Secara umum, PPh badan merupakan pajak atas penghasilan yang diperoleh atau diterima suatu
badan dalam tahun pajak. Dalam Pasal 1 angak 2 Undang-Undang (UU) Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP), sebagaimana dikutip berikut:
“Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas (PT),
perseoran komanditer, perseroan lainnya, BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk
apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi
massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.”
Menurut definisi diatas, badan merupakan kesatuan yang mencari laba atau melakukan bisnis
(Profit oriented) dan juga tidak mencari laba atau melakukan bisnis seperti yayasan atau lembaga
swadaya masyarakat (Non-Profit Oriented)
Dalam penjelasan Pasal 1 UU PPh, subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan
disebut sebagai wajib pajak. Adapun yang disebut dengan wajib pajak badan adalah badan yang
telah memenuhi kriteria subjektif (masuk dalam lingkup definisi badan) dan kriteria objektif
(memiliki penghasilan yang menjadi objek PPh).
Sesuai ketentuan dalam Pasal 2 UU PPh, subjek pajak badan terdiri dari subjek pajak badan
dalam negeri dan subjek pajak badan luar negeri. Subjek pajak badan dalam negeri memiliki
kriteria didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia.
Adapun, subjek pajak badan luar negeri merupakan badan yang tidak didirikan dan/atau tidak
bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia
dengan/atau tanpa adanya bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia.
BUT adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
Indonesia, yang dapat berupa: