Anda di halaman 1dari 7

PENUGASAN PADA PERTEMUAN KE 2

UNTUK DIBAHAS DAN DISEMINARKAN PADA PERTEMUAN KE 3

MODUL 2
PEMBENTUKAN KARAKTER ISLAMI
Kompetensi Pembentukan Karakter Islami
Agar mahasiswa mengetahui pentingnya eksistensi matakuliah Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata
kuliah MKWU dalam pembentukan karakter bangsa dalam sistem pendidikan nasional, untuk menanggulangi dampak
negatif dari golabalisasi dunia, diharapkan mahasiswa mampu menerima kuliah Pendidikan Agama Islam dalam
pembentukan keperibadian (karekter) Islami pada dirinya, yaitu dengan mempelajari faktor-faktor yang berperan
dalam pembantukan kepribadian (karakter) Islami, baik faktor internal maupun faktor eksternal, sehingga mahasiswa
dapat bersikap dan bertingkah laku dalam pemenuhan kebutuhan SDM-nya sesuai dengan ajaran agma Islam.

1. Eksistensi Matakuliah Pengembangan Keribadian dalam Pembentukan Karakter


Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) adalah matakuliah wajib nasional yang
diberikan pada setiap perguruan tinggi umum (PTU) di Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia Nomor 20 tahun 2003, dan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2012. tentang Pendidikan Tinggi, menyatakan bahwa Perguruan Tinggi Wajib
Memuat Mata Kuliah, sebagai MKWU (Mata Kuliah Wajib Umum):
1.1. Pendidikan Agama (sesuai dengan agama masing-masing).
1.2. Pendidikan Pancasila
1.3. Pendidikan Kewarganegaraan dan
1.4. Bahasa.
Karakter ialah sifat-sifat kejiwaan seseorang yang dapat dilihat dari akhlak atau budi
pekertinya yang membedakan kepribadiannya dengan kepribadian orang lain. Pembentukan Karakter
bangsa Indonesia ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti bangsa Indonesia yang berwawasan
religius dan kebangsaan, berkeadaban dan berkebudayaan Indonesia. Maka pembentukan parakter
bangsa Indonesia sangat penting dilakakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional,
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pentingnya pembentukan karakter bangsa Indonesia tersebut, dilatar belakangi oleh
golobalisasi dunia dewasa ini yang didukung oleh teknologi informasin yang semakin canggih, di mana

1
manusia sebagai warga dunia saat ini hidup tampa dibatasi oleh sekat-sekat geografis (wilayah) dan
sosiologis (hubungan sosial), yang membawa pengaruh positif dan negatif terhadap peradaban dan
kebudayaan bangsa Indonesia. Dampak positifnya adalah kemudahan dan percepatan hubungan antar
manusia dalam tranformasi komunikasi sosial dan transaksi eknomi, transportasi, taransmigrasi dan
kerjasama antar individu, lembaga dan bangsa di belahan dunia ini. Dampak negatifnya adalah
peradaban dan kebudayaan bangsa lain yang tidak sesuai dengan peradaban dan kebudayaan
bangsa kita, ditiru dan dicontoh mentah-mentah oleh sebagaian bangsa kita, baik generasi muda, orang
dewasa dan orang tua, tanpa difilter dengan nilai-nilai ajaran agama yang dianut oleh masing-masing
pribadi, dan nilai-nilai peradaban, dan kebudayaan bangsa kita terlebih dahulu.

Berasarkan kepada kandungan ayat tersebut, maka eksistensi mata kuliah Pendidikan Agama
Islam dalam pembentukan kepribadian Islami untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sangat
penting dilaksanakan, karena seluruh tujuan Pendidikan Nasional sejalan dengan tujuan Pendidikan
Agama Islam. Maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai apabila tujuan pendidikan Agama Islam
telah dicapai terlebih dahulu. Sebagaimana diamanatkan dalam UU SISDIKNAS. 20 Tahun 2003 pasal
37, ayat 1 dan 2, bahwa Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan wajib memuat
Pendidikan Agama. Pada bab V, Pasal 12, (1) diamanatkan bahwa setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapat pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan
diajarkan oleh pendidik yang seagama.
2. Kompetensi Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadia
(MPK)
Kompetensi kelompok MPK ialah agar mahaiswa menguasai nilai-nilai ajaran agama
yang dianutnya, nilai-nilai nasionalisme Indonesia dan kebudayaan Indonesia menjadi warga negara
yang baik, mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, mememiliki kepribadian yang mulia,
berpikir kritis, bersikap rasional, etis, estetis dan dinamis, berwawasan luas dan bersikap demokratis
denberkeadaban.

2
3. Tujuan Mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum bertujuan untuk membentuk kepribadian
mahasiswa yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT, melaksanakan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari, berakhlak mulia sebagaimana akhlak nabi Muhammad SAW., menjadi ilmuan
muslim yang profesional yang memiliki semangat kerja keras, serta menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, memiliki sikap toleransi dalam perbedaan, memiliki rasa ukhuwah Islmiyah dan
persudaraan demi persatuan umat dan kesatuan bangsa Indonesia.
4. Pembentukan Kepribadian Islami
Kepribadian Islami ialah totalitas dari tanpilan (performance) diri seorang muslim sejati
sebagai satu personality (pribadi) yang utuh yang berakhlak islamiyah, yang dibentuk oleh dua faktor,
yaitu faktor internal pembentukan kepribadian dan faktor eksternal pembentukan kepribadian manusia .
4.1. Faktor Internal Pembentukan Kepribadian Manusia
Faktor internal ialah potensi dasar yang telah dimiliki manusia semenjak lahir sebagai modal
dasar Sumber Daya manusia (SDM)muntuk menjalani kehidupannya di dunia, yaitu potensi spiritual,
potensi emosional, potensi intelektual dan potensi biologis.
4.1.1 Potensi spritual ialah potensi beragama Islam (fitrah beragama) untuk mengenal Tuhan Allah
SWT. yang telah diciptaan Allah SWT. semenjak manusia diciptakan-Nya. sebagaimana dalam
firman Allah SWT. QS: al-Rûm (30):30 (Lihat artinya dalam al-Qur’an dan terjemahannya).
Fitrah beragama pada setiap manusia telah ada dibawa oleh ruh yang berasal dari Allah SWT,
semenjak manusia diciptakan Allah SWT. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT.
QS: al-Sajdah (32):7-9 (Lihat artinya dalam al-Qur’an dan terjemahannya).
Ketika sebelum ruh ditiupkan oleh Allah SWT ke dalam tubuh setiap manusia, diwaktu manusia
masih berupa janin berusia 120 hari dalam rahim ibunya, setiap ruh manusia telah bersyahadat
(bersaksi) kepada Allah SWT. bahwa Allah SWT. adalah Tuhannya, sebagai potensi spiritual
kehidupannya, sebagaimana diisyaratkan dalam QS. 7:72:73 (Lihat artinya dalam al-Qur’an dan
terjemahannya).
Dengan potensi spritual inilah manusia mampu mengetahui visi hidup (tujuan hidup) dan misi
hidupnya (fungsi hidup) di dunia ini. Visi hidup manusia adalah untuk mengabdi menyembah
Allah SWT. sebagai ‘abdullah (.hamba.Allah.) untuk memperoleh kehidupan yang bahagia di
dunia, mencari kehidupan yang diredhai Allah SWT dan di akhirat, serta bebas dari azab
neraka, langsung masuk surga. sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT. QS. 51:56,
QS. 2:201-202,dan QS.2:207-208 (Lihat artinya dalam al-Qur’an dan terjemahannya).
Untuk mewujudkan visi hidup manusia itu, Allah swt. memberikan tugas kepada manusia
sebagai khalifah Allah SWT. (wakil Allah SWT.) di bumi, untuk mengelola potensi sumber
daya alam semesta (SDA) dan potensi SDM sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah
SWT. QS. 2:30 dan QS. 6:165 (Lihat artinya dalam al-Qur’an dan terjemahannya).
4.1.2 Potensi emosional, ialah potensi dasar manusia untuk menilai mana yang baik dan mana yang
buruk dalam membentuk cita-cita dan tujuan hidup, yang telah diciptaan Allah SWT. semenjak
manusia diciptakan-Nya, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT. dalam QS: al-
Sajdah (32):9, QS: 91:7-10 (Lihat artinya dalam al-Qur’an dan terjemahannya).
4.1.3 Potensi intelektual adalah potensi dasar manusia untuk berfikir membedakan yang benar dan
yang salah, memikirkan, merenungkan sedalam-dalamnya dalam mengambil setiap keputusan
yang akan diambil dalam kehidupan, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT.
dalam QS 91:9 (Lihat artinya dalam al-Qur’an dan terjemahannya).
4.1.4 Potensi biologis adalah potensi nafsu biologis makan dan minum untuk mempertahankan hidup
dan potensi nafsu biologis seksual untuk mempertahankan keturunan, sebagaimana dalam
frman Allah SWT. QS. al-Baqarah (2): 168-169, QS. 3:14, QS. 4:1, QS. 30:21, dan QS. 24:32
(Lihat artinya dalam al-Qur’an dan terjemahannya).
Setiap potensi dasar SDM tersebut mempunyai kebutuhannya masing-masing yang harus
dipenuhi secara islami, sebagaimana dalam bagan berikut ini
Bagan 1. Kebutuhan dasar Sumbrer Daya Manusia (SDM)

1. Kebutuhan spiritual (Fitrah Beragama). Kebutuhan kepada Tuhan Allah


SWT. yang dipenuhi dengan beriman dan beribadah kepada Allah SWT.
dan mohon perlindungan daripada-Nya

1. Kebutuhan emosional (nilai baik dan indah). Kebutuhan rasa ketuhanan,


yaitu kebutuhan kepada nilai kebaikan dan nilai keindahan hakiki dari
Tuhan, dipenuhi dengan berzikir dan baca al-Qur’an. Kebutuhan rasa
KEBUTUHAN Kemanusiaan, yaitu kebutuhan kepada nilai kebaikan dan nillai
DASAR SDM keindahan antar sesama manusia, dipenuhi dengan saling mencintai,
tolong menolong dan saling membahagiakan.
3. Kebutuhan intelektual. Kebutuhah kepada kebenaran, dipenuhi dengan
menunutut ilmu pengetahuan yang bersumber dari pengalaman hidup
manusia dan yang bersumber dari wahyu Allah SWT, yaitu al-Qur’an.
4. Kebutuhan biologis. Kebutuhan makan dan minum untuk
mempertahan hidup; dipenuhi dengan makanan dan minuman yang
halal dan bergizi, dan kebutuhan seksual untuk melanjutkan
keturunan, yang dipenuhi dengan cara menikah menurut syari’at
Antara pemenuhan kebutuhan yang satu dengan pemenuhan kebutuhan yang lainnya
mempunyai hubungan simbiotik (saling melengkapi dan saling mempengaruhi dalam membentuk sikap
dan tingkah laku manusia). Misalnya ketika manusia mememenuhi kebutuhan makan dan minum untuk
mepertahan hidup dan kebutuhan seksual untuk melanjutkan keturunan, maka haruslah dipenuhi
dengan yang halal, yang baik dan yang benar menurut ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan,
sehingga bernilai ibadah kepada Allah, memberikan ketenteraman, menyenangkan dan kebehagiaan.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut haruslah secara seimbang antara kebutuhan yang
satu dengan kebutuhan lainnya, dengan melakukan berbagai upaya dalam pembentukan kepribadian
Islami melalui Pendidikan Agama Islam. Apabila keempat potensi SDM tersebut telah ditumbuh-
kembangkan dengan baik dengan ajaran Islam, maka manusia akan memiliki empat kecerdasasan SDM
yaitu:
4.1.1 Kecerdasan spiritual Islami (yang dipenuhi secara Islami).
4.1.2 Kecerdasan emosional Islami (yang dipenuhi secara Islami).
4.1.3 Kecerdasan intelektual Islami (yang dipenuhi secara Islami).
4.1.4 Kecerdasan biologis Islami (yang dipenuhi secara Islami).
4.2. Faktor Eksternal Penbentukan Kepribadian Manusia
Faktor eksternal ialah tempat tinggal dan lingkungan sosial ekonomi dimana manusia itu
dilahirkan, dibesarkan, ditumbuh kembangkan dan bermasyarakat, yang mempengaruhi dan
membentuk perkembangan faktor internal SDM. Faktor eksternal SDM antara lain:
4.2.1 Lingkungan fisik ialah kondisi daerah tempat tinggal yang mempengaruh pertumbuhan fisik dan
perkembangan mental manusia, seperti sikap, karakter, watak, gaya bahasa dan kepribadiannya,
sebagaimana diisyaratkan dalam QS:2:22 (Lihat artinya dalam al-Qur’an dan terjemahannya).
4.2.2 Lingkungan sosial ialah lingkungan yang terdiri dari lingkungan rumah tangga/keluarga,
jiran atau tetangga, masyarakat, tempat ibadah, sekolah/kampus, pergaulan, profesi dan tempat-
tempat keramaian seperti daerah wisata, tempat olah raga, tempat hiburan dan lain-lain
sebagainya, yang mempengaruhi pembentukan dan pengembangan kepribadian seseorang,
karena manusia pada dasarnya mempunyai tabiat meniru, mencontoh dan mencoba terhadap apa
yang baru didengar dan yang baru dilihatnya, sebagaimana diisyaratkan dalam QS. 49:13 dan
QS.5:2 (Lihat artinya dalam al-Qur’an dan terjemahannya).
4.2.3 Lingkungan media yaitu semua sumber informasi, seperti media tradisional, mapun modern
seperti, media seni, baik seani bahasa maupun seni gerak, koran, majalah, buku bacaan, radio,
TV, telepon/HP., internet, dan lain-lain sebagainya, yang mempengaruh pembentukan dan
pengembangan kepribadian manusia baik positif maupun negatif.
Karena manusia dilahirkan dan dibesarkan di dalam lingkungan rumah tangga orang tuanya,
maka orang tuanya dan anggota keluarganyalah sebagai faktor eksternal yang pertama dan utama yang
berfungsi dalam pengembangan kepribadiannya, sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah SAW
dalam
hadisnya:
‫ةرطفال ىلع دلىي دىلىم لك‬, ‫ون اـسل ونع برعي ىتـح‬, ‫ونادىهي هاىب أف‬, ‫ونارصـني وأ‬, ‫ون اسجـمـي وأ‬
)‫(عرـــس نب دىــــسألأ هــاورـ‬
Artinya: Setiap anak manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci atau Islami), sampai lancar ia
berbicara, maka orang tuanyalah yang mempengaruhinya menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi
(H.R. al-Aswad bin Sarih).
Setelah manusia mengalami masa remaja lingkungan sosial dan lingkungan medialah yang
sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian manusia.
KEPUSTAKAAN
Al-Syaibani, Omar Muhammad, Al-Thoumy, Prof. DR., Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang,
Jakarta, 1978
Departemen Agama RI., al-Qur’an dan terjemahnya, Postterm. Intermasa, jakarta, 1978.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Basar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat, PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 2008.
Hamidy, Zainuddin dkk. Shahih Bukhsri (Terjemahan), Widjaja Jakarta, 1992
Marimba, AD, Drs., Filsafat Pendidikan Islam, Bina Ilmu, 1978
Nata. Abudin, Pendidikan dalam perspektif al-Qur’an, UIN, Jakarta, 2005
Hadhiri, Choiruddin, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, Gema Insani Press, Jakarta, 2000.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cetakan ke 10, Kalam Mulia, Jakarta, 2013
Said Hawa, Mensucikan Jiwa, Konsep Tazkiyatunnafs, Rabbani Press, Jakarta 1999
Shihab, Quraish, Prof. DR., Wawasan al-Qur’an, Edisi Baru, Mizan, Jakarta, 2007.
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003.
Qomar, Mujamil, Prof. DR. Epistimologi Pendidikan Islam, Gelora Aksara Pratama, Jakarta, 2000.

Anda mungkin juga menyukai