Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Antara Kemampuan Psikomotorik Siswa dan Pengetahuan Tentang Alat

Praktikum Kimia.

Pembelajaran sains tidak jauh dari aktivitas atau kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum
sering dilakukan dimulai dari sekolah menengah pertama sampai dengan perguruan tinggi.
Dalam pelaksanaan praktikum, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan demi keselamatan kerja
didalam laboratorium. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain, penggunaan jas
lab, kemampuan dalam menggunakan alat, kemampuan psikomotorik siswa dalam bekerja,
ketangkasan serta keuletan dalam praktikum. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk
meminimalsir kecelakaan kerja didalam laboratorium adalah dengan cara mengetahui nama alat
beserta fungsinya masing-masing. Kegiatan praktikum dilaboratorium sering kali terjadi
kecelakaan seperti tabung reaksi dan gelas ukur yang pecah akibat kelalaian siswa dalam
menggunakan alat sehingga mengakibatkan kegiatan praktikum dapat terhambat dan terganggu.
Penggunaan alat yang tidak hati-hati dan kurangnya pengetahuan tentang prosedur kerja menjadi
salah satu masalah dalam melakukan kegiatan praktikum.

Laboratorium adalah suatu tempat yang disediakan bagi siswa agar dapat melakukan
percobaan. Percobaan yang dilakukan menggunakan berbagai bahan kimia, peralatan gelas dan
instrumen khusus yang apabila tidak dilakukan dengan cara yang tepat akan dapat menimbulkan
kecelakan kerja. Menurut Ayana(2017) yang dikutip dalam Cahyaningrum(2020) mengatakan
bahwa laboratorium merupakan unsur penting dan salah satu syarat bagi keberadaan suatu
perguruan tinggi. Kelas praktikum membantu mahasiswa untuk menguji teori yang sudah
dipelajari dan menerapkannya saat melakukan kerja serta memperoleh fakta dari kerja praktikum
yang sedang dilakukan. Kelas praktikum ini lebih menekankan pada aspek psikomotorik,
kognitif serta afektif. Berbagai peristiwa kecelakaan yang pernah terjadi perlu dicatat sebagai
latar belakang pentingnya bekerja dengan aman didalam laboratorium. Sumber bahaya terbesar
berasal dari bahan-bahan kimia. Selain itu, pengetahuan yang kurang mengenai alat-alat dapat
mendatangkan bahaya yang mungkin akan terjadi ketika sedang melakukan kerja didalam
laboratorium (Onggo, 2002).

Dalam proses belajar mengajar yang terjadi didalam kelas guru lebih cenderung
melakukan penilaian terhadap aspek kognitif saja dan belum sepenuhnya melakukan penilaian
psikomotorik. Penilaian kognitif salah satunya adalah kemampuan dalam mengenal atau
mengetahui alat-alat laboratorium kimia. Penilaian psikomotorik dilihat dari produk atau hasil
kerja serta proses yang dilakukan siswa didalam laboratorium. Pengetahuan alat merupakan salah
satu faktor penting yang mendukung kegiatan praktikum. Siswa akan terampil dalam praktikum
apabila mereka mempunyai pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat,
fungsi alat dan bagaimana cara menggunakan alat tersebut. Pengetahuan alat yang kurang akan
dapat mempengaruhi kelancaran saat praktikum, selama praktikum siswa dilibatkan secara aktif
dengan pemakaian alat dan bahan kimia (Soetarto, 2008). Oleh karena pelaksanaan praktikum
melibatkan alat-alat maka perlu penguasaan tentang alat praktikum dengan baik sehingga dapat
menunjang kelancaran praktikum dan dapat memberikan nilai tambah terhadap penilaian
psikomotorik siswa.

Kurang minatnya peserta didik dalam merefleksikan hasil pembelajaran kimia pada saat
pembelajaran online berpengaruh terhadap hasil belajar

Refleksi adalah aktivitas pembelajaran berupapenilaian atau umpan balik peserta didik
terhadap guru setelah mengikuti serangkaian proses belajardalam jangka waktu tertentu. Refleksi
juga dapat diartikan sebagai aktivitas peserta didik yang berisi ungkapan perasaan, pesan dan
kesan atas pembelajaran yang telah diikuti. Moon (2010)mendeskripsikan refleksi sebagai
sesuatu yang secara alami tertanam dalam proses pembelajaran. Estrada dan Rahman(2014)
mendifinisikan refleksi sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan yang mendalam dan
pemahaman yang lebih baik.

Kegiatan refleksi dalam proses pembelajaran sangat penting karena membantu guru
mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang mereka terima
dan membantu guru mengevaluasi cara mengajarnya di dalam kelas, sehingga guru dapat lebih
berinovasi dalam mengajar. Sedangkan bagi siswa kegiatan refleksi membentu siswa untuk
mengerti cara belajar terbaik bagi dirinya sendiri, meningkatkan tanggung jawabsiswa dan
meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah. King (2002) menyatakan bahwa menulis
reflektif telah menjadi pendekatan umum untuk mengembangkan kemampuan menulis,
meningkatkan motivasi dan mengantarkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Masui dan De
Corte(2005) juga menambahkan bahwa kegiatan refleksi dapat meningkatkan kemampuan
belajar mandiri dan prestasi akademik siswa, kegiatan refleksi dapat memfasilitasi siswa untuk
meninjau dan mengoreksi ide awalnya dan mengarahkannya pada ide yang lebih baik.

Menurut DCU (dalam Wati dkk., 2016), refleksimerupakan cara belajar dan membantu
siswa untuk mengevaluasi kinerja dirisebagai seorang pelajar. Barun dan Thomas (dalam Wati
dkk., 2016)mengemukakan bahwa refleksi dapat mendorong proses kognitif sehingga
dapatmeningkatkan hasil belajar siswa. Zimmerman (dalam Susetyo, dkk. 2012)mengungkapkan
bahwa proses belajar berdasarkan regulasi diri melalui refleksidiri merupakan proses pengaturan
dan pengelolaan metakognisi, motivasi, danproses belajar untuk mencapai tujuan tertentu
sehingga mempengaruhi hasilbelajar siswa. Refleksi dilakukan agar siswa memikirkan kembali
apa yang telahmereka pelajari dan lakukan selama proses pembelajaran untuk membantu siswa
menemukan makna personal masing-masing (Khusniati, 2012).

Sesuai dengan kondisi saat ini, dimana pembelajaran dilakukan secara online (daring)
dimana pengajar kebanyakan memberikan materi dalam bentuk word maupun powerpoint lalu
menjelaskan materi tersebut melalui wadah seperti whastapp group, googlemeet maupun zoom.
Dalam hal ini peserta didik bukan hanya berperan sebagai penerima apa yang disampaikan oleh
pengajar, namun harus secara mandiri memiliki kesadaran untuk merefleksikan materi-materi
yang sudah didapatkan. Karena dari tindakan tersebut peserta didik akan tahu menahui sampai
dimana materi yang sudah dipahami atau nahkan belum dipahami, selain itu juga dapat
menambah memori ingatan materi tersebut didalam ingatan. Berbeda dengan ketika sudah
diberikan materi lalu dijelaskan setelah itu materi tersebut diabaikan. Bahkan tidak dibuka
kembali.

Penggunaan jurnal belajar merupakan salah satu cara meningkatkan minatbelajar kimia
siswa melalui proses refleksi belajar sehingga hasil belajar siswajuga dapat meningkat. Jurnal
belajar adalah wadah yang memuat hasil refleksidalam bidang pembelajaran yang diperuntukan
untuk siswa sehingga guru dapatmembacanya sebagai bahan masukan untuk melihat kemampuan
siswa dalambidang yang dipelajarinya. Siswa mengisinya dapat berupa hasil refleksi atau
hasilpengamatan yang berkaitan dengan pembelajaran kelas. Menurut Irez dan Cakir(dalam Wati
dkk., 2016), melalui refleksi seseorang dapat lebih mengenalidirinya, mengetahui permasalahan
dan memikirkan solusi untuk mengatasipermasalahan tersebut. Menurut Laurens (dalam
Kurniawan dkk., 2014), jurnalbelajar tidak hanya berorientasi pada pengembangan kemampuan
akademissemata akan tetapi diharapkan melalui kebiasaan menuliskan pengalaman
belajarsehingga siswa terbiasa mengekspresikan perasaan, pemikiran ataupunharapannya tentang
pembelajaran yang diberikan guru. Menurut Harris, et al(dalam Andriyani dan Indra, 2017),
melalui penulisan jurnal belajar siswamendapatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan
merefleksikan pikirannyaserta berkontribusi lebih besar terhadap pembelajaran dan
keterlibatannya dalammata pelajaran. Dengan demikian, proses refleksi dapat terlaksana secara
utuhsehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

Menurut Choy (2000) menulis jurnal belajar berguna untuk meningkatkan kemahiran dalam
belajar dan kemahiran berpikir secara kritis dan kreatif bagi siswa yang lemah. Selain itu, jurnal
belajar juga dapat digunakan untuk membantu siswayang kurang percaya diri dalam
mengungkapkan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran berlangsung,
sehingganantinya guru dapat memanfaatkan jurnal belajar untuk mengetahui kesulitan yang
dialami setiap siswa selama pembelajarandan upaya perbaikan proses pembelajaran. Melalui
kegiatan pembelajaran, siswa akan memperoleh pengetahuan yang akanberguna bagi dirinya,
sehingga pengetahuan tersebut akan bermakna dalam benak siswa. Jika pengetahuan yang
diperoleh olehsiswa itu sudah mengendap dalam benak siswa, maka siswa dapat dengan mudah
mencatat apa yang sudah dipelajari dalamjurnal belajar dan bagaimana cara mempelajarinya.
Secara garis besar jurnal belajar membantu siswa untuk jujur dan mandiri dalam menuliskan
pengalaman belajar sehingga dapatdigunakan sebagai landasan untuk memperbaiki pada
pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu, kegiatan menulis jurnal belajarsangat perlu untuk
dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kurangnya Motivasi Belajar dan Kesiapan Belajar Siswa yang Dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa.

Pada era globalisasi saat ini dan sesuai dengan kurikulum K13 yang dimana menuntut
siswa untuk bisa lebih aktif dan mandiri dalam proses belajar, tidak pasif dan tidak selalu
mengharapkan pada guru maupun orang lain sebagai pemberi informasi atau materi. Misalnya,
dalam satu kali pertemuan guru berhalangan masuk maka diharapkan siswa memiliki inisiatif
untuk mencari sendiri materi yang harusnya untuk dipelajari saat itu dengan cara mengunjungi
perpustakaan untuk membaca buku atau juga bisa memanfaatkan teknologi untuk mencari materi
diinternet. Pada zaman sekarang ini semua fasilitas sudah sangat membantu dan mempermudah
siswa untuk mencari materi dengan sendirinya tanpa perlu menunggu guru untuk memberikan
materi atau informasi. Menurut Sinta(2017), proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan
dengan bahan belajar. Aktivitas belajar yangdilakukan oleh siswa merupakan sebagai suatu
proses dalam mempelajari sesuatu, karena belajar merupakan kegiatan pokok, selain itu juga
belajar merupakan kunci dalam pembentukan kompetensi peserta didik.

Peserta didik adalah orang yang sedang melaksanakan atau melakukan proses
pembelajaran baik secara formal maupun nonformal (romadhoni, dkk. 2019). Peserta didik
diharapkan mampu memperoleh dan memahami pengetahuan dari apa yang sudah mereka
pelajari selama mengikuti proses pembelajaran. Hasil dari setiap belajar pasti berbeda
dikarenakan serapan ilmu yang dipahami oleh setiap siswa berbeda-beda pula sehingga hasil
belajar yang ditargetkan tidak dapat tercapai secara sempurna atau tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Faktor-faktor tersebut anatara lain yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Menurut Widiarti(2018), faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah (fisiologi), misalnya,
kesehatan cacat tubuh, dan faktor psikologis diantaranya, tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat,
kedisiplinan, kemandirian dan motivasi belajar. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari faktor
sosial dan nonsosial.

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memiliki keinginan belajar yang lebih besar
dan secara maksimal mengeluarkan kemampuannya untuk mencapai suatu hasil yang positif.
Sedangkan siswa yang tidak memiliki motivasi dalam belajar akan merasa malas untuk belajar
dan cenderung tidak memikirkan hasil akhir yang akan ia peroleh. Menurut Hamdu(2011),
motivasi belajar peserta didik dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain : 1. Minat dan perhatian
siswa terhadap pelajaran, 2. Semangat siswa untuk melaksanakan tugas-tugas belajarnya, 3.
Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya, 4. Reaksi yang ditunjukkan
siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru, 5. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan
tugas yang diberikan. Motivasi yang paling besar dan berpengaruh adalah yang datang dari
dalam diri siswa itu sendiri karena secara sadar ia ingin memperoleh hasil yang baik dan
memiliki target pencapaian kedepannya sehingga ia sangat sadar bahwa dengan belajar
semuanya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Selain motivasi belajar, faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah
kesiapan belajar. Kesiapan belajar ini adalah tahap awal yang dilakukan oleh siswa sebelum
memperoleh materi yang diberikan oleh guru sebagai pendidik.adapun yang dimaksud dalam
kesiapan belajar ini yaitu pertama, siswa menyiapkan mental dan fisik yang sehat untuk
menerima materi yang akan diajarkan. Kedua, siswa mempelajari terlebih dahulu terkait dengan
materi yang akan diajarkan oleh guru. Menurut Sinta(2017), dengan adanya kesiapan belajar
yang dimilikinya maka peserta didik mampu menjadi generasi penerus bangsa ini serta mampu
bersaing hidup secara mandiri, mampu menghadapi tantangan kehidupan dan memiliki kualitas
serta karakter yang baik. Ada beberapa aspek yang menyebabkan peserta didik tidak mempunyai
kesiapan belajar yaitu, 1. Kondisi fisik, mental dan emosional; 2. Kebutuhan-kebutuhan, motif
dan tujuan: dan 3. Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari.
Jika hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik baik maka tujuan pembelajaran akan dapat
tercapai dengan baik pula.

Motivasi belajar dan kesiapan belajar memiliki hubungan yang erat dalam menentukan
hasil belajar siswa. Semakin tinggi motivasi dan kesiapan belajar siswa maka hasil belajar yang
dicapai akan baik pula. Begitu sebaliknya, apabila motivasi belajar dan kesiapan belajar kurang
maka hasil belajar yang diperoleh juga akan kurang maksimal. Sehingga perlu untuk diteliti lebih
lanjut bagaimana sebenarnya motivasi belajar dan kesiapan belajar dapat sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA

Erma Yulianingtyas, Endang Budiasih, Siti Marfuah. 2017. “Pengaruh Penggunaan Jurnal
Belajar dalam Model Pembelajaran Learning Cycle 6E Terhadap Kesadaran Metakognitif
Siswa SMAN 8 Malang pada Materi Redoks”. Jurnal Pendidikan:Teori, Penelitian, dan
PengembanganVolume: 2 (5):724-730.

Estrada, F. F. dan Rahman, M. A. 2014. Reflective Journal Writing as an Approach to


Enhancing studenrs’ Learning Experience.Brunei Darussalam Journal of Technology
andCommerce.8 (1):22-35.

King, T. (2002, July). Development of studentskills in reflective writing. In 4th World


Conference of the International Consortium forEducational Development in Higher
Education,Perth, Australia.

Lianto, A. Wahab Jufri, I Wayan Merta. 2018. “Pengembangan Model Jurnal Belajar
Development of Learning Journal Model”. J. Pijar MIPA.13(2).106 – 109.

Masui, C., dan De Corte, E. 2005. Learning toReflect and to Attribute Constructively as Basic
Components of Self-Regulated Learning. BritishJournal of Educational Psychology.75
(3): 351-372.

Moon, J. 2010. Learning journals and logs,Reflective Diaries. Center for Teaching
andLearning.1 (1):02-29.

Susetyo, Y. F., dan Kumara, A. 2012. Orientasi Tujuan, Atribusi Penyebab, dan
Belajar Berdasar Regulasi Diri. Jurnal Psikologi. 39(1): 95-111.

Wati, A., Sutopo., dan Susilo H. 2016. Implementasi Jurnal Belajar DalamPembelajaran Sains.
Pros. Semnas Pend. IPA Pascasarjana UM. (l): 856-864.

Anda mungkin juga menyukai