Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MAKALAH

FARMASI PRAKTIS KLINIS


“SEMBELIT/KONSTIPASI”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
NAMA KELOMPOK:
1. Asty Meila Dena 61608100817043
2. Clara Agustin 61608100817047
3. Desi Mayang Lestari 61608100817006
4. Hadifa Achria Permata Zain 61608100817049
5. Laras Permata Hati 61608100817012
6. Muhammad Akbar 61608100817054
7. Nova Azriansyah 61608100817059
8. Rahmanita Septiana Siregar 61608100817020
9. Siska Widiastuti 61608100817029
10. Sri Anjani Sitorus 61608100817070
11. Tesa br. Napitupulu 61608100816060
12. Pungky Wulansari 61608100817064
13. Yenny Elfrida Siregar 61608100817035

NAMA DOSEN: apt. Aprilya Sri Rachmayanti, M.Farm

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA
BATAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah- Nya sehingga kami bisa menyusun Tugas Farmasi
Praktis Klinis ini dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu
“Sembelit” itu merupakan salah satu dari penyakit pediatric.

Tugas ini kami buat untuk memberikan pemahaman tentang penyakit


pediatric yang kami ambil yaitu tentang sembelit. Mudah- mudahan makalah yang
kami buat ini bisa meningkatkan pengetahuan kita jadi lebih luas lagi. Kami
menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini.

Oleh sebab itu, kritik serta anjuran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu apt, Aprilya Sri Rachmayanti, M.Farm. Kepada pihak yang sudah menolong
turut dan dalam penyelesaian makalah ini. Atas perhatian serta waktunya, kami
sampaikan banyak terima kasih.

Penyusun

Kelompok V

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................... 1

BAB II ISI .................................................................................................. 2

2.1 Pengertan sembelit dan penyebabnya ...................................... 2


2.2 Mengenal tata laksana konstipasi dan komplikasinya .............. 5
2.3 Jenis Terapi dan Efektivitasnya ................................................ 10

BAB III PENUTUP ................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan ............................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pediatric berasal dari bahasa Yunani, yaitu Pedos yang berarti anak dan
Iatrica yang berarti pengobatan. Arti dari bahasa Indonesia adalah ilmu
pengobatan anak dan pengertian ini lebih tepat daripada ilmu penyakit anak
yang ternyata masih sering dipakai. Pediatric telah berkembang pesat sekali
terutama dalam 20 tahun terakhir ini. Di luar negeri, seperti pula yang
dianjurkan oleh WHO timbul kecenderungan mengubah nama pediatric
menjadi Child Health. Di Indonesia sejak 1963 telah diubah menjadi ilmu
kesehatan anak, yaitu karena pediatric sekarang tidak hanya mengobati anak
sakit, tetapi juga mencakup hal – hal yang lebih luas.
Peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian untuk pasien pediatri adalah
mendeteksi dan mencegah timbulnya masalah terkait obat. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, apoteker harus memahami farmakologi, farmakokinetik
dan farmakodinamik untuk pasien pediatri. Apoteker harus mampu
bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain untuk memberikan pelayanan
farmasi klinik yang komprehensif yang dapat menjamin keamanan penggunaan
obat, efikasi obat dengan memperhatikan perkembangan obat baru di
masyarakat.
Gangguan pencernaan yang umum dialami oleh dewasa ataupun anak
adalah sembelit. Secara global sembelit mengenai hampir 30% anak-anak di
seluruh dunia. Kasus sembelit didapatkan pada sekitar 3% kunjungan ke dokter
anak dan 10-25% kunjungan ke ahli ganstoenterologi anak di USA. Anak
sembelit sering mengalami nyeri perut serta nyeri saat buang air besar (BAB)
akibat tinja yang keras dan/atau besar. Hal ini mempengaruhi kesehatan dan
kualitas hidup anak, selain itu juga menimbulkan kecemasan orang tua.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pemahaman tentang penyakit sembelit/komplikasi.
2. Untuk mengetahui tatalaksana sembelit/konstipasi pada anak.
3. Bagaimana mengatasi jika komplikasi dengan penyakit lain.

1
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Sembelit dan Penyebabnya


Sembelit atau konstipasi merupakan salah satu gangguan pencernaan yang
sering terjadi pada anak. Anak dikatakan mengalami sembelit jika ia buang air
besar kurang dari 3 kali dalam seminggu, terlihat harus mengejan atau berusaha
keras untuk mengeluarkan tinja, atau kotorannya tampak keras, kering, dan
kecil-kecil.
Setiap orang sesekali bisa mengalami konstipasi, namun biasanya bukan
merupakan kondisi serius dan berlangsung hanya sebentar. Tingkat keparahan
konstipasi pada setiap orang berbeda-beda, Pada beberapa kasus, konstipasi
dapat menjadi kronis jika kondisi ini berulang hingga beberapa kali dalam
waktu 3 bulan. Gangguan sembelit kronis ini dapat mengganggu kegiatan
penderita setiap hari.

Gambar.1 (Konstipasi/sembelit pada anak)


Penyebab konstipasi bisa lebih dari satu faktor, dari pola makan dan hidup
yang buruk, atau kondisi medis tertentu. Sementara pada anak-anak, selain
beberapa penyebab yang telah disebutkan, kebiasaan menahan keinginan untuk
buang air besar atau stres juga dapat membuat mereka mengalami sembelit.
Untuk mengatasi konstipasi, langkah penanganan yang bisa dilakukan adalah
dengan mengubah pola makan dan gaya hidup, pemberian obat (laksatif atau
pencahar), atau prosedur operasi.
A. Keluhan sembelit yang dialami anak dapat disebabkan oleh berbagai hal, di
antaranya:

- Terlalu banyak minum susu atau kurang asupan serat

2
- Kurang minum air putih

- Stres

- Jarang bergerak atau kurang olahraga

- Efek samping obat-obatan tertentu


B. Langkah Perawatan Alami di Rumah
Sebelum memberikan obat sembelit kepada anak, Bunda dapat melakukan
perawatan secara mandiri di rumah untuk mengatasinya, yaitu dengan:
1. Memberi anak makanan mengandung serat
Konsumsi makanan kaya akan serat, seperti kacang-kacangan, biji-
bijian, serta buah dan sayur, dapat menjadi langkah sederhana namun
efektif dalam mengatasi sembelit pada anak. Jika anak susah makan
buah atau sayur, coba mulai dengan buah yang rasanya manis, seperti
apel atau melon.
Mengonsumsi cukup serat akan membuat tinja anak lebih lunak dan
lebih mudah dikeluarkan. Selain itu, aneka makanan berserat di atas juga
mengandung banyak nutrisi, seperti vitamin dan mineral, yang
dibutuhkan oleh anak.
2. Memenuhi kebutuhan cairan tubuh anak
Ketika anak kurang minum, tekstur tinjanya akan menjadi lebih keras,
sehingga lebih sulit untuk dikeluarkan ketika BAB.
Oleh karena itu, Bunda perlu memenuhi kebutuhan cairan Si Kecil
sehari-hari. Dengan memberikan anak cukup minum air putih, tekstur
tinjanya akan menjadi lebih lunak, sehingga proses buang air besar
menjadi lebih mudah.
3. Mengurangi pemberian susu sapi
Sebagian anak bisa mengalami sembelit akibat intoleransi laktosa atau
alergi terhadap susu sapi yang dikonsumsinya. Jika Bunda mendapati Si
Kecil sering mengalami sembelit setelah ia minum susu sapi, maka
sebaiknya hentikan pemberian susu tersebut untuk sementara waktu.

3
Untuk memilih jenis susu lain yang dapat Si Kecil konsumsi sebagai
pengganti susu sapi, Bunda disarankan untuk berkonsultasi ke dokter
anak.
4. Mendorong anak untuk tetap beraktivitas
Ajak anak untuk lebih aktif bergerak. Berikan anak waktu untuk
bermain secara aktif setidaknya 30-60 menit tiap hari untuk menjaga
pergerakan usus dan melancarkan proses pencernaan.
Untuk membuatnya lebih bersemangat dalam melakukan aktivitas fisik,
Bunda juga bisa berolahraga bersama Si Kecil. Misalnya mengajak anak
bersepeda, berenang, atau sekadar berjalan santai.
5. Membuat jadwal makan anak
Makan secara teratur mampu merangsang gerakan saluran cerna anak,
sehingga anak juga terbiasa untuk buang air besar secara rutin. Salah
satu cara sederhana yang bisa Bunda lakukan adalah dengan
memberikan anak sarapan setiap pagi.
6. Membiasakan anak ke toilet
Toilet training atau membiasakan anak ke toilet baik dilakukan terutama
setelah ia makan atau saat anak merasa ingin buang air besar (BAB).
Anak biasanya menahan untuk pergi ke toilet karena takut ke toilet
sendiri atau tidak nyaman dengan kondisi toilet. Pastikan anak tidak
menahan BAB agar tinjanya tidak mengeras dan sulit dikeluarkan.
C. Penggunaan Obat Pencahar yang Aman
Jika pengobatan di rumah tidak dapat mengatasi sembelit pada anak, Bunda
dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai pilihan obat sembelit yang
aman untuk anak. Obat sembelit yang berupa obat pencahar tidak selalu
disarankan bagi anak-anak. Jenis obat ini hanya diberikan pada kondisi
tertentu berdasarkan pertimbangan medis, sehingga Bunda harus berhati-
hati saat memberikan pencahar kepada anak.

Berdasarkan cara kerjanya, obat sembelit ada 2 jenis, yaitu:

1. Obat sembelit pelunak tinja


Obat sembelit yang tergolong pelunak tinja antara lain laktulosa,
minyak mineral, dan docusate. Laktulosa merupakan pilihan pelunak

4
tinja yang umum digunakan di Indonesia. Obat pencahar laktulosa dan
minyak mineral berbentuk cair, sehingga dapat dicampur dengan jus
atau minuman favorit anak.
Sementara obat docusate memiliki 3 bentuk, yaitu tablet, kapsul, dan
cair. Docusate cair bisa dipilih untuk anak usia di bawah 3 tahun, dan
tentunya harus melalui resep dokter.
2. Obat sembelit pendorong tinja
Obat sembelit pendorong tinja bekerja dengan cara merangsang
pergerakan usus untuk mengeluarkan tinja. Bisacodyl dan senna
merupakan beberapa contoh obat sembelit jenis ini.
Kedua obat pencahat tersebut sebaiknya diberikan pada malam hari
sebelum tidur agar anak bisa BAB pada pagi harinya. Bisacodyl atau
senna sebaiknya tidak digunakan untuk jangka panjang dan harus
melalui resep dokter. Senna juga tidak disarankan untuk diberikan pada
anak berusia di bawah 6 tahun.

Obat sembelit dalam bentuk obat pencahar memang dapat


mengatasi sembelit pada anak. Namun, Bunda disarankan untuk tidak
memberikannya selain atas anjuran dokter. Jika Si Kecil mengalami
sembelit lebih dari 2 minggu, perutnya terasa nyeri, BAB berdarah, atau
sembelit tak kunjung membaik meski sudah diberikan obat sembelit
anak dan berbagai langkah perawatan di atas, segeralah periksakan Si
Kecil ke dokter.

Pada beberapa kasus, sembelit bisa menjadi tanda adanya


penyakit yang lebih serius. Selain itu, sembelit juga tidak boleh
didiamkan dan dianggap remeh, karena berisiko menyebabkan ambeien
pada anak dan enkopresis.

2.2 Mengenal tata laksana konstipasi dan komplikasinya


Tata Laksana
Edukasi merupakan langkah awal terapi. Sembelit pada anak
sering berlangsung lama, sehingga orang tua perlu memahami penyebab,

5
patofisiologi, gejala, program terapi, dan prognosis; anak perlu
dilibatkan dalam program terapi.
Konstipasi yang terjadi dalam jangka panjang dan tidak diobati
dengan tepat bisa menyebabkan komplikasi. Beberapa komplikasi sembelit
yang harus Anda waspadai, meliputi:

- Terjadi pembengkakan pembuluh darah di anus atau disebut juga


dengan wasir (ambeien).

- Kulit anus robek karena dipaksa mengeluarkan feses yang padat dan
keras.

- Kotoran tidak bisa dikeluarkan dan menumpuk atau dikenal dengan


fecal impaction.

- Adanya usus yang keluar dari anus disebut juga prolaps anus.

Gambaran Umum

Konstipasi adalah jika frekuensi BAB (buang air besar) kurang dari 3 kali dalam
1 minggu dengan konsistensi yang keras disertai nyeri , bab dalam jumlah yang
besar setidaknya satu kali setiap 7-30 hari atau pada pemeriksaan fisik teraba
massa feses

• Konstipasi pada anak memrlukan perhatian khusus karena dapat


merupakan manifestasi berbagai kelainan
• Definisi konstipasi pada orang dewasa dan pada anak-anak berbeda, hal ini
disebabkan oleh karena perbedaan persepsi konstipasi pada dokter dan pada
pasien.
• Laporan penelitian di Belanda menyatakan bahwa konstipasi mencapai 3%
dari kunjungan RS Pendidikan, sekitar 10% sampai 25% untuk pasien-
pasien yang ditujukan ke gastroenterologi anak dan hanya 1% untuk anak
berusia 0-4 tahun yang berobat ke dokter umum

Pada orang dewasa (kriteria dari Roma):

1) meningkatnya gerakan usus lebih dari 25%


2) Perasaan tidak puas pengeluaran feses sampai 25% jumlah feses

6
3) feses yang keras dan lengket lebih dari 25% feses
4) buang air besar kurang dari 3 kali / minggu 2329

Pada anak > 4 tahun:

1) 2-3 kali gerakan usus dalam 1 minggu tanpa laksansia


2) 2-3 kali soiling atau encopresis per minggu
3) pengeluaran feses dalam ukuran besar dan banyak sekali dalam periode 7-
30 hari
4) teraba masa abdomen atau rectal

Pada anak < 4 tahun

1) frekuensi buang air besar < 3 kali dalam seminggu


2) gerakan usus yang terasa sakit serta retensi feses
• Soiling: Bab yang tidak disengaja sehingga memberikan bercak tinja di
celana
• Enkopresis: Bab tanpa disadari
 Perbedaan dua keadaan tersebut diatas adalah dalam kuantitas feses.

Penyebab:

- Organik (10%)

- Non Organik
Klasifikasi

Nonstruktural: diet rendah serat, intake kurang, malnutrisi, konstipasi low


transit, gejala IBS, idiopatik

Struktural: stenosis anal, sakit pada anus, abses, hemorroid,


volvulus,intussussepsi, prolaps, striktur, sindrom
pseudoobstruksi, aganglion (HD), idiopatik megakolon

Kelainan jaringan ikat: sklerosis sistemis, LE, neurofibromatosis

Psikologis: depressi, anoreksia nervosa, menolak defekasi

7
Efek samping: anestesi, antikolinerjik, antikonvulsan, antidepresi, antasid,
antihipertensi, barium sulfat, bismuth, codein, diuretik, besi,
laksatif jangka panjang, paralitik, metal, opiat, vincristine

Penyebab konstipasi, yang tersering:

- Masukan serat kurang

- Masukan cairan kurang

- Diet yang salah (content susu formula, perubahan makanan)

- Kurang latihan (toilet training)

- Irritable bowel syndrome

- Penyakit spesifik seperti penyakit neurologik, metabolik dan endokrin

- Kelainan yang berhubungan dengan kolon dan rektum

- Kelainan yang berhubungan dengnan fungsi usus

- Hirscsprung diseases, anal fissure, pengeluaran mekoneum yang terlambat

- Stress (perpindahan, kematian keluarga, kecemasan)

PATOFISIOLOGI

- Sangat komplex

- Yang berperan multiple faktor:


- kolon
- rectum, rectal capasity, rectal compliance
- anorectal sensation
- Fungsi sphincter ani interna/ externa
- M. pelvic floor, perianal nerves
- kematangan dan komponent psychologic

- Kelainan diluar kolon: endokrin: hipothyroid, hiperparathyroid,


hiperkalsemia, diabetes insipidus, asidosis renal infantil, hipokalemia,
hiponatremia, uremia, porfiria, feokhromositoma, CF

8
- Neuromuskular: kerusakan sakrum, kelainan syaraf pusat, infeksi
polineuritis, miopaties, sclerosis sistemis, DM, Down sindrom

Pengelolaan

- Konsultasi dan penyuluhan, Diary


- Toilet training, Diet: serat
- Medical treatment: Oral/ rectal laxative:
- lactulosa 1-3 ml/kgbb/hari, max 50 ml/hr
- sorbitol 1-3 ml/kgbb/hari
- picosulphate (laxoberon 1gt/2 a 4 kg; max 1 gt/kg)
- bisacodyl (dulcolax), microlax, PEG (5-10 ml/kg/hari, 2 dosis)
- psikologis, Bedah
Indikator keberhasilan - BAB frekuensinya > 3x / minggu - Encoporesis
frekuensinya < 2x / ming.

PROGNOSIS

Perbaikan sembelit fungsional pada anak perlu beberapa bulan


bahkan tahun.1 Sekitar 50% anak dengan sembelit kronis berhasil diobati
setelah 1 tahun menjalani terapi dan 65-70% setelah 2 tahun, terutama pada
keluarga patuh program terapi. Sekitar 30% masih mengalami sembelit 3-
12 tahun setelah mulai pengobatan.6 Kekambuhan sering terjadi dan perlu
diterapi dengan menaikkan dosis pencahar.6 Sekitar 60% anak remisi dalam
1 tahun. Prognosis buruk diperkirakan jika onset

2.3 Jenis Terapi Sembelit dan Efektivitasnya

1. Pencahar Osmotik
Pencahar osmotik adalah lini pertama terapi medis sembelit fungsional.
Obat ini kurang diserap usus dan merangsang retensi air di lumen usus,
melunakkan tinja, dan meningkatkan peristaltik melalui distensi usus
2. Pencahar Stimulan

9
Jika pencahar osmotik kurang efektif, pencahar stimulan dapat sebagai
terapi tambahan atau lini kedua. Pencahar stimulan merangsang motilitas
usus dan/atau meningkatkan sekresi air dan elektrolit. Paling sering
digunakan dan dinilai aman untuk anak, yaitu difenilmetan dan antrakinon.
3. Lubrikan (Mineral oil)
Mineral oil efektif dalam terapi impaksi pada anak.6 Minyak mineral (atau
parafin cair) adalah pencahar yang melembutkan/melumasi tinja dan tidak
diserap oleh usus. Dapat diberikan oral atau rektal; efek pencahar terjadi
dalam 1-2 hari baik oral/rektal. Respons terapi lebih superior dari laktulosa
dan senna, sedangkan bila dibandingkan dengan PEG tidak ada perbedaan
signifikan. Parafin cair bisa bocor keluar dari anus, menodai pakaian,
iritasi/gatal pada kulit, granulomata, dan mengurangi penyerapan vitamin
larut lemak, maka sebaiknya tidak diberikan pada anak.
4. Enema
Enema (natrium lauryl sulfoasetat, natrium dokusat, natrium fosfat) dapat
digunakan untuk terapi disimpaksi.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Sembelit atau konstipasi merupakan salah satu gangguan pencernaan
yang sering terjadi pada anak.
2. Anak dikatakan mengalami sembelit jika ia buang air besar kurang dari
3 kali dalam seminggu
3. Evaluasi awal penting untuk menentukan penyebab organik atau
fungsional, sehingga dapat dilakukan terapi sesuai etiologi. Sebagian
besar anak dengan sembelit fungsional perlu perawatan jangka panjang
dan sering kambuh.
4. Program terapi yaitu modifikasi diet, perilaku, toilet training, pencahar
perlu dilakukan berkesinambungan. Selain itu diperlukan pemahaman,
dukungan, dan kepatuhan pasien dan orang tua dalam program terapi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Gunnars, K. Healthline (2018). 22 High-Fiber Foods You Should Eat.

Healthy Children, American Academy of Pediatrics (2017). Constipation in


Children.

Iannelli, V. Verywell Family (2019). Is Your Child's Diet Causing Constipation?

KidsHealth, Nemours (2018). For Parents. Constipation.

Mayo Clinic (2019). DiseaEPses and Conditions. Constipation in Children.

National Health Service UK (2017). Health A to Z. Constipation in Young

National Institutes of Health (2019). U.S. National Library of Medicine


MedlinePlus. Bisacodyl.

Petre, A. Healthline (2017). 8 Foods That Can Cause Constipation.

Seattle Children’s Hospital (2019). Constipation.

Xinias, I. & Mavroudi, A. (2015). Constipation in Childhood: An Update on


Evaluation and Management. Hippokratia. 19(1), pp. 11-19.

12

Anda mungkin juga menyukai