A. Pengertian Penelitian
Penelitian adalah suatu upaya untuk memahami dan memecahkan
masalah secara ilmiah, sistematis, dan logis. Istilah ilmiah disini diartikan
kebenaran pengetahuan yang didasarkan pada fakta empiris, yang
diperoleh dari penyelidikan secara berhati-hati dan bersifat objektif.
Dengan perkataan lain, kebenaran pengetahuan tersebut diperoleh bukan
dari ide pribadi atau dugaan-dugaan, tetapi berdasarkan fakta empiris.
B. Jenis Penelitian
Jenis-jenis metode penelitian dapat diklasifikan menjadi 2 yaitu:
a. Berdasarkan tujuan penelitian
1) Penelitian dasar
Bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan
kegunaan yang langsung bersifat praktis.
2) Penelitian pengembangan (R & D)
Metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau
memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan
pembelajaran.
3) Penelitian terapan
Dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi
kemampuan teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-
masalah praktis.
b. Berdasarkan tingkat kealamiahan tempat penelitian
1) Penelitian eksperimen
Merupakan metode penelitian yang diguankan untuk mencari
pengaruh atau treatment (perlakuan tertentu).
2) Penelitian survey
Digunakan untuk mendapatkaan data dari tempat tertentu yang
alamiah, tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam perlakuan
dalam pengumpulan data.
3) Penelitian naturalistic
Digunakan untuk meneliti tempat yang alamiah, dan penelitian
tidak membuat perlakuan karena peneliti dalam mengupulkan data
bersifat emic, yaitu berdasarkan dari sumber data, bukan
pandangan peneliti.
C. Macam-Macam Data Penelitian
a. Tulisan (textular)
Penyajian data dalam bentuk tulisan digunakan mulai dari
prosespengambilan samapel, pelaksanaan, pengumpulan data hingga
hasil analisis berupa informasi.
b. Table (tabular)
Penyajian dengan menggunakan kolom dan baris sehingga dapat
memberikan gambaran perbandingan-perbandingan atau perbedaan-
perbedaan. Ada beberapa bentuk table rincian adalah; distribusi
frekuensi, distribusi relative, distribusi komulatif, dan table silang.
c. Grafik (diagram)
Penyajian data dalam bentuk grafik atau gambar yang memberikan
informasi mengenai gambaran situasi yang telah terjadi melalui
gambaran agregat dari data seperti perkembangan, perbandingan,
peramalan, atau proyeksi, dan juga memberikan petunjuk sebagai dasar
analisis lanjutan. Seperti misal; histogram dan frekuensi polygon,
ogive, diagram garis, diagram batang, diagaram pinca, dan diagram
tebar.
D. Proses Penelitian
Langkah-langkah sistematis dalam peneitian adalah:
1) Melakukan identifikasi masalah
Memilih masalah yang utama atau yang melatarbelakangi masalah
yang lain.
2) Menentukan hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara dengan menggunaka informasi
teoritik maupun fakta empiric yang ada.
3) Menetapkan model atau rancangan penelitian
Pertama, pemilihan tipe penelitian (eksperimentan atau
noneksperirmental). Kedua, penetapan subyek-subyek penelitian,
menetapkan populasi dan sampel. Ketiga, memilih atau
mengembangkan alat dan metode pengukuran yang valid dan
reliabelbgi variable-variabel penelitian.
4) Melakukan observasi empiric
Melakukan observasi atau mengukur variable.
5) Mengorganisi data
Kumpulan data diorganisir berdasarkan landasan teori yang
dikembangkan dalam rangka pembuktian kebenraan hipotesis.
E. Metodologi Penelitian Survey dan Eksperimen
Berdasarkan metode, penelitian kesehatan dapat digolongkan
menjadi 2, yakni:
a. Metode Penelitian Survei (Survey Research Method)
Dalam survei, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh objek
yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari
populasi tersebut (sampel). Sampel adalah bagian dari populasi yang
dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian survei, hasil dari
penelitian tersebut merupakan hasil dari keseluruhan. Dengan kata
lain, hasil dari sampel tersebut dapat digeneralisasikan sebagai hasil
populasi.
Penelitian survei, digolongkan lagi menjadi 2, yaitu penelitian
survei yang bersifat deskriptif (descriptive) dan analitik (analytical).
Dalam survei deskriptif, penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan
atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau
masyarakat. Sedangkan survei analitik, penelitian diarahkan untuk
menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Penelitian survei yang bersifat
analitik ini dibedakan menjadi 3 macam, yakni:
1) Seksional Silang (Cross Sectional)
Dalam penelitian seksional silang, variabel sebab atau risiko
dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur
atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan).
2) Studi Retrospektif (Retrospective Study)
Penelitian ini adalah penelitian yang berusaha melihat ke
belakang (backward looking), artinya pengumpulan data dimulai
dari efek atau akibat yang telah terjadi. Kemudian dari efek
tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang
mempengaruhi akibat tersebut. Dengan kata lain, dalam penelitian
retrospektif ini berangkat dari dependent variables, kemudian
dicari independent variables-nya.
3) Studi Prospektif (Prospective Study)
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat melihat ke depan
(forward looking), artinya penelitian dimulai dari variabel
penyebab atau faktor risiko, kemudian diikuti akibatnya pada
waktu yang akan datang. Dengan kata lain, penelitian ini berangkat
dari variabel independen kemudian diikuti akibat dari independen
variabel tersebut terhadap dependen variabel.
b. Metode Penelitian Eksperimen
Dalam penelitian eksperimen atau percobaan, penelitian melakukan
percobaan atau perlakuan terhadap variabel independennya, kemudian
mengukur akibat atau pengaruh percobaan tersebut pada dependen
variabel. Ditinjau dari segi manfaat atau kegunaannya, penelitian
kesehatan dapat digolongkan menjadi:
1) Penelitian Dasar (Basic of Fundamental Researchi)
Penelitian ini dilakukan untuk memahami atau menjelaskan gejala
yang muncul pada suatu ikhwal. Kemudian dari gejala yang terjadi pada
ikhwal tersebut dianalisis, dan kesimpulannya adalah merupakan
pengetahuan atau teori baru.
2) Penelitian Terapan (Aplied Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi
proses suatu sistem atau program, dengan menerapkan teori-teori
kesehatan yang ada.
3) Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian ini dilakukan terutama untuk mencari suatu dasar
pengetahuan praktis guna memperbaiki suatu situasi atau keadaan
kesehatan masyarakat, yang dilakukan secara terbatas.
4) Penelitian Evaluasi (Evaluation Research)
Penelitian ini dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
pelaksanaan kegiatan atau program yang sedang dilakukan dalam rangka
mencari umpan balik yang akan dijadikan dasar untuk memperbaiki suatu
program atau sistem.
BAB II
BENTUK-BENTUK RUMUSAN MASALAH
a. Hubungan simetris
Hubungan simetris adalah hubungan antara dua variabel atau lebih
yang kebetulan muncul bersama
Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1) Adakah hubungan antara bayaknya radio di pedesaan dengna
jumlah sepatu yang terjual?
2) Adakah Hubungan antar payung yang terjual dengan tingkat
kesejahteraan?
3) Adakah Hubungan antara tingggi badan dengan prestasi kerja
dibidang pemasaran?
Contoh Judul penelitiannya dalah :
1) hubungan antara bayaknya radio di pedesaan dengna jumlah
sepatu yang terjual?
2) Hubungan antara tingggi badan dengan prestasi kerja
dibidang pemasaran?
3) Hubungan antar payung yang terjual dengan tingkat
kesejahteraan?
b. Hubungan Kausal
Hubungan kausal dalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi
disini ada variabel independen (yang mempengaruhi) dan variabel
dependen (yang dipengaruhi). Contohnya yitu :
1) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
2) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan nasional terhadap perilaku
masyarakat?
3) Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja
karyawan?
4) Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas
guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah?
Contoh Judul Penelitiannya adalah :
1) Pengaruh intensif terhadap disiplin kerja karyawan di departemen X
2) Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruangan kantor terhadap
efisiendi kerja di departemen X. Contoh pertama dengan satu
variabel independen dan dan contoh kedua dengan dua variabel
independen.
c. Hubungan Interaktif/resifocal/timbal balik
Hubungan Interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
Disini belum di ketahui variabel independen dan dependennya.
Conothnya :
1) Hubungan antara motivasi dan prestasi. (Ini keduanya masih bisa
saling mempengaruhi)
2) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. (kedua variabel ini
bisa saling mempengaruhi).
2. Fakta masalah
Dalam menyusun latar belakang masalah, ada baiknya anda memikirkan
terlebih dahulu fakta masalah yang akan anda jadikan sebagai fokus masalah.
Karena masalah sebenarnya adalah kesenjangan antara sesuatu yang diharapkan
dengan suatu kenyataan ( das sollen-das sein).
4. Jelaskan masalahnya
Membuat susunan latar belakang masalah, anda dapat menyusunnya dari
hal yang umum dulu kemudian baru hal yang khusus. Atau sebaliknya, anda
dahulukan yang khusus kemudian yang umum.
Contoh :
Kebijakan BPJS kesehatan di Indonesia
Masalah yang di pilih :
a) Sosialisasi
b) Pelayanan
Poin ini kita anggap sebagai masalah dominan, krusial, dan aktual. Nah, saat
menjelaskan masalahnya dalam latar belakang masalah penelitian, dua cara
menyusunnya di atas dapat anda jadikan pedoman yakni :
a. UMUM KHUSUS
b. KHUSUS UMUM
Penjelasan :
A. Umum khusus
Dalam poin ini, anda dapat membicarakan yang umum dulu. Akan tetapi
jangan menyimpang dari kedua masalah krusial di atas.Caranya :
1. Carilah Peraturan-perundangan yang berlaku atas kebijakan BPJS
Kesehatan. Kemudian analisis ketidak-efektifan, dan simpulkan. Misalnya,
menurut peraturan BPJS kesehatan No.1 tahun 2014 bla.blas,bla dan seterusnya.
2. Temukan fakta lapangan tentang sosialisasi dan pelayanan BPJS
Kesehatan
3. Temukan teori terkait sosialisasi dan sistem pelayanan yang baik. Sesuai
atau tidak dengan peraturan?
4. Jelaskan kondisi masyarakat terkait adanya kebijakan BPJS Kesehatan.
5. Buat alasan mengapa anda memilih judul ini.
B. Khusus Umum
Cara ini mendahulukan hal-hal yang khusus dulu untuk di bahas. Atau
utarakan dulu maksud dan tujuan memilih judul, kemudian mengutarakan hal
yang umum. Cara ini merupakan kebalikan dari cara Umum Khusus.
Jadi tips dan trik menulis laporan penelitian, baik itu journal, skripsi,
maupun tesis dan disertasi, adalah seperti langkah-langkah yang saya sebutkan di
atas. Sebagai referensinya saya memiliki pedoman sendiri dari kampus, buku-
buku. Salah satu Buku yang sering menjadi rujukan saya adalah susunan Prof.Dr.
Sugiyono tentang Motode penelitian administrasi,dan lain sebagainya. Inti dari
semua itu, hal yang penting anda ketahui adalah mengetahui masalah di sekitar
anda. Bagaimana mungkin anda akan menulis sebuah karya ilmiah jika
masalahnya anda tak ketahui? Jika anda memaksakan diri menulis karya ilmiah
yang bukan anda ketahui, usahakanlah banyak bertanya, dan membaca buku. Hal
yang seperti ini biasanya jika anda memilih jurusan kuliah yang bukan minat
anda.
BAB III
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN RUMUSAN MASALAH
PENELITIAN
BAB V
KERANGKA TEORI
Dalam hal ini contohnya adalah pada penelitian tentang factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku pemberian ASI. Berdasarkan judul tersebut maka peneliti
harus memahami teori konsep perilaku, variabelnya apa saja yang termasuk dalam
kategori factor yang mempengaruhi.
Faktor Pendorong
Sikap Petugas
Sikap Orang tua
BAB VI
HIPOTESA
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsure terpenting dalam kehidupan.
Dengan dilakukannya penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu
pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian
maka harus diawali dengan berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian
penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang
sistematis. Salah satu hal terpenting yang dilakukan dalam penelitian kuantittif
adalah merumuskan hipotesis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan beberapa masalah
yaitu:
C. Pengertian Hipotesa
Ibnu Subiyanto (2008: 40-41) Hipotesa dari sua kata latin “Hypo” yang
berarti sebelum dan “thesis” yang berarti dalil . Apabila dua kata tersebut
dirangkai menjadi satu kalimat baru (kata majemuk) berarti dalil yang dianggap
belum menjadi dalil yang sebenarnya. Karena perlu pembuktian terhadap
kebenarannya. Hipotesa dapat dibedakan dari segi preferensinya, yaitu hipotesa
major (utama) dan hipotesa minor (pendukung).
Pernyataan hipotesis yang baik memiliki beberapa kriteria. Berikut ini dua
kriteria pernyataan hipotesis baik (Kerlinger, 2006: 30).
E. Menyatakan Hipotesa
Nazir (2005: 154) menyatakan bahwa menemukan suatu hipotesis
merupakan kemampuan peneliti dalam mengaitkan masalah-masalah dengan
variabel-variabel yang dapat diukur dengan menggunakan suatu kerangka analisis
yang dibentuknya. Peneliti harus memfokuskan permasalahan sehingga
hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka.
F. Menguji Hipotesa
Menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan
data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu, a point estimate dan inteval
estimate atau sering disebut confidence interval. A point estimate adalah suatu
taksiran parameter populasi berdasakan satu nilai data sampel. Sedangkan interval
estimate adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval data
sampel.
Contoh:
- Hipotesis directional
Hipotesis nul : H0 : tidak ada perbedaan tinggi badan antara pria dan wanita.
Hipotesis alternatif : H1 : Pria lebih tinggi dari wanita.
- Hipotesis non-directional
H0: tidak ada perbedaan tinggi badan antara pria dan wanita.
H1 : ada perbedaan tinggi badan antara pria dan wanita.
Hipotesis yang dibuat harus konsisten dengan masalah penelitian yang telah
dirumuskan. Perlu ada teori/argumen yang dapat dipertanggung-jawabkan untuk
dukung jawaban sementara tersebut.
Contoh :
Hipotesis :
H0 - Tidak ada hubungan antara raut muka berikut ini dengan jumlah uang saku
yang diperoleh mahasiswa (a. marah, b. gembira, c. sedih)
H1 - Ada hubungan antara raut muka berikut ini dengan jumlah uang saku yang
diperoleh mahasiswa (a.marah, b. gembira, c. sedih)
Pada umumnya penelitian deskriptif tidak dapat dihipotesiskan karena hanya satu
variabel saja. Hipotesis butuh lebih dari satu variabel untuk melihat keterkaitan
mereka. Penelitian korelasi dan eksperimen bisa dihipotesiskan
BAB VII
DESAIN PENELITIAN
4. STRATEGI PENELITIAN
Strategi adalah cara dalam melaksanakan suatu proyek atau cara dalam
mencapai tujuan. Strategi sama dengan metode, berasal dari bahasa Yunani yaitu
methodos yang berarti jalan atau cara. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka
metode menyangkut masalah-masalah kerja untuk memahami obyek yang
menjadi sasaran ilmiah yang bersangkutan (Koentjaraningrat, 1982 : 7).
Metodologi atau strategi penelitian yaitu cara yang tepat melakukan sesuatu
dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat,
merumuskan, dan menganalisis sampai menyusun laporan.
Berikut beberapa strategi penelitian :
1. Studi kasus
Strategi yang banyak digunakan dalam penelitian kualitatif walaupun
tidak semua peneliti studi kasus ini adalah peneliti kualitatif.
2. Survey
Untuk memetakan masalah secara singkat serta cepat
3. Eksperimen
Untuk melihat pengaruh variable satu terhadap variable lainnya.
5. METODE METODE PENELITIAN
Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur atau langkah-
langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu. Jadi metode penelitian
adalah cara sistematis untuk menyusun ilmu pengetahuan. Sedangkan teknik
penelitian adalah cara untuk melaksanakan metode penelitian. Metode penelitian
biasanya mengacu pada bentuk-bentuk penelitian.
Macam-macam metode penelitian
Mengacu pada bentuk penelitian, tujuan, sifat masalah dan pendekatannya. Ada
empat macam metode penelitian yaitu :
1. Metode eksperimen (mengujicobakan)
Adalah penelitian untuk menguji apakah variabel-variabel ekperimen efektif
atau tidak. Untuk menguji efektif tidaknya harus digunakan variabel kontrol.
Penelitian eksperimen adalah untuk menguji hipotesis yang dirumuskan secara
ketat. Penelitian eksperimen biasanya dilakukan untuk bidang yang bersifat eksak.
Sedangkan untuk bidang sosial biasanya digunakan metode survey eksplanatory,
metode deskriptif, dan historis.
2. Metode verifikasi (pengujian)
Yaitu untuk menguji seberapa jauh tujuan yang sudah digariskan itu tercapai
atau sesuai atau cocok dengan harapan atau teori yang sudah baku. Tujuan dari
penelitian verifikasi adalah untuk menguji teori-teori yang sudah ada guna
menyusun teori baru dan menciptakan pengetahuan-pengetahuan beru. Lebih
mutakhirnya, metode verifikasi berkembang menjadi grounded research yaitu
metode yang menyajikan suatu pendekatan baru. Dengan data sebagai sumber
teori (teori berdasarkan data).
3. Metode deskriptif (mendeskripsikan)
Yaitu metode yang digunakan untuk mencari unsur-unsur, ciri-ciri, sifat-sifat
atau fenomena. Metode ini dimulai dengan mengumpulkan data, menganalisis dan
menginterprestasikannya. Metode deskriptif dalam pelaksanaannya dilakukan
melalui: teknik survey, studi kasus (bedakan dengan suatu kasus), studi
komparatif, studi tentang waktu dan gerak, analisis tingkah laku, dan analisis
dokumenter.
4. Metode historis (merekrontruksi)
Yaitu suatu metode penelitian yang meneliti sesuatu yang terjadi di masa
lampau. Dalam penerapanya, metode ini dapat dilakukan dengan suatu bentuk
studi yang bersifat komparatif-historis, yuridis, dan bibliografik. Penelitian
historis bertujuan untuk menemukan generalisasi dan membuat rekrontruksi masa
lampau. Dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi serta
mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta-fakta dan bukti-bukti guna
memperoleh kesimpulan yang kuat.
BAB VIII
MENGKOMUNIKASIKAN PENELITIAN
b. Pengetikan
1. Jenis huruf yang digunakan adalah Times New Roman dengan
ukuran (font size) 12 dan untuk seluruh naskah digunakan jenis
huruf yang sama.
a. Huruf miring tidak diperkenankan kecuali untuk istilah asing.
b. Lambang huruf Yunani atau tanda-tanda yang tidak bisa
diketik, ditulis dengan rapi memakai tinta hitam.
2. Spasi digunakan untuk teks dalam proposal adalah 2 spasi dan 1
spasi untuk teks yang digunakan dalam abstrak, kutipan langsung
yang panjangnya lebih dari 5 baris, catatan kaki, judul tabel, dan
judul gambar yang terdiri atas dua baris atau lebih serta daftar
pustaka. Khusus untuk kutipan langsung diketik agak menjorok
(masuk) kedalam dengan 7 ketukan.
3. Alinea baru dimulai denganketukan huruf pertama agak menjorok
kedalam sebanyak 6 ketukan dari batas tepi kiri.
4. Batas tepi pengetikan diatur dari tepi kertas adalah:
a. Tepi atas : 4 cm
b. Tepi bawah : 3 cm
c. Tepi kanan : 3 cm
d. Tepi kiri : 4 cm
5. Awal kalimat harus menggunakan huruf besar. Bilangan, lambang
atau rumus kimia yang memulai suatu kalimat harus ditulis
lengkap.
6. Bilangan dan satuan
a. Bilangan diketik dengan angka, kecuali pada awal kalimat
misalnya: 15 g bahan.
b. Bilangan decimal dinyatakan dengan koma, bukan dengan
titik, misalnya: berat badan 50,5 kg.
c. Satuan dinyatakan dengan singkatan resmi tanpa titik
dibelakangnya, misalnya: gr, mg, kg.
7. Penulisan judul, sub judul dan anak judul semuanya tanpa diakhiri
dengan titik.
c. Penomoran
1. Penomoran halaman judul ditulis dalam angka romawi kecil.
2. Nomor halaman ditempatkan pada sebelah kanan atas.
3. Jika dalam laporan penelitian terdapat sejumlah persamaan atau
persamaan sistematis dilakukan dengan angka arab yang
ditempatkan di dekat tepi kanan diantara 2 tanda kurung.
4. Nomor halaman diketik dengan jarak 3 cm dar tep kanan dan 1,5
dari tepi atas atau tepi bawah.
e. Kutipan
Macam-macam kutipan:
1. Kutipan langsung adalah kutipan yang dilakukan persis
sepertisumber aslinya, baik bahasa maupun susunan kata dan
ejaannya. Kutipan langsung ada 2 yaitu:
a. Kutipan langsung tidak lebih dari 40 kata.
b. Kutipan langsung lebih dari 40 kata.
c. Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang hanya mengambil
pokok-pokok pikiran atau semangatnya saja dan dinyatakan
dengan kata-kata dan bahasa sendiri tanpa tanda kutip.
f. Bahasa
Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia yang baku dan
kalimat-kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang
kedua.
g. Penulisan Nama
1. Tulisan oleh satu nama penulis
Contoh :
a. Calvin (1992) mengeksplorasi......
b. Pada tahun 1992, Calvn menemukan........
2. Tulisan oleh dua penulis
Contoh:
a. Othmer dan Calvin (2000) dlam suatu studi di Australia
menemukan....
b. Studi di Australia (Othmer dan Calvin, 2000).....
3. Tulisan oleh lebih dari dua penulis
Contoh:
a. Calvin et al. (1993) menyatakan.....
b. Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa....(Calvin et al,
1993)
4. Institusi sebagai penulis
Contoh:
a. Depkes (1993).......
b. Hasil survey kesehatan di Indonesia......(Depkes, 1993)
5. Penulisan dengan nama belakang yang sama
Contoh:
a. R.D. Luce (1989) and P.A Luce (1998) meneliti.....
J.M. Goldberg and Neff (1961) dan M.E. Goldberg and Ruth
(1972) meneliti......
h. Daftar Pustaka
Daftar pustaka berasal dari mana saja yang paling penting sumber
yang diterima sesuai dengan kajian dan sebelumnya telah dibuktikan
kebenarannya, contoh berasal dari:
1. Buku
2. Referensi “Di Dalam”
3. Seminar atau pertemuan
4. Kamus
5. Tesis, skripsi, dan disertasi
6. Artikel jurnal
7. Artikel koran
8. Web sites
A. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau
yang menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian. Sifat keadaan
dimaksud bisa berupa sifat, kuantitas, dan kualitas yang bisa berupa
perilaku, kegiatan, pendapat, pandangan penilaian, sikap pro-kontra,
simpati-antipati, keadaan batin, dan bisa juga berupa proses.
Menurut Husen Umar (2005:303) pengertian objek penelitian
adalah sebagai berikut :
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang
menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan,
bias juga ditambahkan dengan hal-hal lain jika dianggap perlu.”
Sedangkan menurut Sugiyono (2009:38) pengertian objek
penelitian adalah sebagai berikut :
“Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di
pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Sedangkan menurut I Made Wirartha (2006:39) pengertian objek
penelitan adalah :
“Objek penelitian (variable penelitian) adalah karakteristik tertentu
yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang berbeda untuk unit atau
individu yang berbeda atau merupakan konsep yang diberi lebih dari satu
nilai.”
Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek
penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan
tertentu untuk mendapatkan data tertentu yang mempunyai nilai, skor atau
ukuran yang berbeda.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipe;ajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009).
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian
berupa benda. Semua benda yang memeliki sifat (atribut) atau cirri,
adalah subjek yang bisa diteliti. Populasi dibagi menjadi dua, yakni
populasi finit yaitu populasi yang pasti, dan infinit yaitu populasi yang
anggotanya tidak pasti.
Populasi atau sering juga disebut universe merupakan sebagai
keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang cirri-cirinya akan
diduga atau ditaksir (estimated). Oleh karena itu, populasi juga sering
diartikan sebagai kumpulan objek penelitian dari mana data akan
dijaring atau dikumpulkan. Dengan demikian populasi merupakan
semua elemen atau indiidu dari mana data atau informasi akan
dikumpulkan.
Populasi dalam penelitian bisa berupa orang (individu, kelompok,
organisasi, komunitas, atau masyarakat) maupun benda, misalnya
jumlah terbitan media massa, jumlah artikel dalam media massa,
jumlah rubric, dan sebagainya (terutama jika penelitian kita
menggunakan teknik analisis isi (content analysis)).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari
populasi.
Dalam penelitian, yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian
dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik sampling
jumlahnya ditentukan oleh rumus atau suatu formula, dengan tujuan
untuk mewakili populasi dalam suatu uji olah data dari suatu penelitian
tertentu.
Sugiyono (2010: 62) menyebutkan bahwa sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi.
C. Teknik Sampling dan Menentukan Ukuran Sampel
1. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel dalam suatu penelitian disebut teknik
sampling atau sampling saja. Prinsip sampling adalah representativitas.
Representativitas sampel ditentukan oleh:
a. Homogenitas populasi
b. Besar kecilnya sampel yang dikehendaki
c. Banyaknya ciri atau karakteristik subjek yang akan diteliti
d. Teknik pemilihan sampel yang tepat atau memadahi (adekuat)
Pada garis besarnya hanya ada dua jenis sampel, yaitu sampel-
sampel probabilitas (probability samples) atau sering disebut random
sample (sampel acak) dan sampel-sampel nonprobabilitas (non bability
samples). Tiap-tiap jenis sampel-sampel ini terdiri dari berbagai
macam pula. Pada prinsipnya teknik atau metode pengambilan sampel
ini dibedakan menjadi dua, yakni: teknik random (acak), dan teknik
non-random.
Tidak jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (2005) juga
memberikan beberapa panduan untuk menentukan ukuran sampel
yaitu:
a. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat
untuk kebanyakan penelitian
b. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita,
junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk
tiap kategori adalah tepat
c. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda),
ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel
dalam penelitian
d. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol
eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin
dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
A. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan
data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari
seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (face to face). Jadi data tersebut diperoleh langsung dari
responden melalui suatu pertemuan atau percakapan. Wawancara sebagai
pembantu utama dari metode observasi. Gejala-gejala social yang tidak dapat
terlihat atau diperoleh melalui observasi dapat digali dari wawancara.
Wawancara bukanlah sekedar memperoleh angka lisan saja, sebab dengan
wawancara peneliti akan dapat:
a. Memperoleh kesan langsung dari responden
b. Menilai kebenaran yang dikatakan yang dikatakan oleh responden
c. Membaca air muka (mimik) dari responden
d. Memberikan penjelasan bila pertanyaan tidak dimengerti responden
e. Memancing jawaban bila jawaban macet
Wawancara/ Interview merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam ( in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk
tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan social yang relative lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai
responden adalah seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi
suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan
nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara,
yaitu autoanamnesa ( wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden)
dan aloanamnesa ( wawancara dengan keluarga responden).
1. Beberapa tips saat melakukan wawancara:
a. Mulai dengan pertanyaan yang mudah
b. Mulai dengan informasi fakta
c. Hindari pertanyaan multiple
d. Jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport
e. Ulang kembali jawaban untuk klarifikasi
f. Berikan kesan positif
g. Control emosi negative
3. Teknik wawancara
Berhasil atau tidaknya wawancara pada garis besarnya tergantung pada tiga
hal, yaitu hubungan baik antara interviewer dan interviewee, keterampilan
sosial interviewer, serta pedoman dan cara pencatatan.
a. Hubungan baik antara pewawancara dengan sasaran
Dalam suatu wawancara, interviewee akan memberikan informasi-
informasi atau menajwab peratanyaan-pertanyaan dengan baik atau benar,
apabila tercipta suasana yang bebas dan tidak kaku. Suasana seperti ini
akan dapar terbentuk apabila ada hubungan yang baik, saling percaya
mempercayai antara pewawancara dengan yang diwawancarai. Suasana
semacam ini disebut “rapport”. Jadi tugas pertama dari pewawancara
adalah menciptakan “rapport” ini. Untuk menciptakan keadaan semacam
ini dapat dicapai dengan :
1.) Lebih dahulu mengadakan pembicaraan pendahuluan atau “warming
up” untuk perkenalan sekaligus menjelaskan tujuan wawancara.
2.) Menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, apabila
mungkin menggunakan bahasa sehari-hari responden, atau mungkin
bahasa daerah.
3.) Masalah dengan permasalahan yang sesuai dengan minat atau keahlian
responden, sehingga mereka tertarik lebih dahulu.
4.) Menciptakan suasana yang bebas dan santai, sehingga responden tidak
merasa tertekan atau terpaksa.
5.) Hindarkan kesan-kesan yang terburu-buru, tidak sabar, dan sikap yang
kurang menghargai (sinis).
6.) Memberikan sugesti kepada interviewee bahwa keterangan atau
jawaban mereka sangat berharga,tetapi dijaga pula jangan sampai
mereka “overacting”.
7.) “probing” (menstimulasi percakapan) apabila jawaban itu masih
kurang lengkap atau mungkin macet (tidak memperoleh jawaban dari
interviewee, pancinglah sehingga jawaban muncul). Hal semacam ini
disebut “probing”. Probing juga diperlukan untuk mengarahkan atau
menyaring jawaban-jawaban yang relevan.
8.) Hendaknya bersikap hti-hati, jangan sampai menyentuh titik-titik kritis
(critical points) dari interviewee, misalnya hal-hal yang sangat sensitif
dan rahasia.
9.) Harus memegang teguh kode etik interviewer antara lain tidak
membicarakan dengan pihak siapapun tentang rahasia dari interviewee.
b. Keterampilan sosial interviewer
Seorang pewawancara disamping mempunyai tugas untuk menciptakan
“rapport” dengan responden, ia juga harus mempunyai penampilan diri
yang baik. Dengan kata lain, ia harus mempunyai keterampilan sosial,
ketarampilan sosial tersebut antara lain :
1) Bersikap ramah, sopan, dan berpakaian rapi.
2) Menggunakan bahasa yang sopan, ringkas dan mudah ditangkap.
3) Bersikap luwes, supel, dan bijaksana.
4) Menggunakan nada suara yang menarik, tidak terlalu keras, tetapi tidak
terlalu lembut juga.
5) Bersikap responsive, pada saat-saat tertentu dapat ikut merasakan
sesuatu yang terjadi pada diri interviewee. Misalnya, bila interviewee
sedang menceritakan penderitaan atau kegembiraannya, interviewer
dapat ikut menghayati.
6) Memberikan sugesti yang halus, tetapi tidak sampai mempengaruhi
jawaban responden.
7) Menunjukkan sikap keterbukaan dan setia, sukarela, tidak
menunjukkan sikap tertutup dan terpaksa.
8) Apabila interviewer menggunakan alat-alat pencatat (kuisioner
misalnya), gunakanlah secara informal. Bila mungkin tidak sampai
terlihat oleh interviewee.
9) Waktu bicara tataplah wajah interviewee, demikian pula waktu
mendengarkan jawaban-jawaban mereka.
10) Lebih baik menyebut nama responden dari pafda hanya menyebut
bapak, ibu, anda, atau saudara. Misalnya : “ Berapa anak-anak pak
Amin ?” lebih baik dari pada : “Berapa anak bapak ?”
c. Pedoman dan cara pencatatan wawancara
Untuk pedoman pencatatan suatu wawancara akan dibahas tersendiri di
dalam “prinsip-prinsip penyusunan kuisioner “. Disini hanya akan dibahas
tentang cara melakukan pencatatan data wawancara. Secara garis besarnya
pencatatan data wawancara dapat dilakukan dengan lima cara yaitu
pencatatan langsung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan alat recording,
pencatatan dengan field rating, dan pencatatan dengan field coding.
1) Pencatatan langsung
Maksudnya pewawancara langsung mencatat jawaban-jawaban dari
interviewee, sehingga alat-alat dan pedoman penelitian interviewer
harus selalu siap di tangan. Memang hal ini ada keuntungannya, bahwa
interviewer belum lupa tentang jawaban-jawaban atau data yang
diperoleh. Tetapi kerugiannya, hubungan atara pewawancara dan
responden menjadi kaku dan tidak bebas, sehingga rapport dapat
terganggu.
2) Pencatatan dari ingatan
Dalam jenis pencatatan ini, pencatatan dilakukan setelah wawancara
selesai seluruhnya. Jadi dalam wawancara ini tidak memegang apa-
apa, sehingga hubungan antara kedua belah pihak tidak terganggu, dan
rapport mudah tercipta. Tetapi cara ini mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain :
i. Banyak data atau jawaban yang hilang karena terlupakan.
ii. Banyak data yang terdesak oleh keterangan-keterangan lain yang
oleh informan diceritakan secara menonjol dan dramatis.
iii. Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu yang agak
lama akan mengandung banyak kesalahan.
iv. Sering juga data yang dicatat dari ingatan kehilangan sarinya.
Beberapa ahli mengatakan bahwa rata-rata 25 % dari data yang hanya
didasarkan pada ingatan mengandung kesalahan (Sosiolog payne).
Penelitian lain (Symonds dan Dietrich) memperhitunhkan bahwa rata-
rata hanya 39 % dari data wawancara yang dapat dicatat dengan
ingatan, kalau dilakukan segera pada hari wawancara itu dilakukan.
Tetapi bila dilakukan dua hari setelahnya, hanya 30 % dan hanya 23%
bila pencatatan dilakukan seminggu setelah wawancara.
3) Pencatatan dengan alat recording
Pencatatan dengan alat recording ini sangan memudahkan wawancara,
karena dapat mencatat jawaban secara tepat dan detail. Pada saat ini
banyak alat-alat elektronik semacam ini yang berukuran mini yang
mudah dibawa kemana-kemana dan tanpa memerlukan persiapan yang
berarti serta tidak terlalu mencolok.
Tetapi kelemahan pencatatan dengan alat ini adalah memerlukan kerja
dua kali. Sebab interviewer harus menyalin atau menulis lagi dari alat
recording tersebut. Disamping itu pencatatan semacam ini lebih mahal.
4) Pencatatan dengan field rating (Dengan Angka)
Sebelum mengadakan pencatatan dengan sendirinya interviewer
mempersiapkan terlebih dahulu formulir isian atau kuesioner mengenai
data yang akan dikumpulkan, dan sekaligus memperhitungkan jawaban
yang digolongkan ke dalam beberapa kategori. Tiap-tiap kategori
diberi nilai atau “kata nilai”. Misalnya kita ingin mengukur tanggapan
dan penilaian terhadap program keluarga berencana, maka jawaban
yang kita sediakan :
i. Sangat Setuju Sekali dengan angka 5
ii. Sangat Setuju dengan angka 4
iii.Setuju dengan angka 3
iv.Tidak Setuju dengan angka 2
v. Sangat Tidak Setuju dengan angka 1
vi.Tidak Ada Tanggapan dengan angka 0
5) Pencatatan data wawancara dengan kode (field coding)
Seperti pada field rating, jawaban responden tidak dinilai dengan
angka “kata angka”, tetapi hanya dengan tanda atau kode saja.
Biasanya kode tersebut berupa huruf-huruf atau angka-angka dan tanda
lain yang mengkiaskan jawaban-jawabannya. Missal dengan huruf A,
B, C, D dan sebagainya.
Atau dengan tanda positif (+) atau tanda negative (-), untuk jawaban
“Ya” atau “Tidak”.
4. Kelebihan dan kekurangan metode wawancara
a. Kelebihan :
1) Metode ini tidak akan menemui kesulitan meskipun respondennya
buta huruf, atau pada lapisan masyarakat yang pada lapisan
manapun, karena alat utamanya adalah bahasa verbal. Dengan
pengertisn, bahwa interviewer harus dapat menyesuaikan bahasa
dan cara dengan latar belakang responden.
2) Karena keluwesan dan fleksibilitasnya ini, maka metode
wawancara dapat dipakai sebagai verifikasi data terhadap data
yang diperoleh dengan cara observasi ataupun angket.
3) Kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai untuk
mengadakan observasi terhadap perilaku pribadi.
4) Merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala
psikis, terutama yang berada di bawah sadar.
5) Dari pengalaman para peneliti, metode ini sangat cocok untuk
digunakan di dalam pengumpulan data-data sosial.
b. Kekurangan :
1) Kurang efisien, karena memboroskan waktu, tenaga, pikiran, dan
biaya.
2) Diperlukan adanya keahlian atau penguasaan bahasa dari
interviewer.
3) Memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja memutar
balikkan jawaban. Bahkan memberikan kemungkinan interviewer
untuk memalsu jawaban yang dicatat di dalam catatan wawancara
(tidak jujur).
4) Apabila interviewer dan interviewee mempunyai perbedaan yang
sangat mencolok, sulit untuk mengadakan rapport sehingga data
yang diperoleh kurang akurat.
5) Jalannya interview sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
sekitar, sehingga akan menghambat dan mempengaruhi jawaban
dan data yang diperoleh.
B. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif
dan penuh perhatian untuk menyadari adanya rangsangan. Mula-mula
rangsangan dari luar mengenai indra, dan terjadilah pengindraan, kemudian
apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya
pengamatan. Contoh : Sebuah mobil di depan kita akan menyebabkan
pengindraan pada kita. Apabila mobil itu menarik perhatian kita, maka akan
terjadi proses pengamatan. Pada pengindraan tidak disertai keaktifan jiwa,
sedangkan pada pengamatan disertai keaktifan jiwa.
Dalam penelitian, pengamatan atau observasi adalah suatu prosedur yang
berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah
dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
Jadi dalam melakukan observasi bukan hanya mengunjungi, “melihat”, atau
“menonton” saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian khusus dan
melakukan pencatatan-pencatatan. Ahli lain mengatakan bahwa observasi adalah
studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena sosial dan gejala-gejala
psychis dengan jalan “mengamati” dan “mencatat”.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang
(tempat), pelaku, kegiatan, objek, perilaku dan perbuatan, kejadian atau
peristiwa, waktu dan perasaan.
1. Alasan peneliti melakukan observasi adalah:
a. Untuk menyajikan gambaran realistic perilaku atau kejadian,
b. Untuk menjawab pertanyaan,
c. Untuk membantu mengerti perilaku manusia
d. Untuk evaluasi, yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu
melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut
2. Pengamatan dan Ingatan
Ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksi kesan. Dalam pengumpulan data melalui pengamatan ini
diperlukan ingatan yang cepat, setia, teguh, dan luas. Ingatan yang cepat,
artinya dalam waktu singkat dapat memahami sesuatu hal tanpa menjumpai
kesukaran-kesukaran. Setia, artinya kesan-kesan yang telah diterimanya akan
disimpan sebaik-baiknya, tidak akan berubah. Teguh, artinya dapat
menyimpan kesan waktu lama, tidak mudah lupa. Luas, artinya dapat
menyimpan kesan yang banyak.
Tetapi pada umumnya kita sulit untuk mempunyai sifat-sifat ingatan
seperti tersebut diatas. Oleh sebab itu, untuk mengatasi kelemahan ini dan
untuk mengurangi timbulnya kesalahan-kesalahan, observasi dapat dibantu
dengan jalan :
1. Mengklasifikasikan gejala-gejala yang relevan.
2. Observasi diarahkan pada gejala-gejala yang relevan.
3. Menggunakan frekuensi pengamatan yang lebih sering.
4. Melakukan pencatatan dengan segera.
5. Didukung pula oleh alat-alat mekanik/elektronik seperti alat pemotret,
film, tape recorder, dan lain-lain.
3. Sasaran pengamatan
Apabila seorang peneliti terjun ke tengah-tengah masyarakat akan
dijumpai banyak sekali kenyataan atau gejala-gejala sosial yang dijadikan
sasaran pengamatan. Tetapi tidak semua yang dilihat dan diamati itu
diperlukan dalam penelitian. Oleh karena itu, dalam menghadapi sasaran
pengamatan,peneliti akan menjumpai kesukaran dalam menentukan apa yang
harus diamati dan diperhatikan dengan seksama,dan apa yang diabaikan.
Pembatasan tentang sasaran pengamatan ini, sebaiknya
dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum peneliti mulai mengadakan
pengamatan. Untuk membantu pembatasan sasaran penelitian ini, peneliti
dapat mempelajari teori-teori ataupun pengetahuan-pengetahuan tentang
substansi penelitian yang bersangkutan. Dari sini akan diperoleh gambaran
mengenai kenyataan-kenyataan yang perlu diperhatikan dalam mempelajari
masalah sosial tetentu termasuk kesehatan. Misalnya, kita akan mengamati
status sosial ekonomi seseorang, disamping kita dapat mengamati
kekayaannya, kita juga dapat mengamati gejala-gejala lain yang menunjukkan
tinggi rendahnya status sosial orang tersebut, yang semua ini dapat dipelajari
dalam literature atau pengalaman-pengalaman.
Disamping itu, untuk menentukan batas sasaran pengamatan
diperlukan kerangka teori atau konsep yang merupakan teori atau konsep-
konsep dan hipotesis., yang telah disusun dalam suatu rancangan penelitian.
Kemusian konsep ataupun hipotesis tersebut dijabarkan pada instrument yang
lebih konkret (misalnya formulir pengamatan).
4. Beberapa jenis pengamatan
a. Pengamatan Terlibat (observasi partisipatif)
Pada jenis pengamatan ini, pengamat (observer) benar-benar mengambil
bagian dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sasaran pengamatan
(Observee). Dengan kata lain, pengamat ikut aktif berpartisipasi pada
aktivitas dalam kontak sosial yang tengah diselidiki. Jenis teknik ini,
biasanya digunakan dalam penelitian yang bersifat eksploratif atau dalam
penelitian kualitatif. Mula-mula jenis pengamatan ini dipakai dalam
penelitian dibidang antropologi, tetapi akhirnya diterapkan pula terhadap
kesatuan-kesatuan sosial lainnya. Di bidang kesehatan dapat digunakan
biasanya untuk penelitian-penelitian yang terkait dengan perilaku
kesehatan. Misalnya, pola makan, gaya hidup, perilaku penggunaan
jamban keluarga, dan sebagainya.
Suatu hal yang perlu diperhatikan didalam observasi partisipatif ini adalah
jangan sampai observe tahu bahwa pengamat yang berada ditengah-tengah
mereka sedang memperhatikan gerak-gerik mereka. Oleh karena itu, pada
pencatatan-pencatatan yang dibuat oleh pengamat jangan sampai terlihat
oleh sasaran pengamatan. Apabila observe tahu bahwa mereka sedang
diperhatikan (diamati), maka akan terjadi kemungkinan-kemungkinan
sebagai berikut :
a) Tingkah laku mereka akan dibuat-buat.
b) Kepercayaan mereka terhadap pengamat akan hilang, yang akhirnya
menutup diri dan selalu berprasangka.
c) Dapat mengganggu situasi dan relasi pribadi.
d) Akibat dari ini semua kemungkinan akan diperoleh data atau informasi
yang bias.
SKALA PENGUKURAN
Skala Pengukuran
Skala nominal adalah sekala yang paling sederhana, disusun menurut jenis
(kategorinya) atau fungsi bilangan hanya sebagai symbol untuk
membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik yang lainnya.
Skala nominal adalah skala yang hanya mendasarkan pada
pengelompokkan atau pengkategorian peristiwa atau fakta dan apabila
menggunakan notasi angka hal itu sama sekali tidak menunjukkan
perbedaan kuantitatif tetapi hanya menunjukkan perbedaan kualitatif (Uhar
suharsaputra, 2012:72). Adapun ciri-ciri dari skala nominal adalah:
Skala ini adalah pengukuran yang mana skala yang digunakan disusun
secara runtut dari yang rendah sampai yang tinggi. Skala ordinal sekala
yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai skala yang terendah
atau sebaliknya.
Adapun ciri-ciri dari skala ordinal antara lain : kategori data saling
memisah, kategori data memiliki aturan yang logis, kategori data
ditentukan skala berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya.
3. Skala interval
Skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data dengan data
yang lain dengan bobot nilai yang sama, sementara menurut (Uhar) dalam
bukunya, metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif, dan
tindakan, menjelaskan bahwa skala interval adalah skala pengukuran yang
mana jarak satu tingkat dengan yang lain sama. Ciri-ciri dari skala ini
menurut Uhara ada lima :
Skala ini adalah sekala interval yang benar-benar memiliki nilai nol
mutlak. Dengan demikian sekala rasio menunjukkan jenis pengukuran
yang sangat jelas dan akurat.
b) Skala sikap
Skala ini hanya digunakan untuk mengukur sikap, perkembangan ilmu
sosiologi dan pisikologi yang banyak menggunakan ini untuk khusus
mengukur sikap. Beberapa skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian
administrasi, pendidikan dan social antara lain :
1. Skala likert
2. Skala guttuman
Skala guttaman menggunakan dua jawaban yang tegas dan konsisten, yaitu
ya-tidak, postif-negatif, tinggi-rendah, yakin-tidak yakin, setuju-tidak
setuju, dll.
3. Semantic defferesial
Berdasarkan ketiga skala semua data yang diproleh adalah data kualitatif
yang dikuantitatifkan. Sedangkan rating scale adalah data mentah yang
didapar berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.
Dalam model rating scale responden tidak akan menjawab dari data
kualitatif yang sudah tersedia, tapi menjawab dari jawaban kuantitatif,
dengan demikian raing scale lebih fleksibel, tidak terbatas untuk
pengukuran sikap saja.
A. Instrumen Penelitian
Pengertian Instrumen
Jadi untuk mengumpulkan data, paradigma ilmiah memanfaatkan tes tertulis (tes-
pensil-kertas) atau kuesioner atau menggunakan alat fisik lainnya seperti
poligraf,dsb. Pencari-tahu-alamiah dalam pengumpulan data lebih banyak
bergantung pada dirinya sebagai alat pengumpulan data. Hal itu mungkin
disebabkan oleh sukarnya mengkhususkan secara tepat pada apa yang akan teliti.
Di samping itu, orang-sebagai-instrumen memiliki senjata ”dapat-memutuskan”
yang secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dapat
dan dapat mengambil keputusan.
Keuntungan kuesioner :
Kelemahan kuesioner :
Interview yang sering disebut juga dengan wawancara atau kuesioer lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh
peneliti untuk meneliti keadaan seseorang misalnya untuk mencari data
tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian,
sikap terhadap sesuatu.
Salah satu faktor yang mempengaruhi validitas hasil penelitian adalah kualitas
instrument yang digunakan untuk mengambil data. Peneliti harus berusaha
menyusun instrument agar diperoleh instrument yang ampuh. Keampuhan
instrument ditentukan oleh dua hal, yaitu tingkat validitas dan tingkat
reliabilitasnya.
a) Validitas isi, yaitu suatu instrument dikatakan valid jika sesuai standar
isi kurikulum yang berlaku.
b) Validitas konstruk, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaian
instrument dengan konstruksi teoritik di mana instrument itu dibuat
c) Validitas prediktif, yaitu validitas yang didasarkan pada kemamapuan
instrument tersebut memprediksi hal-hal yang akan terjadi di masa-
masa yang akan datang terkait dengan variable yang diukur atau
diungkap
d) Validitas konkuren, yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaiannya
dengan hasil pengukuran insstrumen lain yang terkait dengan variable
yang dilibatkan.
ANALISIS DATA
A. Latar Belakang
Analisis data dimulai dari penyiapan data (data preparation) yang terdiri
atas langkah-langkah yang perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum data benar-
benar dapat dianalisis. Menurut Research Method Knowledge Base, penyiapan
data mencakup kegiatan pemeriksaan kelengkapan data, pembangunan struktur
data, pemasukan data ke komputer, dan transformasi data bila diperlukan.
Untuk memeriksa kelengkapan data, seluruh instrumen penelitian (daftar
pertanyaan, lembar pengamatan) perlu dikumpulkan dan diperiksa. Kemudian,
setiap instrumen perlu diklasifikasikan, misalnya instrumen wawancara
tersendiri dan instrumen pengamatan tersendiri dan masing-masing dipilah
berdasarkan waktu pengamatan, sebelum masing-masing diperiksa
kelengkapannya. Misalnya, untuk instrumen wawancara, pemeriksaan
dilakukan dalam hal: apakah tanggapan terhadap pertanyaan dapat dibaca dan
sesuai dengan pertanyaan, apakah semua pertanyaan penting dijawab, apakah
jawaban sudah lengkap, dan apakah sudah disertai dengan informasi
kontekstual (nama, waktu, tempat). Kemudian, dirancang bagaimana data akan
dimasukkan ke dalam komputer dalam kaitan dengan struktur folder, program
aplikasi yang akan digunakan untuk memasukkan data, dan aturan mengenai
penamaan file. Pemasukan data ke komputer sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan template yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Bila
diperlukan, data peubah tertentu perlu terlebih dahulu ditransformasi sebelum
memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
tertentu.
Analisis data perlu dibedakan menjadi dua kategori besar, yaitu analisis
kualitatif (qualitative analysis) dan analisis kuantitatif (quantitative analysis).
Seorang peneliti dapat memilih teknik-teknik analisis data dari satu di antara
dua kategori besar ini atau menggabungkan teknik-teknik analisis data
kualitatif dan kuantitatif (mixed methods analysis). Analisis kualitatif
cenderung dipilih oleh peneliti dari bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora
dengan sudut pandang yang cenderung mengarah ke filsafat interpretatif (ke
arah cara pandang pascamodernisme) . Sedangkan dari bidang yang sama
tetapi dengan sudut pandang yang cenderung mengarah ke cara pandang
realisme ilmiah akan memilih teknik-teknik analisis data kuantitatif,
sebagaimana yang dilakukan oleh peneliti dari bidang ilmu-ilmu alam.
1. Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan, baik yang berasal dari sampel
ataupun populasi, untuk keperluan laporan atau analisis, perlu diatur,
disusun dan disajikan dalam bentuk yang jelas dan baik. Data dapat
disajikan dalam dua cara yaitu, dengan tabel dan diagram atau grafik.
Bentuk diagram yang biasa digunakan adalah diagram garis, diagram
lingkaran dan diagram pencar.
2. Ukuran Pemusatan Data
Salah satu ukuran numerik yang menjelaskan ciri-ciri data yang
penting adalah ukuran pemusatan, yaitu ukuran yang menunjukan
pemusatan, yaitu ukuran yang menunjukan pusat segugus data yang telah
diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya. Ukuran
pemusatan data yang paling banyak dilakukan adalah Mean, Median dan
Modus.
3. Ukuran Letak
Selain ukuran pemusatan terdapat pula ukuran letak. Salah satu
dari ukuran letak adalah median yang menunjukan nilai skor tengah dalam
susunan skor yang diurutkan dari yang terkecil sampai yang terbesar.
Dengan demikian, median terletak di tengah-tengah data yang telah
diurutkan dan dapat dianggap bahwa median membagi data yang telah
diurutkan itu menjadi dua sub kelompok yang sama banyak. Dalam hal ini
ukuran letak selain median adalah desil, persentil dan kuartil.
4. Ukuran Keragaman Data
Selain pemusatan data dan ukuran letak, dalam penelitian
deskriptif terdapat ukuran keragaman. Ukuran keragaman menggambarkan
bagaimana berpencarnya data atau menggambarkan seberapa jauh data
menyebar dari rata-ratanya. Ukuran keragaman data ini berbentuk ragam,
atau variansi dan simpangan baku. Pada penelitian deskriptif juga dapat
dilakukan untuk membuat prediksi dengan analisis regresi, mencari
kuatnya hubungan antar variabel melalui analisis korelasi dan membuat
perbandingan dengan membandingkan rata-rata sampel atau poplulasi.
Namun, yang perlu dipahami analisis yang digunakan tidak dimaksudkan
untuk digeneralisasikna sehingga tidak perlu dicari signifikansinya dan
taraf kesalahannya
B. Statistik Inferensial
1. Statistik Parametrik
2. Statistik Nonparametrik .
Statistik nonparametrik merupakan bagian statistika yang parameter
populasinya bebas dari keharusan memenuhi syarat-syarat tertentu seperti
syarat data berkala interval/rasio, syarat pengambilan sampel harus random,
berdistribusi normal (normalitas) dan memiliki varian yang homogen
(homogenitas), model regresi linier, dan sampel lebih besar dari 30. Dalam
statistika non-parametrik indikator-indikator yang dianalisis adalah sisi lain
parameter ukuran objek yang bersangkutan. Pada uji hipotesis komparasi,
seperti yang dipaparkan sebelumya terdapat beberapa uji beda. Uji t (t-test)
digunakan untuk membandingkan sebuah data yang bersifat interval atau rasio
(statistik parametrik) dari maksimum dua kelompok. Apabila data berupa
nominal, maka uji beda atau uji pembandingan dari dua kelompok
menggunakan chi kuadrat. Sementara itu, analisis varian digunakan untuk
membandingkan sebuah data yang bersifat interval atau rasio dari tiga
kelompok atau lebih. Analisis varian dibedakan atas analisis univariat dan
multivariat. Perbedaan antar keduanya terletak pada jumlah variabel dependen
atau variabel terikatnya. Anava univariat digunakan ketika variabel yang
dibandingkan adalah satu variabel terikat sedangkan multivariat digunakan
untuk membandingkan lebih dari 2 variabel terikat. Analisis varian univariat
terdiri dari Anava dan Anacova, sedangkan analisis varian multivariat terdiri
dari Manova dan Mancova. Manova dan Mancova Manova (Multivariate
Analysis of Variance) Manova is a statistical technique that can be used
simultaneously explore relationship between several categorical independent
variable (usually reffered to as treatments) and two or more metric dependent
variable. Manova is useful when the researcher designs an experimental
situation (manipulation of several nonmetric treatment vvariable) ti test
hypothesis concerning the variance in group responses on two or more metric
dependent variable,”(Hair, Black, Babin, Anderson, Tathan, 2006).
Manova adalah teknik statistik yang dapat digunakan secara simultan
untuk mengeksplor hubungan antara beberapa kategori variabel independen
(biasanya berupa perlakuan) dan dua atau lebih variabel dependen. Manova
berguna ketika peneliti mendesain situasi eksperimental (manipulasi beberapa
variabel perlakuan nonmetrik) hipotesis uji t mengenai varian pada respon
kelompok dua tau lebih variabel. Letak perbedaan Manova dan Anova hanya
pada jumlah variabel terikatnya. Anova menganalis hubungan antara beberapa
kategori variabel bebas dengan satu variebel terikat, sementara Manova
menggabungkan dua atau lebih variabel terikat dalam analisis yang sama,
sehingga memungkinkan tes yang dilakukan semakin kuat. Hal ini dapat
dilakukan dan dibenarkan hanya apabila peneliti yakin adanya korelasi di
antara variabel-variabel terikat tersebut. Manova dapat digunakan dalam
analisis data hasil penelitian apabila nilai respon atau variabel dependennya
berjumlah lebih besar atau sama dengan dua.
a. Hipotesis Deskriptif
b. Hipotesis Komparatif
Ho : p = 0
Ha ; p ≠ 0
(p = simbol yang menunjukkan kuatnya hubungan )
dapat di baca : hipotesis nol, yang menunjukkan tidak adanya hubungan ( nol
= tidak ada hubungan ) antara gaya kepemimpinan dengan efektivitas kerja
dalam populasi. Hipotesis alternatifnya menunjukkan ada hubungan ( tidak
sama dengan nol, mungkin lebih besar dari 0 atau lebih kecil dari nol ).
Disusun Oleh
Drs. Nurhidayat Pamungkas M.Pd