
Berdasarkan metode, penelitian kesehatan dapat digolongkan
menjadi 2, yakni:
a. Metode Penelitian Survei (Survey Research Method)
Dalam survei, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh objek
yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari
populasi tersebut (sampel). Sampel adalah bagian dari populasi yang
dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian survei, hasil dari
penelitian tersebut merupakan hasil dari keseluruhan. Dengan kata
lain, hasil dari sampel tersebut dapat digeneralisasikan sebagai hasil
populasi.
Penelitian survei, digolongkan lagi menjadi 2, yaitu penelitian
survei yang bersifat deskriptif (descriptive) dan analitik (analytical).
Dalam survei deskriptif, penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan
atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau
masyarakat. Sedangkan survei analitik, penelitian diarahkan untuk
menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Penelitian survei yang bersifat
analitik ini dibedakan menjadi 3 macam, yakni:
1) Seksional Silang (Cross Sectional)
Dalam penelitian seksional silang, variabel sebab atau risiko
dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur
atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan).
2) Studi Retrospektif (Retrospective Study)
Penelitian ini adalah penelitian yang berusaha melihat ke
belakang (backward looking), artinya pengumpulan data dimulai
dari efek atau akibat yang telah terjadi. Kemudian dari efek
tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang
mempengaruhi akibat tersebut. Dengan kata lain, dalam penelitian
retrospektif ini berangkat dari dependent variables, kemudian
dicari independent variables-nya.
3) Studi Prospektif (Prospective Study)
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat melihat ke depan
(forward looking), artinya penelitian dimulai dari variabel
penyebab atau faktor risiko, kemudian diikuti akibatnya pada
waktu yang akan datang. Dengan kata lain, penelitian ini berangkat
dari variabel independen kemudian diikuti akibat dari independen
variabel tersebut terhadap dependen variabel.
b. Metode Penelitian Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen atau percobaan, penelitian melakukan
percobaan atau perlakuan terhadap variabel independennya, kemudian
mengukur akibat atau pengaruh percobaan tersebut pada dependen
variabel. Ditinjau dari segi manfaat atau kegunaannya, penelitian
kesehatan dapat digolongkan menjadi:
1) Penelitian Dasar (Basic of Fundamental Researchi)
Penelitian ini dilakukan untuk memahami atau menjelaskan gejala
yang muncul pada suatu ikhwal. Kemudian dari gejala yang terjadi pada
ikhwal tersebut dianalisis, dan kesimpulannya adalah merupakan
pengetahuan atau teori baru.
2) Penelitian Terapan (Aplied Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi
proses suatu sistem atau program, dengan menerapkan teori-teori
kesehatan yang ada.
3) Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian ini dilakukan terutama untuk mencari suatu dasar
pengetahuan praktis guna memperbaiki suatu situasi atau keadaan
kesehatan masyarakat, yang dilakukan secara terbatas.
4) Penelitian Evaluasi (Evaluation Research)
Penelitian ini dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
pelaksanaan kegiatan atau program yang sedang dilakukan dalam rangka
mencari umpan balik yang akan dijadikan dasar untuk memperbaiki suatu
program atau sistem.
BAB II
BENTUK-BENTUK RUMUSAN MASALAH

1. Rumusan masalah Dekriptif


Rumusan masalah deskriptif adalah rumusan masalah yang berkenaan
dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu
variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini
peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sapel yang lain. Penelitian
semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif
a. Seberapa baik kinerja kabinet bersatu?
b. Bagimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi nergeri
Berbadan Hukum?
c. Seberapa tinggi efektifitas kebijakan mobil berpenumpang tiga di
Jakarta
d. Seberapa tinggi tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap
pelayaran pemerintah daerah di bidang kesehatan?
Dari beberapa contoh diatas terlihat bahwa di atas terlihat bahwa setiap
pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variabel atau lebih secara mandiri
(bandingkan dengan masalah komparatif dan asosistif).

2. Rumusan masalah Komparatif


Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel
yang berbeda atau pada waktu yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a. Adakah perbedaan produktifitas kerja antara pegawai Negeri, BUMN
dan Swasta? (satu Variabel ada tiga sampel)
b. Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B?
c. Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai
Swasta, Nasional, dan Perusahaan Asing (dua variabel dan pada dua
sampel)
d. Adakah perbedaan kenyamanan naik kereta Api dan Bus menurut
berbagai kelompok masyarakat.
e. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari
kota dan desa, gunung ( satu variabel pada tiga sampel)
f. Adakah perbedaan tinkat kepuasan masyarakat di Kabupaten A dan B
dalam hal pelayanan kesehatan?

3. Rumusan masalah Assosiatif


Rumusan masalah Assosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga
bentuk hubungan yaitu : Hubungan simetris, Hubungan kusan dan interaktif atau
resifrocal atau timbal balik

a. Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan muncul bersama
Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1) Adakah hubungan antara bayaknya radio di pedesaan dengna
jumlah sepatu yang terjual?
2) Adakah Hubungan antar payung yang terjual dengan tingkat
kesejahteraan?
3) Adakah Hubungan antara tingggi badan dengan prestasi kerja
dibidang pemasaran?
Contoh Judul penelitiannya dalah :
1) hubungan antara bayaknya radio di pedesaan dengna jumlah
sepatu yang terjual?
2) Hubungan antara tingggi badan dengan prestasi kerja
dibidang pemasaran?
3) Hubungan antar payung yang terjual dengan tingkat
kesejahteraan?
b. Hubungan Kausal
Hubungan kausal dalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi
disini ada variabel independen (yang mempengaruhi) dan variabel
dependen (yang dipengaruhi). Contohnya yitu :
1) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
2) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan nasional terhadap perilaku
masyarakat?
3) Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja
karyawan?
4) Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas
guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah?
Contoh Judul Penelitiannya adalah :
1) Pengaruh intensif terhadap disiplin kerja karyawan di departemen X
2) Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruangan kantor terhadap
efisiendi kerja di departemen X. Contoh pertama dengan satu
variabel independen dan dan contoh kedua dengan dua variabel
independen.
c. Hubungan Interaktif/resifocal/timbal balik
Hubungan Interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
Disini belum di ketahui variabel independen dan dependennya.
Conothnya :
1) Hubungan antara motivasi dan prestasi. (Ini keduanya masih bisa
saling mempengaruhi)
2) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. (kedua variabel ini
bisa saling mempengaruhi).

Pengertian Latar Belakang Masalah Penelitian


Latar belakang masalah adalah informasi yang tersusun sistematis
berkenaan dengan fenomena dan masalah problematik yang menarik untuk di
teliti. Masalah terjadi saat harapan idelah akan sesuatau hal tidak sama dengan
realita yang terjadi. Tidak semua masalah adalah fenomena dan menarik. Masalah
yang fenomenal adalah saat menjadi perhatian banyak orang dan di bicarakan di
berbagai kalangan masyarakat.

Tujuan Membuat Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa
masalah dalam penelitian intin diteliti, pentingnya permasalahan dan pendekatan
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut baik dari sisi teoritis dan
praktis.
Latar belakang masalah adalah dasar atau titik tolak untuk memberikan
pemahaman kepada pembaca atau pendengar mengenai apa yang ingin kita
sampaikan. Latar belakang yang baik disusun dengan sejelas mungkin dan bila
perlu disertasi dengan data atau fakta yang mendukung, beberapa hal yang
terdapat dalam latar belakang masalah adalah :
1. Kondisi ideal mencakup keadaan yang dicita-citakan, atau diharapkan
terjadi, kondisi ideal ini biasanya dituangkan dalam bentuk visi dan misi yang
ingin diraih.
2. Kondisi actual merupakan kondisi yang terjadi saat ini. Biasa
menceritakan perbedaan situasi antara kondisi saat ini dengan kondisi yang dicita-
citakan terjadi.
3. Solusi merupakan saran singkat atau penawaran penyelesaikan terhadap
masalah yang dialami sebelum melangkah lebih lanjut ke pokok bahasan.

Cara memilih latar belakang masalah penelitian, ada beberapa hal


yang harus anda tekuni, antara lain adalah :
1. Jadilah seperti "mata-mata"
Untuk menemukan masalah, anggaplah anda seolah-olah "mata-mata"
yang sedang ingin mencari tahu segala hal yang menurut anda itu adalah masalah.
Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, anda dapat menemukan masalah
dari lingkungan disekitar anda. Misalnya isu sosial, budaya, pendidikan,
keamanan, politik, dan sebagainya. 

2. Fakta masalah
Dalam menyusun latar belakang masalah, ada baiknya anda memikirkan
terlebih dahulu fakta masalah yang akan anda jadikan sebagai fokus masalah.
Karena masalah sebenarnya adalah kesenjangan antara sesuatu yang diharapkan
dengan suatu kenyataan ( das sollen-das sein).

3. Temukan fokus masalah


Setelah menjadi "mata-mata", dari sekian banyak hal yang telah anda
perhatikan, setelah mempertimbangkannya, maka lakukanlah analisis permulaan.
Gunanya agar anda dapat menyimpulkan fokus masalahnya. Fokus masalah
adalah masalah yang menurut anda lebih dominan, lebih krusial, dan lebih aktual.
Usahakanlah fokus masalah yang anda temukan merupakan masalah yang paling
unik, harus dikedepankan untuk dibahas, dan memang isu yang benar-benar
terjadi. Jangan menjadikan masalah. Tapi masalahnya haruslah yang benar-benar
terjadi. 
Contoh :
Kebijakan BPJS kesehatan di indonesia
Masalah :
a) Sosialisasi
b) Pelayanan
c) Identitas kependudukan cenderung ganda
d) Lingkungan Masyarakat
e) Jamkesda dan Jamkesmas
Misalnya anda menemukan 5 masalah di atas terkait efektif atau tidaknya
kebijakan BPJS, maka pilihlah masalah mana yang menurut anda paling dominan,
paling krusial, dan aktual. Tapi yang paling utama adalah masalah yang krusial
dulu. Yakni masalah yang kira-kira butuh pemecahan dan solusi mengatasinya
berdasarkan teori dan anjuran. Anjuran disini saya maksudkan bisa saja dari para
akademisi, tuntutan masyarakat, dan sebagainya. Misalnya anda pilih poin 1 dan
poin 2, yaitu kebijakan BPJS bermasalah karena kurangnya sosialisasi dan
pelayanan. Maka dalam proses membuat latar belakang masalahnya nanti jangan
lepas dari 2 masalah tersebut.

4. Jelaskan masalahnya 
Membuat susunan latar belakang masalah, anda dapat menyusunnya dari
hal yang umum dulu kemudian baru hal yang khusus. Atau sebaliknya, anda
dahulukan yang khusus kemudian yang umum.
Contoh :
Kebijakan BPJS kesehatan di Indonesia
Masalah yang di pilih :
a) Sosialisasi 
b) Pelayanan
Poin ini kita anggap sebagai masalah dominan, krusial, dan aktual. Nah, saat
menjelaskan masalahnya dalam latar belakang masalah penelitian, dua cara
menyusunnya di atas dapat anda jadikan pedoman yakni :
a. UMUM     KHUSUS
b. KHUSUS UMUM

Penjelasan :
A. Umum khusus
Dalam poin ini, anda dapat membicarakan yang umum dulu. Akan tetapi
jangan menyimpang dari kedua masalah krusial di atas.Caranya :
1. Carilah Peraturan-perundangan yang berlaku atas kebijakan BPJS
Kesehatan. Kemudian analisis ketidak-efektifan, dan simpulkan. Misalnya,
menurut peraturan BPJS kesehatan No.1 tahun 2014 bla.blas,bla dan seterusnya. 
2. Temukan fakta lapangan tentang sosialisasi dan pelayanan BPJS
Kesehatan
3. Temukan teori terkait sosialisasi dan sistem pelayanan yang baik. Sesuai
atau tidak dengan peraturan?
4. Jelaskan kondisi masyarakat terkait adanya kebijakan BPJS Kesehatan.
5. Buat alasan mengapa anda memilih judul ini.
B. Khusus Umum
Cara ini mendahulukan hal-hal yang khusus dulu untuk di bahas. Atau
utarakan dulu maksud dan tujuan memilih judul, kemudian mengutarakan hal
yang umum. Cara ini merupakan kebalikan dari cara Umum Khusus.
Jadi tips dan trik menulis laporan penelitian, baik itu journal, skripsi,
maupun tesis dan disertasi, adalah seperti langkah-langkah yang saya sebutkan di
atas. Sebagai referensinya saya memiliki pedoman sendiri dari kampus, buku-
buku. Salah satu Buku yang sering menjadi rujukan saya adalah susunan Prof.Dr.
Sugiyono tentang Motode penelitian administrasi,dan lain sebagainya. Inti dari
semua itu, hal yang penting anda ketahui adalah mengetahui masalah di sekitar
anda. Bagaimana mungkin anda akan menulis sebuah karya ilmiah jika
masalahnya anda tak ketahui? Jika anda memaksakan diri menulis karya ilmiah
yang bukan anda ketahui, usahakanlah banyak bertanya, dan membaca buku. Hal
yang seperti ini biasanya jika anda memilih jurusan kuliah yang bukan minat
anda.
BAB III
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN RUMUSAN MASALAH
PENELITIAN

A. PENGERTIAN RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah adalah suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui titik tolak dari setiap kegiatan penelitian atau jawaban
melalui pengumpulan data. Rumusan masalah berbeda dengan masalah.
Karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
Masalah sendiri adalah suatu kesenjangan antara yang diharapkan dengan apa
yang terjadi.
Meskipun masalah penelitian itu selalu ada, tetapi belum tentu
mudah untuk mengangkatnya sebagai masalah penelitian. Untuk dapat
mengangkat masalah-masalah tersebut kedalam suatu masalah penelitian
diperlukan kepekaan terhadap masalah penelitian, serta diperlukan minat dan
pengetahuan atau keahlian. Minat dan pengetahuan atau keahlian sebagai
dasar kepekaan terhadap masalah penelitian ini dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor antara lain:
1. Profesi
Profesi atau bidang pekerjaan seseorang dapat menjadi sumber
minat untuk melakukan penelitian. Dalam melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan profesi, orang tidak terlepas dengan masalah yang berkaitan
dengan rofesi tersebut. Semakin sering terpapar pada masalah-masalah
tersebut akan mendorong keinginan orang untuk dapat memecahkannya
dengan tepat, dan memicu seseorang untuk berfikir dan berusaha mencari
tahu dengan membaca dan berdiskusi dengan orang lain.
2. Spesialisasi
Apabila seseorang menekuni keahlian khusus suatu bidang
tertentu maka, orang tersebut akan menjadi sangat peka terhadap masalah
yang berkaitan dengan bidang tersebut. Contohnya: seorang dokter
spesialis penyakit dalam biasanya sangat peka terhadap masalah yang
muncul sehubungan dengan penyakit dalam. Sedangkan seorang dokter
ahli kesehatan masyarakat akan lebih peka terhadap penyakit atau masalah
kesehatan masyarakat, masalah epidemiologi, masalah pelayanan
kesehatan masyarakat, masalah sanitasi lingkungan dan lain-lain.
3. Akademis
Orang yang sudah mengalami program pendidikan tinggi
biasanya telah mendalami salah satu disiplin ilmu pengetahuan. Dengan
begitu, daya penalarannya akan lebih baik, dan mampu melihat prospek
pengembangan tentang hal-hal yang didalaminya. Dalam kenyataannya
semua teori yang merek peroleh dibangku kuliah tidak semua dapat
diterapkan. Keadaan semacam ini menunjukkan bahwa bidang tersebut
terdapat sesuatu masalah yang perlu dipecahkan, szerta dapat disimpulkan
bahwa program pendidikan akademis yang pernah ditempuh seseorang
dapat menunjang kepekaan terhadap suatu masalah penelitian.
4. Kebutuhan dan praktik kehidupan sehari-hari
Dengan menuruh perhatian terhadap kebutuhan pengalaman
kehidupan sehari-hari dapat menimbulkan kepekaan masalah. Misalnya
seseorang yang secara seksama memperhatikan kebersihan anaknya
sendiri atau tetangganya, akan membantu dalam melihat berbagai masalah
kesehatan. Hal ini tentu dapat meningkatkan kepekaannya terhadap
masalah.
5. Pengalaman lapangan
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh langsung dari lapangan
akan menambah keyakinan mereka, keseriusan masalah tersebut, dan
memperkuat usaha-usaha yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah itu. Hal ini berarti dapat meningkatkan kepekaannya terhadap
masalah yang bersangkutan dengan bidangnya.
6. Bahan bacaan atau kepustakaan
Banyak membaca adalah suatu kebiasaan yang sangat baik,
karena buku-buku hasil penelitian orang lain yang dipublikasikan, banyak
informasi-infomasi yang sangat berguna bagi perluasan cakrawala
pandamg atau wawasannya, serta dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berfikir seseorang.

B. PENULISAN RUMUSAN MASALAH


Setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan (variabel apa saja yang akan
diteliti, dan bagaimana hubungan variabel satu dengan variabel yang lain),
dan supaya masalah dapat terjawab secara akurat, maka masalah yang akan
diteliti itu perlu dirumuskan secara spesifik. Sebaiknya, rumusan masalah itu
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dengan demikian cara
penulisan rumusan masalah itu dibagi dalam empat tahapan yaitu:
1. Latar belakang masalah
Berisi tentang sejarah dan peristiwa yang terjadi pada objek yang akan
diteliti, tetapi peristiwa itu nampaknya ada penyimpangan dari standart
dari keilmuan maupun aturan. Penyimpangan ini perlu ditunjukkan dalam
data serta peneliti perlu menuliskan mengapa hal itu perlu diteliti.
2. Identifikasi masalah
Semua masalah yang ada pada obyek penelitian dikemukakan, baik
masalah yang akan diteliti maupun tidak diteliti. Tunjukkan hubungan
masalah satu dengan masalah yang lain. Masalah yang diteliti merupakan
variabel dependen
3. Batasan masalah
Karena keterbatasan waktu, dana, tenaga, teori dan supaya penelitian
lebih mendalam maka penelitian dibatasi pada beberapa variabel saja.
4. Rumusan masalah
Dinyatakan dalam kalimat tanya.

C. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PERUMUSAN


MASALAH
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan rumusan masalah adalah:
1. Masalah dirumuskan dalam bentuk-bentuk pertanyaan
2. Masalah dirumuskan dalam susunan kalimat yang sederhana dan
mengurangi penggunaan istilah yang belum baku
3. Rumusan masalah haruslah mencerminkan keinginan yang hendak dicari
4. Masalah dirumuskan secara singkat, jelas, padat serta tidak menimbulkan
kerancuan pengertian
5. Rumusan masalah hendaknya memberi petunjuk tentang mungkinnya
mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
terkandung dalam rumusan masalah itu
6. Rumusan masalah dapat dipakai sebagai dasar dalam merumuskan
hipotesis
7. Rumusan masalah haruslah direfleksikan kedalam judul penelitian

D. CONTOH DALAM MEMBUAT RUMUSAN MASALAH


Contoh 1:
Masalah Penelitian:
Kabupaten X terletak di provinsi Jawa Barat, daerahnya termasuk
subur. Pendapatan perkapita penduduknya melebihi pendapatan perkapita
nasional. Sarana transportasi sangat baik, penduduk yang buta huruf relattif
sangat rendah. Program-program pembangunan, termasuk program kesehatan
dan keluarga berencana sudah cukup banyak dilaksanakan. Tetapi angka
kemayian anak di kabupaten ini masih cukup tinggi jauh di atas angka
nasional.
Kesenjangan:
Kondisi geografis, sosial, dan ekonomi kabupaten tersebut seharusnya
menjamin angka kematian anak yang rendah, tetapi kenyataannya angka
kematian anak tersebut tinggi
Rumusan masalah:
Faktor-faktor apa yang menyebabkan tingginya angka kematian anak
di kabupaten X tersebut ?
Contoh 2
Masalah Penelitian:
Hasil survey keluarga berencana disuatu provinsi, diketemukan
adanya perbedaan angka prevalensi pemakaian kontrasepsi yang besar antar
kecamatan di provinsi tersebut, meskipun semua kecamatan tersebut
menerima pelayanan keluarga berencana yang sama.
Kesenjangan:
Semua kecamatan di provinsi tersebut seharusnya mempunyai angka
prevalensi pemakaian kontrasepsi yang sama, tetapi kenyataannya terdapat
perbedaan yang mencolok diantara kecamatan-kecamatan tersebut.
Rumusan masalah:
Faktor apa yang menyebabkan terjadinya pervedaan dalam angka
prevalensi pemakaian kontrasepsi terswebut?
BAB IV
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Kajian Pustaka


Tinjauan pustaka sering juga disebut kajian atau telaah pustaka
(literature review). Tinjauan pustaka adalah kajian mendalami, menelaah
dan mengidentifikasi pengetahuan. Hal itu dilakukan dalam rangka agar
penelitiannya dapat diketahui sejauh mana hasil, pembahasan, temuan
penelitian terdahulu, sehingga penelitian yang hendak dilakukannya dapat
dibedakan dengan penelitian terdahulu. Itu sebabnya, sebelum melakukan
penelitian, seorang peneliti hendaknya banyak membaca dan mengkaji
literatur yang mendukung penelitiannya.
Tinjauan pustaka merupakan sebuah laporan evaluasi tentang
informasi yang didapat dalam literatur yang terkait dengan wilayah
penelitian yang dipilih. Telaahnya perlu menggambarkan, merangkum,
mengevaluasi dan menjelaskam literatur tersebut. Tinjauan pustaka
hendaknya memberikan dasar teoritis bagi peneliti tersebut dan membantu
peneliti dalam menetapkan karakteristik penelitian.
Tinjauan pustaka itu lebih dari sekedar mencari informasi, dan
bukan sebuah deskripsi kutipan daftar pustaka. Semua karya tulis yang
dikutip dalam tinjauan pustaka hendaknya benar-benar sudah dibaca,
dievaluasi, dan dianalisis (sebagaimana hal ini dilakukan dalam kutipan
daftar pustaka). Hubungan antarliteratur haruslah diidentifikaasi dan
diartikulasikan dalam kaitannya dengan wilayah penelitian.
Dalam penulisan tinjauan pustaka, tujuan peneliti adalah untuk
menyampaikan kepada pembacanya pengetahuan dan gagasan apa yang
dibangun dalam topik yang sedang ditelitinya. Tinjauan pustaka mesti
didefinisikan melalui sebuah pedoman konseptual, seperti tujuan
penelitian, masalah atau isu yang dikaji, atau argumentasinya. Tinjauan
pustaka bukan hanya sekedar deskripsi daftar isi dari bahan yang
diperlukan, atau sejumlah rangkuman.
B. Tujuan Pembuatan Kajian Pustaka
Secara lebih rinci tujuan kajian pustaka, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menentukan dan membatasi masalah penelitian
2. Meletakan peneliti pada perspektif sejarah dan asosiasional
3. Menghindari replikasi yang disengaja dan tidak perlu. Replikasi yang
tidak sengaja terhadap penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
perlu dihindari karena hanya merupakan pemborosan.
4. Menghubungkan penemuan dengan pengetahuan yang ada dan usulan
untuk penelitian lebih lanjut.
Karena tujuan ini, kajian pustaka bukanlah proses yang mudah
dilakukan. Pembuatan kajian pustaka menuntut pemahaman yang
komprehensif dari penelitian tentang pengetahuan yang pernah ditulis
oleh orang lain dalam bidang yang menjadi konsepnya. Kajian pustaka
meliputi kegiatan mencari, membaca, mengevaluasi, menganalisis dan
membuat sistesis laporan-laporan penelitian dan teori, serta melaporkan
pendapat yang berhubungan dengan penelitian yang direncanakan.
Dalam kajian pustaka dimuat esensi-esensi hasil penelitian
literatur yaitu berupa teori-teori. Uraian teori yang disusun bisa dengan
kata-kata penulis secara bebas dengan tidak mengurangi makna teori
tersebut, dapat juga dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain, yaitu
kutipan langsung tanpa mengubah kata-kata atau tanda bacaan, kemudian
dianalisis dibandingkan dan dikontruksikan, teori-teori dan temuan-
temuan ituharus relevan dengan permasalah penelitian yang akan
dilakukan. Kegunaannya adalah untuk bahan acuan penelitian.
Kebenaran yang diperoleh dari penelitian tersebut karena ada ada acuan
disebut kebenaran koherensi.
C. Kegunaan Kajian Pustaka
Kegunaan kajian pustaka adalah sebagai berikut:
1. Mengkaji akar permasalahan. Pengkajian terhadap akar permasalahan
secara kronologis sejak permasalahan tersebut timbul sampai pada
keadaan yang dilihat kini akan memberi gambaran yang lebih jelas
tentang perkembangan materi permasalahan. Gambaran kronologis
atas penelitian sebelumnya akan membantu memberi gambaran tentang
apa yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti lain dalam
permasalahan tersebut.
2. Membantu pemilihan prosedur penelitian. Ketika peneliti merancang
prosedur penelitian, prosedur dari penelitian sebelumnya akan
membantu dalam meneliti permasalahan yang hampir serupa. Dengan
mengetahui kelebihan dan kelemahan prosedur-prosedur tersebut ,
kemudian dapat dipilih, diadakan penyesuaian, dan dirancang suatu
prosedur yang cocok untuk penelitian yang dihadapi.
3. Mendalami landasan teori. Sebuah penelitian haruslah berada pada
konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada.
4. Mengkaji kelebihan dan kekurangan. Pembuktian keaslian sebuah
penelitian ini bersumber pada pengkajian terhadap penelitian-
penelitian yang pernah dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja berupa
kenyataan bahwa belum pernah ada penelitian yang dilakukan dalam
permasalah itu, atau hasil penelitian yang pernah ada belum mantap
atau masih mengandung kesalahan atau kekurangan dalam beberapa
hal dan perlu diulangi atau dilengkapi.
5. Menghindari plagiasi dan duplikasi. Sangat jelas maksudnya. Meski
sulit terjadi karena peluang adanya perbedaan sangat luas, namun
laporan penelitian tidak semua dalam jangkauan kita. Tinjauan
pustaka, berkaitan dengan hal ini, berguna untuk membeberkan seluruh
pengetahuan yang ada sampai saat ini berkaitan dengan permasalahan
yang dihadapi.

BAB V
KERANGKA TEORI

A. Pengertian Kerangka Teori

Ada beberapa pengertian teori menurut para ahli: Kerlinger (2000:11)


mengungkapkan bahwa teori adalah seperangkap keterkaitan konstrak atau
konsep, definisi, dan proposisi yang mencerminkan pandngan sistematik
mengenai fenomena melalui penentuan hubungan antar variabel secara
sepesifik, dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi suatu fenomena.
Sedangkan Neoman (2000:40) mengungkapakn mengenai teori sosial sebagai
suatu sistem keterkaitan antar abstraksi ide-ide yang meringkas dan
mengorganisasikan pengetahuan mengenai dunia sosial.
Pengertian diatas memberikan gambaran bahwa teori adalah suatu alat yang
dapat digunakan untuk menguraiakan suatu fenomena yang saling terkait
antara satu dan yang lainya.

Kerangka teoritis adalah dukungan dasar teoritis sebagai dasar pemikiran


dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi peneliti. Kerangka teoritis
adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang
hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, subvariabel, atau pokok
masalah yang ada dalam penelitiannya.
Dalam landasan teori perlu dikemukakan kerangka teori dan kerangka
berpikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen
penelitian. Kerangka teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis
tentang teori (dan bukan hanya sekedar pendapat pakar atau penulis buku)
dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.
Kerangka teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-
variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan
mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan, dan
prediksi terhadap hubungan antarvariabel yang akan diteliti menjadi lebih
jelas dan terarah.

B. Tujuan Kerangka Teori


1. Kerangka teori membantu menjelaskan definisi operasional
variabel yang akan diteliti.
2. Kerangka teori membantu menjelaskan dan menggambarkan
hubungan antar satu variabel dengan lainnya.
3. Kerangka teori membantu menentukan metodologi penelitian
secara akurat.
4. Kerangka teori memberi gambaran tentang rencana analisis data
yang dilakukan.
5. Kerangka teori yang baik dapat membantu melakukan penafsiran
semua temuan penelitian secara proposional, realistik, dan objektif.

C. Pembuatan Kerangka Teori

Langkah-langkah menyusun kerangka teori adalah sebagai berikut :


1.    Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2.    Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedi, jurnal ilmiah,
laporan penelitian, skripsi, tesis, disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan
yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3.    Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yang akan diteliti. (untuk referensi yang berbentuk laporan
penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan,
tempat penelitian, sampel sumber data, tekhnik pengumpulan data,
analisis, kesimpulan dan sarana yang diberikan).
4.    Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
dibandingkan anatara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih
definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5.    Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang di baca.
6. Deskripsikan teori-teori, yang telah dibaca dai berbagai sumber kedalam
bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip
atau digunakan sebagai landasanuntuk mendeskripsikan teori harus
dicantumkan.
Agar bagian kerangka teori dapat baik sesuai dengan ketentuan, (calon)
peneliti dapat menggunakan pedoman sebagai berikut:
a) Kerangka teori hendaknya lengkap, meliputi konsep-konsep variabel pokok
yang ada dalam permasalahan penelitiannya. Yang dimaksud dengan
“lengkap” adalah bahwa semua konsep yang tercakup dalam permasalahan
atau judul penelitian diberi dukungan teori.
b) Kerangka teori bukan hanya langsung memberikan penjelasan tentang variabel
yang dimaksud, tetapi mulai dari beberapa penjelasan umum kemudian
mengarah pada alternatif yang dimaksudkan.
c) Kerangka teori tidak selalu hanya dicari dari sumber yang menyangkut bidang
yang diterangkan tetapi dapat diambil dari bidang-bidang lain yang relevan.
d) Hendaknya diusahakan agar sumber kajian pustaka bukan hanya yang
berbahasa Indonesia saja tetapi juga buku-buku yang berbahasa asing, agar
informasi yang didapat adalah yang “up to date”.
e) Hendaknya diusahakan agar terdapat imbangan yang serasi antara jumlah
kutipan yang bersifat teori dengan kutipan yang bersifat analitis.
Contoh Kerangka Teori

Dalam hal ini contohnya adalah pada penelitian tentang factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku pemberian ASI. Berdasarkan judul tersebut maka peneliti
harus memahami teori konsep perilaku, variabelnya apa saja yang termasuk dalam
kategori factor yang mempengaruhi.

Faktor Pendorong

 Sikap Petugas
 Sikap Orang tua
BAB VI
HIPOTESA

A. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsure terpenting dalam kehidupan.
Dengan dilakukannya penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian
maka harus diawali dengan berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian
penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang
sistematis. Salah satu hal terpenting yang dilakukan dalam penelitian kuantittif
adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif.


Terdapat tiga alas an utama yang mendukung pandangan ini. Diantaranya:
pertama, hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori . Hipotesis ini dapat
dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan
diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori
mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan
benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar
dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar
dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar
atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang
menyusun dan mengujinya.

Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik


terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun
hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu
pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam
penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis.
Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji
hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian
hipotesis. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas
mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang mungkin terjadi dalam
pengujian hipotesis.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa masalah
yaitu:

1. Apa pengertian hipotesa?


2. Bagaimana ciri-ciri hipotesa yang baik?
3. Bagaimana cara menyatakan hipotesa?
4. Bagaimana cara menguji hipotesa?BAB II

C. Pengertian Hipotesa

Ibnu Subiyanto (2008: 40-41) Hipotesa dari sua kata latin “Hypo” yang
berarti sebelum dan “thesis” yang berarti dalil . Apabila dua kata tersebut
dirangkai menjadi satu kalimat baru (kata majemuk) berarti dalil yang dianggap
belum menjadi dalil yang sebenarnya. Karena perlu pembuktian terhadap
kebenarannya. Hipotesa dapat dibedakan dari segi preferensinya, yaitu hipotesa
major (utama) dan hipotesa minor (pendukung).

Margono (2004: 80) menyatakan bahwa hipotesis berasal dari perkataan


hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedangkan tesis berarti
pendapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya
masih sementara. Hipotesis merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah
yang diajukan. Hipotesis timbul sebagai dugaan yang bijaksana dari peneliti atau
diturunkan (deduced) dari teori yang telah ada.

Sugiyono (2013: 96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban


sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal tersebut juga didukung oleh
pernyataan Kerlinger (2006: 30),  hipotesis adalah pernyataan dugaan
(conjectural) tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis selalu
mengambil bentuk kalimat pernyataan (declarative) dan menghubungkan secara
umum maupun khusus-variabel yang satu dengan variabel yang lain.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa


hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih yang dinyatakan berdasarkan pemikiran peneliti atau diturunkan dari teori
yang telah ada. Yang mana hipotesa ini merupakan dugaan sementara atas
rumusan masalah yang telah ada.

Untuk penelitian kualitatif. Menurut Irawan ( 2006 ) peneliti kualitatif


berfikir secara induktif (grounded). Penelitian kualitatif tidak dimulai dengan
mengajukan hipotesis dan kemudian menguji kebenarannya (berfikir deduktif),
melainkan bergerak dari bawah dengan mengumpulkan data sebanyak mungkin
tentang sesuatu, dan dari data itu dicari polapola, hukum, prinsip-prinsip, dan
akhirnya menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan. Karena itu,
kalaupun ada hipotesis dalam penelitian kualitatif, hipotesis tersebut tidak diuji
untuk diterima atau ditolak.

D. Ciri Hipotesa yang Baik

Pernyataan hipotesis yang baik memiliki beberapa kriteria. Berikut ini dua
kriteria pernyataan hipotesis baik (Kerlinger, 2006: 30).

1) Hipotesis adalah pernyataan tetang relasi antara variabel-variabel.


2) Hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian
hubungan-hubungan yang dinyatakan tersebut.

Bersadarkan dua kriteria tersebut disimpulkan bahwa pernyataan hipotesis


mengandung dua variabel atau lebih yang dapat diukur serta menunjukkan secara
jelas dan tegas cara variabel-variabel tersebut berhubungan (Kerlinger, 2006 : 30).
Selain itu, Nazir (2005: 152) juga mengemukakan ciri-ciri hipotesis yang
baik, yaitu:

1) Hipotesis harus menyatakan hubungan antar variabel


2) Hipotesis harus sesuai dengan fakta
3) Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu dan sesuai dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan.
4) Hipotesis harus dapat diuji dengan nalar ataupun dengan alat-alat
statistika.
5) Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk sederhana dan terbatas untuk
mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian.
6) Hipotesis harus bisa menerangkan hubungan fakta-fakta dan dapat
dikaitkan dengan teknik pengujian.

Secara umum, berdasarkan pendapat ahli tersebut, hipotesis yang baik


harus menyatakan hubungan antar variabel, sesuai dengan fakta dan ilmu
pengetahuan, harus masuk akal dan dapat diuji.

E. Menyatakan Hipotesa
Nazir (2005: 154) menyatakan bahwa menemukan suatu hipotesis
merupakan kemampuan peneliti dalam mengaitkan masalah-masalah dengan
variabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan suatu kerangka analisis
yang dibentuknya. Peneliti harus memfokuskan permasalahan sehingga
hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka.

Menurut Nazir (2005: 154) dalam menggali hipotesis, peneliti harus:

1. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan


dengan jalan banyak membaca literatur-literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan;
2. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-
tempat, objek-objek serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam
fenomena yang sedang diselidiki
3. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan
keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang
bersangkutan.

F. Menguji Hipotesa
Menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan
data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu, a point estimate dan inteval
estimate atau sering disebut confidence interval. A point estimate adalah suatu
taksiran parameter populasi berdasakan satu nilai data sampel. Sedangkan interval
estimate adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval data
sampel.

Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian


hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak
hipotesis tersebut.

Hipotesis dinyatakan dalam bentuk :

 Hipotesis penelitian (research hypothesis) atau H1 atau hipotesis alternatif


– pernyataan dari apa yang diharapkan akan terjadi.
 Hipotesis nul (null hypothesis) atau H0 – pernyataan yang menunjukkan
tidak ada perubahan.

Tipe hipotesis ada dua :

- Directional (one tailed test) - dapat menunjukkan arah jawaban,

- Non directional(two-tailed test) – tidak dapat menunjukkan arah jawaban

Contoh:

- Hipotesis directional

Hipotesis nul : H0 : tidak ada perbedaan tinggi badan antara pria dan wanita.
Hipotesis alternatif : H1 : Pria lebih tinggi dari wanita.
- Hipotesis non-directional

H0: tidak ada perbedaan tinggi badan antara pria dan wanita.
H1 : ada perbedaan tinggi badan antara pria dan wanita.

Hipotesis yang dibuat harus konsisten dengan masalah penelitian yang telah
dirumuskan. Perlu ada teori/argumen yang dapat dipertanggung-jawabkan untuk
dukung jawaban sementara tersebut.

Contoh :

Masalah penelitian : Apakah mahasiswa dengan raut muka berikut ini


berhubungan dengan jumlah uang saku yg mereka peroleh ? (a. marah, b.
gembira, c. sedih)

Hipotesis :

H0 - Tidak ada hubungan antara raut muka berikut ini dengan jumlah uang saku
yang diperoleh mahasiswa (a. marah, b. gembira, c. sedih)
H1 - Ada hubungan antara raut muka berikut ini dengan jumlah uang saku yang
diperoleh mahasiswa (a.marah, b. gembira, c. sedih)

Pada umumnya penelitian deskriptif tidak dapat dihipotesiskan karena hanya satu
variabel saja. Hipotesis butuh lebih dari satu variabel untuk melihat keterkaitan
mereka. Penelitian korelasi dan eksperimen bisa dihipotesiskan
BAB VII
DESAIN PENELITIAN

1. PENGERTIAN DESAIN PENELITIAN


Desain penelitian atau rancangan penelitian pada dasarnya adalah strategi
untuk memperoleh data yang dipergunakan untuk menguji hipotesa meliputi
penentuan pemilihan subjek, dari mana informasi atau data akan diperoleh, teknik
yang digunakan untuk mengumpulkan data, prosedur yang ditempuh untuk
pengumpulan serta perlakuan yang akan diselenggarakan (khusus untuk penelitian
eksperimental). Desain penelitian ditetapkan dengan mengacu pada hipotesa yang
telah dibangun. Pemilihan desain yang tepat sangat diperlukan untuk menjamin
pembuktian hipotesa secara tepat pula. Dapat disimpulkan bahwa desain
penelitian merupakan perencanan penelitian yang menyeluruh dan menyangkut
semua komponen dan langkah penelitian dengan mempertimbangkan etika
penelitian, sumber daya penelitian dan kendala penelitian.

2. TIGA JENIS PENELITIAN.


Pengelompokan jenis penelitian kesehatan itu bermacam-macam menurut
aspek dimana penelitian itu ditinjau. Berdasarkan metode yang akan digunakan,
penelitian kesehatan dapat di golongkan menjadi tiga jenis yaitu :
1. Metode penelitian survey (survey research methode)
Penelitian survey adalah suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan
intervensi terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut
penelitian non-eksperimen. Dalam survey, penelitian tidak dilakukan terhadap
seluruh objek yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari
populasi tersebut (sample). Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap
mewakili populasinya. Dalam penelitian survei, hasil dari penelitian tersebut
merupakan hasil dari keseluruhan. Dengan kata lain hasil dari sampel tersebut
dapat digeneralisasikan sebagai hasil populasi.
Penelitian survei dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a. Potong silang (Cross sectional)
Dalam penelitian seksional silang atau potong silang, variabel sebab atau
risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau
dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan).
b. Studi Retrospektif (Retrospective study)
Penelitian ini adalah penelitian yang berusaha melihat ke belakang
(backward looking) artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau
akibat yang telah terjadi. Kemudian dari efek tersebut ditelusuri ke
belakang tentang penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi
akibat tersebut.
c. Studi Prospektif (Cohort)
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat melihat ke depan (forward
Looking) artinya penelitian dimulai dari variabel penyebab atau faktor
risiko, kemudian diikuti akibatnya pada waktu yang akan datang.
2. Metode Penelitian Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen atau percobaan, peneliti melakukan percobaan
atau perlakuan terhadap variabel independennya, kemudian mengukur akibat atau
pengaruh percobaan tersebut pada dependen variabel. Yang dimaksud percobaan
atau perlakuan disini adalah suatu usaha modifikasi kondisi secara sengaja dan
terkontrol dalam menentukan peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap
perubahan yang terjadi akibat dari peristiwa tersebut. Penelitian eksperimen ini
bertujuan untuk menguji hipotesis sebab akibat dengan melakukan intervensi.
Ditinjau dari segi manfaat penelitian eksperimen di bagi menjadi :
1) Penelitian dasar
2) Penelitian terapan
3) Penelitian tindakan
4) Penelitian evaluasi
3. Surveilans (Surveilens)
Dalam epidemiologi, khususnya pemberantasan penyakit menular, penelitian
harus dilakukan secara terus menerus untuk mengetahui perkembangan penyakit-
penyakit yang bersangkutan. Survailan itu Penelitian yang terus menerus
dilakukan dalam rangka memantau perkembangan suatu penyakit.
3. KOMPONEN PENTING DALAM RANCANGAN PENELITIAN
Pertama :  Tujuan Penelitian
Yang dimaksud dengan tujuan penelitian adalah hasil akhir penelitian itu
sendiri.Fungsi tujuan penelitian, di samping untuk mengarahkan proses penelitian,
juga dapatdijadikan tolok ukur keberhasilan penelitian. Tujuan penelitian dapat
dinyatakan dalambentuk pertanyaan penelitian (research questions ) dan atau juga
hipotesis penelitian
Kedua : Jenis penelitian yang akan diaplikasikan
Beberapa jenis penelitian yang banyak dipakai dalam ilmu administrasi
atau manajemen adalah penelitian deskriptif, korelasional, eksperimental.
Penelitian deskriptif bertujuan memberikan gambaran fenomena yang diteliti
secara apa adanya,namun lengkap dan rinci. Satu contoh yang banyak dari
penelitian deskriptif adalah penilaian sikap atau pendapat dari individual,
organisasi, peristiwa, atau prosedur kerja. Beberapa contoh pertanyaan penelitian
yang dicoba ditemukan jawabannya melalui penelitian deskriptif adalah sebagi
berikut :
1) Bagaimana manajer menghabiskan waktu kerjanya?
2) Bagaimana sikap pegawai terhadap jadwal kerja “flex-time”?
3) Bagaimana organisasi melakukan proses seleksi pegawai ?
4) Bagaimana koordinasi kerja antar bagian dalam organisasi?
Ketiga : Unit analisis atau populasi penelitian Individual.
Misalnya ingin mengetahui kepuasan pegawai, maka unit
analisisnyaadalah individu-individu pegawai. Kelompok.Misalnya ingin
mengetahui kinerja antar departemen atau gugus kendalimutu, maka unit
analisisnya adalah kelompok. Organisasi.Misalnya ingin mengukur kualitas
pelayanan kantor X, maka unitanalisisnya adalah organisasi. Benda Misalnya
menilai kualitas susu bubuk untuk bayi, maka unit analisis nya adalah produk,
berupa susu bayi.
Keempat : Rentang waktu penelitian
1. One shot or Cross section studies , data dikumpulkan hanya sekali.
2. Longitudinal studies,data dikumpulkan dalam beberapa periode waktu tertentu.
Misalnya untuk meneliti disiplin pegawai, peneliti mengamati perilaku
pegawai selama enam bulan
Kelima : Teknik pengambilan sampel
Secara umum ada dua teknik, yaitu sampling probabilistik dan non-
probabilistik, atau acak dan non-acak. Dalam sampel acak antara lain terdapat
simple random sampling,stratified random sampling, area sampling, cluster
sampling, systematic sampling.Dalam nonprobabilistic sampling antara lain
terdapat accidental sampling,convienience sampling, snow-ball sampling,
purposive sampling. Kesemua teknik tersebut dibahas secara lebih mendalam
dalam teknik sampling.
Keenam : Teknik Pengumpulan data
Kita mengenal beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara,
kuesioner,observasi, dan studi dokumentasi. Sebuah penelitian bisa hanya
menggantungkan pada satu cara pengumpulan data, tetapi bisa juga
mengkombinasikannya. Misalnya,untuk mencari data dari variable motivasi kerja
menggunakan kuesioner, sedangkan untuk mencari data pendapatan, gaji, atau
upah, menggunakan teknik observasi.
Ketujuh : Definisi operasional variabel penelitian
Bagi penelitian kuantitatif, langkah ini mutlak dilakukan. Yang dimaksud
dengandefinisi operasional variabel adalah upaya untuk mengurangi keabstrakan
konsep atauvariabel penelitian, sehingga bisa dilakukan pengukuran. Beberapa
penelitimenggunakan istilah indikator. Misalnya, untuk mengukur disiplin
pegawai, makadihitung frekuensi ketepatan masuk kerja, kepatuhan pada
peraturan, dlsb. Untuk mengetahui produktivitas, dihitung perbandingan antara
hasil herja dengan waktukerja.
Kedelapan : Pengukuran variabel penelitian
Jenis skala pengukuran untuk setiap variabel penelitian perlu diketahui
dengan benar.Hal ini berguna untuk menetapkan rumus atau perhitungan-
perhitungan statistik.Misalnya, untuk variabel yang berskala nominal tidak
mungkin dihitung rata-ratanya.Skala pengukuran yang ada adalah nominal,
ordinal, interval, dan rasio.
Kesembilan : Teknik analisis data
Sebelum data dianalisis, diolah terlebih dahulu. Maka dikenal proses
editing, coding,master table , dan lain-lainnya. Analisis data mencakup kegiatan
mengukur reliabilitasdan validitas,mean , deviasi standar, korelasi, distribusi
frekuensi, uji hipotesis, danlain sebagainya.
Kesepuluh : Instrumen Pencarian Data
 Ada beberapa alat yang dikenal sebagai alat pengambil data dalam
penelitian sosial /bisnis. Alat-alat tersebut mencakup wawancara, kuesioner atau
angket, observasi, danstudi dokumentasi

4. STRATEGI PENELITIAN
Strategi adalah cara dalam melaksanakan suatu proyek atau cara dalam
mencapai tujuan. Strategi sama dengan metode, berasal dari bahasa Yunani yaitu
methodos yang berarti jalan atau cara. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah-masalah kerja untuk memahami obyek yang
menjadi sasaran ilmiah yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1982 : 7). 
Metodologi atau strategi penelitian yaitu cara yang tepat melakukan sesuatu
dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,
merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan.
Berikut beberapa strategi penelitian :
1. Studi kasus
Strategi yang banyak digunakan dalam penelitian kualitatif walaupun
tidak semua peneliti studi kasus ini adalah peneliti kualitatif.
2. Survey
Untuk memetakan masalah secara singkat serta cepat
3. Eksperimen
Untuk melihat pengaruh variable satu terhadap variable lainnya.
5. METODE METODE PENELITIAN
Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-
langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian
adalah cara sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan. Sedangkan teknik
penelitian adalah cara untuk melaksanakan metode penelitian. Metode penelitian
biasanya mengacu pada bentuk-bentuk penelitian.
Macam-macam metode penelitian
Mengacu pada bentuk penelitian, tujuan, sifat masalah dan pendekatannya. Ada
empat macam metode penelitian yaitu :
1. Metode eksperimen (mengujicobakan)
Adalah penelitian untuk menguji apakah variabel-variabel ekperimen efektif
atau tidak. Untuk menguji efektif tidaknya harus digunakan variabel kontrol.
Penelitian eksperimen adalah untuk menguji hipotesis yang dirumuskan secara
ketat. Penelitian eksperimen biasanya dilakukan untuk bidang yang bersifat eksak.
Sedangkan untuk bidang sosial biasanya digunakan metode survey eksplanatory,
metode deskriptif, dan historis.
2. Metode verifikasi (pengujian)
Yaitu untuk menguji seberapa jauh tujuan yang sudah digariskan itu tercapai
atau sesuai atau cocok dengan harapan atau teori yang sudah baku. Tujuan dari
penelitian verifikasi adalah untuk menguji teori-teori yang sudah ada guna
menyusun teori baru dan menciptakan pengetahuan-pengetahuan beru. Lebih
mutakhirnya, metode verifikasi berkembang menjadi grounded research yaitu
metode yang menyajikan suatu pendekatan baru. Dengan data sebagai sumber
teori (teori berdasarkan data).
3. Metode deskriptif (mendeskripsikan)
Yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat
atau fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis dan
menginterprestasikannya. Metode deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan
melalui: teknik survey, studi kasus (bedakan dengan suatu kasus), studi
komparatif, studi tentang waktu dan gerak, analisis tingkah laku, dan analisis
dokumenter.
4. Metode historis (merekrontruksi)
Yaitu suatu metode penelitian yang meneliti sesuatu yang terjadi di masa
lampau. Dalam penerapanya, metode ini dapat dilakukan dengan suatu bentuk
studi yang bersifat komparatif-historis, yuridis, dan bibliografik. Penelitian
historis bertujuan untuk menemukan generalisasi dan membuat rekrontruksi masa
lampau. Dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta
mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna
memperoleh kesimpulan yang kuat.
BAB VIII
MENGKOMUNIKASIKAN PENELITIAN

A. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian


a. Bahan Dan Ukuran
1. Naskah proposal disusun diatas kertas HVS 80 gram ukuran kuarto
dan tidak dicetak bolak balik (satu lembar satu muka) ukuran
adalah 21cm X 28cm.
2. Sampul proposal dibuat dari kertas buffalo atau yang sejenis,

b. Pengetikan
1. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan
ukuran (font size) 12 dan untuk seluruh naskah digunakan jenis
huruf yang sama.
a. Huruf miring tidak diperkenankan kecuali untuk istilah asing.
b. Lambang huruf Yunani atau tanda-tanda yang tidak bisa
diketik, ditulis dengan rapi memakai tinta hitam.
2. Spasi digunakan untuk teks dalam proposal adalah 2 spasi dan 1
spasi untuk teks yang digunakan dalam abstrak, kutipan langsung
yang panjangnya lebih dari 5 baris, catatan kaki, judul tabel, dan
judul gambar yang terdiri atas dua baris atau lebih serta daftar
pustaka. Khusus untuk kutipan langsung diketik agak menjorok
(masuk) kedalam dengan 7 ketukan.
3. Alinea baru dimulai denganketukan huruf pertama agak menjorok
kedalam sebanyak 6 ketukan dari batas tepi kiri.
4. Batas tepi pengetikan diatur dari tepi kertas adalah:
a. Tepi atas : 4 cm
b. Tepi bawah : 3 cm
c. Tepi kanan : 3 cm
d. Tepi kiri : 4 cm
5. Awal kalimat harus menggunakan huruf besar. Bilangan, lambang
atau rumus kimia yang memulai suatu kalimat harus ditulis
lengkap.
6. Bilangan dan satuan
a. Bilangan diketik dengan angka, kecuali pada awal kalimat
misalnya: 15 g bahan.
b. Bilangan decimal dinyatakan dengan koma, bukan dengan
titik, misalnya: berat badan 50,5 kg.
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa titik
dibelakangnya, misalnya: gr, mg, kg.
7. Penulisan judul, sub judul dan anak judul semuanya tanpa diakhiri
dengan titik.

c. Penomoran
1. Penomoran halaman judul ditulis dalam angka romawi kecil.
2. Nomor halaman ditempatkan pada sebelah kanan atas.
3. Jika dalam laporan penelitian terdapat sejumlah persamaan atau
persamaan sistematis dilakukan dengan angka arab yang
ditempatkan di dekat tepi kanan diantara 2 tanda kurung.
4. Nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dar tep kanan dan 1,5
dari tepi atas atau tepi bawah.

d. Tabel Dan Gambar


1. Tabel
Nomor tabel yang diikuti dengan judul ditempatkan
simetris diatas tabel tanpa diakhiri dengan titik dan pada halaman
yang sama. Seluruh kolom dalam tabel harus diberi judul dan batas
yang tegas.
2. Gambar
Yang termasuk gambar adalah bagan, grafik, foto, lukisan,
iklan dan sebagainya. Ukuran gambar diusahakan dapat diletakkan
pada satu halaman, tidak dipenggal dan diletakkan secara simetris.

e. Kutipan
Macam-macam kutipan:
1. Kutipan langsung adalah kutipan yang dilakukan persis
sepertisumber aslinya, baik bahasa maupun susunan kata dan
ejaannya. Kutipan langsung ada 2 yaitu:
a. Kutipan langsung tidak lebih dari 40 kata.
b. Kutipan langsung lebih dari 40 kata.
c. Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang hanya mengambil
pokok-pokok pikiran atau semangatnya saja dan dinyatakan
dengan kata-kata dan bahasa sendiri tanpa tanda kutip.

f. Bahasa
Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia yang baku dan
kalimat-kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang
kedua.

g. Penulisan Nama
1. Tulisan oleh satu nama penulis
Contoh :
a. Calvin (1992) mengeksplorasi......
b. Pada tahun 1992, Calvn menemukan........
2. Tulisan oleh dua penulis
Contoh:
a. Othmer dan Calvin (2000) dlam suatu studi di Australia
menemukan....
b. Studi di Australia (Othmer dan Calvin, 2000).....
3. Tulisan oleh lebih dari dua penulis
Contoh:
a. Calvin et al. (1993) menyatakan.....
b. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa....(Calvin et al,
1993)
4. Institusi sebagai penulis
Contoh:
a. Depkes (1993).......
b. Hasil survey kesehatan di Indonesia......(Depkes, 1993)
5. Penulisan dengan nama belakang yang sama
Contoh:
a. R.D. Luce (1989) and P.A Luce (1998) meneliti.....
J.M. Goldberg and Neff (1961) dan M.E. Goldberg and Ruth
(1972) meneliti......

h. Daftar Pustaka
Daftar pustaka berasal dari mana saja yang paling penting sumber
yang diterima sesuai dengan kajian dan sebelumnya telah dibuktikan
kebenarannya, contoh berasal dari:
1. Buku
2. Referensi “Di Dalam”
3. Seminar atau pertemuan
4. Kamus
5. Tesis, skripsi, dan disertasi
6. Artikel jurnal
7. Artikel koran
8. Web sites

B. Menulis Usulan Penelitian


Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, proses penelitian itu pada
garis besarnya terdiri dari 4 tahap yaitu :
a. Tahap Persiapan (Perencanaan)
b. Tahap Pelaksanaan (Pengumpulan Data)
c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
d. Tahap Penulisan Hasil Penelitian (Laporan)
Pada tahap persiapan ini mencakup kegiatan-kegiatan pemilihan
(perumusan) sampai dengan penyusunan instrumen (alat pengukur /
pengumpulan data). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap
persiapan ini biasanya dirumuskan dalam bentuk usulan atau proposal
penelitian. Usulan penelitian dibedakan menjadi 2 versi yaitu :
1. Usulan penelitian yang dimana hasil penelitian nanti fokusnya
diarahkan kepada pemecahan masalah atau mencari informasi
yang akan digunakan untuk memecahkan suatu masalah.
2. Usulan penelitian yang dimana hasilnya difokuskan kepada
kepentingan ilmu pengetahuan atau karya ilmiah, misalnya
untuk membuat skripsi,tesis, atau disertasi, dan sebagainya.
Adapun format usulan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Judul Penelitian
Judul penelitian merupakan judul pencerminan dari tujuan
penelitian. Oleh karena itu tujuan penelitian dirumuskan dari masalah
penelitian atau dengan kata lain, tujuan penelitian itu merupakan
jawaban sementara dari pertanyaan-pertanyaan penelitian, maka judul
penelitian juga mencerminkan masalah penelitian.
b. Latar Belakang Masalah
Dalam latar belakang masalah penelitian, akan diuraikan fakta-
fakta, penglaman-pengalaman si peneliti, hasil-hasil penelitian dari
orang lain, atau teori-teori yang melatarbelkangi masalah yang ingin
diteliti. Dengan uraian fakta, pengalaman dan teori-teori tersebut maka
orang lain (pihak pemberi dana pembimbing) diyakinkan bahwa
masalah yang akan diajukan tersebut cukup penting dan cukup
“justified”. Dalam latar belakang harus dengan jelas diuraikan:
Mengapa masalah tersebut dipilih? Apa justifikasinya, dan mengapa
penelitian itu di adakan di wilayah tertentu?
Agar masalah yang akan diteliti tersebut cukup “justified” uraian
latar belakang tersebut harus didukung atau disertai dengan data atau
fakta-fakta empiris.
c. Perumusan Masalah
Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dan kenyataan,
antara apa yang diinginkan atau yang dituju dngan apa yang terjadi
atau faktanya.
Mengenai bagaimana memilih masalah penelitian yang baik pada
uraian-uraian sebelumnya telah dijelaskan. Memilih masalah baik
yang akan digunakan untuk kepentingan program maupun untuk
kepentingan penulisan ilmiah dapat digunakan kriteri-kriteria antara
lain :
1. Relatif masih baru
2. Aktual
3. Memadai
4. Sesuai dengan kebijakan pemerintah
Merumusakan masalah penelitian ini dapat dilakukan dalam bentuk
pernyataan (problem statement), dan juga dalam bentuk pertanyaan
(research quection).
d. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah suatu indikasi ke arah mana, atau data
(informasi) apa yang akan dicari melalui penelitian itu. Tujuan
penelitian dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang konkret, dapat
diamati (observable) dan dapat diukur (measurable), contoh :
1. Memperoleh informasi (data) tentang jumlah pemekriksaan ibu-ibu
hamil di kecamatan “X” selama kehamilan.
2. Memperoleh informasi tantang hubungan antara frekuensi
pemeriksaan kehamilan dengan BBL ( Berat Badan Bayi Lahir).
Tujuan penelitian dibedakan menjadi 2 yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
e. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah kegunaan hasil penelitian nanti, baik
bagi kepentingan pengembangan program maupun kepentingan ilmu
pengetahuan. Oleh sebab itu dalam manfaat penelitian ini harus
diuraikan secara terinci manfaat atau apa gunanya hasil penelitian
nanti.
Secara spesifik manfaat penelitian di bidang apapun seyogianya
mencakup dua aspek, yakni :
1. Manfaat peraktis atau aplikatif
Merupakan manfaat penelitian bagi program, di bidang
kesehatan dengan sendirinya manfaat penelitiannya adalah bagi
pembangunan kesehatan atau bagi pengembangan program
kesehatan.
2. Manfaat teoritis atau akademis
Adalah manfaat penelitian bagi pengembangan ilmu, di
bidang kesehatan atau kedokteran dengan sendirinya manfaat
penelitian tersebut harus dapat menambah khasanah ilmu
kesehatan, khususnya terkait dengan bidang kesehatan yang diteliti.
f. Tinjauan Kepustakaan (Literature Riview)
Untuk mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam usulan
penelitian, diperlukan tinjauan kepustakaan yang kuat. Tinjauan
kepustakaan ini sangat penting dalam mendasari penelitian yang akan
dilakukan. Tinjauan kepustakaan biasanya mencakup dua hal sebagai
berikut :
1. Tinjauan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan
diteliti. Hal ini dimaksudkan agar para peneliti mempunyai
wawasan yang luas sebagai dasar untuk mengembangkan atau
mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati).
2. Tinjauan dari hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan dengan
masalah yang akan diteliti. Hal ini penting, disamping akan
memperluas pandangan dan pengetahuan peneliti, juga peneliti
dapat menghindari “pengulangan” dari penelitian-penelitian yang
telah dilakukan oleh orang lain (menjaga originalitas penelitian).
Dalam tinjauan kepustakaan ini, peneliti (calon peneliti) mencoba
meninjau atau “review” terhadap teori-teori dan hasil-hasil
penelitian orang lain, apa adanya saja.
g. Kerangka Konsep, Hipotesis, dan Definisi Operasional
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan suatu uraian dan
visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap
konsep yang lainnya atau variabel yang satu dengan variabel yang
lain dari masalah yang ingin diteliti.
Konsep adalah suatu absraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak
dapat diukur dan diamati sacara langsung.
2. Hipotesis
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa hipotesis
adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.
Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara
dua variabel, varaibel bebas dan varaibel terikat. Hipotesis
berfungsi untuk menentukan ke arah pembuktian, artinya hipotesis
ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan kebenarannya.
3. Definisi Operasional Variabel
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-
variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut
diberi batasan atau “definisi operasional”. Definisi operasional ini
juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
pengembangan instrumen (alat ukur).
Pada waktu menyusun DO (Definisi Operasional Variabel)
biasanya sekaligus mencakup:
a. Cara pengukuran
b. Hasil ukur (pengkategorian hasil pengukuran)
c. Skala pengukuran
h. Metode Penelitian
Dalam bagian ini diuraikan tentang metode atau cara yang akan
digunakan dalam penelitian. Oleh sebab itu, dalam uraian tercemin
langkah-langkah teknis dan operasional penelitian yang akan
dilaksanakan. Beberapa peneliti menggunakan istilah “bahan dan cara”
(material and method). Dalam uraian metode penelitian atau “bahan
dan cara” ini mencakup berikut ini :
1. Jenis Penelitian
Menjelaskan penelitian yang diusulkan tersebut termasuk
ke dalam jenis atau metode yang mana tentang penelitian yang
diusulkan tersebut.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini sekaligus membatasi ruang lingkup
penelitian tersebut, contoh : tingkat provinsi, kabupaten,
kecamatan, dan sebahainya.
3. Polpulasi dan Sampel
Dalam bagian ini diuraikan populasi penelitian dan sampel.
Dalam populasi dijelaskan secara sfesifik tentang siapa atau
golongan mana yang menjadi sasaran penelitian tersebut.
Sedangkan sampel, harus disebutkan teknis pengambilan sampel,
apakah random dan random yang mana.
4. Cara Pengumpulan Data
Dalam suatu penelitin kadang-kadang tidak hanya
menggunakan suatu cara pengumpulan data. Contoh : disaming
metode wawancara (interview), kadang-kadang perlu dilengkapi
dengan obsevasi (pengamatan) atau sebaliknya
5. Insrumen Penelitian
Merupakan alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen penelitian ini dapat berupa
kuesioner, formulir observasi, formulir-formulir lai yang yang
berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya.
6. Rencana Pengelolaan dan Analisis Data
Dalam bagian ini harus diuraikan rencana yang akan
dilakukan untuk mengolah dan menganalisis data. Dijelaskan
peroses pengolahan datanya dari editing, coding, dan sebagainya
sampai dengan “data entri” (apabila pengolahan dilakukan dengan
komputer). Selanjutnya diuraikan rencana yang akan dilakukan
untuk menganalisis data, serta uji statistik yang akan digunakan
termasuk program komputer untuk uji statistik.
i. Jadwal Kegiatan
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan
penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan
tersebut.
j. Organisasi
Dalam bagian ini diuraikan susunan atau organisasi penelitian
tersebut. Lazimnya organisasi penelitian itu terdiri dari: peneliti utama
(princival investigator), peneliti (anggota peneliti), surveyor (petugas
pengumpul data), dan sekretariat.
k. Rencana Biaya (Anggaran)
Diuraikan besarnya biaya per kegiatan, serta jumah keseluruhan
biaya penelitian tersebut. Kegiatan yang dapat dibiayai oleh suatu
kegiatan penelitian dimulai dari rapat-rapat penyusunan proposal,
instrumen, dan sebagainya, sampai dengan penulisan hasil penelitian,
bahkan sampai dengan biaya seminar hasil penelitian.
l. Daftar Kepustakaan
Adalah semua literatur atau bacaan yang digunakan untuk
mendukung untuk menyusun proposal tersebut. Literatur ini umumnya
terdiri dari buku-buku teks, majalah atau jurnal ilmiah, makalah ilmiah,
skripsi, tesis atau disertasi. Sistem penulisan daftar kepustakaan
biasanya mengcu kepada salah satu dari dua sistem dunia akademik,
yakni :
1. Sistem Harvard
Sistem ini penulisan daftar kepustakaan menggunakan
ukuran alfabetik dari huruf pertama nama (family name) penulis
buku atau artikel.
Contoh :
a. Anderson, E.T., and Mc Farlane, 2000
b. Baum, F, 1998
2. Sistem Vancouver
Sistem penulisan daftar kepustakaan ini menggunakan
penomoran saja, tanpa ada urutan alfabetis.
Contoh :
a. Sokidjo Notoatmodjo, Metodologi Penelitian Kesehatan,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
b. Singarimbun Masri, Metode Penelitian Survei, LP3ES,
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1997.

C. Menilai Usulan Penelitian


Dalam menilai usulan penelitian dapat diperhatikan sekurang-
kurangnya memuat unsur-unsur pokok sebagai berikut :
1. Bagian Awal
a. Judul penelitian yang direncanakan akan dilakukan.
b. Identitas penyusun rancangan.
c. Tanggal pengajuan rancangan ke Program Pascasarjana
2. Bagian Utama
Bagian utama meliputi :
a. Rasional dari judul yang dipilih.
b. Perumusan masalah, telaah pustaka dan penelitian terdahulu.
c. Tujuan dan kegunaan penelitian.
d. Kerangka pemikiran teoritis.
e. Rancangan hipotesis, jika dipakai.
f. Metode penelitian.
g. Hasil yang diharapkan dan masalah yang diantisipasi.
h. Jadwal penelitian.
3. Bagian Akhir
a. Daftar pustaka sementara.
b. Daftar riwayat hidup penyusun rancangan.

D. Kode Etik Penelitian


Kode etik penelitian merupakan norma yang harus dipatuhi oleh
peneliti dalam melaksanakan penelitiannya. Berikut ini adalah kode etik
penelitian :
1. Dalam melakukan penelitian, seorag peneliti harus menunjukan
integritas dan profesionalisme, taat kaidah keilmuan dalam mencari
kebenaran ilmiah untuk memajukan IPTEK serta menjaga nama baik
suatu lembaga atau universitas.
2. Seorsng peneliti harus mengutamakan kejujuran, keadilan dan
kepercayaan tidak diskriminatif serta memberikan bantuan bila
diperlukan.
3. Seorang peneliti memahami manfaat / keuntungan dan resiko
penelitian yang dilakukannya.
4. Seorang peneliti menjamn keselamatan semua pihak yang terlibat
dalam penelitian dengan prinsip menghargai martabat manusia.
5. Seorang peneliti hendaklah menghindari penyimpangan dari praktek-
praktek yang termasuk:
a. Rekaan, pemalsuan data, tindakan lain yang menyimpang dari
praktek yang lazim.
b. Tindaka yang meniru atau menjiplak karya orang lain tanpa
menyebutkan sumbernya.
c. Tindakan yang mengulang kembali karya tulis yang telah pernah
dipublikasikan tanpa menyebutkan dimana untuk pertamakali
karya tersebut dipublikasikan.
6. Setiap peneliti harus menghindari benturan kepentingan pada setiap
keterlibatan fnansial dengan lembaga sponsor.
7. Setiap hasil penelitian semestinya dipublikasikan pada forum ilmiah
sesuai dengan bidang ilmu masing-masing, kecuali yang menyangkut
kerahasiaan seperti yang mendapat hak paten.
8. Seseorang dapat dinyatakan sebagai pengarang untuk publikasi
bilamana ada sumbangan yang berarti untuk hal yang berikut penuls
utama harus memenuhi ketiga hal ini:
a. Menyusun konsep dan desain, analisis dan interpretasi data.
b. Menulis naskah artikel atau merevisi secara kritis substansi yang
penting.
c. Memberikan persetujuan atau versi final setiap naskah yag terbit.
9. Jika terdapat lebih dari seorag pengarang, maka salah satu dari mereka
dapat ditunjuk sebagai pengarang eksekutif untuk keperluan
administrasi dan korespondsi.
10. Pihak lain yang memberikan sumbangan dalam penelitian, namun
tidak menjadi pengarang, sepatutnya nama mereka disebutkan dalam
pernyataan terima kasih.
BAB IX
POPULASI, SAMPEL, DAN VARIABEL

A. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau
yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan
dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa
perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra,
simpati-antipati, keadaan batin, dan bisa juga berupa proses.
Menurut Husen Umar (2005:303) pengertian objek penelitian
adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang
menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan,
bias juga ditambahkan dengan hal-hal lain jika dianggap perlu.”
Sedangkan menurut Sugiyono (2009:38) pengertian objek
penelitian adalah sebagai berikut :
“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Sedangkan menurut I Made Wirartha (2006:39) pengertian objek
penelitan adalah :
“Objek penelitian (variable penelitian) adalah karakteristik tertentu
yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda untuk unit atau
individu yang berbeda atau merupakan konsep yang diberi lebih dari satu
nilai.”
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek
penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan
tertentu untuk mendapatkan data tertentu yang mempunyai nilai, skor atau
ukuran yang berbeda.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipe;ajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009).
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian
berupa benda. Semua benda yang memeliki sifat (atribut) atau cirri,
adalah subjek yang bisa diteliti. Populasi dibagi menjadi dua, yakni
populasi finit yaitu populasi yang pasti, dan infinit yaitu populasi yang
anggotanya tidak pasti.
Populasi atau sering juga disebut universe merupakan sebagai
keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang cirri-cirinya akan
diduga atau ditaksir (estimated). Oleh karena itu, populasi juga sering
diartikan sebagai kumpulan objek penelitian dari mana data akan
dijaring atau dikumpulkan. Dengan demikian populasi merupakan
semua elemen atau indiidu dari mana data atau informasi akan
dikumpulkan.
Populasi dalam penelitian bisa berupa orang (individu, kelompok,
organisasi, komunitas, atau masyarakat) maupun benda, misalnya
jumlah terbitan media massa, jumlah artikel dalam media massa,
jumlah rubric, dan sebagainya (terutama jika penelitian kita
menggunakan teknik analisis isi (content analysis)).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari
populasi.
Dalam penelitian, yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian
dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik sampling
jumlahnya ditentukan oleh rumus atau suatu formula, dengan tujuan
untuk mewakili populasi dalam suatu uji olah data dari suatu penelitian
tertentu.
Sugiyono (2010: 62) menyebutkan bahwa sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.
C. Teknik Sampling dan Menentukan Ukuran Sampel
1. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel dalam suatu penelitian disebut teknik
sampling atau sampling saja. Prinsip sampling adalah representativitas.
Representativitas sampel ditentukan oleh:
a. Homogenitas populasi
b. Besar kecilnya sampel yang dikehendaki
c. Banyaknya ciri atau karakteristik subjek yang akan diteliti
d. Teknik pemilihan sampel yang tepat atau memadahi (adekuat)

Pada garis besarnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu sampel-
sampel probabilitas (probability samples) atau sering disebut random
sample (sampel acak) dan sampel-sampel nonprobabilitas (non bability
samples). Tiap-tiap jenis sampel-sampel ini terdiri dari berbagai
macam pula. Pada prinsipnya teknik atau metode pengambilan sampel
ini dibedakan menjadi dua, yakni: teknik random (acak), dan teknik
non-random.

2. Menentukan ukuran sampel


Gay dan Diehl (2010) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-
besarnya. Pendapat Gay dan Diehl (2010) ini mengasumsikan bahwa
semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif
dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima
akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
a. Jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka sampel minimunya
adalah 10% dari populasi
b. Jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30 subjek
c. Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30
subjek per group
d. Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15
subjek per group

Tidak jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (2005) juga
memberikan beberapa panduan untuk menentukan ukuran sampel
yaitu:

a. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat
untuk kebanyakan penelitian
b. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita,
junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk
tiap kategori adalah tepat
c. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel
dalam penelitian
d. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol
eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin
dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20

Slovin (1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan


formula:
N = n/N(d)2 + 1
n = sampel;
N = populasi;
d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah :
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
D. Pengertian dan Macam Variabel
1. Pengertian Variabel
Secara umum pengertian variabel adalah suatu besaran yang dapat
diubah atau berubah sehingga dapat mempengaruhi peristiwa atau hasil
penelitian.
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki
oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variable
adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan
sebagainya. Variabel juga dapat diartikan sebagai konsep yang
mempunyai bermacam-macam nilai. Misalnya: badan, sosial, ekonomi,
mahasiswa, kinerja dan sebagainya adalah konsep. Selanjutnya konsep
ini dapat diubah menjadi variable dengan cara memusatkan pada aspek
tertentu
Variable adalah ciri atau sifat dari sesuatu subjek penelitian, baik
subjek itu makhluk seperti manusia, hewan, tumbuhan atau ben da
seperti obat, benda padat, cair dll.
Macam-Macam Pengertian Variabel Menurut Definisi Para Ahli -
Seperti yang telah dikemukakan di awal, bahwa banyak para ahli yang
telah mengemukakan pendapatnya mengenai definisi variabel. Macam-
macam pengertian variabel menurut definisi para ahli antara lain
sebagai berikut.. 
Menurut F.N Kerlinger, Pengertian variabel adalah sifat yang
diambil dari suatu nilai yang berlainan
Menurut Sutrisno hadi, Pengertian variabel adalah objek penelitian
yang bervariasi. Contohnya ukuran tinggi manusia yang divariasikan
menjadi tingkatan umur, kelamin serta lokasi tempat tinggal manusia
tersebut.
Menurut Bagja Waluya,  Pengertian variabel adalah konsep yang
tidak pernah ketinggalan dalam setiap eksperimen/penelitina
(research).
Menurut Tia Mutiara, Pengertian variabel adalah sesuatu yang
menjadi fokus perhatian yang memberikan pengaruh dan mempunyai
nilai (value).
Menurut Sugiarto, Pengertian variabel adalah karakter yang dapat
diobservasi dari unit amatan yang merupakan suatu pengenal atau
atribut dari sekelompok objek. Maksud dari variabel tersebut adalah
terjadinya variasi antara objek yang satu dengan objek yang lainnya
dalam kelompok tertentu.
2. Macam-Macam Variabel
Macam-macam variabel dan contoh variabel terdiri dari beberapa
macam antara lain sebagai berikut.. 
a. Variabel Independen (Variabel Bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya variabel terikat
(dependen). Variabel Independen disebut juga dengan variabel
perlakuan, kausa, risiko, variabel stimulus, antecedent, variabel
pengaruh, treatment, dan variabel bebas. Dapat dikatakan variabel
bebas karena dapat mempengaruhi variabel lainnya. Contoh
Variabel Bebas (Independen) seperti "Pengaruh Terapi Musik
terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan", 
b. Variabel Despenden (Variabel Terikat) adalah variabel yang
dipengaruhi, akibat dari adanya variabel bebas. Dikatakan sebagai
variabel terikat karena variabel terikat dipengaruhi oleh variabel
independen (variabel bebas). Variabel Despenden disebut juga
dengan variabel terikat, variabel output, Konsekuen, variabel
tergantung, kriteria, variabel terpengaruh, dan variabel efek.
Contoh Variabel Terikat (Despenden) seperti Pengaruh Terapi
Musik terhadap Penurun Tingkat Kecemasan
c. Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi baik itu
memperkuat atau memperlemah hubungan antara Variabel bebas
dan terikat. Variabel Moderator juga disebut dengan Variabel
Independen Kedua. Skema variabel moderator yaitu Variabel
Bebas (Independen) - Moderator - Despenden. Contoh Variabel
Moderator adalah Hubungan motivasi dan prestasi belajar akan
semakin kuat bila peranan dosen dalam menciptakan lingkungan
belajar yang baik, dan hubungan semakin rendah bila peranan
dosen kurang baik dalam menciptakan lingkungan belajar.   
d. Variabel Intervening adalah variabel yang mempengaruhi variabel
bebas dan variabel terikat secara teoritis, tetapi tidak dapat diamati
dan diukur. Variabel intervening merupakan variabel
antara/penyela pada variabel bebas dan variabel terikat, sehingga
variabel bebas tidak langsung mempengaruhi perubahan variabel
terikat. Contoh Variabel Intervening adalah Hubungan antara
Kualitas Pelayanan dengan kepuasan konsumen dan Loyalitas
(Dependen)
e. Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat
konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel
terikat tidak terpengaruh oleh faktor luat yang tidak telitit. Variabel
kontrol sering digunakan sebagai pemanding melalui penelitian
eksperimental. Contoh Variabel Kontrol adalah Apakah perbedaan
tenaga penjual (sales force) yang lulus D3 dan SI, maka terlebih
dahulu harus ditetapkan variabel kontrol contohnya berupa gaji
yang sama, peralatan yang sama, lingkungan kerja yang sama. Jadi,
variabel kontrol memudahkan dalam menentukan perbedaan.
BAB X
TEKNIK PENGUMPULAN DATA PENELITIAN

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat


dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik dalam menunjuk
suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat
dilihat penggunaannya melalui : angket, wawancara, observasi, dan lain-lain.
Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan teknik tergantung masalah
yang dihadapi atau yang diteliti.
Kegiatan pengumpulan data prisnsipnya adalah merupakan kegiatan
penggunaan metode dan instrument yang telah ditentukan dan diuji validitas dan
reabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau
kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai
fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup
penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan melalui
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Berikut adalah merupakan cara-cara atau
jenis teknik pengumpulan data :

A. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari
responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai
pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala social yang tidak dapat
terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.
Wawancara bukanlah sekedar memperoleh angka lisan saja, sebab dengan
wawancara peneliti akan dapat:
a. Memperoleh kesan langsung dari responden
b. Menilai kebenaran yang dikatakan yang dikatakan oleh responden
c. Membaca air muka (mimik) dari responden
d. Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden
e. Memancing jawaban bila jawaban macet
Wawancara/ Interview merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam ( in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan social yang relative lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi
suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan
nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara,
yaitu autoanamnesa ( wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden)
dan aloanamnesa ( wawancara dengan keluarga responden).
1. Beberapa tips saat melakukan wawancara:
a. Mulai dengan pertanyaan yang mudah
b. Mulai dengan informasi fakta
c. Hindari pertanyaan multiple
d. Jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport
e. Ulang kembali jawaban untuk klarifikasi
f. Berikan kesan positif
g. Control emosi negative

Dalam pelaksanaan penelitian, wawancara kadang-kadang bukan


merupakan hal yang terpisah khusus, melainkan merupakan pelengkap atau
suplemen bagi metode-metode lain. diharapkan dengan wawancara ini
diperoleh suatu data yang lebih valid.
Dalam wawancara hendaknya antara pewawancara (interviewer) dengan
sasaran (interviewee):

a. Saling melihat, saling mendengar dan saling mengerti


b. Terjadi percakapan biasa, tidak terlalu kaku (formal)
c. Mengadakan persetujuan atau perencanaan pertemuan dengan tujuan
tertentu
d. Menyadari adanya kepentingan yang berbeda, antara pencari informasi dan
pemberi informasi
2. Beberapa Jenis Wawancara
a. Wawancara Tidak terpimpin ( Non Directive or Unguided Interview)
Sebenarnya semua wawancara itu terpimpin, yakni dipimpin oleh
keinginan untuk mengumpulkan informasi atau data, tetapi wawancara
tidak terpimpin disini diartikan tidak ada pokok persoalan yang menjadi
focus dalam wawancara tersebut. Sehingga dalam wawancara ini
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan itu tidak sistematis, melompat-
lompat dari satu peristiwa atau topic ke peristiwa atau topic yang lain
tanpa berkaitan. Oleh karena itu, wawancara ini tidak mempergunakan
pedoman yang tegas. Maka tidak jarang wawancara ini dapat menjurus
kearah “free talk” yang sulit disebut wawancara lagi, karena situasinya
sudah tidak dapat dikuasi atau dibimbing lagi oleh interviewer.
Interview atau wawancara ini hanya cocok sebagai suatu teknik
pengumpulan data guna memperoleh data-data khusus yang mendalam dan
digunakan dalam penelitian kualitatif, yang tidak dapat diperoleh dengan
wawancara terpimpin. Dengan sendirinya wawancara tidak terpimpin ini
banyak kelemahan antara lain:
1) Kurang efisien
2) Tidak ada pengecekan secara sistematis sehingga realibilitasnya
kurang
3) Memboroskan tenaga, pikiran, biaya, waktu, dan sebagainya
b. Wawancara Terpimpin (structured Interview)
Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman berupa
kuisioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya. Sehingga
interviewer tinggal membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada
interviewee. Pertanyaan-pertanyaan dalam pedoman (kuisioner) tersebut
disusun sedemikian rupa sehingga mencakup variable-variabel yang berkaitan
dengan hipotesisnya. Keuntungan dari wawancara terpimpin ini antara lain:
1) Pengumpulan data dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat dan
teliti
2) Hasilnya dapat disajikan secara kualitatif maupun kuantitatif
3) Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya
pertanyaan-pertanyaan yang uniform.

Sedang kelemahan wawancara jenis ini antara lain:

Pelaksanaan wawancara kaku (rigit), interviewer selalu dibayangi pertanyaan-


pertanyaan yang sudah tersusun, sehingga hubungannya dengan responden
kurang fleksibel.

c. Wawancara Bebas Terpimpin


Wawancara jenis ini merupakan kombinasi dari wawancara tidak
terpimpin dan wawancara terpimpin. Meskipun terdapat unsur kebebasan,
tetapi ada pengarah pembicaraan secara tegas dan mengarah. Jadi wawancara
jenis ini mempunyai ciri fleksibilitas (keluwesan) tetapi arahnya yang jela.
Oleh karena itu, sering dipergunakan untuk menggali gejala-gejala kehidupan
psikis antropologis, misalnya latar belakang suatu keyakinan, motivasi dari
suatu perbuatan, harapan-harapan, dan unsur-unsur terpendam lainnya yang
bersifat sangat pribadi.
Unsur keluwesan tersebut sebenarnya tergantung pada keterampilan
dari pewawancara dalam memanipulasikan kondisi psikologis yang tepat.
Misalnya, kita akan mengadakan penelitian tentang seorang pemimpin yang
otoriter, maka konsep otoriter itu kita jabarkan ke dalam variabel-variabel
yang dapat di observasi. Dari analisis tersebutdisusun kedalam pokok-pokok
hal (pedoman interview) yang sifatnya masih mentah. Artinya, interviewer
diberi kebebasan untuk mengolah sendiri pertanyaan tersebut sehingga
memperoleh jawaban-jawaban yang diharapkan. Jadi dengan hanya
berpedoman pada pola ini pewawancara melakukan wawancara dalam suasana
atau dengan cara yang sesantai mungkin, interviewee secara bebas dapat
memberikan informasi selengkap mungkin.
Maka dengan jalan penggalian dan pancingan-pancingan
pewawancara, akan diperoleh data yang lebih luas tentang latar belakang,
motivasi-motivasi, afeksi-afeksi, dan sebagainya yang menjadi alasan bagi
sikap pemimpin yang otoriter tersebut.
d. Free Talk dan Diskusi
Apabila didalam suatu wawancara terjadi suatu hubungan yang sangat
terbuka antara interviewer dan interviewee, maka disini sebenarnya kedua
belah pihak masing-masing menduduki dwifungsi, yakni masing-masing
sebagai “information hunter” dan “information supplier”, dan dalam keadaan
demikian ini kedua belah pihak dengan hati terbuka bertukar pikiran dan
perasaan, dan seobjektif mungkin mereka saling memberikan keterangan-
keterangan. Maka dalam situasi demikian ini, berlangsunglah suatu “free talk”
atau berbicara bebas. Disini interviewer sebenarnya bukan hanya bertindak
sebagai pencari data, tetapi juga sebagai sugester, motivator, dan educator
sekaligus.
Oleh karena itu, metode omong-omong bebas ini sering dipakai dalam
suatu “action research”. Dalam penelitian semacam ini fungsi penelitian
bukan saja sebagai pencari data, tetapi juga sebagai partisipan yang aktif
dalam proses situasi sosial atau kelompok sosial yang tengah diteliti. Free talk
ini sering juga dipakai dalam interaksi klinis antara seorang dokter dengan
pasiennya untuk maksud-maksud diagnostic dan terapeutis guna mempercepat
kesembuhan pasien.
Kebaikan dari metode omong-omong bebas ini adalah bahwa dengan
adanya partisipasi aktif dari peneliti pada anggota masyarakat, maka pihak
informan akan merasa tergerak dan merasa mendapatkan manfaat dalam
memberikan informasi-informasi yang benar kepada peneliti. Kelemahan
metode ini adalah kurang relevan untuk penelitian dalam rangka menguji
hipotesis.
Disamping jenis-jenis wawancara tersebut, ada wawancara jenis lain
yang dibedakan berdasarkan banyaknya interviewee, yakni wawancara pribadi
dan kelompok. Dalam wawancara pribadi, interviewer menghadapi seorang
interviewee, sedangkan pada wawancara kelompok seorang interviewer
menghadapi beberapa orang sekaligus. Dalam wawancara ini para anggota
kelompok dapat saling menambah dan mengurangi informasi dan dapat saling
mengontrol jawaban rekannya.

3. Teknik wawancara
Berhasil atau tidaknya wawancara pada garis besarnya tergantung pada tiga
hal, yaitu hubungan baik antara interviewer dan interviewee, keterampilan
sosial interviewer, serta pedoman dan cara pencatatan.
a. Hubungan baik antara pewawancara dengan sasaran
Dalam suatu wawancara, interviewee akan memberikan informasi-
informasi atau menajwab peratanyaan-pertanyaan dengan baik atau benar,
apabila tercipta suasana yang bebas dan tidak kaku. Suasana seperti ini
akan dapar terbentuk apabila ada hubungan yang baik, saling percaya
mempercayai antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Suasana
semacam ini disebut “rapport”. Jadi tugas pertama dari pewawancara
adalah menciptakan “rapport” ini. Untuk menciptakan keadaan semacam
ini dapat dicapai dengan :
1.) Lebih dahulu mengadakan pembicaraan pendahuluan atau “warming
up” untuk perkenalan sekaligus menjelaskan tujuan wawancara.
2.) Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, apabila
mungkin menggunakan bahasa sehari-hari responden, atau mungkin
bahasa daerah.
3.) Masalah dengan permasalahan yang sesuai dengan minat atau keahlian
responden, sehingga mereka tertarik lebih dahulu.
4.) Menciptakan suasana yang bebas dan santai, sehingga responden tidak
merasa tertekan atau terpaksa.
5.) Hindarkan kesan-kesan yang terburu-buru, tidak sabar, dan sikap yang
kurang menghargai (sinis).
6.) Memberikan sugesti kepada interviewee bahwa keterangan atau
jawaban mereka sangat berharga,tetapi dijaga pula jangan sampai
mereka “overacting”.
7.) “probing” (menstimulasi percakapan) apabila jawaban itu masih
kurang lengkap atau mungkin macet (tidak memperoleh jawaban dari
interviewee, pancinglah sehingga jawaban muncul). Hal semacam ini
disebut “probing”. Probing juga diperlukan untuk mengarahkan atau
menyaring jawaban-jawaban yang relevan.
8.) Hendaknya bersikap hti-hati, jangan sampai menyentuh titik-titik kritis
(critical points) dari interviewee, misalnya hal-hal yang sangat sensitif
dan rahasia.
9.) Harus memegang teguh kode etik interviewer antara lain tidak
membicarakan dengan pihak siapapun tentang rahasia dari interviewee.
b. Keterampilan sosial interviewer
Seorang pewawancara disamping mempunyai tugas untuk menciptakan
“rapport” dengan responden, ia juga harus mempunyai penampilan diri
yang baik. Dengan kata lain, ia harus mempunyai keterampilan sosial,
ketarampilan sosial tersebut antara lain :
1) Bersikap ramah, sopan, dan berpakaian rapi.
2) Menggunakan bahasa yang sopan, ringkas dan mudah ditangkap.
3) Bersikap luwes, supel, dan bijaksana.
4) Menggunakan nada suara yang menarik, tidak terlalu keras, tetapi tidak
terlalu lembut juga.
5) Bersikap responsive, pada saat-saat tertentu dapat ikut merasakan
sesuatu yang terjadi pada diri interviewee. Misalnya, bila interviewee
sedang menceritakan penderitaan atau kegembiraannya, interviewer
dapat ikut menghayati.
6) Memberikan sugesti yang halus, tetapi tidak sampai mempengaruhi
jawaban responden.
7) Menunjukkan sikap keterbukaan dan setia, sukarela, tidak
menunjukkan sikap tertutup dan terpaksa.
8) Apabila interviewer menggunakan alat-alat pencatat (kuisioner
misalnya), gunakanlah secara informal. Bila mungkin tidak sampai
terlihat oleh interviewee.
9) Waktu bicara tataplah wajah interviewee, demikian pula waktu
mendengarkan jawaban-jawaban mereka.
10) Lebih baik menyebut nama responden dari pafda hanya menyebut
bapak, ibu, anda, atau saudara. Misalnya : “ Berapa anak-anak pak
Amin ?” lebih baik dari pada : “Berapa anak bapak ?”
c. Pedoman dan cara pencatatan wawancara
Untuk pedoman pencatatan suatu wawancara akan dibahas tersendiri di
dalam “prinsip-prinsip penyusunan kuisioner “. Disini hanya akan dibahas
tentang cara melakukan pencatatan data wawancara. Secara garis besarnya
pencatatan data wawancara dapat dilakukan dengan lima cara yaitu
pencatatan langsung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan alat recording,
pencatatan dengan field rating, dan pencatatan dengan field coding.
1) Pencatatan langsung
Maksudnya pewawancara langsung mencatat jawaban-jawaban dari
interviewee, sehingga alat-alat dan pedoman penelitian interviewer
harus selalu siap di tangan. Memang hal ini ada keuntungannya, bahwa
interviewer belum lupa tentang jawaban-jawaban atau data yang
diperoleh. Tetapi kerugiannya, hubungan atara pewawancara dan
responden menjadi kaku dan tidak bebas, sehingga rapport dapat
terganggu.
2) Pencatatan dari ingatan
Dalam jenis pencatatan ini, pencatatan dilakukan setelah wawancara
selesai seluruhnya. Jadi dalam wawancara ini tidak memegang apa-
apa, sehingga hubungan antara kedua belah pihak tidak terganggu, dan
rapport mudah tercipta. Tetapi cara ini mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain :
i. Banyak data atau jawaban yang hilang karena terlupakan.
ii. Banyak data yang terdesak oleh keterangan-keterangan lain yang
oleh informan diceritakan secara menonjol dan dramatis.
iii. Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu yang agak
lama akan mengandung banyak kesalahan.
iv. Sering juga data yang dicatat dari ingatan kehilangan sarinya.
Beberapa ahli mengatakan bahwa rata-rata 25 % dari data yang hanya
didasarkan pada ingatan mengandung kesalahan (Sosiolog payne).
Penelitian lain (Symonds dan Dietrich) memperhitunhkan bahwa rata-
rata hanya 39 % dari data wawancara yang dapat dicatat dengan
ingatan, kalau dilakukan segera pada hari wawancara itu dilakukan.
Tetapi bila dilakukan dua hari setelahnya, hanya 30 % dan hanya 23%
bila pencatatan dilakukan seminggu setelah wawancara.
3) Pencatatan dengan alat recording
Pencatatan dengan alat recording ini sangan memudahkan wawancara,
karena dapat mencatat jawaban secara tepat dan detail. Pada saat ini
banyak alat-alat elektronik semacam ini yang berukuran mini yang
mudah dibawa kemana-kemana dan tanpa memerlukan persiapan yang
berarti serta tidak terlalu mencolok.
Tetapi kelemahan pencatatan dengan alat ini adalah memerlukan kerja
dua kali. Sebab interviewer harus menyalin atau menulis lagi dari alat
recording tersebut. Disamping itu pencatatan semacam ini lebih mahal.
4) Pencatatan dengan field rating (Dengan Angka)
Sebelum mengadakan pencatatan dengan sendirinya interviewer
mempersiapkan terlebih dahulu formulir isian atau kuesioner mengenai
data yang akan dikumpulkan, dan sekaligus memperhitungkan jawaban
yang digolongkan ke dalam beberapa kategori. Tiap-tiap kategori
diberi nilai atau “kata nilai”. Misalnya kita ingin mengukur tanggapan
dan penilaian terhadap program keluarga berencana, maka jawaban
yang kita sediakan :
i. Sangat Setuju Sekali dengan angka 5
ii. Sangat Setuju dengan angka 4
iii.Setuju dengan angka 3
iv.Tidak Setuju dengan angka 2
v. Sangat Tidak Setuju dengan angka 1
vi.Tidak Ada Tanggapan dengan angka 0
5) Pencatatan data wawancara dengan kode (field coding)
Seperti pada field rating, jawaban responden tidak dinilai dengan
angka “kata angka”, tetapi hanya dengan tanda atau kode saja.
Biasanya kode tersebut berupa huruf-huruf atau angka-angka dan tanda
lain yang mengkiaskan jawaban-jawabannya. Missal dengan huruf A,
B, C, D dan sebagainya.
Atau dengan tanda positif (+) atau tanda negative (-), untuk jawaban
“Ya” atau “Tidak”.
4. Kelebihan dan kekurangan metode wawancara
a. Kelebihan :
1) Metode ini tidak akan menemui kesulitan meskipun respondennya
buta huruf, atau pada lapisan masyarakat yang pada lapisan
manapun, karena alat utamanya adalah bahasa verbal. Dengan
pengertisn, bahwa interviewer harus dapat menyesuaikan bahasa
dan cara dengan latar belakang responden.
2) Karena keluwesan dan fleksibilitasnya ini, maka metode
wawancara dapat dipakai sebagai verifikasi data terhadap data
yang diperoleh dengan cara observasi ataupun angket.
3) Kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai untuk
mengadakan observasi terhadap perilaku pribadi.
4) Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala
psikis, terutama yang berada di bawah sadar.
5) Dari pengalaman para peneliti, metode ini sangat cocok untuk
digunakan di dalam pengumpulan data-data sosial.
b. Kekurangan :
1) Kurang efisien, karena memboroskan waktu, tenaga, pikiran, dan
biaya.
2) Diperlukan adanya keahlian atau penguasaan bahasa dari
interviewer.
3) Memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja memutar
balikkan jawaban. Bahkan memberikan kemungkinan interviewer
untuk memalsu jawaban yang dicatat di dalam catatan wawancara
(tidak jujur).
4) Apabila interviewer dan interviewee mempunyai perbedaan yang
sangat mencolok, sulit untuk mengadakan rapport sehingga data
yang diperoleh kurang akurat.
5) Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
sekitar, sehingga akan menghambat dan mempengaruhi jawaban
dan data yang diperoleh.
B. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif
dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula
rangsangan dari luar mengenai indra, dan terjadilah pengindraan, kemudian
apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya
pengamatan. Contoh : Sebuah mobil di depan kita akan menyebabkan
pengindraan pada kita. Apabila mobil itu menarik perhatian kita, maka akan
terjadi proses pengamatan. Pada pengindraan tidak disertai keaktifan jiwa,
sedangkan pada pengamatan disertai keaktifan jiwa.
Dalam penelitian, pengamatan atau observasi adalah suatu prosedur yang
berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah
dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Jadi dalam melakukan observasi bukan hanya mengunjungi, “melihat”, atau
“menonton” saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian khusus dan
melakukan pencatatan-pencatatan. Ahli lain mengatakan bahwa observasi adalah
studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial dan gejala-gejala
psychis dengan jalan “mengamati” dan “mencatat”.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perilaku dan perbuatan, kejadian atau
peristiwa, waktu dan perasaan.
1. Alasan peneliti melakukan observasi adalah:
a. Untuk menyajikan gambaran realistic perilaku atau kejadian,
b. Untuk menjawab pertanyaan,
c. Untuk membantu mengerti perilaku manusia
d. Untuk evaluasi, yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut
2. Pengamatan dan Ingatan
Ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan. Dalam pengumpulan data melalui pengamatan ini
diperlukan ingatan yang cepat, setia, teguh, dan luas. Ingatan yang cepat,
artinya dalam waktu singkat dapat memahami sesuatu hal tanpa menjumpai
kesukaran-kesukaran. Setia, artinya kesan-kesan yang telah diterimanya akan
disimpan sebaik-baiknya, tidak akan berubah. Teguh, artinya dapat
menyimpan kesan waktu lama, tidak mudah lupa. Luas, artinya dapat
menyimpan kesan yang banyak.
Tetapi pada umumnya kita sulit untuk mempunyai sifat-sifat ingatan
seperti tersebut diatas. Oleh sebab itu, untuk mengatasi kelemahan ini dan
untuk mengurangi timbulnya kesalahan-kesalahan, observasi dapat dibantu
dengan jalan :
1. Mengklasifikasikan gejala-gejala yang relevan.
2. Observasi diarahkan pada gejala-gejala yang relevan.
3. Menggunakan frekuensi pengamatan yang lebih sering.
4. Melakukan pencatatan dengan segera.
5. Didukung pula oleh alat-alat mekanik/elektronik seperti alat pemotret,
film, tape recorder, dan lain-lain.

Pertimbangan lain, diperlukannya alat-alat bantu ini mengingat bahwa di


dalam penelitian ilmiah, baik yang ada di laboratorium maupun di
lapangan, indra pengamatan yang paling penting adalah mata dan telinga.
Indra-indra tersebut kemampuannya terbatas, berbeda-beda secara
individual, dan tidak lepas dari kelemahan-kelemahan. Ditambah pula
dengan kompleksnya fenomena sosial yang berdimensi majemuk, yang
menyulitkan proses pengamatan. Hal ini semua apabila para pengamat
tidak dibantu dengan alat-alat tersebut diatas akan memperbesar kesalahan
yang akan dilakukan.

3. Sasaran pengamatan
Apabila seorang peneliti terjun ke tengah-tengah masyarakat akan
dijumpai banyak sekali kenyataan atau gejala-gejala sosial yang dijadikan
sasaran pengamatan. Tetapi tidak semua yang dilihat dan diamati itu
diperlukan dalam penelitian. Oleh karena itu, dalam menghadapi sasaran
pengamatan,peneliti akan menjumpai kesukaran dalam menentukan apa yang
harus diamati dan diperhatikan dengan seksama,dan apa yang diabaikan.
Pembatasan tentang sasaran pengamatan ini, sebaiknya
dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum peneliti mulai mengadakan
pengamatan. Untuk membantu pembatasan sasaran penelitian ini, peneliti
dapat mempelajari teori-teori ataupun pengetahuan-pengetahuan tentang
substansi penelitian yang bersangkutan. Dari sini akan diperoleh gambaran
mengenai kenyataan-kenyataan yang perlu diperhatikan dalam mempelajari
masalah sosial tetentu termasuk kesehatan. Misalnya, kita akan mengamati
status sosial ekonomi seseorang, disamping kita dapat mengamati
kekayaannya, kita juga dapat mengamati gejala-gejala lain yang menunjukkan
tinggi rendahnya status sosial orang tersebut, yang semua ini dapat dipelajari
dalam literature atau pengalaman-pengalaman.
Disamping itu, untuk menentukan batas sasaran pengamatan
diperlukan kerangka teori atau konsep yang merupakan teori atau konsep-
konsep dan hipotesis., yang telah disusun dalam suatu rancangan penelitian.
Kemusian konsep ataupun hipotesis tersebut dijabarkan pada instrument yang
lebih konkret (misalnya formulir pengamatan).
4. Beberapa jenis pengamatan
a. Pengamatan Terlibat (observasi partisipatif)
Pada jenis pengamatan ini, pengamat (observer) benar-benar mengambil
bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan
(Observee). Dengan kata lain, pengamat ikut aktif berpartisipasi pada
aktivitas dalam kontak sosial yang tengah diselidiki. Jenis teknik ini,
biasanya digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif atau dalam
penelitian kualitatif. Mula-mula jenis pengamatan ini dipakai dalam
penelitian dibidang antropologi, tetapi akhirnya diterapkan pula terhadap
kesatuan-kesatuan sosial lainnya. Di bidang kesehatan dapat digunakan
biasanya untuk penelitian-penelitian yang terkait dengan perilaku
kesehatan. Misalnya, pola makan, gaya hidup, perilaku penggunaan
jamban keluarga, dan sebagainya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan didalam observasi partisipatif ini adalah
jangan sampai observe tahu bahwa pengamat yang berada ditengah-tengah
mereka sedang memperhatikan gerak-gerik mereka. Oleh karena itu, pada
pencatatan-pencatatan yang dibuat oleh pengamat jangan sampai terlihat
oleh sasaran pengamatan. Apabila observe tahu bahwa mereka sedang
diperhatikan (diamati), maka akan terjadi kemungkinan-kemungkinan
sebagai berikut :
a) Tingkah laku mereka akan dibuat-buat.
b) Kepercayaan mereka terhadap pengamat akan hilang, yang akhirnya
menutup diri dan selalu berprasangka.
c) Dapat mengganggu situasi dan relasi pribadi.
d) Akibat dari ini semua kemungkinan akan diperoleh data atau informasi
yang bias.

Agar observasi partisipatif ini berhasil, perlu diperhatikan hal-hal sebagai


berikut :

a) Dirumuskan gejala apa yang harus diobservasi.


b) Diperhatikan cara pencatatan yang baik, sehingga tidak menimbulkan
kecurigaan.
c) Memelihara hubungan baik dengan observee.
d) Mengetahui batas intensitas partisipasi.
e) Menjaga agar situasi dan iklim psikologis tetap wajar.
f) Sebaiknya pendekatan pengamatan dilakukan melalui tokoh-tokoh
masyarakat setempat (key person).
Dalam hal intensitasnya, obsrevasi partisipatif dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu :
1) Observasi partisipatif partial (sebagian), yang hanya mengambil bagian
pada kegiatan-kegiatan tertentu saja, dimana tingkahlaku-tingkahlaku
yang akan diamati timbul.
2) Observasi partisipasi penuh, dengan ikut serta pada semua kegiatan
sosial yang ada.
Sudah barang tentu, kedua jenis partisipatif ini dalam rangka pengamatan
pengumpulan data mempunyai kelemahan-kelemahan dan kelebihan-
kelebihan masing-masing.
b. Pengamatan Sistematis
Ciri utama jenis pengamatan ini yaitu mempunyai kerangka atau
struktur yang jelas, di mana di dalamnya berisikan faktor yang diperlukan,
dan sudah dikelompokkan ke dalam kategori-kategori. Dengan demikian
maka metode observasi mempunyai scope yang lebih sempit dan terbatas
sehingga pengamatan lebih terarah. Pada umumnya observasi sistematis
ini didahului suatu observasi pendahuluan, yakni dengan observasi
partisipatif guna mencari penemuan dan perumusan masalah yang akan
dijadikan sasaran observasi.
Apabila dalam suatu observasi tidak diadakan sistematika secara kateogir
atau tidak mempunyai kerangka struktur, maka pengamatan ini
digolongkan dalam observasi nonsistematis. Hal ini yang perlu
diperhatikan oleh pengamat dalam pengamatan yang berstruktur ini adalah
agar bermacam-macam peralatan yang digunakan untuk mengadakan
pencatatan jangan sampai mengganggu hubungan antara pengamat itu
sendiri dengan observee (yang diamati).
c. Observasi Eksperimental
Dalam observasi ini observee dicoba atau dimasukkan ke dalam suatu
kondisi atau situasi tertentu. Kondisi dan situasi itu diciptakan sedemikian
rupa sehingga gejala atau perilaku yang akan dicari atau diamati akan
timbul. Pengamatan dilakukan denganamat teliti, karena pada umumnya,
gejala-gejala sosial itu sulit untuk ditimbulkan lagi meskipun dalam situasi
dan kondisi yang sama.
Dalam jenis observasi ini semua kondisi dan faktor-faktornya dapat diatur
dan dikendalikan, maka observasi eksperimental ini juga disebut
pengamatan terkendali. Keuntungan dari pengamatan terkendali ini adalah
orang tidak perlu menunggu terlalu lama timbulnya suatu gejala atau
tingkahlaku yang diperlukan. Sebab gejala atau tingkahlaku yang sulit
timbul dalam keadaan normal, dengan stimulus atau kondisi tersebut
gejala-gejala dapat muncul. Misalnya : yang sengaja diciptakannya itu
gejalanya gejala frustasi, ketekunan, agresi, reaksi, dan sebagainya.
Namun demikian, pengamatan jenis ini mempunyai kelemahan-kelamahan
karena hasilnya sering “bias”. Hal ini disebabkan karena orang-orang yang
menjadi sasaran pengamatan seolah-olah dipaksa untuk meninggalkan
lingkungan mereka yang asli, dan memasuki suatu tempat atau ruangan
yang asing bagi mereka sehingga apa yang dilakukan mereka di tempat
atau situasi yang asing ini berbeda dengan tingkahlaku mereka di tempat
asal mereka, selama didalam percobaan dibuat-buat.
Sedikit untuk mengurangi kelemahan ini kadang-kadang digunakan “one
way screen”, yaitu suatu alat yang memungkinkan pengamat melihat
segala sesuatu yang terjadi atau yang diamati tidak melihat pengamat. Hal
ini akan lebih menjamin observee dapat berbuat bebas dan wajar. Sering
juga obsrevasi eksperimental ini disebut observasi terkontrol, karena
dengan sengaja proses atau gejala-gejalanya diusahakan agar dapat
dikendalikan dan dikontrol. Pengamatan semacam ini banyak dilakukan
dalam laboratorium ilmiah, klinik khusus, ruang-ruang penelitian dan
sebagainya yang mengadakan penyelidikan terhadap gejala kealaman dan
fenomena sosial yang sederhana, termasuk perilaku.
Tetapi pada kenyataan gejala sosial itu sangat kompleks, dimana satu
gejala sosial itu berada ditengah matriks sosial yang luas dan riil, yang
kondisi dan situasinya sulit untuk dikontrol. Maka timbullah observasi
tidak terkontrol, karena kondisi dan situasinya tidak dikendalikan oleh
pengamat untuk kemudian dilakukan pengontrolan. Untuk mempelajari
fenomena sosial ini dapat menggunakan teknik observasi partisipatif
seperti telah diuraikan tadi.
5. Kelebihan dan kekurangan teknik pengamatan atau observasi
a. Kelebihan :
1) Merupakan cara pengumpulan data yang murah, mudah, dan langsung
dapat mengamati terhadap macam-macam gejala.
2) Tidak mengganggu, sekurang-kurangnya tidak terlalu mengganggu
pada sasaran pengamatan (observee).
3) Banyak gejala-gejala psychis penting yang tidak atau sukar diperoleh
dengan teknik angket ataupun interview, twtapi dengan metode ini
mudah diperoleh.
4) Dimungkinkan mengadakan pencatatan secara serempak kepada
sasaran pengamatan yang lebih banyak.
b. Kekurangan :
1) Banyak kehidupan pribadi yang tidak terungkap, misalnya kehidupan
pribadi yang rahasia.
2) Memungkinkan terjadinya ketidakwajaran apabila di observasi
mengetahui bahwa dirinya sedang diobservasi.
3) Observasi banyak tergantung dari faktor yang tidak terkontrol.
4) Subyektifitas observer sukar dihindarkan.
C. Kuisioner atau Angket
1. Pengertian kuisioner
Kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efektif bila peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden (Iskandar,2008:77).
Uma sekaran (1992) dalam sugiyono (2010) mengungkapkan
beberapa prinsip penulisan angket sebagai berikut :
a. Isi dan diketahui tujuan pertanyaan, maksudnya adalah isi
pertanyaan tersebut, dan dalam membuat pertanyaan harus teliti,
harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi
untuk mengukur variabel yang di teliti.
b. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang sesuai dengan
tingkat kemampuan responden.
c. Tipe pertanyaan, yaitu dapat berupa tipe pertanyaan terbuka dan
tertutup(dalam wawancara bisa dikatakan berstruktur atau tidak
terstruktur), bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan
negative.
d. pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak
menggiring pada jawaban yang baik saja ataupun jelek saja.
e. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak
terlalu panjang, sehingga akan membuat responden menjadi
jenuh dalam mengisi.
2. Jenis Kuisioner
Ada beberapa jenis kuisioner yang dapat digunakan dalam proses
pengumpulan data, yaitu :
a. Kuisioner Tertutup
Yang dimaksud tertutup adalah pertanyaan yang membawa
responden ke jawaban yang alternatifnya sudah ditetapkan
sebelumnya, sehingga responden tinggal memilih pada kolom
yang sudah disediakan dengan memberi tanda.
Dalam hal ini, kuisioner untuk responden terbagi dua :
1) Bagian l berisi tentang pertanyaan mengenai data umum
responden
2) Bagian ll berisi pertanyaan mengenai kepentingan atau
variabel yang diteliti dalam penelitian.
Contoh : penerapan skala likert
Bagaimana kinerja perawat di rumah sakit A?
1) Sangat tidak baik
2) Tidak baik
3) Biasa
4) Baik
5) Sangat baik
b. Kuisioner terbuka
Merupakan angket atau pertanyaan-pertanyaan yang memberikan
keluasan pada responden untuk memberikan pendapat sesuai
dengan keinginan mereka.
Contoh :
Bagaimanakah pendapat anda tentang sarana dan prasarana yang
ada di Rumah Sakit A?
Jawab :
Sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit A sudah baik,
misalnya seperti tersedianya ruang khusus untuk ibu menyusui
dan sebagainya.
3. Kelebikan dan kekurangan teknik kuisioner
a. Kelebihan :
1) Jumlah responden dapat dalam jumlah besar dan cakupannya
luas.
2) Biaya yang dibutuhkan relative murah.
3) Responden tidak perlu orang yang mempunyai keahlian dan
wawasan yang luas, cukup orang yang terkait dengan
permasalahan dalam penelitian.
b. Kekurangan :
1) Teknik kuisioner hanya efektif jika kepada responden yang
bisa membaca
2) Bila pertanyaan-pertanyaan salah ditafsirkan oleh responden,
maka hasil tidak akurat.
4. Skala dalam kuisioner
Ada empat bentuk skala dalam pengukuran kuisioner, yaitu :
a. Skala nominal
Skala nominal digunakan untuk mengklasifikasikan sesuatu. Skala
nominal merupakan bentuk pengukuran yang paling lemah,
umumnya semua analisis bisa menggunakannya untuk
memperoleh jumlah total untuk setiap klasifikasi.
Contoh :
Jenis obat apa yang anda sukai?
1 = tablet
2 = sirup
3 = puyer
4 = kapsul
b. Skala ordinal
Skala ordinal sama dengan skala nominal, juga memungkinkan
dilakukannya klasifikasi. Perbedaannya adalah dalam ordinal juga
menggunakan susunan posisi. Skala ordinal sangat berguna karena
satu kelas lebih besar atau kurang dari kelas lainnya.
c. Skala interval
Skala interval memiliki karakteristik dimana interval diantara
nomor diasumsikan sama. Berkaitan dengan karakteristik ini,
operasi matematisnya bisa ditampilkan dalam data-data kuisioner,
sehingga bisa dilakukan analisis yang lebih lengkap.
d. Skala rasio
Skala rasio hampir sama dengan interval, dalam arti interval-
interval diantara nomor diasumsikan sama. Skala rasio
mempunyai nilai absolute nol. Skala rasio biasanya jarang
digunakan.
BAB XI

SKALA PENGUKURAN

Penelitian pada dasarnya merupakan satu upaya memahami masalah-


masalah yang ditemui dalam kehidupan manusia, keterbatasan manusia untuk
memahami permasalahan tersebut hanya mengndalkan pengalaman hidup sehari
hari secara sporadic dan tidak tertata, jelas tidak cukup menjadi dasar yang kuat
bagi pemahaman terhadap satu permasalahan (Uhar, 2012:94).

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang


diteliti. Dengan demikian imliah instrument yang akan digunakan untuk penelitian
tergangung pada jumlah variable yang ditelti. Jika variablenya lima maka
instrumennya lima.

Karena instrumen penelitian akan digunakan untuk melakukan pengukuran


dengan tujuan menghasilkan data kuantitatif yang akurat, maka setiap instrument
harus mempunyai skala.

Skala Pengukuran

a) Jenis Skala Pengukuran


Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat  ukur,
sehingga alat ukur tersebut jika digunakan akan menghasilkan data
kuantitatif. Contohnya timbangan emas sebagai instrument untuk mengukur
berat emas.
Jenis-jenis skala pengukuran ada empat : skala nominal, skala ordinal, skala
interval, dan skala ratio.
1. Skala nominal

Skala nominal adalah sekala yang paling sederhana, disusun menurut jenis
(kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai symbol untuk
membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik yang lainnya.
Skala nominal adalah skala yang hanya mendasarkan pada
pengelompokkan atau pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila
menggunakan notasi angka hal itu sama sekali tidak menunjukkan
perbedaan kuantitatif tetapi hanya menunjukkan perbedaan kualitatif (Uhar
suharsaputra,  2012:72). Adapun ciri-ciri dari skala nominal adalah:

a) Kategori data bersifat mutually exclusive (salign memisah).


b) Kategori data tidak mempunyai aturan yang logis (bisa sembarang).
Hasil perhitungan dan tidak ditemui bilangan pecahan. Angka yang
tertera hanya lebel semata. Tidak mempunyai ukuran baru. Dan tidak
mempunyai nol mutlak.
2. Skala ordinal

Skala ini adalah pengukuran yang mana skala yang digunakan disusun
secara runtut dari yang rendah sampai yang tinggi. Skala ordinal sekala
yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai skala yang terendah
atau sebaliknya.

Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data saling
memisah, kategori data memiliki aturan yang logis, kategori data
ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya.

3. Skala interval

Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data dengan data
yang lain dengan bobot nilai yang sama, sementara menurut (Uhar) dalam
bukunya, metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan
tindakan, menjelaskan bahwa skala interval adalah skala pengukuran yang
mana jarak satu tingkat dengan yang lain sama. Ciri-ciri dari skala ini
menurut Uhara ada lima :

a) Kategori data bersifat saling memisah.


b) Kategori data memiliki aturan yang logis.
c) Kategori data ditentukan sekalanya berdasarkan jumlah karaaktristik
khusus yang dimilikinya.
d) Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang
sama dalam jumlah yang dikenakan pada kategori.
e) Angka nol hanya menggambarkan satu titik dalam sekala (tidak punya
nilai nol absolut).
4. Skala rasio.

Skala ini adalah sekala interval yang benar-benar memiliki nilai nol
mutlak. Dengan demikian sekala rasio menunjukkan jenis pengukuran
yang sangat jelas dan akurat.

b) Skala sikap
Skala ini hanya digunakan untuk mengukur sikap, perkembangan ilmu
sosiologi dan pisikologi yang banyak menggunakan ini untuk khusus
mengukur sikap. Beberapa skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian
administrasi, pendidikan dan social antara lain :
1. Skala likert

Skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan prsepsi


seseorang atau kelompok orang tentang fenomena atau gejala sosial yang
terjadi. Hal ini sudah sepesifik dijelaskann oleh peneliti. Yang selanjutnya
disebut sebagai variable penelitian. Kemudian dijabarkan melalui dimensi-
dimensi menjadi sub-variabel, kemudian menjadi indicator yang dapat
dijadikan tolak ukur untuk menyusun item-item pertanyaan atau
pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian (Iskandar,
2009:83).

Penyataan atau pernyataan tadi kemudian direspon dalam bentuk skala


likert, yang diungkapkan melalui kata-kata misalnya ; setuju, sangat setuju,
tidak pasti, tidak setuju, sangat tidak setuju.

2. Skala guttuman
Skala guttaman menggunakan dua jawaban yang tegas dan konsisten, yaitu
ya-tidak, postif-negatif, tinggi-rendah, yakin-tidak yakin, setuju-tidak
setuju, dll.

3. Semantic defferesial

Skala differensial digunakan untuk mengatur sikap perbedaan simantik,


responden untuk menjawab pernyataan dalam satu garis kontinum yang
bertentangan yaitu positif negative. Data yang diperoleh biasanya data
interval yang digunakan untuk mengukur sikap seseorang atau kelompok
(Iskandar, 2009:84) .

Skala ini berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), seperti :


panas-dingin, baik-buruk, dll. Karakteristik bipolar mempunyai tiga
dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek :

a) Potensi, yaitu kekuatan atau atraksi fisik satu objek


b) Evaluasi, yaitu hal-hal yang menguntungkan atau tidak.
c) Aktivitas, yaitu tingkatan gerakan satu objek
4. Rating scale

Berdasarkan ketiga skala semua data yang diproleh adalah data kualitatif
yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale adalah data mentah yang
didapar berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab dari data
kualitatif yang sudah tersedia, tapi menjawab dari jawaban kuantitatif,
dengan demikian raing scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk
pengukuran sikap saja.

A. Instrumen Penelitian

Pengertian Instrumen

Pada umumnya penelitian akan berhasil apabila banyak menggunakan


instrumen, sebab data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian
(masalah) dan menguji hipotesis diperoleh melalui instrumen. Instrumen sebagai
alat pengumpul data harus betul-btul dirancang dan dibuat sedemikian rupa
sehingga menghasilkan data empiris sebagai datanya. Data yang salah atau tidak
menggambarkan data empiris bisa menyesatkan peneliti, sehingga kesimpulan
penelitian yang ditarik/dibuat oleh peneliti bisa keliru.

Sebelum mengkaji hakikat instrumen penelitian, peneliti sebaiknya


memperhitungkan terlebih dahulu jenis data manakah yang diperlukan dalam
penelitian. Apakah data kuantitatif atau data kualitatif? Apakah data nominal,
ordinal, interval, ataukah data rasio? Apakah data primer atau data sekunder? Data
kuantitatif data yang berkenan dengan jumlah. Data kualitatif berkenan dengan
nilai kualitas baik, sedang, kurang, dan lain-lain. Data kualitatif jika perlu dapat
disimbolkan dalam bentuk kuantitatif, asal ada kriteria yang jelas dan tegas
penggunaanya.

Beberapa langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian.


Langkah-langkah tersebut adalah :

1) Analisis variabel penelitian yakni mengkaji variabel menjadi subpenelitian


sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan
data yang diinginkan peneliti.
2) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur
variabel/subvariabel/indikator-indikatornya.
3) Peneliti menyusun kisi-kisi atau lay out instrumen. Kisi-kisi ini berisi
lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak
pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Abilitas dimaksudkan adalah
kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti.misalnya kalau
diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari
kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi analisis,
sintesis, evaluasi.
4) Peneliti menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan
jumlah yang telah ditetapkn dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat
dari yang telah ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat
peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya,
prakiraan jawaban yang betul/diinginkan harus dibuat peneliti.
5) Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi
intrumen, misalnya membuang instrumen yang tidak perlu, menggantinya
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi/bahasanya.
Bagaimana uji coba validitas dan reliabilitas akan dibahas lebih lanjut.

Jadi untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan tes tertulis (tes-
pensil-kertas) atau kuesioner atau menggunakan alat fisik lainnya seperti
poligraf,dsb. Pencari-tahu-alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak
bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Hal itu mungkin
disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan teliti.
Di samping itu, orang-sebagai-instrumen memiliki senjata ”dapat-memutuskan”
yang secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dapat
dan dapat mengambil keputusan.

Dalam penelitian kuantitatif, membuat instrumen penelitian, menentukan


hipotesis benar-benar digunakan dalam kegiatan penelitian. Karena dalam
penelitian kuantitatif, instrument untuk keperluan pengumpulan data harus dibuat
terlebih dahulu secara matang untuk melengkapiproposal penelitian yang besok
akan diajukan.

B. Jenis-Jenis Instrumen Penelitian


1. Instrumen Tes

Menurut Arikunto (2002:127) tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan


atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Macam-macam Instrumen tes:


a) Tes kepribadian yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap
kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas,
disiplin, kemampuan khusus,dll.
b) Tes bakat yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui
bakat seseorang.
c) Tes intelegensi yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi
atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara
memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur
intelegensinya.
d) Tes sikap yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran
terhadap berbagai sikap seseorang.
e) Tes minat yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
f) Tes prestasi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian
seseorang setelah mempelajari sesuatu.
2. Instrumen Non-test
1) Angket atau kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk


memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dipandang dari
bentuknya maka ada 4:

a) Kuesioner pilihan ganda


b) Kuesioner isian
c) Check list yaitu responden tinggal membubuhkan tanda check(√)
d) Rating-scale yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju
sampai ke sangat setuju.

Keuntungan kuesioner :

a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.


b) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
c) Dapat dijawab oleh responden menurut waktu senggang responden.

Kelemahan kuesioner :

a) Seringkali sukar dicari validitasnya


b) Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
c) Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama, bahka kadang-kadang
ada yang terlalu lama sehingga terlambat.
2) Interview

Interview yang sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioer lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh
peneliti untuk meneliti keadaan seseorang misalnya untuk mencari data
tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian,
sikap terhadap sesuatu.

Ditinjau dari pelaksanaannya, maka interview dibedakan atas :

a) Interview bebas di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja,


tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
b) Interview terpimpin di mana pewawancara deng membawa sederetan
pertanyaan lengkap dan terperinci.
c) Interview bebas terpimpin yaitu antara kombinasi antara interview
bebas dan interview terpimpin.

Keunggulan teknik interview adalah:

a) Peneliti memiliki peluang atau kesempatan memeperoleh respon atau


jawaban yang relatif tinggi dari responden
b) Peneliti dapat memebantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden
mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidak jelasan
pertanyaan
c) Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan
mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan
dalam proses interview
d) Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan
dengan cara kuesioner ataupun observasi.
3) Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan


pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan
pengecap. Apa yang di katakan ini sebenarnya adalah pengamatan
langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakuka dengan tes,
kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.

Observasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:

a) Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tiak


menggunakan instrumen pengamatan.
b) Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan pedoman ebagai instrumen pengamatan.

Sedangkan observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:

a) Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi


pengajaran sebagai sebuah potret sesuai pengajaran. Instrumen tersebut
berisi sederetan sub-variabel. Misalnya gur menerangkan, guru menulis
di papan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru bertanya kepada
seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah pengamatan
dalam satu periode tertentu misalnya5 menit, semua kejadian yang telah
muncul di cek. Kejadian yang muncul lebih ari satu kali dalam satu
periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan
diperoeh gambar tentang apa kejadian yang muncul dalam situasi
pengajaran.
b) Category system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada
sejumlah variabel misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktivan
atau partisipasi murid dalam proes belajar-mengajar. Dalam hal ini
pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke
dalam kategori keaktifan atau partisipasi murid misalnya : murid
bertanya, murid berdebat dengan guru, murid membahas pertanyaan,
dsb.

Dalam penelitian pendidikan, pengambilan data dengan menggunakan


metode observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a) Observasi terbuka, yaitu pada posisi ini kehadiran peneliti dalam


menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui
secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi
interaksi secara langsung.
b) Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam
menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak
diketahui responden yang bersangkutan.
c) Observasi tidak langsung, yaitu pada kondisi inipeneliti dapat
melakukan pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak
hadir secara langsung di tengah-tengah responden.
4) Dokumentasi

Dalam uraian tentang studi pendahulan, telah disinggung pula bahwa


sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita
memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place),
dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang
bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang


tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb.
Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan :

a) Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori


yang akan dicari datanya.
b) Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.dalam
hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan
gejala yang dimaksud.
C. Validitas dan Reabilitas Instrumen

Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas
instrument yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha
menyusun instrument agar diperoleh instrument yang ampuh. Keampuhan
instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat
reliabilitasnya.

1. Validitas instrument penelitian

Validitas adalah ukuran tingkat keshahihan (keabsahan) suatu instrmen.


Suatu instrument yang valid memiliki tingkat keshahihan yang tinggi.
suatu instrument dikatan valid jika instrument tersebut benar-benar
mengukur apa yang seharusnya diukur.

Empat katagori yang diusulkan oleh APA (America Psychologocal


Association) sebagaimana yang dikutip Surapranata (2005:50) adalah
sebagai berikut:

a) Validitas isi, yaitu suatu instrument dikatakan valid jika sesuai standar
isi kurikulum yang berlaku.
b) Validitas konstruk, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaian
instrument dengan konstruksi teoritik di mana instrument itu dibuat
c) Validitas prediktif, yaitu validitas yang didasarkan pada kemamapuan
instrument tersebut memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa-
masa yang akan datang terkait dengan variable yang diukur atau
diungkap
d) Validitas konkuren, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaiannya
dengan hasil pengukuran insstrumen lain yang terkait dengan variable
yang dilibatkan.

Menurut pengujiannya, validitas instrument dapat dibedakan menjadi dua


macam, yaitu

a) Validitas internal, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuainantara


bagian-bagian dari instrument terhadap instrument secara keseluruhan.
b) Validitas eksternal, yaitu validitas yang didasarkan pada data-data atau
informasi lain yang terkait dengan variabel yang diukur dan yang
dihasilkan oleh instrument-instrumen lain.
2. Reliabilitas Instrument Penelitian

Reliabilitas adalah suatu ukuran tingkat keajagan, tingkat kehandalan, atau


tingkat ketidak percayaan suatu instrument. Suatu instrument dikatakan
reliabel jika instrument itu memiliki reliabilitas yang tinggi.

Ditinjau dari cara pengujiannya, reliabilitas dapat dibedakan menjadi dua


macam, yaitu:

a) Reliabilitas internal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada


hasil pencocokan antar bagian-bagian dari hasil tes. Pengujian
relibialitas ini dilakukan dengan hanya mengadakan satu kali
pengetesan atau uji coba.
b) Reliabilitas eksternal, yaitu reliabilitas instrument yang didasarkan pada
hasil pencocokan terhadap hasil tes yang berbeda, baik dari instrument
yang sam atau dengan instrument lainnya. Uji reliabilitas ini dilakukan
dengan hanya mengadakan satu kali pengetesa atau uji coba.
3. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1) Pengujian validitas instrumen
a) Pengujian validitas konstrak. Pengujian ini dapat digunakan
pendapat dari ahli dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan
selesai lalu diteruskan uji coba instrumen.
b) Pengujian validitas isi untuk membandingkan isi instrumen  dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan.
c) Pengujian validitas eksternal

Penelitian mempunyai validitas eksternal bila hasil penelitian dapat


digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi
yang diteliti.

2) Pengujian reliabilitas instrumen

Pengujian ini dapat dilakukan secara eksternal maupun internal.


Secara kesternal pengujian dapat dilakukan dengan test-retest,
equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas dapat
diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada
instrumen dengan teknik tertentu.
BAB XII

ANALISIS DATA

A. Latar Belakang

Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan dimasyarakat


mengharuskan adanya penelitian. Tanpa sebuah penelitian, ilmu pengetahuan
tidak akan hidup dan akan diragukan kebenarannya. Sehingga sebuah
penelitian akan menjadi tolok ukur seberapa besar kegunaan penelitian dan
peran penelitian dalam pengembangan ilmu.
Kegiatan penelitian merupakan upaya untuk merumuskan masalah,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dengan cara
menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsiran yang benar. Tetapi 
penelitian akan menjadi lebih dinamis apabila dilakukan secara terus menerus
yang bertujuan untuk memperbaharui kesimpulan yang telah ditemukan. Tanpa
adanya penelitian itu ilmu pengetahuan akan berhenti dan menjadi tidak valid,
bahkan akan surut kebelakang.
Selain itu peneilitian yang baik sebaiknya tidak dilakukan dengan cara
yang asal-asalan. Namun harus memenuhi aturan yang sudah ditentukan yakni
dengan menyertakan metode-metode yang sesuai dengan obyek yang akan
diteliti sehingga akan menghasilkan data-data yang sesuai pula.

B. Pentingnya Menganalisa Data


Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan,
memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Step
pertama dalam analisa adalah membagi data atas kelompok atau kategori-
kategori. Kategori tidak lain dari bagian-bagian.

Beberapa ciri dalam membuat kategori, adalah:

a. Kategori harus dibuat sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.


b. Kategori harus lengkap
c. Kategori harus bebas dan terpisah
d. Tiap kategori harus berasal dari satu kaidah klasifikasi
e. Tiap kategori harus dalam satu level.

Kategori harus sesuai dengan masalah penelitian, sehingga kategori


tersebut dapat  mencapai tujuan penelitian dalam memecahkan masalah.
Dengan demikian, analisa yang dibuat akan sesuai dengan keinginan untuk
memecahkan masalah. Kategori yang dibuat juga harus dapat menguji hipotesa
yang dirumuskan.  Kategori harus lengkap, yang berarti bahwa semua subjek
atau responden harus termasuk ke dalam kategori tersebut. Kategori juga harus
bebas dan terpisah nyata. Tiap individu atau objek harus termasuk dalam satu
kategori saja. Peneliti harus dapat membuat variabel sedemikian rupa sehingga
tiap objek dapat dimasukkan dalam satu kategori, dan hanya satu kategori saja.

Analisis data dimulai dari penyiapan data (data preparation) yang terdiri
atas langkah-langkah yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum data benar-
benar dapat dianalisis. Menurut Research Method Knowledge Base, penyiapan
data mencakup kegiatan pemeriksaan kelengkapan data, pembangunan struktur
data, pemasukan data ke komputer, dan transformasi data bila diperlukan.
Untuk memeriksa kelengkapan data, seluruh instrumen penelitian (daftar
pertanyaan, lembar pengamatan) perlu dikumpulkan dan diperiksa. Kemudian,
setiap instrumen perlu diklasifikasikan, misalnya instrumen wawancara
tersendiri dan instrumen pengamatan tersendiri dan masing-masing dipilah
berdasarkan waktu pengamatan, sebelum masing-masing diperiksa
kelengkapannya. Misalnya, untuk instrumen wawancara, pemeriksaan
dilakukan dalam hal: apakah tanggapan terhadap pertanyaan dapat dibaca dan
sesuai dengan pertanyaan, apakah semua pertanyaan penting dijawab, apakah
jawaban sudah lengkap, dan apakah sudah disertai dengan informasi
kontekstual (nama, waktu, tempat). Kemudian, dirancang bagaimana data akan
dimasukkan ke dalam komputer dalam kaitan dengan struktur folder, program
aplikasi yang akan digunakan untuk memasukkan data, dan aturan mengenai
penamaan file. Pemasukan data ke komputer sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan template yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Bila
diperlukan, data peubah tertentu perlu terlebih dahulu ditransformasi sebelum
memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
tertentu.

Analisis data perlu dibedakan menjadi dua kategori besar, yaitu analisis
kualitatif (qualitative analysis) dan analisis kuantitatif (quantitative analysis).
Seorang peneliti dapat memilih teknik-teknik analisis data dari satu di antara
dua kategori besar ini atau menggabungkan teknik-teknik analisis data
kualitatif dan kuantitatif (mixed methods analysis). Analisis kualitatif
cenderung dipilih oleh peneliti dari bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora
dengan sudut pandang yang cenderung mengarah ke filsafat interpretatif (ke
arah cara pandang pascamodernisme) . Sedangkan dari bidang yang sama
tetapi dengan sudut pandang yang cenderung mengarah ke cara pandang
realisme ilmiah akan memilih teknik-teknik analisis data kuantitatif,
sebagaimana yang dilakukan oleh peneliti dari bidang ilmu-ilmu alam.

PENTINGNYA ANALISIS DATA :

 Data yang salah akan mengakibatkan hasil analisa yang salah.


 Analisa yang salah akan memberikan interpretasi yang salah.
 Interpretasi yang salah akan menghasilkan rekomendasi yang salah
 Rekomendasi yang salah akan mengakibatkan perencanaan program yang
salah
 Perencanaan program yang salah akan menghasilkan pelaksanaan kegiatan
yang salah.
 Kegiatan yang salah tidak akan memecahkan masalah bahkan
menimbulkan masalah baru dan mengakibatkan pemborosan.
BAB XIII
CARA PENGOLAHAN DATA DESKRIPTIF DAN INVERENSIAL

A. Cara Pengumpulan Dan Pengolahan Data Secara Deskriptif

Pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam


mengumpulkan data penelitiannya. Contoh variasi metode ialah : angket,
wawancara, pengamatan atau observasi, tes dan dokumentasi.

Pada penelitian kuantitatif, setelah data dikumpulkan tahap yang harus


dilakukan adalah menganalisis data. Analisis data dalam hal ini dilakukan
menggunakan statistik. Analisis data ini dimaksudkan untuk pengelompokan
data berdasarkan variabel yang diteliti, mentabulasi data berdasarkan variabel
yang diperoleh dari seluruh responden. Pada dasarnya, teknik analisis data pada
penelitian kuantitatif dapat menggunakan dua cara yakni statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Namun, terdapat ketentuan untuk melakukan analisis data
menggunakan kedua statistik tersebut.   Statistik deskriptif, sesuai dengan
namanya teknik analisis ini bermaksud untuk mendeskripsikan data yang telah
terkumpul tanpa melakukan generalisasi. Pada umumnya penelitian kuantitatif
memang mengupayakan penelitian dapat digeneralisasikan namun, apabila
peneliti hanya menghitung data yang berlaku pada sampel yang diteliti saja
maka, peneliti menggunakan statistik deskriptif. Sedangkan, apabila peneliti
hendak melakukan generalisasi, peneliti menggunakan statistik deskriptif dan
statistik inferensial.  Penyajian data yang ada pada statistik deskriptif
diantaranya, penyajian data melalui tabel, grafik, diagram (batang, lingkaran
dan pencar) lingkaran, polygon, histogram, perhitungan mean, median, modus,
persentil, quartil, desil, perhitungan penyebaran data  dan melalui perhitungan
rata-rata dan standar deviasi, perhitungan prosentase. 

1. Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan, baik yang berasal dari sampel
ataupun populasi, untuk keperluan laporan atau analisis, perlu diatur,
disusun dan disajikan dalam bentuk yang jelas dan baik. Data dapat
disajikan dalam dua cara yaitu, dengan tabel dan diagram atau grafik.
Bentuk diagram yang biasa digunakan adalah diagram garis, diagram
lingkaran dan diagram pencar. 
2. Ukuran Pemusatan Data
Salah satu ukuran numerik yang menjelaskan ciri-ciri data yang
penting adalah ukuran pemusatan, yaitu ukuran yang menunjukan
pemusatan, yaitu ukuran yang menunjukan pusat segugus data yang telah
diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya. Ukuran
pemusatan data yang paling banyak dilakukan adalah Mean, Median dan
Modus. 
3. Ukuran Letak
Selain ukuran pemusatan terdapat pula ukuran letak. Salah satu
dari ukuran letak adalah median yang menunjukan nilai skor tengah dalam
susunan skor yang diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar.
Dengan demikian, median terletak di tengah-tengah data yang telah
diurutkan dan dapat dianggap bahwa median membagi data yang telah
diurutkan itu menjadi dua sub kelompok yang sama banyak. Dalam hal ini
ukuran letak selain median adalah desil, persentil dan kuartil. 
4. Ukuran Keragaman Data
Selain pemusatan data dan ukuran letak, dalam penelitian
deskriptif terdapat ukuran keragaman. Ukuran keragaman menggambarkan
bagaimana berpencarnya data atau menggambarkan seberapa jauh data
menyebar dari rata-ratanya. Ukuran keragaman data ini berbentuk ragam,
atau variansi dan simpangan baku. Pada penelitian deskriptif juga dapat
dilakukan untuk membuat prediksi dengan analisis regresi, mencari
kuatnya hubungan antar variabel melalui analisis korelasi dan membuat
perbandingan dengan membandingkan rata-rata sampel atau poplulasi.
Namun, yang perlu dipahami analisis yang digunakan tidak dimaksudkan
untuk digeneralisasikna sehingga tidak perlu dicari signifikansinya dan
taraf kesalahannya
B. Statistik Inferensial

Statistik inferensial merupakan bagian dari statistika yang mempelajari


mengenai penafsiran dan penarikan kesimpulan yang berlaku secara umum dari
sampel yang tersedia. Statistika inferensial berhubungan dengan pendugaan
populasi dan pengujian hipotesis dari suatu data atau keadaan atau fenomena.
Dengan kata lain, statistika inferensial berfungsi meramalkan dan mengontrol
keadaan atau kejadian. 

Penarikan kesimpulan pada statistika inferensial ini merupakan


generalisasi dari suatu populasi berdasarkan sampel yang ada. Ruang lingkup
bahasan statistika inferensial secara umum dikelompokkan atas: Uji hipotesis
asosiasi (dugaan tentang adanya hubungan antar variabel) di antaranya: uji
korelasi dan uji regresi. Uji hipotesis komparasi (dugaan tentang adanya
perbedaan nilai-nilai dua kelompok variabel atau lebih) di antaranya: uji-t,
ANAVA (analysis of variance), ANACOVA (analysis of covariance),
MANOVA (multivariate analysis of variance), dan MANCOVA (multivariate
analysis of covariance).

Berdasarkan bentuk indikator yang dianalisis, statistik inferensial


dibedakan menjadi:

1. Statistik Parametrik

Statistik parametrik merupakan bagian statistika yang parameter


populasinya harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti syarat data berkala
interval/rasio, syarat pengambilan sampel harus random, berdistribusi normal
(normalitas) dan memiliki varian yang homogen (homogenitas), model regresi
linier, dan sampel lebih besar dari 30. Dalam statistika, parametrik indikator-
indikator yang dianalisis adalah parameter-parameter dari ukuran objek yang
bersangkutan.

2. Statistik Nonparametrik .
Statistik nonparametrik merupakan bagian statistika yang parameter
populasinya bebas dari keharusan memenuhi syarat-syarat tertentu seperti
syarat data berkala interval/rasio, syarat pengambilan sampel harus random,
berdistribusi normal (normalitas) dan memiliki varian yang homogen
(homogenitas), model regresi linier, dan sampel lebih besar dari 30. Dalam
statistika non-parametrik indikator-indikator yang dianalisis adalah sisi lain
parameter ukuran objek yang bersangkutan. Pada uji hipotesis komparasi,
seperti yang dipaparkan sebelumya terdapat beberapa uji beda. Uji t (t-test)
digunakan untuk membandingkan sebuah data yang bersifat interval atau rasio
(statistik parametrik) dari maksimum dua kelompok. Apabila data berupa
nominal, maka uji beda atau uji pembandingan dari dua kelompok
menggunakan chi kuadrat. Sementara itu,  analisis varian digunakan untuk
membandingkan sebuah data yang bersifat interval atau rasio dari tiga
kelompok atau lebih. Analisis varian dibedakan atas analisis univariat dan
multivariat. Perbedaan antar keduanya terletak pada jumlah variabel dependen
atau variabel terikatnya. Anava univariat digunakan ketika variabel yang
dibandingkan adalah satu variabel terikat sedangkan multivariat digunakan
untuk membandingkan lebih dari 2 variabel terikat. Analisis varian univariat
terdiri dari Anava dan Anacova, sedangkan analisis varian multivariat terdiri
dari Manova dan Mancova. Manova dan Mancova Manova (Multivariate
Analysis of Variance) Manova is a statistical technique that can be used
simultaneously explore relationship between several categorical independent
variable (usually reffered to as treatments) and two or more metric dependent
variable. Manova is useful when the researcher designs an experimental
situation (manipulation of several nonmetric treatment vvariable) ti test
hypothesis concerning the variance in group responses on two or more metric
dependent variable,”(Hair, Black, Babin, Anderson, Tathan, 2006).
Manova adalah teknik statistik yang dapat digunakan secara simultan
untuk mengeksplor hubungan antara beberapa kategori variabel independen
(biasanya berupa perlakuan) dan dua atau lebih variabel dependen. Manova
berguna ketika peneliti mendesain situasi eksperimental (manipulasi beberapa
variabel perlakuan nonmetrik) hipotesis uji t mengenai varian pada respon
kelompok dua tau lebih variabel. Letak perbedaan Manova dan Anova hanya
pada jumlah variabel terikatnya. Anova menganalis hubungan antara beberapa
kategori variabel bebas dengan satu variebel terikat, sementara Manova
menggabungkan dua atau lebih variabel terikat dalam analisis yang sama,
sehingga memungkinkan tes yang dilakukan semakin kuat. Hal ini dapat
dilakukan dan dibenarkan hanya apabila peneliti yakin adanya korelasi di
antara variabel-variabel terikat tersebut. Manova dapat digunakan dalam
analisis data hasil penelitian apabila nilai respon atau variabel dependennya
berjumlah lebih besar atau sama dengan dua.

C. Konsep Dasar Pengujian Hipotesis

       Dalam statistik, hipotesis dapat di artikan sebagai pernyataan statistik


tentang parameter. Statistik adalah ukuran - ukuran yang di kenakan pada
sampel ( x = rata - rata ; s = simpangan baku S2= varians; r = koefisien korelasi
), dan parameter adalah ukuran - ukuran yang di kenakan pada populasi ( x =
rata - rata, s = simpangan ,  S2 = variansi; r = koefisien korelasi ). dengan kata
lain hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi, melalui data
sampel. Penelitian yang di dasarkan pada data populasi, atau sampling total,
atau sensus dengan tidak melakukan pengujian hipotesis statistik dari sudut
pandang statistik di sebut penelitian deskriptif.
Terdapat perbedaan mendasar pengertian hipotesis menurut statistik
dan penelitian. Dalam penelitian, hipotesis di artikan sebagai jawaban
sementara terhadap rumusan masalah peneliltian. Rumusan masalah tersebut
bisa berupa pernyataan tentang hubungan dua variabel atau lebih.

Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu


hipotesis nol, dan alternatif. Pada statistik, hipotesis nol diartikan sebagai tidak
adanya perbedaan antara parameter dengan statistik, atau tidak adanya
perbedaan antara ukuran sampel. Dengan demikian hipotesis yang di uji
adalah hipotesis nol, karena memang penelitian tidak mengharapkan adanya
perbedaan antara data populasi dengan data sampel.

1. Tiga Bentuk Rumusan Hipotesis

Menurut tingkat ekplanasi hipotesis yang akan di uji, maka


rumusan hipotesis dapat di kelompok dapat di kelompok mejadi tiga
macam, yaitu hipotesis deskriptif ( pada satu sampel ) atau variabel
mandiri/ tidak di bandingkan dan di hubungkan ), komparatif dan
hubungan.

a. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif, adalah dugaan tentang nilai suatu variabel


mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan. Sebagai contoh, bila
rumusan masalah penelitian sebagai berikut, maka hipotesis ( jawab
sementara ) yang dirumuskan adalah hipotesis deskriptif.

Seberapa tinggi daya tahan lampu merk X ?

dari pernyataan tersebut antara lain dapat di rumuskan hipotesis


seperti berikut :

Daya tahan lampu merk X = 800 jam

Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol ( Ho) dan


hipotesis alternatif ( Ha ) selalu berpasangan, bila salah satu di tolak, maka yang
lain pasti di terima sehingga dapat di buat keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho di
tolak pasti Ha di terima.

b. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai


dalam satu variabel  atau lebih pada sampel yang berbeda.  Contoh rumusan
masalah komparatif dan hipotesisnya:

Apakah ada perbedaan daya tahan lampu merk A dan B ?


Rumusan Hipotesis adalah :

1) Tidak terapat perbedaan daya tahan antara lampu merk A dan B.


2) Daya tahan lampu merk B paling kecil sama dengan lampu merk A.
3) Daya tahan lampu merk B paling tinggi sama dengan lampu merk A. 

c. Hipotesis Hubungan ( Assosiatif )

Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan


tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. contoh rumusan masalahnya
adalah "Apakah ada hubungan antara gaya kepemimpian dengan efektivitas
kerja?. Rumus dan hipotesis nolnya adalah : Tidak ada hubungan antar gaya
kepemimpinan dengan efektivitas kerja.

Hipotesi Statistiknya adalah :  

Ho : p = 0
Ha ; p ≠ 0
(p = simbol yang menunjukkan kuatnya hubungan )
dapat di baca : hipotesis nol, yang menunjukkan tidak adanya hubungan ( nol
= tidak ada hubungan ) antara gaya kepemimpinan dengan efektivitas kerja
dalam populasi. Hipotesis alternatifnya menunjukkan ada hubungan ( tidak
sama dengan nol, mungkin lebih besar dari 0 atau lebih kecil dari nol ). 

2. Taraf Kesalahan Dalam Pengujian Hipotesis


Seperti telah di kemukakan, pada dasarnya meguji hipotesis itu adalah
manaksirkan parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara
menaksirkan yaitu: A poit estimate dan interval estimate atau sering di sebut
confidence interval. A point estimate ( titik taksiran ) adalah suatu taksiran
parameter populasi berdasarkan satu nilai data sampel. Sedangkan interval
estimate ( taksiran interval ) adalah suatu taksiran parameter populasi
berdasarkan nilai interval data sampel. Menaksirkan parameter populasi yang
menggunakan nilai tunggal ( point estimate ) akan mempunyai resiko
kesalahan yang estimate.

3. Dua Kesalahan Dalam Pengujian Hipotesis


Dalam menaksirkan parameter populasi berdasarkan data sampel.
Kemungkinan akan terdapat dua kesalahan yaitu :

a. Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol ( Ho )


yang benarnya ( seharusnya di terima ). Dalam hal ini tingkat kesalahan di
nyatakan dengan alpa.
b. Kesalahan tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah
( seharusnya di tolak ). Tingkat kesalahan untuk ini di nyatakan dengan
betha.
MODUL KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN

Disusun Oleh
Drs. Nurhidayat Pamungkas M.Pd

Anda mungkin juga menyukai