Anda di halaman 1dari 40

Keperawatan Gerontik

Panduan
Laboratorium

KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Oleh :
Rahmawati Ramli, S.Kep.Ns.M.Kes
Suhermi S.,S.Kep.Ns.M.Kes
Rizqy Iftitah Alam, S.Kep.Ns. M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
1
Keperawatan Gerontik

IDENTITAS MAHASISWA
PRAKTIK LABORATORIUM KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FKM UMI

NAMA :
NIM :
ALAMAT/TELEPON :

Makassar, 2019
Mahasiswa

(…..………….………………)

*Jika buku ini tercecer harap menghubungi/mengembalikan pada pemiliknya,


terimakasih atas bantuan dan keikhlasannya*

2
Keperawatan Gerontik

VISI MISI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FKM UMI
Visi
Sebagai pusat pendidikan dan pengembangan ilmu keperawatan yang
menghasilkan perawat profesional yang Islami, Unggul, dan Kompetitifditingkat nasional
tahun 2020 dan internasional tahun 2030.
Misi
1. Melaksanakan program pendidikan Ners yang berbasis KKNI ditunjang dengan
peningkatan sarana dan prasarana serta pengembangan SDM yang memadai.
2. Melaksanakan proses asuhan keperawatan yang terintegrasidengan keperawatan spiritual
yang islami.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dosen dalam proses pembelajaran
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dosen khusus di bidang kegawatdaruratan
dan disaster melalui pelatihan, seminar, dan workshop.
5. Memotivasi dosen dalam mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
6. Mengembangkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang terintegrasi dengan
kajian Al Qur’an dan Hadist.

3
Keperawatan Gerontik

Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan,
kemampuan, dan waktu kepada kami sehingga Buku Pedoman Praktek Laboratorium
Keperawatan Gerontik ini dapat selesai dan dapat diterbitkan
Praktik laboratorium merupakan bagian dari tahapan Program Studi Ilmu Keperawatan
yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan perawat yang profesional. Dengan kegiatan
praktek laboratorium ini mahasiswa dapat mencapai ketrampilan klinis sesuai kompetensi yang
diharapkan. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan berbagai komponen dalam proses
pembelajaran. Buku Pedoman Praktik laboratorium Program Program Studi Ilmu Keperawatan
merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memberikan uraian pelaksanaan praktik
di bagian keperawatan.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas segala kontribusi yang telah
diberikan dalam penyelesaian penyusunan buku ini. Oleh sebab itu, penyusun berharap saran
untuk kesempurnaan di masa yang akan datang.

Penyusun

Tim Keperawatan Gerontik

4
Keperawatan Gerontik

Daftar Isi

No. Judul Hal.


1 Praktik 1 : Pengkajian Keperawatan pada Lansia 6
( Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik)

2 Praktik 2 : Pengkajian Status Fungsional 12

3 Praktik 3 : Pengkajian Status Kognitif 16

4 Praktik 4 : Pengkajian Aspek Spiritual 24

5 Praktik 5 : Pengkajian Fungsi Sosial 26

6 Praktik 6 : Komunikasi pada Lansia 28

5
Keperawatan Gerontik

PRAKTIK I
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tujuan perawatan lansia adalah untuk mengoptimalkan kesehatan mereka secara
umum, serta memperbaiki / mempertahankan kapasistas fungsional. Pengkajian yang
menyeluruh pada lansia yang dilakukan oleh perawat meliputi :
 Mengidentifikasi status kesehatannya (anamnesis dan pemeriksaan fisik)
 Status gizi
 Kapasitas fungsional
 Status psikososial
 Masalah khusus lainnya yang dihadapi secara individual.

1. Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis secara akurat dan up to date (baru) termasuk pula
mengenai persepsi lansia mengenai bagaimana persepsi lansia tentang kesehatan dirinya
sendiri.
Tabel 1 Jenis Keluhan pada Lansia menurut Pendekatan Sistemik
Sistem Keluhan yang Khas
1. Respirasi 1. Sesak napas yang progresif, batuk yang menetap
2. Kardiovaskular 2. Orthopnea, Edema, angina, Klaudikasio, palpitasi, pusing,
sinkop
3. Gastrointestinal 3. Sulit mengunyah, sulit menelan, nyeri perut, perubahan
defekasi
4. Genitourinaria 4. Poliuria, urgensi, nokturia tak lampias, intermitten, perlu
usaha untuk pengosongan, inkontinensia, hematuria,
perdarahan pervaginam
5. Muskuloskeleta 5. Nyeri local/difus, lumpuh/ lemah local/difus, gangguan
sensivitas
6. Neurologis 6. Gangguan Penglihatan (Sementara / Progresif)
7. Psikologis 7. Depresi, ansietas, agitasi, paranoid, pikun, kebingungan
6
Keperawatan Gerontik

2. Pemeriksaan fisik pada lansia


Pemeriksaan fisik umum pada lansia ditujukan untuk dapat mengidentifikasi
keadaan umumnya dengan penekanan pada tanda tanda vital, keadaan gizi, aktivitas tubuh,
baik dalam berbaring atau berjalan. Observasi yang menyeluruh diarahkan pada hal-hal
berikut :
a. Membandingkan usia kronologis terhadap usia sekarang
b. Aspek gender dan suku
c. Perkembangan perawatan
d. Kebersihan (cara berdandan)
e. Ekspresi wajah bicara, cara bicara
f. Pengamatan pada daerah kulit, dilihat keriput/ kerut-kerut, warna kulit keabu-
abuan, kering dan rambut rapuh.
g. Gerakan melambat, menggunkan alat bantu ambulasi, dan memperlihatkan
langkah-langkah yang kaku.
h. Diamati pula apakah berat dan tinggi badan telah sesuai. Bentuk dan bagian tubuh
apakah simetris.
i. Gejala seperti tremor, kontraktur, gerakan-gerakan simetris, postur kaki,
pergelangan , dan jari-jari tangan.
j. Inspeksi didaerah leher, apakah terdapat otot-otot atau tendon yang menonjol juga
adanya redistribusi lemak
k. Kesan umum tentang perkembangan badan, apakah tampak terlalu tinggi/ terlalu
pendek, terdapat penurunan massa otak, ataupun kegemukan.
l. Pengamatan terhadap kebersihan/ kerapian antara lain: rambut, kuku atau bau
badan.

7
Keperawatan Gerontik

Tabel 2 Temuan fisik pada pengkajian Head to Toe


Sistem Temuan Pemeriksaan fisik
Integument 1. Lemak subkutan menyusut
2. Kulit kering dan tipis, rentan terhadap trauma dan iritasi,
serta lembat sembuh
Mata Arcus senilis, penurunan visus
Telinga Pendengaran berkurang yang selanjutnya dapat berakibat gangguan
bicara
Kardiopulmonar Curah jantung berkurang serta elastisitas jantung dan pembuluh
darah berkurang. Walaupun tidak ada kelainan paru namun dapat
terdengar ronki basal
Muskuloskeletal Massa tulang berkurang, lebih jelas pada wanita
Gastrointestinal Mobilitas dan absorpsi saluran cerna berkurang, daya pengecap serta
produksi saliva menurun.
Neurological Rasa raba juga berkurang, langkah menyempit pada wanita dan pada
pria agak melebar.

3. Pemeriksaan fisik umum


a. Kesadaran. Tingkat kesadaran dibagi beberapa bagian.
1) Compos mentis (kesadaran penuh)
2) Apatis (acuh tak acuh terhadap keadaan sekitar)
3) Somnolen (kesadaran lebih rendah, yang ditandai klien tampak mengantuk, selalu
ingin tidur, tidak responsif terhadap rangsangan ringan tetapi masih responsif
terhadap rangsangan kuat)
4) Sopor (tidak memberikan respo ringan maupun sedang, tetapi masih sedikit respon
terhadap rangsangan yang kuat, refleks pupil terhadap cahaya masih positif)
5) Koma (tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apa pun, refleks pupil terhadap
cahaya tidak ada)
6) Delirium (tingkat kesadaran paling rendah, disoreantasi, kacau, dan salah persepsi
terhadap rangsangan)
b. Tanda Vital. Pemeriksaan tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu,
dan pernapasan.
8
Keperawatan Gerontik

c. Sistem Integument. Perubahannya bias berupa perubahan kulit local : angioma nevi
striae, kebotakan pada rambut, edema.
d. Indeks Massa Tubuh
1) Berat Badan (Kg)
2) BMI :
TB (m) x TB (m)
Normal : pria (20,1-25,0)
Wanita (18,7-23,8)
Klasifikasi nilai :
 Kurang : <18,5
 Normal : 18,5-24,9
 Berlebih : 25-29,9
 Obesitas : >30
3) TB berdasarkan Tinggi Lutut (TL)
 TB Pria = 6,50 + (1,38 + TL) – (0,08 x Umur)
 TB Wanita = 89,68 + (1,53 x TL) – (0,17 x Umur)
e. Pengkajian status gizi. Perlu ditegaskan bahwa status gizi penting bagi lansia. Berikut
ini adalah kegunaan status gizi :
1) Untuk memperoleh respons umum terhadap masukknya antigen asing
2) Untuk dapat mempertahankan struktur dan anatomi
3) Untuk dapat berpikir jernih
4) Untuk dapat memperoleh energy cadangan bagi keperluan sosialisasi secara
aktivitas jasmani.
Pedoman pengkajian pencernaan dan nutrisi
a. Kajian tentang kenyamanan rongga mulut dan mengunyah
1) Apakah terdapat sariawan atau perdarahan mulut?
2) Apakah sakit gigi? Ngilu pada rangsang panas atau dingin?
3) Apakah gusi berdarah?
4) Apakah sulit mengunyah atau menelan, dan adakah jenis makanan yang
dihindari karena hal ini?
5) Apakah mulut/ lidah merasa kering?
b. Kajian tentang perawatan gigi
9
Keperawatan Gerontik

1) Seringkah mengunjungi dokter gigi? Kapan terakhir kalinya? Dimana?


2) Bila tidak pernah dalam setahun , tanyakan sebabnya?
3) Bagaimana ia merawat giginya?
c. Kajian tentang kebutuhan nutrisi
1) Adakah menderita penyakit yang memerlukan modifikasi dan diet? (DM,
jantung)
2) Adakah alergi terhadap makanan tertentu?
3) Obat-obatan apa yang digunakan sekarang?
d. Kajian belanja kebutuhan pangan
1) Bagaimana melakukannya?
2) Apakah ada yang membantu belanja?
3) Apakah ada masalah dengan kegiatan ini?
e. Kajian tentang persiapan hidangan dan pola konsumsi
1) Dimana Anda makan, dengan siapa?
2) Apakah ada yang membantu masak?
3) Adakah kesulitan menyiapkan hidangan
4) Adakah kesulitan berlalu lalang didapur mengguanakan peralatan dapur?
5) Adakah perubahan pola makan dan masak?
(S. Tamher Noorkasiani, 2009)
4. Pemeriksaan fisik Khusus
a. Pengkajian Sistem Perkemihan
Proses penuaan pada ginjal, kandung kemih, uretra dan system persyarafan
mempengaruhi fisiologis pengeluaran urin. Proses penuaan mengarah pada terjadinya
inkontinensia
b. Pengkajian Sistem Pernapasan
Pengkajian sistem pernapasan dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses
penuaan yang terjadi pada sistem pernapasan.
c. Pengkajian Mobilitas
Pengkajian sistem pernapasan dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses
penuaan yang terjadi pada sistem pernapasan.
d. Pengkajian Sistem Kulit/ Integument

10
Keperawatan Gerontik

Pengkajian sistem kulit / integument dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses
penuaan yang terjadi pada kulit / integument.
e. Pengkajian Pola tidur
Pengkajian pola tidur dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses penuaan yang
terjadi pada pengkajian pola tidur.

Evaluasi Diri :

(paraf/inisial)

Evaluasi Peer Group :

(paraf/inisial)

Evaluasi Pembimbing :

(paraf/inisial)
Rekomendasi (oleh Pembimbing) :

(paraf/inisial)

11
Keperawatan Gerontik

PRAKTIK II
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL

PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL


Pengkajian status fungsional ini meliputi pengukuran kemampuan seseorang dalam
melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari, penentuan kemandirian, mengidentifikasi
kemampuan dan keterbatasan klien, serta menciptakan pemilihan intervensi yang
tepat.Pengkajian status fungsional ini melakukan pemeriksaan dengan instrument tertentu
untuk membuat penilaian secara objektif.Instrumrn yang biasa dilakukan digunakan dalam
pengkajian status fungsional adalah indeks Kats. Alat ini digunakan untuk menentukan
hasil tindakan dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis.Lingkup pengkajian meliputi
keadekuatan enam fungsi, yaitu mandi, berpakaian, toileting, berpindah, kontinen, dan
makan, yang hasilnya untuk mendeteksitingkat fungsional klien (mandiri / dilakukan
sendiri atau tergantung).

A. Indeks Katz
A. Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil, berpakaian,
dan mandi.
B. Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan.
E. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan
satu fungsi tambahan.
F. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
G. Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain : Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau banruan pribadi
aktif, kecuali seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Seorang klien yang

12
Keperawatan Gerontik

menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi,
meskipun ia dianggap mampu.
Mandi (spon, pancuran, atau bak)
Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian tubuh (seperti punggung atau
ekstremitas yang cacat) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung : Bantuan lebih dari 1 bagian tubuh, dibantu masuk dan keluar bak,
atau tidak dapat mandi sendiri.

Berpakaian
Mandiri : Mengambil baju dari lemari / laci, berpakaian, melepaskan
pakaianmengancing pakaian, mengikat dan melepas ikatan sepatu.
Tergantung: Tidak berpakaian sendiri atau dibantu sebagian.

Ke kamar kecil
Mandiri : Ke kamar kecil, masuk dan keluar dari kamar kecil, merapikan
baju,membersihkan organ-organ ekskresi, dapat mengatur bedpan sendiri yang
digunakan hanya pada malam hari dan dapat/ tidak dapat menggunakan alat bantu.
Tergantung :menggunakan bedpan atau pispot atau dibantu saat masuk dan
menggunakan toilet.

Berpindah
Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi secara mandiri (menggunakan/
tidak menggunakan alat bantu)
Tergantung : Dibantu saat berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi, tidak
melakukan satu atau lebih perpindahan.

Kontinensia
Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung : Inkontinensia total atau parsial pada BAB dan BAK, control total atau
parsial dengan enema, atau penggunaan urinal dan/atau bedpan secara teratur.

13
Keperawatan Gerontik

Makan
Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan memasukkannya ke mulut,
(memotong-motong daging/ikan, mengolesi roti dengan mentega tidak dimasukkan
dalam evaluasi).
Tergantung : Dibantu saat makan, tidak makan sama sekali, atau makam parenteral

B. Barthel Indeks
Pengkajian Tingkat Kemandirian

NILAI
NO KRITERIA PENILAIAN
BANTUAN MANDIRI
1 Makan / minum 5 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5 10
tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri; cuci muka, menyisir 5-10 15
rambut dll.
4 Keluar/ masuk kamar mandi 5
0
5 Mandi 0 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian/bersepatu 5 10
9 Mengontrol defekasi/ BAB 5 10
10 Mengontrol berkemih/ BAK 5 10

JUMLAH
KETERANGAN :

0 – 20 : Keterangan penuh / Total

21 – 61 : Ketergantungan berat

62 – 90 : Ketergantungan moderat

91 – 99 : Ketergantungan ringan

100 : Mandiri

KESIMPULAN : ………………………………………………………………....

14
Keperawatan Gerontik

C. Sullivan Indeks Katz

Pengkajian Posisi dan Keseimbangan (Sullivan Indeks Katz)

NO TES KOORDINASI KETERANGAN NILAI


1 Berdiri dengan postur tubuh normal
2 Berdiri dengan postur normal menutup mata
3 Berdiri dengan kaki rapat
4 Berdiri dengan satu kaki
5 Berdiri fleksi trunk dan berdiri ke posisi netral
6 Berdiri lateral dan fleksi trunk
7 Berjalan tempatkan tumit salah satu kaki di
depan jari kaki lain
8 Berjalan seanjang garis lurus
9 Berjalan mengikuti tanda gambar pada lantai
10 Berjalan menyamping
11 Berjalan mundur
12 Berjalan mengikuti lingkaran
13 Berjalan pada tumit
14 Berjalan dengan ujung kaki
JUMLAH
KETERANGAN :

4 : Mampu melakukan aktivitas dengan lengkap

3 : Mampu melakukan aktivitas dengan bantuan

2 : Mampu melakukan aktivitas dengan bantuan maksimal

1 : Tidak mampu melakukan aktivitas

NILAI :

42 – 54 : Mampu melakukan aktivitas

28 – 41 : Mampu melakukan sedikit bantuan

14 – 27 : Mampu melakukan bantuan maksimal

1 - 13 : Tidak mampu melakukan

15
Keperawatan Gerontik

PRAKTIK III
PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF / AFEKTIF

PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF / AFEKTIF

Pengkajian status / afektif merupakan pemeriksaan status mental sehingga dapat


memberikan gambaran perilaku dan kemampuan mental dan kemampuan mental dan
fungsi intelektual.Pengkajian status mental ditekankan pada pengkajiantingkat kesadaran,
perhatian, keterampilan berbahasa, ingatan interpretasi bahasa, keterampilan menghitung
dan menulis serta kemampuan konstruksional.Pengkajian status mental bisa digunakan
untuk klien yang beresiko delirium.Pengkajian ini meliputi Short Portable Mental Status
Questionnaire (SPMQ), Mini – mental State Exam (MMSE), Inventaris Depresi Beck
(IDB), Skala Depresi Geriatrik Yesavage.

A. SPMSQ) SHORT PORTABLE MENTAL SATU QUETIONARE


BENAR SALAH NO PERTANYAAN
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat Anda
5 Kapan Anda Lahir
6 Berapa umur Anda?
7 Siapa presiden Indonesia sekarang?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
9 Siapa nama ibu anda?
10 20 dikurangi 3 berapa? Dan seterusnya.
JUMLAH

KETERANGAN :
SALAH 0–3 : Fungsi intelektual utuh
SALAH 4–5 : Kerusakan intelektual ringan
SALAH 6–8 : Kerusakan intelektual sedang
SALAH 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat

16
Keperawatan Gerontik

KESIMPULAN : ……………………………………………………

B. MMSE ( Mini mental State Examination)

ASPEK NILAI NILAI


NO KRITERIA
KOGNITIF MAX DIDAPAT
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan
benar :
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
2 Orientasi 5 Menyebutkan tempat
keberadaan kita :
 Negara
 Kota /
Kabupaten
 Provinsi
 Panti
3 Registrasi 3 Sebutkan 3 nama objek (
Kursi, meja, kertas)
4 Perhatian dan 5 Berhitung 100 dikurangi
kalkulasi 7 sampai 5 tingkat
5 Mengingat 3 Mengulangi
menyebutkan objek
pada no.3
6 Bahasa 9  Tunjukan benda dan
tanyakan namanya
 Buat kalimat dan
minta klien
menirukan
 Mengikuti perintah
sebanyak 3 langkah
 Minta untuk
melakukan gerakan
 Minta untuk menulis
 Minta untuk
menyalin gambar
JUMLAH 30
KETERANGAN :
24 – 30 : Normal
17
Keperawatan Gerontik

18 – 23 : Gangguan kognitif sedang


0 – 17 : Gangguan kognitif berat
KESIMPULAN : …………………………………………………………………

C. Inventaris Depresi Beck (IDB)


Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sedih / tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya meras sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
1 Saya merasa bekecil hati mengenai masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apa pun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa bersalah
3 Saya merasa seolah – olah sangat buruk atau tidak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar –benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri

18
Keperawatan Gerontik

3 Saya benci diri saya sendiri


2 Saya muak dengan diri sendiri
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya kan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti pasti tentang tujuan diri diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri
sendiri
H. Menarik Diri Dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli
pada mereka
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perassan pada mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha mengambil keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanen dalam penampilan saya
dan ini membuat saya tidak tertarik
1 Saya kuatir bahwa tampak tua atau tidak menarik
0 Saya merasa bahwa tampak lebih buruk daripada sebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu
1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya

19
Keperawatan Gerontik

L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang sebelumnya
Penilaian
0–4 Depresi tidak ada atau minimal
5–7 Depresi ringan
8 – 16 Depresi sedang
16 > Depresi berat

D. Skala Depresi Geriatrik Yesavage

Skala depresi geriatric yesavage atau biasa disebut dengan geriatric depression scale
(GDS) merupakan instrument yang disusun secar khusus untuk memeriksa depresi. Instrumen ini
terdiri atas 30 atau 15 pertanyaan dengan jawaban YA atau TIDAK.GDS ini telah diuji kesahihan
dan keandalannya. Beberapa nomor jawaban YA dicetak tebal, dan beberapa nomor yang lain
jawaban TIDAK dicetak tebal. Jawaban yang dicetak tebal mempunyai nilai 1 apabila dipilih.
Instrumen GDS dengan 30 item pertanyaan ini dikatakan juga dengan menggunakan 15 item
pertanyaan biasa disebut GDS short Version.

Skala Depresi Geriatrik Yesavage (GDS) Long Version

No Pertanyaan Jawaban Skor


1 Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan anda? Ya/ Tidak
2 Apakah Anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan Ya/ Tidak
minat/ kesenangan Anda?
3 Apakah Anda merasa kehidupan Anda hampa? Ya/ Tidak
4 Apakah Anda penuh pengharapan akan masa depan? Ya/ Tidak

20
Keperawatan Gerontik

5 Apakah Anda penuh pengharapan akan masa depan? Ya/ Tidak


6 Apakah Anda diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat Ya/ Tidak
anda keluarkan/ungkapkan?
7 Apakah Anda mempunyai semangat baik sepanjang waktu? Ya/ Tidak
8 Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Ya/ Tidak
anda?
9 Apakah Anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu Ya/ Tidak
anda?
10 Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? Ya/ Tidak
11 Apakah Anda sering merasa gelisah dan resah/gugup? Ya/ Tidak
12 Apakah Anda lebih senang tinggal tinggal di rumah dari pada Ya/ Tidak
pergi keluar dan mengerjakan sesuatu hal yang baru
13 Apakah Anda sering kali kuatir akan masa depan? Ya/ Tidak
14 Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan Ya/ Tidak
daya ingat Anda dibandingkan kebanyakan orang?
15 Apakah Anda piker hidup Anda sekarang ini menyenangkan? Ya/ Tidak
16 Apakah Anda merasa murung dan sedih? Ya/ Tidak
17 Apakah Anda merasa tidak berharga seperti perasaan Anda? Ya/ Tidak
18 Apakah Anda sangat kuatir tentang kejadian-kejadian masa Ya/ Tidak
lalu?
19 Apakah anda merasa bahwa kehidupan ini sangat Ya/ Tidak
menyenangkan/menarik?
20 Apakah Anda merasa berat untuk memulai proyek/ pekerjaan Ya/ Tidak
baru?
21 Apakah anda merasa penuh bersemangat? Ya/ Tidak
22 Apakah anda merasa bahwa Anda tidak ada harapan? Ya/ Tidak
23 Apakah Anda piker bahwa orang lain ebih baik keadaannya Ya/ Tidak
daripada Anda?
24 Apakah anda seringkali kesal terhadap hal-hal sepele? Ya/ Tidak
25 Apakah Anda seringkali merasa ingin menangis? Ya/ Tidak
26 Apakah Anda mempunyai kesulitan dalam berkomunikasi? Ya/ Tidak
27 Apakah Anda senang bangun di pagi hari? Ya/ Tidak
28 Apakah Anda lebih senang menghindari kegiatan sosial? Ya/ Tidak
29 Apakah mudah bagi Anda untuk mengambil keputusan? Ya/ Tidak

21
Keperawatan Gerontik

30 Apakah pikiran Anda jernih seperti biasanya? Ya/ Tidak


Interpretasi :

Skor 0 – 9 : Not depressed (Tidak depresi/ normal)

Skor 10 – 19 : Mild Depression (Depresi ringan)

Skor 20 – 30 : Severe Depression (Depresi sedang/berat)

Skala Depresi Geriatrik Yesavage (GDS) Short Version

No Pertanyaan Jawaban Skore


1 Apakah Anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda? Ya/ Tidak
2 Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau Ya/ Tidak
kesenangan Anda?
3 Apakah Anda merasa kehidupan Anda kosong? Ya/ Tidak
4 Apakah Anda sering merasa bosan? Ya/ Tidak
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya/ Tidak
6 Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi Ya/ Tidak
pada Anda?
7 Apakah Anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup Ya/ Tidak
Anda?
8 Apakah Anda merasa tidak berdaya? Ya/ Tidak
9 Apakah Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar Ya/ Tidak
mengerjakan sesuatu yang baru?
10 Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan Ya/ Tidak
daya ingat Anda dibandingkan kebanyakan orang lain?
11 Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini Ya/ Tidak
menyenangkan?
12 Apakah Anda merasa tidak berharga seperti perasaan Anda Ya/ Tidak
saat ini?
13 Apakah Anda merasa penuh semangat? Ya/ Tidak
14 Apakah Anda merasa bahwa keadaan Anda tidak ada Ya/ Tidak
harapan?
15 Apakah Anda piker bahwa orang lain lebih baik keadaanya Ya/ Tidak
daripada Anda?

22
Keperawatan Gerontik

Interpretasi :

Skor 0 – 4 : Not depressed (Tidak depresi/ normal)

Skor 5 –9 : Mild Depression (Depresi ringan)

Skor 10 – 15 : Severe Depression (Depresi sedang/berat)

(Seikh & Yesavage, 1986)

23
Keperawatan Gerontik

PRAKTIK IV
PENGKAJIAN FUNGSI SOSIAL

Pengkajian fungsi Sosial


Pengkajian fungsi social ini lebih ditekankan pada hubungan lansia dengan keluarga sebagai
peran sentralnya dan informasi tentang jaringan pendukung. Hal ini penting dilakukan karena perawatan
jangka panjang membutuhkandukungan fisik emosional dari keluarga. Pengkajian aspek fungsi social
dapat dilakukan dengan menggunakan alat skrining singkat untuk mengkaji fungsi social lansia, yaitu
APGAR keluarga ( Adaptation, Growth, Affection, Resolve).
Apgar Keluarga dengan lansia

No Uraian Fungsi Skor


1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga ( teman- Adaptation 1
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 Saya puas dengan cara keluarga ( teman – teman) saya Partneship 1
membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan
masalah dengan saya
3 Saya puas bahwa keluarga ( teman – teman) saya menerima Growth 1
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas
atau arah baru
4 Saya puas dengan cara keluarga ( teman – teman) saya Affection 1
mengekspresikan afek dan berespons terhadap emosi – emosi
saya seperti marah, sedih, atau mencintai.
5 Saya puas dengan cara teman – teman saya dan saya Resolve 1
menyediakan waktu bersama – sama.

Ket. Selalu = 2, Kadang-kadang = 1, Hampir tidak pernah = 0 Total 5

Interpretasi :

< 3 : Disfungsi keluarga sangat tinggi

4–6 : Disfungsi keluarga sedang

7 – 10 : Keluarga memiliki fungsi yang baik

24
Keperawatan Gerontik

Evaluasi Diri :

(paraf/inisial)

Evaluasi Peer Group :

(paraf/inisial)

Evaluasi Pembimbing :

(paraf/inisial)
Rekomendasi (oleh Pembimbing) :

(paraf/inisial)

25
Keperawatan Gerontik

PRAKTIK V
PENGKAJIAN ASPEK SPIRITUAL

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungan dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai
Maha Kuasa. Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini
termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan dan
keyakinan hidup dan kebutuhab akan keyakinan pada diri sendiri dan Tuhan. Ada 5 dasar
kebutuhan spiritual manusia, yaitu : arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa
percaya, dan harapan waktu kesusahan (Hawari 2002).
Spiritualitas merupakan sesuatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensi dan
dimensi agama. Dimensi eksistensi berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan
dimensi agama lebih berfokuspada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
Spiritual memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertical dan dimensi horizontal. Dimensi
vertical adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun seseorang,
sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang
lain, dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus dengan dimensi tersebut.
Pada tahap perkembangan lansia, walaupun mereka membayangkan kematian, tetapi
mereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama
sebagai faktor yang memengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset
membuktikan orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan
lebih baik. Bagi lansia yang kehidupan beragamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup
yang kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan, dan rasa takut mati.
Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu
menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian pun kecemasan tersebut
disebabkan pada proses, bukan pada kematian itu sendiri (Hamid, 2000).
Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan manusia karena
setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan
pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyakinan yang mereka percaya. Setiap
fase pada tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman
spiritual yang berbeda (Hamid, 2000).

26
Keperawatan Gerontik

Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting, yaitu dilakukan setelah pen
gkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek spiritual memerlukan hubungan interperso
nal yang baik dengan pasien. Oleh karena itu, pengkajian sebaiknya dilakukan setelah perawa
t dapat membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan orang terdekat pasien, ata
u perawat telah merasa nyaman untuk membicarakannya. Pengkajian yang perlu dilakukan m
eliputi:

a. Pengkajian data subjektif. Pedoman pengkajian ini disusun oleh Stoll (dalam Kozier, 2
005), yang mencakup konsep ketuhanan, sumber kekuatan dan harapan, praktik agama
dan ritual, dan hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
b. Pengkajian data objektif. Pengkajian data objektif dilakukan melalui Pengkajian klinik
yang meliputi pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal
, dan lingkungan. Pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi. Peng
kajian tersebut meliputi:
1) Afek dan Sikap. Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agita
si, apatis, atau preokupasi?
2) Perilaku. Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci a
tau buku keagamaan? Apakah pasien seringkali mengeluh, tidak dapat tidur, be
rmimpi buruk, dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda yan
g tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama?
3) Verbalisasi. Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah, atau topik ke
agamaan lainnya? Apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama
? Apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian?
4) Hubungan interpersonal. Siapa pengunjung pasien? Bagaimana pasien berespo
ns terhadap pengunjung? Apakah pemuka agama datang mengunjungi pasien?
Bagaimana pasien berhubungan dengan pasien lain dan juga dengan perawat?
5) Lingkungan. Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lai
nnya pakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan
apakah pasien memakai tanda keagamaan (misalnya memakai jilbab)?

27
Keperawatan Gerontik

PRAKTIK VI
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANJUT USIA

Setelah mempelajari Praktik ini, diharapkan Anda mampu mengembangkan strategi


pelaksanaan (SP) komunikasi dan mempraktikkannya pada kelompok usia lansia. Praktik ini
akan memberikan pengalaman kepada Anda tentang bagaimana melakukan interaksi dan
berkomunikasi pada pasien lansia dengan menggunakan strategi dan teknik-teknik komunikasi
sesuai dengan tingkat tumbuh kembangnya.
Setelah mempelajari Praktik ini, diharapkan Anda dapat mengembangkan strategi
pelaksanaan (SP) komunikasi dan mempraktikkannya pada pasien lanjut usia dengan
menggunakan strategi dan teknik-teknik komunikasi sesuai karakteristik perkembangan lanjut
usia.

URAIAN (LANDASAN TEORI)


Komunikasi dilakukan sepanjang rentang kehidupan. Komunikasi pada bayi, anak, dan
remaja, sangat berbeda pendekatannya saat kita berkomunikasi dengan lansia. Erikson (1985)
dalam Stuart & Sundeen (1998) menjelaskan bahwa pada orang dewasa terjadi perkembangan
psikososial, yaitu intimasi vs isolasi. Orang dewasa termasuk lansia sudah mempunyai sikap-
sikap tertentu, pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap
dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya.
Pada lanjut usia kondisi ini semakin kuat karena mereka sudah memiliki keyakinan
yang kuat akan fikiran, sikap, dan perilakunya. Pada masa ini, orang dewasa/lansia mempunyai
cara-cara tersendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Berikut ini review sikap-sikap psikologis spesifik pada orang dewasa/lansia terhadap
komunikasinya.
1. Orang dewasa/lansia melakukan komunikasi berdasarkan pengetahuan/
pengalamannya sendiri.
2. Berkomunikasi pada orang dewasa/lansia harus melibatkan perasaan dan pikiran.
3. Sikap perawat.
4. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi pengalaman,
saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.

28
Keperawatan Gerontik

a. Karakteristik lanjut usia


Lanjut usia (lansia) adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua
orang yang dikarunia usia panjang. Lanjut usia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia dikategorikan dalam
tiga aspek yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial.

b. Perkembangan komunikasi pada lansia


Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia,
perubahan-perubahan akibat usia tersebut telah dapat diidentifikasi. Perubahan pada
aspek fisik berupa perubahan neurologis dan sensorik, perubahan visual, dan
pendengaran. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan
interpretasi terhadap maksud komunikasi.
Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi. Di samping itu, hal yang menyebabkan kesulitan komunikasi pada
lansia adalah perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat inteligensia,
kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering tampak berupa reaksi penolakan terhadap kondisi
lansia. Berikut ini gejala-gejala penolakan lansia yang menyebabkan gagalnya
komunikasi dengan lansia.
1. Tidak percaya terhadap diagnosis, gejala, perkembangan, serta keterangan yang
diberikan petugas kesehatan.
2. Mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa sehingga diterima keliru.
3. Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit.
4. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum, khususnya tindakan yang
langsung mengikutsertakan dirinya.
5. Menolak nasihat-nasihat, misalnya istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
jika nasihat tersebut demi kenyamanan klien.

c. Teknik Komunikasi pada Lansia


Mengidentifikasi beberapa teknik komunikasi yang dapat digunakan perawat
dalam berkomunikasi dengan lansia sebagai berikut.

29
Keperawatan Gerontik

1. Teknik asertif
Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima klien apa adanya.
Perawat bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk
mendengarkan dan memperhatikan klien serta berusaha untuk mengerti/memahami
klien. Sikap ini membantu perawat untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan
lansia.
2. Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan
segera melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini merupakan
bentuk perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk
memberikan ketenangan klien. Berespons berarti bersikap aktif atau tidak menunggu
permintaan dari klien.
Contoh:
“Apa yang Ibu pikirkan saat ini? Apakah yang bisa saya bantu untuk ibu?”
3. Fokus
Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar dan
mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak relevan dengan
tujuan terapi. Sehubungan dengan hal tersebut, perawat harus tetap fokus pada topik
pembicaraan dan mengarahkan kembali komunikasi lansia pada topik untuk
mencapai tujuan terapi. Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten
terhadap materi komunikasi yang diinginkan.
4. Suportif
Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini
perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara
memberikan dukungan (suportif).
Contoh:
Tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat dan menghargai lansia berbicara. Sikap ini dapat
menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi
beban bagi keluarganya. Dengan demikian, diharapkan klien termotivasi untuk
mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi dukungan, jangan

30
Keperawatan Gerontik

mempunyai kesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat merendahkan
kepercayaan klien kepada perawat.
Contoh ungkapan-ungkapan yang bisa memberi support/motivasi kepada
lansia sebagai berikut.
“Saya yakin Bapak dapat mampu melakukan tugas Bapak dengan baik”, “Jika Bapak
memerlukan saya siap membantu.”
5. Klarifikasi
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas
informasi yang disampaikan klien. Hal ini penting dilakukan perawat karena
seringnya perubahan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses
komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami. Klarifikasi dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien memberi penjelasan ulang dengan
tujuan menyamakan persepsi.
Contoh:
“Coba Ibu jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini.”
6. Sabar dan ikhlas
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti
kekanakkanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar
hubungan antara perawat dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas dilakukan
supaya tidak muncul
d. Hambatan Komunikasi pada Lansia dan Cara Mengatasi
Hambatan komunikasi yang efektif pada lansia berhubungan dengan
keterbatasan fisik yang terjadi akibat dari proses menua (aging process), antara lain
fungsi pendengaran yang menurun, mata yang kabur, tidak adanya gigi, suara yang
mulai melemah, dan sebagainya. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
berkomunikasi dengan lansia, diperlukan penguasaan terhadap cara-cara mengatasi
hambatan komunikasi.
Berikut ini adalah cara mengatasi hambatan berkomunikasi pada lansia.
1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
2. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
4. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.

31
Keperawatan Gerontik

5. Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang


dapat mendengar dengan lebih baik.
6. Berdiri di depan klien, jangan terlalu jauh dari lansia.
7. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
8. Beri kesempatan bagi klien untuk berpikir.
9. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial, seperti perkumpulan orang tua,
kegiatan rohani.
10. Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
11. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi pada Lansia


1. Faktor klien meliputi kecemasan dan penurunan sensori (penurunan pendengaran
dan penglihatan, kurang hati-hati, tema yang menetap, misal kepedulian terhadap
kebugaran tubuh, kehilangan reaksi, mengulangi kehidupan, takut kehilangan
kontrol, dan kematian).
2. Faktor perawat meliputi perilaku perawat terhadap lansia dan ketidakpahaman
perawat.
3. Faktor lingkungan: lingkungan yang bising dapat menstimulasi kebingungan
lansia dan terganggunya penerimaan pesan yang disampaikan.

f. Pendekatan Komunikasi Terapeutik pada Lansia


Secara spesifik, pendekatan komunikasi pada lansia dapat dilakukan
berdasarkan empat aspek, yaitu pendekatan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
Berikut uraian dari keempat pendekatan komunikasi pada lansia.
1. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian yang
dialami, perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa dicapai
dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat dicegah progresivitasnya. Pendekatan
ini relatif lebih mudah dilaksanakan dan dicarikan solusinya karena riil dan mudah
diobservasi.
2. Pendekatan psikologis

32
Keperawatan Gerontik

Karena pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah pada perubahan


perilaku, umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan
pendekatan ini, perawat berperan sebagai konselor, advokat, suporter, dan
interpreter terhadap segala sesuatu yang asing atau sebagai penampung masalah-
masalah rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan sosial
Pendekatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi
dengan lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari
pendekatan ini agar klien dapat berinteraksi dengan sesama lansia ataupun dengan
petugas kesehatan.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan
Tuhan atau agama yang dianutnya, terutama ketika klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian. Pendekatan spiritual ini cukup efektif, terutama bagi klien
yang mempunyai kesadaran tinggi dan latar belakang keagamaan yang baik.
Suasana komunikasi dengan lansia yang dapat menunjang tercapainya tujuan yang
harus anda perhatikan adalah adanya suasana saling menghormati, saling menghargai, saling
percaya, dan terbuka. Komunikasi verbal dan nonverbal adalah bentuk komunikasi yang harus
saling mendukung satu sama lain. Seperti halnya komunikasi pada anak-anak, perilaku
nonverbal sama pentingnya pada orang dewasa dan juga lansia. Ekspresi wajah, gerakan tubuh
dan nada suara memberi tanda tentang status emosional dari orang dewasa dan lansia.

“Lansia memiliki pengetahuan, pengalaman, sikap, dan ketrampilan yang menetap dan
sukar untuk dirubah dalam waktu singkat.”

“Memberi motivasi dan memberdayakan pengetahuan/pengalaman dan sikap


yang sudah dimiliki adalah hal yang penting untuk melakukan komunikasi dengan
lansia”

33
Keperawatan Gerontik

Latihan : Praktik Komunikasi pada Pasien Lanjut Usia

Ilustrasi Kasus 1
Seorang pasien lanjut usia, 78 tahun diantar keluarga ke rumah sakit karena tidak bisa
tidur dan marah-marah. Keluarga mengatakan pasien lansia tersebut menuduh anak-
anaknya telah menyembunyikan tongkat dan barang-barang kesayangannya.

Ilustrasi Kasus 2
Saat ini Anda sedang merawat lansia 70 tahun yang mengeluh sulit tidur. Lansia
tersebut sering terbangun pada malam hari dan kemudian mondar-mandir karena tidak
bisa tidur kembali. Saat ini lansia mengeluh kepala pusing dan berjalan sempoyongan
karena merasa lemas.

Tugas:
 Bentuklah kelompok kecil ( 3—4 orang).
 Tentukan peran masing-masing sebagai: pasien model, keluarga (model) dan peran
perawat, serta observer.
 Gunakan format SP komunikasi.
 Diskusikan skenario percakapan SP Komunikasi pada tahap penentuan diagnosa
keperawatan
 Praktikkan SP komunikasi yang sudah dibuat dengan cara bermain peran.
 Lakukan role play secara bergantian dan setiap anggota harus pernah berperan sebagai
perawat.

A. PERSIAPAN
1. Alat dan Bahan (Materi)
a. Kasus
b. Format SP komunikasi
c. Skenario SP komunikasi
d. Instrumen observasi
e. Pasien model

34
Keperawatan Gerontik

2. Persiapan lingkungan
Mendesain lingkungan/setting tempat untuk interaksi (sesuai setting lokasi
dalam kasus misal: ruang perawatan, klinik, ruang konsultasi, atau rumah).
3. Pembagian peran
a. Membentuk kelompok.
b. Menentukan peran: model pasien, model keluarga, dan peran perawat.
c. Observer.
4. Pengembangan skenario percakapan(sesuai format)
a. Fase orientasi
b. Fase kerja
c. Fase terminasi

B. PELAKSANAAN
1. Lakukan bermain peran secara bergantian dengan menggunakan SP komunikasi
pada fase pengkajian sesuai contoh di bawah ini
2. Selama proses bermain peran sebagai perawat, observer melakukan observasi
dengan menggunakan format observasi komunikasi terapeutik,
3. Berikan penilaian secara obyektif dan sampaikan hasilnya setelah selesai
melakukan role play.

C. EVALUASI (PASCAPELAKSANAAN)
1. Ungkapkan perasaan Anda setelah melakukan latihan/praktik.
2. Identifikasi kelebihan dan kekurangan Anda selama proses interaksi/komunikasi.
3. Mintalah masukkan anggota tim untuk meningkatkan kemampuan Anda dalam
berinteraksi dan komunikasi.
4. Catat kekurangan untuk perbaikan pada masa yang akan datang dan gunakan
kelebihan Anda untuk meningkatkan motivasi Anda.

35
Keperawatan Gerontik

Contoh Skenario SP Komunikasi pada Lansia

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KOMUNIKASI

Kondisi Pasien
Pasien ibu Sofi umur 68 tahun masuk rumah sakit (MRS) dengan peradangan hati (hepar).
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan 38◦C, banyak keluar keringat, kadang-
kadang mual dan muntah. Palpasi teraba hepar membesar. Pasien mengatakan bahwa diagnosis
dokter salah, “Dokter salah mendiagnosa, tidak mungkin saya sakit yang demikian karena saya
selalu menjaga kesehatan”, Pasien menolak pengobatan dan tidak mau dirawat. Pasien yakin bahwa
dia sehat-sehat saja dan tidak perlu perawatan dan pengobatan.

Diagnosis/Masalah Keperawatan:
Denial (Penolakan)

Rencana Keperawatan:
a. Istirahatkan pasien di atas tempat tidur (bedrest).
b. Tingkatkan pemahaman pasien terkait kesehatannya.
c. Diskusikan masalah yang dihadapi dan proses terapi selama di Rumah Sakit (RS).

Tujuan :
Pasien menerima sakitnya dan kooperatif selama perawatan dan pengobatan.

SP Komunikasi
Fase Orientasi
Salam terapeutik:
Perawat : “Selamat pagi. Saya Ibu Tri. Apa benar saya dengan Ibu Sofi?”(mendekat ke arah pasien
dan mengulurkan tangan untuk berjabatan tangan).
Pasien menjabat tangan perawat dan menjawab “selamat pagi”.
Evaluasi dan Validasi :
Perawat : “Apa kabar Ibu? Bagaimana perasaan hari ini? Ibu sepertinya tampak lelah?”
Pasien : “Saya sehat-sehat saja, tidak perlu ada yang dikhawatirkan terhadap diri saya”
Perawat : Tersenyum sambil memegang tangan pasien.

Kontrak :
Perawat : “Ibu, saya ingin mendiskusikan masalah kesehatan ibu supaya kondisi ibu lebih baik
dari sekarang”
Pasien : “Iya, tapi benarkan saya tidak sakit? Saya selalu sehat”.
Perawat : (Tersenyum)...”Nanti kita diskusikan. Waktunya 15 menit saja ya”. “Ibu mau tempatnya
yang nyaman di mana? Baik di sini saja ya”
.
Fase Kerja: (Tuliskan kata-kata sesuai Tujuan dan Rencana yang Akan Dicapai/Dilakukan)
Perawat : “Saya berharap sementara ini, ibu mau istirahat dulu untuk beberapa hari di rumah sakit.
Batasi aktivitas dan tidak boleh terlalu lelah”
Pasien : “Saya kan tidak apa-apa... kenapa harus istirahat? Saya tidak bisa hanya diam/duduk saja
seperti ini. Saya sudah biasa beraktivitas dan melakukan tugas-tugas soasial di
masyarakat”.

36
Keperawatan Gerontik

Perawat : “Saya sangat memahami aktivitas ibu dan saya sangat bangga dengan kegiatan ibu yang
selalu semangat”.
Pasien : (mendengarkan)
Perawat :“Ibu juga harus memahami bahwa setiap manusia mempunyai keterbatasan kemampuan
dan kekuatan (menunggu respons pasien)”.
Perawat : “Saya ingin tahu, apa alasan keluarga membawa ibu ke rumah sakit ini?”
Pasien : “Badan saya panas, mual, muntah dan perut sering kembung. Tapi itu sudah biasa, tidak
perlu ke rumah sakit sudah sembuh”

Perawat : “Terus, apa yang membuat keluarga khawatir sehingga ibu diantar ke rumah sakit?”
Pasien : “Saya muntah muntah dan badan saya lemas kemudian pingsan sebentar”.
Perawat : “Menurut pendapat ibu kalau sampai pingsan, berarti tubuh ibu masih kuat atau sudah
menurun kekuatannya?”
Pasien : “Iya, berarti tubuh saya sudah tidak mampu ya, berarti saya harus istirahat?”
Perawat : “Menurut ibu, perlu istirahat apa tidak?”
Pasien : “Berapa lama saya harus istirahat? Kalau di rumah sakit ini jangan lamalama ya?”
Perawat : “Lama dan tidaknya perawatan, tergantung dari ibu sendiri”. “Kalau ibu kooperatif
selama perawatan, mengikuti anjuran dan menjalani terapi sesuai program, semoga
tidak akan lama ibu di rumah sakit”.
Pasien : “Baiklah saya bersedia mengikuti anjuran perawat dan dokter, dan akan mengikuti proses
terapi dengan baik”.
Perawat : “Terima kasih, ibu telah mengambil keputusan terbaik untuk ibu sendiri. Semoga cepat
sembuh ya”

Fase Terminasi:
Evaluasi subjektif/objektif :
“Bagaimana perasaan ibu sekarang?” “Sekarang Jelaskan kenapa ibu harus istirahat dulu untuk
sementara ini!”

Rencana tindak lanjut :


“Saya berharap ibu bisa kooperatif selama di rawat. Ibu harus istirahat dan tidak boleh banyak
aktivitas, makan sesuai dengan diet yang disediakan, dan minum obat secara teratur”

Kontrak yang akan datang :


“Satu jam lagi saya akan kembali untuk memastikan bahwa Ibu telah menghabiskan makan ibu dan
minum obat sesuai program. Sampai jumpa nanti, ya. Selamat siang”

37
Keperawatan Gerontik

LEMBAR OBSERVASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

NAMA KLIEN :

RUANGAN :

NAMA PERAWAT :

Tugas Dilakukan
Ya Tidak
I. Pra Interaksi:
a. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
b. Analisa kekuatan kelemahan professional
c. Dapatkan data tentang klien jika mungkin
d. Rencanakan pertemuan pertama
II. Orientasi/perkenalan:
a. Tentukan alas an klien minta pertolongan
b. Bina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi
terbuka
c. Rumuskan kontrak bersama
d. Eksplorasi pikiran perasaan dan perbuatan klien
III. Interaksi/kerja:
a) Eksplorasi stressor yang tepat
b) Dorongperkembangan kesadaran diri klien dan
pemakaian mekanisme koping yang konstruktif
c) Atasi penolakan prilaku adaptif
IV.Terminasi:
a. Ciptakan realitas perpisahan
b. Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan.
Saling mengekplorasi perasaan penolakan dan
kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain.
c. Kontrak waktu pertemuan berikutnya.

TANGGAPAN KELOMPOK (yang dilakukan/tidak dilakukan):

………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

38
Keperawatan Gerontik

Evaluasi Diri :

(paraf/inisial)

Evaluasi Peer Group :

(paraf/inisial)

Evaluasi Pembimbing :

(paraf/inisial)
Rekomendasi (oleh Pembimbing) :

(paraf/inisial)

39
Keperawatan Gerontik

Daftar Pustaka
Anjaswari, Tri. 2016. Komunikasi dalam Keperawatan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Muhtin, Abdul dan Siyoto Sandu. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Penerbit CV.
Andi Offset.
Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Penerbit CV. Andi Offset.

40

Anda mungkin juga menyukai