TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Definisi
Tennis elbow adalah suatu kondisi kerusakan pada tendon otot yang
berfungsi menekuk pergelangan tangan kearah belakang menjauhi telapak
tangan, yang menyebabkan nyeri pada lengan bawah (Helmi, 2012). Dulu,
sindroma ini diperkenalkan dengan nama lawn tennis arm oleh Morris pada
1882. Setahun kemudian, Mayor menyingkat istilah itu menjadi tennis
elbow (Bojanic, 2004).
Tennis elbow dapat terjadi karena otot-otot tersebut digunakan secara
terus-menerus sehingga terjadi kerusakan yang semakin lama semakin
melebar dan gejala yang dirasakan menjadi lebih parah (Harris, 1997).
Berdasar gambaran klinis, tennis elbow dibagi menjadi 4 tipe, yaitu (1)
tipe 1, adanya kerusakan pada suprakondilar atau tepatnya pada otot
ekstensor karpi radialis longus, (2) tipe 2, adanya kerusakan pada otot
ekstensor karpi radialis brevis pada bagian tenoperiosteal, (3) tipe 3,
adanya kerusakan pada bagian tendon dari otot-otot ekstensor, (4) tipe 4,
adanya kerusakan pada perut ototnya. Mungkin juga tennis elbow
merupakan kombinasi dari kerusakan tendo otot ekstensor karpi radialis
brevis dan longus (Coninck, 2012).
Otot ekstensor karpi radialis brevis biasanya paling sering mengalami
kerusakan karena terletak paling lateral, mengalami kontraksi otot paling
tinggi saat melakukan aktivitas sehari-hari dan berkontraksi lebih saat
melakukan backhand selama bermain tenis (Johnson, 2012).
2. Anatomi fungsional sendi siku
Sendi siku atau articulatio cubiti dibentuk oleh beberapa tulang, otot,
ligamen, struktur persendian dan diinervasi oleh beberapa saraf. Sendi siku
terdiri dari art.humeroulnaris, art.humeroradialis dan art.radioulnaris
proksimal.
a) Tulang pembentuk sendi siku
7
8
a. Tulang Humerus
Ujung distal korpus humeri melebar, pada pinggir luar terdapat
epikondilus lateralis, pinggir dalam terdapat epikondilus medialis, dan
bagian belakang terdapat sulkus nervi ulnaris (Syaifuddin, 2002).
b. Tulang Ulna
Tulang panjang berbentuk prisma terletak sebelah medial lengan
bawah sejajar dengan tulang radius (Syaifuddin, 2002).
c. Tulang Radius
Tulang radius terletak disepanjang lateral dari ulna dan mempunyai
dua ujung (ekstremitas) yaitu ekstremitas proksimalis dan distalis radii
(Syaifuddin, 2002).
b) Ligamentum pada sendi siku
Ligamen pada sendi siku terdiri dari ligamen kolateral ulna, ligamen
kolateral radial dan ligamen annular radii . Ligamen kolateral ulna
berbentuk tebal dan berhubungan dengan otot triceps brakhii, fleksor
karpi ulnaris, nervus ulnaris merupakan origo dari otot fleksor digitorum
sublimis. Ligamen kolateral radial menghubungkan epikondilus lateralis
humeri dengan ligamen ulnar berhubungan dengan tendo otot supinator
(Syaifuddin, 2002). Ligamen annular radii memiliki fungsi utama untuk
menstabilkan sendi proksimal radioulnar (Wolf 2002).
(1) Ligamentum collaterale lateral
Ligamen ini merupakan ligamen yang kuat dan terletak pada tepi
radial. Ligamen tersebut merupakan bundle yang kuat melekat pada
epicondylus lateralis humeri dan berjalan kearah distal, sebagian
melekat pada ulna dan sebagian lagi melekat pada ligamen annulare.
(2) Ligamentum collaterale medial
Ligamen ini berbentuk segitiga datar yang kuat. Ligamen ini terdiri
dari tiga bagian yaitu :
(a) Pars anterior melekat pada epicondylus medialis humeri ke
processus coronoideus humeri.
9
2
3
7
Gambar 2.1
Komponen ligamen kolateral lateral sendi siku kanan (Neumann, 2003,).
Keterangan Gambar 2.1 :
1. Humerus
2. Ligamen annular
3. Radius
4. Ulna
5. Puncak otot supinator
10
Gambar 2.2
Otot-otot lengan bawah tampak lateral (Bojanic, 2004).
Keterangan gambar :
1. Epikondilus lateralis
2. Otot brakhioradialis
3. Otot ekstensor karpi radialis brevis
4. Otot ekstensor karpi radialis longus
5. Otot ekstensor digitorum komunis
6. Retinaculum ekstensorum
d) Struktur mikroskopis otot rangka
Secara mikroskopis sel otot rangka terdiri atas sarkolema atau
membran sel serabut otot yang terdiri atas membran sel yang disebut
membran plasma dan sebuah lapisan luar yang terdiri atas satu lapisan
12
1
2
3
10 9 4 5 4
8
7
6
Gambar 2.3
a. Osteokinematika
Pada bagian ini akan dibahas mengenai gerakan aksis sendi dan
Lingkup Gerak Sendi (LGS)
1) Sendi Siku
a. Fleksi dan Ekstensi
Bergerak pada bidang sagital dengan aksis frontal dari Lingkup
Gerak Sendi normal yaitu dari posisi awal 00 ditulis S : 00 - 00 –
1450 (tidak ada hiperekstensi), gerakan di luar batas 100 di bawah
posisi dasar 00 disebut hiperekstensi sehingga ditulis S : 100 – 00 –
1450
b. Rotasi Lengan Bawah
Gerakan memutar kearah medial atau lateral, dengan posisi awal
00 (posisi netral) bila dorsum tangan pararel terhadap aksis
longitudinal dari pergelangan tangan, dengan siku menempel pada
tubuh dengan fleksi 900, supinasi 850 dan pronasi 900 ditulis R : 850
– 00 – 900
2) Sendi Pergelangan Tangan
a. Fleksi dan Ekstensi
Bergerak pada bidang sagital dengan aksis frontal untuk ekstensi
800 dan fleksi 900, ditulis R : 850 – 00 - 900
b. Radial dan Ulnar Deviasi
Bergerak pada bidang frontal dengan aksis sagital Lingkup Gerak
Sendi pada posisi 00 (netral) bila lengan bawah dan jari ketiga
dalam garis lurus. Radial Deviasi 200 (posisi anatomi dengan
telapak tangan abduksi) dan ulnar deviasi (adduksi) 300 ditulis F :
200 – 00 – 300.
4. Perubahan Patologi
a) Etiologi
Tennis elbow umumnya dikenali setelah adanya trauma kecil dan
sering tidak terdeteksi pada otot-otot ekstensor dari lengan bawah
(Buchbinder, 2007). Etiologi tennis elbow antara lain : (1) usia, (2)
gerakan yang kuat dan berulang-ulang, (3) cara bekerja yang buruk, (4)
posisi anatomi tendon ekstensor carpi radialis brevis yang langsung
15
7. Problematika Fisioterapi
Problematika yang muncul dari tennis elbow antara lain :
1. Impairment
Pada tingkat impairment, problematika yang muncul antara lain:
a. Primary problem berupa adanya nyeri pada sendi siku dan terkadang
menyebar sampai ke lengan atas dan lengan bawah (Hudaya, 2002).
Nyeri disebabkan karena aktivitas yang sangat kuat dan
berkepanjangan sehingga merusak jaringan. Adanya stimuli noksius
akan melepaskan zat-zat kimiawi endogen yang selanjutnya akan
mentranduksi stimuli ini menjadi impuls nyeri melalui mekanisme
yang belum diketahui dengan pasti. Ada 3 tipe kimiawi endogen
untuk nyeri, seperti bradikinin, histamine dan prostaglandin.
Pelepasan substansi P dan neuropeptida secara berlebihan akan
membantu terjadinya efek inflamasi di jaringan yang dapat menjadi
kontributor terjadinya nyeri kronik (Parjoto, 2006). Sebagian besar
pasien tidak mengeluhkan nyeri terus-menerus. Kebanyakan pasien
mengeluhkan nyeri bila jaringan atau organ yang rusak mendapat
stimulus, misalnya: sendi yang sakit semakin hebat bila digerakkan.
b. Adanya keterbatasan gerak pada lengan.
Keterbatasan gerak pada lengan timbul karena adanya rasa nyeri,
sehingga pasien tidak ingin bergerak dan beraktivitas. Keadaan ini
dapat menyebabkan perlengketan jaringan dan keterbatasan lingkup
gerak sendi.
c. Penurunan kekuatan otot-otot ekstensor lengan
Apabila tennis elbow sudah berlangsung kronik, dapat terjadi
penurunan kekuatan otot-otot ekstensor lengan. Ini disebabkan
karena otot ekstensor lengan jarang digerakkan. Penurunan kekuatan
18
B. Teknologi Intervensi
1. Ultrasound
Ultrasound therapy adalah suatu terapi menggunakan gelombang suara
dengan frekuensi lebih dari 20000 Hz. Bunyi ini tidak dapat didengar oleh
20
manusia tetapi dapat berguna dalam bidang kesehatan antara lain untuk
terapi pada frekuensi 0,7-3,3 MHz (Sujatno, dkk, 2002) .
a. Mesin ultrasound
Mesin ultrasound terdiri dari dua sirkuit, yaitu primer dan sekunder.
Sirkuit primer merupakan sebuah generator yang menghasilkan arus
bolak balik berfrekuensi tinggi. Sirkuit primer ini akan dihubungkan
dengan bahan piezo-electric yang terdapat di dalam treatment head,
yang disebut sirkuit sekunder. Frekuensi dari sirkuit sekunder harus
sama dengan sirkuit primer. Frekuensi dari sirkuir sekunder ditentukan
oleh ketebalan dari bahan piezo-electric sehingga ketebalan dari bahan
piezo-electric harus disesuaikan dengan frekuensi sirkuit primer yang
sekaligus menentukan frekuensi dari mesin ultrasound tersebut.
Dalam tranduser terdapat pula apa yang disebut area radiasi efektif
(ERA atau Effecting Radiation Area). ERA adalah merupakan suatu data
yang penting untuk menentukan dosis terapi oleh karena itu ERA harus
selalu diukur dan dilaporkan (Sujatno, dkk, 2002).
b. Penyebaran gelombang ultrasound
Penyebaran gelombang ultrasound didalam tubuh manusia timbul
karena adanya dua fenomena yaitu adanya refleksi dan divergensi pada
area divergen. Penyebaran gelombang ultrasound dapat menimbulkan
efek pada jaringan lain diluar daerah pancaran bundle ultrasound akibat
adanya pantulan/refleksi dari media-media yang kuat daya refleksinya
seperti metal, udara, dan jaringan tulang (Sujatno, dkk, 2002).
c. Penyerapan dan penetrasi pada gelombang ultrasound
Jika energi ultrasound masuk kedalam jaringan tubuh maka efek
pertama yang diharapkan adalah efek biologis. Karena adanya
penyerapan energi ultrasound tersebut, semakin dalam gelombang
ultrasound masuk kedalam tubuh maka intensitasnya akan semakin
berkurang dan penetrasi yang dapat dicapai juga berkurang (Sujatno,
dkk, 2002).
Penetrasi terdalam gelombang ultrasound pada jaringan tubuh
dimana efek terapeutik masih bisa diharapkan dinyatakan dengan istilah
penetration depth (P). Pada penetration depth intensitas ultrasound
yang diberikan masih tersisa 10% (Sujatno, dkk, 2002).
21
d. Bentuk gelombang
Bentuk gelombang dari ultrasound antara lain: (a) Continous yaitu
gelombang yang dihantarkan secara terus - menerus (b) Pulsed yaitu
gelombang yang terputus, dengan bentuk pulsa dan lamanya ditentukan
oleh karakteristik mesin yang digunakan (Sujatno, dkk, 2002).
e. Media penghantar
Media penghantar diantara tranduser dan permukaan tubuh sifatnya
mutlak agar energi ultrasound dapat masuk kedalam tubuh. Media
penghantar yang baik harus memenuhi kriteria yaitu bersih dan steril
pada keadaan tertentu, tidak terlalu cair (kecuali metode sub aqual),
tidak cepat terserap kulit, tidak menyebabkan flek-flek, tidak
menimbulkan iritasi kulit, mudah menghantarkan ultrasonic, transparan,
dan murah (Sujatno, dkk, 2002).
f. Efek dari ultrasound
a. Efek panas/thermal
Panas yang dihasilkan tergantung dari nilai frekuensi gelombang
yang dipakai, intensitas dan lama pengobatan. Jaringan yang paling
besar mengabsorbsi panas adalah jaringan dengan komposisi
kolagen tinggi. Efek thermal akan memberikan pengaruh yaitu
memperlancar proses metabolisme, mengurangi nyeri dan muscle
spasme, meningkatkan sirkulasi, dan meningkatkan ekstensibilitas
jaringan lunak (Cameron, 1999).
b. Efek non-thermal
Efek yang pertama kali didapat oleh tubuh adalah efek
mekanik/non-thermal. Gelombang ultrasound menimbulkan adanya
peregangan dan perapatan didalam jaringan dengan frekuensi yang
sama dengan frekuensi dari ultrasound. Efek mekanik ini juga disebut
dengan micro massage. Selain micro massage dihasilkan pula efek
micro streaming. Pengaruhnya terhadap jaringan yaitu menggerakan
cairan disekitar sel dan tissue fibers sehingga meningkatkan
permeabilitas jaringan dan meningkatkan metabolisme (Low, 2000).
g. Teknik aplikasi
a. Kontak langsung
22
i. Dosis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan dosis dengan
penggunaan dosis antara lain :
1) Frekuensi
Frekuensi terapi tergantung pada kondisi pasien, frekuensi 3 Mhz
untuk jaringan superfisial dengan kedalaman 1-2 cm dan frekuensi 1
Mhz untuk jaringan dengan kedalaman lebih dari 5 cm (Cameron,
1999).
2) Intensitas
23
Nilai Keterangan
Tabel 2.2
Kriteria nilai kekuatan otot