Anda di halaman 1dari 111

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN

“MANAJEMEN STRATEGI DAN PENGAWASAN”

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. Marlin Domi’ Taruk Lembang 301302182130011


2. Marice Yarangga 3013021821
STIE JAMBATAN BULAN
2018
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan Rahmat dan berkatnya-Nya, sehingga tugas mata kuliah Pengantar
manajemen tahun 2018 semester satu yang berjudul “manajemen Strategi dan
Pengawasan” bisa kami selesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan tugas ini.

Akhir kata semoga makalah tentang manajemen strategi dan pengawasan ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

       Timika,17 oktober 2018


                                                                                                            Penyusun,
                                                                                                            Team
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... 1
Daftar Isi........................………………………................................................... 2

BAB I :     PENDAHULUAN
A. Pengertian/Evolusi Tentang Manajemen Stateggi.....................................  4
B. Peran Manajemen Strategi.................................................................…....   5
C. Manfaat Manajemen Strategi…..................................................................   7
D. Langka Dalam Pengembangan Organisasi...............................................….7
E. Tahapan-Tahapan dalam Manajemen Strategis............................................  7
F. Pentingnya Manajemen Stategis Bagi Perusahaan…………………………8
G. Manfaat dan Resiko Manajemen Strategis………………………………….9
H. Evaluasi Strategis…………………………………………………………11
I. Proses Utama Evaluasi Strategis…………………………………………..13
J. Karakter Dari Evaluasi Strategis………………………………………….14

BAB 11 :     PENGAWASAN
A. Pengertian Pengawasan.............................
……………………………......  18
B. Macam-Macam Pengawasan..............................................................
…....   19
C. Langka-Langka Pengawasan
…..................................................................   21
D. Tujuan
Pengawasan……………………..................................................….23
E. Cara-Cara
Pengwasan………………………..............................................  23
BAB III  :    KESIMPULAN......................................................................
……………........  27

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
………....28

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manajemen strategis adalah seni dan ilmu  penyusunan, penerapan, dan
pengevaluasian keputusan-keputusan lintas fungsional yang dapat memungkinkan
suatu perusahaan mencapat sasarannya. Manajemen strategis adalah proses
penetapan tujuan organisasi, pengembangan kebijakan dan perencanaan untuk
mencapai sasaran tersebut, serta mengalokasikan sumber daya untuk menerapkan
kebijakan dan merencanakan pencapaian tujuan organisasi. Manajemen strategis
mengkombinasikan aktivitas-aktivitas dari berbagai bagian fungsional suatu bisnis
untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen strategis berbicara tentang gambaran besar.Inti dari manajemen
strategis adalah mengidentifikasi tujuan organisasi, sumber dayanya, dan
bagaimana sumber daya yang ada tersebut dapat digunakan secara paling efektif
untuk memenuhi tujuan strategis.Manajemen strategis di saat ini harus
memberikan fondasi dasar atau pedoman untuk pengambilan keputusan dalam
organisasi. Ini adalah proses yang berkesinambungan dan terus-menerus. Rencana
strategis organisasi merupakan dokumen hidup yang selalu dikunjungi dan kembali
dikunjungi.Bahkan mungkin sampai perlu dianggap sebagaimana suatu cairan
karena sifatnya yang terus harus dimodifikasi.Seiring dengan adanya informasi
baru telah tersedia, dia harus digunakan untuk membuat penyesuaian dan revisi.
Lingkungan dunia yang mengalami perubahan seperti adanya globalisasi,
control masyarakat, perkembangan teknologi, memberikan dampak bagi
perkembangan suatu negara maupun bisnis. Control masyarakat terhadap
pelaksanaan kegiatan pemerintahan maupun perusahaan, sehingga pemerintah
maupun pemimpin perusahaan tidak dapat membuat kebijakan yang mengabaikan
kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu dalam menjalankan kegiatannya perlu
adanya keselarasan antara kompetensi yang dimiliki perusahaan maupun
pemerintah dengan lingkungan yang ada di luar organisasi (perusahaan dan
pemerintah).
Persaingan yang memunculkan daya saing erat kaitannya dengan
pemahaman mekanisme pasar (standar dan benchmarking), kecepatan dan
ketepatan penyampaian produk (barang dan jasa) yang mampu menciptakan
nilai tambah.Oleh karena itu, peningkatan daya saing organisasi bersifat unik,
tetapi pada intinya dipengaruhi oleh aspek kreativitas, kapasitas, teknologi yang
diguna-kan dan jangkauan pemasaran yang dicapai.Hal tersebut diwujudkan dari
tampilan produk, produktivitas yang ting-gi dan pelayanan yang baik.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu
organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu
kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan
yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi
organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi
terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan
Pendahuluan (preliminary control), Pengawasan pada saat kerja
berlangsung (cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control).Di
dalam proses pengawasan juga diperlukan Tahap-tahap pengawasan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari
beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan Standar, Tahap Penentuan Pengukuran
Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap
Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap
Pengambilan Tindakan Koreksi.
Manajemen Strategi
A.    Pengertian/Teori Evolusi Manajemen Strategi
Sebelum melangkah lebih jauh tentang seberapa jauh peran manajemen
stratejik dalam pengembangan organisasi, kita akan menyimak dulu pengertian
dari manajemen stratejik itu sendiri, berikut beberapa ahli yang memberikan
gambaran atau teori tentang manajemen stratejik itu sendiri.
Barney, 2007:27 Manajemen strategis (strategic management) dapat
dipahami sebagai proses pemilihan dan penerapan strategi-strategi. Sedangkan
strategi adalah pola alokasi sumber daya yang memungkinkan organisasi-
organisasi dapat mempertahankan kinerjanya.
Grant, 2008:10 Strategi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan rencana
mengenai penggunaan sumber daya-sumber daya untuk menciptakan suatu posisi
menguntungkan. Dengan kata lain, manajamen strategis terlibat dengan
pengembangan dan implementasi strategi-strategi dalam kerangka pengembangan
keunggulan bersaing.
Dengan demikian dari definisi di atas dapat diketahui fokus manajemen
strategis terletak dalam memadukan manajemen, pemasaran, keuangan/akunting,
produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta system informasi komputer
untuk mencapai keberhasilan organisasi.Manajemen strategis di katakan efektif
apabila memberi tahu seluruh karyawan mengenai sasaran bisnis, arah bisnis,
kemajuan kearah pencapaian sasaran dan pelanggan, pesaing dan rencana produk
kami.Komunikasi merupakan kunci keberhasilan manajemen strategis.
Dari definisi tersebut terdapat dua hal penting yang dapat disimpulkan, yaitu:

1. Manajemen Strategik terdiri atas tiga proses:


2. Pembuatan Strategi, yang meliputi pengembnagan misi dan tujuan jangka
panjang, mengidentifiksikan peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan
kelemahan organisasi, pengembangan alternatif-alternatif strategi dan
penentuan strategi yang sesuai untuk diadopsi.
3. Penerapan strategi meliputi penentuan sasaran-sasaran operasional tahunan,
kebijakan organisasi, memotovasi anggota dan mengalokasikan sumber-sumber
daya agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan.
4. Evaluasi/Kontrol strategi, mencakup usaha-usaha untuk memonitor seluruh
hasil-hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja
individu dan organisasi serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika
diperlukan.
5. Manajemen Strategik memfokuskan pada penyatuan/ penggabungan aspek-
aspek pemasaran, riset dan pengembangan, keuangan/ akuntansi, operasional/
produksi dari sebuah organisasi.

Strategik selalu “memberikan sebuah keuntungan”, sehingga apabila proses


manajemen yang dilakukan oleh organisasi gagal menciptakan keuntungan bagi
organisasi tersebut maka dapat dikatakan proses manajemen tersebut bukan
manajemen strategik.
Tujuan Sebuah Perusahaan Menerapkan Sistem Manajemen Strategijuga sebagai
berikut :Memberikan Arah Pencapaian Tujuan Organisasi / Perusahaan Dalam hal
ini, manajer strategi harus mampu menunjukan kepada semua pihak kemana arah
tujuan organisasi / perusahaan. Karena, arah yang jelas akan dapat dijadikan
landasan untuk pengendalian dan mengevaluasi keberhasilan.
Membantu Memikirkan Kepentingan Berbagai Pihak Organisasi/ perusahaan harus
mempertemukan kebutuhan berbagai pihak, pemasok, karyawan, pemegang saham,
pihak perbankan, dan masyarakat luas lainnya yang terkait dengan perusahaan atau
disebut dengan istilah Stakeholder Benefits, memegang peranan terhadap sukses
atau gagalnya perusahaan.
Dapat Mengantisipasi Setiap Perubahan Kembali Secara Merata Manajemen
strategi memungkinkan eksekutif puncak untuk mengantisipasi perubahan dan
menyiapkan pedoman dan pengendalian, sehingga dapat memperluas kerangka
waktu/ berpikir mereka secara prespektif dan memahami konstribusi yang baik
untuk hari ini dan hari esok.
Berhubungan dengan Efisiensi dan Efektifitas Tanggung jawab seorang manajer
bukan hanya mengkonsentrasikan terhadap kemampuan atas kepentingan efisiensi,
akan tetapi hendaknya juga mempunyai perhatian yang serius agar bekerja keras
melakukan sesuatu secara lebih baik dan efektif.
B.   Peran Manajemen Strategi
Untuk meraih segala cita-cita atau tujuan yang diinginkan oleh suatu
organisasi atau perusahaan maka penerapan manajemen stratejik justru sangat
dibutuhkan guna apa yang diinginkan bersama dapat kit capai dengan sebaik
mungkin. Peran manajemen stratejik ketika diimplementasikan dalam suatu
organisasi maka setiap unit atau bagian yang ada dalam organisasi tersebut dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebaik mungkin.Apalagi melihat
perkembangan zaman sekarang ini, dimana setiap organisasi perusahaan telah
melakukan ekspansi pasar guna mendapatkan keuntunga yang banyak. Semuanya
itu perlu langkah strategis dan taktik yang tepat sehingga proses atau langkah yang
diambil oleh pimpinan dapat dijalankan seefektif dan seefisen mungkin.
Persaingan yang memunculkan daya saing erat kaitannya dengan
pemahaman mekanisme pasar (standar dan benchmarking), kecepatan dan
ketepatan penyampaian produk (barang dan jasa) yang mampu menciptakan
nilai tambah.Oleh karena itu, peningkatan daya saing organisasi bersifat unik,
tetapi pada intinya dipengaruhi oleh aspek kreativitas, kapasitas, teknologi yang
diguna-kan dan jangkauan pemasaran yang dicapai.Hal tersebut diwujudkan dari
tampilan produk, produktivitas yang ting-gi dan pelayanan yang baik.
Esensi Manajemen Strategik dalam pengembangan daya saing organisasi, baik
bersifat nirlaba maupun ber-orientasi laba dapat dijabarkan atas hal pokok berikut :

1. Pertumbuhan dan Keberlanjutan

Hal ini dicirikan oleh adanya kegiatan lebih besar dari organisasi yang nantinya
berdampak pada peningkatan kesejahteraan SDM. Pencapaian kondisi tersebut di-
dapatkan dari kerjasama antar individu yang mampu mewujudkan sinergi
perkembangan organisasi sesuai siklus organisasi (pengenalan, pertumbuhan,
kedewa-saa dan pembaharuan dengan kondisi penurunan, tetap dan naik kembali)
ditinjau dari faktor internal maupun eksternal yang dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan, baik fundamental, incremental dan radikal dari nilai-nilai keinginan
konsumen, serta persaingan yang ketat dalam kondisi yang mengandung ketidak-
pastian dan penuh risiko.

2. Berpikir Strategik

Hal ini dicirikan oleh pemahaman tentang pentingnya faktor waktu (lalu, kini
dan esok), proses kontinu (siklus) dan iteratif (sekuens pembelajaran) dalam
mengidentifikasi kegiatan yang menjanjikan ke depan yang berbasis pada
pemetaan kemampuan (superior-tas) yang dimiliki (sumber daya seperti SDA,
SDM dan SDB) dengan secara komprehensif memperhati-kan faktor-faktor makro
seperti politik, ekonomi, teknologi dan sosial budaya, disamping upaya pem-
belajaran organisasi dalam menuju daya saing secara parsial ataupun utuh.
Realisasi berpikir strategik dapat ditunjukkan oleh konsep masukan, proses dan
luaran dalam mengelola perubahan menurut peluang maupun ancaman yang
ditemui sesuai dengan fase-fase berikut : pembentukan kelompok kerja,
inventarisasi kegiatan, keterlibatan unit kerja dan status kegiatan. Hal tersebut
dalam praktiknya didukung oleh konsep-konsep stra-tegi, baik yang klasik (siklus
hidup produk dan SWOT), modern (BCG/Shell, A.D. Little, McKinsey, PIMS, SRI
dan Porter) dan alternatif (PRECOM) yang dalam implementasinya sangat
ditentukan oleh besar-an dimensinya (2-5) atau tema tertentunya.

3. Manajemen Strategik

Manajemen Strategik dalam implementasinya ditentukan oleh tahapan


identifikasi lingkungan (internal dan eksternal), perumusan strategi, implementasi
strategi, pemantauan dan evaluasi strategi. Hal tersebut disusun dari sistem
lingkungan yang terdiri dari analisis lingkungan internal (kekuatan dan
kelemahan : sumber daya, kapabilitas dan kompetensi inti) dan eksternal (peluang
dan ancaman) yang dikenal sebagai SWOT ataupun pendekatan peran (policy,
strategik dan fungsi) untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi, baik
secara luas maupun spesifik, seperti:

1. Masuknya pendatang baru (skala ekonomi, diferensiasi produk,  persyaratan


modal, biaya peralih-an pemasok, akses ke saluran distribusi, kebijakan
pemerintah dan lainnya;
2. Ancaman produk peng-ganti (biaya/harga)
3. Kekuatan tawar menawar pembeli (kuantitas, mutu dan ketersediaan)
4. kekuatan tawar menawar pemasok (dominasi, integrasi dan keunikan).

Dalam proses manajemen strategik diperlukan pernyataan-pernyataan yang


terkait dengan penetapan visi (jati diri), misi (justifikasi/pembeda) dan tujuan
(target/standar) sebagai jawaban terhadap pencanangan strategi yang telah disusun
menurut tingkatannya (korporat, bisnis dan fungsional) yang didasarkan pada
muatan, konsis-tensi dan keterpaduannya dari suatu kerangka kerja proses
pengambilan keputusan organisasi untuk jang-ka panjang. Dalam hal ini, struktur
organisasi dengan berbagai bentuknya (sederhana, fungsional, divisional, matriks,
unit bisnis strategik berperan pen-ting dalam pencapaian tujuan dari kebijakan
yang dibuat.

C.  Manfaat Manajemen Strategi


Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja
(frame work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam organisasi
terutama berkaitan dengan persaingan, maka peran manajer diajak untuk berpikir
lebih kreatif atau berpikir secara strategik.
Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan Mempertimbangkan lebih banyak
alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan
suatu hasil yang menguntungkan.. Ada bebarapa manfaat yang diperoleh organisasi
jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu:

1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju.


2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi.
3. Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif
4. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam
lingkungan yang semakin beresiko.
5. Aktifitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan
untuk mencegah munculnya masalah di masa datang.
6. Keterlibatan anggota organisasi dalam pembuatan strategi akan lebih
memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya.
7. Aktifitas yang tumpang tindih akan dikurang

D. Langkah Dalam Pengembangan Organisasi


Langkah Pertama manajemen perlu secara detail mengindentifikasi aktifitas yang
perlu dikerjakan baik langsung maupun tidak langsung sejak disusunnya proposal
kegiatan (TOR), pengujian dan penilaian, proses perencana-an program dan
kegiatan, implementasi, pengendalian dan pe-ngawasan.
Langkah Kedua yang perlu dilakukan untuk menganalisis profil/postur organisasi
adalah mencari keterkaitan (lingkage) dari berbagai aktifitas rantai kegiatan
tersebut, baik antar aktifitas pokok (fungsi utama) dan aktifitas penunjang (fungsi
pelayanan)
Langkah Ketiga yaitu mencoba mencari sinergi potensial yang mungkin dapat
ditemukan diantara output yang dihasilkan oleh setiap aktifitas yang dimiliki oleh
organisasi.
E.  Tahap-tahap Dalam Manajemen Strategis
Manajemen strategi merupakan sebuah proses yang terdiri dari tiga kegiatan
antara lain perumusan strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi.
Perumusan strategi terdiri dari kegiatan-kegiatan mengembangkan misi bisnis,
mengenali peluang dan ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan
kelemahan internal, menetapkan obyektif jangka panjang, menghasilkan strategi
alternatif dan memilih strategi tertentu untuk dilaksanakan Isu perumusan strategi
termasuk memutuskan bisnis apa yang akan dimasuki bisnis apa yang harus
dihentikan, bagaimana mengalokasikan sumber daya, apakah memperluas operasi
atau diversivikasi, apakah akan memasuki pasar internasional, apakah akan
melakukan merjer atau membentuk usaha patungan, dan bagaimana menghindari
pengambilalihan perusahaan pesaing. Keputusan perumusan strategis mengikat
suatu organisasi pada produk,pasar, sumber daya, dan teknologi spesifik selama
periode waktu tertentu.
Strategi menetapkan keunggulan bersaing jangka panjang. Apapun yang akan
terjadi, keputusan strategis mempunyai konsekuensi berbagai fungsi utama dan
pengaruh jangka panjang pada suatu organisasi. Implementasi strategi menuntut
perusahaan untuk menetapkan obyektif tahunan, memperlengkapi dengan
kebijakan, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya sehingga
strategi yang dirumuskan dapat dilaksanakan.Implementasi strategi termasuk
mengembangkan budaya mendukung strategi, menciptakan struktur oragnisasi
yang efektif, mengubah arah usaha pemasaran, menyiapkan anggaran,
mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi dan menghubungkan
kompensasi karyawan dengan prestasi organisasi.Implementasi strategi sering
disebut tahap tindakan manajemen strategis.Strategi implementasi berarti
memobilisasi karyawan dan manajer untuk mengubah strategi yang dirumuskan
menjadi tindakan.Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam
manajemen strategis.Para manajer sangat perlumengetahui kapan strategi tertentu
tidak berfungsi dengan baik, evaluasi strategi berarti usaha untuk memperoleh
informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi di masa depan karena faktor-
faktor eksteral dan internal selalu berubah. Tiga macam aktivitas mendasar untuk
mengevaluasi strategi adalah:

1. Meninjau factor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi


yang sekarang,
2. Mengukur prestasi,
3. mengambil tindakan korektif. Aktivitas perumusan startegi, implementasi
dan evaluasi terjadi di tiga tingkat hirarki dalam organisasi yang besar,
korporasi, divisi atau unit bisnis strategis, dan fungsional.

F. Pentingnya manajemen strategi bagi perusahaan


Beberapa alasan utama tentang pentingnya peranan strategi manajemen bagi
perusahaan atau organisasi, yaitu:

1. Memberi arah jangka panjang yang akan dituju.


2. Membantu perusahaan atau organisasi beradaptasi pada perubahan-
perubahan yang terjadi.
3. Membuat suatu perusahaan atau organisasi menjadi lebih aktif.
4. Mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu perusahaan atau organisasi
dalam lingkungan yang semakin beresiko.
5. Aktivitas yang tumpang tindih akan dikurangi.
6. Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.
7. Keterlibatan karyawan dalam perubahan strategi akan lebih memotivasi
mereka pada tahap pelaksanaannya.
8. Kegiatan pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan
atau organisasi tersebut untuk mencegah munculnya masalah di masa
mendatang.

Dengan manajemen strategi diharapkan strategi benar-benar dapat dikelola


sehingga strategi dapat diimplementasikan untuk mewarnai dan mengintegrasikan
semua keputusan dan tindakan dalam organisasi rincian. Tahapan kegiatan untuk
menjalankan strategi adalah sebagai berikut:

1. Perumusan strategi

Perumusan strategi adalah proses memilih tindakan utama (strategi) untuk


mewujudkan misi organisasi. Proses mengambil keputusan untuk menetapkan
strategi seolah-olah merupakan konsekuensi mulai dari penetapan visi-misi, sampai
terealisasinya program.

2. Perencanaan tindakan.

Langkah pertama untuk mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan


adalah pembuat perencanaan strategi. Inti dari apa yang ingin dilakukan pada
tahapan ini adalah bagaimana membuat rencana pencapaian (sasaran) dan rencana
kegiatan (program dan anggaran) yang benar-benar sesuai dengan arahan (visi,
misi, gool) dan strategi yang telah ditetapkan organisasi.

3. Implementasi.

Untuk menjamin keberhasilan strategi yang telah berhasil dirumuskan harus


diwujudkan dalam tindakan implementasi yang cermat. Strategi dan unsur-unsur
organisasi yang lain harus sesuai, strategi harus tercermati pada rancangan struktur
budaya organisasi, kepemimpinan dan sistem pengelolaan sumber daya manusia.
Karena strategi diimplementasikan dalam suatu lingkungan yang terus berubah,
maka implementasi yang sukses menuntut pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan.Sehingga jika diperlukan dapat dilakukan tindakan-tindakan perbaikan
yang tepat.
G. Manfaat dan Resiko Manajemen Strategi
a. Manfaat
Dengan menggunakan manajemen strategik sebagai suatu kerangka kerja (frame
work) untuk menyelesaikan setiap masalah strategis di dalam organisasi terutama 
berkaitan dengan persaingan, maka peran manajer diajak untuk berpikir lebih
kreatif atau berpikir secara strategik.
Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan Mempertimbangkan  lebih banyak
alternatif yang dibangun dari suatu analisa yang lebih teliti akan lebih menjanjikan
suatu hasil yang menguntungkan.Ada bebarapa manfaat yang diperoleh organisasi
jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu:

1. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju.


2. Membantu organisasi beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi
3. Membuat suatu organisasi menjadi lebih efektif
4. Mengidentifikasikan keunggulan komparatif suatu organisasi dalam
lingkungan yang semakin beresiko.
5. Aktifitas pembuatan strategi akan mempertinggi kemampuan perusahaan
untuk mencegah munculnya masalah di masa datang.
6. Keterlibatan anggota organisasi dalam pembuatan strategi akan lebih
memotivasi mereka pada tahap pelaksanaannya.
7. Aktifitas yang tumpang tindih akan dikurangi
8. Keengganan untuk berubah dari karyawan lama dapat dikurangi.

b. Resiko
Keterlibatan para manajer dalam proses perencanaan strategik akan menimbulkan
beberapa resiko yang perlu diperhitungkan sebelum melakukan proses manajemen
strategik, yaitu:

1. Waktu yang digunakan para manajer dalam proses manajemen  strategik


mungkin mempunyai pengaruh negatif pada tanggung jawab operasional.
2. Apabila para pembuat strategi tidak dilibatkan secara langsung dalam
penerapannya maka mereka dapat mengelak tanggung jawab pribadi untuk
keputusan-keputusan yang diambil dalam proses perencanaan.
3. Akan timbul kekecewan dari para bawahan yang berpartisipasi dalam
penerapan strategi karena tidak tercap[ainya tujuan dan harapan mereka.

Untuk mengatasi resiko-resiko tersebut para manajer perlu dilatih mengamankan


atau memperkecil timbulnya resiko dengan cara:

1. Melakukan penjadwalan kewajiban-kewajiban para manajer agar mereka


dapat mengalokasikan waktu yang lebih efisien.
2. Membatasi para manajer pada proses perencanaan  untuk membuat janji-
janji mereka terhadap kinerja yang benar-benar dapat dilaksananakan oleh
mereka dan bawahannya.
3. Mengatisipasi dan menanggapi keinginan-keinginan bawahan, misalnya
usulan atau peningkatan dalam ganjaran.

Sebagai suatu kesatuan dalam sebuah organisasi perlu menerapkan dan


mengembangkan kemapuan manajemen internalnya guna mencapai tujuan yang
diinginkan dengan mengarahkan segenap potensi dan strategi serta taktik yang
tepat untuk diaplikasikan.
Proses manajemen strategis dapat diuraikan sebagai pendekatan yang obyektif,
logis, sistematis untuk membuat keputusan besar dalam suatu organisasi. Proses ini
berusaha untuk mengorganisasikan informasi kualitatif dan kuantitatif dengan cara
yang memungkinkan keputusan efektif diambil dalam kondisi yang tidak menentu.
Berdasarkan pada pengalaman, penilaian, dan perasaan, intuisi penting untuk
membuat keputusan strategis yang baik.Intuisi terutama bermamfaat untuk
membuat keputusan dalam situasi yang amat tidak menentu atau sedikit preseden.
Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi
seharusnya terus-menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan internal dan
eksternal sehingga melaukan perubahan tepat waktu. Teknologi informasi dan
globalisasi adalah perubahan eksternal yang mengubah bisnis dan masyarakat
dewasa ini. Arus informasi yang cepat menghilangkan batas negara sehingga orang
dari seluruh dunia dapat melihat sendiri bagaimana cara hidup orang lain. Dunia
menjadi tanpa perbatasan dengan warga Negara global, pesaing global, pelanggan
global, pemasok global, dan distributor global.

H.     Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap proses penilaian dari hasil kinerja
perusahaanyang sesungguhnya dengan implementasi strategi yang diterapkan
perusahaandibandingkan dengan  kinerja  yang  diharapkan.  Para  manajer di 
semua levelmenggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan
perbaikan danmemecahkan masalah. Walaupun evaluasi merupakan elemen akhir
yang utama dari manajemen strategis, elemen itu juga dapat menunjukkan
secara tepat kelemahan-kelemahan dalam implementasi strategi sebelumnya dan
mendorong proses keseluruhan untuk dimulai kembali. Agar evaluasi dan
pengawasan efektif, manajer harus mendapatkan umpan balik yang jelas, tepat
waktu , dan tidak bisa dari orang-orang bawahannya yang ada dalam hirarki
perusahaan.
Berdasarkan hasil kinerja, manajemen harus melakukan penyesuaian
terhadap perumusan strategi atau implementasi strategi. Dengan mendasarkan pada
kerangka proses perumusan strategi maka dengan kerangka yang sama dapat
dibuat evaluasi apakah suatu strategi yang telah disusun akan dan masih cocok
untuk mencapai tujuan yang akan datang. Sangat tidak mungkin untuk
menunjukkan bukti bahwa sebuah strategi telah optimal atau bahkan menjamin ia
akan bekerja dengan baik, yang bisa dilakukan adalah mengevaluasinya untuk
melihat kemungkinan terjadinya kesalahan.
Proses Evaluasi Strategi diawalai dengan menentukan apa yang akan diukur.
Manajer Puncak dan manajer operasional perlu menetapkan proses
implementasi dan hasil-hasil yang akan dipantau dan dievaluasi. Beberapa faktor
internal dan eksternal dapat menghambat perusahaan untuk mencapai tujuan
jangka panjang dan tujuantahunannya. Secara eksternal, tindakan para pesaing,
perubahan permintaan, perubahan teknologi, perubahan ekonomi, perpindahan
demografi dan tindakan pemerintah dapat menghambat pencapaian tujuan
organisasi. Secara internal, strategi yang tidak efektif mungkin dipilih atau
implementasinya yang buruk mungkin dilakukan. Oleh karena itu, kegagalan untuk
mencapai tujuan mungkin saja bukan merupakan  hasil dari  pekerjaan  manajer
dan  pegawai yang  tidak memuaskan.
Seluruh anggota organisasi perlu mengetahui hal ini untuk
mendorong timbulnya dukungan mereka terhadap aktivitas evaluasi strategi.
Organisasi berusaha secepat mungkin saat dimana strategi mereka tidak efektif.
Peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang
mewakili prinsip dasar strategi yang sedangdipakai  harus terus menerus dimonitor
untuk mewaspadai perubahan. Apakah faktor-faktor tersebut akan berubah
bukanlah hal penting untuk ditanyakan, namun yang lebihpenting adalah kapan dan
bagaimana ia berubah. Richard Rumelt menemukan empatstandar yang bisa
dipakai untuk mengevaluasi keberhasilan sebuah strategi, yaitu :
1. Konsistensi
Sebuah strategi  seharusnya  membuat tujuan dan kebijakan yang konsisten.
Konflik organisasi dan perbedaan antar departemen merupakan gejala-gejala
ketidak pastian manajemen, namun masalah-masalah tersebut juga menunjukkan
sinyal adanya ketidakkonsistenan strategis. Terdapat tiga panduan untuk membantu
menunjukkan apakah masalah organisasi merupakan hasil dari ketidak konsistenan
dalam strategi:
a.       Jika masalah manajerial terus berlanjut meskipun telah terjadi pergantian
personel dan jika masalah tersebut cenderung lebih berbasis isu ketimbang berbasis
manusia, maka strategi mungkin tidak konsisten.
b.      Jika keberhasilan satu departemen dalam organisasi memiliki arti, atau
diintrepretasikan sebagai kegagalan departemen lain, maka strategi mungkin tidak
konsisten.
c.       Jika masalah dan isu kebijakan selalu dibawa ke atas untk mendapatkan
pemecahan, maka strategi mungkin tidak konsisten.
2.      Konsonan
Mengacu pada kebutuhan penyusunan strategi untuk menilai satu rangkaian
tren dan juga tren individual dalam mengevaluasi strategi. Suatu strategi harus
mewakili respon yang adaptif pada lingkungan eksternal dan pada perubahan kritis
yang terjadi di dalamnya. Kesulitan dalam menyesuaikan antara faktor internal dan
eksternal utama dalam perumusan strategi perusahaan adalah disebabkan oleh
sebagian besar tren yang merupakan hasi interaksi dengan tren lainnya. Sebagai
contoh menjamurnya tempat penitipan anak terjadi karena hasil kombinasi
berbagai tren yang meliputi meningkatnya tingkat pendidikan rata-rata,
meningkatnya inflasi, dan meningkatnya jumlah wanita dalam angkatan kerja.
Meskipun tren ekonomi tunggal atau tren demografis mungkin muncul dengan
stabil untuk beberapa tahun, terdapat gelombang perubahan yang terjadi di tingkat
interaksi.
3.      Kelayakan
Tes akhir dari suatu evaluasi strategi adalah kelayakan yaitu mengenai
“Bisakah strategi dicapai dengan sumber daya fisik, manusia, dan keuangan yang
ada dalam perusahaan. Sumber daya keuangan dari suatu bisnis paling mudah
untuk dihitung dan biasanya merupakan keterbatasan pertama saat strategi
dievaluasi. Hal tersebut kadang terlupakan, namun demikian, pendekatan inovatif
pada keuangan biasanya dimungkinkan. Mekanisme seperti anak perusahaan,
pengaturan, penjualan peminjaman kembali, dan mengikat jaminan pabrik dengan
kontrak jangka panjang telah digunakan secara efektif untk mendapatkan posisi
kunci dalam industri yang sedang berkembang. Hal yang kurang dapat
diperhitungkan secara kuantitatif, namun juga biasanya bersifat lebih kaku,
membatasi pilihan strategis yaitu disebabkan oleh kemampuan individu
atauorganisasi. Ketika mengevaluasi suatu strataegi, penting untuk memeriksa
apakah organisasi tersebut telah menunjukkan adanya kemampuan, kompetensi,
keahlian, dan bakat dimasa lalu yang dibutuhkan untuk menjalankan strategi yang
dipilih.
4.      Keunggulan
Suatu strategi harus memfasilitasi pembuatan dan/atau pemeliharaan dari
sebuah keunggulan kompetitif dalam area aktifitas yang terpilih. Keunggulan
kompetitif biasanya merupakan hasil dari superoritas dalam satu dari tiga area
berikut ini:
a.       Sumber daya;
b.      Keahlian;
c.       Posisi
Ada tiga hal secara garis besar diawasi dalam pengawasan strategik, yaitu:
1.      Pengawasan perilaku, manajemen bisa melakukan pengawasan seperti ini
dengan dukungan berbagai perangkat, seperti kebijakan, prosedur, aturan hingga
Prosedur Operasi Standar (Standard Operating Procedure-SOP).
2.      Pengawasan output, yakni apa-apa yang harus dihasilkan atau dicapai. Fokusnya
di sini adalah pada sasaran-sasaran atau target-target yang ingin dicapai. Target-
target ini bisa dinyatakan secara kuantitatif, bisa juga secara kualitatif. Yang jelas,
perusahaan harus merancang target yang cukup menantang bagi manajer yang akan
menjalankan. Target yang menantang akan merangsang potensi maksimal dari
yang menjalankan, sekaligus juga memberikan dorongan semangat.
3.      Pengawasan input, dari sisi penggunaan sumber daya, mulai dari keterampilan,
nilai-nilai, maupun motivasi pihak-pihak yang terlibat.

I.      Proses Utama Evaluasi Strategik


Seperti juga proses pengawasan pada umumnya,  menyebutkan evaluasi dan
proses kontrol strategi dimulai dari menentukan apa yang harus diukur, 
menetapkan standar kinerja,  melakukan pengukuran,  dan bila tidak sesuai dengan
harapan,  kita melakukan tindakan koreksi.
1.        Menentukan apa yang harus diukur
Di masa-masa awal pengembangan ilmu manajemen, perusahaan lebih sering
memberi perhatian terhadap analisis keuangan saja. Hal ini cukup banyak
kelemahannya karena itu semua berdasarkan analisis masa lalu. Dari proses dan
implementasi strategi,  mana yang dilakukan harus dievaluasi.  Fokusnya harus
pada elemen-elemen yang paling signifikan sesuatu yang paling banyak perannya
dalam pengeluaran atau masalah-masalah lain dari kinerja. Secara “tradisional” 
banyak perusahaan beranggapan bahwa mengevaluasi strategi hanyalah sekadar
menilai bagaimana kinerja perusahaan. Apakah aset perusahaan meningkat? 
Apakah profitabilitas meningkat? Apakah tingkat produktivitas meningkat? 
Bagaimana dengan Return on Investment?
Dan banyak strategi yang beranggapan jika indikator-indikator di atas cukup
memuaskan, berarti strategi kita berjalan sebagaimana mestinya. Namun, cara-cara
semacam ini kadang-kadang membuat kita misleading. Karena seperti yang
diketahui, strategi perusahaan berfokus bukan saja untuk jangka pendek, namun
juga jangka panjang. Dengan demikian, cara-cara lama yang hanya mengandalkan
analisis kinerja keuangan kini tidak lagi cukup.
Analisis Rasio (Rasio Likuiditas,  Rasio Profitabilitas,  Rasio
Aktivitas,  Leverage Ratio,  dan lain-lain),  Return on Capital Employed,  Earning
Per Share,  dan lain-lain tetap kita lakukan,  tapi kita tambah dengan analisis lain
seperti aspek pelanggan,  aspek stakeholder,  aspek SDM(melalui konsep Balanced
score card,  dan lain-lain).
  Standar biasanya mengukur apa hasil-hasil kinerja yang bisa diterima. 
Dalam penetapan standar ini,  biasanya termasuk juga menetapkan rentang
toleransi (range tolerance)  di mana deviasi dapat diterima.  Standar hendaknya
dibuat tidak hanya untuk hasil akhir,  tapi juga hasil-hasil yang terjadi dalam
proses.  Dalam manajemen pengawasan,  sekali lagi bersinggungan dengan istilah
di mana kita perlu merujuk pada kinerja yang unggul dari satu aspek oleh
pemimpin industri.
2.        Melakukan Pengukuran atas Kinerja
Pengukuran harus dilakukan pada waktu yang telah ditentukan terlebih
dahulu. Misalnya setiap tiga bulan sekali mengadakan rapat. Dorongan akan
dirasakan pada rapat-rapat evaluasi itu, di mana biasanya para manajer dalam
situasi formal akan terdorong untuk menyajikan yang terbaik, sehingga
menjalankan aktivitasnya yang terbaik pula.

3.        Membandingkan Kinerja Aktual dengan Standar yang Dibuat


Jika kinerja aktual berada di luar rentang toleransi, maka tindakan harus
diambil untuk mengoreksi deviasi tersebut. Hal-hal berikut harus menjadi
pegangan, yaitu:
a.       Apakah deviasi yang terjadi hanya sekedar fluktuasi saja?
b.      Apakah proses yang sedang dijalankan memang tidak tepat?
c.       Apakah proses yang dilakukan sesuai dengan pencapaian dari standar yang telah
ditetapkan?
Tindakan koreksi yang dibuat diharapkan tidak hanya sekedar memperbaiki
atau mengoreksi penyimpangan, tapi yang paling penting lagi adalah agar
kesalahan itu tidak pernah terulang lagi.

J.      Karakter dari Evaluasi Strategi yang Efektif


Ada beberapa karakter yang membuat evaluasi strategi menjadi efektif.
Bagian berikut membahas tiga karakter agar aktivitas evaluasi tidak berlangsung
dengan sia-sia, yaitu:
1.      Ekonomikal. Dalam evaluasi,  aspek yang kita perlukan adalah informasi atas
kineria yang indikatornya sudah ditetapkan terlebih dahulu.  Bila informasinya
lengkap akan semakin baik.  Tapi itu bukan berarti lantas informasi harus
“sebanyak-  banyaknya”. Terlalu banyak informasi bukan berarti lebih baik
daripada terlalu sedikit informasi Dalam pengawasan  juga memperhitungkan
“biaya  manfaatnya”.  Kalau  dikontrol segala sesuatunya (termasuk yang tidak
setiap orang akhirnya pekerjaannya hanya mengontrol. Pada prinsipnya,  semakin
banyak yang diawasi,  akan semakin besar biayanya.  Karena itu prinsip pareto, 
yaitu hanya fokus pada sedikit,  tapi yang penting-penting diterapkan dalam
menjalankan aktivitas evaluasi. 
2.       Aspek yang bermakna. Karakter kedua ini masih berhubungan dengan karakter
yang pertama.  Tindakan evaluasi yang dlakukan,  harus sesuai dengan tujuan yang
kita tetapkan sebelumnya.  Karena itulah penentuan prioritas,  kriteria dalam
penilaian,  pembobotan yang akurat menjadi penting dalam evaluasi kinerja. 
3.      Tepat Waktu. Evaluasi yang dilakukan selayaknya tepat waktunya,  karena itu
perusahaan dalam situasi persaingan bisnis sekarang harus memanfaatkan
dukungan teknologi informasi. Berbagai persoalan yang terkait dengan
kemutakhiran informasi untuk pengawasan kini bisa dipecahkan dengan dukungan.
Untuk sekadar menggambarkan karakter ini,  kini banyak perusahaan
perkebunan misalnya,  yang memiliki kebun di remote area,  di kawasan-kawasan
yang jauh dari perkotaan memiliki perangkat teknologi untuk memantau
perkembangan pengelolaan kebun.  Mereka memiliki foto dan satelit untuk
informasi rinci seperti berapa tanaman yang ada di sejumlah luas lahan tertentu. 
Dari informasi yang diinput setiap hari, manajemen di kota-kota besar seperti
Jakarta dapat mengetahui perkembangan perkebunannya dalam waktu yang cepat
sekali. 

L.       Pengawasan Utama: Kinerja Keuangan


Dalam banyak literatur evaluasi kinerja,  pengawasan dengan memanfaatan
informasi keuangan utama disebut dengan istilah tradisional,  karena penerapannya
sudah berlangsung lama dan hinsga kini masih dilakukan.  Meskipun disebut-sebut
sebagai tradisional,  tentu saja bukan berarti analisis-analisis keuangan sederhana
ini menjadi tidak penting. Analisis-analisis ini tetap diperlukan karena semua
informasi yang ada di laporan keuangan (neraca,  laporan rugi/laba dan lain-lain) 
tetap merupakan sumber informasi penting.

M.       Model-model Pengukuran Kontemporer


Konsep-konsep pengukuran dengan basis keuangan terus dikembangkan
oleh para pakar manajemen keuangan maupun manajemen strategi. Arahnya
adalah bagaimana agar pengambil keputusan strategik,  memiliki gambaran yang
menyeluruh atas kinera strategi perusahaannya. Beberapa perangkat yang sering
digunakan oleh perusahaan akan dibahas,  yakni Balanced scorecard,  Strategy
Map,  dan Econamic Value Added .
1.        Balanced Scorecard:  Pengukuran yang Mendorong Kinerja
Konsep Balanced Scorecard (BSC) dari Robert S Kaplan,  seorang profesor di
Harvard Konsep Balanced Scorerard(BSC)  Harvard Business School dan David P
Norton seorang konsultan manajemen,  hadir untuk mengantisipasi kekurangan
yang dimiliki oleh analisis Finansial (seperti analisis rasio) dalam mengukur
kinerja sebuah perusahaan.  Selain memberikan kerangka yang komprehensif
untuk menerjemahkan visi dan misi perusahaan,  ukuran-ukuran yang ada pada
BSC memberikan gambaran yang menyeluruh pada aspek aspek penting lainnya, 
yakni Pelanggan, Proses Bisnis,  dan SDM (pembelajaran dan pertumbuhan)
Kaplan dan Norton menyebut BSC bisa berfungsi sebagai dashboard atas kineria
perusahaan.  sehingga manajemen dengan mudah memantau. 
Gagasan BSC,  pertama kali muncul sekitar awal 1992,  saat Kaplan dan
Norton, menulis artikel yang mereka sebut Balance scorecard: Mansures that
drives peformsance di Harvard Business Review.  Artikel ini berisikan gagasan
segar tentang bagaimana seharusnya perusahaan mengukur kinerja organisasinya.
Pada saatnya,  umumnya perusahaan hanya mengundalkan pengukuran kineja
finansial seperti pengembalian atas investasi (ROI)  atau pendapatan per saham
(earning per share).  Kaplan dan Norton merasa bahwa cara mengukur seperti ini
memang baik,  namun belum cukup.  Terutama karena aspek operasionalnya sulit
terlihat. Pada artikelnya di atas,  Kaplan dan Norton mengajukan beberapa
pertanyaan kritis,  tentang bagaimana diukur anggapan pelanggan pada
perusahaan?  Pada wilayah ini, dapat dijadikan talok ukur seperti masa pembuatan
produk hingga ke konsumen (leadtimes, mutu, kineria,  dan layanan,  serta biaya). 
Semua pertanyaan ini disebut perspektif konsumenGustomer perspectives.
Kemudian untuk pertanyaan,  dalam hal apa perusahaan harus unggul? 
Perusahaan harus punya ukuran yang menjelaskan tentang proses dan kompentensi
yang paling penting harus dimiliki,  dan menentukan ukuran,  waktu siklus, 
kecakapan karyawan,  dan produktivitasnya. ini disebut perspckuf Bisnis
Internal(internal business perspectives). Pertanyaan yang diajukan berikutnya
adalah bagaimana caranya perusahaan selalu menciptakan nilai dan
meningkatkannya?
Disini perlu dimonitor kemampuan perusahaan meluncurkan produk baru,
menciptakan nilai lebih tinggi bagi pelanggan,  dan meningkatkan efesiensi
operasi. Ini disebut perspektif inovasi dan pembelajaran (innovation and learning
perspectives). Keempat,  bagaimana perusahaan kita dianggap oleh pemegang
saham?  Kita harus punya ukuran untuk arus kas, pertumbuhan penjualan, 
pendapatan operasi bagi setiap divisi dan meningkatkan pangsa pasar dari segmen
dan return on equity-nya sekaligus.
Dengan lengkapnya yang diukur,  manajemen perusahaan bisa berharap dapat
berpengaruh pada perilaku manajer dan karyawan secara keseluruhan.  Bagi kedua
orang ini,  mengandalkan ukuran-ukuran finansial saja hanya cocok untuk masa
dulu, era Industrial.  Jadi balance scorecard adalah serangkaian pengukuran yang
memberi manajemen pandangan yang cepat tapi juga komprehensif tentang
bisnisnya.  Sisi finansial tidak dilupakan,  tapi ditambah dengan pengukuran
operasi pada kepuasan pelanggan,  proses internal dan aktivitas inovasi,  serta
pengembangan organisasi.
a.         Perspektif Pelanggan: Bagaimana pelanggan melihat kita
Perspektif ini dianggap paling penting, karena kepuasan pelanggan adalah
awal dari bisa bertahannya perusahaan. Empat kategori yang penting dalam
perspektif ini adalah waktu, mutu, kinerja, dan layanan, serta biaya. Waktu lead
time diukur mulai dari perusahaan menerima pesanan hingga saat produk yang
dipesan diserahkan. Mutu berbicara tentang tingkat kesalahan atau barang salah
atas produk yang dihasilkan yang diukur oleh konsumen. Manajer harus dapat
merumuskan dengan baik, ukuran seperti apa yang harus mereka kenakan pada
aspek-aspek di atas. Misalnya, seperti apa yang dianggap “on time” oleh
pelanggan. Kalau perlu, perusahaan menyewa pihak ketiga untuk menjamin
anggapan konsumen atas berbagai dimensi ukuran di atas valid dan dapat dijadikan
landasan.
b.        Perspektif Bisnis Internal
Perusahaan harus mengidentifikasi dan memutuskan kompentensi inti
perusahaan, dan teknologi yang menjamin kepuasan pelanggan, proses yang akan
membuat perusahaan unggul. Pada aspek-aspek inilah ukuran-ukuran harus dibuat
oleh manajer. Dukungan sistem informasi bisa dikatakan sangat vital untuk
pengukuran. Manajer bisa segera mendeteksi pada aspek-aspek mana perusahaan
masih perlu ditingkatkan. Misalnya, pada ukuran penyerahan barang tepat waktu
masih mengecewakan, manajer bisa segera melihat dibalik pengukuran ini, hingga
diatur sedemikian rupa menjadi lebih detail.
c.         Perspektif Inovasi dan Pembelajaran
Dengan inovasi ukuran-ukuran seperti seberapa cepat perusahaan
mengembangkan tawaran/produk baru, proses kerja secara internal juga harus
dikembangkan, karena fokusnya pada pengembangan hal-hal baru, maka aspek
pembelajaran sangat erat kaitannya. Dalam hal yang baru, perusahaan barangkali
belum memiliki rujukan, baik secara internal maupun eksternal. Sehingga,
mungkin sajadalam upaya pembaruan ada kesalahan atau penyimpangan yang
terjadi. Namun, ini semua harus dianggap sebagai “ongkos belajar” perusahaan
yang ingin mengembangkan diri.
d.        Perspektif Finansial
Perspektif finansial adalah ukuran yang relatif sudah cukup lama dikenal oleh
perusahaan-perusahaan. Pada dasarnya kinerja pemasaran memberikan indikasi
perumusan dan implementasi perusahaan berkontribusi peningkatan laba yang
diperoleh. Seperti pada umumnya, kinerja perusahaan terkait dengan
kemampulabaan (profitabilitas), pertumbuhan (growth), dan niali dari pemegang
saham. Dari sekian banyak kelebihan pengukuran finansial, salah satu yang dikritik
oleh mekanismebalanced scorecard adalah biasanya ukuran yang ada fokusnya ke
masa lalu (backward-looking).
2.        Strategy Map; Mengukur Aset Intangible dan Bagaimana  Perusahaan
Menciptakan Nilai
Setelah banyak dikenal konsep Balanced Scorecard, Kaplan dan Norton
terus mengembangkan model BCS tersebut. Salah satu bentuk pengembangannya
adalah konep strategy map. Pada konsep baru ini,   Kaplan dan Norton ingin
menunjukkan bagaimana sebab akibat penggunaan strategi perusahaan. Yang khas
pada strategy mapadalah kedua ahli ini menawarkan pendekatan untuk juga
mengukur aset-aset intangibleyang penting dari perusahaan, human capital,
organization capital dan technology capital. Ini gambaran betapa aset nirwujud,
memang semakin tinggi perannya dalam kesuksesan perusahaan. Degan dmikian
pengukuran perusahaan menjadi lengkap, dan sekaligus dapat dimanfaatkan
sebagai perangkat untuk memperbaiki strategi. 
3.        Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA)
Konsep ini dikembangkan oleh  Stern Steward & Co, sebuah perusahaan
konsultan manajer. Kehadirannya didasari pertimbangan bahwa perusahaan perlu
punya ukuran dan alat ukur yang memadai untuk melihat bagaimana perusahaan
menciptakan dan memaksimalkan nilai (value-maximizaion). Perusahaan ini
merasa bahwa bagaimana perusahaan mengukur dan menginterpretasikan kinerja
perusahaan berdasarkan kinerja keuangan, seperti laba dan margin laba,
pendapatan per saham (Earning Per Share) dan penilaian sejenis memiliki
kekurangan, kekurangan itu dengan:
1.       Invesasi berkelebihan (Over Investment). Pengukuran berdasarkan laba dan
margin sering kali membuat perusahaan mengeluarkan investasi secara berlebihan
dan mendorong untuk melakukan integrasi vertikal dalam strateginya. Ini karena
pengkuuran yang ada mengabaikan masalah modal dan biaya yang terkait;
2.       Produksi berkelebihan (Over Production). Pengukuran tradisional yang terkait
dengan biaya per unit, penggunaan biaya dan pendapatan membuat orang
berproduksi secara berlebihan, terutama pada saat-saat akhir periode satu tahun
atau kuartalan. Memproduksi berdasarkan kapasitas, ketimbang apa yang
sebenarnya dibutuhkan kerap keliatan seperti mengurangi biaya, tapi sebenarnya
itu dapat juga meningkatkan biaya modal dari investasi kita. Jadi ada bias antara
kapasitas produksi dengan permintaan sesungguhnya yang memberikan potensi
masalah di masa yang datang;
3.       Service Economy. Alat ukuran tradisional, hanya berdasarkan bisnis model
tradisional, yang tidak mengikuti perubahan lingkungan bisnis. Bisnis model ini
sering berdasarkan layanan, alih daya (Outsourcing), kemitraan dan berbagai cara
inovatif lain dalam melakukan bisnis. Alat ukur keuangan biasanya sangat bias aau
hal-hal seperti ini;
4.       Keputusan bisnis yang salah (Poor Decisions). Alat ukur keuangan tradisional
kurang cocok untuk keputusan bisnis yang membedakan antara margin laba dan
penggunaan modal. Ini juga mengabaikan investasi pemegang saham dalam bisnis.
Terutama dikaitkan dengan insentif sebagai kompensasi, sehingga akhirnya bisa
berakibat disfungsional pada perilaku manajer dan manajemen puncak.
Atas dasar inilah sejak awal 1990-an konsep EVA terus dikembangkan oleh
Steward & Co. EVA, (Economic Value Added) adalah alat ukur yang
memungkinkan manajer melihat apakah mereka mendapatkan pengembalian
(return) yang layak. Bila pengembalian lebih rendah dari yang seharusnya
diharapkan untuk investasi yang risikonya sama (artinya ada dibawah biaya modal
(cost of capital), makannya EVA akan bernilai negatif, dan itu artinya perusahaan
akan berhadapan dengan hilangnya modal (flight of capital) atau nilai saham yang
rendah.
Jadi EVA mengukur laba yang kurang dari biaya modal yang dimanfaatkan
(cost of capital). EVA secara tepat memperhitungkan semua pilihan-pilihan yang
kompleks, yang sering muncul antara laporan rugi laba dan neraca, yang terkait
dengan penciptaan nilai. EVA juga bisa memisahkan pengembalian perusahaan
atas biaya modal, yang dikali dengan modal uang diinvestasikan. Jadi, rumus untuk
mencari nilai EVA adalah (Pettis, 2000):
EVA = (Rate Of Return – Cost Of Capital) x Capital
Cara perhitungan seperti ini dianggap dapat memberikan pengukuran yang
membuat manajer bisa berupaya meningkatkan value dari aktivitas strategi
perusahaan dengan terus meningkatkan nilai EVA perusahaan. Itu dapat dilakukan
dengan empat cara, yaitu:
1.      Meningkatkan pengembalian atau modal yang sedang digunakan. Ini bisa
dilakukan dengan meningkatkan harga atau margin, volume yang lebih banyak
atau biaya yang lebih rendah;
2.      Pertumbuhan yang menguntungkan. Ini bisa dilakukan dengan investasi modal
akan ada laba yang meningkatkan dan biaya tambahan modalnya sesuai. Investasi
pada biaya modal dan kapasitas poduksi bisa diharapkan meningkatkan penjualan,
atau menambah produk baru atau pengembangan pasar baru;
3.      Menuai pemasukan. Ini dapat dilakukan melalui rasionalisasi, likuidasi atau
tindakan mengurangi investasi dalam operasi yang tidak mengahasilkan
pengembalian lebih rendah dari biaya modal;
4.      Mengoptimalkan biaya modal. Ini dapat dilakukan melalui pengurangan biaya
modal, tapi tetap menjaga fleksibilitas yang diperlukan untuk mendukung strategi
binis melalui penggunaan yang hati-hati pada utang, pengelolaan risiko dan
berbagai produk keuangan lainnya.
Pada perkembangannya kini, EVAtidak lagi menjadi alat ukur keuangan
saja, tapi juga sudah menjadi pengukuran sistem perusahaan secara keseluruhan.
Bila diterapkan dengan baik, EVA merupakan pengukuran kinerja yang
terintegrasi atas manajemen, sistem ganjaran (reward system) yang mencakup
keseluruhan pembuatan keputusan.

O.      Pemanfaatan Teknologi
Pemanfaatan teknologi bukan hal baru dalam pengukuran kinerja perusahaan.
Apalagi bila perusahaan itu banyak menggunakan aplikasi-aplikasi teknologi
informasi seperti perusahaan online. Perusahaan-perusahaan ini bahkan
menjadikan model dan mekanisme analisis kinerjanya sebagai sebuah keunggulan,
karena sistem analisis yang dibuatnya memungkinkan perusahaan melakukan
pengembangan, mulai dari pelayanan pelanggannnya hingga efisiensi pada operasi.
Thomas Davenport dan Jeanne Harris, menjelaskan keunggulan berdasarkan
analisis, terutama analisis untuk kinerja dalam buku mereka. Di buku mereka,
kedua penulis ini membeberkan bukti-bukti yang memang ada kaitannya dengan
kinerja organisasi. Begitu banyak perusahaan dari berbagai industri, mulai dari
produk konsumer, keuangan, ritel dan biro travel yang mulai memanfaatkannya.
BAB 11
Pengawasan
A.                PENGERTIAN PENGAWASAN
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan
sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process of
measuring performance and taking action to ensure desired results. Pengawasan
adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai
dengan apa yang telah direncanakan . The process of ensuring that actual activities
conform the planned activities.
Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan
oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan
hasil yang direncanakan”. Sedangkan menurut Basu Swasta  “Pengawasan
merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan
hasil seperti yang diinginkan”. Sedangkan menurut Komaruddin “Pengawasan
adalah berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan
awal Unk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti”.

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar
pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk
menetapkan apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien
mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa
pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan
hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan
maka perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan
dengan baik.

Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari


adanya kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan
yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara
efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas yang
berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana pelaksanaan
kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi sejauhmana
kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana penyimpangan yang terjadi
dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan


merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai
bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di
bawahnya.” Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan
terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial, pengawasan mengandung
makna pula sebagai:
“pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa
untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan peraturan.”  atau “suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya
pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang
telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan
perbaikannya.”
Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai sebagai
“proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan, atau
diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau
diperintahkan.”

Hasil pengawasan ini harus dapat menunjukkan sampai di mana terdapat


kecocokan dan ketidakcocokan dan menemukan penyebab ketidakcocokan yang
muncul. Dalam konteks membangun manajemen pemerintahan publik yang
bercirikan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik), pengawasan
merupakan aspek penting untuk menjaga fungsi pemerintahan berjalan
sebagaimana mestinya. Dalam konteks ini, pengawasan menjadi sama pentingnya
dengan penerapan good governanceitu sendiri.

Dalam kaitannya dengan akuntabilitas publik, pengawasan merupakan salah


satu cara untuk membangun dan menjaga legitimasi warga masyarakat terhadap
kinerja pemerintahan dengan menciptakan suatu sistem pengawasan yang efektif,
baik pengawasan intern (internal control) maupun pengawasan ekstern (external
control). Di samping mendorong adanya pengawasan masyarakat (social control).
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan
atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah:
1. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan,
2. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan,
3. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

B.     MACAM-MACAM PENGAWASAN
Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan, yaitu:
1.   Pengawasan Intern dan Ekstern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau
badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.”
Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan
langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang
dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan
inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan
menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit
pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di
Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga
tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam
menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat
pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya
perlu terwujud harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses
harmonisasi demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak
dan menilai secara obyektif aktivitas pemerintah.

2.   Pengawasan Preventif dan Represif


Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang
dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga
dapat mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan
pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya penyimpangan pelaksanaan
keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di
sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran
dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih
bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga
penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan


terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini
lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah
ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan
dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

3.   Pengawasan Aktif dan Pasif


Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang
dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan
pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan
pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-
bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan berdasarkan
pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan
terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan
hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan
kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah
“pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu
pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”
Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan
pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran
(doelmatigheid). Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan
ditujukan untuk menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan
anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan
dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung
jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan.

1.      Ditinjau menurut waktu


a)    Pengawasan preventif, yaitu pengawasan yang dilakukan pada saat pekerjaan
sedang berlangsung.
b)   Pengeawasan represif, yaitu pengawasan yang dilaksanakan pada akhir selesainya
kegiatan.
2.    Ditinjau objek pengawasan
a. Pengawasan administratif, yaitu pengawasan dilaksanakan di bidang yang
fungsinya dikategorikan sebagai tugas administratif (bagian keuangan, bagian
personalia dan sebagainya).
b. Pengawasan operatif, yaitu pengawasan yang dilaksanakan pada bidang yang
berfungsi melaksanakan pekerjaan operatif (bagian proses produksi, bagian
marketing dan sebagainya).
3.    Ditinjau subjek pengawasan
a. Pengawasan intern, yaitu yang dilakukan oleh atasan dari petugas/bawahan yang
bersangkutan.
b.    Pengawasan ekstern, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang di luar
organisasi.

C.    LANGKAH-LANGKAH PENGAWASAN
Seperti dikemukakan di depan bahwa langkah-langkah proses pengawasan ada
empat langkah. Empat langkah tersebut apabila digambarkan sebagai berikut:
1.  Menetapkan Standar
            Kegiatan pengawasan adalah mengukur atau menilai pelaksanaan atau hasil
pekerjaan dari pada pejabat atau pekerja, untuk dapat melakukan pengukuran harus
mempunyai alat pengukur (standar), Standar ini adalah mutlak diperlukan, yaitu
untuk mengukur atau menilai apakah pekerjaan dilakukan sesuai dengan sasaran-
sasaran yang ditentukan (standar) atau tidak. Standar tersebut harus ditetapkan
lebih dahulu sebelum para pekerja melaksanakan pekerjaan (tugas-tugasnya), dan
para pekerja harus tahu benar ukuran yang dipergunakan untuk menilai
pekerjaannya. Karena itu harus dijelaskan sebaik-baiknya kepada para pekerja
sebelum melaksanakan pekerjaannya.

Dalam garis besarnya, jenis-jenis standar itu dapat digolongkan ke dalam empat
bentuk yaitu:
a. Standar fisik :
1)      Jumlah produksi
2)      Kwalitas produksi
3)      Jumlah langganan
b. Standar moneter :
1)      Biaya tenaga kerja
2)      Biaya penjualan
3)      Laba kotor
4)      Pendapatan penjualan
c. Standar waktu :
1)      Kecepatan produksi
2)      Batas waktu selesainya suatu pekerjaan
d. Standar intangible :
1)      Sikap pekerja terhadap perusahaan
2)      Kesetiaan pekerja terhadap pekerjaan
Demikianlah berbagai jenis standar yang dipergunakan untuk menilai efektif
tidaknya kegiatan-kegiatan para pekerja. Bentuk standar mana yang akan
dipergunakan akan tergantung kepada jenis kegiatan yang akan dinilai.

2.Pengukuran Kegiatan
Agar pengukuran kegiatan dapat dilakukan secara tepat perlu diperhatikan:
a)    Berapa kali (how after) pelaksanaan seharusnya diukur (setiap jam, setiap hari,
setiap bulan dan sebagainya).
b)    Dalam bentuk apa (what form) pengukuran akan dilakukan (laporan tertulis,
inspeksi visual, melalui telepon).
c)     Siapa (who) yang terlibat pengukuran (manajer, kepala bagian dan sebagainya).

Adapun pelaksanaan pengukuran tersebut dapat dilakukan dengan:


a)    Observasi/inspeksi
b)    Laporan lisan dan tertulis
c)     Pengujian/test, mengambil sample
d)    Metode otomatis

3.Membandingkan kegiatan dengan standar


Dimaksudkan untuk mengetahui ada/tidaknya penyimpangan-penyimpangan
(deviasi). Penyimpangan-penyimpangan dianalisa untuk mengetahui mengapa
standar tidak dapat dicapai dan mengidentifikasi penyebab-penyebab terjadinya
penyimpangan.

4.Melakukan tindakan koreksi


Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, maka tindakan ini harus
diambil/dilakukan. Tindakan koreksi mungkin berupa:
a)    Mengubah standar mula-mula (mungkin standar terlalu tinggi atu rendah).
b)    Mengubah pengukuran kegiatan (inspeksi terlalu sering/kurang, mungkin
mengganti sistem pengukuran).
c)     Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-
penyimpangan.

D.    TUJUAN PENGAWASAN
1.Untuk mengetahui apakah sesuatu kegiatan berjalan sesuai dengan rencana
yang digariskan.
2.Untuk mengetahui apakah segala sesuatu dilaksanakan dengan instruksi
serta asas-asas yang telah ditentukan.
3.Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan, kelemahan-kelemahan dalam
bekerja.
4.Untuk mengetahui apakah kegiatan berjalan efisien.
5.Untuk mencari jalan keluar, bila ternyata dijumpai kesulitan-kesulitan dan
kegagalan ke arah perbaikan.
E.    Cara-Cara Pengawasan
1.Peninjauan pribadi (Personal inspection, personal observation), Mengawasi
dengan meninjau secara pribadi sehingga dapat melihat sendiri pelaksanaan
kegiatan.
2. Interviu/laporan lisan, Pengawasan dilakukan denganmengumpulkan fakta-fakta
melalui laporan lisan yang diberikan bawahan.
3.Laporan tertulis, Pengawasan mengenai pertanggung jawaban tentang
pelaksanaan kegiatan bawahan sesuai dengan tugas dan wewenangnya kepada
atasan yang dilaporkan secara tertulis.
4. Laporan dan pengawasan kepada hal-hal yang bersifat luar biasa, Sistem atau
cara pengawasan dimana pengawasan itu ditujukan kepada soal-soal kekecualian.
Jadi pengawasan dilakukan bila diterima laporan yang menunjukkan adanya
peristiwa yang istimewa atau luar biasa.

*.PENTINGNYA PENGAWASAN

Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin komplek dari waktu ke waktu,
banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi atas hasil
kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungi pengawasan semakin
penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya
akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasi itu
sendiri maupun bagi para pekerjanya.

 Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya:


1. Perubahan lingkungan organisasi

Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus – menerus dan tidak dapat
dihindari, seperti munculnya inovasi produk. Melalui fungsi pengawasan manajer
mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga
mampu menghadapi tantangan atau memanfaatkan kesempatan yang diciptakan
perubahan yang terjadi.

2.Peningkatan kompleksitas organisasi

Semakin besar organisasi, semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal


dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan
profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan
dengan lebih efisien dan efektif

3. Meminimalisasikan tingginya kesalahan – kesalahan

Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana
melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering
membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi
kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

4. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang

Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab


atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu – satunya cara manajer dapat menentukan
apakah bawahan telah melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan
sistem pengawasan.

5. Komunikasi

6. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi

Langkah terakhir adalah perbandingan petunjuk dengan standar, penentuan apakah


tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.

*.ALAT BANTU PENGAWASAN MANAJERIAL


Alat-alat pengawasan yang paling dikenal dan paling umum digunakan adalah :
1) Manajemen Pengecualian (Management by Exception)

Manajemen pengecualian adalah teknik pengawasan yang memungkinkan hanya


penyimpangan kecil antara yang direncanakan dan kinerja aktual yang
mendapatkan perhatian dari wirausahawan. Manajemen penegecualian didasarkan
pada prinsip pengecualian, prinsip manajemen yang muncul paling awal pada
literatur manajemen. Prinsip pengecualian menyatakan bahwa bawahan menangani
semua persoalan rutin organisasional, sementara wirausahawan menangani
persoalan organisasional non rutin atau diluar kebiasaan.

2) Management Information System (MIS)

MIS yaitu suatu metoda informal pengadaan dan penyediaan bagi manajemen,
informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu untuk membantu proses
pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-fungsi perencanaan, pengawasan
dan operasional organisasi yang dilaksanakan secara efektif.

MIS dirancang melalui beberapa tahap utama yaitu :


1. Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah.
2. Tahap desain konseptual.
3. Tahap desain terperinci.
4. Tahap implementasi akhir.

Kriteria agar MIS berjalan efektif, yaitu :


• Mengikut sertakan pemakai dalam tim perancangan
• Mempertimbangkan secara hati-hati biaya system
• Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi
• Adanya pengujian pendahuluan
• Menyediakan latihan dokumentasi tertulis bagi para operator dan pemakai system
Sedangakan criteria utama MIS efektif yaitu :
• Pengawasan terhadap kegiatan yang benar
• Tepat waktu dalam pemakainya
• Menekan biaya secara efektif
• System yang digunakan harus tepat dan akurat
• Dapat diterima oleh yang bersangkutan

3) Analisa Rasio

Rasio adalah hubungan antara dua angka yang dihitung dengan membagi satu
angka dengan angka lainnya. Analisa rasio adalah proses menghasilkan informasi
yang meringkas posisi financial dari organisasi dengan menghitung rasio yang
didasarkan pada berbagai ukuran finansial yang muncul pada neraca dan neraca
rugi-laba organisasi.
4) Penganggaran

Anggaran dalam organisasi ialah rencana keuangan yang menguraikan bagaimana


dana pada periode waktu tertentu akan dibelanjakan maupun bagaimana dana
tersebut akan diperoleh. Anggaran juga merupakan laporan resmi mengenai
sumber-sumber keuangan yang telah disediakan untuk membiayai pelaksanaan
aktivitas tertentu dalam kurun waktu yang ditetapkan. Disamping sebagai rencana
keuangan, anggaran juga merupakan alat pengawasan.
Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program pengawasan organisasi.
Pengawasan anggaran atau Budgetary Control itu sendiri merupakan suatu sistem
sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu anggaran untuk mengawasi kegiatan-
kegiatan manajerial, dengan membandingkan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan
yang direncanakan.

*.KARAKTERISTIK PENGAWASAN YANG EFEKTIF

Agar pengawasan efektif, maka para manajer  harus menghayati reaksi manusia
terhadap sistem pengawasan.  Manusia tidak begaitu saja  menerima pengawsan 
yang  dilakukan manajer.
Reaksinya bermacam-macam menolak sekali pengawsan terhadapnya,
mempertahankan diri dar isistem pengawasan  yang diterapkan padanya dan 
membela kinerja dan  menolak sasaran kinerja yang tersirat dan tersurut  pada
tujuan.  Hal ini makin jelas bila sumber daya terbatas   dan situasi  penuh tekanan. 
Dalam situasi seperti itu ,  orang cenderung  untuk  mempertahankan  hasil  kerja
yang dibatasi  oleh  kendala sehingga pengawasan  biasanya  tidak  dikehendaki.

* Stoner  mengemukakan bahwa  pengawasan  yang efektif  itu   haruslah


memenuhi   persyaratan  sbb:
1. Ketepatan
2. Sesuai waktu,
3. Objektif dan kompherensif ,
4. Fokus pada titik pengawasan strategis,
5. Realistis secara ekonomis

  *Menurut Schermerhorn , agar supaya pengawasan itu efektif haruslah :

1. Berorientasi pada hal-hal yang strategis pada hasil-hasil


2. Berbasis informasi
3. Tidak kompleks
4. Cepat dan berorientasi perkecualian
5. Dapat dimengerti
6. Luwes
7. Konsisten dengan struktur organisasi
8. Dirancang untuk mengakomodasi pengawasan diri
9. Positif mengarah ke perkembangan , perubahan dan perbaikan
10. Jujur dan objektif
Sistem pengawasan yang efektif itu seharusnya mendukung strategis dan
memfokuskan diri pada apa yang harus dilakukan , tidak saja pada usaha
pengukuran .  Pokok perhatian ada pada kegiatan yang penting bagi tercapainya
tujuan organisasi.

Sistem pengawasan harus mendukung usaha menyelesaikan masalah dengan


pengambilan keputusan , tidak haanya menunjukkan penyimpangan-
penyimpangan. Sistem tersebut harus dapat menunjukan mengapa terjadi
penyimpangan dan apa yang harus dilakukan untuk perbaikannya.

Sistem pengawasan harus dapat dengan cepat atau dini mendeteksi penyimpangan
sehingga tindakan perbaikan dapat pula dilakukan dengan segera agar terhindar
hal-hal yang tidak diharapkan ; kalau perlu dengan cara-cara pengecualian .

Sistem pengawasan yang efektif memberikan informasi yang cukup bagi para
pengambil keputusan , artinya informasi yang mudah dimengerti , padat . Sistem
pengawasan harus dapat mengakomodasi situasi yang unik atau yang berubah-ubah
. Sistem pengawasan harus pula dapat mengakomodasikan kapasitas seseorang
untuk mengawasi dirinya sendiri . Yang penting harus ada saling percaya ,
komunikasi dan partisipasi pihak-pihak yang berkepentingan . Pengawasan diri
tercipta bila rancang bangun kerja itu jelas dan pemilihan orang yang mampu bagi
pekerjaannya dilakukan dengan baik .

Sistem pengawasan harus menitik-beratkan  pada pengembangan , perubahan dan


perbaikan ; kalau dapat sanksi dan peringatan itu diminumkan . Kalau sanksi
diperlukan haruslah dilaksanakan dengan hati-hati dan manusiawi . Akhirnya
sistem pengawasan harus jujur dan objektif artinya tidak memihak , dan satu-
satunya tujuan adalah peningkatan kerja

BAB IV

KESIMPULAN
Pengawasan adalah Proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Pengawasan adalah
tanggung jawab pimpinan , tapi karena tidak mungkin pimpinan melakukan
semuanya maka pengawasan dilimpahkan kepada unit pengawasan.
Jenis-jenis pengawasan:
1. PengawasanIntern dan Ekstern;
2. Pengawasan Preventif;
3. Pengawasan Aktif (dekat) dan Pasif;
4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtmatigheid) dan kebenaran
materiil mengenai maksud & tujuan pengeluaran (doelmatigheid).
Kontrol manajemen pendidikan pengelolaan secara menyeluruh atau pengendalian
agar proses manajemen pendidikan tetap terarah dan tidak ada penyimpangan-
penyimpangan.Langkah-langkah dasar dalam control manajemen pendidikan:
1. Menentukan standar dan metode yang digunakan untuk mengukur prestasi.
2. Mengukur prestasi kerja.
3. Menganalisis apakah prestasi kerja memenuhi syarat.
4. Mengambil tindakan korektif.

DAFTAR PUSTAKA

Gunadarma,Pengantar Bisnis

Manajemen dan Organisasi (Valvaliano.worddpress.com)

Kasim,Azar.Teoori pembuatan keputusan


Jakarta:Lembaga penerbit FE UI 1995

Syamsi,Ibnu.Pengambilan Keputusan (Decision making)


Jakarta:Bina Aksara.1989

Public Addministrasion Therritory,Perencanaan dalam Manajemen

Agustinus,Wahyudi Sri.1996.Manajemen Strategik (Jakarrta Binarupa Aksara)

Amir,M.Tauffiq.2011.Manajemen Strategik Konsep dan Aplikasi (Jakarta:PT.Raja


Grafindo Persada)

Djaslim,Saladin.2003.Manajemen Strategik dan Kebijakan perusahaan


(Bandungg:Linda Karya)

Siagian,P Mpa.2005.Manajemen Strategik (Jakarta: Bumi Aksara)

academia.edu/37849537/Makalah_Manajemen_Strategi_dan_Pengawasan
MAKALAH FUNGSI-FUNGSI MANAJEMEN

14 JULY 2018 | WIDYYY9

                                                            BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
      Proses menajemen adalah kegiatan di mana organisasi membuat sumber daya
manusiawi dan materi tersedia dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi ,jadi
suatu organisasi tidak mungkin bekerja dengan baik tanpa ada proses menajemen
yang baik pula. Namun proses menajemen hanya mungkin berjalan dengan baik
bila tersedia sumber manusiawi yang baik dan profesional dalam bidang-bidang
tugas yang ada dalam organsasi. Di dalam kerja sama terkandung berbagai
kegiatan menajemen yaitu kegiatan-kegiatan perencanaan ,pengorganisasian
,penggerakan,dan pengawasan dengan mengajukan sumber daya manusia dan
sumer daya lain yang dimiiki organisasi dalam mencapai tujuan yang di tetapkan
sebelumnya.

1. Rumusan Masalah
2. Bagaimana cara perencanaan dan pengambilan keputusan dalam manajemen
?
3. Apa itu pengorganisasian (organizing) ?
4. Bagaimana pengaturan (directing) dalam manajemen ?
5. Bagaimana koordinasi (coordinating) dalam manajemen ?
6. Bagaimana kepemimpinan (leadership) dalam manajemen ?
7. Bagaimana komunikasi (communicating) dalam manajemen ?
8. Bagaimana pengawasan (controlling) dalam manajemen ?
9. Bagaimana prinsip Islam tentang Manajemen Pendidikan ?
1. Tujuan
2. Mengetahui perencanaan dan pengambilan keputusan
3. Mengetahui pengorganisasian (organizing)
4. Mengetahui pengaturan (directing) dalam manajemen
5. Mengetahui koordinasi (coordinating) dalam manajemen
6. Mengetahui kepemimpinan (leadership) dalam manajemen
7. Mengetahui komunikasi (leadership) dalan manajemen
8. Mengetahui seperti apa pengwasan dalam manajemen
9. Mengetahui bagaimana prinsip Islam tentang Manajemen Pendidikan.
ADVERTISEMENT
REPORT THIS AD
                                          BAB II

                                    PEMBAHASAN

1. Perencanaan dan Pengambilan Keputusan


1. Perencanaan
   Perencanaan diperlukan sebagai salah satu proses, aktivitas dan fungsi
manajemen yang menentukan tindakan awal organisasi di dalam memberikan
produk dan pelayanannya kepada pelanggan, atau klien yang membutuhkannya.
Sejatinya untuk melakukan fungsi-fungsi manajeman diperlukan kehadiran
manajer. Seorang manajer adalah orang yanag mengkoordinasikan seluruh
pekerjaan kepada orang lain,terutama sasaran organisasi sehingga dapat tercapai.
[1]
1. Pengertian Perencanaan
            Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial pada
setiap organisasi. Dengan begitu perencanaan akan menentukan adanya perbedaan
kinerja satu organisasi dengan organisasi lain dalam pelaksanaan rencana untuk
mencapai tujuan. Tujuan tersebut secara khusus sungguh-sungguh dituliskan dan
dapat diperoleh semua anggota organisasi. Selain itu, perencanaan mencakup
periode tahun tertentu.
            Perencanaan adalah suatu rangkaian yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan perencanaan maka perlu disusun berbagai konsep tentang  arah organisasi
yang mencakup visi, misi, tujuan, sasaran dan strategi serta rencana-rencana
organisasi yang pada tingkat awal menggunakan pengambilan keputusan (decision
making) sebagai pekerjaan juga merupakn inti dari manajemen.
Perencanaan seharusnya menjawab pertanyaan berikut:

1. Aktivitas apa yang diperlukan untuk mencapai sasaran?


2. Kapan seharusnya aktivitas ini dilaksanakan?
3. Siapakah yang bertangggungjawab mengerjakan kegiatan?
4. Dimana seharusnya kegiatan itu dilaksanakan?
5. Kapan seharusnya tindakan dicapai?
            Sementara menurut Siagian(1985) suatu proses perencanaan harus bisa
menjawab lima pertanyaan pokok, yaitu:[2]
1. Apa yang akan dikerjakan dalam satu kurun waktu tertentu ?
2. Siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan, dan kepada siapa
bertanggung jawab ?
3. Prosedur, mekanisme, dan metode kerja yang bagaimana yang akan
diberlakukan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut agar terintegrasi dengan     
baik ?
4. Adakah penjadwalan kegiatan yang jelas dan harus ditaati ?
5. Apa alasan yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan tentang
mengapa berbagai kegiatan harus dilaksanakan ?
            Perencanaan dapat membangun usaha-usaha koordinatif. Memberikan arah
kepada manejer dan pegawai tentang apa yang akan dilakukan. Bila setiap orang
mengetahui dimana organisasi berada dan apa yang diharapkan untuk memberikan
kontribusi, kerjasama dan tim kerja. Bila perencanaan kurang diperhatikan atau
tidak dibuat, maka akan terjadi tindakan sembarangan/tidak menentu dalam
organisasi (zigzagging).
            Ada suatu pendekatan yang logis terhadap perencanaan meliputi langkah-
langkah:

 Memperhatikan lingkungan pilitis, ekonomis dan kompetitif di masa datang;


 Visualisasi peranan yang dikehendaki daripada organisasi didalam
lingkungan ini;
 Meraskan kebutuhan-kebutuhan dan keperluan langganan;
 Menentukan perubahan dalam kebutuhan dan keperluan-keperluan
kelompok lain yang berkepentingan (pemegang saham, pegawai,
pembeli,dll);
 Mengembangkan sarana yang luas, tujuan-tujuan dan rencana-rencana yang
akan mengarahkan usaha-usaha seluruh organisasi.
 Mentrjemahkan perencanaan yang luas ini kedalam usaha-usaha fungsional
atas dasar yang lebih terperinci, riset, perencanaan dan        pengembangan
produksi, distribusi dan pelayanan; dan
 Mengembangan perencanaan lebih terperinci dan kontrol atas penggunaan
sumber-sumber dalam tiap-tiap wilayah fungsioanal selalu dihubungkan
dengan usaha perencanaan yang menyeluruh.
            Dalam konsep sistem, fungsi perencanaan merupakan suatu rancangan
sistem yang harus memberikan pertimbangan pada tujuan yang menyeluruh dari
organisasi, integrasi pekerjaan sub sistem kearah tujuan tersebut. Ada beberapa
keuntungan tujuan-tujuan sebagai petunjuk bagi perencanaan, yaitu:

 Landasan bagi perencanaan yang terpadu dan utuh;


 Premis-premis dalam perancanaan yang lebih khusus harus mengamb il
tempat;
 Landasan utama bagi penyelanggaraan fungsi kontrol;
 Suatu landasan utama bagi motivasi manusia suatu kesadaran untuk berkarya
dalam arti tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah dikenal;
 Suatu landasan bagi perumusan yang tepat delegasi dan desentralisasi
perencanaan khusus pada tingkatan operasional yang lebih rendah; dan
 Suatu landasan bagi koordinasi kegiatan-kegiatan diantara berbagai macam
unit pekerjaan fungsional dalam organisasi.
1. Jenis-jenis Rencana
2. Tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran
       Tujuan adalah rencana-rencana yang dinyatakan sebagai hasil yang harus
dicapai. Dalam arti luas, tujuan mencakup: sasaran-sasaran, maksud-maksud, tugas
pokok, batas waktu, standar-standar,target-target dan jatah-jatah.

2. Rencana-rencana tetap
       Rencana-rencana tetap merupakan jenis kebijakan-kebijakan, metode baku,
prosedur operasional yang dirancang untuk berguna dalam situasi yang beragam
dan berulang pada aktivitas organisasi.

3. Rencana-rencana terpakai
Rencana terpakai dapat berupa program pokok, proyek-proyek, program-program
khusus sampai pada, rencana-rencana terperinci.

2. Pengambilan Keputusan
     Sebuah organisasi adalah wadah bagi beroperasinya manajemen. Setiap
organisasi yang sukses harus mampu dan mau membuat keputusan yang
memungkinkan orgnisasi mencapai sasaran dan mencapai kebutuhan utama
anggota organisasi. Manajer dituntut untuk berani mengambil keputusan baik atas
pertimbangan individu dengan kewenangannya sebagai pimpinan,maupun
keputusan dari hasil musyawarah dengan memperhatikan pemikiran, perasaan atau
masukan dari anggota organisasi.
     Bagaimanapun seluruh aktivitas dan fungsi manajemen pada pokoknya
memiliki esensi pengambilan keputusan. Karena pengambilan keputusan pada
kegiatan perencanaan dimulai dari menentukan visi, misi, sasaran, strategi dan
tujuan organisasi dalam proses perencanaan strategic. Pengambilan keputusan
tidak hanya bersifat substantif untuk menyusun rencana-rencana strategis, tetapi
juga dalam menangani pelaksanaan tugas-tugas operasional serta mengatasi
masalah (penyimpangan dari rencana) yang dihadapi manajer dan personil dalam
setiap organisasi.

1. Pengertian Pengambilan Keputusan


     Winardi mengemukakan bahwa secara sederhana pengambilan keputusan
adalah adanya kemungkinan pilihan antara dua macam tindakan alternatif (atau
lebih).[3] Mondy dan Premeaux menjelaskan: “Decission making is the process of
generating and evaluating alternatives and making choises among them”[4].
Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan kepustusan merupakan proses
dimana ada sejumlah langkah yang harus dilakukan dan pengevaluasian alternatif
untuk membuat putusan dari semua alterntif yang ada. Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa pengambilan keputusan ialah proses pemecahan masalah
dengan menentukan pilihan dari beberapa alternatif untuk menetapkan suatu
tindakan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Definisi ini mengandung
substansi pokok yaitu: ada kebutuhan memecahkan masalah, adanya proses
(langkah-langkah), ada beberapa alternatif yang akan dipilih, ada ketetapan hati
memilih satu pilihan, dan ada tujuan pengambilan keputusan (disengaja).
1. Sistem Pengambilan Keputusan
            Pengambilan keputusan merupakan suatu sistem tindakan karena ada
beberapa komponen didalamnya. Kerangka kerja yang ada dalam sistem
pengambilan keputusan yaitu:

1. Posisi orang yang berwenang dalam mengambil keputusan;


2. Problema (penyimpangan dari apa yang dikehendaki dan direncanakan atau
dituju);
3. Situasi si pengambil keputusan itu berada;
4. Kondisi si pengambil keputusan (kekuatan dan kemampuan menghadapi
problem); dan
5. Tujuan (apa yang diinginkan atau dicapai dengan pengambilan keputusan).
            Unsur yang disebutkan diatas merupakan kesatuan yang harus ada dalam
sistem kerja pengambilan keputusan manajerial. Manajemen adalah memutuskan
apakah yang dilakukan dan memperoleh suatu tindakan. Persyaratan pertama bagi
keberhasilan dalam suatu perushaan adalah mutu yang tinggi dari keputusan
manajemen.

            Konsep sistem dapat diaplikasikan dalam pembuatan keputusan, seperti


halnya dalam perencanaan dan komunikasi sebagai upaya mendesain sistem dalam
organisasi. Sebagai suatu sistem, pengambilan keputusan menerima masukan
pengaruh dari sistem lainnya baik ekonomi, sosial, politik, dan peraturan negara.
Keputusan berkaitan dengan tujuan dan yang dibuat harus dapat dilaksanakan
secara efektif. Efektivitas pengambilan keputusan berkaitan dengan aplikasi
konsep sistem terhadap keputusan.

            Sebenarnya sistem analisis yang dipakai oleh seorang manajer


menghasilkan alternatif dalam proses keputusan. Sistem analitis penting untuk
mencatat kemungkinan alternatif, menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi
setiap alternatif dan membangun nilai yang berhubungan dengan variabel. Salah
satu teori mengatakan bahwa pencarian alternatif-alternatif merupakan proses
dengan rangkaian tujuan dan sasaran pertama kali dibuat untuk menjembatani jarak
anatara titik awal dan pencapaian tujuan. Ada lima langkah rencana tindakan,
ketika pembuatan keputusan untu memecahkan masalah yang dihadapi manjer,
yaitu:
1. Defenisikan tujuan
2. Kumpulkan informasi
3. Membangun pilihan-pilihan
4. Evaluasi dan putuskan
5.
Intinya adalah pengambilan keputusan menghasilkan putusan yang lebih baik dari
alternatif yang ada.

1. Langkah-langkah pengambilan keputusan


            Pengambilan keputusan harus memenuhi langkah-langkah pengambilan
keputusan yang rasional sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Ada beberapa
langkah pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh Mondy dan Premeaux,
yaitu:[5]
 Mengidentifikasi masalah atau peluang
 Membuat alternatif-alternatif
 Mengevaluasi alternatif
 Memilih dan mengimlementasikan alternatif
 Mengevaluasi keputusan.
            Bagaimanapun, berpikir, memecahkan masalah dan mengembil keputusan
adalah perilaku dasar manusia baik individu maupun kelompok. Mengembil
keputusan adalah tindakan sentral tugas manajer dalam mengkoordinir usaha
organisasi mencapai tujuannya. Dengan begitu, pengambilan keputusan sangat
menentukan arah dan jenis kegiatan yang akan dilaksanakan organisasi.

1. Jenis-jenis Keputusan
            Keputusan adalah hasil yang dicapai dari proses pengambilan keputusan.
Secara umum keputusan dibagi kepada dua jenis, yaitu:

 Keputusan strategis
            Kebijakan dan arah organisasi merupakan keputusan strategis. Kebijakan
menyita banyak perhatian terutama bagi para manajer puncak karena pengaruhnya
sangat besar tehadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisasi.

 Keputusan operasional
            Adapun keputusan operasional menyangkut pengelolaan organisasi sehari-
hari. Keputusan operasional sangat menentuan efektivitas keputusan strategis yang
diambil oleh para manajer puncak.

            Ada pula pembagian jenis keputusan berdasarkan masalah yang dihadapi,
yaitu:

 Keputusan yang diprogramkan (Programmed decision)


Keputusan ini adalah keputusan yang dibuat berdasarkan pada problem yang
diketahui secara baik (well stuctured problems) atau masalahnya diketahui secara
jelas.

 Keutusan yang tidak diprogramkan (Nonprogrammed decision)


            Keputusan ini adalah keputusan yang diambil atau yang dibuat berdasarkan
masalah yang tidak diketahui secara jelas (illstructured problems) atau data dan
informasinya kurang tersedia sebagaimana mestinya.

            Masa depan organisasi adalah suatu hal prediktif dan kompleks. Oleh sebab
itu, keputusan yang diambil manajer sangat kompleks dalam menjangkau masa
depan.

            Setiap level (tingkat) manajemen berperan dalam proses pengambilan


keputusan, namun keputusan yang diambil sesuai dengan kewenangan yang
diberikan kepada setiap manajer. Bagi manajemen puncak (top management),
tingkat keputusan yang diambilnya terdiri dari menyusun strategi, kebijakan dan
peraturan umum yang proporsinya berimbang dalam perencanaan, operasional dan
pengawasan. Misi dan visi sasaran organisasi disusun oleh manajemen puncak
yang biasanya dipercayakan oleh pemilik organisasi atau perusahaan.

1. Pengorganisasian (oganizing)
2. Pengertian pengorganisasian
Pengorganisasian menurut Handoko (2003) ialah 1) penentuan sumber daya dan
kegiatan yang dibutukan untuk mencapai tujuan organisasi, 2) proses peranacangan
dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke
arah tujuan, 3) penugasan tanggung jawab tertentu.

Jadi, kesimpulannya pengorganisasian adalah pengaturan kerja bersama sumber


daya keuangan, fisik, dan manusia dalam organisasi.[6]
1. Tujuan dan manfaat pengorganisasian
            Manusia perlu berorganisasi dengan tujuan dan manfaat, antara lain:

1. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang


dimilikinya dalam mencapai tujuannya,
2. Mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien karena dikerjakan bersama-
sama (motif pencapai tujuan)
3. Wadah memanfaatkan sumber daya dan teknologi bersama-sama
4. Wadah memanfaatkan waktu luang
5. Wadah mengelola lingkungan bersama-sama[7]
1. Pengembangan pengorganisasian
Pendapat Davis dan Newstrom dalam tahapan perkembangan organisasi,
diantaranya:
1. Pembentukan
2. Kesadaran
3. Komitmen
4. Perhatian
5. Badai (storming)
6. Konflik (struktur, tugas, pengaruh)
7. Peningkatan sikap, pengetahuan, keterampilan
8. klarifikasi
9. Pembentukan norma
10. Dukungan
11. Persetujan tugas
12. Peningkatan produktivitas
13. Kinerja
14. Kerja tim solid
15. Komunikasi efektif
16. kebanggaan
17. pembubaran
18. penghargaan
19. kekecewaan
20. kepuasan
1. Keefektifan pengorganisasian
            Camphell (1973), mengatakan bahwa ada 19 butir untuk mengukur
efektivitas pengorganisasian, diantaranya:

1. Efektifitas keseluruhan
2. Kualitas
3. Produktivitas
4. Kesiapsiagaan
5. Efisiensi
6. Laba
7. Pertumbuhan
8. Pemanfaatan lingkungan
9. Stabilitas
10. Perputaran atau keluar masuknya anggota
11. Absenteisme
12. Kecelakaan
13. Semangat kerja
14. Motivasi
15. Kepuasan
16. Internalisasi tujuan organisasi
17. Konflik kohesi
18. Fleksibilitas adaptasi
19. Penilaian pihak luar[8]
1. Langkah-langkah proses pengorganisasian
Menurut samuel B. Certo yang mengutip saul W. Gellerman mengemukakan
pandangan bahwa  ada lima langkah pokok proses pengorganisasian (Certo,
1994:215)

Adapun langkah-langkah yang dimaksud sebagai berikut:

1. Melaksnakan refleksi tentang rencana-rencana dan sasaran-sasaran


2. Menetapkan tugas-tugas pokok
3. Membagi tugas-tugas pokok menjadi tugas-tugas bagian
4. Mengalokasikan sumber-sumber daya dan petunjuk-petunjuk untuk tugas-
tugas bagian tersebut
5. Mengevaluasi hasil-hasil dan strategi pengorganisasian yang
diimplementasikan.[9]
1. Pengaturan ( directing)
            Adapun prinsip- prinsip yang membantu mengidentifikasi pembagian
kerja,diantaranya:
1. Persiapkalah dan laksanakanlah rencana operasi dengan cermat
2. Koordinasilah semua aktivitas serta upaya
3. Pertahankanlah disiplin
4. Buatlah inisiatif dan tanggung jawab
5. Kembangkanlah koordinasi material maupun manusia
Jadi, kesimpulannya adalah sebagai upaya untuk membentuk hubungan-hubungan
antara para manager dan para karyawan.

Motivasi kerja seseorang didorong oleh keinginannya menjadi motivasi mandiri


karena sebagai manusia mandiri ia akan mengurangi ketergantugannya pada orang
lain untuk memuaskan berbagai jenis kebutuhannya meskipun kemandirian tidak
menghilangkan keperluan melakukan interaksi dengan orang lain.

1. Koordinasi (Coordinating)
Koordinasi adalah salah satu fungsi menajemen. Dalam organisasi keberadaan
pengorganisasian sangatlah penting bagi terintegrasinya seluruh kegiatan
organisasi untuk mancapai tujuan. Stoner (1991:238) mengemukakan bahwa
proses pengorganisasian di bagi menjadi 5 tahapan yaitu : Perincian pekerjaan,
pembagian pekerjaan, pemisahan pekerjaan, koordinasi pekerjaan , monitoring dan
reorganisasi.

Dengan demikian koordinasi merupakan bagian integral dari proses


pengorganisasian. Menurut Winardi (1990) koordinasi mengimplikasikan bahwa
elemen-elemen sebuah organisasi sebuah organisasi saling berhubungan dan
mereka menunjukan keterkaitan sedemikian rupa sehingga semua orang
melaksanakan tindakan tepat pada waktu yang tepat dalam rangka mncapai tujuan.

Koordinasi menurut Anderson (1984:21) merupakan proses yang melibatkan


pemindahan informasi antara pekerjaan dan orang untuk menghindarkan pekerjaan
yang tumpang tindih ,menjamin usaha dari sumber penghasilan serta
keseimbangan keseluruhan organisasi.

Selanjutnya Thomsonseprti di kutip oleh Stoner (1991:318) bahwa ada 3 variasi


ketergantungan antar unit kerja dalam satu organisasi yaitu :

1. Ketergantungan yang di kelompokkan yaitu apabila unit-unit organisasi


tidak tergantung satu dengan yang lain ,namun sangat tergantung pada
prestasi yang memadai.
2. Ketergantungan sekuensial yaitu apabila satu unit organisasi harus
melaksanakan aktivitasnya terlebih dahulu sebelum unit-unit selanjutnya
dapat bertindak.
3. Ketergantungan timbal balik melibatkan hubungan timbal balik antara
sejumlah unit.
Segala aktivitas dari masing-masing unit harus sinkron satu sama lain ,sebab
semua level menajemen memerlukan adanya koordinasi dalam tindakan untuk
mencapai tujuan organisasi.karena bagaimanapun, untuk mencapai tujuan atau
sasaran organisasi pada mulanya struktur organisasi di buat, pakerjaan dibagi, di
tetapkan hubungan kewenangan dan tanggung jawab. Namun koordinasi bukan
sesuatu yang secara otomatis dihasilkan secara sempurna dari struktur organisasi
yang ada, kebijakan dan hubungan kewenangan. Karena koordinasi merupakan
bahagian penting dari tugas manajer untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang
efektif sehingga dapat dihilangkan konflik dan kekacauan dalam tindakan-tindakan
personil dari setiap unit organisasi.

1. Kepemimpinan (leadership)
Dalam konteks menajemen, para manajer organisasi adalah pemimpin menajerial
yang menjalankan kepemimpinan. Hersey dan Blanchard(1988:86) berpendapat
bahwa pendapat ini menegaskan kepemipinan merupakan proses mempengruhi
aktivitas individu atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian tujuan dalam
situasi tertentu.

Kepemimpinan adalah proses memberikan inspirasi orang lain untuk bekerja keras
dalam mencapai tugas-tugas pentingi.

Kepemimpinan sebagai suatu proses di dalamnya terkandung interaksi 3 faktor


penting  yaitu fungsi pemimpin,pengikut (anggota) dan dan situasi yang
melingkupinya. Berarti dalam situasi yang bagaimanpun, kepemimpinan bisa
berlangsung baik di bidang industri, organisasi pemerintah, organisasi politik
bisnis maupun pada kegiatan pendidikan sekolah. Bahkan kepemimpinan dapat
berlangsung di luar organisasi seperti dalam kepemimpinan sosial dan keagamaan.

1. Keterampilan dan sifat kepemimpinan


Peranan para pemimpin sangat signifikan dalam menentukan arah dan kualitas
kehidupan manusia, baik dalam keluarga maupun organisasi dan masyarakat serta
negara pada suatu bangsa. Dapat di tegaskan bahwa keberhasilan atau kegagalan
suatu organisasi sebagian besar di tentukan oleh mutu keterampilan pemimpin
yang di miliki orang-orang yang di angkat atau di serahi tanggung jawab sebagai
manajer atau pemimpin di dalam suatu organisasi.Para pemimpin harus memiliki
keterampilan dan sifat-sifat yang baik bagi seorang pemimpin dalam organisasi
tertentu.
Untuk menjadi efektif, seorang menejer harus memahami beberapa kemampuan
dasar dalam kepemimpinan. Menurut Kaazt dalam Hersey dan Blanchard (1988:7)
ada keterampilan yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu:

1. Keterampilan teknik
2. Keterampilan hubungan manusia
3. Dan Keterampilan konseptual.
Ketiga keterampilan ini menjadi syarat mutlak bagi efektivitas kepemimpinan
seseorang dalam menjalankan fungsinya sebagai pemimpin terutama dalam satu
organisasi.

            Keterampilan teknik menyangkut kemampuan menggunakan pengetahuan


dan metode serta teknik dan peralatan yang di perlukan untuk menampilkan
kinerja. Hal ini di peroleh dari pengalamanpendidikan,dan pelatihan.

            Keterampilan hubungan manusia merupakan kemampuan manusia menjalin


kerja sama dengan semua orang dan memahami proses motivasi dalam
menjaankan efektivtas kepemimpnan. Keahlian mendengarkan membantu seorang
pemimpin membangun kepercayaan lewat komunikasi formal maupun komunikasi
informal dengan orang-orang lain. Karena keahlian mendengarkan memungkinkan
seorang pemimpin menggunakan segala ide dan pengalaman mereka mengenai
orang lain sebagai sumber informasi sehingga keahlian tersebut merupakan sarana
penting menghimpun organisasi untuk mengembangkan visi,memotivasi para
pengikut dan membuat strategi (Locke 1997).

            Kemampuan konseptual sangat pentng bagi menajemen puncak/pemimpin


tertinggi, sedangkan menajemen menengah memerlukan kemampuan  konseptual
setengan saja tidak seperti menajemen puncak. Sedangkan menajemen pengawas
memerlukan sedikit saja kemampuan konseptual. Sebaliknya menajemen,
pengawas yang terendah memerlukan banyak kemampuan teknikal,sedangkan
menajemen menengah memerlukan sebagian saja kemempuan teknik . Menajemen
puncak hanya memerlukan kemampuan teknik sedikit saja atau dasar-dasar umum
saja .Sedangkan khusus kemampuan berhubungan denagn manusia ,semua menejer
memerlukan secara baik kemampuan tersebut.

3.Efektivitas Kepemimpinan
            Kepemimpinan dapat menjamin keberhasilan tugas seseorang menejer.
Namun hasil kerja atau pelaksanaan tugas tidak selalu di capai dengan efektivitas
karena beberapa factor yang mempengaruhinya. Hasil kerja seseorang menejer
baru di katakana efektif apabila terdapat keampuhan dalam pelaksanaan tugas yang
di capai baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Ketidak efektifan suatu
tugas dapat pula terjadi karena tdak di laksanakan oleh tenaga professional,tidak
berpengalman,tidak memiliki kemempuan prima, daya dukung dana dan anggota
organisasi rendah.

            Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukan keberhasilan (atau


kegagalan) kegiatan menejemen dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan
terlebih dahulu. Efektivitas juga seorang menejer adalah seberapa jauh kepala
sekolah mencapi tujuan yang di tetapkan dari tugasnya sebagai pemimpin,sebagai
pendidik,motivator,dan sebagai supervisor.

            Dijelaskan oleh Sondang P Siagian bahwa efektivitas kepemimpina


seseorang di ukur dari kecekatan, kemahiran, dan kemampuannya mengambil
keputusan yang rasional, logis berdasarkan daya pikir yang kreatif dan inovatif, di
gabung dengan pendekatan intuitif dengan memanfaatkan berbagai pelajaran yang
di peroleh oleh pengalaman.

            Efektivitas tugas dari segi proses menyangkut prilaku pimpinan yang
diniali dari proses kerjanya berdasarkan standar penampilan dalam membuat
perencanaan mengorganisasikan ,memotivasi,dan mengawasi. Efektivitas juga
dilihat dari segi karakteristik keperibadian kemampuan, sikap, keteladanan, dan
keterbukaan. Sedangkan efektivitas dari segi hasil yaitu menampakan tingkat
penyelesaian tugas dalam pencapaian tujuan yang muaranya pada mutu produk dan
mutu pelayanan.
            4.Gaya Kepemimpinan

            Kepemimpinan adalah proses hubungan manusia


yang kompleks.Dalam kenyataannya gaya kepemimpinan
(leadershipstyle) senantiasa melekat pada cara-cara seorang pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinannya. Dengan kata lain prilaku seseorang pemimpin
mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama melahirkan gaya kepemimpinan
sendiri. Gaya kepemimpinan ialah suatu pola prilaku yang konsisten ditampilkan
seseorang dan yang di ketahui oleh pihak lain ketika dia berusaha mempengaruhi
kegiatan-kegiatan orang lain.
 Dalam realitasnya gaya kepemimpinan (leadership style) senantiasa melekat pada
cara-cara seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Perilaku
seorang pemimpin mempengaruhi orang lain mau bekerja sama untuk melakukan
suatu kegiatan melahirkan gaya kepemimpinan tersendiri.
Gaya kepemimpinan dapat berubah sesuai dengan perubahan situasi. Para
pemimpin dapat merubah gaya kepemimpinan atau menyesuaikannya dengan
situasi yang di hadapi. Gaya kepemimpinan akan di pengaruhi oleh pimpinan itu
sendiri ,para pengikut dan situasi yang ada pada saat itu dalam organisasinya.

Secara umum gaya kepemimpinan menurut Hines dan Timpe (1993) di bagi 3
bagian yaitu: otokratis, demokratis, dan kendali bebas (laissez faire).
Dapat di simpulkan bahwa gaya kepimpinan otokratis adalah gaya kepimpinan
yang beriorientasi pada tugas dan produksi akan tetapi kurang memberikan
perhatian terhadap kebutuhan manusia atau pekerjanya. Oleh karena itu pimpinan
lebih banyak  melakukan pengawasan yang ketat terhadap pekerjaan. Hal ini
mengakibatkan inisiatif staf tidak ada hubungan yang baik tidak dapat diciptakan.

Kepemimpinan demokratis mengungkapkan ada 3 fungsi utama yaitu :


1. Menyebarkan atau membagi tanggung jawab
2. Pemerdayaan anggota organisasi
3. Bekerja sama secara baik
            Demikian pula gaya kepemimpinan gaya demokratis atau partisipatif
mempertimbangkan keinginan-keinginan dan sasaran-sasaran dari para anggota
maupun dari pemimpin. Di sini pendekatan hubungan antar manusia merupakan
proses penting dalam aktivitas kepemimpinan.

            Adapun gaya kendali bebas (laissez faire)menekankan bahwa pimpinan


tidak banyak berusaha untuk menjalankan control atau pengaruh terhadap para
anggota kelompok. Kepada para anggota di berikan tujuan-tujuan tapi di biarkan
menggunakan cara masing-masing untuk mencapainya. Pemimpin hanya berfungsi
sebagai anggota,yang dapat memberikan nasihat dan pengarahan ketika diminta.
Namun perlu di garis bawahi bahwa gaya kepemimpinan ini biasanya kurang
bermanfaat kecuali bagi kalangan professional yang termotivasi tinggi dapat
menjadi efektif tanpa perlu dibimbing dan di awasi.
            Adapun gaya desrtur adalah gaya kepemimpinan yang paling buruk, karena
pemimpin yang kurang perhatian, baik perhatian terhadap terhadap tugas maupun
perhatian terhadap hubungan manusia.

            Kemudian gaya missionaris adalah gaya yang lebih berorientasi kepaa
tugas ataupun produksi ,akan tetapi kurang memperhatikan terhadap kesejahteraan
manusia atau anggotanya.

            Gaya kompromi (jalan tengah) adalah gaya kepemimpinan yang cukup
seimbang antara peehatian terhadap tugas dan produksi dengan perhatian terhadap
manusia.
            Sedangkan gaya kepemimpinan eksekutif adalah gaya kepemmpinan
puncak yaitu perhatian pemimpin sama besarnya kepada hubungan kemanusiaan
(kepuasan kerja dan kesejahteraan anggota)dengan pelaksanaan tugas atau
pencapaian tujuan yang telah di tentukan.

5.keterampilan yang Harus Dimilki Pemimpin

Inti kepemimpinan adalah proses mempengaruhi tindakan orang lain.Pemimpin


adalah orang yang di akui memiliki sifat terpcaya,pengetahuan,keterampilan ,dan
kemampuan dalam mempengaruhi orang lain sehingga I pilih  atau di sepakati
sebagai pemimpin ..

            Dapat di tegaskan bahwa keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi


sebagaian besar di tentukan oleh mutu kepemimpinan yang di miliki orang-orang
yang di angkat atau diserahi tanggung jawab  sebagai menejer atau pemimpin
dalam suatu organisasi.Para pemimpin harus memiliki keterampilan dan sifat-sifat
yang baik sebagai syarat bagi seorang pemimpin dalam organisasi tertentu.
            Sesungguhnya keterampilan teknik menyangkut kemempuan menggunakan
pengetahuan dan metode serta teknik dan peratalan yang di perlukan untuk
menampilkan kinerja yang di harapkan.Hal ini di peroleh dari
pengalaman,pendidikan dan pelatihan .Adapun pengalaman seorang pemimpin
merupakan basis bagi pengetahuannya yang bisa merangsang intelektualitas dan
meluaskan pemahaman tentang para bawahannya dan kepekaan terhadap masalah-
masalah organisasi.
            Dapat di simpulkan ada 3 keterampilan yang harus  dimiliki seorang
pemimpin yaitu:keterampilan teknik,,keterampilan hubungan manusia,dan
keterampilan konsetual.Ketiga keterampilan ini menjadi syarat mutlak syarat
mutlak bagi efektivitas kepemimpinan seorang dalam organisasi untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
1. KOMUNIKASI
2. Pengertian Komunikasi
            Kata komunikasi berasal dari bahasa latin : communication : yang
terbentuk dari kata : com(bahasa latin cum) artinya dengan : BERSAMA
DENGAN ‘dan. Uniuo) ( bahasa latin (union)’ artinya bersatu dengan. Dengan
demikian komunikasi dapat diartikan dengan union together atau union with
artinya bersama dengan atau bersatu dengan. Arti kata ini dapat bermakna bahwa
komunikasi itu bersatu dengan orang lain atau bersama dengan orang lain untuk
melakukan hubungan.

            Banyak para ahli yang mengemukakan pengertian komunikasi diantaranya:

1. Liliwery ( 2007 ) komunikasi merupakan proses pengalihan informasi dari


satu orang kepada orang lain dengan maksud tertentu.
2. Sutisna (1983) komunikasi ialah proses menyalurkan informasi , ide,
penjelasan, perasaan, pernyataan dari orang ke orang ataau dari kelompok ke
kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-
kelompok yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan perilakunorang-
orang dan kelompok-kelompok didalam suatu organisasi.
Berdasarkan pengertian komunikasi , komponen-komponen komunikasi yaitu:

1. Komunikator atau pengirim


2. Proses penyampaian pesan,informasi dan berita.
3. Komunikan atau penerima.
4. Media dan saluran
5. Tujuan
1. Proses Komunikasi
Proses komunikasi merupakan pertukaran informasi antara pengirim dan penerima.
Proses komunikasi berlanggsung dengan adanya komunikator, pesan , dan
komunikan .

            Komponen kunci dari suatu proses komunikasi meliputi tahapan-tahapan :

1. Edicting, membangun sebuah gagasan, pesan , atau informasi untuk di


sampaikan pada kelompok .
2. Encoding, mengkodekan (mempormulasikan) ide-ide yang ingin dikirimkan
dalam bentuk simbol  (dapat berbentuk kata-kata , isyarat, atau gambar dan
diagram) dirancang sebagai pesan.
3. Transmiting, ialah metode pengiriman pesan termasuk telepon.
4. Receving, penenrimaaan adalah langkah selanjutnya dimana penerima
diharapkan sebagai pendengar yang baik jiaka pesan disampaikan secara
lisan.
5. Decoding , ialah pemaknaan dari pesan yang diterima kedalam pemaknaan
pesan.
1. Unsur-Unsur Komunikasi
Menurut liliwer ada beberapa unsur dalam komunikasi , diantaranya ialah :

1. Pengirim/sender/sumber.
Adalah kelompok yang berperan untuk mengalihkan pesan.

2. Komunikan / receiver/penerima
Adalah orang yang menerima pesan atau  berita yang tanggung jawabnya
memahami berita yang disampaikan oleh komunikator.

1. Fungsi-Fungsi Komunikasi
                        Menurut lunenbrug dan ornsteg (2000) menjelaskan beberapa fungsi
komu ikasi pada organisasi, yang terdiri dari :
1. Fungsi informatif, maksudnya seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi, lebih banyak lebih baik dan lebih
tepat.
2. Fungsi persuasif, dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewanangan adanya kenyataan ini, banyak pemimpin lebih suka
mempersuasi bawahanya dari pada memberi perintah.
3. Fungsi integratif, menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat
melaksanakan pekerjaan dengan baik.
1. Prinsip Dasar Komunikasi
2. Komunikasi selalu terjadi, selalu dan kapanpun anda pasti berkomunikasi.
3. Komunikasi itu kreatif / tindakan anda adalah tindakan berkomunikasi yang
pasti menciptakan result. Seperti layar televisi anda tidak akan menampilkan
apa- apa, kecuali anda menekan tombolnya.
4. Dahulukan mendengar, anda menjadikan proses mendengar sebagai sesuatu
yang menarik, misalnya pengusaha yang berhasil ialah pengusaha yang
mendengar apa yang dikomunikasikan target pasar.
1. Gaya Komunikasi
            Menurut casse (dalam Burhanudin 1994) ialah:

1. Gaya yang berorientasi tindakan yaitu senang melekukan tindakan


penyelesaian pekerjaan dan memeperbaiki sesuatu.
2. Gaya yang berorientasi kepada proses, yaitu senang menyukai fakta-
faktadan dan senang menyusun strategi dan tatik.
3. Gaya yang berorientasinpada orang yaitu memusatkan perhatian pada prose
interaksi antar manusia.
4. Gaya yang berorientasi pada ide, yaitu menyukai konsep, kreatifitas dan
serta hal-halyang baru .
1. PENGAWASAAN
            Pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para manager
pada suatuorganisasi. Siagian tahun 1985 berpendapat bahwa pengawasan
merupakan proses pemantauan terhadap pelaksanaa kegiatan organisasi agar semua
pekerjaan dilakukan berjalan sesuai dengan rencana.

Johnson 1978 menyimpulkan kontrol sebagai fungsi dari sistem yang memberikan
penyesuaian dalam mengarahkan kepada rencana.

            Siagian berpendapat bahwa sasaran pengawasan adalah untuk menjamin


hal-hal berikut :

1. Kebijakan yang telah ditetapkan terselenggara sesuai dengan jiwa dan


semangat kebijaksanaan
2. Penyedian dan pemanfaatan sarana dan prasarana sehingga organisasi
memperoleh manfaat yang sebesar besarnya.
3. Prosedur kerja di taati oleh semua pihak.
Dalam konteks manajemen ada beberapa bentuk kontrol :

1. Kontrol inventris, suatu kontrol terhadap barang-barang yang dipergunakan


dalam pembuatan produk indrustri. Seperti baha-bahan mentah dan barang-
barang jadi.
2. Kontrol biaya , suatu penghitungan biaya ialah proses pemastian biaya suatu
produk pekerjaan dalam suatu perusahaan.
3. Kontrol kualitas , suatu fungsi untuk menjamin bahwa sifat-sifat produksi
sesuai dengan standart yang telah dijelaskan sebelumnya. Sejak dari kontrol
terhadap bahan mentah yang cacat dapat menghemat biaya , menghemat
waktu dan pengerjaan ulang.
1. Prinsip Islam Tentang Manajemen Pendidikan
a. Prinsip-prinsip Islam Tentang Manajemen
2. Perencanaan dalam Islam
Menurut Naceur (2008) ajaran islam pada umumnya terdiri dari prinsip yang
universal . jadi memungkinkan penyesuaian yang baik.akan tetapi ada hal-hal
dimana islam memberikan perintah , yang spesifik dalam hal upacara agama
islam.Meskipun demikian dalam hal ini,islam memberikan serangkain kegiatan
yang mungkin terjadi dan kemudian yang disebut rencana yang mungkin terjadi
pada tingkat oprasional atau dalam wujud cara kerja.
Karena islam mendeklarasikan dirinya sendiri sebagai agama untuk semua orang
dan untuk sepanjang zaman.islam harus menjadi agama yang dapat menyesuaikan
untuk kejadian dan situasi yang berbeda.bagian dari penyesuaian ini dicapai
melalui rencana yang kemungkinan terjadi,atau rencana untuk scenario yang
berbeda.
Tingkat oprasional dari rencana yang kemungkinan terjadi dalam islam adalah
ketetapan untuk haji atau ziarah dan umrah mengunjungi mekah.

Agar tujuan khususnya tercapai,sebuah organisasiyang sukses akan memiliki


rencana untuk bersiap-siap untuk semua scenario yang mungkin terjadi dapat
mengakibatkan kehilangan yang tidak diharapkan untuk sebuah usaha.akan tetapi
organisasi harus memiliki keyakinan bahwa rencana mereka yang mungkin terjadi
juga menghasilkan tujuan dari keinginan mereka dan konsisten dengan tujuan misi
mereka.
1. Pengaturan sumberdaya pendidkan islam
Pengaturan personil dalam organisasi pendidikan islam adalah berkenaan dengan
mengendalikan orang-orang ,baik staf,,guru, kependidikan dan siswa.karena setiap
orang bertanggung jawab maka ia akan lebih disukai dengan kelompok
intelek,pastinya ia akan bertanggung jawab untukNya atau perbuatan yang
dilakukannya.selain itu ,sementara umat islam diperintahkan untuk bekerja dalam
kelompok ,tetapi mereka diminta untuk bertanggung jawab atas dirinya sendiri
untuk apa yang dilakukannya.
Allah yang maha tinggi menyatakan yang sebagaimana artinya: “tiap-tiap diri
bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,kecuali golongan kanan
( Quran al muddatsir 38-39)

   Prinsip islam yang menegaskan bahwa semua yang perbuatan yang dilakukan
seseorang akan bertanggung jawabkan diakhirat telah memainkan peranan besar
dalam keberhasilan pemimpin muslim sepanjag sejarah . ketika umar bin abdul
azis menjadi khalifah kaum muslimin, ia mengikuti bimbingan Nabi berkata: “ini
adalah sebuah tanggung jawab, dan merupakan sumber kehinaan dan penyesalan di
akhirat”.

   Karena setisap orang bertanggung jawab untuk setiap perbuatan dalam organisasi
maka harus ada proses akuntabilitas.dengan begitu ,ada proses ini bisa disebut
proses control.

1. Pemberian motivasi dan kepemimpinan pendidikan islam


Tidak seorang pun mengetahui dengan baik tentang mesin kecuali orang yang
mendesain dan membuatnya . demikian pula ,tidak  seorang pun lebih mengenal
tentang manusia dan alamnya kecuali dia yang menciptakan.

Karen allah menciptakan manusia ,Dia adalah satu yang paling mengetahui kita
dengan baik,dan karena itu,kita dapat memperoleh pemahaman diri kita didalam al
quran.

 Menjadi teladan
Para pemimpin harus menjadi suri tauladan .para pemimpin harus mempunyai rasa
tanggung jaawab untuk menciptakan dan memelihara budaya
sebuah organisasi.jika ucapannya suatu pemimpin tidak sesuai dengan perkataan
dan perbuatannya ,lambat laun pengikutnya akan hilang.
 Rasa tanggung jawab dan empati
Para pemimpin memiliki rasa tanggung jawab yang harus ditunjukkan dalam
pekerjaan lebih kuat dibandingkan yang lain.para pemimpin juga harus memiliki
rasa empati terhadap yang lainnya.
1. Pemaaf dan penyantun
       Nabi Muhammad saw dalam kepemimpinannya juga bersifat lemah lembut
dan pemaaf.pemimpin menjaga tanggung jawabnya terhadap bawahannnya.

2. Mempunyai visi
       Para pemimpin harus  mempunyai visi ke depan dan difokuskan pada
pencapain target secara perlahan dan bertahap.

3. Komunukatif
       Menurut naceur (2008) bagi para pemimpin untuk menjadi komitmen terhadap
tujuan ke depan dan banyak ide tidak cukup jika mereka tidak dapat
mengkomunikasikannya.kemampuan komunikasi pelu bagi aturan kepemimpinan.

4. Bersifat adil dan bijaksana


       Manusia mempunyai kecenderungan sepihak.inilah penyebab ketidakadilan
pemimpin.pemimpin harus menghindari ini .

1. Pengawasan dalam islam


       Pengawasan merupakan tindakan manajer dalam memastikan pencapaian
kinerja organiasi melalui pelaksanaan rencana-rencana yang ditetapkan sesuai
tugas pokok dan fungsi organisasi.

2. Manajemen pendidikan islam


   Menurut qomar (2007:10-13) manajemen pendidikan islam adalah suatu proses
pengelolaan lembaga pendidikan islam secra islam secara islami dengan cara
menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terikat untuk mencapai
tujuan pendidikan islam secara efektif efisien.

Implikasi-implikasi yang terikat dan membentuk satu kesatuan system dalam


manajemen pendidikan islam.sebagai berikut :

   Pertama,proses pengelolaan lembga pendidikan islam secra islam. Aspek ini


menghendaki adanya muatan niali-nilai islam dalm proses pengelolaan lembaga
pendidikan islam.             Kedua,terhadap pengelolaan lembaga
pendidikan islam.hal ini menunjukkan objek dari manajemeninni yang secra
khusus diarahkan untuk menangani lembaga penddikan islam dengan secara
keunikannnya.
Ketiga, proses pengolahan lembaga pendidikan islam secara islami menghendaki
adanya sifat inklusif dan eksklusif.

Keempat, dengan cara menyiasati.prase ini menjadi salah satu pembeda


administrasi dengan manajemen penuh siasat atau stategi yang diarahkan untuk
mencapai suatu tujuan.
Kelima, sumber-sumber belajar dan hal yang terikat.sumber belajar ini memiliki
cakupan ,manusia,bahan,lingkungan

Keenam, tujuan pendidikan. Hal ini merupakan arah dari seluruh kegiatan
pengelolaan  lembaga pendidikan sehinggga tujuan ini sangat mempengaruhi
komponen-komponen lainnya,bahkan mengendalikannya

Ketujuh, efektif dan efisien, maksudnya berhasil daya guna .artinya manajemen
yang berhasil mencapai tujuan dengan penghematan tenaga, waktu, dan biaya.
3. Persyaratan yang harus ad dalam manajemen islami,yaitu:
4. Landasan dan nilai-niali ahklak islami.
5. Seluruh aktivitas manajemen merupakan salah saunbentuk    penghambaan
kepada allah SWT .
6. Hubungan atasan dengan bawahan harus dengan hubungan persaudaraan
umat islam.
7. Manajemen islam yang dilandasi oleh etika dan nilai-niali
                                                      

      BAB III

1. Kesimpulan
     Dalam suatu organisasi diperlukan adanya fungsi-fungsi manajemen untuk
menjalankan suatu kegiatan atau tujuan dari suatu organisasi. Dimana fungsi-
fungsi tersebut dilakukan oleh seorang manajer . Adapun fungsi-fungsi manajemen
yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan; pengorganisasian (organizing);
pengaturan (directing); koordinasi(coordinating); kepemimpinan (leadership);
komunikasi (communication); pengawasan(controlling); dan prinsip islam tentang
manajemen pendidikan.

Fungsi-fungsi manajemen tersebutlah yang akan membantu organisasi dalam


mencapai tujuan. Jalannya fungsi-fungsi manajemen dengan baik dalam
organisasi,menjadikan organisasi tersebut mengalami kemajuan dalam mencapai
sasaran dan tujuan.
1. Saran
            Semoga dengan pembuatan makalah ini senatiasa menambah wawasan
serta pengetahuan dan yang terpenting adalah menjadi motivasi, baik bagi
penyusun maupun rekan-rekan sekalian. Dengan penuh pengharapan kepada Allah
Swt. semoga makalah ini bisa bisa menjadi pembuka jalan untuk mendapatkan
ilmu yang lebih banyak dan bermanfaat guna bekal untuk kehidupan yang akan
datang.

                                         DAFTAR PUSTAKA

            Prof. Dr. Syafaruddin, Mpd, Manajemen Organisasi Pendidikan, Medan:  


Perdana Publishing, 2015.
            Rifa’i, H.Muhammad, M.Pd dan Muhammad Fadhli, M.Pd, Manajemen   
Organisasi, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2013.
                Winardi, Asas-asas Manajemen, Bandung: Mandar Madju, 1990.
            Mondy, R Wayne and Shane R Premeaux, Management: Concepts,
Practices, and Skills, New Jersey: Prantice Hall, 1995.
            Usman, Prof. Dr. Husaini, M.Pd., M.T, Manajemen Teori, Praktik, dan
Riset Pendidikan Edisi 3, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
            Sutrisno , Dr. Edy, M. Si., Budaya Organisasi,  Jakarta: Kencana, 2010.
            Winardi ,Prof. Dr. J, S.E. , Teori Organisasi dan Pengorganisasian,           
Jakarta Utara: Rajawali Pers, 2011.
[1] Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd, Manajemen Organisasi Pendidikan, (Medan:
Perdana Publishing, 2015) hal. 68
[2] H.Muhammad Rifai, M.Pd dan Muhammad Fadhli, M.Pd, Manajemen
Organisasi, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2013) hal. 32
[3] Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Mandar Madju, 1990) hal. 558
[4] R Wayne Mondy and Shane R Premeaux, Management: Concepts, Practices,
and Skills, (New Jersey: Prantice Hall, 1995) hal. 108
[5] Mondy, R Wayne and Shane R Premeaux, Management: Concepts, Practices,
and Skills, (New Jersey: Prantice Hall, 1995) hal. 110
[6] Prof. Dr. Husaini usman, M.Pd., M.T, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan Edisi 3, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal. 146
[7] Prof. Dr. Husaini usman, M.Pd., M.T, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan Edisi 3, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal. 145
[8] Dr. Edy Sutrisno, M. Si., Budaya Organisasi, (Jakarta: Kencana,
2010) hal.131-133
[9] Prof. Dr. J. Winardi, S.E. , Teori Organisasi dan Pengorganisasian, Jakarta
Utara: Rajawali Pers, 2011,) hal. 2 _docx
MAKALAH FUNGSI MANAJEMEN STRATEGI

                                                            BAB I
                                                    PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk


dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang
ditetapkan.Perencanaan merupakan aktifitas manajemen yang paling krusial,
bahkan ia adalah langkah awal untuk menjalankan manajemen sebuah pekerjaan.
Ia sangat berpengaruh terhadap unsur-unsur manajemen lainnya, seperti
merealisasikan perencanaan dan pengawasan agar bisa mewujuddankan tujuan
yang direncanakan.
 Untuk membuat suatu perencanaan di perlukan sebuah dasar pemikiran. Dasar
pemikiran ialah suatu tindakan untuk berfikir cerdas dan rasional. Pemikiran yang
baik pasti akan menghasilkan keputusan yang disertai argumen dan dapat di
pertanggung jawabkan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian Perencanaan
2.      Dasar Pemikiran Perencanaan
3.      Proses Perencanaan
4.      Perencanaan Strategi
5.      Taktik Operasional
6.      Rencana Tindakan

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian perencanaan.
2.      Untuk mengetahui dasar pemikiran perencanaan.
3.      Untuk mengetahui proses perencanaan.
4.      Untuk mengetahui perencanaan strategi.
5.      Untuk mengetahui taktik operasional.
6.      Untuk mengetahui rencana tindakan.
BAB II
PEMBAHASAN
  

A.    Pengertian Perencanaan
Robbins dan Coulter (2002) dalam  Erni dan Kurniawan (2005)
mendefinisikan perencanaan adalah sebagai suatu proses yang dimulai dari
penetapan tujuan organisasi, menetukan strategi untuk pencapaian tujuan
organisasi tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengoordanisikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan
organisasi. Tidak hanya sekedar mencapai akan tetapi dimaksudkan untuk
mempertahankan keberlangsungan organisasi.  Perencanaan adalah sejumlah
kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode
tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
Perencanaan merupakan aktivitas manajemen yang paling krusial, bahkan ia
adalah langkah awal untuk menjalankan manajemen sebuah pekerjaan. Ia sangat
berpengaruh terhadap unsur-unsur manajemen lainnya, seperti merealisasikan
perencanaan dan pengawasan agar bisa mewujuddankan tujuan yang direncanakan.
[1]
Defenisi-defenisi perencanaan menurut para ahli:
1.      Bintoro Tjokroaminoto
Perencanaan adalah proses mempersiapakan kegiatan-kegiatan secara sistematis
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.[2]
2.      Prajudi Atmosudirdjo
Perencanaan adalah perhitungan dan penetuan tentang sesuatu yang akan
dijalanakan dalam rangka mencapai tujuan terhenti, siapa yang melakukan,
bilamana, dimana, dan bagaiman cara melakukannya.
3.      Dior
Perencanaan ialah suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk
dilaksanakan pada waktu yang akan datang, yang diarahkan untuk mencapai
sasaran tertentu
4.      Siagian
Perencanaan sebagai sebagian keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang menyangkut hal-hal yang akan dikerjakan di masa datang dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
5.      George R. Terry
Perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta
menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang dengan jalan menggambarkan
dan merumukan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a)      Perencanaan harus berdasarkan fakta, data dan keterangan kongkret.
b)      Perencanaan adalah suatu pekerjaan mental yang memerlukan  pemikiran,
imajinasi kesanggupan melihat masa yang akan datang.
c)      Perencanaan mengenai masa yang akan datang.
Perencanaan bukanlah semata-mata pekerjaan top manajer, walaupun mereka
lebih banyak mencurahkan waktu dan pikirannya untuk membuat rencana secara
keseluruhan. Namun, setiap manajer dari berbagai tingkatan manajerial harus
membuat perencanaan untuk dilaksanakan sesuai dengan wewenang dan bidang
kerja masing-masing.[3] Suatu perencanaan juga terdapat berbagai hambatan
dalam penetapan tujuan. Hambatan tersebut antara lain tujuan yang tidak tepat,
sistem penghargaan yang tidak tepat, penolakan terhadap perubahan dan
keterbatasan.

B.     Dasar Pemikiran Perencanaan


Untuk membuat suatu perencanaan di perlukan sebuah dasar pemikiran. Dasar
pemikiran ialah suatu tindakan untuk berfikir cerdas dan rasional. Pemikiran yang
baik pasti akan menghasilkan keputusan yang disertai argumen dan dapat di
pertanggung jawabkan. Jadi, seseorang  pengmbil keputusan biasanya dilibatkan
dengan banyak argumen yang dibuat para pendukung tindakan serta dihadapkan
dengan maslah menilai suatu tindakan serta dihadapkan dengan masalah menilai
suatu tindakan dari berbagi argumen tersebut agar dapat diterima. Selain itu,
seorang pengambil keputusan akan menggabungkan tuntutan tertentu dari
proposalnya menjadi satu pilihan yang rasional secara keseluruhan.
Jadi, proses perencanaan rasional itu adalah menggunakan pengambilan
keputusan harus mempunyai pendukung tertentu untuk menyajikan argumen dan
menggunakan prosedur intelegensi dalam menentukan keinginan praktis.
Ada 4 tahap dasar perencanaan, yaitu:[4]
1.      Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan.
2.      Merumuskan keadaan saat ini.
3.      Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan.
4.      Mengembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan.

C.     Proses Perencanaan
Proses perencanaan atau planning adalah adalah bagian daur kegiatan
manajemen yang terutama berhubungan dengan pengambilan keputusan (decision
making) untuk masa depan, baik jangka panjang maupun jangka pendek,
sehubungan dengan pokok pertanyaan. Sebelum para manajer dapat
mengorganisasi, memimpin, atau, menegndalikan, terlebih dahulu mereka harus
membuat rencana yang memberikan arah pada setiap kegiatan organisasi. Pada
tahap perencanaan manager menentukan Apa yang akan dikerjakan, Kapan akan
dikerjakan, Siapa yang akan mengerjakan dan Bagaimana mengerjakannya. Jadi
perencanaan yaitu, “proses dasar yang digunakan untuk memilih tujuan dan
menentukan cakupan pencapaiannya”. [5]
a.       Prakiraan (forecasting)
Prakiraan merupakan suatu usaha untuk meramalkan atau memperkirakan waktu
yang akan datang dengan penarikan kesimpulan atas fakta yang telah diketahui.
b.      Penetapan Tujuan (estabilisting objective)
Penetapan tujuan merupakan suatu aktivitas untuk menetapkan suatu aktifitas
untuk menetapakan sesuatu yang ingin dicapai melalui pelaksanaan pekerjaan.
c.       Pemrograman (programming)
Program adalah suatu aktuvitas yang dilakukan dengan maksud untuk menetapkan
langkah-langkah utama yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan dan anggota
yang bertanggung jawab untuk setiap langkah serta pengaturan waktu setiap
langkah.
d.      Penjadwalan (scheduling)
Penjadwalan adalah penetapan atau penunjukan waktu menurut kronologi tertentu
guna melaksanakan berbagai macam pekerjaan.
e.       Penganggaran (budgeting)
Penganggaran merupakan suatu aktifitas untuk membuat pernyataan tentang
sumber daya keuangan (financial recources) yang disediakan untuk aktifitas dan
waktu tertentu.
f.       Pengembangan prosedur (devoloping procedure)
Pengembangan prosedur merupakan suatu aktivitas menormalisasikan cara, teknik,
dan metode pelaksanaan suatu pekerjaan.

Menurut Manullang proses perencanan untuk membuat suatu rencana ada


beberapa tindakan yang harus dilalui yaitu menetapkan tugas dan tujuan,
mengobservasi dan menganalisa, mengadakan kemungkinan-kemungkinan,
membuat sintesa, dan menyusun rencana.[6]
D.    Perencanaan Strategi
            Strategi adalah rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan strategi adalah suatu
rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana
perusahaan akan diarahkan, dan bagaiman sumber daya dialokasikan untuk
mencapai tujuan selama jangka waktu tertentu. Perencanaan strategi merupakan
bagian dari manjemen strategis. Manajemen strategis adalah seni dan ilmu untuk
pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating)
keputusan-keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi
mencapai tujuan dimasa yang akan datang.
Jadi perencanaan strategis lebih terfokus pada bagaimana pimpinan organisasi
menentukan visi, misi, falsafah, dan strategi organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi dalam jangka panjang.  Perencanaan strategic (Strategic Plans) juga
merupakan sustu proses pemilihan tujuan-tujuan organisasi, penentuan strategi,
kebijaksanaan, program-program yang diperlukan untuk tujuan-tujuan tersebut.
1.      Penyusunan Strategi
Langkah konkret menyusun strategi yaitu sebagai berikut :
a)      Menetapkan jenis bisnis dan harapan perusahaan.
b)      Menterjemahkan visi dan misi kedalam suatu tujan strateg yang terukur.
c)      Menyusun strategi yang tepat untuk untuk mencapai tujuan dan target.
d)     Melakukan berbagai keputusan taktis dengan efektif dan efisien atas strategi
terpilih.
e)      Melakukan evaluasi terhadap kinerja, penyesuaian terhadap arah, tujuan, strategi
dan pelaksanaanya sesuai dengan situasi terbaru. Contoh : perusahaan
memproduksi sirup jeruk yang melibatkan input sebagai pendukung kegiatan
produksi.

 Ada dua alasan yang menunjukkan pentingnya perencanaan strategis : [7]


1.      Perencanan strategi memeberikan kerangka dasar dalam mana semua bentuk-
bentuk perencanaan lainnya yang harus diambil.
2.      Pemahaan terhadap perencanaan strategic akan mempermudah pemahaman
bentuk-bentuk perencanaan lainnya.
Dengan adanya perencanaan strategi ini maka konsepsi perusahaan menjadi jelas
sehingga akan memudahkan dalam memformulasikan sasaran serta rencana-
rencana lain dan dapat mengarahkan sumber-sumber organisasi secara efektif.
Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan strategi dapat menentukan
keberhasilan organisasi atau perusaahn, hal ini disebabkan karena:
1)      Perencanaan strategi merupakan tipe perencanaan yang terpenting.
2)      Melakukan perencanaan strategi berarti menetapkan misi organisasi secara jelas.
3)      Perencanaan strategi memungkinkan manajer mempersiapkan diri terhadap
kemungkinan terjadinya perubahan pada lingkungan organisasinya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perencanaan strategi bagi perushaan sangat
penting, karena tanpa strategi dalam mengelola perusahaan, seorang manajer
seolah-olah melangkah dalam ketidakpastian.

E.     Taktik Operasonal
    Taktik adalah tahap-tahap atau langkah-langkah tertentu yang dipakai untuk
melaksanakan strategi. Jika manajemen sudah merumuskan tujuan dan strateginya,
maka ia berada dalam posisi untuk menentukan taktik. Strategi adalah menentukan
apa yang harus dikerjakan sedangkan taktik adalah menentukan bagaiman kita
mngerjakan sesuatu.
Ada perbedaan yang paling mendasar antara taktik dan strategi, yaitu :
a.       Strategi mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan taktik.
b.      Srtategi pemasaran memerlukan keputusan dari manajemen tentang elemen-
elemen marketing mix perusahaan, sedangkan taktik merupakan program tertentu
untuk jangka pendek.
c.       Strategi bersifat permanen sehingga sulit dan memakan biaya besar jika
diadakan perubahan, sedangkan taktik dapat diubah dengan mudah.
   Srategi yang baik adalah mampu memenangkan persaingan tanpa harus
berkonfrontasi dan melakukan pengorbanan yang terlalu besar atau mengeluarkan
cost yang besar. Taktik (operasi) adalah menetukan bagaiman kita menegrjakan
sesuatu agar memenangkan persaingan (bagaiman kita mengimplementasikan
strategi yang sudah dirumuskan).

F.      Rencana Tindakan
Dalam konteks penyusunan strategi, ada dua tipe rencana yang harus
diperhatikan. Pertama, rencana konsepsional atau teoritis, sebagai rencana yang
ideal dan diharapkan dapat terwujud. Kedua, rencana tindakan atau action-plan,
yang lebih mendasar kepada faktor-faktor lapangan dengan segala perkiraan
distorsi yang mungkin terjadi.
Rencana tindakan sering juga disebut dengan rencana operasional. Perencanaan
tindakan adalah kegiatan penyusunan langkah-langkah yang operasional untuk
mencapai hasil-hasil yang telah di rumuskan dalam strategi. Berdasarkan
penegrtian ini, maka kata kunci yang penting dalam membuat rencana tindakan
adalah operasional.
Rencana dapat berupa rencana informal atau secara formal. Rencana
imformal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama
anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang
harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal
merupakan anggota korporasi artinta, setiap anggota harus mengetahui dan
menjalankan rencana itu. rencana formal dibuat untuk menciptakan kepahaman
tentang apa yang harus dilakukan. Suatu perencanaan adalah suatu aktifitas
integratif yang berusaha memaksimumkan efektifitas seluruhnya dari suatu
organisasi sebagai suatu sistem, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.[8]
1.      Komponen Rencana Tindakan
a.       Sasaran (Objective)
b.      Kebijakan mengacu ke program kerja tahunan
c.       Program
d.      Kegiatan
e.       Tujuan Kegiatan
f.       Indikator Keberhasilan
g.      Penaggung Jawab dan pelaksana kegiatan
h.      Waktu (kapan mulai kapan selesai) dan penjadwalan
i.        Sumber daya (dapat berupa dana, SDM, fasilitas) dan rinciannya
Setidaknya ada tiga langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana
tindakan atau action-plan, yaitu :
1)      Meninjau kembali langkah-langkah dalam rencana strategis yang mungkin
diterapkan.
2)      Mengidentifikasi faktor-faktor operasional baik internal maupun eksternal
dilapangan yang mendukung dan menghambat tingkat keberhasilan rencana.
3)       rangkaian kegiatan yang paling sesuai untuk sasaran.

2.      Rencana tindakan atau operasional dibagi menjadi 2 yaitu :


a.       Rencana sekali pakai
Dikembangkan untuk melaksanakan serangkaian tindakan yang mungkin tidak
berulang di masa mendatang. Contoh : program, proyek.
b.      Rencana tetap
Dikembangkan untuk aktifitas yang berulang secara teratur selama suatu periode
waktu tertentu. Rencana ini sekali ditetapkan akan terus di terapkan sampai perlu
diubah atau dihapuskan. Sekali ditetapkan, rencana tetap memungkinkan
organisasi menghemat waktu yang digunakan untuk perencanaan dan pembuatan
keputusan karena situasi-situasi yang sama di tangani secara konsisten.  Contoh :
kebijakan, peraturan.
                                                                            
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Robbins dan Coulter (2002) dalam  Erni dan Kurniawan (2005) mendefinisikan
perencanaan adalah sebagai suatu proses yang dimulai dari penetapan tujuan
organisasi, menetukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara
menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordanisikan seluruh pekerjaan
organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi. Tidak hanya sekedar mencapai
akan tetapi dimaksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan
organisasi.  Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya
untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan
yang ditetapkan.
Perencanaan bukanlah semata-mata pekerjaan top manajer, walaupun mereka
lebih banyak mencurahkan waktu dan pikirannya untuk membuat rencana secara
keseluruhan. Namun, setiap manajer dari berbagai tingkatan manajerial harus
membuat perencanaan untuk dilaksanakan sesuai dengan wewenang dan bidang
kerja masing-masing    .
B.     Saran
Sebaiknya dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam penetapan tujuan
dalam berbagai bentuk organosasi menggunakan proses dasar manajemen berupa
perencanaan. Dalam sebuah perencanaan perlu memperhatikan sifat rencan yang
baik untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Daftar Pustaka

Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada


2008).
Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008)
Yayat. M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Grasindo, 2001)
Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005).
M. Manullang, dasar-dasar manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999).
George A. Steiner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 1997).

[1] Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah, (Jakarta: RajaGrafindo Persada


2008), hlm. 79.
[2] Usman, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), hlm. 60.
[3] Yayat. M. Herujito, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Grasindo, 2001),
hlm. 85.
[4] Ibid, hlm. 89-90.
[5] Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm.
42.
[6] M. Manullang, dasar-dasar manajemen, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1999), hlm.52.
[7] George A. Steiner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga,
1997), hlm. 29.
[8] Siswanto, Op. Cit., hlm. 42
https://iainpspblog.blogspot.com/2019/04/makalah-fungsi-manajemen.html

Makalah Manajemen: Pengertian dan Fungsi


Manajemen
BAB I
PENDAHULUAN

A . Latar belakang
Sebelum abad ke-20, terjadi dua peristiwa penting dalam ilmu manajemen.
Peristiwa pertama terjadi pada tahun 1776, ketika Adam Smith menerbitkan sebuah
doktrin ekonomi klasik, The Wealth of Nation. Dalam bukunya itu, ia
mengemukakan keunggulan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dari
pembagian kerja (division of labor), yaitu perincian pekerjaan ke dalam tugas-
tugas yang spesifik dan berulang. Dengan menggunakan industri pabrik peniti
sebagai contoh, Smith mengatakan bahwa dengan sepuluh orang—masing-masing
melakukan pekerjaan khusus—perusahaan peniti dapat menghasilkan kurang lebih
48.000 peniti dalam sehari. Akan tetapi, jika setiap orang bekerja sendiri
menyelesaikan tiap-tiap bagian pekerjaan, sudah sangat hebat bila mereka mampu
menghasilkan sepuluh peniti sehari. Smith menyimpulkan bahwa pembagian kerja
dapat meningkatkan produktivitas dengan meningkatnya keterampilan dan
kecekatan tiap-tiap pekerja, menghemat waktu yang terbuang dalam pergantian
tugas, dan menciptakan mesin dan penemuan lain yang dapat menghemat tenaga
kerja.
Peristiwa penting kedua yang memengaruhi perkembangan ilmu manajemen
adalah Revolusi Industri di Inggris. Revolusi Industri menandai dimulainya
penggunaan mesin, menggantikan tenaga manusia, yang berakibat pada pindahnya
kegiatan produksi dari rumah-rumah menuju tempat khusus yang disebut pabrik.
Perpindahan ini mengakibatkan manajer-manajer ketika itu membutuhkan teori
yang dapat membantu mereka meramalkan permintaan, memastikan cukupnya
persediaan bahan baku, memberikan tugas kepada bawahan, mengarahkan kegiatan
sehari-hari, dan lain-lain, sehingga ilmu manajamen mulai dikembangkan oleh para
ahli.Salah satu point penting di dalam manajemen adalah mengenai fungsi dari
manajemen tersebut, dan pada kesempatan ini penulis akan memberikan beberapa
pendapat para ahli mengenai fungsi-fungsi manajemen yang sudah penulis rangkai
di dalam bab pembahasan.

BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN MANAJEMEN
A.  Istilah Manajemen
Istilah “manajemen” yang digunakan ini berasal dari istilah bahasa Inggris
“management”. Di Indonesia hingga kini belum ada keseragaman dalam
menterjemahkan istilah managementkedalam bahasa Indonesia. Ada beraneka
ragam terjemahannya, antara lain kepemimpinan, ketatalaksanaan, pengurusan,
pembinaan, penguasaan, pengelolaan, dan manajemen. Disamping
keanekaragaman terjemahan tersebut, beberapa penulis di Indonesia langsung
menggunakan istilah management, tidak menterjemahkannya kedalam bahasa
Indonesia, seperti Panglaykim dan Hazil dalam buku mereka Management Suatu
Pengantar, Oey Liang Lee dalam bukunya Pola Management(terjemahan dari
karya Lyndall F. Urwick yang berjudul The Pattern of Management), JMA
Tuhuteru dalam bukunya Karya Management (buku ini terjemahan dari karya
Louis A. Allen yang berjudul the Profession of Management), Manullang dalam
bukunya Organisasi dan Management, dan lain-lainnya.
Sehubungan dengan adanya keanekaragaman penerjemahan tersebut, penulis
sependapat dengan Pariata Westra (1981) untuk menggunakan istilah manajemen
dengan alasan :
1). Penggunaan istilah manajemen ini jelas tidak akan dapat mengubah arti semula
dan yang sebenarnya dari istilah bahasa Inggris management; sebagaimana alas an
yang ditimbulkan oleh masing-masing penterjemah diatas satu sama lain saling
menyatakan bahwa terjemahan lainnya “kurang cocok” atau “tidak sepenuhnya
tepat” dengan arti sebenarnya istilah management itu.
2). Tidak dipakai istilah “management” disini, agar ucapan atau bacaan untuk
personifikasi atau orang yang bertanggung jawab menjalakan management tidak
dibaca “manager” (ma-na-ger) dalam bahasa Indonesia.
3). Untuk memperkaya perbendaharaan bahasa Indonesia. Suasana dan cara ini
diterima, asal kata asing yang hendak di-Indonesia-kan dengan cara ini memang
dalam khasanah bahasa Indonesia (maupun bahasa-bahasa daerah di Indonesia)
tidak ada.

B. Definisi Manajemen
Meskipun istilah management yang diterjemahkan beraneka ragam kedalam
istilah Indonesia itu sudah digunakan sejak beberapa abad yang lalu, khususnya di
Inggris, akan tetapi manajemen belum merupakan suatu subyek pelajaran apalagi
sebagai ilmu. Manajemen sebagai ilmu yang dipelajari atau diajarkan baru lahir
pada awal abad 20 ini.  Lalu timbul definisi-definisi tentang apakah yang dimaksud
manajemen (management)itu.
Sampai saat ini belum ada kesepakatan diantara para ahli maupun praktisi
manajemen tentang batasan atau definisi manajemen. Para penulis memberikan
definisi menurut kebutuhan atau penekanan maksud masing-masing. Tiadanya
kesepakatan pendapat mengenai batasan manajemen ini merupakan cirri yang biasa
terjadi pada berbagai bidang studi. Namun seperti dikemukakan oleh Aris
Suparman dalam bukunya Dasar-dasar manajemen, perbedaan-perbedaan tersebut
tidak akan merupakan masalah serius bagi mereka yang akan mempelajari
manajemen, dikarenakan hal-hal sebagai berikut :
a.       Sekalipun terdapa banyak definisi namun sebagian besar umumnya
menunjukkan dasar yang hampir sama.
b.      Didalam mempelajari manajemen perlu diketahui bagaimana manajemen
didefinisikan. Namun tidak ada keharusan bagi seseorang untuk sepenuhnya
mengikuti atau menyetujui definisi tersebut.
c.       Apabila untuk mempelajari ataupun mendalami manajemen dipersyaratkan agar
supaya menunggu, yaitu sampai adanya definisi tunggal yang berlaku umum untuk
manajemen, maka kita tidak akan pernah mulai, karena sulit untuk diperoleh
definisi yang bersifat universal.
Untuk memperjelas pengertian manajemen, dibawah ini dikutip beberapa
definisi tentang manajemen. Pendapat-pendapat  berikut ini saling berbeda satu
sama lain walaupun terdapat unsure kesamaannya. Dari perbedaan-perbedaan
pendapat (yang disebabkan karena perbedaan dalam meletakkan titik berat sudut
pandangan) serta kesamaan-kesamaan itu diharapkan dapat diperoleh pandangan
yang lebih jelas dan menyeluruh tentang manajemen ini.

G. R. Terry :
Management is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and
controlling performed to determine and accomplish stated object tives by the use of
human being and other resources. (Manajemen merupakan suatu proses yang khas
yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya).

John D. Millet :
Management is the process of directing and facilitating the work of people
organized in formal group to achieve a desired goal. (Manajemen adalah proses
pembimbingan dan penyediaan fasilitas kerja dari orang-orang yang
terorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki).

Ordway Tead :
Management is the process and agency which direct and guides the operations of
an organization in the realizing of established aims. (Manajemen adalah proses dan
perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan).

Ralph C. Davis :
Management is the function of executive leadership anywere. (Manajemen adalah
fungsi dari setiap pimpinan eksekutif dimanapun posisinya).

John F. Mee :
Management is the art of securing maximum prosperity and happiness for both
employer and employee and give the public the best possible service. (Manajemen
adalah seni mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal supaya
tercapai kesejahteraan dan kebahagiaan maksimal baik bagi pimpinan maupun para
pekerja serta memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada masyarakat).

Robert Tannenbaum dkk. :


The use of formal authority to organize, direct, or control responsible suborninates
in order that all contributions be coordinated in the attainment or and enterprise
purpose. (Penggunaan suatu kekuasaan formal untuk mengorganisasikan,
mengerakkan, atau mengendalikan para bawahan agar supaya semua kontribusi
dapat dikoordinasikan untuk mencapai tujuan perusahaan).

Edwin B. Flippo :
The coordination of all resources through the process of planning and cotrolling of
the enterprise’s operations so that objectives can achieved economically and
effectively. (Koordinasi dari semua sumber daya melalui proses perencanaan dan
pengendalian dari operasi atau kegiatan-kegiatan perusahaan, sehingga sasaran
dapat dicapai secara ekonomis dan efektif).

Dalton E. Mc Farland :
The process by which managers create, direct, maintain and operate purposive
organizations through systematic coordinated cooperative human effort. (Proses
dengan manajer menciptakan, mengarahkan, memelihara serta menjalankan
organisasi melalui kerjasama dari usaha manusia dikoordinasikan secara
sistematis).

Lawrence A. Appley :
Management is the art of getting things through the effort of other people.
(Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang
lain).

Prajudi Atmosudirdjo :
Manajemen adalah menyelenggarakan sesuatu dengan menggerakkan orang-orang,
uang , mesin-mesin, dan alat-alat sesuai dengan kebutuhan.

Sondang P. Siagian :
Manajemen adalah kemampuan atau ketrampilan untuk memperoleh sesuatu hasil
dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.

The Liang Gie :


Manajemen adalah rangkaian perbuatan menggerakkan orang-orang dan
menggerakkan fasilitas-fasilitas dalam suatu usaha kerjasama sekelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu.
M. Manullang :
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan,
pengarahan, dan pengawasan dari sumberdaya, terutama sumberdaya manusia
untuk mencapai tujuan yang sudah dietapkan terlebih dahulu.

Malayu SP Siagian :
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.
Kesimpulan umum yang dapat ditarik dari pelbagai macam definisi diatas
adalah :
a.       Yang disebut manajemen itu ada atau terjadi di dalam suatu organisasi.
b.      Dalam pengertian manajemen selalu terkandung adanya suatu atau beberapa
tujuan tertentu yang akan dicapainya.
c.       Dalam mencapai tujuan itu melibatkan manusia dan sumber-sumber alinnya.
d.      Dalam mencapai tujuan itu dilakukan dengan melalui tahap-tahap kegiatan atau
proses tertentu.
e.       Pencapaian tujuan yang melibatkan manusia serta sumber-sumber lainnya itu
dilakukan dengan cara yang paling efisien.
f.       Manajemen itu tidak berwujud, hanya dapat dilihat hasil-hasilnya.
g.      Manajemen adalah suatu alat untuk mencapai tujuan, bukan suatu tujuan.
h.      Karena manajemen itu diterapkan atau terjadi pada setiap organisasi, maka
istilah manajemen diterapkan secara luas misalnya : manajemen rumah sakit,
manajemen universitas, manajemen kepegawaian, manajemen keuangan,
manajemen industri, manajemen pemasaran, manajemen transportasi, dan
sebagainya.
i.        Manajemen adalah proses yang sistematis, terkoordinasi dan kooperatif dalam
usaha-usaha memanfaatkan suber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
j.        Manajemen adalah ilmu dan sekaligus juga seni.
k.      Setiap orang sebenarnya terlibat kegiatan manajemen sebab pada hakekatnya
tidak ada seorang pun yang tidak terlibat organisasi.

C.  Macam-Macam Pengertian Manajemen


Bila dipelajari dari berbagai literature manajemen, maka akan nampak
bahwa istilah manajemen memiliki tiga pengertian. Pertama, manajemen sebagai
suatu proses. Seperti dikatakan oleh John D. Millet, Ordway Tead, George R.
Terry dan Dalton E. McFarland. Juga dalam Encyclopedia of the Social Sciences
dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses yang dengan prose situ
pelaksanaan suatu tujuan yang telah ditentukan diselenggarakan dan diawasi. Suatu
proses adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen
didefinisikan sebagai proses karena manajer, tanpa memperdulikan kecakapan atau
ketrampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang
saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Proses
tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, menurut G. R. Terry, yaitu
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian (definisi lain
mungkin mencakup daftar kegiatan yang lebih banyak).
Kedua, manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas pengelolaan. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan
manajemen dalam suatu organisasi tertentu disebut Manajemen (dalam pengertian
jamak atau plural). Peter F. Drucker dalam bukunya Management, Tasks,
Responsibility and Practices (yang diterjemahkan oleh LPPM Jakarta)
mengemukakan : Manajemen harus memberikan arah – jurusan kepada lembaga
yang dikelolanya. Ia harus memikirkan secara tuntas misi lembaga itu, menetapkan
sasaran-sasarannya dan mengorganisasi sumber-sumber daya untuk tujuan-tujuan
yang telah digariskan oleh lembaga. Sesungguhnya manajemen bertanggung jawab
terhadap pengarahan visi serta sumber-sumber daya ke jurusan hasil-hasil yang
paling besar dan efisien. Dari pengertian itu tampak bahwa Peter F. Drucker
memberi pengertian manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan
aktivitas pengelolaan. Dalam pengertian tunggal atau singular disebut manajer.
Manajer adalah pejabat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya aktivitas-
aktivitas manajemen agar tujuan unit yang dipimpinnya tercapai dengan
menggunakan bantuan orang lain. Pada umumnya kegiatan-kegiatan manajer atau
manajemen itu, menurut Henry Fayol, adalah planning, organizing, commanding,
coordinating, dan controlling.
Ketiga, manajemen sebagai ilmu dan seni. Selisih pendapat diantara para
ahli dan penulis manajemen, yaitu apakah manajemen termasuk ilmu ataukah seni,
sampai sekarang masih berlangsung terus. Luther Gullick dalam tulisannya
“Management is a Science” mendefinisikan manajemen sebagai suatu bidang ilmu
pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa
dan bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat
system kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. Menurut Gullick
manajemen telah memenuhi persyaratan untuk disebut bidang ilmu pengetahuan,
karena telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah diorganisasi menjadi suatu
rangkaian teori. Chester I. Bernard dalam bukunya The Functions of the Executive
antara lain menyatakan bahwa manajemen adalah suatu “seni” dan juga adalah
“ilmu”. Dalam fungsinya sebagai “seni” adalah untuk mencapai tujuan-tujuan
nyata, mendatangkan hasil atau manfaat, menghasilkan keadaan-keadaan yang
tidak dapat dicapai tanpa usaha-usaha yang sadar untuk mencapai hal-hal yang
pasti. Dalam fungsinya sebagai “ilmu” adalah untuk menjelaskan fenomena-
fenomena, kejadian-kejadian, dan keadaan-keadaan masa lalu. Didalam hal ini
tujuannya tidaklah untuk menghasilkan keadaan-keadaan ataupun kejadian-
kejadian yang khas, akan tetapi penjelasan-penjelasan yang bersifat deskriptif.
Henry Fayol dalam karyanya yang berjudul General and Industrial Management
(buku aslinya berjudul Administration Industrille et Generale) juga mengakui
bahwa manajemen sebagai “seni” maupun “ilmu”. Demikian pula Harold Koontz
& Cyrill O. Donell dalam karyanya yang berjudul Principles of Management juga
berpendapat bahwa manajemen adalah “seni” dan sekualigus juga “ilmu”.

D.  Fungsi Manajemen
Manajemen oleh para penulis dibagi atas beberapa fungsi, pembangian
fungsi-fungsi manajemen ini tujuannya adalah:
1.      Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur
2.      Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam
3.      Untuk menjadi pedoman pelaksanaan proses manajemen bagi manajer
Fungsi-fungsi manajemen adalah serangkaian kegiatan yang dijalankan
dalam manajemen berdasarkan fungsinya masing-masing dan mengikuti satu
tahapan-tahapan tertentu dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen,
sebagaimana diterangkan oleh Nickels, McHug and McHugh (1997), terdiri dari
empat fungsi, yaitu:

a)      Perencanaan
Perencanaan atau Planning, yaitu proses yang menyangkut upaya yang
dilaku-kan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan
penentuan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan
organisasi. Di antara kecenderungan dunia bisnis sekarang, misalnya, bagaimana
merencanakan bisnis yang ramah lingkungan, bagaimana merancang organisasi
bisnis yang mampu bersaing dalam persaingan global, dan lain sebagainya.
b)     Pengorganisasian
Pengorganisasian atau Organizing, yaitu proses yang menyangkut
bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain
dalam sebuah struktur organisasi yang cepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam
orga¬nisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan
organisasi.

c)      Pengimplementasian
Pengimplementasian atau Directing, yaitu proses implementasi program agar
bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar
semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh
kesadaran dan produktivitas yang tinggi.

d)     Pengendalian
Pengendalian dan Pengawasan arau Controlling, yaitu proses yang dilakukan
untuk memastikan seluruh rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
di¬organisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang
diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis
yang dihadapi.
Banyak ahli yang berbeda pandangan mengenai fungsi manajemen akan
tetapi esensinya tetap sama, bahwa:

1)      Manajemen terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari tahapan-tahapan
tertentu yang berfungsi untuk mencapai tujuan organisasi.
2)      Setiap tahapan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pencapaian tujuan
organisasi
Secara diagramatis, jika kita kaitkan antara tujuan organisasi (yang harus
dicapai secara efektif dan efisien) dan sumber-sumber daya organsaisi dengan
fungsi-fungsi manajemen yang baru saja diterangkan, maka dapat dilihat pada
Gambar berikut ini:
Gambar tersebut menerangkan bahwa fungsi-fungsi manajemen diperlukan
agar keseluruhan sumber daya organisasi dapat dikelola dan dipergunakan secara
efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Kegiatan-kegiatna dalam fungsi menajamen


e)      Fungsi Perencanaan (Planning)
a)      Menetapkan tujuan dan target bisnis
b)      Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target bisnis tersebut
c)      Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
d)     Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target
bisnis
f)       Fungsi Pengorganisasian (Organizing)
a)      Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan amenetapkan tugas, dan
menetapkan rposedur yang diperlukan
b)      Menetapkan struktur ornganisasi yang menunjukkan adanya garis kewenangan
dan tanggung jawab
c)      Kegiatna perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan pengembangan sumber daya
mansuia/tenaga kerja
d)     Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat
g)      Fungsi pengimplementasian (Directing)
a)      Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberian
motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan
b)      Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan menjelaskan
kebijakan yagn ditetapkan
h)      Fungsi Pengawasan (Controlling)
a)      Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan
b)      Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin
ditemukan
c)      Melakukan berbagai alternatif solusi atas bnerbagai masalah yang terkait dengan
pencapaian tujuan dan target bisnis.

E. Prinsip manajemen
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang
berubah.Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal
dari Perancis, prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari

1. Pembagian kerja (Division of work)


2. Wewenang dan tanggung jawab (Authority and responsibility)
3. Disiplin (Discipline)
4. Kesatuan perintah (Unity of command)
5. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)
6. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri
7. Penggajian pegawai
8. Pemusatan (Centralization)
9. Hirarki (tingkatan)
10.Ketertiban (Order)
11.Keadilan dan kejujuran
12.Stabilitas kondisi karyawan
13.Prakarsa (Inisiative)
14.Semangat kesatuan, semangat korps

F.  Pentingnya Manajemen Bagi Organisasi


Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karena tanpa manajemen,
semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alas an
utama diperlukannya manajemen (T. Hani Handoko, 1990) :

1.      Untuk mencapai tujuan organisasi.


2.      Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan,
sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak
yang berkepentingan dalam organisasi, seperti pemilik dan karyawan, pelanggan,
konsumen, masyarakat dan pemerintah.
3.      Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur
dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum digunakan adalah
dengan melihat efisiensi dan efektivitasnya.
Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua tipe organisasi. Kalau
dilihat dalam praktek, maka manajemen dibutuhkan dimana saja orang-orang
bekerjasama (dalam organisasi) untuk mencapai tujuan bersama.Sebagai ilmu
pengetahuan, manajemen bersifat universal dan menggunakan kerangka ilmu
pengetahuan yang sistematis, mencakup kaidah-kaidah, prinsip-prinsip, dan
konsep-konsep yang cenderung benar dalam semua situasi manajerial.
Kaidah adalah kebenaran fundamental atau kebenaran yang dapat dipercaya
pada suatu masa tertentu, yang menjelaskan dua atau lebih perangkat kejadian
(variabel). Kaidah adalah juga suatu pernyataan atau kebenaran yang fundamental
untuk digunakan sebagai pedoman berpikir atau melakukan kegiatan. Kaidah-
kaidah ada yang sifatnya preskriptif (menganjurkan), deskriptif (menggambarkan
atau menunjukkan apa adanya, dan normatif) (Sigit, 1984). Prinsip adalah suatu
pernyataan yang berlaku umum bagi sekelompok gejala atau fenomena tertentu
yang mampu menjelaskan kejadian. Konsep adalah gambaran abstrak tentang suatu
gejala atau fenomena, baik gejala sosial maupun gejala alami (Ibnu Samsi, 1988).
Ilmu pengetahuan manajemen dapat diterapkan dalam semua organisasi
manusia, seperti perusahaan, pemerintahan, pendidikan, sosial, keagamaan, dan
lain-lainnya. Sehingga bisa disimpulkan, bila seorang manajer mempunyai
pengetahuan dasar manajemen dan mengetahui cara menerapkan pada situasi yang
ada, dia akan dapat melakukan fungsi-fungsi manajerial secara efektif dan
dilakukan secara efisien.
Efektivitas dan efisiensi adalah pedoman utama dan merupakan norma
dalam manajemen, artinya harus diusahakan dan harus dilaksanakan. Efektivitas
berhubungan dengan pencapaian tujuan. Apakah tujuan telah dicapai dan apakah
tujuan itu tepat ? Efektivitas tidak bersangkutan dengan pengorbanan untuk
pencapaian tujuan. Sedangkan efisiensi berhubungan dengan pengorbanan untuk
mencapai tujuan itu. Pengorbanan dimaksud disini adalah berupa pikiran, waktu,
tenaga, uang, ruang, alat, bahan, dan lainnya. Efisiensi adalah perbandingan terbaik
antara usaha dan hasil yang diperoleh dari usaha tersebut. Apabila yang dilakukan
oleh manajer ternyata menunjukkan dengan cara yang tidak efisien dengan hasil
yang tidak efektif, maka yang dilaksanakan itu bukanlah manajemen dalam arti
yang benar, melainkan disebut kesalahan manajemen atau mismanajement.
G.  Manajemen dan Administrasi
Istilah “administrasi” dalam bahasa Indonesia memiliki dua pengertian,
yakni administrasi dalam arti sempit dan administrasi dalam arti luas. Administrasi
dalam arti sempit yakni sebagai pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatan tulis
menulis atau surat menyurat yang meliputi menerima, mencatat, menghimpun,
mengolah, menggandakan, mengirim dan menyimpan, dokumentasi, registrasi,
kearsipan, dan sejenisnya atau lazim disebut tata usaha (office work). Administrasi
dalam arti demikian merupakan terjemahan dari istilah dalam bahasa Belanda
“administratie”.
Disamping itu dikenal pula istilah administrasi dalam arti luas yaitu
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “administration”. Tentang asal usul
kata administrasi (dalam bahasa Inggris “administration”) ditilik dari etimologinya
berasal dari bahasa Latin “ad + ministrare”, suatu kata kerja yang berarti to serve
atau melayani, membantu atau memenuhi. Dari kata kerja ini timbullah kata
sifatnya “administrativus”. Jadi secara etimologi administrasi (administration)
berarti melayani dengan sebaik-baiknya. Dalam pengertian ini administrasi
diartikan sebagai segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok
yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama untuk mencapai tujuan
tertentu. Administrasi itu sendiri  bukanlah merupakan kegiatan pokok tetapi
merupakan kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pokok.
Istilah manajemen dan administrasi dalam arti yang luas (administration)
sering diartikan sama tetapi sering juga diartikan berbeda. Ada yang berpendapat
bahwa manajemen hanya merupakan salah satu unsur saja dari administrasi. The
Liang Gie (1983) misalnya, ia mengemukakan bahwa administrasi terdiri dari
delapan unsur yaitu organisasi, manajemen, komunikasi, informasi, personalia,
finansial, budgeting, dan hubungan masyarakat. Pendapat lain menyatakan bahwa
manajemen dan administrasi pada hakekatnya sama, berbeda hanya dalam hal
panerapannya saja, karena yang disebut administrasi itu biasanya digunakan di
kalangan pemerintah sedangkan manajemen digunakan di kalangan swasta.
Suhardi Sigit (1984) menyarankan istilah administrasi sebaiknya digunakan di
kalangan jawatan resmi pemerintah, sedangkan manajemen digunakan di kalangan
businessatau private. Sementara itu Dwight Waldo (1986) berpendapat bahwa
administrasi dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi statis dan sisi dinamis. Sisi statis
dari administrasi adalah organisasi. Organisasi dapat diibaratkan sebagai anatomi
dari administrasi. Sedangkan sisi dinamis dari administrasi adalah manajemen.
Manajemen dapat diibaratkan sebagai fisiologi dari administrasi. Kategorisasi
administrasi dalam organisasi dan manajemen merupakan cara melihat atas suatu
gejala yang sama. Organisasi melihat administrasi dalam keadaan statis dan
memberikan pola, sedangkan manajemen melihat administrasi dalam keadaan
dinamis atau bergeraknya. Pendapat lain menyatakan bahwa administrasi
(administration) merupakan suatu unsur atau bagian dari manajemen. Misalnya
E.F.L. Brech, seperti dikutip oleh Soehardi Sigit (1984), menyatakan bahwa
(administration) itu adalah bagian dari manajemen yang bersangkutan dengan
penerapan dan pelaksanaan prosedur-prosedur, dengan cara mana program,
rencana dan target diletakkan dan dikomunikasikan, serta kemajuan aktivitas diatur
dan diperiksa.

H. Manajemen risiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian
aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk
mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/
pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah
memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek
negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.
Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh
penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta
tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang
dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko
yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat
yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman
yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di
sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi
manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan
organisasi).

Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen


risiko dapat diklasifikasi menjadi
i)      Risiko Operasional
j)      Risiko Hazard
k)    Risiko Finansial
l)      Risiko Strategik
                                   
Hal ini menimbulkan ide untuk menerapkan pelaksanaan Manajemen Risiko
Terintegrasi Korporasi (Enterprise Risk Management).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan di atas penulis dapat mengambil sebuah kesimpulan


bahwa manajemen merupakan sebuah ilmu dan seni yang mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Adapun fungsi-fungsi manajemen meliputi beberapa hal yaitu:


1)      Planning merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn pendefinisian sasaran
utk kinerja organisasi di masa depan dan utk memutuskan tugas-tugas dan sumber
daya-sumber daya yg digunakan yg dibutuhkan utk mencapai sasaran tersebut.
2)      Organizing merupakan fungsi manajemen yg berkenaan dgn penugasan
mengelompokkan tugas-tugas ke dalam departemen-departemen dan
mengalokasikan sumber daya ke departemen.
3)      Leading fungsi manajemen yg berkenaan dgn bagaimana menggunakan
pengaruh utk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi.
4)      Controlling fungsi manajemen yg berkenaan dgn pengawasan terhadap aktivitas
karyawan menjaga organisasi agar tetap berada pada jalur yg sesuai dgn sasaran
dan melakukan koreksi apabila diperlukan.

B. Saran
Makalah ini dibuat untuk memberi motivasi pada pembaca agar pembaca
dapat lebih memahami tentang manajemen. Semoga makalah ini berguna, saran
dan kritiknya saya harapkan dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
https://www.edudetik.com/2013/12/makalah-manajemen-pengertian-
dan-fungsi.html
MAKALAH FUNGSI MANAJEMEN

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Manajemen sering didefinisikan sebagai "pencapaian tujuan melalui orang


lain". Kedengarannya memang terlalu sederhana, akan tetapi memberi kita
gambaran tentang beberapa hal mendasar. Yang pertama berkaitan dengan
"pencapaian tujuan". Manajemen selalu berkaitan dengan sebuah usaha untuk
mencapai tujuan tertentu dan bukan semata-mata sebuah posisi atau jabatan di
dalam perusahaan. Banyak orang memiliki jabatan "manajer", akan tetapi dalam
kenyataannya mereka hanya menjalankan kedudukan dan bukan mengarahkan
sesuatu ke arah pencapaian tujuan yang tertentu. Pokok yang kedua adalah
berkaitan dengan aspek "melalui orang lain".
Meskipun setiap manajer memang memiliki tugas-tugas khusus yang hanya
bisa dilakukan olehnya, peran seorang manajer lebih didasarkan pada kenyataan
bagaimana dia mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas bawahannya.
Dalam arti ini, seorang manajer seharusnya lebih mementingkan pencapaian hasil
dari para bawahannya daripada prestasinya sendiri. Sebab pencapaian hasil
bersama itulah yang menentukan keberhasilan dari organisasi secara keseluruhan.

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskan


beberapa permasalahan yang menjadi pembahasan pada makalah ini, yaitu :

1.    Bagaimanakah Pengertian Dari Manajemen ?

2.    Bagaimanakah Fungsi Manajemen Secara Umum, Dan  Menurut Beberapa Ahli ?

C.    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
dan pengetahuan kita tentang manajemen dan fungsinya berdasarkan pendapat
beberapa ahli yang ada.
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Manajemen

Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang artinya


seni melaksanakan dan mengatur. Menurut Mary Parker Follet,  manajemen
sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti
bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk
mencapai tujuan organisasi.[1]

Menurut Ricky W. Griffin : sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,


pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals)
secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Istilah manajemen mengandung tiga pengertian yaitu :

1.    Manajemen sebagai suatu proses

2.    Manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas


manajemen

3.    Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai ilmu pengetahuan (Science)

B.  Fungsi Manajemen (Management Functions)

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan


melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer
dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Terdapat beberapa fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para pakar.


Fungsi-fungsi manajemen menurut beberapa para pakar adalah serangkaian
kegiatan yang dijalankan mengikuti suatu tahapan-tahapan tertentu dalam
pelaksanaannya.[2]

Pendapat lain bahwa fungsi Manajemen ialah berbagai jenis tugas atau
kegiatan manajemen yang mempunyai peranan khas dan bersifat saling menunjang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berikut ini fungsi – fungsi menurut empat ahli, yaitu[3] :

1.    Fungsi Manajemen Menurut The Liang Gie

Dalam melakukan pekerjaannya, menurut The Liang Gie (1983), para


Manajer biasanya melakukan 6 (enam) pola perbuatan:
a.    Perencanaan atau Planning yaitu Menggambarkan di muka, hal-hal yang harus
dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan.

b.    Pembuatan Keputusan atau Decision Making yaitu Melakukan pemilihan di


antara pelbagai kemungkinan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan,
pertentangan-pertentangan, dan keragu-raguan yang timbul dalam proses
penyelenggaraan usaha kerjasama itu.

c.    Pembimbingan atau Directing yaitu Memerintah, menugaskan, memberi arah,


dan menuntun bawahan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan.

d.   Pengkoordinasian atau Coordinating Yaitu Menghubungkan, menyatupadukan,


dan menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya sehingga semuanya berlangsung
secara tertib dan seirama menuju arah tercapainya tujuan tanpa terjadi kekacauan,
percekcokan, kekembaran, atau kekosongan kerja.

e.    Pengendalian atau Controlling yaitu Memeriksa, mencocokkan, dan


mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang
ditetapkan dan hasil yang dikehendaki.

f.     Penyempurnaan atau Improving yaitu Memperbaiki kekurangan-kekurangan dan


ketidaktepatan-ketidaktepatan yang timbul pada struktur organisasi dan tata kerja
sewaktu berlangsungnya proses penyelenggaraan usaha kerja sama itu. Di dalam
pelaksanaannya, perlu pimpinan yang tegas sebagaimana telah diterangkan. Tanpa
pimpinan yang tegas, pembangunan tak akan berjalan dengan lancar.

2.    Fungsi Manajemen Menurut Hendry Fayol


Ada 5 fungsi Manajemen (PO3C), yang terdiri dari :

a.    Perencanaan (planning) berupa penentuan langkah-langkah yang memungkinkan


organisasi mencapai tujuan-tujuannya.

b.    Pengorganisasian dan (organizing), dalam arti mobilisasi bahan materiil dan


sumber daya manusia guna melaksanakan rencana.

c.    Memerintah (Commanding) dengan memberi arahan kepada karyawan agar dapat


menunaikan tugas pekerjaan mereka.

d.   Pengkoordinasian (Coordinating) dengan memastikan sumber-sumber daya dan


kegiatan organisasi berlangsung secara harmonis dalam mencapai tujuannya.

e.    Pengendalian (Controlling) dengan memantau rencana untuk membuktikan


apakah rencana itu sudah dilaskanakan sebagaimana mestinya.

3.    Fungsi Manajemen Menurut George R. Terry

Fungsi Manajemen menurut Geroge Terry disingkat POAC. Terry


mendefinisikan manajemen dalam bukunya Principles of Management yaitu
“Suatu proses yang membedakan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni demmi mencapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya”.

Dari definisi Terry itulah kita bisa melihat fungsi manajemen menurutnya.
Berikut ini adalah fungsi manajemen menurut Terry:

a.    Perencanaan (planning) yaitu sebagai dasar pemikiran dari tujuan dan


penyusunan langkah-langkah yang akan dipakai untuk mencapai tujuan.
Merencanakan berarti mempersiapkan segala kebutuhan, memperhitungkan
matang-matang apa saja yang menjadi kendala, dan merumuskan bentuk
pelaksanaan kegiatan yang bermaksuud untuk mencapai tujuan.

b.    Pengorganisasian (organization) yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan orang-


orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam
pekerjaan yang sudah direncanakan.

c.    Penggerakan (actuating) yaitu untuk menggerakan organisasi agar berjalan sesuai


dengan pembagian kerja masing-masing serta menggerakan seluruh sumber daya
yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan bisa
berjalan sesuai rencana dan bisa memcapai tujuan.

d.   Pengawasan (controlling) yaitu untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi


ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi penggunaan sumber
daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa ada yang
melenceng dari rencana.

Hakikat dari fungsi manajemen dari Terry adalah apa yang direncakan, itu
yang akan dicapai. Maka itu fungsi perencanaan harus dilakukan sebaik mungkin
agar dalam proses pelaksanaanya bisa berjalan dengan baik serta segala
kekurangan bisa diatasi. Sebelum kita melakukan perencanaan, ada baiknya
rumuskan dulu tujuan yang akan dicapai.

4.    Fungsi Manajemen Menurut James A.F. Stoner

Dalam buku “Manajemen” dari James A.F. Stoner Jilid 1 terbitan bahasa


Indonesia, Stoner mengatakan bahwa “Manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan”.
Sekarang jelas bahwa fungsi manajemen menurut Stoner ada empat yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading),
dan pengendalian (Controlling). Kemudian Stoner merumuskan keempat fungsi
manajemen itu sebagai berikut:

a.    Perencanaan (planning) menunjukan bahwa para manajer memikirkan tujuan dan


kegiatannya sebelum melaksanakannya. Kegiatan mereka biasanya berdasar suatu
cara, rencana, atau logika, bukan asal tebak saja.

b.    Pengorganisasian (organization) berarti para manajer itu mengkoordinir sumber


daya manusia dan sumber daya bahan yang dimiliki organisasi. Sejauh mana
efektifnya suatu organisasi tergantung pada kemampuannya untuk mengerahkan
sumber daya yang ada dalam mencapai tujuannya. Tentu saja, dengan makin
terpadu dan makin terarahnya pekerjaan akan menghasilkan makin efektifnya
organisasi. Mendapatkan koordinasi yang sedemikian itu adalah salah satu tugas
manajer.

c.    Memimpin (to lead) menunjukan bagaimana para manajer mengarahkan dan


mempengaruhi bawahannya, menggunakan orang lain untuk melaksanakan tugas
tertentu, Dengan menciptakan suasana tepat, mereka membantu bawahannya
bekerja sebaik mungkin.

d.   Pengendalian (controlling) berarti para manajer berusaha untuk meyakinkan


bahwa organisasi bergerak dalam arah tujuan. Apabila salah satu bagian dari
organisasi menuju arah yang salah, para manajer berusaha untuk mencari sebabnya
dan kemudian mengarahkannya kembali ke tujuan yang benar.
BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Manajemen sering didefinisikan sebagai "pencapaian tujuan melalui orang


lain". Maksudnya adalah pertama berkaitan dengan "pencapaian tujuan".
Manajemen selalu berkaitan dengan sebuah usaha untuk mencapai tujuan tertentu
dan bukan semata-mata sebuah posisi atau jabatan di dalam perusahaan. Kedua
adalah berkaitan dengan aspek "melalui orang lain". Sebagai sebuah aktivitas,
manajemen selalu menyangkut orang-orang lain, yakni bawahan-bawahan; dan
pada usaha untuk mengarahkan atau mengkoordinasi kerja dari orang-orang
tersebut.
Secara umum fungsi – fungsi yang dijalankan manajemen adalah
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing dan staffing), pengarahan
dan pengimplementasian (directing/leading) dan pengawasan atau
pengendalian (controlling).

Pada pelaksanaannya, fungsi-fungsi manajemen yang dijalankan menurut


tahapan tertentu akan sangat berbeda jika didasarkan pada fungsi operasionalnya.
secara operasional, fungsi planning untuk sumber daya manusia akan berbeda
dengan fungsi planning untuk sumber daya fisik/alam, dan sebagainya.

B.  Saran

Apabila kita memilih menjadi seorang yang bergerak dibidang manajemen,


kita harus memahami betul-betul fungsi dari semua bagian dari sistem manajemen.
Agar tidak terjadi kesalah-fahaman antara bagian satu dengan yang lainnya.
Karena banyaknya pandangan mengenai fungsi-fungsi dasar manajemen, sebagai
seorang manager suatu bisnis sebaiknya hanya mengikuti satu fungsi dasar saja
sebagai alur yang akan kita pakai dalam bisnis tersebut agar tidak terjadi kesalah-
fahaman antara bagian perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing dan
staffing), pengarahan dan pengimplementasian (directing,/ leading) dan
pengawasan atau pengendalian (controlling).

DAFTAR PUSTAKA

Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hal. 22-


23

Trisnawati Sule, Ernie, Pengantar Manajemen, (KEncana: Jakarta), hal. 8

                     http://tiararti.blogspot.com/2013/10/makalah-fungsi-
manajemen_6623.html.Diakses pada tanggal 03 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai