Anda di halaman 1dari 35

1

GAMBARAN UMUM BLOK 5

Blok neuromuskuloskeletal dan indera dasar merupakan blok ke 5 dari kurikulum


berbasis kompetensi dengan metoda Problem-Based Learning. Kegiatan blok ini
membutuhkan waktu 4 minggu ditambah 1 minggu untuk evaluasi, dengan muatan 4 SKS.
Dalam blok ini terdapat dua modul, yaitu modul sistem neuromuskuloskeletal dan indera
serta modul sistem muskuloskeletal. Jumlah tutorial dua skenario, pleno dua pertemuan,
kuliah pakar 14 pertemuan dan praktikum sembilan pertemuan. Blok ini berada dalam area
kompentensi sedang.
Blok neuromuskuloskeletal dan indera dasar ini akan memperkenalkan sistem
neuromuskuloskeletal, indera dasar, dan biokimia sebagai salah satu komponen penting
dalam tubuh. Diharapkan akan dapat membantu mahasiswa dalam memahami peran dan
fungsi sistem-sistem tersebutsehingga mampu melakukan korelasi klinikopatologik
berhubungan dengan penyakit sistem ini.

URGENSI BLOK NEUROMUSKULOSKELETAL DAN INDERA DASAR

Blok neuromuskuloskeletal dan indera dasar ini penting dalam proses pembelajaran
untuk menjadi dokter yang berkompeten. Dengan mempelajari blok ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami dan mampu menjelaskankeilmuwan dasar (basic sciences) yang
mencakup anatomi-histologi, fisiologi,biokimia terhadap kelainan/penyakit yang
berhubungan dengan sistem neuromuskuloskeletal, dan indera dasar.

HUBUNGAN DENGAN BLOK SEBELUMNYA

Blok 1 Introduksi dunia kedokteran telah menyediakan dasar yang cukup untuk
memberikan keterampilan belajar, terutama sistematika penelusuran informasi dalam proses
mengembangkan pengetahuan mahasiswa. Kemampuan ini amat diperlukan dalam blok 5
agar setiap mahasiswa mampu menyusun pengetahuan yang baru dan menghubungkannnya
dengan pengetahuan di blok-blok sebelumnya.
Blok 2 Respirasi dan kardiovaskular dasar telah memberikan pemahaman tentang
keterkaitan satu organ dengan lainnya. Dengan dasar ini makin mempermudah mahasiswa
untuk memahami struktur anatomi, dan menjelaskan fisiologi sistem neuromuskuloskeletal
dan indera dasar.
Blok 3 Digestif, endokrin dan metabolik dasar telah memberikan dasar-dasar
mengenai sistem pencernaan, sistem endokrin dan metabolisme pada tubuh manusia yang
memudahkan mahasiswa memahami dan mengaitkan ilmu tersebut dengan struktur dan
fungsi sel-sel dalam konteks sistem neuromuskuloskeletal dan indera dasar.
Blok 4 Urogenital dan reproduksi dasar telah memberikan dasar-dasar mengenai
sistem urogenital dan reproduksi pada tubuh manusia yang memudahkan mahasiswa untuk
memahami tentang keterkaitan satu organ dengan lainnya. Dengan dasar ini makin
mempermudah mahasiswa untuk memahami struktur anatomi-histologi, fisiologi, dan proses
biokimiawisistem neuromuskuloskeletal dan indera dasar.

2
HUBUNGAN DENGAN BLOK BERIKUTNYA

Tema di semester 1 dan 2 adalah pengenalan ilmu kedokteran dasar yang mencakup
anatomi-histologi, fisiologi dasar dari organ-organ tubuh, serta biokimia yang terjadi.
Dengan penguatan dasar materi dari blok ini, maka diharapkan mahasiswa akan lebih mudah
memahami proses patogenesis penyakit pada berbagai organ tubuh manusia. Setelah sistem
neuromuskuloskeletal dan indera dasar, pemahaman di tingkat sistem organ akan terus di
bangun sepanjang tahun pertama ini. Blok 1,2,3, 4 dan 5 akan menjadi dasar yang sangat kuat
bagi blok 6 (hematologi, imunologi, proses infeksi dan inflamasi), dan blok 7 (kehamilan,
persalinan dan neonatus)
Selanjutnya, mahasiswa akan kembali mempelajari mengenai sistem
neuromuskuloskeletal klinis (semester 5) dan sistem indera, hematologi dan immunologi
klinis (semester 5). Penyakit-penyakit neuromuskuloskeletal dan indera dasar yang
memerlukan penanganan segera (emergency), akan di bahas kembali pada semester 4 (tema
emergency).

TUJUAN UMUM
Pada akhir blok ini, mahasiswa diharapkan akan dapat mengenali dan menganalisis
suatu kasus dengan mendalami anatomi-histologi, fisiologi, biokimiawi tubuh sistem
neuromuskuloskeletal dan indera dasar, serta mampu menangani kasus sesuai dengan
kompentensi dokter umum.

TUJUAN KHUSUS
1. Mampu menjelaskan anatomi-histologi, fisiologi, dan biokimiawi sistem
neuromuskuloskeletal, dan indera dasar.
2. Mampu menjelaskan hubungan keterkaitan antara anatomi-histologi dan fisiologi dalam
ruang lingkup sistem neuromuskuloskeletal, dan indera dasar.

AREA KOMPETENSI
Area Kompetensi Yang Akan Dicapai Oleh Mahasiswa:
Area 1 : Profesionalitas yang luhur
1. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab manusia terkait bidang kesehatan
2. Kaidah Dasar Moral dalam praktik kedokteran
3. Profesionalisme dokter (sebagai bentuk kontrak sosial, pengenalan terhadap karakter
profesional, kerjasama tim, hubungan interprofesional dokter dengan tenaga
kesehatan yang lain)

Area 2 : Mawas Diri dan Pengembangan Diri


1. Prinsip pembelajaran orang dewasa (adult learning)
a. Belajar mandiri
b. Berpikir kritis
c. Umpan balik konstruktif

3
d. Refleksi diri

2. Dasar-dasar keterampilan belajar


a. Pengenalan gaya belajar (learning style)
b. Pencarian literatur (literature searching)
c. Penelusuran sumber belajar secara kritis
d. Mendengar aktif (active listening)
e. Membaca efektif (effective listening)
f. Konsentrasi dan memori (concentration and memory)
g. Manajemen waktu (time management)
h. Membuat catatan kuliah (note taking)
i. Persiapan ujian (test preparation)

Area 3 : Komunikasi Efektif.


1. Penggunaan bahsa yang baik, benar dan mudah dimengerti
2. Prinsip komunikasi dalam pelayanan kesehatan
a. Metode komunikasi oral dan tertulis yang efektif
b. Metode untuk memberikan situasi yang nyaman dan kondusif dalam berkomunikasi
efektif
c. Metode untuk mendorong pasien agar memberikan informasi dengan sukarela
d. Metode melakukan anamnesis secara sistematis
e. Metode untuk mengidentifikasi tujuan pasien berkonsultasi
f. Melingkupi biopsikososiokultural spiritual
3. Berbagai elemen komunikasi efektif
a. Komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunikasi masa
b. Gaya dalam berkomunikasi
c. Bahasa tubuh, kontak mata, cara berbicara, tempo berbicara, tone suara, kata-kata
yang digunakan atau dihindari
d. Keterampilan untuk mendengarkan aktif
e. Teknik fasilitasi pada situasi yang sulit, misalnya pasien marah, sedih, takut, atau
kondisi khusus
f. Teknik negosiasi, persuasi, dan motivasi

Area 4 : Pengelolaan Informasi.


1. Teknik keterampilan dasar pengelolaan informasi

Area 5: Landasan Ilmih Ilmu Kedokteran


Menerapkan ketrampilan dasar pengelolaan informasi untuk menghimpun data
relevan menjadi arsip pribadi.

4
DAFTAR MASALAH
Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter berangkat dari keluhan atau masalah
pasien/klien, melalui penelusuran riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
tambahan/penunjang, serta karakteristik pasien, keluarga dan lingkungannya. Dokter
melakukan analisis terhadap masalah kesehatan tersebut untuk kemudian melakukan tindakan
dalam rangka penyelesaian masalah tersebut.
Selama pendidikan dokter, mahasiswa perlu dihadapkan pada berbagai masalah,
keluhan atau gejala yang terkait, serta perlu dilatih bagaimana menyelesaikan masalah
tersebut, sehingga diharapkan lulusan dokter FK Unsyiah berkompeten dalam menghadapi
berbagai masalah kesehatan serta mampu menyelesaikan berbagai masalah tersebut dengan
lebih baik.
Daftar masalah individu perlu dikuasai oleh lulusan dokter, karena merupakan
masalah dan keluhan yang paling sering dijumpai pada tingkat pelayanan kesehatan primer.
Daftar masalah individu mencakup keluhan gejala maupun hal-hal yang membuat individu
sebagai pasien atau klien mendatangi dokter atau institusi pelayanan kesehatan.
Masalah individu terkait Sistem neuromuskuloskeletal dan indera dasar yang sering dijumpai:

Sistem neuromuskuloskeletal
1. Sakit kepala
2. Pusing
3. Kejang
4. Kejang demam
5. Epilepsi
6. Pingsan/sinkop
7. Hilang kesadaran
8. Terlambat bicara (speech delay)
9. Gerakan tidak teratur
10. Gangguan gerak dan koordinasi
11. Gangguan penciuman
12. Gangguan bicara
13. Wajah kaku
14. Wajah merot
15. Kesemutan
16. Mati rasa/baal
17. Gemetar (tremor)
18. Lumpuh

5
Sistem muskuloskeletal
1. Patah tulang
2. Terkilir
3. Gangguan jalan
4. Terlambat dapat berjalan
5. Gangguan sendi (nyeri,kaku, bengkak, kelainan bentuk)
6. Gerakan terbatas
7. Nyeri punggung
8. Bengkak pada kaki dan tangan
9. Varises
10 Gangguan otot, nyeri otot, kaku otot, otot mengecil

Sistem Indera
Masalah akibat penggunaan lensa
1. Mata merah 15.
kontak
2. Mata gatal 16. Mata juling
Mata terlihat seperti mata kucing/
3. Mata berair 17.
orang-orangan mata terlihat putih
4. Mata kering 18. Telinga nyeri/sakit
5. Mata nyeri 19. Keluar cairan dari liang telinga
6. Mata lelah 20. Telinga gatal
7. Kotoran mata 21. Telinga berdenging
8. Penglihatan kabur 22. Telinga terasa penuh
9. Penglihatan ganda 23. Tuli(gangguan fungsi pendengaran)
10. Penglihatan silau 24. Benjolan di telinga
11. Gangguan lapangan pandang 25. Daun telinga merah
12. Buta 26 Benda asing di dalam liang telinga
13. Bintil di kelopak mata 27. Telinga gatal
Kelilipan (benda asing asing di
14. 28 Gangguan penciuman
mata)

MODUL DAN TOPIK


Blok ini terdiri dari 2 modul beserta topik-topik di dalamnya.
I. Anatomi-histologi, fisiologi dan biokimiawi sistem saraf dan indera dasar
II. Anatomi-histologi, fisiologi dan biokimiawi sistem musculoskeletal

6
TOPIC TREE

7
FORMAT AKTIVITAS BELAJAR
Aktifitas belajar dirancang dalam bentuk PBL (Problem Based Learning) dengan beberapa
aktivitas belajar dipersiapkan untuk mencapai kompetensi pada blok :
1. Diskusi Tutorial
2. Kuliah Pakar
3. Diskusi Pleno
4. Konsultasi Pakar
5. Praktikum

Ad. 1. Diskusi tutorial

 Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang semua mahasiswa agar antusias dalam
mencari dan menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi. Jawaban terhadap
masalah yang didapatkan melalui proses diskusi dan belajar mandiri.
 Diskusi bersama tutor sebanyak 2 x 2 jam tiap minggu dengan menjalankan prinsip 7
langkah/ the seven jumps
 Diskusi tutorial pertama dalam tiap skenario hanya menjalankan langkah 1–5,
selanjutnya pada diskusi tutorial kedua akan menyelesaikan langkah 6 dan 7.
 Diskusi membahas tentang skenario yang telah ditetapkan.

Ad.2. Belajar mandiri

Pada format belajar mandiri ini diharapkan mahasiswa mampu untuk mencari, memahami,
mensintesa serta merekonstruksi pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya. Belajar mandiri terdiri dari 50 % dari total waktu belajar, yaitu 20-
25 jam dalam seminggu (waktu belajar seminggu 45 jam). Belajar mandiri merupakan format
utama dalam PBL.
Topik-topik yang perlu dipelajari secara mandiri dapat dilihat pada topic tree.

Ad.3. Kuliah pakar

Kuliah pakar diberikan oleh seorang yang dianggap memiliki kompetensi akademik
dalam bidang yang menjadi topik masalah yang dibahas dalam diskusi dan tutorial. Kuliah
pakar seminggu dapat berlangsung 2 – 3 kali, di ruang kuliah. Kuliah pakar ini dikemas
dalam bentuk komunikasi dua arah. Kuliah pakar ini akan membantu mahasiswa
mengintegrasikan pengetahuan yang didapatnya melalui proses belajar mandiri, praktikum
maupun diskusi.

8
Adapun kuliah-kuliah dalam blok ini adalah sebagai berikut:

No. Topik Kuliah Pemberi Kuliah Bagian


dr. Muhammad
Introduksi Blok dan Mizfaruddin,
1. Anatomi
Anatomi Sistem Saraf
M. Kes, Sp. S,
dr. Reza Maulana,
2. Anatomi Sistem Indera Anatomi
M.Si
dr. Mirfandi
3. Histologi Sistem Saraf Histologi
Amirsyah, M.Si
Drh. Cut Gina
4. Histologi Sistem Indera Histologi
Inggriyani, M.Sc
Dr. Yusni, M.Kes,
5. Fisiologi Saraf dasar Fisiologi
AIF
Fisiologi Saraf pusat, tepi dan dr. Razi
6. Fisiologi
otonom Soangkupon, M.S
dr. Jufitriani Ismy,
Fisiologi Sistem Indera dan
7. M.Kes, M.Ked Fisiologi
keseimbangan
(Ped), SpA
dr. Roziana,
8. Anatomi Sistem Muskuluskeletal Anatomi
M.Kes., SpOG
dr. Rezania Rezali,
9. Fisiologi Muskuloskeletal Fisiologi
M.Biomed
dr.
10. Histologi Muskuloskeletal Hidayaturrahmi, Histologi
M. Si
Dr. Sofia,S.Si.,
11. Biokimia Muskuloskeletal Biokimia
M.Sc
dr Reno Kamarlis, Patolologi
12. Jejas dan adaptasi sel
SpPA Anatomi
dr Vera Dewi
13. Neoplasia Patologi Anatomi
Mulya,Sp.PA
Neurotransmitter dan reseptor obat DR.Hanifah Yusuf,
14. pada sistem neuromusculoskletal Farmakologi
M.Kes, Apt
dan indera

9
Praktikum

Praktikum dilakukan di laboratorium yang terkait dengan blok neuromuskuloskeletal


dan indera dasar, dan bertujuan untuk membantu mahasiswa memahami topik-topik dalam
blok ini.

Praktikum-praktikum dalam blok ini adalah:

No Materi praktikum Waktu Laboratorium Kelompok


Anatomi Sistem saraf 2 x 50
1 Anatomi 4 kelompok
pusat menit
Anatomi Sistem saraf tepi 2 x 50
2 Anatomi 4 kelompok
dan indera menit
2 x 50
3 Histologi sistem saraf Histologi 4 kelompok
menit
2 x 50
4 Histologi Sistem indera Histologi 4 kelompok
menit
Anatomi sistem muskulus
2 x 50
5 I (kepala, leher, thoraks, Anatomi 4 kelompok
Menit
dan ekstremitas atas)
Anatomi Sistem Muskulus
2 x 50
6 II (Abdomen, pelvis dan Anatomi 4 kelompok
menit
ekstremitas bawah)
2 x 50
7 Fisiologi Muskuloskeletal Fisiologi 4 kelompok
menit
2 x 50
8 Histologi Muskuloskeleta Histologi 4 kelompok
menit
2 x 50 Patologi
9 Jejas dan adaptasi sel 4 kelompok
menit Anatomi

Ad. 5 Konsultasi Pakar.


Konsultasi pakar bertujuan untuk membantu mahasiswa yang menghadapi kesulitan dalam
memahami materi yang ada maupun tidak terdapat dalam materi kuliah. Konsultasi pakar
dibagi dalam maksimal 2 kelompok menghubungi pakar untuk dibuat perjanjian waktu
konsultasi. Perjanjian ini harus diketahui pihak manajemen PBL.

10
Tim Pakar dalam blok ini adalah:

No Nama Bagian No.Hp


dr. Muhammad Mizfarudin,
1 Anatomi-Histologi 081269021972
M. Kes, Sp. S,
dr. Jufitriani Ismy, M.Kes,
2 Fisiologi 08126988757
M.Ked (Ped), SpA
3 Dr. Yusni, M.Kes, AIF Fisiologi 0811225692
4 Dr. Sofia,S.Si., M.Sc Biokimia 08126993145
5 dr. Rezania Razali, M. Biomed Fisiologi 08126909011

6 dr. Hidayaturrahmi, M. Si Anatomi-histologi 08126948566

7 dr. Reza Maulana, M.Si Anatomi-histologi 085260571563


8 dr. Mirfandi Amirsyah, M.Si Anatomi-histologi 085260836660
9 Dr Hanifah Yusuf, M.Kes,Apt Farmakologi 08126938484
10 dr. Razi Soangkupon, M.S Fisiologi 081360042152
11. dr. Reno Kamarlis,Sp.PA Patologi 081269488493
12. dr Vera Dewi Mulya,Sp.PA Patologi 08116810518

PENILAIAN
Blok ini mempunyai kompetensi sedang dengan Penilaian :
1. Nilai proses 40%, terdiri dari :
a. Tutorial : 80 %
b. Praktikum 20 %

2. Nilai ujian akhir blok 60%

Bagian yang terlibat :


Anatomi, Fisiologi, Histologi, Biokimia, dan Patologi Anatomi

11
SUMBER BELAJAR

1. Ganong WF. 2001. Review of Medical Physiology. 21th ed. a LANGE medical book.
McGraw-Hill.
2. Guyton AC and Hall JE. 2013. Textbook of Medical Physiology. Elsevier.
3. Despopoulos A and Silbernagl S. 2003. Color Atlas of Physiology.5th ed. Thieme
Flexibook.
4. Bauman R and Dutton S. Human Anatomy and Physiology, Laboratory Textbook.
WP whittier publications inc.1996.
5. Hansen JT and Koeppen BM. Netter’s Atlas of Human Physiology.
6. Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. Thieme Stuttgart. New York.2004.
7. Paulsen F and Waschke J. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edisi 23. EGC. 2013
8. Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira. Edisi 12. EGC.
9. Bloom W and Fawcett DW. A textbook of Histology.
10. Devlin TM. Textbook of Biochemistry with Clinical Correlations.7 th Ed. 2010
11. Altster EZ. A Text-Book of General Pathological Anatomy and Pathogenesis.
London. Forgotten Books. 2013.
12. Gartner LP and Hiatt JL. Color Atlas of Histology. Lippincott Williams & Wilkins.
2009
13. Netter, F.H., Atlas of Human Anatomy (fourth edition), Saunders, Philadelphia,
Pennsylvania, 2006
14. Snell, RS., Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem, EGC, Jakarta, 2012
15. Wibowo D.S,dkk . Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu, Jakarta, 2009
16. Patrick W. Tank, Ph.D, Department of Neurobiology and Developmental Sciences,
University of Arkansas for Medical Sciences, 2009

12
Skenario 1

Apa yang terjadi ?

Seorang dokter didatangi pasien wanita berusia 48 tahun yang mengalami


kelumpuhan tubuh sebelah kanan, sulit bicara dan tidak terasa saat buang
air kecil, berdasarkan anamnesa pasein mengeluh pandangan ganda dan
penurunan penciuman padahal sebelumnya normal saja
.

Bagaimana proses yang terjadi pada tubuh wanita tersebut sebelum timbul
keluhan dan apa saja struktur anatomi yang terlibat ?

Learning objective:

Setelah membahas skenario ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:


1. Anatomi sistem saraf : sistem motorik
2. Fisiologi sistem saraf : sinaps dan resptor
3. Biokimia sistem saraf : neurotransmiter
4. Anatomi sistem indera :
5. Fisiologi sistem indera
6. Mengetahui hubungan sistem saraf dan indera dengan istilah-istilah berikut :
- Hemiparese dextra
- Afasia motorik
- Inkontinensia urin
- Diplopia
- Hiposmia/anosmia

13
The Seven Jumps

TUTOR GUIDE
dr. Muhammad Mizfaruddin, M.Kes, Sp.S
Bagian Anatomi-Histologi FK Unsyiah
dr. Jufitriani Ismy, M.Kes, M.Ked (Ped), SpA
Bagian Fisiologi FK Unsyiah

Langkah 1 : Identifikasi Istilah & Konsep


a. Kelumpuhan Tubuh (Hemiparese) adalah kelemahan pada satu sisi tubuh baik sesisi
kanan maupun kiri oleh karena sesuatu penyebab di belahan otak kontralateral (Biller et
al, 2011; Tao and Kenndall, 2014).
b. Sulit bicara (Afasia) adalah ketidak mampuan berkomunikasi baik bersifat motorik
maupun sensorik oleh karena suatu penyebab yang terjadi pada pusat yang mengatur
kemampuan berbahasa di otak (Biller et al, 2011; Tao and Kenndall, 2014).
c. Inkontinensia urin adalah keluarnya urin yang tidak terkendali dalam waktu yang tidak
dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan jumlahnya akibat gangguan stimulus
saraf dan perubahan struktur kandung kencing (Tao and Kenndall, 2014).
d. Pandangan ganda(Diplopia ) adalah Suatu keadaan berupa penglihatan berbeda dari
kedua mata yang terlihat secara simultan ( lauralee Sherwood, 2014)
e. Penurunan Penciuman (Hiposmia/anosmia): Hiposmia : penurunan kemampuan
menghidu baik berupa sensitifitas ataupun kualitas penghidu. Anosmia : Gangguan pada
hidung berupa kehilangan kemampuan membau ( lauralee Sherwood, 2014)

Langkah 2 : Identifikasi Masalah


Pada langkah ini mahasiswa mengemukakan masalah berdasarkan konsep yang ada pada
langkah I.
Beberapa masalah yang mungkin timbul adalah:
1. Bagaimana anatomi susunan somatomotorik pada sistem saraf ?
2. Bagaimana fisiologi sinaps pada susunan saraf ?
3. Bagaimana biokimia neurotransmiter dalam sistem saraf ?
4. Bagaimana anatomi sistem indera ?
5. Bagaimana fisiologi sistem indera ?
6. Bagaimana proses biokimiawi sistem indera ?
7. Bagaimana hubungan sistem saraf terhadap istilah :
- Hemiparese dextra
- Afasia motorik
- Inkontinensia urin
8. Bagaimana hubungan sistem indera terhadap istilah :
- Diplopia
- Hiposmia/anosmia

14
Langkah 3: Analisis Masalah
Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang dikemukakan
pada langkah II.

1. Bagaimana anatomi susunan somatomotorik pada sistem saraf ?


Bagian sentral sistem motorik untuk gerakan volunter terdiri atas korteks motorik
primer (area 4 broadman) dan area korteks di sekitarnya (terutama korteks premotor,
area 6 broadman), dan jalur motorik yang terdiri atas traktus kortikobulbar serta
kortikospinal yang berasal dari area kortikal tersebut, bagian-bagian sistem saraf
yang terlibat adalah (Martini et al, 2003) :
- Korteks serebri
- Nukleus basalis
- Thalamus dan mesensefalon
- Hipothalamus
- Serebelum
- Pons dan medula oblongata (bagian superior dan inferior)
- Batang otak dan medula spinalis

2. Bagaimana fisiologi sinaps dan neurotransmiter pada susunan saraf ?

Tiga komponen utama neuron yaitu:


a. Soma – badan utama neuron
b. Akson – memanjang dari soma ke ujung
c. Dendrit – proyeksi dari soma
Informasi dihantarkan dalam sistem saraf pusat terutama dalam bentuk potensial aksi
saraf, disebut “impuls saraf” yang melewati serangkaian neuron dari satu neuron ke
neuron berikutnya (Guyton, 2013).
Terdapat dua macam sinaps, yaitu (Guyton, 2013) :
- Sinaps listrik
- Sinaps kimiawi
Komunikasi Antar Neuron, terjadi melalui pelepasan transmiter kimiawi dimana
karakteristik umum komunikasi neuronal yang bersifat (Guyton, 2013) :
- Konduksi satu arah, selalu menghantarkan sinyal dalam satu arah.
- Hal ini yang memungkinkan sinyal untuk diarahkan pada tujuan tertentu.
Mekanisme Pelepasan neurotransmitter melalui (Guyton, 2013) :
a. Membran prasinap mempunyai kanal kalsium bergerbang voltase
b. Kerja neurotransmiter pada neuron pascasinap

3. Bagaimana biokimia neurotransmiter dalam sistem saraf ?

Rangsangan (stimulus) dapat diartikan segala sesuatu yang menyebabkan


perubahan pada tubuh atau bagian ubuh tertentu. Sedangkan bagian tubuh yang menerima
rangsangan dinamakan reseptor. Dengan adanya reseptor memungkinkan rangsangan
dihantarkan menuju sistem saraf pusat. Sel-sel saraf bekerja secara kimiawi.
Neurotransmiter atau zat kimia penghubung akan memberikan potensial aksi pada dendrit
yang berubah menjadi impuls pada sel saraf yang dihubunginya. Mekanisme
penghantaran impuls saraf dilakukan neuron sensorik melalui membran sel atau membran

15
plasma dan sinapsis. Sehingga komuniaksi dan interaksi antar neuron dilakukan melalui
neurotransmiter.

4. Bagaimana anatomi sistem indera ?

Struktur anatomi mata:


 Sklera (bagian putih mata): merupakan lapisan luar mata berupa selubung berserabut
putih dan relatif kuat.
 Konjungtiva: selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.
 Kornea: struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari
iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Memiliki diameter
sekitar 12 mm dan jari-jari kelengkungan sekitar 8 mm.
 Lapisan koroid: lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah dan suatu
bahan pigmen, tidak menutupi kornea.
 Pupil: daerah hitam di tengah-tengah iris.
 Iris: jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan
di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
 Lensa: struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
 Retina: lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata,
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Retina terbagi
menjadi 10 lapisan dan memiliki reseptor cahaya aktif yaitu sel batang dan sel kerucut
pada lapisan ke-9.
 Saraf optikus: kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
 Bintik buta: cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung, merupakan
tempat percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke retina, tidak mengandung sel
batang ataupun kerucut, terletak pada region sekitar 13̊ – 18̊.
 Humor aqueous: cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
 Humor vitreous: gel transparan/ cairan kental yang terdiri dari bahan berbentuk
serabut, terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior
mata).

5. Bagaimana fisiologi sistem indera ?

Fisiologi Penglihatan
Retina mengubah bayangan cahaya menjadi impuls listrik saraf yang dikirim ke otak.
Penyerapan suatu foton cahaya oleh sebuah fotoreseptor menimbulkan suatu reaksi

16
fotokimia di fotoreseptor yang melalui suatu cara akan memicu timbulnya sinyal
listrik ke otak, yang disebut suatu potensial aksi. Foton harus di atas energi minimum
untuk dapat menimbulkan reaksi.
Proses seseorang mampu melihat suatu benda?
Sumber cahaya  Masuk ke mata melalui kornea  Melewati pupil yang lebarnya diatur
oleh iris  Dibiaskan oleh lensa  Terbentuk bayangan di retina yang bersifat nyata,
terbalik, diperkecil  Sel-sel batang dan sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui
saraf optic  Otak membalikkan lagi bayangan yang terlihat di retina  Obyek terlihat
sesuai dengan aslinya.

Gambar 1.2 Proses penglihatan


Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil.Pupil merupakan lubang
bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.
Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila
berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang
mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris, yang merupakan cincin otot yang
berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor, iris juga berperan dalam menentukan
warna mata.Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa.Lensa ini berada
diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui
ligamentum suspensorium.Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang
bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina.
Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan
berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata
memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi
lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel
kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–
sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap
oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda
tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai
keadaan normal.
Supaya benda terlihat jelas, mata harus membiaskan sinar–sinar yang datang dari
benda agar membentuk bayangan tajam pada retina. Untuk mencapai retina, sinar–sinar
yang berasal dari benda harus melalui lima medium yang indeks biasnya (n) berbeda:
udara (n=1,00), kornea (n=1,38), humor aqueous (n=1,33), lensa (n=1,40 (rata-rata)) dan
humor vitreous (n=1,34). Setiap kali sinar lewat dari satu medium ke medium yang lain,
sinar itu dibiaskan pada bidang batas.

17
Bagian terbesar dari daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa, akan tetapi terjadi
pada bidang batas antara permukaan anterior kornea dan udara, hal ini dapat terjadi karena
perbedaan indeks bias antara kedua medium ini cukup besar. Perbedaan indeks bias yang
kecil akan sangat menurunkan kekuatan pembiasan cahaya di kedua permukaan lensa.

6. Hubungan sistem saraf terhadap istilah :


a. Hemiparese dextra
Daerah yang bertugas terhadap fungsi motorik adalah korteks motorik dan
premotorik primer, yang terletak di sebelah anterior terhadap girus sentralis.
Korteks motorik primer merupakan daerah yang terdekat dengan sulkus senralis,
dan korteks premotorik terletak lebih di sebelah anteriornya (Crossman and
Neary, 2015; Tao and Kendal, 2014). Korteks motorik primer melaksanakan gerak
terencana lewat neuron motorik jalur kortikospinalis (jalur panjang yang melintas
mulai dari korteks serebri hingga medula spinalis) yang mayoritas sebagian besar
turun menyilang dan berakhir membentuk sinaps dengan interneuron yang akan
menghantarkan impuls motorik ke neuron motorik di kornu anterior (Baehr and
Frotscher, 2005). Secara geografis area korteks motorik sesuai dengan bagian
tubuh yang dikendalikannya, seperti pemetaan yang ditunjukkan oleh homunkulus
motorik (Gambar-1). Ini sebabnya bila terjadi lesi pada korteks serebri baik
berupa destruktif dapat mengakibatkan defisit neurologik (paralitik spastik) dan
lesi iritatif (inflamasi) mengakibatkan terjadinya fenomena positif kontralateral
terhadap daerah yang digambarkan pada homunculus motorik tersebut (Islam,
1996; Tao and Kendal, 2014; Bahruddin, 2012).

Gambar-1 : Proyeksi Homunkulus motorik (Ben and Adam, 2000)

18
b. Afasia motorik

Fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada 96-99
% orang yang dominan menggunakan tangan (kinan), sedangkan 60% pada orang
yang dominan tangan kiri (kidal). Timbulnya afasia bila terjadi kerusakan pada
area pengaturan bahasa di otak kiri (sebagian besar) oleh berbagai macam
penyebab (Tao and Kendal, 2014, Islam, 1996). Area Broca atau area 44-45
Broadman (Gambar-2) merupakan daerah otak yang mengatur kemampuan
bicara motorik atau artikulasi berbahasa.

Gambar-2 : Area Broca (44-45 Broadman) (FitzGerald, 2007)


c. Inkontinensia urin

Serabut simpatis yang mensarafi kandung kemih berasal dari segmen thorakal
bawah dan segmen lumbal atas dari medula spinalis (segmen T10-12, L1, dan L2)
(Bahruddin, 2013) (Gambar-3)

Gambar-3 : Persarafan kandung kemih (FitzGerald, 2007)

19
Serabut-serabut ini berjalan melalui bagian kaudal rantai simpatis dan saraf
splanknikus inferior menuju ganglion mesenterikum inferior. Serabut
postganglionic simpatis kemudian berjalan melalui pleksus hipogastrikus inferior
menuju tunika muskularis dinding kandung kemih dan ke otot polos sfingter
uretra internus (Gambar-3) yang menyebabkan relaksasi otot polos detrusor
dinding kandung kemih dan kontraksi otot polos sfingter uretra internus. Proses
ini berhubungan dengan fungsi pengisian kandung kemih (bladder filling).
Inkontinensia urin terjadi apabila adanya gangguan pada fase ini (FitzGerald,
2007)

d. Diplopia (Fitri)
Pandangan ganda (Diplopia) adalah Suatu keadaan berupa penglihatan berbeda
dari kedua mata yang terlihat secara simultan . Kadang kadang penglihatan mata kiri
dan kanan tidak berhasil menyatu , keadaaan ini timbul karena dua alasan: 1. Kedua
mata tidak terfokus pada benda yang sama secara simultan akibat kelainan otot- otot
mata eksternal yang menyebabkan fusi kedua lapangan pandang tidak terjadi. 2.
Informasi binocular tidak secara tepat diintegrasikan selama pengolahan visual.

f. Hiposmia/anosmia : Penyebab gangguan penghidu dapat diklasifikasikan menjadi 3,


yaitu gangguan transpor odoran, gangguan sensoris, dan gangguan saraf. Gangguan
transpor disebabkan pengurangan odoran yang sampai ke epitelium olfaktorius, misalnya
pada inflamasi kronik dihidung. Gangguan sensoris disebabkan kerusakan langsung pada
neuroepitelium olfaktorius, misalnya pada infeksi saluran nafas atas, atau polusi udara
toksik. Sedangkan gangguan saraf disebabkan kerusakan pada bulbus olfaktorius dan
jalur sentral olfaktorius, misalnya pada penyakit neurogeneratif atau tumor intracranial.

Langkah 4 : Strukturisasi
Sistem Saraf

Pusat Tepi Otonom

Anatomi Fisiologi Anatomi Fisiologi Anatomi Fisiologi

Biokimia Biokimia
Biokimia

20
Langkah 5 : Identifikasi Tujuan Belajar
Pada langkah ini mahasiswa menentukan learning objectives(LO), yaitu hal-hal yang
dianggap perlu untuk diketahui mahasiswa.
a. Anatomi sistem saraf somatomotorik
b. Proses fisiologi dan biokimia pada sistem saraf somatomotorik
c. Anatomi sistem indera
d. Proses fisiologi dan biokimia yang terjadi pada sistem indera

Langkah 6 : Presentasi Hasil Belajar Mandiri


Pada langkah ini mahasiswa akan mempresentasikan hal-hal yang telah dipelajari dalam
masa belajar mandiri. Sebagai bahan masukan pegangan bagi tutor dapat dilihat artikel
berikut:
SUSUNAN SARAF SOMATOMOTORIK

A. Anatomi-histologi
Korteks motorik primer adalah pusat tertinggi yang mengendalikan kegiatan motorik
yang dalam pelaksanannya dibantu oleh area di sekitarnya seperti supplementary motor area
yang lebih berperan dalam perencanaan gerak serta area premotor yang lebih berperan dalam
melaksanakan gerakan yang lebh kompleks. Korteks motorik primer ini (girus presentralis)
merupakan sekumpulan jaringan kortikal yang terletak di sisi berlawanan dengan sulkus
sentralis dan meluas ke atas melewati tepi superomedial hemisfer serebri menuju permukaan
medialnya (Gambar-4) Area yang mepresentasikan tenggorokan dan laring terletak pada
ujung inferior korteks motorik primer. Secara berkesinambungan, di bagian atasnya area yang
mempresentasikan wajah, ekstremitas atas, badan, dan ekstremitas bawah. Struktur pemetaan
ini disebut sebagai homunkulus motorik (Gambar-5) (Bahruddin, 2012; Baehr and Frotscher,
2005).

Gambar-4 : Area korteks motorik primer ((FitzGerald, 2007)

21
Gambar-5 : Homunkulus motorik ((FitzGerald, 2007)

Secara anatomi, susunan saraf neuromotorik terdiri atas (Bahruddin, 2012) :


1. Traktus piramidalis
2. Myoneural junction
3. Otot (dibicarakan pada modul muskuloskletal)
Traktus piramidalis
Traktus ini terdiri atas dua yaitu (Baharuddin, 2012; Baehr and Frotscher, 2005) :
a. Traktus kortikobulbar
b. Traktus kortikospinalis
Perjalanan traktus piramidalis ini berawal dari korteks motorik di otak, bersama-sama traktus
kortikobulbar berjalan melalui subtansia alba serebri (korona radiata), krus posterior kapsula
interna, bagian sentral pedunkulus serebri (krus serebri), pons dan basal medula (bagian
anterior), tempat traktus terlihat sebagai satu penonjolan kecil yang disebut piramid (satu
pada masing-masing sisi dan memberi nama traktus tersebut). Pada ujung bawah medula 80-
85% serabut pyramidal menyilang di garis tengah (dekusasio piramidalis), berada di kolumna
lateralis medula spinalis sampai ke inti-inti motorik di kornu anterior medula spinalis sebagai
traktus kortikospinalis lateralis. Sebagian kecil tidak menyilang pada dekusasio piramidalis
tetapi langsung menuju kolumna anterior medula spinalis (ipsilateral) dan disebut traktus
kortikospinalis anterior. Pada level medula spinalis, kedua traktus ini bersinaps dan bersatu
kembali. Upper Motor Neuron (UMN) adalah semua neuron yang menyalurkan impuls dari
area motorik di korteks motorik sampai inti-inti motorik saraf kranial di batang otak (traktus
kortikobulbaris) atau kornu anterior di medula spinalis (traktus kortikospinalis). Lower Motor
Neuron (LMN) adalah semua neuron yang menyalurkan impuls motorik dari motorik neuron
sampai akhir perjalanannya ke otot yang disebut juga sebagai myoneural junction. Ujung
akson serabut motorik berakhir di bagian dari membrane otot yang disebut motoric end-

22
plate. Impuls diteruskan ke otot melalui myoneural junction (Baharuddin, 2012; Baehr and
Frotscher, 2005)
B. Sinaps sistem saraf pusat

Tiga komponen utama neuron yaitu: (1) Soma – badan utama neuron, (2) Akson –
memanjang dari soma ke ujung (Bagian efektor neuron) dan (3) Dendrit – proyeksi dari
soma (Bagian sensoris neuron), gambar 9. Informasi dihantarkan dalam sistem saraf pusat
terutama dalam bentuk potensial aksi saraf, disebut “impuls saraf” yang melewati
serangkaian neuron dari satu neuron ke neuron berikutnya. Setiap impuls: (1) Dapat dihambat
sewaktu dihantarkan dari satu neuron ke neuron berikutnya, (2) dapat diubah dari impuls
tunggal menjadi impuls yang datangnya berurutan, atau (3) dapat digabungkan dengan impuls
yang datang dari neuron-neuron lainnya untuk membantuk pola impuls yang sangat rumit
yang dilewati serangkaian neuron.

Gambar-6. Neuron motorik anterior di kornu anterior


medula spinalis (Guyton, 2013)

Jenis Sinaps

Terdapat dua macam sinaps, yaitu:

1) Sinaps kimiawi: pada sinaps ini neuron pertama menyekresi suatu bahan kimia yang
disebut neurotransmitter (atau sering disebut zat transmiter). Zat transmitter ini
kemudian bekerja pada protein reseptor pada membran neuron berikutnyauntuk
merangsang neouron tersebut, menghambat atau mengubah sensifitasnya dengan
berbagai cara.

2) Sinaps listrik: ditandai dengan terbukanya kanal cairan yang langsung, yang
menghantarkan listrik dari satu sel ke sel berikutnya. Umumnya saluran ini terdiri dari
struktur tubular protein kecil yang disebut taut imbas (gap junction) yang

23
memudahkan pergerkan ion dengan bebas dari bagian dalam suatu sel ke bagian
dalam sel berikutnya.

Komunikasi Antar Neuron, terjadi melalui mekanisme sebagai berikut:

• melalui pelepasan transmiter kimia.

– Lebih dari 50 senyawa yang telah diidentifikasi sebagai bahan transmitter,


diantaranya: asetilkolin, norepinefrin, epinefrin, histamin, asam gamma
aminobutirat (GABA), glisin, serotonin, glutamat.

• karakteristik umum komunikasi neuronal.

– konduksi satu arah, selalu menghantarkan sinyal dalam satu arah.

– hal ini yang memungkinkan sinyal untuk diarahkan pada tujuan tertentu.

Mekanisme Pelepasan neurotransmitter, sebagai berikut (Gambar-7):

1) Membran prasinap mempunyai kanal kalsium bergerbang voltase

o Depolarisasi potensial aksi membran prasinap akan membuka kanal Ca2+ .

o Masuknya Ca2+ menginduksi pelepasan bahan neurotransmiter.

o Mekanisme sesungguhnya belum diketahui tetapi hal tersebut menyebabkan


bergabungnya vesikel sinap ke membran dan terlepasnya neurotransmiter
dengan cara eksositosis.

 Kerja neurotransmiter pada Neuron Pascasinap

o Membran pascasinap mempunyai protein reseptor untuk mengikat transmiter


yang dilepaskan dari ujung prasinap.

o Reseptor ini mengandung komponen pengikat dan komponen saluran ion


(ionophore component).

o Komponen pengikat mengikat transmiter.

o Komponen saluran ion membuka kanal ion atau mengaktifkan sistem second
messenger.

24

 Gambar-7. Pelepasan neurotransmitter (Guyton, 2013)

 Kanal Ion pada membran neuron pascasinaps biasanya dua jenis, yaitu:

 Kanal kation yang lebih sering memungkinkan ion natrium untuk lewat ketika terbuka
tetapi beberapa memungkinkan lewatnya kalium atau kalsium

 Kanal anion yang terutama memungkinkan klorida untuk lewat dan juga sedikit sekali
anion yang lain.

 Transmiter yang membuka kanal natrium bersifat merangsang neuron pascasinap,


sedangkan transmiter yang membuka kanal klorida bersifat menghambat neuron
pascasinap. Kanal-kanal ini membuka dan menutup secara cepat sehingga
menyebabkan aktivasi cepat atau inhibisi cepat pada neuron pascasinap.

 Aktivator Second Messenger (ASM):

 memperlama perubahan pada aktivitas neuron (detik sampai bulan).

o Beberapa proses seperti memori membutuhkan perubahan jangka panjang


pada aktivitas dan fungsi neuron.

 sekitar 75% ASM ditransduksikan dengan reseptor yang berpasangan dengan protein
G.

o Aktivasi protein G mengawali peristiwa kaskade yang berlanjut dengan


peningkatan cAMP; menyebabkan fosforilasi protein yang menimbulkan
perubahan aktivitas selular.

25
 Mekanisme Kerja Second Messenger dapat dilihat pada gambar berikut:

 Gambar-8. Mekanisme kerja second messenger (Guyton, 2013)

A. Anatomi dan Fisologi Mata

Gambar 1.8 Anatomi Mata


Struktur anatomi mata:
 Sklera (bagian putih mata): merupakan lapisan luar mata berupa selubung berserabut
putih dan relatif kuat.
 Konjungtiva: selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar
sklera.
 Kornea: struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. Memiliki diameter sekitar
12 mm dan jari-jari kelengkungan sekitar 8 mm.

26
 Lapisan koroid: lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah dan suatu bahan
pigmen, tidak menutupi kornea.
 Pupil: daerah hitam di tengah-tengah iris.
 Iris: jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di
depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
 Lensa: struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
 Retina: lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata,
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Retina terbagi menjadi
10 lapisan dan memiliki reseptor cahaya aktif yaitu sel batang dan sel kerucut pada
lapisan ke-9.
 Saraf optikus: kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
 Bintik buta: cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung, merupakan
tempat percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke retina, tidak mengandung sel
batang ataupun kerucut, terletak pada region sekitar 13̊ – 18̊.
 Humor aqueous: cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
 Humor vitreous: gel transparan/ cairan kental yang terdiri dari bahan berbentuk serabut,
terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Fisiologi Penglihatan
Retina mengubah cahaya menjadi impuls listrik saraf.Paparan suatu foton cahaya
pada fotoreseptor menimbulkan suatu reaksi fotokimia dimana energy cahaya diubah menjadi
energy listrik (potensial aksi). Energi dalam bentuk impuls listrik ini selanjutnya akan dikirim
ke otak sehingga kita bisa melihat suatu objek.

Gambar 1.9 Lintasan Impuls Penglihatan


Ada 2 tipe umum reseptor cahaya di retina, yaitu :

27
a. Sel Kerucut
 Jumlahnya sekitar 6,5 juta di masing-masing mata.
 Digunakan untuk penglihatan siang hari (fotopik).
 Berguna untuk melihat detail halus dan mengenali beragam warna.
 Tersebar di seluruh retina, terutama di fovea sentralis.
 Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 550 nm pada region
kuning hijau.

b. Sel Batang
 Jumlahnya sekitar 120 juta di masing-masing mata.
 Digunakan untuk penglihatan malam hari (skotopik).
 Berguna untuk penglihatan perifer.
 Tidak tersebar merata di retina namun memiliki kepadatan maksimum di sudut sekitar
20̊.
 Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 510 nm pada region
biru-hijau.

PENGLIHATAN WARNA

Penglihatan warna terjadi melalui dua tingkatan proses, yaitu pada tingkat reseptor
sesuai dengan teori triwarna, sedangkan pada saraf optik dan di luarnya sesuai dengan teori
antagonis.Teori triwarna menganggap bahwa pada retina terdapat 3 macam pigmen yang
mempunyai penyerapan maksimum terhadap warna biru, hijau, dan merah dari spectrum
cahaya.Pigmen-pigmen ini terdapat pada reseptor secara terpisah yang masing-masing dapat
menghasilkan impuls-impuls yang berbeda untuk dikirim ke otak.Teori antagonis
menganggap bahwa retina mempunyai aktivitas yang lebih kompleks.Ada 6 macam
tanggapan retina yang terjadi dalam bentuk pasangan antagonistik. Rangsangan yang
menghasilkan setiap tanggapan tunggal dapat menekan pasangan lain.
Sel batang dan kerucut ukurannya sangat kecil, bertindak sebagai pemandu
gelombang optik, yang secara selektif ditransmisikan dalam bentuk suatu pita spektrum
cahaya yang sempit.Secara teoritis, energi cahaya ditransmisikan ke otak dalam berbagai
spektrumwarna yang khas.

KEPEKAAN DAN KETAJAMAN MATA

Ada tiga macam ukuran kepekaan / ketajaman mata, yaitu :


1. Ambang kuantum
Ambang kuantum merupakan jumlah minimum foton yang diperlukan untuk
merangsang sebuah tanggapan sensor.Ambang kuantum ini berperan untuk menentukan
ketajaman penglihatan seseorang di tempat gelap. Seseorang dengan ambang kuantum yang
baik, akan memiliki penglihatan yang lebih baik di tempat gelap, artinya dengan sedikit foton
saja sudah mampu mengaktifkan sensor optikus (sel batang dan kerucut).

28
2. Ambang penerangan
Ambang penerangan merupakan ukuran kepekaan relatif mata terhadap cahaya
dengan aneka macam panjang gelombang.Penglihatan untuk adaptasi gelap disebut skotopik
dan terang disebut fotopik.

3. Ketajaman
Ketajaman yang dimaksud merupakan ukuran ketajaman penglihatan dan diukur
dengan pemisahan sudut minimum dari dua buah objek.Secara teoritis batas jarak terendah
dimana mata dapat membedakan resolusi dua buah titik cahaya adalah 0,1 mrad, sedangkan
kenyataannya,sudut pemisahan terkecil dimana penglihatan paling tajam dan kondisi yang
optimum manusia adalah berkisar 0,2 mrad.

Gambar 1.10 Pembiasan Cahaya dan Ketajaman Penglihatan


KELAINAN MATA
1. Miopia (penglihatan dekat)
 Karakteristik : titik jauh kurang dari tak berhingga, bayangan jatuh di depan retina.
 Penyebab umum : bola mata panjang atau kornea terlalu lengkung.
 Diperbaiki dengan : lensa negatif / cekung / minusS
 Hiperopia (penglihatan jauh)
 Karakteristik : titik dekat lebih dari punctum proximum mata normal, yaitu 25 cm,
bayangan jatuh di belakang retina.
 Penyebab umum : bola mata pendek atau kelengkungan kornea kurang.
 Diperbaiki dengan : lensa positif / cembung / plus.
2. Astigmatisme
 Karakteristik : benda titik nampak bergaris-garis sedangkan benda bergaris-garis
dilihat baik hanya pada arah tertentu saja.
 Penyebab umum : kelengkungan kornea tidak merata.
 Diperbaiki dengan : lensa silindris atau lensa kontak keras.
3. Presbiopia (mata tua)
 Karakteristik : titik dekat lebih dari 25 cm, titik jauh kurang dari tak berhingga.
 Penyebab umum : kurangnya akomodasi.

29
 Diperbaiki dengan : lensa bifokal atau trifokal.
4. Buta warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel
kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.Buta
warna merupakan kelainan genetik/bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada
anaknya secara X sex chromosome linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X.
Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan
antara penderita buta warna pada laki dan wanita.
Seorang wanita berperan sebagai “pembawa sifat”.Wanita pembawa sifat buta
warna secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sehingga berpenampilan sebagai
wanita normal pada umumnya.Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi
menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak.Seorang wanita akan menderita
buta warna apabila pada kedua kromosom X mengandung gen buta warna.Sel saraf di
retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang
peka terhadap warna.Buta warna terjadi ketika sel reseptor cahaya di retina mengalami
perubahan, khususnya sel kerucut.

Gambar 1.11 Alat Tes Buta Warna (Kartu Ishihara)


B. Anatomi dan Fisologi Hidung
Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang berfungsi
menghirup udara pernapasan, menyaring udara, menghangatkan udara pernapasan, dan juga
berperan dalam resonansi suara.Hidung merupakan alat indera manusia yang
merespon rangsangan berupa bau atau zat kimia yang berupa gas.Di dalam rongga hidung
terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau.Setiap sel pembau
mempunyai rambut-rambut halus (silia olfaktori) di ujungnya dan diliputi oleh selaput
lendir yang berfungsi sebagai pelembab rongga hidung.
Manusia dapat membedakan berbagai macam bau bukan karena memiliki banyak
reseptor pembau tetapi tergantung kepada prinsip-prinsip komposisi (component principle),
Indera pembau hanya memiliki tujuh reseptor namun dapat membedakan lebih dari 600
aroma yang berbeda.Alat pembau (organon olfaktorius) dapat menerima stimulus kimia
sehingga disebut chemoreceptor.Organon olfaktorius terdapat pada hidung bagian atas, yaitu
pada konka superior, membran ini hanya menerima rangsang benda-benda yang dapat
menguap dan berwujud gas.
Rongga hidung terdiri atas:
1. Vestibulum yang dilapisi oleh sel submukosa sebagai proteksi.

30
2. Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya
yang berlapis. Bagian-bagiannya adalah :
a. Konka superior
b. Konka medialis
c. Konka inferior
d. Septum nasi (sekat hidung)
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh sekat vertikal yang sempit yang disebut septum nasi.
3. Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha
membersihkan jalan napas.

Reseptor organon olfactory terdapat di bagian atas hidung, menempel pada lapisan
jaringan yang diselaputi lendir yang disebut olfactory mucosa.Selaput lendir tersebut
berfungsi melembabkan udara.Pada bagian tersebut juga terdapat bulu-bulu hidung yang
berfungsi untuk menyaring debu dan kotoran.Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi
selama 35 hari. Bila mati, baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan fisik,
maka reseptor tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru yang axonnya akan
berkembang ke lapisan olfactory bulbs yang akan dituju, dan bila telah sampai pada lapisan
yang dimaksud, mereka akan memulihkan koneksi sinapsis yang terputus.

Gambar 1.12 Hidung dan Indra Penciuman


Kemampuan membau makhluk hidup tergantung pada :
a. Susunan rongga hidung.
Bentuk konka dan septum nasi tempat reseptor pembau pada masing-masing orang
tidak sama. Contohnya pada orang yang berhidung mancung akan lebih luas daripada yang
berhidung pesek.
b. Variasi fisiologis
Contohnya pada wanita, saat sebelum menstruasi atau pada saat hamil muda akan
menjadi sangat peka.
c. Spesies
Pada spesies tertentu yang kemampuan survivalnya tergantung pada indera
penciuman, akan memiliki indera penciuman yang lebih peka contohnya anjing.
d. Besarnya konsentrasi dari substansi yang berbau
Misalnya skatol (bau busuk yang terdapat pada kotoran atau faeces) memiliki
konsentrasi yang tinggi karena memiliki kemampuan menguap yang tinggi. Bila
31
konsentrasinya tinggi maka akan tercium bau busuk, sebaliknya bila konsentrasinya rendah
akan menimbulkan bau yang berbeda (contohnya pada bunga yang mengandung skatol dalam
konsentrasi rendah baunya akan harum).

Proses Penciuman
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai indra pembau
yang terdiri atas kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan
lendir bagian atas. Reseptor pencium merupakan sel epitelium pembau mengandung yang 20
juta sel-sel olfaktori khusus dengan akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut saraf
pembau.Pada permukaan sel epitelium ini mengandung beberapa rambut-rambut pembau
yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan di udara.Pada saat kita bernapas, zat kimia
yang terdapat di udara masuk ke dalam hidung. Zat kimia yang merupakan sumber bau akan
dilarutkan pada selaput lendir kemudian akan merangsang rambut-rambut halus pada sel
pembau. Sel pembau akan meneruskan rangsang ini ke otak untuk diolah sehingga kita bisa
mengetahui jenis bau dari zat kimia tersebut.

Gambar 1.13 Proses Penciuman dan Perasa Lidah

C. Anatomi Lidah dan Indera Pengecap

Sistem gustatory terdapat di lidah. Pada lidah, terdapat reseptor perasa yang dapat
membedakan rasa yang disebut taste buds. Reseptor pada lidah akan digantikan oleh reseptor
yang baru setiap 10 hari sekali. Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas
lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut papilla.Pada
papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan.Apabila pada bagian lidah
tersebut tidak terdapat papilla maka lidah tersebit menjadi tidak sensitif terhadap rasa.

Papilla atau tonjolan-tonjolan pada lidah memiliki bentuk-bentuk tertentu, yaitu:

32
1. Tonjolan berbentuk seperti benang-benang halus yang disebut dengan Papilla filiformis,
banyak terdapat dibagian depan lidah.
2. Tonjolan berbentuk seperti kepala jamur yang disebut papilla fungiformis, banyak
terdapat di bagian depan dan sisi lidah, dan
3. Tonjolan yang berbentuk bulat yang disebut papilla circumvalata, tersusun seperti huruf
V terbalik, banyak terdapat dibagian belakang lidah.

Gambar 1.14 Lidah

Didalam papillae terdapat banyak putik pengecap (taste buds). Setiap putik pengecap
terdiri atas dua jenis sel seperti berikut ini :
1. Sel-sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang menonjol keluar dari
pengecap.
2. Sel-sel penunjang yang berfungsi untuk menyokong sel-sel pengecap.
Indera pengecap yang terdapat di lidah memiliki 4 modalitast rasa, yaitu:
a. Manis : pada puncak atau ujung lidah.
b. Asin : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan).
c. Asam : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan).
d. Pahit : pada pangkal lidah.

33
Gambar 1.15 Indera Pengecap pada Lidah

Fungsi lidah selain sebagai indera pengecap, yaitu untuk mengatur letak makanan
ketika dikunyah, membantu mendorong makanan ke kerongkongan (pada waktu menelan)
dan sebagai alat bantu dalam berbicara. Selain itu, indera lain yang turut berperan pada
persepsi pengecap adalah indera pembau.
Kemampuan mengecap seseorang tergantung pada:
1. Faktor Individual, misalnya pada seseorang yang sedang sakit, maka kepekaan
mengecapnya akan berkurang.
2. Nilai Ambang, misalnya seseorang yang sudah terbiasa makan makanan yang asam, akan
lebih tinggi daripada orang yang tidak biasa makan asam. Nilai ambang ini tergantung dari
kebiasaan seseorang.
3. Konsentrasi, misalnya pada seseorang yang makan satu mangkok garam, lama kelamaan
tidak akan merasakan asin lagi seperti pertama kali memakannya.

Langkah 7 : Sintesis Pengetahuan Baru


Mahasiswa menjelaskan sejumlah informasi/pengetahuan baru yang mereka peroleh dari
hasil diskusi, misalnya:
1. Keseluruhan fungsi pengendalian tubuh manusia dilakukan oleh sistem saraf.
2.Ternyata proses penglihatan itu terjadi dengan cara retina mengubah bayangan cahaya
menjadi impuls listrik saraf yang dikirim ke otak

Daftar pustaka

Baehr M, and Frotscher M, 2005, Diagnosis topic neurologi Duss : Anatomi, fisiologi, tanda
dan gejala. Edisi ke-4, Jakarta: EGC, hlm 48-55.

Bahruddin M, 2012, Neuroanatomi dan aplikasi klinis-diagnosa topis. Cetakan pertama,


Malang: UMM Press, hlm 157-62.

Bahruddin M, 2013, Neurologi klinis. Edisi pertama, Malang: UMM Press, hlm 30-4.

Biller J, Guener G, and Brazis, 2011, DeMyers’s The Neurologic examination : A


programmed text. Sixth edition. New York: McGraw Hill-Medical. pp 239-45.

Crossman AR and Neary D, 2015, Neuroanatomi : Buku ajar ilustrasi warna. Singapura:
Churchill Livingstone-Elsevier, hlm 32-5, 131-6.

FitzGerald MJT, Gruener G, and Mtui E, 2007. Clinical neuroanatomy and neuroscience.
Fifth edition. New York: Elsevier Saunders. pp 7, 191-8.

Hansen JT, 2010. Netter’s Clinical anatomy. 2nd edition. York: Elsevier Saunders. pp 360-1.

Islam MS, 1996, Neuroanatomi fungsional. Surabaya : FKUA-RSUD dr Soetomo. hlm 16-18.

34
Martini FH, Timmons MJ, Tallitsch RB, Ober WC, Garrrison CW, Welch K, and Hutchings
RT, 2003. Human anatomy. First edition. New York-USA: Prentice-Hall. pp 429-41.

Munir B, 2015. Neurologi dasar. Surabaya: Sagung Seto. hlm 12-13.

Tao L, and Kendall K, 2014. Sinopsis organ system Neurologi : Pendekatan dengan terpadu
dan disertai kumpulan kasus klinik. Jakarta: Karisma Publishing Group. hlm 48-52.

THE SEVEN JUMPS

No Langkah Uraian

Identifikasi Agardapatmemahami, mahasiswa perlu berusaha mencari istilah dan


1 istilah/ konsep yang belum jelas atau asing, dari skenario, kemudian
konsep menjelaskannya untuk menyamakan persepsi.

Identifikasi Mahasiswa berusaha mencari masalah inti dan masalah tambahan


2.
masalah dalam skenario,

Brainstorming / curah pendapat dengan menggali masalah dan


Analisis berusaha menjelaskan konsep dengan menggunakan pengetahuan
3.
masalah yang mereka kuasai sebelumnya ( walaupun konsep dan
penjelasannya masih salah, tutor tidak perlu segera berkomentar.)

Berdasarkan langkah 2 dan 3, mahasiswa mengelompokkan masalah


Strukturisa-
4. dan konsep lalu membentuk pola/ skema yang sistematis dan
si
terangkai secara logis.
Identifikasi
5 tujuan Merumuskan hal hal yang perlu dipelajari lebih lanjut secara mandiri
belajar
MASA BELAJAR MANDIRI : perpustakaan, diskusi kelompok kecil, kuliah,
internet, konsultasi pakar, dsb.

Presentasi
Melaporkan hasil belajar mandiri / temuan informasi terkait dengan
6 hasil belajar
tujuan belajar yang dirumuskan bersama langkah ke 5
mandiri

7 Sintesis Menyimpulkan pengetahuan yang telah diperoleh

35

Anda mungkin juga menyukai