Anda di halaman 1dari 35

MODUL

LATIHAN KADER I (BASIC TRAINING)

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


KOMISARIAT LATIFAH
CABANG TASIKMALAYA
TERM OF REFERENCE (TOR)
BASIC TRAINING LATIHAN KADER (LK) I
HMI KOMISARIAT LATIFAH
CABANG TASIKMALAYA
PERIODE 2023 - 2024

Nama kegiatan Latihan Kader Basic Training (LK 1) Himpunan


Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Latifah Cabang
Tasikmalaya.
Bentuk kegiatan 1. Pelatihan
2. Penyampaian materi
3. Doktrin
Tema Kegiatan “Terbinanya Kepribadian muslim yang berkualitas
Akademis, sadar akan fungsi dan peranannya dalam
berorganisasi serta hak dan kewajibannya sebagai kader
umat dan kader bangsa”
Tujuan Kegiatan “Terbinanya Kepribadian muslim yang berkualitas
Akademis, sadar akan fungsi dan peranannya dalam
berorganisasi serta hak dan kewajibannya sebagai kader
umat dan kader bangsa”

Waktu Dan Tempat Hari/tanggal :Kamis – Minggu . 22-25 Januari 2024.


Tempat: Villa Bukit Djangihe
Waktu: Pukul 15.00 WIB s/d Selesai
Bentuk TOR Pengisian training Latihan Kader 1

A. DASAR PEMIKIRAN

‫َلَقْد َخ َلْقَنا اِاْل ْنَس اَن ِفْٓي َاْح َس ِن َتْقِو ْيٍۖم‬


“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. (Q.S
At-Tin 95 : 4)
Setelah Allah bersumpah dengan empat (4) hal, yaitu, at-Tiin, az-Zaitun,
Thuurisiiniin dan al-Baladil amiin, sebagaimana ayat 1-3, ayat 4 merupakan
jawab sumpah-Nya, bahwa sesungguhnya Allah menciptakan manusia dengan
sebaik-baik dan seindah-indahnya bentuk. Tegak lurus perawakannya, serasi
anggota tubuhnya, indah struktur tubuhnya, makan dengan tangan, dan dapat
membedakan (baik dan buruknya segala sesuatu) dengan ilmu, pikiran, dan
ucapannya. Singkatnya, Allah menciptakan manusia dengan bentuk terbaik serta
dengan segala potensi yang ada. Dalam Al-Qur’an, ada tiga istilah kunci (key
terms) –basyar, insan dan an-nas- yang mengacu pada makna pokok (basic
meaning) dan makna nasabi (relational meaning). Dari penelusuran istilah-istilah
ini diharapkan kejelasan konsep Al-Qur’an tentang manusia.
Isitlah basyar yang disebut 27 kali dalam Al-Qur’an memberikan referent
pada manusia sebagai makhluk biologis. Kata ini dirangkaikan dengan frasa
mislukum sebanyak tujuh kali dan kata mitsluna sebanyak enam kali. Perbuatan
manusia yang dirujuk dengan istilah ini adalah makan, minum, berjalan-jalan di
pasar, raut wajah dan bersetubuh. Ringkasnya, konsep basyar selalu
dihubungkan dengan perbuatan dan sifat biologis manusia. Dari segi inilah
barangkali kita seyogyanya memahami persamaan Rasul dengan manusia.
Kata insan disebut 65 kali dalam Al-Qur’an dan istilah ini digunakan dalam
kitab suci dalam tiga konteks. Pertama, insan dihubungkan dengan
keistimewaannya sebagai Khalifah pemikul amanah. Kedua, insan dihubungkan
dengan predisposisi negatif dalam dirinya. Ketiga, insan dihubungkan dengan
proses penciptaan manusia. Kecuali kategori ketiga, semua konteks insan
merujuk pada sifat-sifat psikologis dan spiritual intelektual.
Term kunci yang paling banyak dipakai Al-Qur’an adalah an-nas yang
disebut sebanyak 240 kali dalam berbagai surah. Penyebutan an-nas tampaknya
mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial. Dari segi jumlah, tampaknya
Al-Qur’an mengisyaratkan pentingnya manusia sebagai makhluk sosial. Indikasi
manusia sebagai makhluk sosial dapat dilihat pada frasa yang digunakan Al-
Qur’an seperti ungkapan wa min an-nas (diantara manusia), Al-Qur’an
memperkenalkan tipologi kelompok. Ada manusia yang bertaqwa, kafir dan
munafik. Di samping itu Al-Qur'an juga mengidentifikasi manusia sebagai
makhluk yang hanya memikirkan kehidupan dunia, berdebat tentang Allah
tanpa ilmu, petunjuk, memusuhi kebenaran dan banyak tipe-tipe lain.
Dengan demikian, Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai makhluk
biologis, psikologis (intelektual, spiritual) dan sosial. Ketiga dimensi harus
terjalin secara integral dalam diri manusia. Tidak boleh yang satu mendominasi
yang lainnya. Kecenderungannya sebagai makhluk biologis seperti
mementingkan kebutuhan-kebutuhan fa’ali (sandang, pangan, papan dan sex)
tidak boleh mendominasi dan lebih menonjol dari dimensi psikologisnya. Jika ini
terjadi, manusia bisa jatuh pada derajat yang paling bawah bahkan lebih rendah
dari binatang.
Pada diri manusia ada potensi yang diciptakan secara fitri, berfungsi
sebagai penggerak tingkah laku manusia. Penggerak tingkah laku ini
mempunyai peranan penting sekurang-kurangnya dalam dua hal. Pertama,
mewarnai corak tingkah laku manusia. Kedua, menentukan makna atau nilai dari
perbuatan tersebut. Dalam bahasa Arab fitrah berarti belahan, kejadian dan
penciptaan. Jika dihubungkan dengan manusia, yang dimaksud dengan fitrah
ialah apa yang menjadi kejadian atau bawaannya sejak lahir atau keadaan
semula. Manusia secara fitrah cenderung pada hanif (cenderung pada kebenaran).
Kecenderungan ini hakikatnya tidak dapat ditolak manusia. Sekiranya ada
manusia yang berbuat buruk, sebelum itu dilakukannya sebenarnya ia telah
melakukan peperangan dalam batin dengan sendirinya.
Dari kajian di atas, tampak bahwa pada satu sisi manusia merupakan
hamba (‘abd) dan pada sisi lain sebagai khalifah. Sebagai ‘abd (basyar) manusia
memiliki keterbatasan. Kulit tidak tahan dibakar atau ditusuk. Sedangkan
sebagai khalifah (insan dan an-nas) manusia memiliki kebebasan yang
selanjutnya diimplementasikan dalam kehidupan sosial manusia.
Dua fungsi manusia tersebut tidak harus dipisahkan, apalagi saling
dihadapkan. Kemanusiaannya akan menjadi utuh ketika ia berhasil
menyeimbangkan dimensi kehambaannya dengan dimensi kekhalifahannya.
Memisahkan salah satu keduanya membuat manusia mengalami keterpecahan
pribadi dan mengalami penyakit kejiwaan seperti kecemasan, kesepian,
kebosanan, perilaku menyimpang dan psikomatik.
Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, dan
kesetaraan di antara manusia tanpa pandang ras, suku, atau negara. Islam juga
mengajarkan untuk berusaha membangun dunia yang lebih baik dan sejahtera,
baik melalui usaha pribadi maupun usaha bersama. Dalam Islam, iman dan amal
saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu, umat Muslim
diajarkan untuk memiliki iman yang kuat serta mengamalkan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Secara keseluruhan, Islam adalah agama yang mengajarkan kepada manusia
untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah SWT dan menjalankan kehidupan
yang benar, bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat, serta memberikan
kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Muslim adalah sebutan bagi
orang yang mengikuti agama Islam. Islam adalah agama monoteistik yang
berpusat pada keyakinan akan keberadaan satu Tuhan yang disebut dengan
Allah. Agama Islam didasarkan pada kitab suci Al-Quran yang diyakini sebagai
firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebagai seorang Muslim, seseorang diharapkan mempercayai dan
meyakini Allah dan menaati ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Quran dan
hadis. Beberapa aspek penting dari agama Islam termasuk ibadah (seperti sholat
dan puasa), moralitas dan etika, penghormatan terhadap orang tua, kesetiaan
dalam perkawinan, dan persaudaraan umat manusia. Muslim juga diharapkan
untuk menghormati keyakinan agama lain dan berperilaku sopan santun
terhadap orang lain. Selain itu, sebagai bagian dari ibadah, Muslim diharapkan
memberikan sedekah dan menolong orang yang membutuhkan. Dalam
keseluruhan, Muslim adalah orang yang mengikuti agama Islam dan berusaha
untuk menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Islam sebagai
Rahmatan Lil’alamin adalah konsep bernegara yang menghantarkan para
penganutnya kepada kebahagiaan hidup dengan melepaskan segala entitas
selain pada tuhan merupakan gagasan cita-cita yang sesuai dengan apa yang
tertera dalam pembukaan Undang-undang dasar 1945. Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai negara yang plural yang memiliki 277, 57 Juta jiwa
memiliki konsep kenegaraan yang jelas dan terarah mampu mengatur para
warganya dalam berhubungan secara individual maupun sosial. Islam dan
Indonesia adalah dua entitas yang tidak dapat dipisahkan ibaratkan dua sisi
mata pisau. Membuat bangsanya yang sering kali terjebak pada simbolis,
fanatisme, dan doktrinasi sehingga menjadi ancaman terhadap persatuan dan
kesatuan Negara Indonesia.

Setiap orang akan melewati peristiwa semasa hidupnya, baik peristiwa


yang bermakna maupun yang tidak bermakna, hal itu menjadi sunatullah.
Peristiwa akan mengandung makna bila seseorang mengambil nilai daripada
peristiwa yang telah terjadi. Dengan kata lain, peristiwa yang dimaksud adalah
sejarah. Menurut Roelan Abdulghani sejarah adalah ilmu yang meneliti kejadian
masa lampau manusia dengan maksud untuk menilai serta kritis hasil
penelitiannya untuk dijadikan pembendaharaan-pedoman dan penentuan masa
sekarang serta arah progress masa depan.
Sejarah tidak hanya dialami oleh manusia tetapi dialami juga oleh seluruh
makhluk ciptaan-NYA baik yang bersifat individu maupun yang bersifat
komunal. Meskipun yang menentukan nilai tersebut adalah hasil dari output
intelektual manusia. Seperti halnya organisasi mempunyai catatan sejarahnya
yang akan senantiasa dikenang dan dijadikan ibrah bagi pengikutnya yang
senantiasa menggunakan akalnya untuk mengambil pelajaran (Az-Zumar : 9).
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sejarah ditempatkan pada
kedudukan yang bernilai tinggi. Setiap ilmu pengetahuan memiliki sejarahnya
masing-masing untuk kemudian dikembangkan menjadi cabang ilmu lainnya.
Seperti halnya Fazlur Rahman menempatkan sejarah sebagai metodelogi
penafsiran al-quran dan hadis yang dikenal dengan istilah penafsiran gerakan
ganda (Double Movement) untuk dijadikan istinbath hukum pada realita
kontemporer masa kini. Menurut Rahman Melihat situasi historis pewahyuan
menjadi urgen karena al-Qur’an adalah respon ilahi dengan media insani, yakni
melalui nalar kenabian (the prophet’s mind). Respon ilahi tersebut ditujukan
pada situasi sosial-moral yang terjadi pada masa dan tempat Nabi, khususnya
masyarakat komersil Mekah pada era Nabi.
Sejarah mencatat bahwa pembentukan Indonesia ini hasil dari proses
perjuangan yang panjang. Sebuah perjalan yang sudah barang tentu tidak harus
dibayangkan lurus. Pembentukan Indonesia sekarang ini dimulai dengan
perjuangan generasi muda yang dimotori oleh mahasiswa disejumlah titik
merupakan tonggak sejarah. Oleh karena itu mahasiswa disebut sebagai agent of
change.
I Made Subrata dalam artikel yang berjudul Gerakan Mahasiswa
menjelaskan bahwa Slogan atau Mitos mahasiswa sebagai agent of change sangat
jauh dari realita yang ada sekarang ini. Aktivitas mahasiswa sekarang ini lebih
banyak dan bangga jadi peserta tepuk tangan di acara-acara TV, pengembira
dalam acara-acara serimonial, duduk manis di pusat perbelanjaan atau di tempat
nongkrong modern yang mana semua aktivitas tersebut sangat jauh dari hiruk
pikuk kesusahan dan kesulitan hidup rakyat kecil. Disana mereka dapat leluasa
berbicara tentang mode pakaian, artis, film terbaru dan populer dan selalu
mencibir setiap kali ada demo yang memacetkan jalan yang memperjuangkan
hak masyarakat kecil dan terpinggirkan. Sehingga kehidupan para mahasiswa
pada era tahun 80-an kembali lagi di jaman sekarang ini yang sering dibuat
jargon oleh masyarakat umum bahwa mahasiswa tidak lebih sebagai “Menara
gading” yang kehidupannya sangat rapuh.
Dibagian lain kehidupan gerakan mahasiswa dalam organisasi
kemahasiswaan lebih cenderung tersandera dalam isu-isu elit yang lebih
membuat mahasiswa menghayal masa lalu yang tidak pernah mereka alami.
Mereka seringkali terjebak pada romantisme masa lalu yang mereka dapatkan
dari berbagai media. Kalau kita bercermin kembali kepada tujuan dan fungsi
mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan prinsip dasarnya adalah mendidik
dan mengasah intelektual muda yang nantinya mau dan mampu
memperjuangkan hak dan kehidupan rakyat.
Menurut anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) pasal 9
tentang fungsi, HMI berfungsi sebagai organisasi kader, yang diharapkan
mampu menjadi alat perjuangan dalam mentransformasikan gagasan, gerakan
dan perjuangan terhadap rumusan insan cita yang ingin dibangun yakni
menurut anggaran dasar HMI pasal 4 “Terbinanya insan akademis, pencipta,
pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala”.
HMI sebagai organisasi kader memiliki platform yang jelas dalam
menyusun agenda dengan mendekatkan diri kepada realitas masyarakat dan
secara konsisten membangun proses dialetika secara obyektif dalam pencapaian
tujuannya. Dengan kaderisasi di HMI diharapkan mahasiswa yang dibentuk
sebagai pemimpin di generasi milenial dan masa mendatang mampu
menginterpretasikan nilai-nilai sebagai dasar kepemimpinan sehingga memiliki
keberpihakan terhadap kaum tertindas (mustadha’afin) dan memperjuangkan
kepentingan mereka serta membekalinya dengan ideologi yang kuat untuk
melawan kaum penindas (mustakbirin) serta menjawab tantangan zaman.
Dalam menjawab tantangan tersebut, di zaman modern sekarang ini
mahasiswa yang merapakan insan intelektual yang merupakan harapan bangsa
yang nantinya akan mengambil alih semua tanggung jawab bangsa harus
berbenah diri. Adapun langkah yang bisa dilakukan, kita harus memanfaatkan
ruang dan kemampuan kita semua untuk mendengar dan melihat fenomena
yang terjadi dilingkungan kita, terutama permasalahan yang dialami oleh
masyarakat. Semua itu bisa dikerjakan dengan melakukan suatu pergerakan
ilmiah dengan mengadakan diskusi ilmiah, dialog publik, seminar, audiensi
yang mengambil topik tentang fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat
terutama yang sesuai dengan keilmuan kita. Kita selaku insan terdidik harus
mampu memposisikan diri dalam permasalahan ini.
Untuk itu, dalam rangka memaksimalkan dan mempersiapkan mahasiswa
yang sesuai dengan peran dan fungsinya seyoginya perkaderan di HMI harus di
orientasikan kepada proses rekayasa pembentukan kader yang memiliki
karakter, nilai dan kemampuan untuk melakukan transformasi generasi muda
yang berkepribadian muslim yang utuh (kaffah), sikap dan wawasan intelektual
yang melahirkan kritisisme serta orientasi kepada kemandirian dan
profesionalisme. Oleh karena itu untuk menguatkan dan memberikan nilai
perkaderan HMI, maka ada tiga hal yang harus diberi perhatian serius. Pertama,
rekrutmen calon kader. Kedua, proses perkaderan yang dilakukan sangat
ditentukan oleh kualitas pengurus sebagai penanggung jawab perkaderan,
pengelola latihan, pedoman perkaderan dan bahan yang dikomunikasikan serta
fasilitas yang digunakan. Ketiga, iklim dan suasana yang dibangun harus
kondusif untuk perkembangan kualitas kader.
Untuk memberikan panduan (guidance) yang dipedomani dalam setiap
proses perkaderan HMI, maka dipandang perlu untuk menyusun suatu konsep
perkaderan yang menjadi strategi besar (grand strategy) perjuangan HMI
sebagai organisasi perkaderan dan perjuangan dalam memaksimalkan dan
memperiapkan mahasiswa di Indonesia.
Oleh sebab itu maka dasar kebutuhan dan problematika yang kompleks
seperti halnya yang telah dijelaskan diatas, maka Himpunan Mahasiswa Islam
Komisariat Pagerageung Cabang Tasikmalaya bermaksud menggelar Latihan
Kader I (Basic Training).

B. LANDASAN PERKADERAN

Landasan perkaderan merupakan pijakan dasar bagi aktivitas HMI di


dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi perkaderan. Nilai-nilai yang
termaktub di dalam landasan ini tiada lain merupakan spirit yang harus dijiwai
baik oleh HMI secara kolektif maupun kader HMI secara individual. Dengan
demikian, aktivitas kaderisasi di HMI tidak akan keluar dari nilai-nilai yang
dimaksud, agar setiap aktivitasnya selalu mengarahkan pada tujuan-tujuan yang
bersifat jangka panjang dan terarah. Untuk itu, dalam landasan perkaderan HMI
ada 5 landasan sebagai pondasi perkaderan di HMI, yaitu sebagai berikut :

1. Landasan Teologis

Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Dia adalah makhluk yang


menurut alam hakikatnya sendiri, yaitu sejak masa primordialnya selalu mencari
dan merindukan Tuhan. Inilah fitrah atau kejadian asal sucinya, dan dorongan
alaminya untuk senantiasa merindukan, mencari, dan menemukan Tuhan.
Agama menyebutnya sebagai kecenderungan yang hanif (Hanafiyah al-samhah),
yaitu “sikap mencari kebenaran secara tulus dan murni, lapang, toleran, tidak
sempit dan tidak membelenggu jiwa.

Selain itu pula, bahwa fitrah bagi manusia adalah adanya sifat dasar
kesucian yang kemudian harus dinyatakan dalam sikap-sikap yang suci dan baik
kepada sesamanya. Sifat dasar kesucian itu disebut dengan hanafiyyah, dan
sebagai makhluk yang hanif itu manusia memiliki dorongan kearah kebaikan,
kebenaran, dan kesucian. Pusat dorongan hanafiyyah itu terdapat dalam dirinya
yang paling mendalam dan paling murni, yang disebut hati nurani, artinya
bersifat nur atau cahaya (luminous). Kesucian manusia merupakan kelanjutan
perjanjian primordial antara manusia (ruh) dan Tuhan, yaitu suatu perjanjian
atau ikatan janji antara manusia sebelum lahir ke dunia dengan Tuhan, bahwa
manusia akan mengakui Tuhan sebagai pelindung dan pemelihara (rabb) satu-
satunya baginya.

Oleh sebab itu, ruh manusia dijiwai oleh kesadaran tentang yang Mutlak
dan Maha Suci (Transenden, Munazzah), kesadaran tentang kekuatan yang Maha
Tinggi yang merupakan asal dan tujuan semua yang ada dan yang berada diatas
alam raya. Kesadaran ini merupakan kemampuan intelek (‘Aql), sebuah piranti
pada manusia untuk mempersepsi sesuatu yang ada diatas dan diluar dataran
jasad ini. Juga atas dasar perjanjian primordial itu pula, manusia diberikan
amanah sebagai wakil Tuhan (Khalifah) di muka bumi ini, yang berfungsi untuk
mengatur dan mengelola alam raya dengan sebaik-baiknya, disertai dengan
peniruan terhadap sifat-sifat Tuhan sebagai Rabb Al-amin.

Untuk menjalankan fungsi kekhalifahan, manusia seringkali memiliki


kecenderungan dan godaan untuk mencari “jalan pintas” yang gampang dengan
mengabaikan pesan dan mandat dari Tuhan. Sebaliknya, kesadaran akan
kehadiran Tuhan dalam hidup dan keinsyafan akan datangnya masa
Pertanggungjawaban mutlak kelak diakhirat, membuat manusia terlindungi
dirinya dari ketelanjangan spritual dan moral yang tercela. Itulah pakaian taqwa
yang mesti dikenakan manusia setiap saat dan tempat. Taqwa itu sendiri
memiliki arti God Consiousness, atau “kesadaran ketuhanan”, dan itulah sebaik-
baik proteksi dari noda ruhani.

Sebagai bentuk dasar akan adanya “kesadaran ketuhanan” tersebut, maka


manusia harus pula dapat menginternalisasi konsepsi tawhid yang merupakan
perwujudan kemerdekaan yang ada padanya. Implikasi logis dari tawhid itu
sendiri adalah meneguhkan sikap dan langkahnya sebagai khalifah, dengan cara
tidak memperserikatkan-Nya kepada sesuatu apapun juga dengan cara
meninggalkan praktek mengangkat sesama manusia sebagai “tuhan-tuhan”
(arbab), selain kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mengangkat sesama
manusia sebagai “tuhan-tuhan” ialah menjadikan sesama manusia sebagai
sasaran penyembahan, dedikasi, devosi, atau sikap pasrah total. Dengan
demikian maka tawhid mengharuskan adanya pembebasan diri dari objekobjek
yang membelenggu dan menjerat ruhani. Ini adalah sejajar dan identik dengan
semangat dan makna dari bagian pertama kalimat persaksian, “Aku bersaksi
bahwasanya tiada suatu tuhan (ilah)...” yakni, aku menyatakan diri bebas dari
kukungan kepercayaan-kepercayaan palsu yang membelenggu dan menjeret
ruhaniku. Kemudian untuk menyempurnakannya, maka pernyataan kedua
diteruskan sebagai proses pembebasan “...kecuali Allah, (Al-Ilah, Al-Lah, yakni
Tuhan yang sebenarnya, yang dipahami dalam kerangka semangat ajaran
ketuhanan yang maha esa atau tauhid uluhiyya, monoteisme murni-strict
monotheisme).

Maka dari itu, tawhid bukan hanya melahirkan taqwa, melainkan


inspirasi dan peneguhan fungsi dasar manusia sebagai khalifah di muka bumi.
Dan sebagai akhir dari pada fungsi manusia tersebut, maka di hari akhirat kelak
manusia akan di mintai Pertanggungjawaban secara pribadi, yaitu
Pertanggungjawaban atas setiap pilihan yang ditentukannya secara pribadi di
dunia. Sehingga tidak ada pembelaan berdasarkan hubungan solidaritas,
perkawinan, kawan-karib maupun sanak-saudara. Manusia disebut berharkat
dan bermartabat tiada lain merupakan konsekuensi dari adanya hak dasar
manusia untuk memilih dan menentukan sendiri prilaku moral dan etisnya.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa manusia harus senantiasa memberi
makna atas hidup di dunia ini melampaui tujuan-tujuan duniawi (terrestrial),
menembus tujuan-tujuan hidup ukhrawi (celestial).

2. Landasan Ideologis

Islam sebagai landasan nilai transformatif yang secara sadar dipilih untuk
memenuhi kebutuhan dan menjawab persoalan yang terjadi dalam masyarakat.
Islam mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan dan idealisme yang dicita-
citakan. Untuk tujuan dan idealisme tersebut maka umat Islam akan ikhlas
berjuang dan berkorban demi keyakinannya. Ideologi Islam senantiasa
mengilhami, memimpin, mengorganisir perjuangan, perlawanan, dan
pengorbanan yang luar biasa untuk melawan semua status quo, belenggu dan
penindasan terhadap umat manusia.

Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad telah memperkenalkan Islam


sebagai ideologi perjuangan dan mengubahnya menjadi keyakinan yang tinggi,
serta memimpin rakyat melawan kaum penindas. Nabi Muhammad lahir dan
muncul dari tengah masyarakat kebanyakan yang oleh Al-Qur’an dijuluki
sebagai “ummi”. Kata “ummi” yang disifatkan kepada Nabi Muhammad
menurut Ali Syari’ati dalam karyanya Ideologi Kaum Intelektual, berarti bahwa
beliau berasal dari kelas rakyat. Kelas ini terdiri atas orang-orang awam yang
buta huruf, para budak, anak yatim, janda dan orang-orang miskin (mustadh’afin)
yang menderita, dan bukan berasal dari kalangan borjuis dan elite penguasa.
Dari kalangan inilah Muhammad memulai dakwahnya untuk mewujudkan cita-
cita Islam.

Cita-cita Islam adalah adanya transformasi terhadap ajaran dasar Islam


tentang persaudaraan universal (Universal Brotherhood), kesetaraan (Equality),
keadilan sosial (Social Justice), dan keadilan ekonomi (Economical Justice). Ini
adalah cita-cita yang memiliki aspek liberatif sehingga dalam usaha untuk
mewujudkannya tentu membutuhkan keyakinan, tanggung jawab, keterlibatan
dan komitmen. Hal ini disebabkan sebuah ideologi menuntut penganutnya
bersikap setia (committed).

Dalam usaha untuk mewujudkan cita-cita Islam, pertama, persaudaraan


universal dan kesetaraan (equality), Islam telah menekankan kesatuan manusia
(unity of mankind) yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:

“Hai manusia ! kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan. Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sungguh yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah yang paling ber-taqwa. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui. “ (Q.S. Al-Hujurat:13).

Ayat ini secara jelas membantah sernua konsep superioritas rasial,


kesukuan, kebangsaan atau keluarga, dengan satu penegasan dan seruan akan
pentingnya keshalehan, baik keshalehan ritual maupun keshalehan sosial,
sebagaimana Al-Qur’an menyatakan:

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri karena Allah, menjadi saksi
dengan keadilan. Janganlah karena kebencianmu kepada suatu kaum, sehingga kamu
tidak berlaku adil. Berlaku adillah, karena keadilan itu lebih dekat kepada taqwa dan
takutlah kepada Allah…” (QS. Al-Maidah: 8).

Kedua, Islam sangat menekankan kepada keadilan di semua aspek kehidupan.


Dan keadilan tersebut tidak akan tercipta tanpa membebaskan masyarakat lemah
dan marjinal dari penderitaan, serta memberi kesempatan kepada kaum
mustadh’afin untuk menjadi pemimpin. Menurut Al-Qur’an, mereka adalah
pernimpin dan pewaris dunia.

Kami hendak memberikan karunia kepada orang-orang tertindas di muka burni. Kami
akan menjadikan mereka pemimpin dan pewaris bumi” (QS. Al-Qashash: 5)

“Dan kami wariskan kepada kaum yang tertindas seluruh timur bumi dan baratnya yang
kami berkati. “ (QS. Al-A’raf: 37).

Di tengah-tengah suatu bangsa ketika orang-orang kaya hidup mewah di


atas penderitaan orang miskin, ketika budak-budak merintih dalam belenggu
tuannya, ketika para penguasa membunuh rakyat yang tak berdaya hanya untuk
kesenangan, ketika para hakim mernihak kepada pemilik kekayaan dan
penguasa, ketika orang-orang kecil yang tidak berdosa dimasukkan ke penjara
maka Nabi Muhammad SAW menyampaikan pesan rabbulmustadh’afin :

“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang yang tertindas,
baik laki-laki, perempuan dan anak-anak yang berdo’a, Tuhan kami ! Keluarkanlah kami
dari negeri yang penduduknya berbuat zalim, dan berilah kami perlindungan dan
pertolongan dari sisi Engkau.” (QS. An-Nisa: 75).
Dalam ayat ini menurut Asghar Ali Engineer dalam bukunya Islam dan
Teologi Pembebasan, Al-Qur’an mengungkapkan teori kekerasan yang
membebaskan yaitu:

“Perangilah mereka itu hingga tidak ada fitnah.” (Q.S. Al-Anfal: 39)

Al-Qur’an dengan tegas mengutuk Zulm (penindasan). Allah tidak menyukai


kata-kata yang kasar kecuali oleh orang yang tertindas.

“Allah tidak menyukai perkataan yang kasar/jahat (memaki), kecuali bagi orang yang
teraniaya….” (QS. An-Nisa: 148).

Ketika Al-Qur’an sangat menekankan keadilan ekonomi berarti Al-


Qur’an seratus persen menentang penumpukan dan penimbunan harta
kekayaan. Al-Qur’an sejauh mungkin menganjurkan agar orang-orang kaya
hartanya untuk anak yatim, janda-janda dan fakir miskin.

“Adakah engkau ketahui orang yang mendustakan agarna? Mereka itu adalah orang
yang menghardik anak yatim. Dan tidak menyuruh memberi makan orang miskin. Maka
celakalah bagi orang yang shalat, yang mereka itu lalai dari sholatnya, dan mereka itu
riya, enggan memberikan zakatnya. “

(QS. AI-Maun: 1-7). Al-Qur’an tidak menginginkan harta kekayaan itu


hanya berputar di antara orang-orang kaya saja.

“Apa-apa (harta rampasan) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya dari penduduk
negeri (orang-orang kafir), maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, untuk karib kerabat
Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang berjalan, supaya jangan
harta itu beredar antara orang-orang kaya saja diantara kamu … “ (QS. Al Hasyr: 7).

Al-Qur’an juga memperingatkan manusia agar tidak suka menghitung-


hitung harta kekayaannya, karena hartanya tidak akan memberikan kehidupan
yang kekal. Orang yang suka menumpuk-numpuk dan menghitung-hitung harta
benar-benar akan dilemparkan ke dalam bencana yang mengerikan, yakni api
neraka yang menyala-nyala:

“Celakalah setiap pengumpat lagi pencela. yang mengumpulkan harta dan menghitung-
hitungnya. Dia (manusia) mengira bahwa hartanya dapat mengekalkannya. Sekali-kali
tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Hutamah. Tahukah kamu apakah
(neraka) Hutamah?. (Ia adalah) api (azab) Allah yang dinyalakan yang (membakar) naik
sampai ke hati. Sesungguhnya dia (api itu) tertutup rapat (sebagai hukuman) atas
mereka, (sedangkan mereka) diikat pada tiang-tiang yang panjang”. (QS. Al-
Humazah:1-9).

Kemudian juga pada Surat At-Taubah: 34, menyatakan:

” Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya banyak dari para rabi dan rahib
benar-benar memakan harta manusia dengan batil serta memalingkan (manusia) dari
jalan Allah. Orang-orang yang menyimpan emas dan perak, tetapi tidak
menginfakkannya di jalan Allah, berikanlah kabar ‘gembira’ kepada mereka (bahwa
mereka akan mendapat) azab yang pedih” (QS. At-Taubah: 34).

Al-Qur’an memberikan beberapa peringatan keras kepada mereka yang


suka menimbun harta dan mendapatkan hartanya dari hasil eksploitasi (riba) dan
tidak membelanjakannya di jalan Allah. Pada masa Rasulullah SAW banyak
sekali orang yang terjerat dalam perangkap hutang karena praktek riba. Al-
Qur’an dengan tegas melarang riba dan memperingatkan siapa saja yang
melakukannya akan diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya (Iihat, QS. Al-Baqarah:
275-279 dan Ar-Rum: 39). Demikianlah Allah dan Rasul-Nya telah mewajibkan
untuk melakukan perjuangan membela kaum yang tertindas dan mereka (Allah
dan Rasul-Nya) telah memposisikan diri sebagai pembela para mustadh’afin.

Dalam keseluruhan proses aktifitas manusia di dunia ini, Islam selalu


mendorong manusia untuk terus memperjuangkan harkat kemanusiaan,
menghapuskan kejahatan, melawan penindasan dan ekploitasi. AI-Qur’an
memberikan penegasan:

”Kamu adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi manusia supaya kamu menyuruh
berbuat kebajikan (ma’ruf) dan melarang berbuat kejahatan (mungkar) serta beriman
kepada Allah” (QS. Ali-Imran: 110).

Dalam rangka memperjuangkan kebenaran ini, manusia memiliki


kebebasan dalam mengartikulasikan Islam sesuai dengan konteks
lingkungannya agar tidak terjebak pada hal-hal yang bersifat mekanis dan
dogmatis. Menjalankan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah berarti menggali makna dan menangkap semangatnya dalam rangka
menyelesaikan persoalan kehidupan yang serba kompleks sesuai dengan
kemampuannya.

Demikianlah cita-cita Islam yang senantiasa harus selalu diperjuangkan


dan ditegakkan, sehingga dapat mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang
adil, demokratis, egaliter dan berperadaban. Dalam memperjuangkan cita-cita
tersebut manusia dituntut untuk selalu setia (commited) terhadap ajaran Islam
seraya memohon petunjuk Allah SWT, ikhlas, rela berkorban sepanjang
hidupnya dan senantiasa terlibat dalam setiap pembebasan kaum tertindas
(mustadh'afin).

"Sesungguhnya sholatku, perjuanganku, hidup dan matiku, semata-mata hanya untuk


Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada serikat bagi-Nya dan aku diperintah untuk itu,
serta aku termasuk orang yang pertama berserah diri. " (QS. AI-An'am: 162-163).

3. Landasan Sosio-Historis

Islam yang masuk di kepulauan Nusantara telah berhasil merubah kultur


masyarakat terutama di daerah sentral ekonomi dan politik menjadi kultur
Islam. Keberhasilan Islam yang secara dramatik telah berhasil menguasai hampir
seluruh kepulauan nusantara. Tentunya hal tersebut dikarenakan agama Islam
memiliki nilainilai universal yang tidak mengenal batas-batas sosio-kultural,
geografis dan etnis manusia. Sifat Islam ini termanifestasikan dalam cara
penyebaran Islam oleh para pedagang dan para wali dengan pendekatan sosio-
kultural yang bersifat persuasif.

Masuknya Islam secara damai berhasil mendamaikan kultur Islam


dengan kultur masyarakat nusantara. Dalam proses sejarahnya, budaya
sinkretisme penduduk pribumi ataupun masyarakat, ekonomi dan politik yang
didominasi oleh kultur tradisional, feodalisme, hinduisme dan budhaisme
mampu dijinakkan dengan pendekatan Islam kultural ini. Pada perkembangan
selanjutnya, Islam tumbuh seiring dengan karakter keindonesiaan dan secara
tidak langsung telah mempengaruhi kultur Indonesia yang dari waktu ke waktu
semakin modern.

Karena mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam, maka kultur


Islam telah menjadi realitas sekaligus memperoleh legitimasi social dari bangsa
Indonesia yang pluralistik. Dengan demikian wacana kebangsaan di seluruh
aspek kehidupan ekonomi, politik, dan sosial budaya Indonesia meniscayakan
transformasi total nilai-nilai universal Islam menuju cita-cita mewujudkan
peradaban Islam.

Secara sosiologis dan historis, kelahiran HMI pada tanggal 5 Februari


1947 tidak terlepas dari permasalahan bangsa yang di dalamnya mencakup umat
Islam sebagai satu kesatuan dinamis dari bangsa Indonesia yang sedang
mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamirkan. Kenyataan itu
merupakan motivasi kelahiran HMI sekaligus dituangkan dalam rumusan tujuan
berdirinya, yaitu: pertama, mempertahankan negara Republik Indonesia dan
mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, menegakkan dan
mengembangkan syiar ajaran Islam. Ini menunjukkan bahwa HMI bertanggung
jawab terhadap permasalahan bangsa dan negara Indonesia serta bertekad
mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan manusia secara total.

Makna rumusan tujuan itu akhirnya membentuk wawasan dan langkah


perjuangan HMI ke depan yang terintegrasi dalam dua aspek keislaman dan
aspek kebangsaan. Aspek keislaman tercermin melalui komitmen HMI untuk
selalu mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam secara utuh dalam kehidupan
berbangsa sebagai pertanggungjawaban peran kekhalifahan manusia, sedangkan
aspek kebangsaan adalah komitmen HMI untuk senantiasa bersama-sama
seluruh rakyat Indonesia merealisasikan cita-cita proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia demi terwujudnya cita-cita masyarakat yang demokratis,
berkeadilan sosial dan berkeadaban. Dalam sejarah perjalanan HMI, pelaksanaan
komitmen keislaman dan kebangsaan merupakan garis perjuangan dan misi
HMI yang pada akhirnya akan membentuk kepribadian HMI dalam totalitas
perjuangan bangsa Indonesia ke depan.
Melihat komitmen HMI dalam wawasan sosiologis dan historis
berdirinya pada tahun 1947 tersebut, yang juga telah dibuktikan dalam sejarah
perkembangnnya, maka pada hakikatnya segala bentuk pembinaan kader HMI
harus pula tetap diarahkan dalam rangka pembentukan pribadi kader yang
sadar akan keberadaannya sebagai pribadi muslim, khalifah di muka bumi dan
pada saat yang sama kader tersebut harus menyadari pula keberadannya sebagai
kader bangsa Indonesia yang bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita
bangsa ke depan.

4. Landasan Konstitusi

Dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan HMI di masa depan, HMI


harus mempertegas posisinya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara demi melaksanakan tanggung jawabnya bersama seluruh rakyat
Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh
Allah SWT. Dalam pasal tiga (3) tentang azas ditegaskan bahwa HMI adalah
organisasi berazaskan Islam dan bersumber kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Penegasan pasal ini memberikan cerminan bahwa di dalam dinamikanya, HMI
senantiasa mengemban tugas dan tanggung jawab dengan semangat keislaman
yang tidak mengesampingkan semangat kebangsaan. Dalam dinamika tersebut,
HMI sebagai organisasi kepemudaan menegaskan sifatnya sebagai organisasi
mahasiswa yang independen (Pasal 5 AD HMI), berstatus sebagai organisasi
mahasiswa (Pasal 6 AD HMI), memiliki fungsi sebagai organisasi kader (Pasal 9
AD HMI) serta berperan sebagai organisasi perjuangan (Pasal 8 AD HMI).

Dalam rangka melaksanakan fungsi dan peranannya secara berkelanjutan


yang berorientasi futuristik maka HMI menetapkan tujuannya dalam pasal
empat (4) AD HMI, yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam serta bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
dan makmur yang diridhoi Allah SWT. Kualitas kader yang akan dibentuk ini
kemudian dirumuskan dalam tafsir tujuan HMI. Oleh karena itu, tugas pokok
HMI adalah perkaderan yang diarahkan kepada perwujudan kualitas insan cita
yakni dalam pribadi yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu
melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan sebagai amal saleh.

Pembentukan kualitas dimaksud diaktualisasikan dalam fase-fase


perkaderan HMI, yakni fase rekruitmen kader yang berkualitas, fase
pembentukan kader agar memiliki kualitas pribadi Muslim, kualitas intelektual
serta mampu melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan secara profesional dalam
segala segi kehidupan, dan fase pengabdian kader, dimana sebagai output maka
kader HMI harus mampu berkiprah dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara dan berjuang bersama-sama dalam mewujudkan cita-cita
masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

C. PRINSIP PERKADERAN
Prinsip merupakan asas atau kebenaran yang menjadi pokok dasar orang
berpikir, bertindak dan berprilaku. Dengan demikian prinsip pada perkaderan
merupakan asas-asas yang dijadikan pijakan dalam menjalankan sistem
perkaderan. Adapun yang dijadikan prinsip-prinsip dalam perkaderan adalah :

1. Integratif

Prinsip integratif mengarahkan agar keseluruhan aspek yang ada di


dalam perkaderan dapat digunakan secara menyeluruh, terhubung, tidak parsial
dan tidak mendikotomikan antara satu aspek dengan aspek yang lainnya. Hal ini
dapat diketemukan dalam perintah Tuhan dalam Al-Qur’an, bahwa selain
manusia diperintahkan untuk Sholat, ia juga diperintahkan untuk berzakat. Atau
dengan kata lain, selain perintah untuk membaca ayat-ayat yang bersifat
Qauliyyah (Wahyu), manusia juga diperintahkan untuk memikirkan ayat-ayat
semesta (Kauniyyah). Dengan demikian, prinsip integratif adalah
menghubungkan satu aspek perkaderan dengan aspek-aspek lainnya secara
menyeluruh.

2. Keseimbangan

Prinsip keseimbangan merupakan keharusan dalam pengembangan dan


pembinaan manusia sehingga tidak adanya kepincangan dan kesenjangan antara
material, spritual maupun unsur jasmani, dan rohani. Di dalam Al-Quran Allah
menyebutkan iman dan amal secara bersamaan. Iman adalah unsur yang
menyangkut dengan hal spritual, sedangkan amal adalah yang menyangkutb
dengan material, yaitu jasmani. Hal ini diperjelas dalam firman Allah :

‫َفَم ْن َّيْع َم ْل ِم َن الّٰص ِلٰح ِت َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفاَل ُك ْفَر اَن ِلَس ْع ِيٖۚه َو ِاَّنا َلٗه ٰك ِتُبْو َن‬
“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, dan dia beriman, maka usahanya tidak
akan diingkari (disia-siakan), dan sungguh, Kamilah yang mencatat untuknya .”
(QS. Al-Anbiya :94)

3. Persamaan

Dalam menjalani seluruh proses perkaderan, tidak ada yang harus


diperbedakan antara satu kader dengan kader lainnya. Seluruh kader berhak
mendapatkan perlakukan, pembinaan serta pasilitas yang sama, khususnya di
dalam memenuhi hak dan kewajibannya sebagai kader maupun instruktur.
Prinsip ini berakar dari konsep dasar tentang tentang kemanusiaan itu sendiri,
sebagaimana firman Allah :
ۚ‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َجَع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفوا‬
‫ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهَّللا َأْتَقاُك ْم ۚ ِإَّن َهَّللا َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-
Hujurat : 13)

4. kasih Sayang

Prinsip kasih-sayang tiada lain merupakan sifat dasar dari Tuhan YME,
yaitu Ar-Rahman dan Ar-rahim. Sebagaimana kedudukan manusia sebagai
wakil Tuhan di muka bumi ini, maka sudah seharusnya manusia menirukan
segala sifat yang ada pada-Nya, menifestasi dari sifat-sifat Tuhan tersebut
seyogyanya pula teraktualisasikan dalam proses pendidikan dan perkaderan.
Prinsip ini mengarahkan bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki potensi
dan watak kebaikan, dan kecenderungannya selalu pada kebenaran. Maka
pendekatan kearah potensi dasar manusia tersebut harus didekati dengan cara
memberikan kasih-sayang, sehingga para kader merasakan dirinya diayomi dan
diamong, sehingga dikemudian hari bisa terwujud melalui sikap yang sadar
untuk menjalankan segala kewajibannya sebagai kader. Sebagaimana perintah
Allah :

‫ُم َح َّم ٌد َّرُس ْو ُل ِهّٰللاۗ َو اَّل ِذ ْيَن َم َع ٓٗه َاِش َّد ۤا ُء َع َلى اْلُك َّف اِر ُرَح َم ۤا ُء َبْيَنُهْم َت ٰر ىُهْم‬
‫ُر َّك ًعا ُسَّج ًدا َّيْبَتُغْو َن َفْض اًل ِّم َن ِهّٰللا َو ِر ْض َو اًناۖ ِس ْيَم اُهْم ِفْي ُو ُج ْو ِهِهْم ِّم ْن‬
‫َاَث ِر الُّس ُج ْو ِد ۗ ٰذ ِل َك َم َثُلُهْم ِفى الَّتْو ٰر ى ِةۖ َو َم َثُلُهْم ِفى اِاْل ْنِج ْي ِۚل َك َز ْر ٍع َاْخ َر َج‬
‫َش ْطَٔـ ٗه َف ٰا َز َر ٗه َفاْس َتْغَلَظ َفاْس َتٰو ى َع ٰل ى ُس ْو ِقٖه ُيْع ِج ُب الُّز َّر اَع ِلَيِغ ْي َظ ِبِهُم‬
ࣖ ‫اْلُك َّفاَر ۗ َو َعَد ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا َو َع ِم ُلوا الّٰص ِلٰح ِت ِم ْنُهْم َّم ْغ ِفَر ًة َّو َاْج ًر ا َع ِظ ْيًم ا‬
“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan
keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud.
Demikianlah sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka (yang diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan
tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus
di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya
karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan
orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman
dan mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang
besar.”(QS. Al-Fath : 29)
5. Keteladanan
Prinsip keutamaan ini dimaksudkan bahwa perkaderan bukan hanya
bertugas menyediakan kondisi belajar bagi para kader, tetapi lebih dari itu untuk
turut membentuk kepribadiannya dengan perlakukan dan keteladanan yang
ditunjukan oleh para pengkader. Penerapan prinsip keteladanan ini dijadikan
pula sebagai landasan bagi penerapan konsep-konsep perkaderan lainnya.
Prinsip ini mendapat legitimasinya di dalam al-qur’an yang berbunyi :

‫ُاْدُع ِاٰل ى َس ِبْيِل َر ِّب َك ِباْلِح ْك َم ِة َو اْلَم ْو ِع َظ ِة اْلَح َس َنِة َو َج اِد ْلُهْم ِب اَّلِتْي ِهَي‬
‫َاْح َس ُۗن ِاَّن َر َّبَك ُهَو َاْع َلُم ِبَم ْن َض َّل َعْن َس ِبْيِلٖه َو ُهَو َاْع َلُم ِباْلُم ْه َتِد ْيَن‬
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk.”(QS. An-Nahl : 125)

6. Ketaatan
Prinsip ketaatan ini lahir dari adanya ketundukan (din) dan sikap pasrah
(al-Islam) sehingga membentuk satu kesatuan dan sikap menaati setiap aturan-
aturan yang telah diberlakukan. Sebab, tidak ada ketaatan tanpa adanya
ketundukan dan sikap pasrah terhadap sesuatu yang sedang diyakininya. Dalam
konteks ini, bahwa setiap kader hendaknya menaati segala aturan-aturan main
perkaderan HMI yang diiringi oleh pengamalan dalam lingkup keseharian,
khususnya ketaatan dalam hal menjalankan ibadah yaumiyyah dalam aktivitas
kesehariannya. Prinsip ketaatan ini bersumber pada kebijakan baik yang
dihasilkan secara nyata dalam perintah Allah, rasul, maupun dari para
pemimpin yang bertujuan untuk terwujudnya kemaslahatan. Sebagaimana Allah
SWT berfirman :

‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُن ْٓو ا َاِطْيُع وا َهّٰللا َو َاِطْيُع وا الَّرُس ْو َل َو ُاوِلى اَاْلْم ِر ِم ْنُك ْۚم َف ِاْن‬
‫َتَناَز ْع ُتْم ِفْي َش ْي ٍء َفُر ُّد ْو ُه ِاَلى ِهّٰللا َو الَّر ُسْو ِل ِاْن ُك ْنُتْم ُتْؤ ِم ُنْو َن ِباِهّٰلل َو اْلَي ْو ِم‬
ࣖ ‫اٰاْل ِخ ِۗر ٰذ ِلَك َخ ْيٌر َّو َاْح َس ُن َتْأِوْياًل‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu.
Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih
baik akibatnya.” (QS. An-Nisa : 59)
D. TUJUAN KEGIATAN
“Terbinanya Kepribadian muslim yang berkualitas Akademis, sadar akan
fungsi dan peranannnya dalam berorganisasi serta hak dan kewajibannya
sebagai kader umat dan kader bangsa.”

E. TARGET KEGIATAN LATIHAN KADER I


1. Memiliki kesadaran menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan
sehari-hari
2. Mampu meningkatkan kemampuan Akademis
3. Memiliki kesadaran akan tanggungjawab keumatan dan kebangsaan
4. Memiliki kesadaran berorganisasi

F. Analisis Permasalahan LK 1 Kom. Latifah


1. Kurangnya kesadaran kader dalam berorganisasi
2. Kurangnya loyalitas kader pada organisasi
3. Kurangnya kesadaran literasi
4. Penguatan terhadap mental seorang kader
5. Pengembangan profesi kader

G. Klasifikasi Masalah
1. Kesadaran (Manusia, Mahasiswa, Muslim)
2. Loyalitas
3. Daya baca
4. Mentalitas
5. Profesi

Indikator Pencapaian
Aspek Indikator Fase pertama (Pendobrakan) Bobot
Afektif 1. Peserta berani memperkenalkan
dirinya dengan jelas.
2. Peserta mematuhi kontrak belajar
3. Peserta mengingatkan kawannya 50%
untuk masuk forum
4. Peserta mengingatkan kawaanya
untuk masuk forum
5. Peserta menaati etika forum
Kognitif 6. Peserta saling mengingatkan jika
mengetahui rekannya salah
7. Peserta mampu mengetahui tujuan 30%
LK 1
8. Peserta mampu mengeahui tujuan
HMI

Psikomotorik 9. Peserta mengunakan pakaian sesuai 20%


tata tertib forum

Aspek Indikator Fase kedua (Internalisasi) Bobot


Afektif 1. Peserta dapat mengemukakan
pendapat
2. Peserta dapat menghargai 50%
pendapat orang lain
3. Peserta datang tepat waktu selama
training
4. Peserta dapat menggunakan etika
forum
Kognitif 5. Peserta mampu menjelaskan
kembali materi yang telah di
sampaikan 30%
6. Peserta dapat mengajukan
pertanyaan yang rasional tentang
Islam
7. Peserta mampu mengembangkan
argumentasi orang lain
Psikomotorik 8. Peserta dapat mentaa’ti tata tertib
dan etika forum 20%
9. Peserta peka terhadap
lingkungannya

Aspek Indikator Fase Ketiga (Kristalisasi) Bobot


Afektif 1. Peserta mampu memimpin dan di
pimpin selama training
2. Pesera dapat bertangggung jawab 50%
atas tindakannya
3. Peserta mampu menyampaikan
solusinya saat terjadi konflik
4. Peserta berprilaku sopan selama
training
Kognitif 5. Peserta mampu menganalisis
persoalan disekitarnya
6. Peserta mampu memberikan 30%
argument pada persoalan yang
terjadi
Psikomotorik 7. Peserta berinisiatif
mengkondusifkan forum 20%
8. Peserta dapat membuat komitmen
bersama
9. Peserta mampu mengatasi
permasalahan disekitarnya
10. Peserta mampu melakukan orasi
dan negosiasi

F. WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan LK I ini dilaksanakan pada :


Hari/tanggal : Kamis – Minggu / 22-25 Januari 2024
Tempat : Villa Bukit Djangihe
Waktu : 18.00 WIB s/d Selesai
G. MATERI KEGIATAN
Materi kegiatan yang akan disampaikan dalam Basic Training LK I antara
lain :
1. Sejarah Peradaban Islam & Sejarah Perjuangan HMI
2. Pengantar Filsafat
3. Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI
4. Konstitusi
5. KPP (Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi)
6. Mission HMI
7. Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi (KMO)
8. Metodologi Diskusi
9. Aksi dan Advokasi
10. Teknik Persidangan
11. Ke-Kohati-an

I. METODE TRAINING
Kegiatan Basic Training LK I menggunakan metode :
1. Ceramah : metode ini menghadirkan pembicara / Pemateri yang
berkompeten dalam bidangnya
2. Diskusi : peserta mendiskusikan hasil ceramah dengan pembicara
sampai ditemukan suatu kesepahaman
3. Doktrin : Penanaman nilai, spirit, dan persfektif baru dalam berpikir
dan melihat sesuatu
4. Mentoring : pendalaman terhadap materi yang disampaikan oleh
pembicara yang di pandu oleh SC
5. Testing : dilakukan dalam bentuk Pre Test dan Post Test

H. EVALUASI

Untuk mengetahui kemampuan peserta LK I dalam mencapai tujuan


dan target kegiatan, akan dilakukan evaluasi untuk menentukan kelulusan
peserta dengan memperhatikan aspek penilaian sebagai berikut:

1. Kesiapan dan kesigapan psikologi peserta LK I. (Psikomotorik)


2. Kemampuan intelektual peserta Basic Training (kognitif)
3. Kesungguhan dalam mengikuti Basic Training
4. Peran/ keaktifan peserta di dalam forum. (Afektif)
5. Penyelesaian dalam penugasan
6. Disiplin (presensi dan ketepatan waktu)

I. BOBOT SKALA PENILAIAN DAN PREDIKAT KELULUSAN

1. Bobot Penilaian
a. Aspek Afektif : 50%
b. Aspek Kognitif : 30%
c. Aspek Psikomotorik : 20%

2. Skala Penilaian
Penilaian dilakukan dengan skala prioritas Nilai 0 - 100
3. Predikat Kelulusan
a) 0 – 59 : Tidak Lulus
b) 60 – 75 : Lulus ( Predikat Cukup, Baik dan Baik sekali)
c) 75 – 100 : Lulus Memuaskan (Predikat Istimewa)

J. PESERTA
Peserta kegiatan Basic Training (LK I) Mahasiswa yang tercatat di
Perguruan tinggi yang terdaftar di Tasikmalaya. Dan telah memenuhi
persyaratan sebagaimana terlampir.

K. ORGANISASI KERJA
Organisasi kerja dalam pelaksanaan Basic Training (LK I) HMI
Cabang Tasikmalaya Komisariat Latifah terdiri dari :
1. Master Of Training (MOT) yang berfungsi sebagai Team
Pemandu dari Team BPL HMI Cabang Tasikmalaya
2. Steering Committee (SC) yang berfungsi sebagai Panitia Pengarah
3. Organizing Committee (OC) sebagai Penanggung Jawab
kegiatan secara Teknis operasional, yakni Kader HMI dari
Komisariat Latifah.

PENUTUP
Demikian Modul kegiatan dalam rangka Basic Training Latihan
Kader (LK I) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Latifah
Cabang Tasikmalaya ini kami susun, sebagai acuan dalam
pelaksanaannya, semoga kegiatan ini bermanfaat untuk kemajuan
dalam berbangsa dan bernegara yang tetap dalam koridor ke-Islam-an
dan ke-Indonesia-an. Diharapkan dukungan dan kerja sama dari semua
pihak demi mensukseskan kegiatan ini dan semoga kegiatan ini
mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Billahtaufiq Walhidayah
Wasalamu’alaikum Wr. Wb
Lampiran
MANUAL ACARA
BASIC TRAINING (LK 1)
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
KOMISARIAT LATIFAH
CABANG TASIKMALAYA

WAKTU AGENDA Pemateri


Kamis, 04 Januari 2024
16.00 – 18.00 Registrasi peserta OC
18.00 - 18.30 Opening Ceremony ALL
18.30 – 18.45 ISHO ALL
Perkenalan Peserta Ekspektasi
Alur Pelatihan LK-1
18.45 – 20.10 MOT
Pembentukan Organisasi kelas
& P 4 L, Kontrak Belajar, Format
20.10 – 20.45 ISHOMA ALL
20.45 – 23.30 SPI-SPH Kanda Sidiq Amin
22.30 – 23.00 Review Materi MOT
23.00 – 04.00 Istirahat ALL
Jumat, 05 Januari 2024
04.30 – 05.30 Sholat Subuh (Berjama'ah) + OC
Aktivitas
KultumPribadi
05.30 – 06.45 ALL
Olah Raga – Mandi – Sarapan
06.45 – 07.00 Pengantar Materi MOT
Pengenalan LPP
07.00 – 08.45 (Lembaga Pengembangan KPP HMI Cabang

08.45 – 09.00 Profesi)Materi


Pengenalan MOT
09.00 – 11.30 Ke-Kohati-An Ketum KOHATI Cabang
11.30 – 13.00 ISHOMA ALL
13.00 – 13.15 Pengantar Materi MOT
13.15 – 15.15 PENGANTAR FILSAFAT Kanda Fiki Ardiansysah
15.15 – 15.30 ISHO ALL
15.30 – 15.45 Pengantar Materi MOT
15.45 – 18.30 Sejarah NDP & NDP BAB I Kanda Galih Mauladin P
18.30 – 19.45 ISHOMA ALL
19.45 – 23.30 NDP BAB II-III Kanda Galih Mauladin P
23.30 – 00.00 Review Materi MOT
00.00 – 04.00 Istirahat ALL
Sabtu, 06 Januari 2024
Sholat Subuh (Berjama’ah) +
04.30 - 05.30 OC
Kultum
Aktivitas Pribadi
05.30 – 06.45 OC + SC
Olah Raga – Mandi – Sarapan
06.45 - 07.00 Pengantar Materi MOT
07.00 – 09.00 Konstitusi HMI Kabid PAO Cabang
09.00 – 09.15 Pengantar Materi MOT
09.15 – 11.45 Mission HMI Ketua Umum HMI
11.45 – 12.45 ISHOMA Cabang
ALL
12.45 – 13.00 Pengantar Materi MOT
13.00 – 15.00 Metodologi Diskusi MOT
15.00 - 15.30 ISHO ALL
15.30 – 15.45 Pengantar Materi MOT
15.45 – 16.30 KMO Kanda Yuda Nugraha
16.30 – 16.45 Pengantar Materi MOT
16.45 – 18.00 Aksi, Advokasi Kabid PTKP Cabang
18.00 – 18.20 ISHO ALL
18.20 – 19.30 Simulasi Aksi Kabid PTKP Cabang
19.30 – 20.15 ISHOMA ALL
20.15 – 21.15 Teknik Persidangan Kanda Gilang Yulian R
21.15 – 23.15 Post Test + Munaqosyah MOT
23.15 – 04.15 Simulasi Sidang ALL
Minggu, 07 Januari 2024
04.15 – 04.45 Sholat Subuh ALL
04.45 - 07.00 Aktivitas Pagi + Breakfast ALL
07.00 – 08.45 Persiapan Penutupan ALL
08.45 - 10.00 Closing Ceremony ALL
SCREENING

1. Baca Tulis Al-Qur’an ( BTQ ) dan Keislaman


Alokasi Waktu
Urgensi Materi Mengetahui kemampuan peserta membaca Al-
Qur’an serta tajwidnya dan kemampuan menulis
ayat suci Al-quran
Pokok Bahasan a. Membaca Al-quran beserta Tajwid (Q.S
Al-Baqarah 2:30)
b. Menulis Q.S Al-Kautsar
c. Menghafal surat-surat juz 30 (5 Surat)
d. Apa yang dimaksud dengan islam
(Etimologi & Terminologi)
e. Definisi Rukun Iman & Islam

2. Ke-HMI-an
Alokasi Waktu
Urgensi Materi Mengetahui dasar-dasar seputar ke-HMI- an
agar calon kader dapat berdialektika ketika
forum berlangsung.
Pokok Bahasan a. SPI-SPH
- Definisi Sejarah, Fungsi sejarah, macam-
macam sejarah.
- Asal-usul sejarah peradaban islam serta
bagaimana islam masuk ke indonesia
kemudian menjadi Khittah (Asas)
Perjuangan HMI
b. NDP (Nilai-Nilai Dasar Perjuangan)
- Definisi Nilai-Nilai, Dasar, Perjuangan.
- Teks NDP (8 Bab)
1. Dasar-Dasar Kepercayaan
2. Dasar-Dasar Kemanusiaan
3. Kemerdekaan Manusia (Ikhtiar) dan
Keharusan Universal (Takdir)
4. Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Perikemanusiaan
5. Individu dan Masyarakat
6. Keadilan Sosial dan Keadilan
Ekonomi
7. Kemanusiaan dan Ilmu Pengetahuan
8. Kesimpulan dan Penutup
c. Konstitusi
- Definisi konstitusi dan Hukum
- Perbedaan Konstitusi dan Hukum
d. Mission HMI
- Definisi Mission menurut KBBI/Para
Ahli
- Pengertian Mahasiswa
- Peran dan Fungsi Mahasiswa
- Tujuan LK 1
- Tujuan HMI
e. Kepemimpinan, Manajemen, Organisasi
(KMO)
- Pengertian, Fungsi dan Gaya
Kepemimpinan
- Pengertian, Fungsi, dan Unsur-Unsur
Manajemen
- Pengertian, Fungsi dan Tujuan SWOT
- Pengertian, Fungsi, Ciri-Ciri dan
Model-Model Organisasi

3. Stadium General
Alokasi Waktu
Urgensi Materi Mengetahui Kepribadian Calon kader dari
aspek Biologis maupun aspek Psikologis.

Pokok Bahasan a. Menjelaskan diri calon kader secara


lengkap (Penyakit, kepribadian, latar
belakang keluarga)
b. Tujuan Masuk HMI
c. Minat dan hobi yang ingin dikembangkan
di HMI

ToR MATERI LK 1
1. Sejarah Peradaban Islam & Sejarah Perjuangan HMI
Alokasi Waktu 4 Jam
Urgensi Materi Materi ini menjadi penting agar dapat
menumbuhkan kesadaran kader serta rasa
optimismenya terhadap agama islam, sehingga
dapat memposisikan HMI sebagai kelanjutan dari
ekspansi sejarah islam untuk Indonesia.

Pokok Bahasan a. Islam dan Indonesia


1. Asal Usul masuknya Islam
2. Kerajaan dan kesultanan
3. Kekuasaan Belanda, Inggris, Portugis
4. Benturan peradaban, struktur social &
budaya, Hindu, Animisme & Dinamisme
5. Walisongo & Peranannya
6. Era Modern (perjalanan Islam Indonesia)
7. Serikat Islam
8. Muhammadiyah & Gerakan Pembaruan
9. Al Irsyad dan NU
b. Himpunan Mahasiswa islam
1. Latar belakang berdirinya HMI
2. Kedudukan HMI ditengah-tengah
pertarungan ideologi dan masyarakat
3. Gagasan dan visi pendiri HMI
4. Komitmen ke-islaman dan kebangsaan
sebagai dasar perjuangan HMI.
5. Dinamika sejarah perjuangan
bangsa(Fase-fase perjuangan HMI)
6. Kontribusi HMI bagi bangsa dan
agama
a) NKRI
b) Pancasila
c) Orde Lama
d) Orde Baru
e) Reformasi
Alokasi waktu 4 Jam
Urgensi Materi Materi NDP merupakan doktrin nilai organisasi
bagi para kader HMI, mengetahui keseluruhan
nilai adalah syarat mutlak sebelum kader mampu
mengimplementasikan serta mentransformasikan
nilai-nilai sebagaimana yang diharapkan. Maka
materi NDP pada tingkatan ini lebih bersifat
doktriner. Pengarahan metode pada tiap-tiap nilai
harus disesuaikan dengan tingkat penerimaan para
peserta training.
Pokok Pembahasan a. Sejarah NDP HMI
1. Pengertian NDP
2. Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP
3. NDP sebagai kerangka pemikiran Ke-
Islaman dan Ke- Indonesiaan HMI
4. Hubungan antara NDP dan Mission
HMI
b. NDP HMI
1. Dasar-dasar Kepercayaan
2. Dasar-Dasar Kemanusiaan
3. Kemerdekaan Manusia (ikhtiar) dan
Keharusan Universal (Taqdir)
2. Nilai-Nilai Dasar Perjuangan
3. Konstitusi HMI
Alokasi Waktu 2 Jam
Urgensi Materi
Pokok Bahasan A. Pengantar Ilmu Hukum
1. Pengertian dan Fungsi Hukum
2. Hakekat Hukum
3. Pengertian Konstitusi dan arti pentingnya
dalam organisasi
B. Ruang lingkup Konstitusi HMI
1. Makna Mukodimah AD HMI
2. Makna HMI sebagai organisasi
yang berasaskan Islam
3. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI
4. Masalah keanggotaan
5. Masalah Struktur Kekuasaan
6. Masalah Struktur Kepemimpinan
C. Pengenalan Lembaga
1. Kohati
2. Lembaga Pengembangan Profesi
3. Pedoman Lembaga Pengembangan
profesi
4. Atribut HMI

4. Mission HMI
Alokasi Waktu 2 Jam
Pokok Bahasan a. Makna HMI sebagai Organisasi
Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
2. Mahasiswa Sebagai Inti Kekuatan
pembaharu
3. Modal Social Mahasiswa
b. Hakikat keberadaan HMI
1. Makna HMI sebagai organisasi yang
berasaskan Islam
2. Makna Independensi HMI
c. Tujuan, Fungsi dan peran HMI
1. Penjelasan Tafsir tujuan
2. Penjelasan fungsi dan peran strategis
HMI
d. Hubungan antara Status, sifat,asas
tujuan, fungsi dan peran HMI secara
Integral
e. Strategi Implementasi Tujuan HMI
Urgensi Materi

5. Kepemimpinan, Manajemen, Organisasi (KMO)


Alokasi Waktu 2 Jam
Urgensi Materi
Pokok Bahasan a. Kepernimpinan
Hakekat, peran dan fungsi kepemimpinan
1. Pengertian kepemimpinan
2. Teori dan konsepsi kepemimpinan
3. Fungsi dan peran kepemimpinan
4. Syarat-syarat kepemimpinan
5. Model-model kepemimpinan
6. Gaya kepemimpinan
b. Manajemen
Hakekat peran dan fungsi manajemen
1. Pengertian manajemen
2. Fungsi manajemen
3. Unsur-unsur manajemen
4. Macam-macam manajemen, Sistem dan
metode perencanaan
1. Pengertian perencanaan
2. Teknik dan prosedur perencanaan,
Sistem dan metode pengorganisasian
1. Pengertian pengorganisasian
2. Tujuan, fungsi dan unsur
pengorganisasian
3. Teknik dan prosedur pengorganisasian
Sistem dan metode evaluasi
1. Pengertian evaluasi
2. Tujuan dan sifat evaluasi
3. Macam-macam evaluasi
4. Teknik dan prosedur evaluasi
Analisis SWOT
1. Pengertian, fungsi dan tujuan SWOT
2. Penerapan analisis SWOT dalam
organisasi
c. Organisasi
Hakekat dan fungsi organisasi
1. Pengertian dan fungsi organisasi
2. Ciri-ciri organisasi
3. Prinsip-prinsip organisasi
4. Asas-asas organisasi
5. Model-model organisasi
Sistem organisasi modern
1. Syarat-syarat organisasi modern
2. Struktur organisasi modern
3. Prosedur dan mekanisme kerja organisasi
modern

6. Metode Diskusi
Alokasi Waktu 2 jam
Urgensi Materi Materi ini dikhususkan untuk menunjang
peserta agar dapat bertukar pendapat tentang
suatu masalah atau bersama-sama mencari
pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan
kebenaran atas suatu masalah. Melalui diskusi
dapat merangsang peserta untuk berpikir
sistematis, kritis dan bersikap dalam
menyumbangkan pemikiran-pemikirannya
untuk memecahkan suatu permasalahan.
Pokok bahasan A. Pengertian Metode Diskusi
B. Jenis-jenis Metode Diskusi
C. Prinsip-prinsip Metode Diskusi
D. Tujuan dan Fungsi Metode
Diskusi
E. Langkah-langkah penerapan
Metode Diskusi

7. KPP (Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi)


Alokasi Waktu 2 jam
Urgensi Materi Materi ini untuk menunjang pemahaman
peserta mengenai lembaga-lembaga kekaryaan
yang ada di HMI sehingga, peserta atau calon
kader HMI dapat memperdalam pengetahuan
laiinnya selain seputar politik atau menunjang
kreatifitas. Materi kekohatian untuk menunjang
seputar bidang kekohatian yang ada di HMI
serta peran dan fungsi kohati
Pokok Bahasan A. Pengertian lembaga kekaryaan
B. Jenis-jenis lembaga kekaryaan
1. Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam
(LDMI)
2. Lembaga Pers Mahasiswa Islam
(LAPMI)
3. Lembaga Teknologi Mahasiswa
Islam (LTMI)
4. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam
(LEMI)
5. Lembaga Kesehatan Mahasiswa
Islam (LKMI)
6. Lembaga Pendididkan Mahasiswa
Islam (LAPENMI)
7. Lembaga Seni Budaya
Mahasiswa Islam (LSMI)
8. Lembaga Konsultasi Bantuan
Hukum Mahasiswa Isla (LKBHMI)
9. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam
(LPMI)
10. Lembaga Pencinta Alam
Mahasiswa Islam (LEPMI)
C. Seputar kekohatian
1. Pengertian kohati
2. Fungsi dan peran kohati
3. Latar belakang dan tujuan
berdirinya kohati

8. Pengantar Filsafat

Alokasi Waktu 2 Jam


Urgensi Materi Materi ini untuk menunjang pemahaman
mahasiswa mengenai induk dari segala ilmu,
yaitu Filsafat. Sehingga mahasiswa mampu
menggali kebenaran sampai kepada akar atau
sumbernya, tidak mudah menerima dan
menyimpulkan suatu permasalahan yang
belum teruji kebenarannya meskipun
kebenaran dalam filsafat bersifat relatif yang
artinya dapat sewaktu-waktu berubah kecuali
kebenaran yang bersumber pada wahyu. Dan
merancang mahasiswa untuk selalu berpikir
kritis serta sistematis dalam menyikapi
berbagai hal.
Pokok Bahasan A. Sejarah dan Pengertian Filsafat
1. Definisi Filsafat
2. Prinsip Filsafat
3. Filsafat Yunani (klasik)
4. Filsafat Islam
5. Filsafat Modern
B. Cabang ilmu filsafat
1. Ontologis
2. Epistemologis
3. Aksiologis

9. Aksi dan Advokasi


Alokasi Waktu 2 jam
Urgensi Materi Materi ini disampaikan untuk memberikan
pemahaman kepada mahasiswa mengenai
advokasi dan tahapan-tahapannya, aksi dan
tata caranya, serta tujuan dan urgensi aksi dan
advokasi sebagai langkah untuk mengontrol
sosial politik.
Pokok Bahasan A. Pengertian Aksi dan Advokasi
B. Tata cara aksi dan advokasi
C. Tujuan aksi dan advokasi
10. Teori dan Teknik Persidangan
Alokasi Waktu 1 jam 30 menit
Urgensi Materi Materi ini dikhususkan untuk menunjang
pemahaman mahasiswa mengenai mekanisme
persidangan, tata cara, serta jenis dan tujuan
persidangan
Pokok Materi A. Jenis-jenis Persidangan
B. Macam-macam bentuk interupsi
C. Mekanisme persidangan
D. Tugas, hak dan wewenang peserta
siding
E. Tugas, hak dan wewenang
Pimpinan sidang

11. ke-Kohati-an

Anda mungkin juga menyukai