Anda di halaman 1dari 29

Pendahuluan

Mata merah merupakan keluhan penderita yang paling sering membawa penderita
berobat. Keluhan ini timbul karena terjadinya perubahan warna bola mata, dari sebelumnya
berwarna putih menjadi merah. Pada keadaan mata normal, sclera terlihat berwarna puti karena
sclera dapat terlihat melalui bagian konjungtiva dan kapsul tenon yang tipis dan tembus sinar.

Mata merah, atau hyperemia pada konjungtiva terjadi akibat bertambahnya asupan
pembuluh darah, ataupun berkurangnya pengeluaran darah seperti pada pembendungan
pembuluh darah.

Berdasarkan patofisiologi tersebut, mata merah terbagi menjadi mata merah akibat
melebrnya pembuluh darah konjungtiva seperti pada peradangan mata akut, misalnya:
konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Selain melebarnya pembuluh darah, mata merah dapat
terjadi akibat pecahnya salah satu pembuluh darah mata yang menyebabkan darah tertimbun di
bawah jaringan konjungtiva, keadaan ini disebut sebagai perdarahan subkonjungtiva.

Anatomi Vaskularisasi Mata

Mata diperdarahi oleh arteri oftalmika, cabang dari arteri karotis interna, arteri
infraorbital, dan arteri karotis eksterna yang memperdarahi struktur disekitar mata

Arteri retina sentral, cabang dari arteri oftalmika terletak inferior dari nervus optikus,
arteri retina sentral berjalan didalam selubung durameter bersama dengan nervus optikus hingga
mencapai bagian belakang bola mata, pada diskus optikus. Cabang lain dari arteri oftalmikus
yaitu arteri siliari posterior memperdarah koroid, yaitu bagian dari lapisan mata non-vascular.
Arteri siliari posterior akan beranastomosis dengan arteri siliari anterior membentuk suatu
pleksus siliari. Konjungtiva diperdarahi oleh arteri konjungtiva posterior yang memperdarahi
konjungtiva bulbi dan arteri siliari anterior yang bercabang menjadi arteri episklera (pleksus
siliar) yang memperdarahi iris dan badan siliar, dan arteri perikornea yang memperdarahi kornea.
Gambar 1. Vaskularisasi Mata

Injeksi Konjungtival

Melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior atau injeksi konjungtival dapat terjadi
akibat pengaruh mekanis, alergi, ataupun infeksi pada jaringan konjungtiva.

Injeksi konjungtival ini mempunyai tanda-tanda:

 Mudah digerakkan dari dasarnya. Hal ini disebabkan arteri konjungtiva posterior melekat
secara longgar pada konjungtiva bulbbi yang mudah dilepas dari sclera.
 Pembuluh darah didapatkan terutama di daerah forniks
 Ukuraan pembuluh darah makin besar ke bagian perifer
 Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi akan lenyap sementara
 Berwarna merah yang segar
 Gatal
 Tidak ada fotofobia
 Pupil ukuran normal

Gambar 2 Injeksi Konjungtiva

Injeksi siliar

Melebarnya pembuluh darah peri kornea (a. siliar anterior) atau injeksi siliar atau injeksi
perikornea terjadi akibat radang kornea, tukang kornea, benda asing pada kornea, radang
jaringan uvea, glaucoma, endoftalmitis ataupun panoftalmitis

Injeksi siliar ini mempunyai tanda-tanda

 Berwarna lebih ungu, dibanding dengan injeksi konjungtival


 Pembuluh darah tidak tampak
 Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan, karena menempel erat
dengan jaringan perikornea.
 Kemerahan paling pada disekitar kornea, dan berkurang kea rah forniks
 Dengan tetes adrenalin 1:1000 tidak menciut.
 Hanya lakrimasi
 Terdapat fotofobia
 Sakit tekan di sekitar kornea
 Pada penyakit tertentu dapat menyebabkan pupil ireguler

Gambar 3 Injeksi Siliar

Mata merah yang disebabkan injeksi siliar atau injeksi konjungtival dapat memberikan
gejala bersama-sama dengan keluhan tambahan seperti:
 Penglihatan menurun
 Terdapat atau tidak terdapatnya secret
 Terdapat peningkatan tekanan bola mata pada keadaan tertentu,

Mata merah dapat dibagi menjadi mata merah dengan visus normal ataupun mata merah
dengan visus terganggu akibat keruhnya media penglihatan bersama-sama mata yang
merah.

Mata Merah dengan Visus Normal

Penyebab mata merah dengan visus normal diantaranya:

 Konjungtivitis
 Pterigium
 Pseudopterigium
 Pinguektela
 Episkleritis
 Skleritis
 Perdarahan subkonjungtiva
Keluhan mata merah dapat disertai dengan gejala tambahan seperti mata kotor atau belek. Gejala
khusus ini muncul padaa kelainan konjungtiva. Belek merupakan secret yang merupakan produk
kelenjar yang terdapat pada konjungtiva bulbi yaitu sel goblet. Secret ini dapat berupa

 Air, kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi


 Purulen, disebabkan oleh bakteri atau klamidia
 Hiperpuluren, disebabkan gonokokus atau meningkokus
 Lengket, disebabkan oleh alergi atau vernal
 Serous disebabkan oleh adenovirus

Bila pada secret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik dengan giemsa maka dapat
dilihat dugaan kemungkinan penyebab secret seperti:

 Limfosit-monosit, kemungkinan infeksi disebabkan virus


 Neutrofil kemungkinan infeksi disebabkan bakteri
 Eosinofil, kemungkinan infeksi disebabkan alergi
 Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia
 Sel raksasa multinuclear oleh herpes
 Sel leber – makrofag raksasa, kemungkinan infeksi disebabkan oleh trakoma
 Keratinisasi dengan filament oleh pemfigus atau dry eye

KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva. Konjungtivitis dibedakan bentuk akut dan kronis.
Konjungtivitis dapat disebabkan bakteri seperti konjungtivitis gonokok, virus, klamidia, alergi
toksis, dan molluscum contagiosum.

Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi
(injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan secret yang lebih nyata di pagi hari, psedoptosis
akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane, pseudomembran,
granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing, dan adenopati preaurikular. Bilik
mata dan pupil dalam bentuk yang normal.
Tabel 1 Diagnosis Banding Tipe Konjungtivitis yang Lazim

Klinik & Sitologi Viral Bakteri Klamidia Atopik


Gatal Minim Minim Minim Hebat
Hyperemia Umum Umum Umum Umum
Air mata Profuse Sedang Sedang Sedang
Eksudasi Minim Mengucur Mengucur Minim
Adenopati Lazim Jarang Lazim hanya Tak ada
preaurikular konjungtivitis
oklusi
Pewarnaan Monosit Bakteri, PMN PMN, plasma sel Eosinofil
kerokan & eksudat badan inklusi
Sakit tenggorok Kadang Kadang Tak pernah Tak pernah
yang menyertai

Klasifikasi Konjungtivitis

- Konjungtivitis akut
 Konjungtivitis bakterial
o Konjungtivitis Bakterial Akut
o Konjungtivitis gonore
o Konjungtivitis Angular
 Konjungtivitis akut viral
o keratokonjungtivitis epidemic
 demam faringokonjungtiva
 keratokonjungtivitis herpetic
 keratokonjungtivitis New Castle
 konjungtivitis hemoragik akut
 Konjungtivitis jamur
 Konjungtivitis alergi
 konjungtivitis vernal
 konjungtivitis flikten
- Konjungtivitis Kronis
 Trachoma

A. Konjungtivitis bakteri akut


Etiologi
- Streptokokus, Corynebacterium Diphterica, Pseudomonas, Neisseria, dan Haemophilus,
Gejala
- Konjungtivitis Mukopurulen dan konjungtivitis purulen
- Hiperemi Konjungtiva
- Edema Kelopak
- Papil dan Kornea jernih
Diagnosis
- Pemeriksaan sediaan langsung,
Terapi
- Antibiotik tunggal seperti Neosporin, basitrasin, gentamicin, kloramfenikol, tobramisin,
eritromisin dan sulfa.
- Bila pengobatan tidak memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 hari maka
pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologi

Gambar 4 Konjungtivitis Bakterial Akut

Konjungtivitis Gonore

Etiologi

- Neisseria gonorrhea, kuman yang sangat pathogen, virulen, dan bersifat invasive.

Epidemiologi

- Penyakit yang tersebar luas di seluruh dunia secara endemic

Patofisiologi

 Pada neonates infeksi terjadi pada saat berada pada jalan lahir, merupakan penyebab
utama oftalmia neonatum.
 Pada bayi infeksi terjadi ditularkan oleh ibu yang menderita penyakit tersebut
 Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelamin sendiri.
Gambar 5 Konjungtivitis Gonorea

Gejala

 Secret purulen padat dengan masa inkubasi 12 jam hingga 5 hari


 Perdarahan subkonjungtiva
 Konjungtivitis kemotik
 Pada orang dewasa terdapat 3 stadium
o Infiltratif ditemukan kelopak dan konjungtiva kaku disertai rasa sakit pada
perabaan. Kelopak mata membengkak dan kaku hingga sulit dibuka. Keluhan
disertai rasa nyeri pada mata disertai tanda infeksi umum. Pada umumnya
menyerang satu mata terlebih dahulu
o Supuratif terdapat secret yang kental biasanya mengenai kedua mata dengan
secret kuning kental.
o Penyembuhan
 Pada orang dewasa penyakit ini berlangsung selama 6 minggu

Diagnosis

 Pemeriksaan secret dengan pewarnaan metilen biru, akan terlihat diplokokus didalam sel
lekosit. Dengan pewarnaan gram terdapat sel intraselular atau ekstreaselular.
 Pemeriksaan sensitivitas pada agar darah dan coklat

Terapi

 Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air rebu/NaCl setiap 15 menit. Kemudian
diberi salep penisilin tiap 15 menit.
 Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000 – 20.000
unit/ml setiap 1 menit sampai 30 menit, kemudian diberi salep
 Antibiotik sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus,

Penyulit

 Tukak kornea marginal yang mudah perforasi akibat daya lisis kuman gonokokus
 Perforasi kornea dapat mengakibatkan endoftalitis dan panoftalmitis sehingga terjadi
kebutaan total

Pencegahan

 Membersihkan mata bayi segera setelah lahir dan memberikan salep kloramfenikol

Konjungtivitis angular

Definisi

- Konjungtivitis pada daerah kantus interpalpebra disertai ekskoriasi kulit di sekitar daerah
meradang

Etiologi

- Moraxella axenfeld

Gejala

- Secret mukopurulen dan pasien sering mengedip

Penatalaksanaan:

- Tetrasikin atau basitrasin

Penyulit:

- Blefaritis

Konjungtivitis mukopurulen

Definisi:

- Konjungtivitis dengan gejala umum konjungtivitis kataral mukoid

Etiologi

- Staphylococcus atau basil Koch Weeks

Gejala

- Hyperemia konjungtiva dengan secret berlendir yang mengakibatkan kedua kelopak


melekat terutama pada bagun pagi. Gejala terberat muncul pada hari ketiga dan bila tidak
diobatiakan berjalan kronis.
B. Konjungtivitis Viral

Etiologi

- Biasanya disebabkan Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster, Klamidia, New castle,
Pikorna, Enterovirus, dan sebagainya.

Manifestasi Klinis

- Terdapat sedikit kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal, injeksi, nodul preaurikular
bisa nyeri atau tidak, serta kadang disertai sakit tenggorok dan demam. Terdapat folikel
atau papil, sekret yang serous atau mukoserous, perdarahan subkonjungtiva (”small and
scattered”), limadenopati preaurikuler dan infiltrat kornea.
- Konjungtivitis viral yang disebabkan Adenovirus biasanya berjalan akut, terutama
mengenai anak-anak dan disebarkan melalui droplet atau kolam renang.
- Konjungtivitis herpes simpleks sering terjadi pada anak kecil, memberikan gejala injeksi
unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Terjadi pada infeksi primer
herpes simpleks atau episode rekuren herpes okuler.

Pemeriksaan Penunjang

- Pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa dengan pewarnaan Giemsa, kultur virus,
dan sel inklusi intranuklear.

Komplikasi

- Keratitis. Virus herpetik dapat menyebabkan parut pada kelopak; neuralgia; katarak;
glaukoma; kelumpuhan sarafIlI, IV, VI; atrofi saraf optik; dan kebutaan.

Penatalaksanaan

- Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk


mencegah terjadinya infeksi sekunder. Dalam dua minggu akan sembuh dengan
sendirinya. Hindari pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan
kemungkinan infeksi virus Herpes simpleks telah dieliminasi.
- Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan Adenovirus dan dapat sembuh sendiri
sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astringen, dan lubrikasi.
Pada kasus yang berat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid
topikal.
- Konjungtivitis herpetik sembuh sendiri. Penatalaksanaannya dengan debriment kornea
atau salep mata idosuridin 4x/hari selama 7-10 hari atau salep Acyclovir 3% 5x/hari
selama 10 hari dan diobati dengan obat antivirus, asiklovir 400 mg/hari selama 5 hari.
Steroid tetes deksametason 0,1% diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis,
tetapi steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. Dapat
diberikan analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan
salep tetrasiklin. Jika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara
mengoles salep pada ulkus dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup
selama 24 jam.
- Demam faringokonjungtiva biasanya sembuh sendiri dalam 10 hari. Untuk pasien
keratokonjungtivitis epidemika , pencegahan penularan saat pemeriksaan adalah penting.
Penyakit ini berlangsung 3-4 minggu.Konjungtivitis New Castle sembuh sendiri dalam
waktu kurang dari 7 hari. Konjungtivitis hemoragik akut sembuh dalam 5-7 hari

C. Konjungtivitis Jamur

Konjungtivitis Kandida

Etiologi:

- Candida spp. (biasanya Candida albicans)

Epidemiologi:

- Jarang terjadi, umumnya tampak sebagai bercak putih

Faktor risiko:

- Pasien yang mengalami diabetes mellitus atau pasien immunocompromised.

Diagnosis:

- Kerokan menunjukkan reaksi radang sel polimorfonuklear

Terapi
Amphotericin B (3-8 mg/ml) dalam larutan air atau dengan pemberian nystatin kulit
100.000 unit/g 4-6 kali sehri

D. Konjungtivitis Alergi

Konjungtivitis alergi adalah radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi.

Etiologi

- Reaksi hipersensitivitas tipe cepat (tipe I) atau lambat (tipe IV), atau reaksi antibodi
humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian dari sindrom
Steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orang
dengan predisposisi alergi obatobatan. Pada pemakaian mata palsu atau lensa kontakjuga
dapat terjadi reaksi alergi.

Manifestasi Klinis

- Mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. Sering berulang dan menahun
bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat atopi sendiri atau dalam
keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada konjungtiva palpebra dan
bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat menimbulkan komplikasi pada
konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis berat.

Gambar 6 Konjungtivitis Alergi

Pemeriksaan Penunjang

- Pada pemeriksaan sekret ditemukan sel-sel eosinofil. Pada pemeriksaan darah ditemukan
eosinofilia dan peningkatan kadar serum IgE.

Penatalaksanaan
- Biasanya penyakit akan sembuh sendiri. Pengobatan ditujukan untuk menghindarkan
penyebab dan menghilangkan gejala. Terapi yang dapat diberikan misalnya
vasokonstriktor lokal pada keadaan akut (epinefrin 1: 1.000), astringen, steroid topikal
dosis rendah dan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya. Untuk pencegahan
diberikan natrium kromoglikat 2% topikal 4 kali sehari untuk mencegah degranulasi sel
mast. Pada kasus yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik.
Penggunaan steroid berkepanjangan harus dihindari karena bisa terjadi infeksi virus,
katarak, hingga ulkus kornea oportunistik. Antihistamin sistemik hanya sedikit
bermanfaat.

- Pada sindrom Steven Johnson, pengobatan bersifat simtomatik dengan pengobatan


umum. Pada mata dilakukan pembersihan sekret, midriatik, steroid topikal, dan pencegahan
simblefaron.

E.Trakoma

Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular kronik yang disebabkan oleh
Chlamydia trachromatis.

Penyakit ini dapat mengenai segala umur tapi lebih banyak ditemukan pada orang muda
dan anak-anak. Daerah yang banyak terkena adalah di Semenanjung Balkan. Ras yang banyak
terkena ditemukan pada ras yahudi, penduduk asli Australia dan Indian Amerika atau daerah
dengan higiene yang kurang.

Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret penderita
trakoma atau melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat kecantikan dan
lain-lain. Masa inkubasi rata-rata 7 hari (berkisar dari 5 sampai 14 hari),

Secara histopatologik pada pemeriksaan kerokan konjungtivitis dengan pewamaan Giemsa


terutama terlihat reaksi sel-sel polimorfonuklear, tetapi sel plasma, sel leber dan sel folikel
(limfoblas) dapat juga ditemukan. Sel leber menyokong suatu diagnosis trakoma tetapi sel
Limfoblas adalah tanda diagnostik yang penting bagi trakoma. Terdapat badan inklusi Halber
StatlerProwazeck di dalam sel epitel konjungtiva yang bersifat basofil berupa granul, biasanya
berbentuk cungkup seakan-akan menggenggam nukleus. Kadang-kadang ditemukan lebih dari
satu badan inklusi dalam satu sel.

Gambar 7 Trakoma

Keluhan pasien adalah fotofobia, mata gatal, dan mata berair. Menurut klasifikasi Mac
Callan, penyakit ini berjalan melalui empat stadium:

1. Stadium insipien

2. Stadium established (dibedakan atas dua bentuk)

3. Stadium parut .

4. Stadium sembuh.

Stadium 1 (hiperplasi limfoid): Terdapat hipertrofi papil dengan folikel yang kecil-kecil
pada konjungtiva tarsus superior, yang memperlihatkan penebalan dan kongesti pada pembuluh
darah konjungtiva. Sekret yang sedikit dan jernih bila tidak ada infeksi sekunder. Kelainan
kornea sukar ditemukan tetapi kadang-kadang dapat ditemukan neovaskularisasi dan keratitis
epitelial ringan.

Stadium 2: Terdapat hipertrofi papilar dan folikel yang matang (besar) pada konjungtiva
tarsus superior. Pada stadium ini dapat ditemukan pannus trakoma yang jelas. Terdapat hipertrofi
papil yang berat yang seolah-olah mengalahkan gambaran folikel pad a konjungtiva superior.
Pannus adalah pembuluh darah yang terletak di daerah limbus atas dengan infiltrat.

Stadium 3 : Terdapat parut pad a konjungtiva tarsus superior yang terlihat sebagai garis
putih yang halus sejajar dengan margo palpebra. Parut folikel pad a limbus kornea disebut
cekungan Herbert. Gambaran papil mulai berkurang. .

Stadium 4 : Suatu pembentukan parut yang sempurna pada konjungtiva tarsus superior
hingga menyebabkan perubahan bentuk pada tarsus yang dapat menyebabkan enteropion dan
trikiasis.

Diagnosis banding adalah konjungtivitis inklusi.

Pengobatan trakoma dengan tetrasiklin salep mata, 2-4 kali sehari, 3-4 minggu, sulfonamid
diberikan bila ada penyulit. Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan makanan yang bergizi
dan higiene yang baik mencegah penyebaran.

Penyulit trakoma adalah enteropion, trikiasis, simblefaron, kekeruhan kornea, dan


xerosis/keratitis sika.

Pasien trachoma bisa diobati dengan Tetrasiklin 1-1,5 gr/hari, peroral dalam 4 takaran
yang sama selama 3-4 mingu, Doksisiklin 100 mg, 2 x/hari p.o selama 3 minggu, Eritromisin 1
gr/hari p.o dibagi dalam 4 takaran selama 3-4 minggu, dan salep mata atau tetes mata termasuk
sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin dan rifampisin 4x/hari selama 6 minggu.

PINGUEKULA

Definisi

Penebalan kuning keabuan pada konjungtiva bulbi karena degenerasi hyalin pada
jaringan sub mukosa konjungtiva

Epidemiologi

Merupakan perubahan yang cukup sering ditemukan pada konjungtiva.

Etiologi

Biasanya karena sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu dan angin panas.
Gambaran Klinis
-Letak penebalan ini terdapat di celah kelopak mata di bagian nasal
-Gejala yang timbul dari tidak ada keluhan sampai dapat terjadi lakrimasi, rasa terbakar,
rasa mengganjal.
Diagnosis
-Pada inspeksi dapat terlihat penebalan kuning keabuan pada limbus mata arah jam 3 dan
jam 9 yang mana dasar dari penebalannya terletak paralel dengan limbus kornea.

Diferensial Diagnosis

Merupakan suatu temuan yang cukup jelas

Pengobatan

Tidak perlu diberikan pengobatan kecuali bila meradang dapat diberi anti inflamasi.

PTERIGIUM

Definisi

Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang


bersifatdegeratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak bagian nasal
ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah kornea
Epidemiologi
Penyakit ini sering ditemui pada daerah dengan iklim tropis. Penyakit ini sangat
berhubungan dengan faktor lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan dan gaya hidup
pasien. Terutama eksposure terhadap sinar UV dan iritasi kronis dari mata karena pekerjaan.
Etiologi dan Faktor resiko
Faktor intrinsic
Faktor intrinsik meliputi factor herediter, beberapa defisiensi, misalnya defisiensi
vitamin A, bertanggung jawab terhadap perubahan mukosa lakrimal dan pergantian sel
epitel kornea-konjungtiva dan dipertimbangkan sebagai factor intrinsic.
FaktorEkstrinsik
Faktor ekstrinsik karena terpapar dengan UV light dan mikrotrauma kronis pada
permukaan mata yang sering disebabkan oleh pekerjaan pasien. Pengaruh pemaparan
mikrotrauma di lingkungan kerja misal seperti allergen, angin, debu, rokok dan stimuli
toksik lain, petani, pelaut, tukang kayu termasuk dalam kelompok beresiko tinggi
terhadap pemaparan.Infeksi mikroba dan virus tidak signifikan tetapi pada populasi
tertentu terdapat predisposisi kerusakan konjungtiva.

Gambaran Klinis dan Klasifikasi

Gambaran morfologis dari pterigium dan keterlibatan kornea, menimbulkan


klasifikasi dari beberapa bentuk klinis. Ada tiga tipe utama. Klasifikasi dibagi berdasarkan
evolusi dan keparahan gambaran klinis (dari stadium awal sampai stadium lanjut)

Small Primary Pterigium (type 1)

Merupakan stadium awal dari pterigium. Lesi hanya terbatas pada limbus dan menginvasi
kornea marginal. Pada bentuk ini, gejala jarang terjadi. Bentuk stasioner dengan progresi yang
sangat lambat.

Advanced primary with no optical axis involvement (Type II)

Tipe yang paling sering terjadi. Infiltrasi ke sekeliling dapat dilihat oleh mata. Kapiler
yang berdilatasimembentuk vaskularisasi yang menyebar sampai ke internal canthus. Progresi
terjadi dan iritasi menjadi mudah terjadi. Dapat terjadi penurunan visus karena astigmatisme
yang terinduksi akibat dari opasitas kornea perifer dan perubahan film lakrimal sehingga terdapat
difraksi besar terhadap cahaya dan sensitifitas kontras yang berkurang.
Advanced primary with optical axis involvement (Type 3)

Bentuk paling lanjut dari pterigium. Berinvasi sampai ke axis optikal. Pertumbuhan
pterigium, dengan apex menginvasi lapang pupil dan menginfiltrasi stroma kurang lebih 30%
dari ketebalan kornea. Penurunan penglihatan biasanya terjadi dan disebabkan oleh kombinasi
astigmatisme terinduksi dan keterlibatan axis optikal.

Diagnosis

Pasien biasa tidak datang dengan keluhan apabila masih pada tipe 1. Pada pasien tipe 2
dan 3 dapat terjadi keluhan visus yang menurun. Selain itu karena pterigium ini mudah
meradang, pada saat fase peradangan akan ditemukan tanda-tanda iritasi non spesifik seperti
fotofobia, sensasi benda asing, dan mata berair secara kontinyu. Dapat juga timbul rasa nyeri
yang di provokasi oleh mikroulserasi kornea pada bagian kepala dari pterygium.

Pada pterygium yang berprogresi terus menerus kadang dapat terjadi penglihatan ganda
akibat terganggunya motilitas okular karena jaringan konjungtiva yang terluka.
Diagnosis Banding

Pingeukula

Kelainan patologi jinak yang sangat umum. Bentuknya bulat, berwarna keputihan atau
kekuningkuning keabuan. Tempat paling umum terjadi di limbus. Dari pemeriksaan histology
pingeukula adalah degenerasi hyaline dari jaringan konektif konjungtiva. Normalnya
asimtomatik tapi dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan iinflamasi, dengan gejala terbakar,
lakrimasi dan foreign body sensation.

Pseudo pterigium

Gambaran klinis pseudopterigium dengan pterigium adalah sama, tetapi pathogenesis dari
keduanya berbeda. Pseudopterigium dihasilkan dari perbaikan ulkus kornea,atau inflamasi
limbus karena berbagai penyebab ( kimia, panas, mikrobiologikal, autoimun). Dapat
didefinisikan sebagai konjungtivalisasi dari permukaan kornea (lapisan fibrovaskular dapat
menutupi seluruh kornea). Tidak terdapat perkembangan lesi.

Pengobatan

Tindakan non bedah

Tindakan non bedah meliputi pemberian lubrikasi dengan tetes mata buatan atau tetes
mata dekongestan untuk mengurangi keluhan iritasi, tetes mata dan salep steroid juga dapat di
berikan untuk mengurangi reaksi peradangan. Tetes mata vasokonstriktor juga dapat diberikan
untuk mengurangi keluhan mata merah. Obat-obat ini tidak menghambat progresifitas pterigium.

Tindakan bedah

Pengobatan pterigium tipe progresif yang merah, tebal dan meradang lebih sulit bila
dibandingkan dengan tipe nonprogresif yang putih, tipis dan avaskular. Beberapa peneliti
menganjurkan pemberian obat-obat, seperti obat steroid topikal sebelum tindakan bedah.
Tindakan bedah dapat dilakukan bila pterigium menyebabkan gangguan visus, keluhan
iritasi kronik, gangguan pergerakan bulbus okuli yang mengakibatkan diplopia dan gangguan
kosmetik.

Pembedahan pterigium dilakukan menurut enam cara yaitu : Avulsi, Trasposisi apeks pterigium,
Rotasi flep konjungtiva, Bare sclera, Cangkok konjungtiva otologus dan cangkok membran
amnion homologus

Prognosis

Biasanya sering terjadi rekurensi. Apabila terjadi rekurensi maka harus dilakukan
keratoplasty untuk menggantikan lapisan bowman kornea yang sakit. Apabila tidak akan terus
menjadi substrat untuk pertumbuhan pterigium baru.

PSEUDOPTERIGIUM

Definisi

Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat.

Epidemiologi dan Etiologi

Biasa terjadi saat penyembuhan tukak kornea, sehinggadapat terjadikonjungtivalisasi dari


permukaan kornea (lapisan fibrovaskular dapat menutupi seluruh kornea).

Penampakan Klinis dan Diagnosis

Gambaran klinis sama dengan pterygium namun pterygium biasanya terjadi dibagian
nasal atau temporal saja sedangkan pseudopterygium dapat terjadi dari sisi atas atau sisi bawah.
Selain itu pada pseudopterygium dapat diselipkan sonde dibawahnya.

Biasanya pada pasien terdapat riwayat kelainan kornea seperti tukak kornea.
Pengobatan

Bisa dengan melakukan lisis dari adhesinya, eksisi pada konjugtiva yang terluka, dan
penutupan defeknya dengan “free conjunctival graft” yang didapat dari bagian temporal.

EPISKLERITIS

Definisi

Reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera.

Etiologi

- Reaksi hipersensitivitas ( toksik, alergik, atau infeksi) terhadap penyakit sistemik : TBC,
rheumatoid arthritis, SLE, polyarthritis nodosa, inflammatory bowel disease, sarcoidosis,
Wegener's granulomatosis, herpes zoster virus atau sifilis.
- Terjadi spontan atau idiopatik
- Terutama pada anita usia pertengahan.

Klasifikasi

- Epiksleritis simple
- Episkleritis nodular
Tanda dan gejala

- Umumnya unilateral
- Mata kering
- Rasa sakit ringan yang mengganjal
- Gambaran khusus : benjolan setempat dengan batas tegas dan warna merah ungu di
bawah kojungtiva yang apabila konjungtiva atasnya ditekan akan menimbulkan rasa sakit
yang menjalar disekitar mata.
- Kadang-kadang, ada bintil putih translusen terpusat didaerah yang
meradang (episkleritis nodular)
- Perjalanan penyakit akut, beberapa minggu-bulan, dapat berulang.
- Pembuluh darah mengecil dengan vasokonstriktor.

Manajemen

- Self-limiting disease, dapat sembuh sendiri sekitas 2-3 minggu tanpa pengobatan.
- Vasokonstriktor Fenilefrin 2,5% topikal
- Pada keadaan berat diberi kortikosteroid tetes mata (prednisolone acetate 1% atau
fluorometholone acetate) ,  sistemik, atau salisilat.
- Kompres dingin dan artificial tears untuk menyamankan mata.
- Untuk epiksklertis nodular dapat diberi OAINS untuk meringankan inflamasi.
SKLERITIS

Definisi

Peradangan (inflamasi) yang melibatkan sklera.

Etiologi

- Pada 50% kasus berhubungan dengan penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan oleh
penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, gout. Terkadang disebabkan oleh
tuberculosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca
bedah.
- Biasanya kondisinya berat, destruktif dan mengancam penglihatan
- Penting utk mengobati peny sistemiknya
- Skleritis posterior melibatkan sklera posterior sampai ora serata
- Mengancam kebutaan
Klasifikasi

a. Skleritis anterior difus , nodular, nekrotik dengan inflamasi, nekrotik tanpa inflamasi.
b. Skleritis posterior.

Tanda dan gejala :

- Biasanya bilateral, sering pada perempuan


- Perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis, dan dagu
- Terkadang penderita bangun dari tidurnya karena nyeri kambuh.
- Mata merah berair
- Fotofobia dengan penglihatan menurun
- Onset mendadak
- Kondisi berat, nyeri menetap,
- Pemb drh slera tdk menghilang dg tetes phenylephrine 10%
- Penglihatan kabur, diplopia, nyeri saat ada gerakan bola mata
- Tidak mengeluarkan kotoan.
- Terlihat benjoan berwarna sedikit biru jingga, terkadang mengenai seluruh lingkaran
kornea sehingga terlihat sebagai skleritis anular.
- Dalam kasus yang parah skleritis nekrosis, slklera dapat menjadi transparan karena
peradangan kronis, mengungkapkan biru gelap yang mendasari koroid tersebut.

Manajemen

- Medikasi topical tidak cukup untung pengobatan skleritis.


- Selain obat sikoplegik (scopolamine 0,25% atau atropine 1%) ,juga diberi OAINS
(ibuprofen 600mg)
- Jika peradangan parah atau necrotizing, atau jika non-steroidals sendiri gagal untuk
menekan peradangan, gunakan steroid sistemik seperti prednison oral 80 mg kafein QD
selama dua sampai tiga hari, lalu perlahan-lahan tapering off 10 sampai 20mg setiap hari.

Penyulit

- Keratitis perifer
- Glaukoma
- Granuloma subretina
- Uveitis
- Keratitis sklerotikan  kekeruhan kornea akibat peradangan sklera terdekat. Bentuknya
segitiga yang terletak dekat skleritis yang sedang meradang akibat gangguan susunan
serat kolagen stroma.

PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVAL

Definisi

Pembuluh darah pada konjungtiva yang rapuh dan pecah yang mengakibatkan perdarahan
subkonjungtiva (daerah dibawah konjungtiva) . Tampak sebagai patch merah terang (paling
banyak) atau merah gelap.

Etiologi

Perdarahan subkonjungtiva dapat terjadi pada semua ras, umur, dan jenis kelamin dengan
proporsi yang sama. Beberapa penyebab yang daat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva
antaralain,

1.  Spontan/idiopatik biasanya yang ruptur adalah pembuluh darah konjungtiva.


2.  Batuk, berusaha, bersin, muntah.

3.  Hipertensi. Pembuluh darah konjungtiva merupakan pembuluh darah yang rapuh,sehingga
jika ada kenaikan tekanan mudah ruptur sehingga menyebabkan perdarahan subkonjungtiva.

4.  Gangguan perdarahan yang diakibatkanoleh penyakit hati, diabetes, SLE, dan kekurangan
vitamin C, gangguan faktor pembekuan.

5.  Penggunaan antibiotik, NSAID, steroid, vitamin D, kontrasepsi.

6.  Infeksi sistemik yang menyebabkan demam seperti meningococcal septicemia, scarlet fever,
typhoid fever, cholera, rickettsia, malaria, dan virus (misal influenza, smallpox, measles, yellow
fever, sandfly fever).

7.  Gejala sisa dari operasi mata.

8.  Trauma.

9.  Menggosok mata.

Tanda dan Gejala

Pasien datang dengan keluhan matanya yang bagian putih merah, pusing, berair, dalam
waktu 24 jam sejak munculnya warna merah, bentuknya semakin membesar, kemudian
mengecil, awalnya merah cerah lama-lama berwarna agak gelap . Hal yang harus ditanyakan
adalah adanya riwayat trauma, mengangkat benda berat, batuk kronis, hipertensi.

Tanda yang tampak pada pemeriksaan antara lain:

- Tampak adanya perdarahan di sklera dengan warna merah terang (tipis) atau merah tua
(tebal).
- Tidak ada tanda peradangan, kalaupun adanya biasnya peradangan yang ringan.
- Lingkungan sekitar peradangan tampak normal.
-

Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah:

- Penlight. Pada konjungtiva bulbi tampak adanya patch kemerahan.


- Tekanan darah untuk mengetahui risiko hipertensi.
- Cek darah lengkap untuk memastikan adanya gangguan pembekuan darah.
Manajemen

Perdarahan subkonjungtiva sebenarnya tidak memerlukan pengobatan karena darah akan


terabsorbsi dengan baik selama 3 -4 minggu. Tetapi untuk mencegah perdarahan yang semakin
meluas beberapa dokter memberikan vasacon (vasokonstriktor) dan multivitamin.
Airmata buatan untuk iritasi ringan dan mengobati faktor risikonya untuk mencegah
risiko perdarahan berulang.

KONJUNGTIVITIS FLIKTEN

Definisi

Suatu peradangan konjungtiva karena reaksi alergi yang dapat terjadi bilateral ataupun unilateral,
biasanya terdapat pada anak-anak dan kadang-kadang pada orang dewasa.

Etiopathogenesis

Penyakit ini merupakan manifestasi alergi endogen, tidak hanya disebabkan protein bakteri
tuberkulosis tetapi juga oleh antigen bakteri lain seperti stafilokokus. Dapat juga ditemukan pada
kandidiasis, askariasis, helmintiasis.

Penderita biasanya mempunyai gizi yang buruk.


Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas. Secara
histologis fliktenulosa mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN ditemukan
pada lesi nekrotik.. Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe
lambat terhadap protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides immitis, Chlamydia,
acne rosacea, beberapa jenis parasit interstisial dan fungus Candida albicans. Jarang kasusnya
idiopatik.

Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea meskipun seringkali biasanya
menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel yang ditempati oleh flikten rusak, membentuk ulkus
dangkal yang mungkin hilang tanpa pembentukan jaringan parut.

Flikten khas biasanya unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva bulbar atau kornea,
dapat satu atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat nodul inflamasi
dengan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva tidak menimbulkan
jaringan parut.

Gejala dan tanda

Gejala :

- Rasa sakit dengan mata merah dan lakrimasi.


- Khasnya pada konjungtivitis flikten apabila kornea ikut terlibat akan terdapat fotofobia
dan gangguan penglihatan.
- Keluhan lain dapat berupa rasa berpasir.
- Konjungtivitis flikten biasanya dicetuskan oleh blefaritis akut dan konjungtivitis bakterial
akut.

Tanda :

Dengan Slit Lamp tampak sebagai tonjolan bulat ukuran 1-3 mm, berwarna kuning atau kelabu,
jumlahnya satu atau lebih yang di sekelilingnya terdapat pelebaran pembuluh darah konjungtiva
(hiperemia). Bisa unilateral atau mengenai kedua mata.

Manajemen

- Edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai
3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala
pada kasus ringan.
- Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid.
Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus
Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya
kontraindikasi.
- Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan
Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian
salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole
topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif.
- Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk
usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau
erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu.
- Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis.

Anda mungkin juga menyukai