Anda di halaman 1dari 28

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan proses yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari


karena pendidikan dapat mengembangkan potensi, membentuk kepribadian,
watak, karakter peserta didik serta dengan adanya pendidikan dapat mencerdaskan
kehidupan bangsa yang bermartabat dan berakhlak, sebagaimana yang dinyatakan
dalam UU No. 2 tentang pendidikan nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa
pendidikan nasional dapat berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat demi mencerdaskan
kehidupan bangsa (Ardiansyah, 2019, p. 69).
Wulandari dkk (2020: 232) menyatakan bahwa pendidikan merupakan
kegiatan yang bersifat dinamis. Oleh karena itu, pendidikan memerlukan
pengelolaan yang baik agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik pula..
Arifin dkk (2012: 7) mengatakan bahwa pendidikan juga memegang peranan
penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Irjus Indrawan
(2020) menjelaskan bahwa laboratorium merupakan komponen penting dalam
pendidikan, laboratorium dapat berjalan dengan baik apabila dikelola dengan baik.
Laboratorium dapat dikatakan baik dengan adanya faktor-faktor yang saling
berkaitan satu sama lain dengan adanya alat/bahan labolatorium yang canggih,
dengan staf yang profesional.
Laboratorium merupakan bagian penting dalam dunia pendidikan.
Laboratorium dapat berfungsi sebagai tempat melatih perkembangan dan
keterampilan intelektual peserta didik melalui pengamatan, pencatatan dan
pengembangan keterampilan motorik peserta didik serta dapat melatih peserta
didik untuk bersikap cermat, sabar, jujur, berpikir kritis dan cekatan
(Nahdiyaturrahmah, 2020, p. 120).
Laboratorium merupakan tempat untuk melakukan kegiatan percobaan
atau praktikum. Adanya kegiatan praktikum tersebut dapat membuat peserta didik
akan lebih memahami materi pelajaran apabila mereka dilibatkan secara aktif

1
2

dalam proses belajar dan untuk mendukung proses pembelajaran tersebut, maka
laboratorium haruslah dilayani oleh tenaga laboratorium sekolah yang kompeten,
peralatan yang lengkap, serta pengelolaan yang baik (Mauliza, 2018, p. 83-84).
Decaprio dalam Balqis dkk (2018: 17) menjelaskan bahwa laboratorium
memiliki beberapa peranan yang sangat penting bagi sekolah yaitu: 1) Sebagai
sarana untuk memecahkan berbagai macam masalah; 2) Sebagai tempat yang baik
bagi peserta didik untuk melakukan eksperimen, latihan, demonstrasi atau metode
yang lain, 3) Menimbulkan pengertian dan kesadaran peserta didikakan peranan
ilmuwan; dan 4) Menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran peserta didik
akan fakta, prinsip, konsep dan generalisasinya. Laboratorium juga memberikan
peluang kepada peserta didik untuk bekerja dengan alat dan bahan tertentu yang
ada di laboratorium, bekerja sama dengan teman, serta memotivasi untuk
mengungkapkan dan menemukan kepuasan atas hasil yang dicapai.
Laboratorium sangat penting dalam dunia pendidikan hal ini dapat
diyakini oleh semua guru namun pada kenyataannya, masih ada beberapa sekolah
yang masih membatasi dalam pemahaman keselamatan dan keamanan kerja
labolatorium, sehingga haltersebut dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan
praktikum di sekolah (Irjus indrawan, 2020, p. 91)
Praktikum sebagai salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di laboratorium juga termasuk bagian dari rangkaian suatu proses
pembelajaran. Penilaian pada praktikum tidak hanya mencakup aspek afektif,
melainkan juga menekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik. Salah satu
aspek penilaian yang penting dalam praktikum adalah aspek psikomotorik
(keterampilan) karena erat kaitannya dengan keterampilan. Menurut Firman
(1995, p.11), kemampuan psikomotorik dapat dikembangkan melalui praktikum.
Menurut Decaprio (2013, p.67), praktikum memiliki banyak manfaat diantaranya
kegiatan berpusat pada pengembangan keterampilan proses, motorik dan
pembentukan sikap ilmiah.
Menurut Sudaryono (2012,p.49), ranah motorik adalah yang berkaitan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Menurut Winkel (1996, p. 339-340) terdapat dua
3

fase, dalam belajar keterampilan motorik yakni fase kognitif yaitu selama
prosedur diperoleh pengetahuan deklaratif (termasuk pengetahuan prosedural
seperti konsep dan kaidah dalam bentuk pengetahuan deklaratif) mengenai urutan
langkah-langkah opersional atau urutan yang harus dibuat. Fase fiksasi yaitu
keterampilan motorik, kemudian rangkaian gerak-gerik mulai dilaksanakan secara
pelan-pelan dahulu, dengan dituntun oleh pengetahuan prosedural, sampai semua
gerakan mulai berlangsung lebih lancar dan akhirnya keseluruhan urutan gerak-
gerik berjalan sangat lancar
Hasil belajar psikomotorik dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung
dan penilaian tingkah laku siswa selama proses pembelajaran praktik berlangsung,
(2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu
sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya (Ryan :
1980,p.78). Selanjutnya Trownbridge dan Bybe dalam Herliani (2013, p.53)
mengklarifikasi ranah psikomotor kedalam empat katagori, yaitu : a) moving
(bergerak), b) manipulating (memanipulasi) c) communicating (berkomunikasi)
dan d) creating (menciptakan). Jadi penilaian hasil belajar psikomotor atau
keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat
dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan
praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik
salah satunya melalui laporan hasil praktikum.
Hasil penelitian Rezeqi (2012) menunjukkan salah satu permasalahan
tidak terlaksananya kegiatan praktikum di SMA Negeri sekabupaten Karo
provinsi Sumatera Utara disebabkan karena keadaan laboratorium yang masih
dalam kategori rendah. Laboratorium yang baik sangat ditentukan oleh beberapa
faktor, diantaranya alat-alat laboratorium yang canggih, ruang laboratorium yang
nyaman, kebersihan dan ketertiban laboratorium, serta manajemen laboratorium.
Suyanata (2010) menjelaskan bahwa manajemen laboratorium adalah usaha untuk
mengelola laboratorium. Setiap sekolah menengah atas sudah seharusnya
memiliki manajemen laboratorium yang baik, agar kegiatan praktikum dapat
terlaksana dengan lancar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hamidah et al.,
4

(2013) mengenai manajemen laboratorium biologi beberapa SMA swasta di Kota


Jambi, disimpulkan bahwa manajemen di beberapa sekolah belum terlaksana
dengan baik sehingga laboratorium belum dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin.
Berdasarkan uraian latar belakang serta observasi awal di Sekolah
Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi dan wawancara terhadap guru Biologi
yaitu ada 3 kelas XI, dua diantaranya adlah IPA 1 dan IPA 2 dimana kedua kelas
IPA ini menggunakan laboratorium sebagai pratikum pelajaran Biologi, Kimia
dan Fisika. Sementara mengenai teknisi laboratorium untuk saat ini kosong,
karena teknisi yang lama diangkat menjadi kepala sekolah, sehingga kegiatan
pratikum sedikit terganggu.
Pengadaan alat dan bahan biasanya disediakan oleh laboratorium, sehingga
guru yang akan menggunakan laboratorium untuk kegiatan partikum diwajibkan
melapor kepada petugas laboratorium terlebih dahulu. Jika ada bahan atau alat
yang hilang maka diwajibkan untuk mengganti dengan bahan dan alat yang sama
mereknya, kecuali jika memang tidak ada lagi, boleh diganti dengan merek lain.
Sementara itu, konsekuensi untuk siswa yang tidak mengikuti kegiatan pratikum
biasanya diserahkan kepada gurunya masing-masing, sehingga bisa dikatakan
bahwa belum ada konsekuensi tegas agar siswa mengikuti kegiatan tersebut.
Selanjutnya mengenai kecelakaan pada saat pratikum yang dialami oleh
siswa, maka langkah pertama adalah membawanya ke UKS namun jika ternyata
tak kunjung membaik maka akan dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat dalam
hal ini adalah puskesmas. Kelemahan lainnya adalah dimana siswa pada awalnya
mengatakan bahwa mereka memahami materi yang dijelaskan, tetapi ketika
mereka melaksanakan pratikum, banyak siswa yang pada kenyataannya belum
memahami materi meskipun telah dijelaskan berulang kali.
Ada indikasi laboratorium jarang digunakan untuk kegiatan praktikum
oleh guru serta tata letak alat dan bahan masih belum sesuai dengan prosedur
karena belum memenuhi standard. Hal ini dilihat dari siswa yang tidak tertib saat
memasukilaboratorium, kurangnya bahan dan alat serta belum memadainya
fasilitas laboratorium seperti lemari penyimpanan yang masih terbuat dari papan.
5

Begitu pula dengan luas ruangan laboratorium yang belum sesuai dengan standar.
Hal tersebut semuanya terjadi dikarenakan pelaksanaan manajemen laboratorium
yang belum terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengadakan penelitian untuk melihat
“Efekrivitas laboratorium dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik Siswa
Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi”.

B. Fokus Permasalahan
Agar pembahasan hasil penulisan ini tidak terlalu luas dan dapat lebih
terarah oleh penulis, maka penulis memfokuskan masalah yang diteliti pada
“Efektivtas laboratorium dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik
Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Muaro Jambi ”.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana efektivitas laboratorium di Sekolah Menengah Atas
Negeri 5 Muaro Jambi ?
2. Faktor – faktor apa yang menghambat dan mendukung efektivitas
laboratorium dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik
Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut penulisan
ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana efektifitas laboratorium di Sekolah Menengah
Atas Negeri 5 Muaro Jambi.
2. Mengetahui faktor – faktor apa yang menghambat dan mendukung
efektivitas laboratorium dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik
Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi
6

2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan Penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk Universitas
Diharapkan dapat memberikan gambaran secara lengkap
mengenai efekrivitas laboratorium dalam meningkatkan kemampuan
psikomotorik Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro
Jambi.
2. Untuk Jurusan Biologi
Diharapkan dapat memberikan sumbang pemikiran bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan pada umumnya dan
Biologi pada khususnya yang berkaitan dengan efektivitas laboratorium
dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa.
3. Untuk Rujukan Penulis Lain
Bagi penulis lain/lanjutan, penulisan ini diharapkan mampu
memberikan rujukan dan masukan baru bagi perkembangan dan konsep
terutama mengenai efektivitas laboratorium dalam meningkatkan
kemampuan psikomotorik siswa.
4. Bagi Penulis Sendiri
Bagi penulis, sebagai wacana untuk memperdalam cakrawala
pemikiran dan pengetahuan, khususnya tentang efektivitas laboratorium
dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik Siswa.
5. Bagi lembaga sekolah
Sebagai bahan masukan dalam mengupayakan optimalisasi
efektivitas laboratorium dalam meningkatkan kemampuan
psikomotorik siswa.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN STUDI RELEVAN


A. Tinjauan Pustaka
1. Laboratorium
a. Pengertian Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat dimana dilakukan kegiatan
percobaan, pengukuran, penelitian atau riset ilmiah yang berhubungan
dengan ilmu sains (kimia, fisika, Biologi) dan ilmu-ilmu lainnya.
Laboratorium bisa berupa ruangan yang tertutup seperti kamar atau ruangan
terbuka seperti kebun dan lain-lain.
Secara etimologi kata “laboratorium” berasal dari kata latin yang
berarti “tempat bekerja” dan dalam perkembangannya kata “laboratorium”
mempertahankan kata aslinya yaitu “tempat bekerja”, akan tetapi khusus
untuk keperluan penelitian ilmiah. (Kertiasa, 2006, p. 102)
Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori
keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian ujicoba, penelitian dan sebagainya
dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan dari fasilitas
dengan kuantitas dan kualitas yang memadai (Depdiknas, 2002, p.65)
Laboratorium adalah tempat sekelompok orang yang melakukan
berbagai macam kegiatan penelitian (riset), pengamatan, pelatihan dan
pengujan ilmiah sebagai pendekatan antara teori dan praktik dari berrbagai
macam disiplin ilmu. Secara fisik laboratorium juga dapat merujuk kepada
suatu ruangan tertutup, kamar atau ruangan terbuka (Decaprio, 2013, p.49).
Ditinjau dari bidang garapannya, maka laboratorium
sekolah/laboratorium pembelajaran dapat dibedakan atas beberapa jenis,
yaitu laboratorium IPA, Laboratorium Biologi, laboratorium Kimia,
Laboratorium Perpustakaan, Laboratorium Bahasa, dan lain-lain (Saleh,
dkk ,2017, p.76). Yang mana tiap-tiap laboratorium sangat membantu
dalam proses belajar mengajar.
Biologi merupakan bagian dari IPA yang mencakup pengetahuan
dan proses eksplorasi nilai. Untuk mengembangkan proses eksplorasi

7
8

diperlukan wahana yang tepat, salah satunya adalah kegiatan praktikum di


laboratorium. Keberadaan laboratorium menjadi sangat penting dalam
pembelajaran Biologi. Laboratorium dapat berupa gedung yang dibatasi
dinding dan atap atau alam terbuka misalnya kebun botani. Laboratorium
sering diartikan sebagai suatu ruang atau tempat untuk melakukan
percobaan atau penelitian (Wirjosoemarto et al.2004, p.86).
Laboratoriun dalam pendidikan IPA merupakan suatu tempat
dimana guru dan siswa melakukan percobaan penelitian baik dilaksanakan
di laboratorium maupun di lapangan. Laboratorium merupakan tempat
penunjang dari kegiatan kelas atau sebaliknya kegiatan kelas menjadi
penunjang kegiatan laboratorium. Fungsi lain dari laboratorium adalah
sebagai tempat pameran (display), juga sebagai museum kecil, kalau ada
benda-benda yang disimpan atau diawetkan. Yang tidak kalah pentingnya
laboratorium juga berfungsi sebagai perpustakaan IPA, sumber-sumber
IPA, memiliki alat-alat duplikasi dan reproduksi (Koesmadji et al. 2004,
p.99).
Menurut Rustaman et al. (2003,p.49) kegiatan laboratorium
(praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar. Hal
ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk
mencapai tujuan pendidikan IPA. Praktikum adalah bagian dari pengajaran
yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan
melaksanakan keadaan nyata apa yang diperoleh dari teori ke dalam
bentuk praktek (Kamus besar bahasa Indonesia 2001). Dengan kegiatan
praktikum, perhatian siswa akan lebih dipusatkan pada proses belajar dan
tidak tertuju pada hal-hal lain serta siswa berkesempatan mengembangkan
kemampuan mengamati segala benda yang terlibat dalam proses serta
dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan (Simalango
dan Zainuddin 2008,p.20).
Laboratorium merupakan tempat untuk mengaplikasikan teori
keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji coba, penelitian, dan
sebagainya dengan menggunakan alat bantu yang menjadi kelengkapan
9

dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang memadai (Depdiknas,


2002,p.87). Dalam konteks pendidikan di sekolah laboratorium Biologi
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran Biologi
secara praktek yang memerlukan peralatan khusus (Permendiknas, 2007).
Sehingga fungsi laboratorium dapat dijabarkan sebagai tempat proses
pembelajaran dengan metoda praktikum yang dapat memberikan
pengalaman belajar pada siswa untuk berinteraksi dengan alat dan bahan
serta mengobservasi berbagai gejala secara langsung.
Kegiatan praktikum dapat memberikan peran yang sangat besar
terutama dalam membangun pemahaman konsep, verifikasi (pembuktian)
kebenaran konsep, menumbuhkan keterampilan proses (keterampilan dasar
bekerja ilmiah) serta afektif siswa, menumbuhkan rasa suka dan motivasi
terhadap pelajaran yang dipelajari serta untuk melatih kemampuan
psikomotor siswa. Melalui kegiatan praktikum seluruh kemampuan dan
keterampilan siswa akan teraktualisasi dan guru dapat memberikan
penilaian secara komprehensif dan mencakup ketiga ranah pendidikan
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, demikian pula sains sebagai
produk dapat terimplementasi melalui kegiatan praktikum (Thantris,
2008).
b. Fungsi Laboratorium
Menurut kegunaannya, laboratorium dibagi menjadi dua jenis yaitu
laboratorium pembelajaran (classroom laboratory) dan laboratorium
penelitian (research laboratory) (Damayanti dan Kurniantaty, 2008, p.30).
Laboratorium pembelajaran mempunyai ukuran yang lebih besar dari
laboratorium penelitian (Damayanti dan Kurniantaty, 2008,p.30)
Laboratorium pembelajaran bisa disebut juga dengan laboratorium sekolah
yang didesain untuk proses belajar mengajar, praktikum dan kegiatan lain
yang mendukung proses pembelajaran
Laboratorium harus dilengkapi dengan berbagai sarana prasarana
untuk kebutuhan percobaan. Laboratorium sebagai tempat kegiatan riset,
10

penelitian, percobaan, pengamatan, serta pengujian ilmiah memiliki banyak


fungsi, yaitu :
a. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan
antara teori dan praktik
b. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik
dari kalangan siswa, mahasiswa, dosen, atau peneliti lainnya.
Hal ini disebabkan laboratorium tidak hanya menuntut
pemahaman terhadap objek yang dikaji, tetapi juga menuntut
seseorang untuk melakukan eksperimentasi.
c. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti (yang
terdiri dari pembelajar, peserta didik, mahasiswa, dosen dan
seluruh praktisi keilmuan lainnya) untuk mencari hakikat
kebenaan ilmiah dari suatu objek keilmuan dalam lingkungan
alam dan lingkungan sosial.
d. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam
mempergunakan alat media yang tersedia di dalam laboratorium
untuk mencari dan menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan
berbagai macam riset ataupun eksperimentasi yang akan
dilakukan.
e. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai
berbagai macam keilmuan sehingga akan mendorong mereka
untuk selalu mengkaji dan mencari kebebaran ilmiah dengan
cara penelitian, ujicoba, maupun eksperimentasi.
Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para
peneliti dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan yang
didapat dalam proses kegiatan kerja di laboratorium.
Laboratoriun dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan
barbagai masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam
pembelajaran, masalah akademik, maupun masalah yang terjadi ditengah
masyarakat yamg membutuhkan penanganan dengan uji laboratorium.
11

Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa,


mahasiswa, dosen, aktivis, peneliti dan lain-lain untuk memahami segala
ilmu pengetahuan yang masih bersifat abstrak sehingga menjadi sesuatu
yang bersifat konkret dan nyata (Decaprio, 2013, p.67)
c. Peranan Laboratorium
Sudaryanto (2016,p.95) menyatakan Peranan laboratorium ada tiga,
yaitu sebagai (1) sumber belajar, artinya laboratorium digunakan untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik atau melakukan percobaan, (2) metode pendidikan, yang
meliputi metode pengamatan dan metode percobaan, dan (3) sarana
penelitian, yaitu tempat dilakukannya berbagai penelitian sehingga
terbentuk pribadi peserta didik yang bersikap ilmiah.
Menurut Depdikbud tujuan pengadaan laboratorium diantaranya
adalah meningkatkan kemampuan praktek peserta didik di laboratorium.
Adapun tujuan penggunaan laboratorium IPA bagi peserta didik antara
lain:
1) Mengembangkan keterampilan (pengamatan, pencatatan
data, penggunaan alat, dan pembuatan alat sederhana).
2) Melatih bekerja cermat, serta mengenal batas-batas kemampuan
pengukuran laboratorium
3) Melatih ketelitian mencatat dan kejelasan melaporkan hasil
percobaan
4) Melatih daya berfikir kritis dan analitis siswa melalui penafsiran
eksperimen
5) Memperdalam pengetahuan
6) Mengembangkan kejujuran dan rasa tanggung jawab
7) Melatih merencanakan dan melaksanakan dan percobaan lebih
lanjut dengan menggunakan bahan-bahan dan alat yang ada
Peranan Laboratorium
Sudaryanto (2016) menyatakan Peranan laboratorium ada tiga,
yaitu sebagai (1) sumber belajar, artinya laboratorium digunakan untuk
12

memecahkan masalah yang berkaitan dengan ranah kognitif, afektif dan


psikomotorik atau melakukan percobaan, (2) metode pendidikan, yang
meliputi metode pengamatan dan metode percobaan, dan (3) sarana
penelitian, yaitu tempat dilakukannya berbagai penelitian sehingga
terbentuk pribadi peserta didik yang bersikap ilmiah.
Menurut Depdikbud tujuan pengadaan laboratorium diantaranya
adalah meningkatkan kemampuan praktek peserta didik di laboratorium.
Adapun tujuan penggunaan laboratorium IPA bagi peserta didik antara
lain:
1) Mengembangkan keterampilan (pengamatan, pencatatan
data, penggunaan alat, dan pembuatan alat sederhana).
2) Melatih bekerja cermat, serta mengenal batas-batas
kemampuan pengukuran laboratorium
3) Melatih ketelitian mencatat dan kejelasan melaporkan hasil
percobaan
4) Melatih daya berfikir kritis, analitis melalui penafsiran
eksperimen
5) Memperdalam pengetahuan
6) Mengembangkan kejujuran dan rasa tanggung jawab
7) Melatih merencanakan dan melaksanakan dan percobaan lebih
lanjut dengan menggunakan bahan-bahan dan alat yang ada
.
d. Pengelolaan Laboratorium
1) Desain Ruang Laboratorium
Ruangan laboratorium sebaiknya berbentuk persegi empat atau
yang mendekati dengan ukuran tertentu. Standar yang berlaku di
Inggris menyebutkan bahwa setiap siswa membutuhkan ruang seluas
sekitar 3 m2 Oleh karena itu ukuran standar laboratorium yang
diperuntukkan bagi 30 siswa seluas 90 m2 dengan rasio perbandingan
panjang dan lebar antara 1: 0,8 atau 1: 1,1.
13

Departemen pendidikan Hong Kong mewajibkan setiap


laboratorium sains memiliki ukuran sekitar 120 m2 dengan lebar
minimal dari 7 m di setiap sisinya.Ruang laboratorium sebaiknya tidak
memiliki pilar (tiang) di tengahnya sehingga pemandangan guru tidak
terganggu.Setiap laboratorium wajib memiliki ruang persiapan
(preparation room) yang dapat digunakan untuk menyiapkan kegiatan
praktikum, perbaikan peralatan maupun penyimpanan alat dan
bahan.Satu ruang persiapan dapat digunakan untuk satu atau dua
laboratorium yang berdekatan. Ruang persiapan disarankan memiliki
ukuran sekitar 45 m2.
Ketentuan ruang laboratorium IPA menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007 yaitu rasio minimum ruang
laboratorium IPA 2,4 m2 /peserta didik, untuk rombongan belajar
kurang dari 20 orang, luas minimum ruang laboratorium 48 m2
termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2(Arifin dan
Barnawi, 2012:12). Lebar minimum ruang laboratorium IPA 5 m2.
Sebuah laboratorium dengan ukuran lantai seluas 100 m2 dapat
digunakan oleh sekitar 40 siswa, dengan rasio setiap siswa
menggunakan tempat seluas 2,5 m2 dari keseluruhan luas laboratorium.
(Koesmadji, 2004:40)
2) Administrasi laboratorium
Administrasi laboraratorium , suatu laboratorium dapat dikelola
dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Beberapa peralatan laboratorium
yang canggih, dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat
berfungsi dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen
laboratorium yang baik. Manajemen laboratorium merupakan usaha
untuk mengelola laboratorium dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan laboratorium sehari-hari. Untuk mengelola
laboratorium yang baik harus dipahami terlebih dahulu perangkat-
perangkat manajemen laboratorium berikut ini :
14

a) Tata Ruang.
Laboratorium harus ditata sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi dengan baik. Tata ruang yang sempurna, harus dimulai
sejak perencanaan gedung sampai pada pelaksanaan pembangunan.

b) Alat Yang Baik Dan Terkalibrasi.


Pengenalan terhadap peralatan laboratorium merupakan
kewajiban bagi setiap petugas laboratorium, terutama mereka yang
akan mengoperasikan peralatan tersebut. Setiap alat yang
dioperasikan itu harus benar-benar dalam kondisi siap pakai, bersih,
berfungsi dengan baik, dan terkalibrasi. Peralatan yang ada juga
harus disertai dengan buku petunjuk pengoperasian. Hal ini untuk
mengantisipasi terjadinya kerusakan, dimana buku manual
merupakan acuan untuk perbaikan seperlunya.
Teknisi laboratorium yang ada harus senantiasa berada
ditempat, karena setiap kali peralatan dioperasikan ada kemungkinan
alat tersebut tidakberfungsi dengan baik. Beberapa peralatan yang
dimiliki harus disusun secara teratur pada tempat tertentu, berupa rak
atau meja yang disediakan. Peralatan digunakan untuk melakukan
suatu kegiatan pendidikan, penelitian, pelayanan masyarat atau studi
tertentu. Karena itu, alat-alat ini harus selalu siap pakai, agar
sewaktu waktu dapat digunakan.
Peralatan laboratorium sebaiknya dikelompokkan
berdasarkan penggunaanya dan setelah digunakan harus segera
dibersihkan kembali dan disusun seperti semula. Semua peralatan
sebaiknya diberi penutup, misalnya plastik transparan, terutama bagi
alat- alat yang memerlukannya. Alat-alat yang tidak ada penutupnya
akan cepat berdebu, kotor dan akhirnya dapat merusak lat yang
bersangkutan.
c) Infrastruktur
15

Infrastruktur laboratorium meliputi saran utama dan sarana


pendukung, yaitu :
(1) Sarana Utama Mencakup bahasa tentang lokasi laboratorium,
konstruksi laboratorium dan sarana lain, termasuk pintu utama,
pintu darurat, jenis meja kerja atau pelataran, jenis atap, jenis
dinding, jenis lantai, jenis pintu, jenis lampu yang dipakai,
kamar penangas, jenis pembuangan limbah, jenis ventilasi, jenis
AC, jenis tempat penyimpanan, jenis lemari bahan kimia, jenis
alat optik, jenis timbangan dan instrumen lain, kondisi
laboratorium, dan sebagainya.
(2) Sarana Pendukung Mencakup bahasa tentang ketersediaan
energi listrik, gas, air, alat komunikasi, dan pendukung
keselamatan kerja seperti pemadam kebakaran, hydrant dan
sebagainya.
3) Administrasi Laboratorium
Administrasi laboratorium meliputi segala kegiatan administrasi
yang ada di laboratorium.
a) Organisasi Laboratorium
Organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi,
deskripsi kerjaan, serta susunan personalia yang mengelola
laboratorium tersebut.
b) Fasilitas Pendanaan
Ketersediaan dana sangat diperlukan dalam opraional
laboratorium. Tanpa adanya dana yang cukup, kegiatan laboratorium
akan berjalan tersendat-sendat, bahkan mungkin tidak dapat
beroprasi dengan baik.
4) Inventarisasi dan Keamanan
Kegiatan inventarisasi dan keamanan laboratorium meliputi;
a. Semua kegiatan inventarisasi harus memuat sumber dana dari mana
alat alat ini diperoleh atau dibeli.
16

b. Keamanan peralatan laboratorium ditujukan agar peralatan


laboratorium tersebut harus tetap berada dilaboratorium.
5) Disiplin Yang Tinggi
Pengelola laboratorium harus menerapkan disiplin yang tinggi
pada seluruh pengguna laboratorium agar terwujud efisiensi kerja yang
tinggi. Kedisiplinan sangat dipengaruhi oleh pola kebiasaan dan
perilaku dari manusia itu sendiri, oleh sebab itu setiap pengguna
laboratorium harus menyadari tugas, wewenang dan fungsi nya. Sesam
pengguna laboratorium harus ada kerjasama yang baik, sehingga setiap
kesulitan dapat dipecahkan atau diselesai kan bersama.
6) Keterampilan SDM
Peningkatan keterampilan dapat diperoleh melalui pendidikan
tambahan seperti pendidikan keterampilan khusus, pelatihan
(workshop) maupun magang ditempat lain.
7) Peraturan Dasar
Peraturan dasar meliputi beberapa peraturan umum untuk
menjamin kelancaran jalan nya pekerjaan dilaboratorium.
8) Penanganan Masalah Umum
Penanganan masalah umum berupa petunjuk bagaiman
mencampur zat-zat kimia,zat-zat baru atau kurang diketahui,
membuang material- material yang berbahaya, menangani tumpahan,
dan penanganan masalah masalah yang lainnya.
9) Jenis Jenis Pekerjaan
Sebuah perangkat tersebut diatas, jika dikelola secara optimal
akan mendukung terwujud nya penerapan manajemen laboratorium
yang baik.dengan demikian manajemen laboratorium dapat dipahami
sebagai suatu tindakan pengelolaan yang kompleks dan terarah, sejak
dari perencanaan tata ruang sampai dengan perencaan semua perangkat
penunjang lainnya dan pusat aktifitasnya adalah tata ruang. Agar
laboratorium dapat berfungsi sesuai dengan maksud pengadaannya,
maka laboratorium perlu digunakan dan dengan sebaik- baiknya. Tanpa
17

penggunaan dan pengelolaan yang baik, pengadaan laboratorium


beserta alat alat dan bahan yang diperlukan hanyalah akan merupakan
suatu pemborosan
e. Pengelolaan Penataan Laboratorium
Mengelola laboratorium sekolah meliputi 4 kegiatan pokok, yaitu:
1. Mengadakan langkah-langkah yang perlu untuk terus mengupayakan
agar kegiatan siswa didalam laboratorium bermakna bagi siswa dan
proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
2. Menjadwal penggunaan laborataorium oleh guru guru agar
laboratorium dapat digunakan secara merata dan efisisen oleh siswa
yang memerlukan. penjadwalan terutama diperlukan jika jumlah ruang
laboratorium lebih sedikit daripada keperluan nyata sekolah
3. Mengupayakan agar peralatan laboratorium terpelihara dengan baik
sehingga dapat digunakan dalam waktu yang lama dan selalu siap
digunakan.
4. Mengupayakan agar penggunaan laboratorium berlangsung dengan
aman dan mengupayakan langkah-langkah yang perlu untuk
menghindari terjadinya kecelakaan.
5. Persiapan Alat dan bahan laboratorium
Penataan alat-alat merupakan sebagian kecil dari fungsi
manajemen laboratorium. Untuk dapat memahami penataan alat
dilab,kita perlu memahami fungsi dan struktur lab, serta berbagai aspek
terkait dengan manajemen laboratorium. Dalam hal ini, sistem
manajemen laboratarium disuatu lembaga yang dijadikan sebagai
sumber pembelajaran.
Penataan ( ordering ) alat dimaksudkan dengan proses
pengaturan alat di laboratorium agar tertata dengan baik. Dalam menata
alat tersebut berkaitan erat dengan keteraturan dalam penyimpanan
( storing ) maupun kemudahan dalam pemeliharaan (maintenance).
Keteraturan penyimpanan dan pemeliharaan alat itu, tentu memerlukan
cara tertentu agar petuga lab ( teknisi dan juru lab) dengan mudah dan
18

cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan lab, juga ada kemudahan
dalam memelihara kualitasdan kuantitasnya.
Dengan demikian penataan alat laboratorium bertujuan agar
alat- alat tersebut tersusun secara teratur, indah dipandang (estetis)
mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau
mengganggu peralatan lain, terpelihara indetitas atau menggangu
perakatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat, serta terkontrol
jumlahnya dari kehilangan. Untuk memahami tentang penatan peralatan
laboratorium dengan baik diharaapkan terlebih dahulu mempelajari
bagian pengenalan dan penggunaan alat laboratorium.
2. Indikator Efektivitas Laboratorium Biologi
Laboratorium IPA di SMA memiliki peranan penting dalam
memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai
kompetensi belajar yang diharapkan maka diperlukan fasilitas yang memadai.
Begitu pula dengan kegiatan praktikum IPA di laboratorium, agar praktikum
berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil pemahaman kepada peserta didik
secara optimal maka diperlukan fasilitas yang memadai, yaitu laboratorium
IPA yang terstandar sesuai dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007. Dalam
peraturan tersebut, telah dijelaskan secara rinci standar minimal laboratorium
IPA di SMA yang terdiri dari laboratorium biologi, fisika, dan kimia. Adapun
standar laboratorium IPA khususnya Biologi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ruang Laboratorium Biologi
1) Ruang laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan pembelajaran biologi secara praktik yang memerlukan peralatan
khusus.
2) Ruang laboratorium biologi dapat menampung minimum satu
rombongan belajar.
3) Rasio minimum ruang laboratorium biologi adalah 2,4 m2/siswa.
Untuk rombongan belajar dengan siswa kurang dari 20 orang,
luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang
19

penyimpanan dan persiapan 18 m2. Lebar minimum ruang laboratorium


biologi adalah 5 m.
4) Ruang laboratorium biologi memiliki fasilitas yang memungkinkan
pencahayaan memadai untuk membaca buku dan mengamati obyek
percobaan.
5) Ruang laboratorium biologi dilengkapi sarana sebagaimana tercantum
dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2007
b. Sarana Laboratorium Biologi
Sarana laboratorium biologi terdiri dari perabot seperti meja, kursi,
almari, dan bak cuci; peralatan pendidikan meliputi alat peraga serta alat dan
bahan percobaan; media pendidikan yaitu papan tulis; bahan habis pakai; dan
perlengkapan lainnya seperti keranjang sampah, jam dinding, serta peralatan
P3K. Adapun keterangan lebih lengkap terkait sarana laboratorium biologi
terdapat dalam Permendiknas No. 24 Tahun 2007. (Terlampir)
Menurut JJ. Hasibuhan (2006:31), kegiatan praktikum akan dikatakan
efektif apabila:
1) Rumusan yang jelas tentang kecakapan dan atau keterampilan yang
didapat siswa setelah melakukan praktikum.
2) Metode praktikum merupakan metode yang wajar dan metode yang
paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
3) Alat-alat yang digunakan untuk kegiatan praktikum mudah didapat dan
telah diuji cobakan terlebih dahulu.
4) Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan praktikum.
5) Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan.
6) Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
praktikum.
7) Selama kegiatan praktikum berlangsung, keterangan yang disampaikan
guru dapat didengar oleh siswa dan alat-alat ditempatkan pada posisi
yang baik sehingga siswa dapat melihat dengan jelas.
8) Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa
20

Menurut Yawarmansyah (2011) keefektifan penggunaan laboratorium


dilihat dari beberapa indikator, yaitu:
1) Frekuensi penggunaan laboratorium, yaitu: seberapa sering
laboratorium digunakan dalam proses belajar mengajar. Penggunaan
laboratorium yang efektif dalam pembelajaran yaitu apabila
laboratorium digunakan sebanyak 4 kali dalam 1 semester untuk setiap
kelasnya.
2) Kelengkapan alat-alat dan bahan yang ada di laboratorium, yaitu:
ketersediaan alat-alat dan bahan yang ada di laboratorium harus lengkap
sehingga dapat menunjang proses praktikum yang akan dilakukan.
3) Kesesuaian materi dengan alat yang tersedia di laboratorium, yaitu:
adanya kesesuaian antara alat-alat yang tersedia di laboratorium dengan
materi yang akan diajarkan atau dipraktikumkan.
4) Alokasi waktu yang cukup untuk kegiatan praktikum, yaitu:
mempunyai waktu yang cukup dalam melakukan praktikum agar proses
praktikum dapat berlangsung dengan baik dan lancar.
3. Kemampuan Psikomotorik
Menurut Sudaryono (2012,p,73), ranah motorik adalah yang berkaitan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Menurut Winkel (1996,p.339-340) terdapat dua
fase, dalam belajar keterampilan motorik yakni fase kognitif yaitu selama
prosedur diperoleh pengetahuan deklaratif (termasuk pengetahuan prosedural
seperti konsep dan kaidah dalam bentuk pengetahuan deklaratif) mengenai
urutan langkah-langkah opersional atau urutan yang harus dibuat. Fase fiksasi
yaitu keterampilan motorik, kemudian rangkaian gerak-gerik mulai
dilaksanakan secara pelan-pelan dahulu, dengan dituntun oleh pengetahuan
prosedural, sampai semua gerakan mulai berlangsung lebih lancar dan
akhirnya keseluruhan urutan gerak-gerik berjalan sangat lancar.
Psikomotorik sebaiknya penilaian mencakup:
1) Kemampuan siswa menggunakan alat dan sikap kerja.
21

2) Kemampuan siswa menganalisis suatu pekerjaan, menyusun urut-


urutan pengerjaan.
3) Kecepatan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya.
4) Kemampuan siswa dalam membaca gambar dan atau simbol.
5) Keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah
ditentukan.
Penilaian kemampuan psikomotor mencakup persiapan, proses, dan
produk. Penilaian dapat dilakukan melalui 3 alternatif yaitu:
1) Pada saat proses berlangsung
2) Sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes siswa.
3) Dapat juga dilakukan sesudah siswa bekerja. (Prihantoro, 2010,p.132).
Stiggins menjelaskan bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan
pengembangan motoric, koordinasi otot, dan keterampilan-keterampilan
fisik.Trowbridge dan Bybe juga sepaham dengan Stiggins mengenai ruang
lingkup ranah psikomotor, namun selanjutnya mereka mengemukakan
kekhasan dalam mata pelajaran sains bahwa ranah psikomotor berhubungan
dengan hasilhasil yang melibatkan cara-cara memanipulasi alat-alat
(instrument). Keduanya mengklarifikasikan ranah psikomotor ke dalam empat
kategori, yaitu : a) moving (bergerak), b) manipulating (memanipulasi), c)
communicating (berkomunikasi), d) creating (menciptakan).
B. Studi Relevan
No Nama Judul Metode Instrumen
Penelitian Penelitian
1 Dwi Azizah Kajian Kualitatif angket,
Ambar Sari Pemanfaatan lembar
(2020) Laboratorium wawancara,
Biologi Dalam dan
Mendukun Proses dokumentasi
Pembelajran Siswa
SMA di Kota
Bandar Lampung
Pada Masa
Pandemi Covid -19
2 Siti Imroah Pemanfaatan Kualitatif Lembar
(2013). Laboratorium observasi
22

untuk Pembelajaran wawancara,


Biologi di MA Al- dan
Asror Gunungpati dokumentasi
Semarang
3 Umul Hidayati Pemanfaatan Kualitatif Lembar
(2013) Laboratorium IPA observasit,
dan Bahasa Pada lembar
Madrasah Aliyah wawancara,
Swasta dan
dokumentasi
4 Chrisma Fauzul Efektivitas kuantitatif observasi,
Mahfudiani Pemanfaatan deskriptif angket,
(2015) Laboratorium IPA wawancara,
Di SMA Negeri dan studi
Se-Kabupaten dokumen
Sleman
5 Zikrika (2015) Efektivitas Deskriptif wawancara,
Penggunaan kualitatif angket,
Laboratorium IPA dokumentas
Dalam
Pembelajaran
Biologi
Di SMP Negeri 3
Palembang
6 Syafridatun Kesiapan dan Kuantitatif observasi,
Nikmah Pemanfaatan angket,
(2017) Laboratorium dokumentasi,
Dalam Mendukung dan
Pembelajaran wawancara
Biologi
SMA di
Kabupaten Brebes
7 Zubaidah (2021) Keberadaan dan Kualitatif wawancara,
Pemanfaatan observasi, dan
Laboratorium dokumentasi.
Biologi di SMA
Negeri 5 Muaro
Jambi
23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Menurut Sugiyono (2014,p.64) metode deskriptif kualitatif adalah
metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik
pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi. Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan, melukiskan, menerangkan,menjelaskan dan menjawab secara
lebih rinci permasalahan yang akan diteliti dengan mempelajari semaksimal
mungkin seorang individu, suatu kelompok atau suatu kejadian. Dalam
penelitian kualitatif manusia merupakan instrumen penelitian dan hasil
penulisannya berupa kata-kata atau pernyataan yang sesuai dengan keadaan
sebenarnya.

B. Setting dan Subjek Penelitian


Setting penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro
Jambi pada bulan Desember 2022. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah
guru Biologi , siswa dan kepala laboratorium di SMA tersebut.

C.Jenis dan Sumber Data


1) Data primer
Sumber data merupakan subjek penelitian tempat data menempel,
dapat berupa benda gerak, manusia, tempat dan sebagainya. Data primer
diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan
data yang didapat berupa interview dan observasi di Sekolah Menengah
Atas Negeri 5 Muaro Jambi.

22
24

2) Data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung dari informasi dilapangan, seperti dokumen dan sebagainya, data
yang diperoleh dari hasil bacaan. Data sekunder diperoleh dari sumber tidak
langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.
Dokumen ini dapat berupa buku-buku, majalah, artikel karya ilmiah yang
dapat melengkapi data dalam penelitian. Seperti akarya Anisah Basleman dan
Syamsu Mappa, Christopher , Darsono, Max. Dkk, DePorter, Bobbi & Mike
Hernacki, Djohar, Hofstein A. & Lunetta , Feyzioglu B, Atok Miftachul
Hudha , Nyoman Kertiasa Nasution, S., Arends Richard , dll.
D. Teknik Pengumpulan Data
1) Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang menggunakan bahan klasik untuk
meneliti perkembangan yang khusus yaitu untuk menjawab pertanyaan atau
persoalan-persoalan tentang apa, mengapa, kenapa, dan bagaimana.
Dokumentasi yang dimaksudkan adalah pengumpulan data yang
bersifat dokumen yang terdapat pada lokasi penelitian. Dokumentasi dapat
dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda
dan sebagainya. Dalam hal ini, penulis mengumpulkan data tertulis berupa
dokumen tentang Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi dan data-
data pentingnya lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
2) Wawancara
Wawancara adalah metode yang dilakukan melalui dialog secara
langsung antara pewawancara (interviewer) untuk memperoleh data atau
informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kegiatan efektifitas laboratorium di Sekolah
Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi. Wawancara tersebut dilaksanakan
dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan yang
bersangkutan yakni guru biologi, siswa serta kepala laboratorium guna
mendapatkan informasi sedalam-dalamnya.
25

3) Observasi
Observasi adalah suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan
sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik,
observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indra.( Sugiono, 2014,p.57)
Metode observasi yang digunakan penulis guna untuk mengamati
secara langsung terhadap situasi dan kondisi Sekolah Menengah Atas
Negeri 5 Muaro Jambi dalam melihat pemanfaatan laboratorium dalam
pembelajaran Biologi dengan mengamati dokumen dan melakukan
wawancara mendalam, serta mengamati secara langsung kegiatan dalam
mengoptimalkan laboratorium tersebut.
E. Teknik Analisis Data
Apabila pengumpulan data sudah dilakukan, maka data yang sudah
terkumpul harus diolah dan dianalisis. Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sketsa
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun oranglain. Sebelum menganalisa data yang telah terkumpul,
maka data tersebut akan penulis peroleh dengan cara data reduction (reduksi
data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification,
kemudian dilakukan triangulasi.
a. Reduksi data (data reduction)
Mereduksi data berarti meragkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah penelitian untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencari dila diperlukan.(Sugiono, 2014,p.59)
26

b. Penyajian data (data display)


Langkah yang dilakukan setelah data direduksi adalah
mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk table, grafik, flip card, pictogram, dan
sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah
dipahami. .(Sugiono, 2014,p.60)
c. Kesimpulan (conclusion drawing/verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan, menurut Miles dan Huberman penarikan kesimpulan dan
verifikasi, yang pertama kesimpulan yang masih bersifat sementara,
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap
awal, didukung oleh bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan
data berikutnya. Apabila kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. .
(Sugiono, 2014,p.60)
F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Menurut Moleong, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu.(2017,p.88)
Triangulasi merupakan sintesis dan integrasi data dari berbagai sumber-
sumber melalui pengumpulan, eksaminasi, perbandingan, dan interprestasi.
Dengan mengumpulkan dan membandingkan multiple data satu sama lain,
triangulasi membantu meniadakan ancaman bagi setiap validitas dan rehabilitas
data.(Wirawan, 2012,p.89). Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam,
dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi
sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan
teknik yang sama.(Sugiono,2014,p.64)
27

Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi sumber, dimana


triangulasi ini digunakan untuk lebih memantapkan jawaban dari sumber yang
berbeda dengan tehnik yang sama. Dalam pelaksanannya peneliti melakukan
pengecekan data yang berasal dari hasil observasi di SMA Negeri 5 Muaro Jambi ,
wawancara dengan guru Biologi/IPA Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro
Jambi, kepala laboratorium Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi dan
dokumentasi berupa data-data yang ada di lapangan.
No Kisi-kisi Validasi dengan Triangulasi
1 Pengumpulan data yang diperoleh dari wawancara, kuesioner,
observasi dan dokumentasi
2 Mengeksaminasi data yang telah terkumpul
3 Membandingan antar data
4 Menginterprestasi.data yang telah dibandingkan
Sumber : dimodifikasi dari teori Wirawan, 2012
28

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah. (2019). Analisis manajemen laboratorium. Jurnal Paedagogia.


Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. (2008). Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta: Aditya Media.
Bafadal, Ibrahim. (2004) Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar; dari
Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Balqis, T., Hamidah, A., dan Aina, M. (2018). Analisis Manajemen Laboratorium
Biologi SMA Negeri di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. Edu-Sains.
Vol. 7. No. 1.
Decaprio, Richard. (2013). Tips Mengelola Laboratorium Sekolah. Jogjakarta:
DIVA Press.
Firman, H.(1995). Penilaian Hasil Belajar Dan Pengajaran Kimia. Bandung:
Jurusan Pendidikan Kimia UPI
Gunawan, Ary H. (1996). Administrasi Sekolah; Administrasi Pendidikan Mikro.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Irjus Indrawan, r. s. (2020). Manajemen Laboratorium Pendidikan. Jawa Timur:
CV Penerbit Qiara Media
Mauliza dan Nurhafidhah. (2018). Pengaruh Kesiapan terhadap Pemanfaatan
Laboratorium Pada Pelaksanaan Praktikum Kimia di SMA se Kota Langsa.
Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science
Education). Vol. 06. No. 02
Nahdiyaturrahmah., Pujani, N. M, dan Slamet, K. (2020). Pengelolaan
Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (Ipa) Smp Negeri 2 Singaraja. Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI). Vol. 3. No. 2.
Purwanto, M. Ngalim. (2008). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Qomar, Mujamil. (2007). Manajemen Pendidikan Islam. Malang: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai