Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PERENCANAAN KEGIATAN DI LABORATORIUM


KIMIA SEKOLAH”

OLEH :

KELOMPOK VII

AJI WULANDARI (A1L120031)


KASMIATI (A1L120049)
NUR HESTIANI (A1L120053)
KELSI SRI RAHAYU (A1L119077)
FITRA DARWAN ARAS (A1L119

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT., yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-NYA sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah
“Perencanaan Kegiatan Di Laboratorium Kimia Sekolah” ini dengan baik dan
tepat waktu.
Tak lupa pula salam serta shalawat senantiasa kita haturkan kepada
junjungan Nabi yang mulia MUHAMMAD SAW., karena atas perjuangan
beliaulah kita semua bisa beranjak dari zaman jahiliyah, zaman kebodohan
menuju zaman penuh ilmu pengetahuan seperti apa yang kita rasakan sampai saat
ini. Kepada para sahabat, tabi’ut, tabi’in, tabiu’ut-tabi’in yang senantiasa meniti
jalan dakwah bersama beliau.
Kami sadar akan ada begitu banyak kekurangan dalam
penulisan/penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami harap bagi para pembaca
untuk memberikan saran dan kritik yang membangun agar makalah yang kami
buat ini bisa lebih baik lagi. Terlepas dari itu semua, besar harapan kami agar
makalah ini bisa bermanfaat bagi masyarakat luas terutama bagi UNIVERSITAS
HALU OLEO KENDARI.
Sekian dan terima kasih.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................4
2.1Aspek-aspek kegiatan praktikum..............................................................4
2.2 Bentuk Kegiatan Praktikum.....................................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................11
3.1Kesimpulan................................................................................................11
3.2 Saran.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses yang dapat menyebabkan terjadinya


perubahan tingkah laku karena adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau
karena proses yang terjadi secara internal di dalam diri seseorang. Proses
pembelajaran akan berlangsung lebih optimal apabila terdapat suatu tempat yang
dapat menunjang, yaitu sekolah. Sekolah merupakan sarana utama dalam
pendidikan untuk dapat mengembangkan segenap potensi, daya kreasi dan
aktualisasi diri. Sekolah yang dapat berfungsi dengan baik diperlukan sarana dan
prasarana yang menunjang, diantaranya adalah laboratorium sains.
Menurut Kertiasa (2006) keberadaan laboratorium sains di sekolah
menengah merupakan keharusan pada pendidikan sains modern. Alasan utamanya
dua macam, yaitu dari segi filosofis dan paedagogis-psikologis. Dari segi filosofi,
sains dianggap mempunyai tiga aspek penting yaitu produk, proses, dan sikap.
Produk adalah ilmu yang sudah tersusun secara sistematik berupa konsep, prinsip
(asas), dan teori. Sedangkan proses adalah cara pengetahuan itu diperoleh dan
dikembangkan, yang banyak terkait dengan proses adalah pengamatan dan
eksperiment. Laboratorium mengambil peranan yang sangat penting karena di
dalam proses siswa seharusnya mempunyai kemampuan pengumpulan data,
pengukuran, penganalisisan data, penginterpretasian data, penyimpulan,
berhipotesis dan berteori. Sedangkan sikap meliputi sikap siswa dalam berfikir
ilmiah, jujur dan sikap dalam menerima kebenaran ilmu baru. Secara pedagogis-
psikologis, laboratorium sains memberikan kesempatan pada siswa untuk
“bertindak” terhadap hal-hal yang sedang dipelajari dan yang menjadi
perhatiannya.
Kimia lebih dari sekedar kumpulan fakta ataupun konsep, karena dalam
Kimia juga terdapat kumpulan proses dan nilai yang dapat diaplikasikan serta
dikembangkan dalam kehidupan nyata. Pembelajaran Kimia di sekolah
diharapkan mampu memberikan pengalaman kepada siswa, sehingga
memungkinkan siswa melakukan penyelidikan tentang fenomena Kimia. Untuk
mewujudkan konsep pembelajaran Kimia tersebut diperlukan kegiatan yang dapat
mendorong siswa untuk melakukan proses penemuan, yaitu dengan kegiatan
praktikum.
Praktikum merupakan salah satu kegiatan laboratorium yang sangat
berperan dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar kimia.
Praktikum memungkinkan siswa mempelajari kimia melalui pengamatan
langsung terhadap gejala-gejala maupun proses-proses, melatih keterampilan
berfikir ilmiah, menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, serta
menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah.
Kegiatan praktikum dapat diartikan sebagai salah satu strategi mengajar dan
menggunakan pendekatan ilmiah terhadap gejala-gejala, baik gejala sosial, psikis
maupun fisik dengan diteliti, diselidiki dan dipelajari. Hofstein dan Naaman
(2003) menyatakan bahwa pembelajaran bagi siswa tidak akan bermakna apabila
siswa tidak melakukan praktik secara langsung dalam melakukan pengamatan
ataupun percobaan yang dilakukan dalam laboratorium kimia.
Pengelolaan laboratorium kimia perlu dilakukan agar laboratorium dapat
berfungsi sesuai dengan maksud pengadaannya. Laboratorium yang tidak dikelola
dengan baik akan mengakibatkan pengadaan alat-alat dan bahan hanyalah
merupakan suatu pemborosan. Pengelolaan laboratorium kimia meliputi kegiatan
mengatur, memelihara, serta usaha-usaha menjaga keselamatan para pemakai
laboratorium.
Pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana
Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) harus mempunyai
lahan dan bangunan gedung yang memenuhi ketentuan rasio minimum luas lahan
terhadap peserta didik, dan sekurangkurangnya memiliki prasarana sebagai
berikut: ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang

2
pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang
UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat
bermain/berolahraga.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan saat kegiatan praktikum
dalam laboratorium agar laboratorium berdaya guna?
1.2.2 Bagaimana bentuk kegiatan praktikum dari setiap aspek-aspek
tersebut?
1.3 Tujuan

1.3.1 untuk mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan saat
kegiatan praktikum dalam laboratorium agar laboratorium berdaya
guna.
1.3.2 Untuk mengetahui bentuk kegiatan praktikum dari setiap aspek-aspek.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aspek-aspek Kegiatan Praktikum

Kegiatan praktikum merupakan bagian penting dari kegiatan belajar


mengajar pada mata kuliah produktif. Melalui kegiatan praktikum dapat diketahui
aspek keterampilan peserta didik dan seberapa baik peserta didik dalam
menerapkan informasi yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Oleh
karena itu, lebih sering melaksanakan kegiatan praktikum, tentunya kegiatan
evaluasi pun lebih sering dilaksanakan untuk menilai hasil pembelajaran peserta
didik pada kegiatan praktikum (Munandar dan Safrina, 2020).
Beberapa alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum: Pertama,
praktikum mengembangkan motivasi belajar IPA; Kedua, praktikum
mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen; Ketiga, praktikum
menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah; Keempat, praktikum menunjang
pemahaman materi pelajaran. Berdasarkan alasan-alasan tersebut praktikum perlu
dibekalkan kepada peserta didik. Implementasi praktikum di sekolah saat ini
masih menghadapi banyak kendala diantaranya menyangkut strategi penilaian.
Jumlah peserta didik yang banyak dalam satu kelas menyebabkan pendidik hanya
mampu menilai kemampuan kinerja peserta didik secara berkelompok. Oleh
karena itu diperlukan strategi penilaian kinerja peserta didik yang memungkinkan
dilakukan terhadap individu peserta didik. Salah satu strategi yang dapat
membantu pendidik dalam menilai kinerja peserta didik pada kegiatan praktikum
yaitu dengan teknik peer assessment. Peer assessment atau penilaian antar teman
adalah proses di mana peserta didik dilibatkan dalam penilaian kinerja peserta
didik lain yang tingkatannya Sama (Munandar dan Safrina, 2020).
Pada umumnya pelaksanaan praktikum dilakukan dengan melalui
serangkaian tahapan. Tesch dan Duit dalam Widodo (2006:149)
mengelompokkan tahapan praktikum menjadi tahap pendahuluan, tahap
pelaksanaan, dan tahap pasca praktikum.

4
1. Tahap pendahuluan
Tahap ini memegang peranan penting untuk mengarahkan siswa tentang
kegiatan yang akan dilakukan. Termasuk dalam tahap ini adalah mengaitkan
kegiatan yang akan dilakukan dengan kegiatan sebelumnya, menjelaskan langkah
kerja yang harus dilakukan oleh siswa, serta memotivasi siswa.
2. Tahap kerja
Tahap ini sesungguhnya merupakan inti pelaksanaan kegiatan praktikum.
Pada tahap inilah siswa mengerjakan tugas-tugas praktikum, misalnya merangkai
alat, mengukur, dan mengamati
3. Tahap penutup
Setelah pelaksanaan tidak berarti bahwa kegiatan praktikum telah usai. Pada
tahap penutup hasil pengamatan dikomunikasikan, didiskusikan, dan ditarik
kesimpulan (Hamida dkk., 2014).

Dalam pembelajaran IPA atau sains, termasuk kimia, pengalaman belajar


seperti ini dikenal sebagai praktikum. Peran esensial dari praktikum adalah agar
siswa mampu mengembangkan keterkaitan antara observasi dan ide-ide yang
dipelajari). Pada kegiatan praktikum, siswa bekerja dengan melibatkan semua
indera yang dimiliki sehingga lebih memberi kesan. Pelaksanaan kegiatan
praktikum di sekolah biasanya menggunakan DKL (Desain Kegiatan
Laboratorium) atau LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik). DKL merupakan salah
satu media pembelajaran yang berisi petunjuk untuk melaksanakan kegiatan
laboratorium (Muchsin, dkk., 2021).
DKL umumnya berisi tentang langkah kerja operasional atau prosedural
yang berfungsi untuk menuntun siswa pada kegiatan praktikum di laboratorium.
DKL yang memenuhi standar itu harus memiliki 8 unsur yang meliputi, tujuan
praktikum, landasan teori, alat dan bahan, prosedur kerja, cara penggunaan alat,
interpretasi hasil pengamatan, analisis data, dan kesimpulan. Dengan berbagai
komponen yang disajikan pada lembar DKL tersebut, maka diharapkan kegiatan
praktikum siswa mampu bermakna bagi siswa baik secara konseptual maupun
praktikal (Muchsin, dkk., 2021).
Aspek-aspek yang dianalisis pada DKL memuat beberapa indikator yaitu:

5
1. aspek relevansi dengan kurikulum terdiri dari 2 indikator,
2. aspek kompetensi terdiri dari 4 indikator,
3. aspek konstruksi pengetahuan terdiri dari 5 indikator
4. aspek praktikal terdiri dari 5 indikator

 Aspek Relevansi

Aspek ini bertujuan untuk melihat kesesuaian antara kegiatan praktikum


dengan tuntutan kurikulum. Dalam hal ini, Sampel (S) yang diperoleh merupakan
DKL dari Kurikulum 2013 dan KTSP 2006.

 Aspek Kompetensi

Analisis aspek kompetensi bertujuan untuk melihat kemampuan atau


kecakapan yang akan diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan praktikum.
Aspek ini terkait dengan Hands onactivity dan Minds on activity. Beberapa
indikator terkait aspek ini misalnya
a) kemampuan observasi
b) transformasi data
c) interpretasi dan
d) level kemampuan berpikir

Pada indikator Kemampuan Observasi, hal yang dinilai berfokus pada ada
tidaknya karakter umum dan karakter spesifik dari objek/fenomena yang
diobservasi dan mendukung perolehan pengetahuan. Sehingga, menurut Laelasari
& Supriatno (2018) kegiatan praktikum pada DKL bukan sekedar verifikasi
pengetahuan yang sudah dipelajari. Fenomena yang muncul dari kegiatan
praktikum dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dan dapat menunjang
materi pelajaran sebagaimana tujuan praktikum menurut Woolnough & Allsop
(1985) dalam Firman (2019). Munculnya fenomena pada saat pengamatan
merupakan salah satu keterampilan hands on activity (Muchsin, dkk., 2021).
Untuk indikator Kemampuan Transformasi menunjukkan bahwa data yang
di dapat melalui kegiatan observasi, selanjutnya direpresentasikan kedalam
bentuk lain untuk membantu proses interpretasi,misalnya ke dalam bentuk grafik,

6
charta dan lain-lain. Data perlu ditransformasi ke bentuk lain untuk
mempermudah menyajikan informasi Selanjutnya, kemampuan interpretasi
merupakan tindak lanjut dari kemampuan transformasi. Data yang telah
ditransformasi ke bentuk lain akan memperlihatkan suatu trend tertentu sehingga
mempermudah dalam menginterpretasi seperti menganalisis, memprediksi dan
mengevaluasi.
Pembelajaran IPA khususnya kimia dirancang dan diimplementasikan
melalui strategi tertentu sehingga siswa dapat berhadapan dengan masalah nyata
di lingkungannya untuk mendukung pembentukan pengetahuan, nilai, sikap, serta
keterampilan berpikir (Thinking Skills) yang terdiri dari critical thinking dan
creative thinking, yang merupakan bagian dari keterampilan berpikir tingkat
tinggi atau yang dikenal High Order Thinking. Desain kegiatan praktikum dari
tahap observasi hingga mampu melakukan interpretasi data merupakan langkah-
langkah dalam berpikir kritis

 Aspek Konstruksi Pengetahuan

Analisis terhadap aspek konstruksi pengetahuan di lakukan untuk melihat


proses konstruksi pengetahuan yang didasarkan pada fenomena atau objek yang
muncul dari kegiatan observasi melalui pencatatan dan transformasi. Beberapa
indikator yang digunakan dalam aspek ini mengacu pada Diagram Vee oleh
Novak & Gowin (1984).

 Aspek Praktikal

Aspek ini bertujuan untuk menguji keterlaksanaan DKL dalam


menghadirkan objek/fenomena.

2.2 Bentuk Kegiatan Praktikum


 Aspek relevansi

Dilakukan nya uji analisis kompetensi ini bertujuan untuk mengukur sejauh
mana kegiatan praktikum dapat mengembangkan kemampuan peserta didik
seperti keterampilan mengamati melalui kegiatan praktikum, keterampilan

7
mempertanyakan dan memprediksi melalui kegiatan praktikum, keterampilan
merencanakan dan melakukan penyelidikan melalui kegiatan praktikum,
keterampilan memproses, menganalisis data dan informasi melalui kegiatan
praktikum, keterampilan mengevaluasi dan refleksi melalui kegiatan praktikum
dan terakhir keterampilan mengomunikasikan hasil melalui kegiatan praktikum.
Maulana et al., 2021) menyatakan bahwa suatu DKL termasuk kedalam
aspek kontruksi pengetahuan yang kurang bagus ketika (1) tidak dapat
memunculkan objek/fenomena dari materi yang sedang dipelajari (2) tidak
tersedia atau tidak sesua nya hasil pada pencatatan data (3) tidak dapat
mengarahkan peserta didik untuk melatih kemampuannya dalam melakukan
transformasi data (4) langkah atau prosedur pada DKL tidak dapat memunculkan
konsep/teori/prinsip mengenai materi yang sedang dipelajari.”

8
 Aspek Praktikal

Salah satu bentuk kegiatan praktikum seperti memahami perubahan


fenomena yang ada dilingkungan sekitar kita pada perubahan warna pada irisan
buah apel yang dilumuri dengan air jeruk nipis, yang dicelupkan diair dan yang
alami. Lalu mengamati terjadinya reaksi reduksi dan oksidasi pada buah apel dan
menjelaskan efek oksidasi pada buah apel.
Penyebab buah apel berubah warna menjadi kecoklatan dan yang tidak
berubah menjadi kecoklatan yaitu vitamin/enzim dalam buah apel terkena/
terkontaminasi oksigen dan yang tidak berubah warna dikarenakan oleh buah
jeruk yang dilumurkan pada buah apel, buah jeruk ini mengandung asam
sitrat yang antioksidan.

Lalu dilakukan pengujian untuk mengetahui efek oksidasi pada apel


tersebut. Pada potongan buah apel yang tidak dicelupkan dalam air dan tidak
dilumuri oleh jeruk nipis, potongan buah apel tersebut akan berubah kecoklatan
dikarenakan mengalami reksi oksidasi. Dalam buah apel terdapat enzim polifenol
oksidase (PPO) yang dengan cepat mengoksidasi senyawa fenol yang terdapat
pada jaringan buah apel menjadi o-kuinon dari tidak bewarna menjadi
kecoklatan/proses oksidasi yaitu proses udara oksigen yang beroksidasi dengan
buah apel yang menyebabkan perubahan warna tersebut dan pencoklatan di buah
apel ini termasuk pencoklatan enzimatis. Dan juga pada potongan buah apel yang
dicelupkan di dalam air juga mengalami hal yang sama, selain merubah warna

9
buah apel juga akan berubah cita rasanya. Dan yang dilumuri oleh jeruk nipis itu
tidak berubah warna karena air jeruk mengandung asam sitrat, yang merupakan
anti oksidan yang efektif. Selain jeruk nipis bisa juga menggunakan lemon
ataupun buah nanas, karena buah-buah tersebut mengandung asam sitrat.
 Buah apel 1 (buah apel yang ditetesi jeruk nipis) Setelah diamati selama 40
menit, daging buahnya yang masih berwarna putih dan cita rasanya masih
terasa segar ketika dimakan.
 Buah apel 2 (yang dicelupkan dalam air) Buahnya sedikit berubah kecut dan
berbeda dengan buah apel alami.
 Buah apel 3 (murni) Daging apel cenderung berwarna kecoklatan dan kecut
atau tidak lagi segar, rasanya pun sedikit agak sepet atau kurang sedap.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kegiatan praktikum merupakan bagian penting dari kegiatan belajar


mengajar pada mata kuliah produktif. Melalui kegiatan praktikum dapat diketahui
aspek keterampilan peserta didik dan seberapa baik peserta didik dalam
menerapkan informasi yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Adapun
aspek-aspek kegiatan praktikum yaitu a) kemampuan observasi, b) transformasi
data, c) interpretasi dan, d) level kemampuan berpikir. Kemudian bentuk kegiatan
praktikum ada dua yaitu, aspek relevansi dan aspek praktikal.

3.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu kita harus memahami apa saja
aspek-aspek praktikum dan bentuk-bentuk praktikum yang dilaksanakan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aril, 2012. Proses Pencoklatan Pada Buah Apel. Jurnal Teknologi Kompas 1(1).

Erlangga, Ilmu Pengetahuan Alam 1, 2, 3 SMP/MTS Kelas VII, VIII, IX Bandung

Hofstein A & R M Naaman. 2003. The laboratory in science education: the state
of the art. Journal in Chemistry Education Research and Practice 8
(2):105-107.

Hamidah, A., Eka, N., S., Retni, S., B., 2020. Persepsi Siswa Tentang Kegiatan
Praktikum Biologi Di Laboratorium Sma Negeri Se-Kota Jambi. Jurnal
Sainmatika 8(1).

Etnarufiati, 2020. Penerapan Metode Praktikum Untuk Mengetahui Respons


Siswa Pada Submateri Peran Tumbuhan Di Bidang
Ekonomiguru.Indonesia. Jurnal Pendidikan 16(2).

Hastika, D., W., Entin, D., Reni, M. 2020. Kelayakan Penuntun Praktikum
Submateri Struktur Dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Dengan Tambahan
Metode Replika. Jurnal Pendidikan 1(1).

Muchsin, A., Bambang, S., Sri, A. 2014. Rekonstruksi Desain Kegiatan


Laboratorium Kurikulum KTSP dan K-13 pada Materi Ekosistem untuk
Mengembangkan HOTS Siswa, Jurnal Kependidikan. 7(3).

Munandar, H., dan Safriana, J., 2021. Pengembangan Instrumen Penilaian


Psikomotorik Berbasis Peer Assessment Pada Kegiatan Praktikum Ipa.
Jurnal Tunas Bangsa. 7(2).

Nursapika, E., 2014. Analisis Tentang Profesionalisme Dan Kinerja Guru. Jurnal
Aplikasi Manajemen 6(2).

Kertiasa N. 2006. Laboratorium Sekolah dan Pengelolaannya. Bandung: Pudak


Scientifik.

Putri, L., Bayu, D., Pratama. 2022. Pengembangan Buku Petunjuk Praktikum IPA
Bermuatan Karakter Tema Panas Dan Perpindahanya Untuk Siswa Kelas
V Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan Sekolah Dasar 9(1).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun


2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

12
Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA)

13

Anda mungkin juga menyukai