Panduan
Laboratorium
KEPERAWATAN GERONTIK
Disusun Oleh :
Rahmawati Ramli, S.Kep.Ns.M.Kes
Suhermi S.,S.Kep.Ns.M.Kes
Rizqy Iftitah Alam, S.Kep.Ns. M.Kes
IDENTITAS MAHASISWA
PRAKTIK LABORATORIUM KEPERAWATAN GERONTIK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FKM UMI
NAMA :
NIM :
ALAMAT/TELEPON :
Makassar, 2019
Mahasiswa
(…..………….………………)
2
Keperawatan Gerontik
VISI MISI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FKM UMI
Visi
Sebagai pusat pendidikan dan pengembangan ilmu keperawatan yang
menghasilkan perawat profesional yang Islami, Unggul, dan Kompetitifditingkat nasional
tahun 2020 dan internasional tahun 2030.
Misi
1. Melaksanakan program pendidikan Ners yang berbasis KKNI ditunjang dengan
peningkatan sarana dan prasarana serta pengembangan SDM yang memadai.
2. Melaksanakan proses asuhan keperawatan yang terintegrasidengan keperawatan spiritual
yang islami.
3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dosen dalam proses pembelajaran
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkini.
4. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dosen khusus di bidang kegawatdaruratan
dan disaster melalui pelatihan, seminar, dan workshop.
5. Memotivasi dosen dalam mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat.
6. Mengembangkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang terintegrasi dengan
kajian Al Qur’an dan Hadist.
3
Keperawatan Gerontik
Kata Pengantar
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan,
kemampuan, dan waktu kepada kami sehingga Buku Pedoman Praktek Laboratorium
Keperawatan Gerontik ini dapat selesai dan dapat diterbitkan
Praktik laboratorium merupakan bagian dari tahapan Program Studi Ilmu Keperawatan
yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan perawat yang profesional. Dengan kegiatan
praktek laboratorium ini mahasiswa dapat mencapai ketrampilan klinis sesuai kompetensi yang
diharapkan. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan berbagai komponen dalam proses
pembelajaran. Buku Pedoman Praktik laboratorium Program Program Studi Ilmu Keperawatan
merupakan salah satu komponen pembelajaran yang memberikan uraian pelaksanaan praktik
di bagian keperawatan.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih atas segala kontribusi yang telah
diberikan dalam penyelesaian penyusunan buku ini. Oleh sebab itu, penyusun berharap saran
untuk kesempurnaan di masa yang akan datang.
Penyusun
4
Keperawatan Gerontik
Daftar Isi
5
Keperawatan Gerontik
PRAKTIK I
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tujuan perawatan lansia adalah untuk mengoptimalkan kesehatan mereka secara
umum, serta memperbaiki / mempertahankan kapasistas fungsional. Pengkajian yang
menyeluruh pada lansia yang dilakukan oleh perawat meliputi :
Mengidentifikasi status kesehatannya (anamnesis dan pemeriksaan fisik)
Status gizi
Kapasitas fungsional
Status psikososial
Masalah khusus lainnya yang dihadapi secara individual.
1. Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis secara akurat dan up to date (baru) termasuk pula
mengenai persepsi lansia mengenai bagaimana persepsi lansia tentang kesehatan dirinya
sendiri.
Tabel 1 Jenis Keluhan pada Lansia menurut Pendekatan Sistemik
Sistem Keluhan yang Khas
1. Respirasi 1. Sesak napas yang progresif, batuk yang menetap
2. Kardiovaskular 2. Orthopnea, Edema, angina, Klaudikasio, palpitasi, pusing,
sinkop
3. Gastrointestinal 3. Sulit mengunyah, sulit menelan, nyeri perut, perubahan
defekasi
4. Genitourinaria 4. Poliuria, urgensi, nokturia tak lampias, intermitten, perlu
usaha untuk pengosongan, inkontinensia, hematuria,
perdarahan pervaginam
5. Muskuloskeleta 5. Nyeri local/difus, lumpuh/ lemah local/difus, gangguan
sensivitas
6. Neurologis 6. Gangguan Penglihatan (Sementara / Progresif)
7. Psikologis 7. Depresi, ansietas, agitasi, paranoid, pikun, kebingungan
6
Keperawatan Gerontik
7
Keperawatan Gerontik
c. Sistem Integument. Perubahannya bias berupa perubahan kulit local : angioma nevi
striae, kebotakan pada rambut, edema.
d. Indeks Massa Tubuh
1) Berat Badan (Kg)
2) BMI :
TB (m) x TB (m)
Normal : pria (20,1-25,0)
Wanita (18,7-23,8)
Klasifikasi nilai :
Kurang : <18,5
Normal : 18,5-24,9
Berlebih : 25-29,9
Obesitas : >30
3) TB berdasarkan Tinggi Lutut (TL)
TB Pria = 6,50 + (1,38 + TL) – (0,08 x Umur)
TB Wanita = 89,68 + (1,53 x TL) – (0,17 x Umur)
e. Pengkajian status gizi. Perlu ditegaskan bahwa status gizi penting bagi lansia. Berikut
ini adalah kegunaan status gizi :
1) Untuk memperoleh respons umum terhadap masukknya antigen asing
2) Untuk dapat mempertahankan struktur dan anatomi
3) Untuk dapat berpikir jernih
4) Untuk dapat memperoleh energy cadangan bagi keperluan sosialisasi secara
aktivitas jasmani.
Pedoman pengkajian pencernaan dan nutrisi
a. Kajian tentang kenyamanan rongga mulut dan mengunyah
1) Apakah terdapat sariawan atau perdarahan mulut?
2) Apakah sakit gigi? Ngilu pada rangsang panas atau dingin?
3) Apakah gusi berdarah?
4) Apakah sulit mengunyah atau menelan, dan adakah jenis makanan yang
dihindari karena hal ini?
5) Apakah mulut/ lidah merasa kering?
b. Kajian tentang perawatan gigi
9
Keperawatan Gerontik
10
Keperawatan Gerontik
Pengkajian sistem kulit / integument dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses
penuaan yang terjadi pada kulit / integument.
e. Pengkajian Pola tidur
Pengkajian pola tidur dilakukan atas dasar pemahaman terhadap proses penuaan yang
terjadi pada pengkajian pola tidur.
Evaluasi Diri :
(paraf/inisial)
(paraf/inisial)
Evaluasi Pembimbing :
(paraf/inisial)
Rekomendasi (oleh Pembimbing) :
(paraf/inisial)
11
Keperawatan Gerontik
PRAKTIK II
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
A. Indeks Katz
A. Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil, berpakaian,
dan mandi.
B. Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan.
E. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan
satu fungsi tambahan.
F. Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
G. Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain : Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau banruan pribadi
aktif, kecuali seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Seorang klien yang
12
Keperawatan Gerontik
menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi,
meskipun ia dianggap mampu.
Mandi (spon, pancuran, atau bak)
Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian tubuh (seperti punggung atau
ekstremitas yang cacat) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung : Bantuan lebih dari 1 bagian tubuh, dibantu masuk dan keluar bak,
atau tidak dapat mandi sendiri.
Berpakaian
Mandiri : Mengambil baju dari lemari / laci, berpakaian, melepaskan
pakaianmengancing pakaian, mengikat dan melepas ikatan sepatu.
Tergantung: Tidak berpakaian sendiri atau dibantu sebagian.
Ke kamar kecil
Mandiri : Ke kamar kecil, masuk dan keluar dari kamar kecil, merapikan
baju,membersihkan organ-organ ekskresi, dapat mengatur bedpan sendiri yang
digunakan hanya pada malam hari dan dapat/ tidak dapat menggunakan alat bantu.
Tergantung :menggunakan bedpan atau pispot atau dibantu saat masuk dan
menggunakan toilet.
Berpindah
Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi secara mandiri (menggunakan/
tidak menggunakan alat bantu)
Tergantung : Dibantu saat berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi, tidak
melakukan satu atau lebih perpindahan.
Kontinensia
Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung : Inkontinensia total atau parsial pada BAB dan BAK, control total atau
parsial dengan enema, atau penggunaan urinal dan/atau bedpan secara teratur.
13
Keperawatan Gerontik
Makan
Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan memasukkannya ke mulut,
(memotong-motong daging/ikan, mengolesi roti dengan mentega tidak dimasukkan
dalam evaluasi).
Tergantung : Dibantu saat makan, tidak makan sama sekali, atau makam parenteral
B. Barthel Indeks
Pengkajian Tingkat Kemandirian
NILAI
NO KRITERIA PENILAIAN
BANTUAN MANDIRI
1 Makan / minum 5 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat 5 10
tidur/sebaliknya
3 Kebersihan diri; cuci muka, menyisir 5-10 15
rambut dll.
4 Keluar/ masuk kamar mandi 5
0
5 Mandi 0 5
6 Berjalan (jalan datar) 10 15
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian/bersepatu 5 10
9 Mengontrol defekasi/ BAB 5 10
10 Mengontrol berkemih/ BAK 5 10
JUMLAH
KETERANGAN :
21 – 61 : Ketergantungan berat
62 – 90 : Ketergantungan moderat
91 – 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
KESIMPULAN : ………………………………………………………………....
14
Keperawatan Gerontik
NILAI :
15
Keperawatan Gerontik
PRAKTIK III
PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF / AFEKTIF
KETERANGAN :
SALAH 0–3 : Fungsi intelektual utuh
SALAH 4–5 : Kerusakan intelektual ringan
SALAH 6–8 : Kerusakan intelektual sedang
SALAH 9 – 10 : Kerusakan intelektual berat
16
Keperawatan Gerontik
KESIMPULAN : ……………………………………………………
18
Keperawatan Gerontik
19
Keperawatan Gerontik
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang sebelumnya
Penilaian
0–4 Depresi tidak ada atau minimal
5–7 Depresi ringan
8 – 16 Depresi sedang
16 > Depresi berat
Skala depresi geriatric yesavage atau biasa disebut dengan geriatric depression scale
(GDS) merupakan instrument yang disusun secar khusus untuk memeriksa depresi. Instrumen ini
terdiri atas 30 atau 15 pertanyaan dengan jawaban YA atau TIDAK.GDS ini telah diuji kesahihan
dan keandalannya. Beberapa nomor jawaban YA dicetak tebal, dan beberapa nomor yang lain
jawaban TIDAK dicetak tebal. Jawaban yang dicetak tebal mempunyai nilai 1 apabila dipilih.
Instrumen GDS dengan 30 item pertanyaan ini dikatakan juga dengan menggunakan 15 item
pertanyaan biasa disebut GDS short Version.
20
Keperawatan Gerontik
21
Keperawatan Gerontik
22
Keperawatan Gerontik
Interpretasi :
23
Keperawatan Gerontik
PRAKTIK IV
PENGKAJIAN FUNGSI SOSIAL
Interpretasi :
24
Keperawatan Gerontik
Evaluasi Diri :
(paraf/inisial)
(paraf/inisial)
Evaluasi Pembimbing :
(paraf/inisial)
Rekomendasi (oleh Pembimbing) :
(paraf/inisial)
25
Keperawatan Gerontik
PRAKTIK V
PENGKAJIAN ASPEK SPIRITUAL
Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungan dengan Yang Maha Kuasa dan Maha
Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai
Maha Kuasa. Kebutuhan spiritual adalah harmonisasi dimensi kehidupan. Dimensi ini
termasuk menemukan arti, tujuan, menderita, dan kematian; kebutuhan akan harapan dan
keyakinan hidup dan kebutuhab akan keyakinan pada diri sendiri dan Tuhan. Ada 5 dasar
kebutuhan spiritual manusia, yaitu : arti dan tujuan hidup, perasaan misteri, pengabdian, rasa
percaya, dan harapan waktu kesusahan (Hawari 2002).
Spiritualitas merupakan sesuatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensi dan
dimensi agama. Dimensi eksistensi berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan
dimensi agama lebih berfokuspada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa.
Spiritual memiliki dua dimensi, yaitu dimensi vertical dan dimensi horizontal. Dimensi
vertical adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun seseorang,
sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang
lain, dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus dengan dimensi tersebut.
Pada tahap perkembangan lansia, walaupun mereka membayangkan kematian, tetapi
mereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama
sebagai faktor yang memengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset
membuktikan orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan
lebih baik. Bagi lansia yang kehidupan beragamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup
yang kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan, dan rasa takut mati.
Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu
menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhadap kematian pun kecemasan tersebut
disebabkan pada proses, bukan pada kematian itu sendiri (Hamid, 2000).
Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan manusia karena
setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan
pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyakinan yang mereka percaya. Setiap
fase pada tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman
spiritual yang berbeda (Hamid, 2000).
26
Keperawatan Gerontik
Ketepatan waktu pengkajian merupakan hal yang penting, yaitu dilakukan setelah pen
gkajian aspek psikososial pasien. Pengkajian aspek spiritual memerlukan hubungan interperso
nal yang baik dengan pasien. Oleh karena itu, pengkajian sebaiknya dilakukan setelah perawa
t dapat membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau dengan orang terdekat pasien, ata
u perawat telah merasa nyaman untuk membicarakannya. Pengkajian yang perlu dilakukan m
eliputi:
a. Pengkajian data subjektif. Pedoman pengkajian ini disusun oleh Stoll (dalam Kozier, 2
005), yang mencakup konsep ketuhanan, sumber kekuatan dan harapan, praktik agama
dan ritual, dan hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
b. Pengkajian data objektif. Pengkajian data objektif dilakukan melalui Pengkajian klinik
yang meliputi pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal
, dan lingkungan. Pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi. Peng
kajian tersebut meliputi:
1) Afek dan Sikap. Apakah pasien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agita
si, apatis, atau preokupasi?
2) Perilaku. Apakah pasien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci a
tau buku keagamaan? Apakah pasien seringkali mengeluh, tidak dapat tidur, be
rmimpi buruk, dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda yan
g tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap agama?
3) Verbalisasi. Apakah pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah, atau topik ke
agamaan lainnya? Apakah pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama
? Apakah pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian?
4) Hubungan interpersonal. Siapa pengunjung pasien? Bagaimana pasien berespo
ns terhadap pengunjung? Apakah pemuka agama datang mengunjungi pasien?
Bagaimana pasien berhubungan dengan pasien lain dan juga dengan perawat?
5) Lingkungan. Apakah pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lai
nnya pakah pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan dan
apakah pasien memakai tanda keagamaan (misalnya memakai jilbab)?
27
Keperawatan Gerontik
PRAKTIK VI
KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANJUT USIA
28
Keperawatan Gerontik
29
Keperawatan Gerontik
1. Teknik asertif
Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima klien apa adanya.
Perawat bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk
mendengarkan dan memperhatikan klien serta berusaha untuk mengerti/memahami
klien. Sikap ini membantu perawat untuk menjaga hubungan yang terapeutik dengan
lansia.
2. Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan
segera melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini merupakan
bentuk perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk
memberikan ketenangan klien. Berespons berarti bersikap aktif atau tidak menunggu
permintaan dari klien.
Contoh:
“Apa yang Ibu pikirkan saat ini? Apakah yang bisa saya bantu untuk ibu?”
3. Fokus
Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar dan
mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak relevan dengan
tujuan terapi. Sehubungan dengan hal tersebut, perawat harus tetap fokus pada topik
pembicaraan dan mengarahkan kembali komunikasi lansia pada topik untuk
mencapai tujuan terapi. Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten
terhadap materi komunikasi yang diinginkan.
4. Suportif
Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini
perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara
memberikan dukungan (suportif).
Contoh:
Tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat dan menghargai lansia berbicara. Sikap ini dapat
menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak merasa menjadi
beban bagi keluarganya. Dengan demikian, diharapkan klien termotivasi untuk
mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi dukungan, jangan
30
Keperawatan Gerontik
mempunyai kesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat merendahkan
kepercayaan klien kepada perawat.
Contoh ungkapan-ungkapan yang bisa memberi support/motivasi kepada
lansia sebagai berikut.
“Saya yakin Bapak dapat mampu melakukan tugas Bapak dengan baik”, “Jika Bapak
memerlukan saya siap membantu.”
5. Klarifikasi
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas
informasi yang disampaikan klien. Hal ini penting dilakukan perawat karena
seringnya perubahan yang terjadi pada lansia dapat mengakibatkan proses
komunikasi lancar dan kurang bisa dipahami. Klarifikasi dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien memberi penjelasan ulang dengan
tujuan menyamakan persepsi.
Contoh:
“Coba Ibu jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini.”
6. Sabar dan ikhlas
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti
kekanakkanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas agar
hubungan antara perawat dan klien lansia dapat efektif. Sabar dan ikhlas dilakukan
supaya tidak muncul
d. Hambatan Komunikasi pada Lansia dan Cara Mengatasi
Hambatan komunikasi yang efektif pada lansia berhubungan dengan
keterbatasan fisik yang terjadi akibat dari proses menua (aging process), antara lain
fungsi pendengaran yang menurun, mata yang kabur, tidak adanya gigi, suara yang
mulai melemah, dan sebagainya. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
berkomunikasi dengan lansia, diperlukan penguasaan terhadap cara-cara mengatasi
hambatan komunikasi.
Berikut ini adalah cara mengatasi hambatan berkomunikasi pada lansia.
1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
2. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
4. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
31
Keperawatan Gerontik
32
Keperawatan Gerontik
“Lansia memiliki pengetahuan, pengalaman, sikap, dan ketrampilan yang menetap dan
sukar untuk dirubah dalam waktu singkat.”
33
Keperawatan Gerontik
Ilustrasi Kasus 1
Seorang pasien lanjut usia, 78 tahun diantar keluarga ke rumah sakit karena tidak bisa
tidur dan marah-marah. Keluarga mengatakan pasien lansia tersebut menuduh anak-
anaknya telah menyembunyikan tongkat dan barang-barang kesayangannya.
Ilustrasi Kasus 2
Saat ini Anda sedang merawat lansia 70 tahun yang mengeluh sulit tidur. Lansia
tersebut sering terbangun pada malam hari dan kemudian mondar-mandir karena tidak
bisa tidur kembali. Saat ini lansia mengeluh kepala pusing dan berjalan sempoyongan
karena merasa lemas.
Tugas:
Bentuklah kelompok kecil ( 3—4 orang).
Tentukan peran masing-masing sebagai: pasien model, keluarga (model) dan peran
perawat, serta observer.
Gunakan format SP komunikasi.
Diskusikan skenario percakapan SP Komunikasi pada tahap penentuan diagnosa
keperawatan
Praktikkan SP komunikasi yang sudah dibuat dengan cara bermain peran.
Lakukan role play secara bergantian dan setiap anggota harus pernah berperan sebagai
perawat.
A. PERSIAPAN
1. Alat dan Bahan (Materi)
a. Kasus
b. Format SP komunikasi
c. Skenario SP komunikasi
d. Instrumen observasi
e. Pasien model
34
Keperawatan Gerontik
2. Persiapan lingkungan
Mendesain lingkungan/setting tempat untuk interaksi (sesuai setting lokasi
dalam kasus misal: ruang perawatan, klinik, ruang konsultasi, atau rumah).
3. Pembagian peran
a. Membentuk kelompok.
b. Menentukan peran: model pasien, model keluarga, dan peran perawat.
c. Observer.
4. Pengembangan skenario percakapan(sesuai format)
a. Fase orientasi
b. Fase kerja
c. Fase terminasi
B. PELAKSANAAN
1. Lakukan bermain peran secara bergantian dengan menggunakan SP komunikasi
pada fase pengkajian sesuai contoh di bawah ini
2. Selama proses bermain peran sebagai perawat, observer melakukan observasi
dengan menggunakan format observasi komunikasi terapeutik,
3. Berikan penilaian secara obyektif dan sampaikan hasilnya setelah selesai
melakukan role play.
C. EVALUASI (PASCAPELAKSANAAN)
1. Ungkapkan perasaan Anda setelah melakukan latihan/praktik.
2. Identifikasi kelebihan dan kekurangan Anda selama proses interaksi/komunikasi.
3. Mintalah masukkan anggota tim untuk meningkatkan kemampuan Anda dalam
berinteraksi dan komunikasi.
4. Catat kekurangan untuk perbaikan pada masa yang akan datang dan gunakan
kelebihan Anda untuk meningkatkan motivasi Anda.
35
Keperawatan Gerontik
Kondisi Pasien
Pasien ibu Sofi umur 68 tahun masuk rumah sakit (MRS) dengan peradangan hati (hepar).
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan suhu badan 38◦C, banyak keluar keringat, kadang-
kadang mual dan muntah. Palpasi teraba hepar membesar. Pasien mengatakan bahwa diagnosis
dokter salah, “Dokter salah mendiagnosa, tidak mungkin saya sakit yang demikian karena saya
selalu menjaga kesehatan”, Pasien menolak pengobatan dan tidak mau dirawat. Pasien yakin bahwa
dia sehat-sehat saja dan tidak perlu perawatan dan pengobatan.
Diagnosis/Masalah Keperawatan:
Denial (Penolakan)
Rencana Keperawatan:
a. Istirahatkan pasien di atas tempat tidur (bedrest).
b. Tingkatkan pemahaman pasien terkait kesehatannya.
c. Diskusikan masalah yang dihadapi dan proses terapi selama di Rumah Sakit (RS).
Tujuan :
Pasien menerima sakitnya dan kooperatif selama perawatan dan pengobatan.
SP Komunikasi
Fase Orientasi
Salam terapeutik:
Perawat : “Selamat pagi. Saya Ibu Tri. Apa benar saya dengan Ibu Sofi?”(mendekat ke arah pasien
dan mengulurkan tangan untuk berjabatan tangan).
Pasien menjabat tangan perawat dan menjawab “selamat pagi”.
Evaluasi dan Validasi :
Perawat : “Apa kabar Ibu? Bagaimana perasaan hari ini? Ibu sepertinya tampak lelah?”
Pasien : “Saya sehat-sehat saja, tidak perlu ada yang dikhawatirkan terhadap diri saya”
Perawat : Tersenyum sambil memegang tangan pasien.
Kontrak :
Perawat : “Ibu, saya ingin mendiskusikan masalah kesehatan ibu supaya kondisi ibu lebih baik
dari sekarang”
Pasien : “Iya, tapi benarkan saya tidak sakit? Saya selalu sehat”.
Perawat : (Tersenyum)...”Nanti kita diskusikan. Waktunya 15 menit saja ya”. “Ibu mau tempatnya
yang nyaman di mana? Baik di sini saja ya”
.
Fase Kerja: (Tuliskan kata-kata sesuai Tujuan dan Rencana yang Akan Dicapai/Dilakukan)
Perawat : “Saya berharap sementara ini, ibu mau istirahat dulu untuk beberapa hari di rumah sakit.
Batasi aktivitas dan tidak boleh terlalu lelah”
Pasien : “Saya kan tidak apa-apa... kenapa harus istirahat? Saya tidak bisa hanya diam/duduk saja
seperti ini. Saya sudah biasa beraktivitas dan melakukan tugas-tugas soasial di
masyarakat”.
36
Keperawatan Gerontik
Perawat : “Saya sangat memahami aktivitas ibu dan saya sangat bangga dengan kegiatan ibu yang
selalu semangat”.
Pasien : (mendengarkan)
Perawat :“Ibu juga harus memahami bahwa setiap manusia mempunyai keterbatasan kemampuan
dan kekuatan (menunggu respons pasien)”.
Perawat : “Saya ingin tahu, apa alasan keluarga membawa ibu ke rumah sakit ini?”
Pasien : “Badan saya panas, mual, muntah dan perut sering kembung. Tapi itu sudah biasa, tidak
perlu ke rumah sakit sudah sembuh”
Perawat : “Terus, apa yang membuat keluarga khawatir sehingga ibu diantar ke rumah sakit?”
Pasien : “Saya muntah muntah dan badan saya lemas kemudian pingsan sebentar”.
Perawat : “Menurut pendapat ibu kalau sampai pingsan, berarti tubuh ibu masih kuat atau sudah
menurun kekuatannya?”
Pasien : “Iya, berarti tubuh saya sudah tidak mampu ya, berarti saya harus istirahat?”
Perawat : “Menurut ibu, perlu istirahat apa tidak?”
Pasien : “Berapa lama saya harus istirahat? Kalau di rumah sakit ini jangan lamalama ya?”
Perawat : “Lama dan tidaknya perawatan, tergantung dari ibu sendiri”. “Kalau ibu kooperatif
selama perawatan, mengikuti anjuran dan menjalani terapi sesuai program, semoga
tidak akan lama ibu di rumah sakit”.
Pasien : “Baiklah saya bersedia mengikuti anjuran perawat dan dokter, dan akan mengikuti proses
terapi dengan baik”.
Perawat : “Terima kasih, ibu telah mengambil keputusan terbaik untuk ibu sendiri. Semoga cepat
sembuh ya”
Fase Terminasi:
Evaluasi subjektif/objektif :
“Bagaimana perasaan ibu sekarang?” “Sekarang Jelaskan kenapa ibu harus istirahat dulu untuk
sementara ini!”
37
Keperawatan Gerontik
NAMA KLIEN :
RUANGAN :
NAMA PERAWAT :
Tugas Dilakukan
Ya Tidak
I. Pra Interaksi:
a. Eksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri
b. Analisa kekuatan kelemahan professional
c. Dapatkan data tentang klien jika mungkin
d. Rencanakan pertemuan pertama
II. Orientasi/perkenalan:
a. Tentukan alas an klien minta pertolongan
b. Bina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi
terbuka
c. Rumuskan kontrak bersama
d. Eksplorasi pikiran perasaan dan perbuatan klien
III. Interaksi/kerja:
a) Eksplorasi stressor yang tepat
b) Dorongperkembangan kesadaran diri klien dan
pemakaian mekanisme koping yang konstruktif
c) Atasi penolakan prilaku adaptif
IV.Terminasi:
a. Ciptakan realitas perpisahan
b. Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan.
Saling mengekplorasi perasaan penolakan dan
kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain.
c. Kontrak waktu pertemuan berikutnya.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
38
Keperawatan Gerontik
Evaluasi Diri :
(paraf/inisial)
(paraf/inisial)
Evaluasi Pembimbing :
(paraf/inisial)
Rekomendasi (oleh Pembimbing) :
(paraf/inisial)
39
Keperawatan Gerontik
Daftar Pustaka
Anjaswari, Tri. 2016. Komunikasi dalam Keperawatan. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Muhtin, Abdul dan Siyoto Sandu. 2016. Pendidikan Keperawatan Gerontik. Penerbit CV.
Andi Offset.
Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Penerbit CV. Andi Offset.
40