KEGAWATDARURATAN
“ENDOMETRITIS”
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kekuatan dan kemampuan dalam proses perkuliahan, dan penulisan
makalah yang berjudul “ENDOMETRITIS ", yang merupakan suatu kajian yang
disusun untuk melengkapi tugas dalam mata kuliah Kegawatdaruratan.
PENDAHULUAN
Bekas luka robekan pada perineum maupun luka bekas sayatan operasi seusai
bersalin, dapat menjadi pintu gerbang bagi 1001 kuman penyakit untuk masuk ke dalam
tubuh Anda. Penyakit infeksi apa saja yang kerap mengancam ibu setelah bersalin?
Salah satu diantaranya adalah endometritis.
Infeksi pada dinding rahim (endometrium) ini banyak dialami oleh ibu yang
menjalani proses persalinan yang lama, atau jarak antara waktu pecah kantung ketuban
dan pengeluaran bayi cukup panjang. Bila Anda menjalani persalinan Caesar, risikonya
5-15% dan Anda yang melahirkan secara alami, risikonya 1-3%.
Gejalanya antara lain yaitu, demam di atas 38°C disertai menggigil, atau
perdarahan dari vagina pada 24-36 jam setelah bersalin, nyeri di bagian perut bawah,
lokia berwarna keruh (tidak bening) dan berbau tak sedap, denyut jantung meningkat,
serta bila bagian bawah perut ditekan terasa keras.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Endometritis
B. Klasifikasi Endometritis
Klasifikasi Endometritis
Menurut Wiknjosastro (2002),
1. Endometritis akuta
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum. Pada
endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9,
sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9.
Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus provokatus.
Pada endometritis akuta, endometrium mengalami edema dan hiperemi,
dan pada pemeriksaan mikroskopik terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi
leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan
interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada
abortus dan partus.
Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke
atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas
secara khusus.
Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke
miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke
parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-
gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala
penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit
keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya
nyeri pada perabaan.
Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus
di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam
uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan
sebagainya.
Tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah
endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke
jaringan di sekitarnya.
Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak
seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan
sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada
waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting
adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar.
Gejalanya :
1. Demam
2. Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadang-kadang
keluar lochea yang purulent.
3. Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
4. Kalau radang tidak menjalar ke parametrium atau parametrium tidak
nyeri.
Penatalaksanaan :
Dalam pengobatan endometritis akut yang paling penting adalah
berusaha mencegah agar infeksi tidak menjalar.
Terapi :
a. Uterotonika.
b. Istirahat, letak fowler.
c. Antibiotika.
d. Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus
carsinoma. Dapat diberi estrogen
2. Endometritis kronika
Radang ini jarang dijumpai , namun biasanya terjadi pada wanita yang
masih menstruasi. Dimana radang dapat terjadi pada lapisan basalis yang
tidak terbuang pada waktu menstruasi. Endometritis kronik primaria dapat
terjadi sesudah menopauase, dimana radang tetap tinggal dan meluas sampai
ke bagian endometrium lain. Endometritis kronik ditandai oleh adanya sel-
sel plasma pada stroma. Penyebab yang paling umum adalah Penyakit
Radang Panggul (PID), TBC, dan klamidia. Pasien yang menderita
endometritis kronis sebelumnya mereka telah memilik
riwayat kanker leher rahim atau kanker endrometrium. Gejala endometritis
kronis berupa noda darah yang kotor dan keluhan sakit perut bagian bawah,
leukorea serta kelainan haid seperti menorhagia dan metrorhagia.
Pengobatan tergantung dari penyebabnya.
Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat
peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan
terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta. Endometritis kronika yang lain
umumnya akibat ineksi terus-menerus karena adanya benda asing atau
polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
Gejalanya :
8. Ny. R 18 th datang dengan ibunya sudah beberapa kali haid dengan jumlah
darah sangat banyak, darah keluar di sertai dengan bekuan darah dan jadwal haid
teratur seperti biasa-biasanya. Akhir-akhirnya ini setiap menstruasi di sertai
dengan perasaan sakit yang hebat, padahal sebelumnya tidak pernah seperti itu
kalau sedang menstruasi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Agar lebih dapat memahami jenis infeksi pada ibu nifas terutama pada
kasus endometritis. Bagi petugas kesehatan khususnya bidan dapat mengetahui
tindak lanjut penanganan endometritis pada ibu nifas, dan bidan dapat mengenali
tanda dan gejala terjadinya endometritis
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ayahbunda.co.id/kelahiran-gizi-kesehatan/waspadai-endometritis-
paska-bersalin
https://ilmuveteriner.com/definisi-dan-penyebab-endometritis
http://htttmard.blogspot.com/2016/04/makalah-endometritis-dan-peritonitis.html?
m=1
https://bidanshop.blogspot.com/2015/10/contoh-soal-skenario-untuk-bidan-47.html
https://ilmuveteriner.com/patogenesaterapi-serta-pencegahan-endometritis/