Muhammad Buku5 PDF
Muhammad Buku5 PDF
Blok neuromuskuloskeletal dan indera dasar ini penting dalam proses pembelajaran
untuk menjadi dokter yang berkompeten. Dengan mempelajari blok ini diharapkan
mahasiswa dapat memahami dan mampu menjelaskankeilmuwan dasar (basic sciences) yang
mencakup anatomi-histologi, fisiologi,biokimia terhadap kelainan/penyakit yang
berhubungan dengan sistem neuromuskuloskeletal, dan indera dasar.
Blok 1 Introduksi dunia kedokteran telah menyediakan dasar yang cukup untuk
memberikan keterampilan belajar, terutama sistematika penelusuran informasi dalam proses
mengembangkan pengetahuan mahasiswa. Kemampuan ini amat diperlukan dalam blok 5
agar setiap mahasiswa mampu menyusun pengetahuan yang baru dan menghubungkannnya
dengan pengetahuan di blok-blok sebelumnya.
Blok 2 Respirasi dan kardiovaskular dasar telah memberikan pemahaman tentang
keterkaitan satu organ dengan lainnya. Dengan dasar ini makin mempermudah mahasiswa
untuk memahami struktur anatomi, dan menjelaskan fisiologi sistem neuromuskuloskeletal
dan indera dasar.
Blok 3 Digestif, endokrin dan metabolik dasar telah memberikan dasar-dasar
mengenai sistem pencernaan, sistem endokrin dan metabolisme pada tubuh manusia yang
memudahkan mahasiswa memahami dan mengaitkan ilmu tersebut dengan struktur dan
fungsi sel-sel dalam konteks sistem neuromuskuloskeletal dan indera dasar.
Blok 4 Urogenital dan reproduksi dasar telah memberikan dasar-dasar mengenai
sistem urogenital dan reproduksi pada tubuh manusia yang memudahkan mahasiswa untuk
memahami tentang keterkaitan satu organ dengan lainnya. Dengan dasar ini makin
mempermudah mahasiswa untuk memahami struktur anatomi-histologi, fisiologi, dan proses
biokimiawisistem neuromuskuloskeletal dan indera dasar.
2
HUBUNGAN DENGAN BLOK BERIKUTNYA
Tema di semester 1 dan 2 adalah pengenalan ilmu kedokteran dasar yang mencakup
anatomi-histologi, fisiologi dasar dari organ-organ tubuh, serta biokimia yang terjadi.
Dengan penguatan dasar materi dari blok ini, maka diharapkan mahasiswa akan lebih mudah
memahami proses patogenesis penyakit pada berbagai organ tubuh manusia. Setelah sistem
neuromuskuloskeletal dan indera dasar, pemahaman di tingkat sistem organ akan terus di
bangun sepanjang tahun pertama ini. Blok 1,2,3, 4 dan 5 akan menjadi dasar yang sangat kuat
bagi blok 6 (hematologi, imunologi, proses infeksi dan inflamasi), dan blok 7 (kehamilan,
persalinan dan neonatus)
Selanjutnya, mahasiswa akan kembali mempelajari mengenai sistem
neuromuskuloskeletal klinis (semester 5) dan sistem indera, hematologi dan immunologi
klinis (semester 5). Penyakit-penyakit neuromuskuloskeletal dan indera dasar yang
memerlukan penanganan segera (emergency), akan di bahas kembali pada semester 4 (tema
emergency).
TUJUAN UMUM
Pada akhir blok ini, mahasiswa diharapkan akan dapat mengenali dan menganalisis
suatu kasus dengan mendalami anatomi-histologi, fisiologi, biokimiawi tubuh sistem
neuromuskuloskeletal dan indera dasar, serta mampu menangani kasus sesuai dengan
kompentensi dokter umum.
TUJUAN KHUSUS
1. Mampu menjelaskan anatomi-histologi, fisiologi, dan biokimiawi sistem
neuromuskuloskeletal, dan indera dasar.
2. Mampu menjelaskan hubungan keterkaitan antara anatomi-histologi dan fisiologi dalam
ruang lingkup sistem neuromuskuloskeletal, dan indera dasar.
AREA KOMPETENSI
Area Kompetensi Yang Akan Dicapai Oleh Mahasiswa:
Area 1 : Profesionalitas yang luhur
1. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab manusia terkait bidang kesehatan
2. Kaidah Dasar Moral dalam praktik kedokteran
3. Profesionalisme dokter (sebagai bentuk kontrak sosial, pengenalan terhadap karakter
profesional, kerjasama tim, hubungan interprofesional dokter dengan tenaga
kesehatan yang lain)
3
d. Refleksi diri
4
DAFTAR MASALAH
Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter berangkat dari keluhan atau masalah
pasien/klien, melalui penelusuran riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
tambahan/penunjang, serta karakteristik pasien, keluarga dan lingkungannya. Dokter
melakukan analisis terhadap masalah kesehatan tersebut untuk kemudian melakukan tindakan
dalam rangka penyelesaian masalah tersebut.
Selama pendidikan dokter, mahasiswa perlu dihadapkan pada berbagai masalah,
keluhan atau gejala yang terkait, serta perlu dilatih bagaimana menyelesaikan masalah
tersebut, sehingga diharapkan lulusan dokter FK Unsyiah berkompeten dalam menghadapi
berbagai masalah kesehatan serta mampu menyelesaikan berbagai masalah tersebut dengan
lebih baik.
Daftar masalah individu perlu dikuasai oleh lulusan dokter, karena merupakan
masalah dan keluhan yang paling sering dijumpai pada tingkat pelayanan kesehatan primer.
Daftar masalah individu mencakup keluhan gejala maupun hal-hal yang membuat individu
sebagai pasien atau klien mendatangi dokter atau institusi pelayanan kesehatan.
Masalah individu terkait Sistem neuromuskuloskeletal dan indera dasar yang sering dijumpai:
Sistem neuromuskuloskeletal
1. Sakit kepala
2. Pusing
3. Kejang
4. Kejang demam
5. Epilepsi
6. Pingsan/sinkop
7. Hilang kesadaran
8. Terlambat bicara (speech delay)
9. Gerakan tidak teratur
10. Gangguan gerak dan koordinasi
11. Gangguan penciuman
12. Gangguan bicara
13. Wajah kaku
14. Wajah merot
15. Kesemutan
16. Mati rasa/baal
17. Gemetar (tremor)
18. Lumpuh
5
Sistem muskuloskeletal
1. Patah tulang
2. Terkilir
3. Gangguan jalan
4. Terlambat dapat berjalan
5. Gangguan sendi (nyeri,kaku, bengkak, kelainan bentuk)
6. Gerakan terbatas
7. Nyeri punggung
8. Bengkak pada kaki dan tangan
9. Varises
10 Gangguan otot, nyeri otot, kaku otot, otot mengecil
Sistem Indera
Masalah akibat penggunaan lensa
1. Mata merah 15.
kontak
2. Mata gatal 16. Mata juling
Mata terlihat seperti mata kucing/
3. Mata berair 17.
orang-orangan mata terlihat putih
4. Mata kering 18. Telinga nyeri/sakit
5. Mata nyeri 19. Keluar cairan dari liang telinga
6. Mata lelah 20. Telinga gatal
7. Kotoran mata 21. Telinga berdenging
8. Penglihatan kabur 22. Telinga terasa penuh
9. Penglihatan ganda 23. Tuli(gangguan fungsi pendengaran)
10. Penglihatan silau 24. Benjolan di telinga
11. Gangguan lapangan pandang 25. Daun telinga merah
12. Buta 26 Benda asing di dalam liang telinga
13. Bintil di kelopak mata 27. Telinga gatal
Kelilipan (benda asing asing di
14. 28 Gangguan penciuman
mata)
6
TOPIC TREE
7
FORMAT AKTIVITAS BELAJAR
Aktifitas belajar dirancang dalam bentuk PBL (Problem Based Learning) dengan beberapa
aktivitas belajar dipersiapkan untuk mencapai kompetensi pada blok :
1. Diskusi Tutorial
2. Kuliah Pakar
3. Diskusi Pleno
4. Konsultasi Pakar
5. Praktikum
Kegiatan ini bertujuan untuk merangsang semua mahasiswa agar antusias dalam
mencari dan menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi. Jawaban terhadap
masalah yang didapatkan melalui proses diskusi dan belajar mandiri.
Diskusi bersama tutor sebanyak 2 x 2 jam tiap minggu dengan menjalankan prinsip 7
langkah/ the seven jumps
Diskusi tutorial pertama dalam tiap skenario hanya menjalankan langkah 1–5,
selanjutnya pada diskusi tutorial kedua akan menyelesaikan langkah 6 dan 7.
Diskusi membahas tentang skenario yang telah ditetapkan.
Pada format belajar mandiri ini diharapkan mahasiswa mampu untuk mencari, memahami,
mensintesa serta merekonstruksi pengetahuan yang baru diperoleh dengan pengetahuan yang
telah dimiliki sebelumnya. Belajar mandiri terdiri dari 50 % dari total waktu belajar, yaitu 20-
25 jam dalam seminggu (waktu belajar seminggu 45 jam). Belajar mandiri merupakan format
utama dalam PBL.
Topik-topik yang perlu dipelajari secara mandiri dapat dilihat pada topic tree.
Kuliah pakar diberikan oleh seorang yang dianggap memiliki kompetensi akademik
dalam bidang yang menjadi topik masalah yang dibahas dalam diskusi dan tutorial. Kuliah
pakar seminggu dapat berlangsung 2 – 3 kali, di ruang kuliah. Kuliah pakar ini dikemas
dalam bentuk komunikasi dua arah. Kuliah pakar ini akan membantu mahasiswa
mengintegrasikan pengetahuan yang didapatnya melalui proses belajar mandiri, praktikum
maupun diskusi.
8
Adapun kuliah-kuliah dalam blok ini adalah sebagai berikut:
9
Praktikum
10
Tim Pakar dalam blok ini adalah:
PENILAIAN
Blok ini mempunyai kompetensi sedang dengan Penilaian :
1. Nilai proses 40%, terdiri dari :
a. Tutorial : 80 %
b. Praktikum 20 %
11
SUMBER BELAJAR
1. Ganong WF. 2001. Review of Medical Physiology. 21th ed. a LANGE medical book.
McGraw-Hill.
2. Guyton AC and Hall JE. 2013. Textbook of Medical Physiology. Elsevier.
3. Despopoulos A and Silbernagl S. 2003. Color Atlas of Physiology.5th ed. Thieme
Flexibook.
4. Bauman R and Dutton S. Human Anatomy and Physiology, Laboratory Textbook.
WP whittier publications inc.1996.
5. Hansen JT and Koeppen BM. Netter’s Atlas of Human Physiology.
6. Rohkamm R. Color Atlas of Neurology. Thieme Stuttgart. New York.2004.
7. Paulsen F and Waschke J. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edisi 23. EGC. 2013
8. Mescher AL. Histologi Dasar Junqueira. Edisi 12. EGC.
9. Bloom W and Fawcett DW. A textbook of Histology.
10. Devlin TM. Textbook of Biochemistry with Clinical Correlations.7 th Ed. 2010
11. Altster EZ. A Text-Book of General Pathological Anatomy and Pathogenesis.
London. Forgotten Books. 2013.
12. Gartner LP and Hiatt JL. Color Atlas of Histology. Lippincott Williams & Wilkins.
2009
13. Netter, F.H., Atlas of Human Anatomy (fourth edition), Saunders, Philadelphia,
Pennsylvania, 2006
14. Snell, RS., Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem, EGC, Jakarta, 2012
15. Wibowo D.S,dkk . Anatomi Tubuh Manusia, Graha Ilmu, Jakarta, 2009
16. Patrick W. Tank, Ph.D, Department of Neurobiology and Developmental Sciences,
University of Arkansas for Medical Sciences, 2009
12
Skenario 1
Bagaimana proses yang terjadi pada tubuh wanita tersebut sebelum timbul
keluhan dan apa saja struktur anatomi yang terlibat ?
Learning objective:
13
The Seven Jumps
TUTOR GUIDE
dr. Muhammad Mizfaruddin, M.Kes, Sp.S
Bagian Anatomi-Histologi FK Unsyiah
dr. Jufitriani Ismy, M.Kes, M.Ked (Ped), SpA
Bagian Fisiologi FK Unsyiah
14
Langkah 3: Analisis Masalah
Pada langkah ini, mahasiswa akan mendiskusikan berbagai masalah yang dikemukakan
pada langkah II.
15
plasma dan sinapsis. Sehingga komuniaksi dan interaksi antar neuron dilakukan melalui
neurotransmiter.
Fisiologi Penglihatan
Retina mengubah bayangan cahaya menjadi impuls listrik saraf yang dikirim ke otak.
Penyerapan suatu foton cahaya oleh sebuah fotoreseptor menimbulkan suatu reaksi
16
fotokimia di fotoreseptor yang melalui suatu cara akan memicu timbulnya sinyal
listrik ke otak, yang disebut suatu potensial aksi. Foton harus di atas energi minimum
untuk dapat menimbulkan reaksi.
Proses seseorang mampu melihat suatu benda?
Sumber cahaya Masuk ke mata melalui kornea Melewati pupil yang lebarnya diatur
oleh iris Dibiaskan oleh lensa Terbentuk bayangan di retina yang bersifat nyata,
terbalik, diperkecil Sel-sel batang dan sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui
saraf optic Otak membalikkan lagi bayangan yang terlihat di retina Obyek terlihat
sesuai dengan aslinya.
17
Bagian terbesar dari daya bias mata bukan dihasilkan oleh lensa, akan tetapi terjadi
pada bidang batas antara permukaan anterior kornea dan udara, hal ini dapat terjadi karena
perbedaan indeks bias antara kedua medium ini cukup besar. Perbedaan indeks bias yang
kecil akan sangat menurunkan kekuatan pembiasan cahaya di kedua permukaan lensa.
18
b. Afasia motorik
Fungsi pengaturan bahasa mengalami lateralisasi ke hemisfer kiri otak pada 96-99
% orang yang dominan menggunakan tangan (kinan), sedangkan 60% pada orang
yang dominan tangan kiri (kidal). Timbulnya afasia bila terjadi kerusakan pada
area pengaturan bahasa di otak kiri (sebagian besar) oleh berbagai macam
penyebab (Tao and Kendal, 2014, Islam, 1996). Area Broca atau area 44-45
Broadman (Gambar-2) merupakan daerah otak yang mengatur kemampuan
bicara motorik atau artikulasi berbahasa.
Serabut simpatis yang mensarafi kandung kemih berasal dari segmen thorakal
bawah dan segmen lumbal atas dari medula spinalis (segmen T10-12, L1, dan L2)
(Bahruddin, 2013) (Gambar-3)
19
Serabut-serabut ini berjalan melalui bagian kaudal rantai simpatis dan saraf
splanknikus inferior menuju ganglion mesenterikum inferior. Serabut
postganglionic simpatis kemudian berjalan melalui pleksus hipogastrikus inferior
menuju tunika muskularis dinding kandung kemih dan ke otot polos sfingter
uretra internus (Gambar-3) yang menyebabkan relaksasi otot polos detrusor
dinding kandung kemih dan kontraksi otot polos sfingter uretra internus. Proses
ini berhubungan dengan fungsi pengisian kandung kemih (bladder filling).
Inkontinensia urin terjadi apabila adanya gangguan pada fase ini (FitzGerald,
2007)
d. Diplopia (Fitri)
Pandangan ganda (Diplopia) adalah Suatu keadaan berupa penglihatan berbeda
dari kedua mata yang terlihat secara simultan . Kadang kadang penglihatan mata kiri
dan kanan tidak berhasil menyatu , keadaaan ini timbul karena dua alasan: 1. Kedua
mata tidak terfokus pada benda yang sama secara simultan akibat kelainan otot- otot
mata eksternal yang menyebabkan fusi kedua lapangan pandang tidak terjadi. 2.
Informasi binocular tidak secara tepat diintegrasikan selama pengolahan visual.
Langkah 4 : Strukturisasi
Sistem Saraf
Biokimia Biokimia
Biokimia
20
Langkah 5 : Identifikasi Tujuan Belajar
Pada langkah ini mahasiswa menentukan learning objectives(LO), yaitu hal-hal yang
dianggap perlu untuk diketahui mahasiswa.
a. Anatomi sistem saraf somatomotorik
b. Proses fisiologi dan biokimia pada sistem saraf somatomotorik
c. Anatomi sistem indera
d. Proses fisiologi dan biokimia yang terjadi pada sistem indera
A. Anatomi-histologi
Korteks motorik primer adalah pusat tertinggi yang mengendalikan kegiatan motorik
yang dalam pelaksanannya dibantu oleh area di sekitarnya seperti supplementary motor area
yang lebih berperan dalam perencanaan gerak serta area premotor yang lebih berperan dalam
melaksanakan gerakan yang lebh kompleks. Korteks motorik primer ini (girus presentralis)
merupakan sekumpulan jaringan kortikal yang terletak di sisi berlawanan dengan sulkus
sentralis dan meluas ke atas melewati tepi superomedial hemisfer serebri menuju permukaan
medialnya (Gambar-4) Area yang mepresentasikan tenggorokan dan laring terletak pada
ujung inferior korteks motorik primer. Secara berkesinambungan, di bagian atasnya area yang
mempresentasikan wajah, ekstremitas atas, badan, dan ekstremitas bawah. Struktur pemetaan
ini disebut sebagai homunkulus motorik (Gambar-5) (Bahruddin, 2012; Baehr and Frotscher,
2005).
21
Gambar-5 : Homunkulus motorik ((FitzGerald, 2007)
22
plate. Impuls diteruskan ke otot melalui myoneural junction (Baharuddin, 2012; Baehr and
Frotscher, 2005)
B. Sinaps sistem saraf pusat
Tiga komponen utama neuron yaitu: (1) Soma – badan utama neuron, (2) Akson –
memanjang dari soma ke ujung (Bagian efektor neuron) dan (3) Dendrit – proyeksi dari
soma (Bagian sensoris neuron), gambar 9. Informasi dihantarkan dalam sistem saraf pusat
terutama dalam bentuk potensial aksi saraf, disebut “impuls saraf” yang melewati
serangkaian neuron dari satu neuron ke neuron berikutnya. Setiap impuls: (1) Dapat dihambat
sewaktu dihantarkan dari satu neuron ke neuron berikutnya, (2) dapat diubah dari impuls
tunggal menjadi impuls yang datangnya berurutan, atau (3) dapat digabungkan dengan impuls
yang datang dari neuron-neuron lainnya untuk membantuk pola impuls yang sangat rumit
yang dilewati serangkaian neuron.
Jenis Sinaps
1) Sinaps kimiawi: pada sinaps ini neuron pertama menyekresi suatu bahan kimia yang
disebut neurotransmitter (atau sering disebut zat transmiter). Zat transmitter ini
kemudian bekerja pada protein reseptor pada membran neuron berikutnyauntuk
merangsang neouron tersebut, menghambat atau mengubah sensifitasnya dengan
berbagai cara.
2) Sinaps listrik: ditandai dengan terbukanya kanal cairan yang langsung, yang
menghantarkan listrik dari satu sel ke sel berikutnya. Umumnya saluran ini terdiri dari
struktur tubular protein kecil yang disebut taut imbas (gap junction) yang
23
memudahkan pergerkan ion dengan bebas dari bagian dalam suatu sel ke bagian
dalam sel berikutnya.
– hal ini yang memungkinkan sinyal untuk diarahkan pada tujuan tertentu.
o Komponen saluran ion membuka kanal ion atau mengaktifkan sistem second
messenger.
24
Kanal Ion pada membran neuron pascasinaps biasanya dua jenis, yaitu:
Kanal kation yang lebih sering memungkinkan ion natrium untuk lewat ketika terbuka
tetapi beberapa memungkinkan lewatnya kalium atau kalsium
Kanal anion yang terutama memungkinkan klorida untuk lewat dan juga sedikit sekali
anion yang lain.
sekitar 75% ASM ditransduksikan dengan reseptor yang berpasangan dengan protein
G.
25
Mekanisme Kerja Second Messenger dapat dilihat pada gambar berikut:
26
Lapisan koroid: lapisan tipis di dalam sklera yang berisi pembuluh darah dan suatu bahan
pigmen, tidak menutupi kornea.
Pupil: daerah hitam di tengah-tengah iris.
Iris: jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di
depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara
merubah ukuran pupil.
Lensa: struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus;
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
Retina: lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata,
berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. Retina terbagi menjadi
10 lapisan dan memiliki reseptor cahaya aktif yaitu sel batang dan sel kerucut pada
lapisan ke-9.
Saraf optikus: kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke
otak.
Bintik buta: cakram optik yang merupakan bagian fovea dekat hidung, merupakan
tempat percabangan serat saraf dan pembuluh darah ke retina, tidak mengandung sel
batang ataupun kerucut, terletak pada region sekitar 13̊ – 18̊.
Humor aqueous: cairan jernih dan encer yang mengalir di antara lensa dan kornea
(mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan
kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
Humor vitreous: gel transparan/ cairan kental yang terdiri dari bahan berbentuk serabut,
terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).
Fisiologi Penglihatan
Retina mengubah cahaya menjadi impuls listrik saraf.Paparan suatu foton cahaya
pada fotoreseptor menimbulkan suatu reaksi fotokimia dimana energy cahaya diubah menjadi
energy listrik (potensial aksi). Energi dalam bentuk impuls listrik ini selanjutnya akan dikirim
ke otak sehingga kita bisa melihat suatu objek.
27
a. Sel Kerucut
Jumlahnya sekitar 6,5 juta di masing-masing mata.
Digunakan untuk penglihatan siang hari (fotopik).
Berguna untuk melihat detail halus dan mengenali beragam warna.
Tersebar di seluruh retina, terutama di fovea sentralis.
Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 550 nm pada region
kuning hijau.
b. Sel Batang
Jumlahnya sekitar 120 juta di masing-masing mata.
Digunakan untuk penglihatan malam hari (skotopik).
Berguna untuk penglihatan perifer.
Tidak tersebar merata di retina namun memiliki kepadatan maksimum di sudut sekitar
20̊.
Memiliki sensitivitas maksimum di panjang gelombang sekitar 510 nm pada region
biru-hijau.
PENGLIHATAN WARNA
Penglihatan warna terjadi melalui dua tingkatan proses, yaitu pada tingkat reseptor
sesuai dengan teori triwarna, sedangkan pada saraf optik dan di luarnya sesuai dengan teori
antagonis.Teori triwarna menganggap bahwa pada retina terdapat 3 macam pigmen yang
mempunyai penyerapan maksimum terhadap warna biru, hijau, dan merah dari spectrum
cahaya.Pigmen-pigmen ini terdapat pada reseptor secara terpisah yang masing-masing dapat
menghasilkan impuls-impuls yang berbeda untuk dikirim ke otak.Teori antagonis
menganggap bahwa retina mempunyai aktivitas yang lebih kompleks.Ada 6 macam
tanggapan retina yang terjadi dalam bentuk pasangan antagonistik. Rangsangan yang
menghasilkan setiap tanggapan tunggal dapat menekan pasangan lain.
Sel batang dan kerucut ukurannya sangat kecil, bertindak sebagai pemandu
gelombang optik, yang secara selektif ditransmisikan dalam bentuk suatu pita spektrum
cahaya yang sempit.Secara teoritis, energi cahaya ditransmisikan ke otak dalam berbagai
spektrumwarna yang khas.
28
2. Ambang penerangan
Ambang penerangan merupakan ukuran kepekaan relatif mata terhadap cahaya
dengan aneka macam panjang gelombang.Penglihatan untuk adaptasi gelap disebut skotopik
dan terang disebut fotopik.
3. Ketajaman
Ketajaman yang dimaksud merupakan ukuran ketajaman penglihatan dan diukur
dengan pemisahan sudut minimum dari dua buah objek.Secara teoritis batas jarak terendah
dimana mata dapat membedakan resolusi dua buah titik cahaya adalah 0,1 mrad, sedangkan
kenyataannya,sudut pemisahan terkecil dimana penglihatan paling tajam dan kondisi yang
optimum manusia adalah berkisar 0,2 mrad.
29
Diperbaiki dengan : lensa bifokal atau trifokal.
4. Buta warna
Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel
kerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu akibat faktor genetis.Buta
warna merupakan kelainan genetik/bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada
anaknya secara X sex chromosome linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X.
Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan
antara penderita buta warna pada laki dan wanita.
Seorang wanita berperan sebagai “pembawa sifat”.Wanita pembawa sifat buta
warna secara fisik tidak mengalami kelainan buta warna sehingga berpenampilan sebagai
wanita normal pada umumnya.Tetapi wanita dengan pembawa sifat berpotensi
menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak.Seorang wanita akan menderita
buta warna apabila pada kedua kromosom X mengandung gen buta warna.Sel saraf di
retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang
peka terhadap warna.Buta warna terjadi ketika sel reseptor cahaya di retina mengalami
perubahan, khususnya sel kerucut.
30
2. Struktur konka yang berfungsi sebagai proteksi terhadap udara luar karena strukturnya
yang berlapis. Bagian-bagiannya adalah :
a. Konka superior
b. Konka medialis
c. Konka inferior
d. Septum nasi (sekat hidung)
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung
kanan dan kiri oleh sekat vertikal yang sempit yang disebut septum nasi.
3. Sel silia yang berperan untuk melemparkan benda asing ke luar dalam usaha
membersihkan jalan napas.
Reseptor organon olfactory terdapat di bagian atas hidung, menempel pada lapisan
jaringan yang diselaputi lendir yang disebut olfactory mucosa.Selaput lendir tersebut
berfungsi melembabkan udara.Pada bagian tersebut juga terdapat bulu-bulu hidung yang
berfungsi untuk menyaring debu dan kotoran.Reseptor olfaktori hanya mampu berfungsi
selama 35 hari. Bila mati, baik karena sebab yang alami, maupun karena kerusakan fisik,
maka reseptor tersebut akan digantikan oleh reseptor-reseptor baru yang axonnya akan
berkembang ke lapisan olfactory bulbs yang akan dituju, dan bila telah sampai pada lapisan
yang dimaksud, mereka akan memulihkan koneksi sinapsis yang terputus.
Proses Penciuman
Hidung merupakan salah satu dari panca indra yang berfungsi sebagai indra pembau
yang terdiri atas kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung, yaitu pada lapisan
lendir bagian atas. Reseptor pencium merupakan sel epitelium pembau mengandung yang 20
juta sel-sel olfaktori khusus dengan akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut saraf
pembau.Pada permukaan sel epitelium ini mengandung beberapa rambut-rambut pembau
yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan di udara.Pada saat kita bernapas, zat kimia
yang terdapat di udara masuk ke dalam hidung. Zat kimia yang merupakan sumber bau akan
dilarutkan pada selaput lendir kemudian akan merangsang rambut-rambut halus pada sel
pembau. Sel pembau akan meneruskan rangsang ini ke otak untuk diolah sehingga kita bisa
mengetahui jenis bau dari zat kimia tersebut.
Sistem gustatory terdapat di lidah. Pada lidah, terdapat reseptor perasa yang dapat
membedakan rasa yang disebut taste buds. Reseptor pada lidah akan digantikan oleh reseptor
yang baru setiap 10 hari sekali. Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas
lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut papilla.Pada
papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan.Apabila pada bagian lidah
tersebut tidak terdapat papilla maka lidah tersebit menjadi tidak sensitif terhadap rasa.
32
1. Tonjolan berbentuk seperti benang-benang halus yang disebut dengan Papilla filiformis,
banyak terdapat dibagian depan lidah.
2. Tonjolan berbentuk seperti kepala jamur yang disebut papilla fungiformis, banyak
terdapat di bagian depan dan sisi lidah, dan
3. Tonjolan yang berbentuk bulat yang disebut papilla circumvalata, tersusun seperti huruf
V terbalik, banyak terdapat dibagian belakang lidah.
Didalam papillae terdapat banyak putik pengecap (taste buds). Setiap putik pengecap
terdiri atas dua jenis sel seperti berikut ini :
1. Sel-sel pengecap memiliki tonjolan-tonjolan seperti rambut yang menonjol keluar dari
pengecap.
2. Sel-sel penunjang yang berfungsi untuk menyokong sel-sel pengecap.
Indera pengecap yang terdapat di lidah memiliki 4 modalitast rasa, yaitu:
a. Manis : pada puncak atau ujung lidah.
b. Asin : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan).
c. Asam : pada tepi lidah (samping kiri dan kanan).
d. Pahit : pada pangkal lidah.
33
Gambar 1.15 Indera Pengecap pada Lidah
Fungsi lidah selain sebagai indera pengecap, yaitu untuk mengatur letak makanan
ketika dikunyah, membantu mendorong makanan ke kerongkongan (pada waktu menelan)
dan sebagai alat bantu dalam berbicara. Selain itu, indera lain yang turut berperan pada
persepsi pengecap adalah indera pembau.
Kemampuan mengecap seseorang tergantung pada:
1. Faktor Individual, misalnya pada seseorang yang sedang sakit, maka kepekaan
mengecapnya akan berkurang.
2. Nilai Ambang, misalnya seseorang yang sudah terbiasa makan makanan yang asam, akan
lebih tinggi daripada orang yang tidak biasa makan asam. Nilai ambang ini tergantung dari
kebiasaan seseorang.
3. Konsentrasi, misalnya pada seseorang yang makan satu mangkok garam, lama kelamaan
tidak akan merasakan asin lagi seperti pertama kali memakannya.
Daftar pustaka
Baehr M, and Frotscher M, 2005, Diagnosis topic neurologi Duss : Anatomi, fisiologi, tanda
dan gejala. Edisi ke-4, Jakarta: EGC, hlm 48-55.
Bahruddin M, 2013, Neurologi klinis. Edisi pertama, Malang: UMM Press, hlm 30-4.
Crossman AR and Neary D, 2015, Neuroanatomi : Buku ajar ilustrasi warna. Singapura:
Churchill Livingstone-Elsevier, hlm 32-5, 131-6.
FitzGerald MJT, Gruener G, and Mtui E, 2007. Clinical neuroanatomy and neuroscience.
Fifth edition. New York: Elsevier Saunders. pp 7, 191-8.
Hansen JT, 2010. Netter’s Clinical anatomy. 2nd edition. York: Elsevier Saunders. pp 360-1.
Islam MS, 1996, Neuroanatomi fungsional. Surabaya : FKUA-RSUD dr Soetomo. hlm 16-18.
34
Martini FH, Timmons MJ, Tallitsch RB, Ober WC, Garrrison CW, Welch K, and Hutchings
RT, 2003. Human anatomy. First edition. New York-USA: Prentice-Hall. pp 429-41.
Tao L, and Kendall K, 2014. Sinopsis organ system Neurologi : Pendekatan dengan terpadu
dan disertai kumpulan kasus klinik. Jakarta: Karisma Publishing Group. hlm 48-52.
No Langkah Uraian
Presentasi
Melaporkan hasil belajar mandiri / temuan informasi terkait dengan
6 hasil belajar
tujuan belajar yang dirumuskan bersama langkah ke 5
mandiri
35