BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dalam proses belajar dan untuk mendukung proses pembelajaran tersebut, maka
laboratorium haruslah dilayani oleh tenaga laboratorium sekolah yang kompeten,
peralatan yang lengkap, serta pengelolaan yang baik (Mauliza, 2018, p. 83-84).
Decaprio dalam Balqis dkk (2018: 17) menjelaskan bahwa laboratorium
memiliki beberapa peranan yang sangat penting bagi sekolah yaitu: 1) Sebagai
sarana untuk memecahkan berbagai macam masalah; 2) Sebagai tempat yang baik
bagi peserta didik untuk melakukan eksperimen, latihan, demonstrasi atau metode
yang lain, 3) Menimbulkan pengertian dan kesadaran peserta didikakan peranan
ilmuwan; dan 4) Menyebabkan timbulnya pengertian dan kesadaran peserta didik
akan fakta, prinsip, konsep dan generalisasinya. Laboratorium juga memberikan
peluang kepada peserta didik untuk bekerja dengan alat dan bahan tertentu yang
ada di laboratorium, bekerja sama dengan teman, serta memotivasi untuk
mengungkapkan dan menemukan kepuasan atas hasil yang dicapai.
Laboratorium sangat penting dalam dunia pendidikan hal ini dapat
diyakini oleh semua guru namun pada kenyataannya, masih ada beberapa sekolah
yang masih membatasi dalam pemahaman keselamatan dan keamanan kerja
labolatorium, sehingga haltersebut dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan
praktikum di sekolah (Irjus indrawan, 2020, p. 91)
Praktikum sebagai salah satu bentuk kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di laboratorium juga termasuk bagian dari rangkaian suatu proses
pembelajaran. Penilaian pada praktikum tidak hanya mencakup aspek afektif,
melainkan juga menekankan pada aspek kognitif dan psikomotorik. Salah satu
aspek penilaian yang penting dalam praktikum adalah aspek psikomotorik
(keterampilan) karena erat kaitannya dengan keterampilan. Menurut Firman
(1995, p.11), kemampuan psikomotorik dapat dikembangkan melalui praktikum.
Menurut Decaprio (2013, p.67), praktikum memiliki banyak manfaat diantaranya
kegiatan berpusat pada pengembangan keterampilan proses, motorik dan
pembentukan sikap ilmiah.
Menurut Sudaryono (2012,p.49), ranah motorik adalah yang berkaitan
dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima
pengalaman belajar tertentu. Menurut Winkel (1996, p. 339-340) terdapat dua
3
fase, dalam belajar keterampilan motorik yakni fase kognitif yaitu selama
prosedur diperoleh pengetahuan deklaratif (termasuk pengetahuan prosedural
seperti konsep dan kaidah dalam bentuk pengetahuan deklaratif) mengenai urutan
langkah-langkah opersional atau urutan yang harus dibuat. Fase fiksasi yaitu
keterampilan motorik, kemudian rangkaian gerak-gerik mulai dilaksanakan secara
pelan-pelan dahulu, dengan dituntun oleh pengetahuan prosedural, sampai semua
gerakan mulai berlangsung lebih lancar dan akhirnya keseluruhan urutan gerak-
gerik berjalan sangat lancar
Hasil belajar psikomotorik dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung
dan penilaian tingkah laku siswa selama proses pembelajaran praktik berlangsung,
(2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
siswa untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu
sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya (Ryan :
1980,p.78). Selanjutnya Trownbridge dan Bybe dalam Herliani (2013, p.53)
mengklarifikasi ranah psikomotor kedalam empat katagori, yaitu : a) moving
(bergerak), b) manipulating (memanipulasi) c) communicating (berkomunikasi)
dan d) creating (menciptakan). Jadi penilaian hasil belajar psikomotor atau
keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat
dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan
praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik
salah satunya melalui laporan hasil praktikum.
Hasil penelitian Rezeqi (2012) menunjukkan salah satu permasalahan
tidak terlaksananya kegiatan praktikum di SMA Negeri sekabupaten Karo
provinsi Sumatera Utara disebabkan karena keadaan laboratorium yang masih
dalam kategori rendah. Laboratorium yang baik sangat ditentukan oleh beberapa
faktor, diantaranya alat-alat laboratorium yang canggih, ruang laboratorium yang
nyaman, kebersihan dan ketertiban laboratorium, serta manajemen laboratorium.
Suyanata (2010) menjelaskan bahwa manajemen laboratorium adalah usaha untuk
mengelola laboratorium. Setiap sekolah menengah atas sudah seharusnya
memiliki manajemen laboratorium yang baik, agar kegiatan praktikum dapat
terlaksana dengan lancar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hamidah et al.,
4
Begitu pula dengan luas ruangan laboratorium yang belum sesuai dengan standar.
Hal tersebut semuanya terjadi dikarenakan pelaksanaan manajemen laboratorium
yang belum terlaksana dengan baik.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengadakan penelitian untuk melihat
“Efekrivitas laboratorium dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik Siswa
Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi”.
B. Fokus Permasalahan
Agar pembahasan hasil penulisan ini tidak terlalu luas dan dapat lebih
terarah oleh penulis, maka penulis memfokuskan masalah yang diteliti pada
“Efektivtas laboratorium dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik
Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Muaro Jambi ”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana efektivitas laboratorium di Sekolah Menengah Atas
Negeri 5 Muaro Jambi ?
2. Faktor – faktor apa yang menghambat dan mendukung efektivitas
laboratorium dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik
Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi ?
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan Penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk Universitas
Diharapkan dapat memberikan gambaran secara lengkap
mengenai efekrivitas laboratorium dalam meningkatkan kemampuan
psikomotorik Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro
Jambi.
2. Untuk Jurusan Biologi
Diharapkan dapat memberikan sumbang pemikiran bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan pada umumnya dan
Biologi pada khususnya yang berkaitan dengan efektivitas laboratorium
dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa.
3. Untuk Rujukan Penulis Lain
Bagi penulis lain/lanjutan, penulisan ini diharapkan mampu
memberikan rujukan dan masukan baru bagi perkembangan dan konsep
terutama mengenai efektivitas laboratorium dalam meningkatkan
kemampuan psikomotorik siswa.
4. Bagi Penulis Sendiri
Bagi penulis, sebagai wacana untuk memperdalam cakrawala
pemikiran dan pengetahuan, khususnya tentang efektivitas laboratorium
dalam meningkatkan kemampuan psikomotorik Siswa.
5. Bagi lembaga sekolah
Sebagai bahan masukan dalam mengupayakan optimalisasi
efektivitas laboratorium dalam meningkatkan kemampuan
psikomotorik siswa.
7
BAB II
7
8
a) Tata Ruang.
Laboratorium harus ditata sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi dengan baik. Tata ruang yang sempurna, harus dimulai
sejak perencanaan gedung sampai pada pelaksanaan pembangunan.
cepat dalam pengambilan alat untuk keperluan lab, juga ada kemudahan
dalam memelihara kualitasdan kuantitasnya.
Dengan demikian penataan alat laboratorium bertujuan agar
alat- alat tersebut tersusun secara teratur, indah dipandang (estetis)
mudah dan aman dalam pengambilan dalam arti tidak terhalangi atau
mengganggu peralatan lain, terpelihara indetitas atau menggangu
perakatan lain, terpelihara identitas dan presisi alat, serta terkontrol
jumlahnya dari kehilangan. Untuk memahami tentang penatan peralatan
laboratorium dengan baik diharaapkan terlebih dahulu mempelajari
bagian pengenalan dan penggunaan alat laboratorium.
2. Indikator Efektivitas Laboratorium Biologi
Laboratorium IPA di SMA memiliki peranan penting dalam
memfasilitasi peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk mencapai
kompetensi belajar yang diharapkan maka diperlukan fasilitas yang memadai.
Begitu pula dengan kegiatan praktikum IPA di laboratorium, agar praktikum
berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil pemahaman kepada peserta didik
secara optimal maka diperlukan fasilitas yang memadai, yaitu laboratorium
IPA yang terstandar sesuai dengan Permendiknas No. 24 Tahun 2007. Dalam
peraturan tersebut, telah dijelaskan secara rinci standar minimal laboratorium
IPA di SMA yang terdiri dari laboratorium biologi, fisika, dan kimia. Adapun
standar laboratorium IPA khususnya Biologi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Ruang Laboratorium Biologi
1) Ruang laboratorium biologi berfungsi sebagai tempat berlangsungnya
kegiatan pembelajaran biologi secara praktik yang memerlukan peralatan
khusus.
2) Ruang laboratorium biologi dapat menampung minimum satu
rombongan belajar.
3) Rasio minimum ruang laboratorium biologi adalah 2,4 m2/siswa.
Untuk rombongan belajar dengan siswa kurang dari 20 orang,
luas minimum ruang laboratorium 48 m2 termasuk luas ruang
19
BAB III
METODE PENELITIAN
22
24
2) Data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung dari informasi dilapangan, seperti dokumen dan sebagainya, data
yang diperoleh dari hasil bacaan. Data sekunder diperoleh dari sumber tidak
langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.
Dokumen ini dapat berupa buku-buku, majalah, artikel karya ilmiah yang
dapat melengkapi data dalam penelitian. Seperti akarya Anisah Basleman dan
Syamsu Mappa, Christopher , Darsono, Max. Dkk, DePorter, Bobbi & Mike
Hernacki, Djohar, Hofstein A. & Lunetta , Feyzioglu B, Atok Miftachul
Hudha , Nyoman Kertiasa Nasution, S., Arends Richard , dll.
D. Teknik Pengumpulan Data
1) Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode yang menggunakan bahan klasik untuk
meneliti perkembangan yang khusus yaitu untuk menjawab pertanyaan atau
persoalan-persoalan tentang apa, mengapa, kenapa, dan bagaimana.
Dokumentasi yang dimaksudkan adalah pengumpulan data yang
bersifat dokumen yang terdapat pada lokasi penelitian. Dokumentasi dapat
dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda
dan sebagainya. Dalam hal ini, penulis mengumpulkan data tertulis berupa
dokumen tentang Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi dan data-
data pentingnya lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
2) Wawancara
Wawancara adalah metode yang dilakukan melalui dialog secara
langsung antara pewawancara (interviewer) untuk memperoleh data atau
informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara digunakan untuk
mengumpulkan data tentang kegiatan efektifitas laboratorium di Sekolah
Menengah Atas Negeri 5 Muaro Jambi. Wawancara tersebut dilaksanakan
dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan yang
bersangkutan yakni guru biologi, siswa serta kepala laboratorium guna
mendapatkan informasi sedalam-dalamnya.
25
3) Observasi
Observasi adalah suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan
sesuatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologik,
observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan
pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indra.( Sugiono, 2014,p.57)
Metode observasi yang digunakan penulis guna untuk mengamati
secara langsung terhadap situasi dan kondisi Sekolah Menengah Atas
Negeri 5 Muaro Jambi dalam melihat pemanfaatan laboratorium dalam
pembelajaran Biologi dengan mengamati dokumen dan melakukan
wawancara mendalam, serta mengamati secara langsung kegiatan dalam
mengoptimalkan laboratorium tersebut.
E. Teknik Analisis Data
Apabila pengumpulan data sudah dilakukan, maka data yang sudah
terkumpul harus diolah dan dianalisis. Analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data
kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sketsa
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun oranglain. Sebelum menganalisa data yang telah terkumpul,
maka data tersebut akan penulis peroleh dengan cara data reduction (reduksi
data), data display (penyajian data), dan conclusion drawing/verification,
kemudian dilakukan triangulasi.
a. Reduksi data (data reduction)
Mereduksi data berarti meragkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah penelitian untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencari dila diperlukan.(Sugiono, 2014,p.59)
26
DAFTAR PUSTAKA