Anda di halaman 1dari 2

1.

Gabriel Krisetyawan 175030400111016


2. Septyan Ricardo Constantinus Hulu 175030400111026
3. Mochamad Nezar Gribaldy 175030400111035
4. Abidah Mujahidah 175030401111011
5. Umar Akbar 175030407111023

SUBJEK PAJAK PENGHASILAN

Secara umum, PPh badan merupakan pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima suatu
badan dalam tahun pajak. Dalam Pasal 1 angak 2 Undang-Undang (UU) Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP), sebagaimana dikutip berikut:

“Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas (PT),
perseoran komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.”

Menurut definisi diatas, badan merupakan kesatuan yang mencari laba atau melakukan bisnis
(Profit oriented) dan juga tidak mencari laba atau melakukan bisnis seperti yayasan atau lembaga
swadaya masyarakat (Non-Profit Oriented)

Dalam penjelasan Pasal 1 UU PPh, subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
disebut sebagai wajib pajak. Adapun yang disebut dengan wajib pajak badan adalah badan yang
telah memenuhi kriteria subjektif (masuk dalam lingkup definisi badan) dan kriteria objektif
(memiliki penghasilan yang menjadi objek PPh).

Sesuai ketentuan dalam Pasal 2 UU PPh, subjek pajak badan terdiri dari subjek pajak badan
dalam negeri dan subjek pajak badan luar negeri. Subjek pajak badan dalam negeri memiliki
kriteria didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.

Adapun, subjek pajak badan luar negeri merupakan badan yang tidak didirikan dan/atau tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia
dengan/atau tanpa adanya bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.

BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia, yang dapat berupa:

 tempat kedudukan manajemen;


 cabang perusahaan;
 kantor perwakilan;
 gedung kantor;
 pabrik;
 bengkel;
 gudang;
 ruang untuk promosi dan penjualan;
 pertambangan dan penggalian sumber alam;
 wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;
 perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,atau kehutanan;
 proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;
 pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang
dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;
 badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;
 agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di
Indonesia; dan
 komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan
usaha melalui internet.

Tidak termasuk subjek pajak badan adalah sebagai berikut:

1. unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria berikut:


 pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan;
 pembiayaannya bersumber dari APBN atau APBD;
 penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah; dan
 pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara;
2. kantor perwakilan negara asing; dan
3. organisasi-organisasi internasional dengan syarat Indonesia menjadi anggota
organisasi tersebut dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk
memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada
pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota. Organisasi internasional
yang tidak termasuk subjek pajak ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai